Islam dan kebudayaan

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana agama terakhir, Islam di ketahui memiliki karakteristik yang khas di bandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai literatur yang berbicara tentang islam dapat dijumpai uraian mengenai pengertian agama Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu di kaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang komprehensif hal ini perlu dilakukan, karena kualitas pemahaman ke-Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan ke-Islaman yang bersangkutan. Kita barang kali sepakat terhadap kualitas ke-Islaman seseorang benar-benar komprehenshif dan berkualitas. Dan untuk bagian ini kita akan membicarakan Islam dan kebudayaan, hal ini perlu diketahui agar kita dapat menjawab pertanyaan atau persoalan Islam dan kebudayaan. Diantara pertanyaan apakah Islam itu kebudayaan? Pertanyaan ini penting untuk dikaji agar kita dapat memahami Islam secara komprehenshif disamping itu kita pun dapat mengungkap hubungan antara Islam dan kebudayaan itu sendiri. B. Rumusan Masalah 1

description

Sebagaimana agama terakhir, Islam di ketahui memiliki karakteristik yang khas di bandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai literatur yang berbicara tentang islam dapat dijumpai uraian mengenai pengertian agama Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu di kaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang komprehensif hal ini perlu dilakukan, karena kualitas pemahaman ke-Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan ke-Islaman yang bersangkutan. Kita barang kali sepakat terhadap kualitas ke-Islaman seseorang benar-benar komprehenshif dan berkualitas. Dan untuk bagian ini kita akan membicarakan Islam dan kebudayaan, hal ini perlu diketahui agar kita dapat menjawab pertanyaan atau persoalan Islam dan kebudayaan. Diantara pertanyaan apakah Islam itu kebudayaan? Pertanyaan ini penting untuk dikaji agar kita dapat memahami Islam secara komprehenshif disamping itu kita pun dapat mengungkap hubungan antara Islam dan kebudayaan itu sendiri.

Transcript of Islam dan kebudayaan

Page 1: Islam dan kebudayaan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana agama terakhir, Islam di ketahui memiliki karakteristik yang

khas di bandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui

berbagai literatur yang berbicara tentang islam dapat dijumpai uraian mengenai

pengertian agama Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu di

kaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang

komprehensif hal ini perlu dilakukan, karena kualitas pemahaman ke-Islaman

seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan ke-Islaman yang

bersangkutan. Kita barang kali sepakat terhadap kualitas ke-Islaman seseorang

benar-benar komprehenshif dan berkualitas. Dan untuk bagian ini kita akan

membicarakan Islam dan kebudayaan, hal ini perlu diketahui agar kita dapat

menjawab pertanyaan atau persoalan Islam dan kebudayaan. Diantara pertanyaan

apakah Islam itu kebudayaan? Pertanyaan ini penting untuk dikaji agar kita dapat

memahami Islam secara komprehenshif disamping itu kita pun dapat

mengungkap hubungan antara Islam dan kebudayaan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Islam dan Kebudayaan ?

2. Apa hubungan antara Islam dan Kebudayaan ?

3. Bagaimana Islam dan Kebudayaan Arab pra Islam ?

4. Bagaimana Islam dan Kebudayaan Indonesia ?

C. Tujuan

1. Menjelaskan pengertian Islam dan Kebudayaan.

2. Menjelaskan tentang hubungan Islam dan Kebudayaan.

3. Menjelaskan bagaimana Islam dan Kebudayaan Arab pra Islam.

4. Menjelaskan Islam dan Kebudayaan Indonesia.

1

Page 2: Islam dan kebudayaan

BAB II

ISLAM DAN KEBUDAYAAN

A. Pengertian Islam dan Kebudayaan

1.1 Islam

Dari segi bahasa Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima

yang mengandung arti selamat. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi

bentuk Aslama yang berarti berserah diri atau tunduk dan patuh.

Adapun pengertian Islam Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat

dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang

diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya

yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang

ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.

1.2 Kebudayaan

Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari

unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral

adat istiadat, dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota

masyarakat. Dan ada juga kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan

penciptaan batil (akal budi) manusia kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan

berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan

sesuatu yang termasuk hasi kebudayaan.

Adapula beberapa pendapat yang mengartikan kebudayaan, Antara lain

S. Takdir Alisyahbana (196:207-8), Dia berpendapat bahwa  kebudayaan adalah:

1. Suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang

berbeda-beda seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni,hukum, moral,

adat istiadat dan segala kecakapan yang di peroleh manusia sebagai

anggota masyarakat

2. Warisan sosial atau tradisi.

3. Cara atau aturan dan jalan hidup manusia.

2

Page 3: Islam dan kebudayaan

4. Penyesuain manusia terhadap alam sekitarnya dan cara menyelesaikan

persoalan.

5. Hasil kecerdasan manusia.

6. Hasil pergaulan atau pergaulan manusia.

Parsudi suparlan (A.W. Wijaya (ed) 1986:65-6) menjelaskan bahwa

kebudayaan adalah serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep,

rencana-rencana dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian atas model-

model kognitif yang dimiliki manusia, dan yang digunakan secara selektif dalam

menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah laku dan

tindakan-tindakannya.

B. Hubungan Antara Islam dan Kebudayaan Islam

Hubungan agama dan kebudayaan adalah dua bidang yang dapat di

bedakan tetapi tidak dapat di pisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah

karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan

agama, dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian

besar budaya di dasarkan pada agama, tidak pernah terjadi sebaliknya.

Oleh karena itu agama adalah primer, dan budaya adalah sekunder.

Budaya bisa merupakan ekspresi hidup keagamaan, karena budaya merupakan sub

ordinat terhadap agama, dan tidak pernah sebaliknya.

Dalam pandangan Harun Nasution, agama pada hakikatnya mengandung

dua kelompok pengajaran, yaitu :

1. Ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para Rasul-Nya kepada

masyarakat manusia. Ajaran dasar yang terdapat dalam kitab-kitab suci.

Yang bersifat absolute, mutlak, benar, kekal dan tidak bisa diubah. Ajaran

kitab suci memerlukan penjelasan, baik mengenai arti maupun cara

pelaksanaannya.

2. Merupakan penjelasan dari hasil pemikiran-pemikiran atau ahli agama,

pada hakikatnya tidak absolute, tidak mutlak benar dan tidak kekal.

Dalam buku Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Harun Nasution

mengutip hasil penelitian ‘Abd Al-Wahab Khallaf, guru besar Islam Universitas

3

Page 4: Islam dan kebudayaan

Kairo, yang mengatakan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang mengatur hidup

kemasyarakatan tidak lebih dari 5,8% dari seluruh ayat Al-Qur’an. Dengan rincian

sebagai berikut.

AYAT AYAT HUKUM

NO BIDANG Jml Ayat

1

2

3

4

5

6

7

8

Ibadah

Al-ahwal al-syakhshiyyah : kawin, talaq,

waris dan wasiat

Muamalah : jual beli, sewa, pinjam, gadai,

perseroan dan kontrak.

Kriminal (jinayah)

Peradilan

Hubungan yang kaya dengan yang miskin

Kenegaraan

Hubungan islam dan bukan islam

140

70

70

30

13

10

10

25

Jumlah 368

Al-Qur’an terdiri atas 30 juz, 114 surat, sekitar 6000 ayat, ayat hukumnya

hanya 368 ayat, Harun Nasution.

Al-Qur’an dan As-Sunnah yang periwayatannya Shahih bukan termasuk

budaya. Tetapi paham ulama’ terhadap ajaran dasar agama merupakan hasil karsa

ulama’. Oleh karena itu, ia merupakan dari kebudayaan, akan tetapi umat islam

meyakini bahwa kebudayaan yang nerupakan hasil upaya ulama’ dalam

memahami ajaran dasar agama islam, dituntun oleh petunjuk tuhan yaitu

Al-Qur’an dan As-Sunah.

Dan ada juga hubungan islam dan kebudayaan yang biasa kita lihat dari

segi ekonomi, dalam ayat alquran di jelaskan, “Allah menghalallkan jual beli dan

mengharamkan riba (Q.S Al-Baqarah [2]: 275). Halalnya jual beli dan haramnya

riba merupakan ajaran dasar agama islam.

Tetapi dalam suatu keadaan contoh: Dalam dunia pertanian petani biasa

membeli kotoran hewan baik kotoran sapi maupun kotoran ternak lainya yang

4

Page 5: Islam dan kebudayaan

berguna untuk Pupuk tanaman. ini di sebut sebagai cultur, salah satu syarat yang

di tentukan Ulama benda yang di perjual belikan bukan benda najis, tetapi

hakikatnya contoh jual beli petani tersebut yang di perjual belikan adalah benda

najis dan ini adalah sebuah penyimpangan. dan ini menyebabkan banyak atau

berbeda-bedanya pendapat ulama ada yang berpendapat ini haram dan ada pula yg

memperbolehkan  dan ini yang membuat berkesinambunganya hadist dan

Al-Quran yang menimbulkan sebuah pemikiran, itu pun bisa di sebut suatu

kebudayaan.

Dengan demikian hubungan antara islam dan kebudayaan sangat banyak

sekali.

C. Islam dan kebudayaan Arab pra Islam

Bangsa arab pra Islam di kenal sebagai bangsa yang memiliki kemajuan

ekonomi letak geografisnya yang strategis membuat agama islam yang di

turunkan (makkah) mudah tersebar diberbagai wilayah. Dan beberapa ciri-ciri

utama tatanan Arab pra Islam adalah sebagai berikut :

1. Mereka menganut faham kesukuan (Qobilah)

2. Memiliki tata social politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang

terbatas, factor keturunan lebih penting daripada kemampuan.

3. Mengenal hirarki social yang kuat.

4. Kedudukan perempuan cenderung di rendahkan.

Dilihat dari sumber yang di gunakan, hukum Arab pra Islam bersumber

pada adat istiadat. Dalam bidang mua’malah, diantara kebiasaan mereka adalah

dibolehkan transaksi mubadalah (barter) jual beli, kerja sama pertanian

(muzara’ah) dan riba.

Diantara ketentuan hukum keluarga Arab pra Islam adalah

diperbolehkannya berpoligini dengan perempuan dengan jumlah tanpa batas. Serta

anak kecil dan perempuan tidak dapat harta warisan. dan di sebutkan pula bahwa

dalam kehidupan  masyarakat Pra-islam terdapat perkawinan yg berbagai macam

sperti:

o Istiblada

o Poliandri

5

Page 6: Islam dan kebudayaan

o Maqthu

o Badal

Di lihat dari fase perkawinan bahwa bangsa arab pra-islam berada pada

fase perkawinan “barbar”.

Tawaran perubahan yang terdapat dalam Al-quran adalah dibatasinya

jumlah istri pada pernikahan poliigini, yaitu empat orang dan di haramkanya

poliandri. Dan di jelaskan dalam surat An-nisa (4):3

D. Islam dan Kebudayaan Indonesia

Agama dan kebudayaan adalah dua unsur yang saling mempengaruhi,

karena keduanya sama-sama mengandung nilai dan simbol. Namun antara agama

dan kebudayaan terdapat perbedaan yang menonjol, karena agama merupakan

sesuatu yang final, bersifat universal, abadi dan absolut. Sedangkan kebudayaan

bersifat partikular, relatif dan temporer.

Agama kebudayaan sama-sama memberikan wawasan dan cara pandang

dalam menyikapi kehidupan agar sesuai dengan asas ketuhanan dan kemanusiaan.

Ketika kelahiran seorang anak, misalnya, maka agama memberikan pandangan

agar melaksanakan aqiqah untuk anak tersebut, sementara kebudayaan yang

dikemas dalam marhabanan, asyraqalan atau bacaan barjanji, memberikan cara

pandang lain, akan tetapi memiliki tujuan yang tidak berbeda, yaitu sama-sama

dalam rangka mendoakan kesalehan anak tersebut agar sesuai dengan harapan

ketuhanan dan kemanusiaan. Begitu juga halnya upacara tahlilan, baik agama

maupun budaya lokal, sama-sama saling memberikan cara pandang dalam

menyikapi orang yang meninggal.

1. PERSENTUHAN ISLAM DENGAN KEBUDAYAAN MELAYU

DAN JAWA

Dalam Islam terhadap ajaran tauhid, sesuatu konsep sentral yang berisi

ajaran bahwa Tuhan adalah pusat segala sesuatu, dan manusia harus mengabdikan

dirinya sepenuhnya kepada-NYA. Konsep ini dijelaskan dalam beberapa literatur

dengan penjelasan yang berbeda. Di pesantren-pesantren tradisional salafi,

6

Page 7: Islam dan kebudayaan

kalimat lailaha illa Allah sering ditafsirkan sebagai berikut: pertama, la mujudu

illa Allah (tidak ada yang “wujud” kecuali Allah); kedua, la ma'buda illa Allah

(tidak ada yang disembah kecuali Allah); ketiga, la maqsud illa Allah (tidah ada

yang dimaksud kecuali Allah); dan keempat, la mathlub illa Allah (tidak ada yang

diminta kecuali Allah).

Pada dasarnya Indonesia pernah mengalami dualisme kebudayaan, yaitu

antara kebudayaan keraton dan kebudayaan populer yang keduanya merupakan

kebudayaan tradisional.

Kebudayaan keraton, yang disebut juga sebagai kebudayaan istana,

dikembangkan oleh para pegawai istana (abdi-dalem), mulai dari pujangga sampai

arsitek. Simbol-simbol budaya diciptakan oleh raja guna melestarikan

kekuasaannya. Kebudayaan tersebut biasanya berupa mitos yang dihimpun dalam

babad, hikayat dan lontara, yang kesemuanya berisi tentang kesaktian dan

kesucian sang raja.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar rakyat loyal terhadap kekuasaan raja.

Dalam babad Jawa misalnya, digambarkan bahwa raja dianggap sebagai

pemegang wahyu dan wakil Tuhan dalam memerintah rakyatnya. Hal ini juga

didukung oleh sastra mistik yang diciptakan oleh pegawai istana guna

mempertahankan status kerajaan yang mutlak. Di suatu saat para raja pun

mengklaim bahwa dirinya adalah keturunan para dewa atau para Nabi SAW,

Konsep kekuasaan Jawa sungguh berberbeda dengan konsep kekuasaan

islam. Dalam kebudayaan Jawa dikenal konsep Raja Absolut, islam justru

mengutamakan konsep Raja Adil, al-Malik al-Adil. Akan tetapi, sesuatu hal yang

perlu dicatat adalah kebudayaan karaton diluar jawa memiliki konsep yang lebih

dekat dengan gagasan Islam.

Di Aceh, misalnya, raja memiliki sebutan al-Malik al-Adil. Ini berarti

kebudayaan keraton di Jawa lebih mengutamakan kekuasaan, sedangkan

kebudayaan kebudayaan keraton diluar pulau Jawa lebih mengutamakan keadilan.

Perbedaan lain antara kebudayaan masyarakat berdasarkan atas kemutlakan

kekuasaan raja, ketertiban masyarakat berdasarkan atas kemutlakan kekuasaan

raja, sedangkan dalam islam, ketertiban sosial akan terjamin jika peraturan-

peraturan syariat ditegakan.

7

Page 8: Islam dan kebudayaan

Dengan kata lain, kebudayaan karaton di Jawa mementingkan kemutlakan

kekuasaan raja untuk ketertiban sosial, sedangkan Islam mementingkan hukum

yang adil untuk ditegakannya ketertiban sosial. Karna terjadi perbedaan yang

begitu tajam, yang sering terjadi ketegangan antara Islam dengan kebudayaan

keraton jawa. (Kuntowijoyo,1991: 232).

Sedangkan dalam kebudayaan populer, dijumpai pula mitos-mitos, seperti

cerita batu bekas sujudnya wali songo di pantai-pantai utara Jawa. Hal ini terus

terbangun hingga sekarang, sehingga masih sering terdengar adanya kiai-kiai sakti

yang mampu shalat di Mekah dan kembali dalam waktu sekejap, berkhutbah di

dua tempat secara bersamaan, dan sebagainya. Pengaruh Islam terhadap

kebudayaan ini dapat dilihat pula pada ritual-ritual kegamaan, seperti ritual

perkawinan, kelahiran dan kematian. begitu juga acara maulid, seni musik

qasidah, gambus dan sebagainya.

2. INOVASI DAN PENGARUH ISLAM DALAM SASTRA, SENI, DAN

ARSITEK

Ekspresi astentik Islam di Indonesia, paling tidak, dapat dilihat dalam dua

bidang: sastra dan arsitek. Kecendrungan sastra sufistik (transendental) telah

muncul di Indonesia sekitar tahun 1970. kemunculan sastra berkecendrungan

sufistik ditandai munculnya karya-karya yang ditulis pada tahun tuju puluhan, di

antaranya Godlod dan Alam Makrifah kumpulan cerpen Danarto; Khotbah di atas

bukit karya kuntowijoyo, dan Arafah karya M. Fudoli Zaini. Disusul karya-karya

berikutnyaseperti Sanu Infinitina Kembar (1985) karya Motinggo busye (alm)

(Abdul Hadi WM dalam Yustino dkk. (Dewan Redaksi), 1993: 74)

Eksperesi estetik Islam lainnya tergambarkan dalam arsitek masjid-masjid

tua. Citra masjid tua adalah contoh dari interaksi agama dengan teradisi arsitek

pra-Islam di Indonesia dengan konstruksi kayu dan atap tumpang bentuk limas.

Umpamanya Masjid Demak, Masid Kudus, Masjid Cirebon, dan masjid Banten

sebagai cikal-bakal masjid di Jawa. Sedangkan di Aceh dan Medan, corak masjid

tua memperhatikan sistem atap kubah. Menurut para ahli, masjid-masjid tua di

Aceh dan Medan merupakan penerus dari gaya masjid Indo-Persi dengan ekspresi

8

Page 9: Islam dan kebudayaan

struktur bangunan yang berbeda dengan corak masjid atap tumpang (Wiyoso

yodoseputro dalam Yustino dkk. (Dewan Redaksi), 1993: 11-3)

Menurut Nurcholish madjid (dalam budhy Munawar Rachman (ed.), 1994:

463-4), asitektur masjid indonesia banyak diilhami oleh gaya arsitektur kuil Hindu

yang atapnya bertingkat tiga. Seni arsitektur sering ditafsirkan sebagai lambang

tiga jenjang perkembangan penghayatan keagamaan manusia, yaitu tingkat dasar

atau pemulaan (purwa), tingkat menengah (madya), tingkat terakhir yang maju

dan tinggi (wusana). Damnbar itu dianggap sejajar dengan vertikal islam, iman,

dan ihsan. Selain itu, hal itu dianggap sejajar dengan syari'at, thariqat, dan

ma'rifat.

3. ACEH SEBAGAI SENTRAL DAKWAH DAN BUDAYA ISLAM

Sejarah telah mencatat bahwa daerah pertama yang dihadiri oleh Islam di

Nusantara adalah Aceh dan kerajaan Islam pertama di wilayah Asia tenggara

adalah kerajaan Islam Perlak, Samudera dan Pasai. Pernyataan ini didukung oleh

berbagai literatur dan merupakan hasil kesepakatan seminar sejarah masuknya

Islam ke Indonesia yang di adakan di Medan.

Pada masa awal Islam hadir, pendakwah pertama langsung menerapkan

apa yang terkandung dalam ayat yang paling pertama turun, yaitu konsep perintah

untuk membaca (iqro’) yang mengarah kepada pendidikan. Maka diajarkanlah

kepada masyarakat tentang tata-cara bercocok tanam yang benar, cara berdagang

yang sah, dan cara berumah tangga yang tentram. Sementara kepada para

penguasa ditanamkan sistem kepemimpinan yang dapat dapat memakmurkan

rakyatnya.

Kemudian setelah benih awal tertanam pada diri masyarakat, maka

dijelaskanlah bahwa semua itu merupakan sebagian kecil dari konsep ajaran

Islam. Dengan metode persuasif semacam ini, para penguasa dan segenap

rakyatnya pun segera meninggalkan agama nenek moyangnya dan memeluk Islam

secara berduyun-duyun.

Setelah kerajaan Islam terbentuk dan agama terjiwai, baik dalam diri

penguasa maupun rakyatnya, lembaga-lembaga pendidikan pun mulai dibangun,

sehingga dalam waktu yang relatif singkat, sistem pendidikan pun terbentuk dan

terbagi menjadi beberapa struktur yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat.

9

Page 10: Islam dan kebudayaan

Lembaga-lembaga tersebut terbagi menjadi lima tingkatan, yaitu:

a. Meunasah

Meunasah merupakan tempat belajar ilmu-ilmu dasar setingkat SD yang

terdiri dari kurikulum baca tulis huruf Arab dan al-Qur’an, dasar-dasar

ilmu fiqih dan akhlak. Bahasa yang digunakan pada tingkat ini biasanya

bahasa daerah dan tulisan jawi.

b. Rangkang

Pada tingkat ini, kurikulum meliputi ilmu-ilmu agama dan umum, seperti

ilmu Fiqih, Matematika, Sejarah dan lain-lain. pendidikan tingkat

Rangkang ini setara dengan prndidikan tingkat SLTP.

c. Dayah

Mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat Dayah meliputi ilmu Fiqih,

Tauhid, Akhlak, Matematika, Faraid, Sejarah, Hukum dan sebagainya.

Tingkatan ini setara dengan tingkatan SLTA.

d. Dayah Teungku Syhik

Pendidikan yang setara dengan akademik ini difokuskan pada bidang

Tafsir, Hadis, Fiqih, Bahasa, Sastra Arab, Logika, sejarah dan lain-lain.

Buku pegangan pada tingkat Dayah dan Dayah Teungku Syhik berupa

buku-buku yang berbahasa Arab.

e. SAl-Jami’ah

Pada tingkatan ini didirikan beberapa fakultas, antara lain Fakultas Tafsir

dan Hadis, Kedokteran dan Kimia, Sosial dan Politik, Filsafat, dan

sebagainya. Pendidikan ini ditunjang oleh beberapa guru besar yang

datang dari Arab, Turki, Persia, dan India.

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Islam adalah agama yang dirurunkan oleh Allah SWT dengan perantara

wahyu yang di berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk disebarkan

10

Page 11: Islam dan kebudayaan

untuk umat manusia dan kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan

cipta dan masyarakat.

2. Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan

bentuk nyata dari agama islam itu sendiri.

3. Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan

segenap potensi yang dimilikinya. Dan pada pra islam banyak yang

mengandung atau berbau keislaman.

4. Pada masa awal penetrasi atau masuknya Islam di Indonesia,

penyebarannya masih bersifat terbatas di daerah-daerah pelabuhan. Namun

dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, Islam pun mulai meluas ke

wilayah pesisir dan pedesaan. Para pedagang dan ulama-ulama memegang

peranan penting dalam penyebaran Islam pada tahap ini. Secara umum,

pada tahap ini Islam sangat diwarnai oleh ajaran mistik Islam (tasawuf)

hingga akhir dari abad ke-17. Hal ini disebabkan adanya kecocokan antara

Islam tasawuf dengaan latar belakang masyarakat lokal yang dipengaruhi

oleh asketisme atau konsep tasawuf Hindu-Budha;

5. Agama dan kebudayaan adalah dua unsur yang saling mempengaruhi,

karena keduanya sama-sama mengandung nilai dan simbol. Namun antara

agama dan kebudayaan terdapat perbedaan yang menonjol, karena agama

merupakan sesuatu yang final, bersifat universal, abadi dan absolut.

Sedangkan kebudayaan bersifat partikular, relatif dan temporer. Hal ini

dapat dilihat pada beberapa kebudayaan di Indonesia.

B. Saran

1. Mari kita pelajari dan kita pahami tentang keperbedaan mana yang

dinamakan keislaman dan mana yang dinamakan kebudayaan.

2. Lebih memahami Tentang pembagian hukum hukum yang ada di dalam

al-qur’an, sehingga kita lebih mudah untuk membedakan dan mencari

solusi dalam permasalahan kita.

11

Page 12: Islam dan kebudayaan

3. Makalah ini hanya membahas secara singkat tentang Islam dan

kebudayaan di indonesia. Dengan demikian, diharapkan kepada para

pembaca agar memperdalam kembali pada buku-buku yang lebih luas dan

terperinci. Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini memberikan

manfaat yang besar kepada para pembaca umumnya dan kepada penulis

khususnya. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika masih dan

selalu terdapat kekurangan dalam penulisan kata dan maksud. Kritik dan

saran dari para pembaca, khususnya dari dosen pembimbing mata kuliah

Metodologi Studi Islam selalu penulis nantikan.

DAFTAR PUSTAKA

- Nata, Abuddin. Metedologi Study Islam. 1998. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

- Hakim Atang Abd Dan Mubarrok Jaih. 2010. Metodologi Study Islam. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya

12

Page 13: Islam dan kebudayaan

- Hasyimi, A., Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia: Kumpulan Prasaran pada Seminar di Aceh, Cet. III, PT al-Ma’arif, 1993.

- http://bataviase.co.id/detailberita-10445438.html .

- http://pemikiranislam.wordpress,com/2007/08/14/islam-dan-kebudayaan- lokal/.

- http://drmiftahulhudauin.multiply.com/journal/item/13

13