Islam? · 2018. 5. 26. · ditakar dengan “tidak mau mengucap hari raya keagamaan lain” menjadi...

10
27/05/2018 Radikalisme di Sekolah Swasta Islam? | Republika Online http://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/05/25/p9aj58396-radikalisme-di-sekolah-swasta-islam# 1/10 Home > Kolom > Kolom 18 3 Situs yang menyerukan radikalisme. Ilustrasi Foto: AP Radikalisme di Sekolah Swasta Islam? Sabtu 26 Mei 2018 08:00 WIB Red: Agus Yulianto TERPOPULER Pemerintah akan Beri THR untuk Pegawai Honorer Jumat , 25 Mei 2018, 22:39 WIB Begal di Bekasi Tewas Dibacok Korbannya Tim Prabowo-Hatta Masuk ke 'Tim Jokowi' Hidayat Nur Wahid Apresiasi PKB dan PDIP Mengapa Fahri Hamzah Dilarang Berceramah di Masjid UGM? Elisabath Janiita Ruru Berjuang Temukan Kebenaran Islam IN PICTURES SUBUH 04:35 EMBED <iframe src="http://www.republika.co.id/jadwal-sh republika.co.id Saturday, 26 May 2018 22:50:07 JAKARTA Kita harus mendukung pemerintah, siapapun presidennya, untuk memerangi terorisme. REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dipa Nugraha *) Tulisan Agus Mutohar di The Conversation yang terbit daring dalam bahasa Indonesia pada tanggal 16 Mei 2018 lalu dan berturut baru kemudian edisi berbahasa Inggrisnya muncul di situ yang sama kemudian di The Jakarta Post sungguh menarik. Di dalam tulisan itu, teman saya Agus Mutohar menjabarkan tiga tipe sekolah swasta Islam yang rentan terhadap persebaran radikalisme berdasarkan temuan penelitian yang ia terlibat di dalamnya terkait dengan ekstremisme keberagamaan. Tetapi sebelum menuju kepada hasil temuan penelitian tersebut, Agus Mutohar membuka tulisannya dengan penjabaran dari temuan tiga buah survei yang dilakukan oleh Wahid Institute, Pusat Pengkajian Islam EDISI KORAN REPUBLIKA TV GERAI IHRAM Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018 LOGIN REGISTER HOME NEWS KHAZANAH INTERNASIONAL EKONOMI SEPAK BOLA LEISURE KOLOM RAMADHAN REPUBLIKA TV INDEKS LAINNYA Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018 LOGIN REGISTER

Transcript of Islam? · 2018. 5. 26. · ditakar dengan “tidak mau mengucap hari raya keagamaan lain” menjadi...

Page 1: Islam? · 2018. 5. 26. · ditakar dengan “tidak mau mengucap hari raya keagamaan lain” menjadi fokus dari laporannya adalah sesuatu yang bermasalah. Di dalam ajaran Islam, toleransi

27/05/2018 Radikalisme di Sekolah Swasta Islam? | Republika Online

http://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/05/25/p9aj58396-radikalisme-di-sekolah-swasta-islam# 1/10

Home > Kolom > Kolom

18

3

Situs yang menyerukan radikalisme. Ilustrasi Foto: AP

Radikalisme di Sekolah SwastaIslam?Sabtu 26 Mei 2018 08:00 WIB

Red: Agus Yulianto

 

T E R P O P U L E R

Pemerintah akan Beri THR untukPegawai HonorerJumat , 25 Mei 2018, 22:39 WIB

Begal di Bekasi TewasDibacok Korbannya

Tim Prabowo-HattaMasuk ke 'Tim Jokowi'

Hidayat Nur WahidApresiasi PKB dan PDIP

Mengapa Fahri HamzahDilarang Berceramah diMasjid UGM?

Elisabath Janiita RuruBerjuang TemukanKebenaran Islam

I N P I C T U R E S

SUBUH04:35

EMBED <iframe src="http://www.republika.co.id/jadwal-sh

republika.co.id

Saturday, 26 May 201822:50:07

JAKARTA

Kita harus mendukung pemerintah, siapapun presidennya, untuk memerangiterorisme.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dipa Nugraha *)

 

Tulisan Agus Mutohar di The Conversation yang terbit daring dalam bahasaIndonesia pada tanggal 16 Mei 2018 lalu dan berturut baru kemudian edisiberbahasa Inggrisnya muncul di situ yang sama kemudian di The JakartaPost sungguh menarik. Di dalam tulisan itu, teman saya Agus Mutoharmenjabarkan tiga tipe sekolah swasta Islam yang rentan terhadappersebaran radikalisme berdasarkan temuan penelitian yang ia terlibat didalamnya terkait dengan ekstremisme keberagamaan. 

Tetapi sebelum menuju kepada hasil temuan penelitian tersebut, AgusMutohar membuka tulisannya dengan penjabaran dari temuan tiga buahsurvei yang dilakukan oleh Wahid Institute, Pusat Pengkajian Islam

EDISI KORAN REPUBLIKA TV GERAI IHRAM

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

HOME NEWS KHAZANAH INTERNASIONAL EKONOMI SEPAK BOLA LEISURE KOLOM RAMADHAN REPUBLIKA TV INDEKS LAINNYA

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Page 2: Islam? · 2018. 5. 26. · ditakar dengan “tidak mau mengucap hari raya keagamaan lain” menjadi fokus dari laporannya adalah sesuatu yang bermasalah. Di dalam ajaran Islam, toleransi

27/05/2018 Radikalisme di Sekolah Swasta Islam? | Republika Online

http://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/05/25/p9aj58396-radikalisme-di-sekolah-swasta-islam# 2/10

In Picture: Kabar Ramadhan:Panas Menyengat di PakistanJumat , 25 Mei 2018, 23:59 WIB

R E P U B L I K A T V

'Ramadhan Bulan Pertebal Imandan Taqwa'Sabtu , 26 Mei 2018, 17:00 WIB

IZI Sisipkan Konten BaruPada Majalah Digital danEbook

Baznas LuncurkanLayanan Zakat Virtual

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah, dan Setara Institute berkenaan denganintoleransi beragama di sekolah-sekolah negeri (bukan sekolah swastaIslam) yang menghasilkan semacam kesimpulan bahwa “sekolah-sekolah diIndonesia menjadi lahan tumbuh suburnya paham esktemisme” yangmembuat usaha pemerintah memerangi terorisme dan penyebaran pahamradikal terbentur oleh realitas “terjadinya penyebaran paham intoleransidan paham radikalisme di lembaga pendidikan Indonesia.”

Ia meyakini berdasar temuan-temuan tersebut bahwa adanyapemfasilitasian “sikap intoleransi dan paham radikal di lembaga pendidikanyang bisa berujung pada tindakan terorisme” hingga bahasan temuanpenelitian ia dan kawan-kawannya tentang “keberhasilan mengidenti�kasitiga tipe sekolah [swasta Islam] yang rentan terhadap paham-pahamradikal,” yakni sekolah tertutup (closed schools), sekolah terpisah(separated schools), dan yang ketiga adalah sekolah yang mengajarkanidentitas Muslim yang murni (schools with pure Islamic identity).

Tulisan saya ini hendak mengkritik tulisan Agus Mutohar tersebutberdasarkan pembacaan cermat atas tiga hasil survei yang menjadirujukannya di dalam konteks “lahan tumbuh suburnya ekstremisme … yangmengkhawatirkan” dan keberhasilan penelitian yang dilakukannya di dalammengidenti�kasi tipe sekolah yang rentan terhadap radikalisme di dalamkonteks hambatan usaha pemberantasan terorisme oleh pemerintah.

Survei pertama adalah survei dari Wahid Institute yang dilakukan pada Juli-Desember tahun 2014 di lima sekolah menengah negeri di Jabodetabekyang melibatkan 500 pelajar. Pembahasan hasil survei ini dipublikasikan 23Maret 2015 di laman Wahid Institute lewat sebuah artikel beserta  “datamenarik” bahwa: “Dari 306 siswa, yang tak setuju mengucapkan hari rayakeagamaan orang lain seperti mengucapkan selamat natal 27 persen, ragu-ragu 28 persen.”

Kemudian yang berikutnya adalah survei dari Pusat Pengkajian IslamMasyarakat UIN Syarif Hidayatullah yang terbit secara daring di laman Tirtobertanggal 8 November 2017. Di dalam hasil survei yang disiarkan di HotelLe Meridien, Jakarta, pada tanggal 8 November 2017 ini dikemukakanbahwa dari 1.522 siswa dan 337 mahasiswa generazi Z (lahir tahun 1995 keatas) di 34 provinsi yang dipilih secara acak: “terdapat 51,1 persenresponden mahasiswa/siswa beragama Islam yang memiliki opini intoleranterhadap aliran Islam minoritas, yang dipersepsikan berbeda darimayoritas, seperti Ahmadiyah dan Syiah. Selain itu, 34,3 persen respondenyang sama tercatat memiliki opini intoleransi kepada kelompok agama lainselain Islam.”

Survei ini juga menyuguhkan temuan bahwa: “sebanyak 54,87 persengenerasi Z mencari pengetahuan agama melalui internet, seperti blog,website dan media sosial.” 

EDISI KORAN REPUBLIKA TV GERAI IHRAM

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Page 3: Islam? · 2018. 5. 26. · ditakar dengan “tidak mau mengucap hari raya keagamaan lain” menjadi fokus dari laporannya adalah sesuatu yang bermasalah. Di dalam ajaran Islam, toleransi

27/05/2018 Radikalisme di Sekolah Swasta Islam? | Republika Online

http://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/05/25/p9aj58396-radikalisme-di-sekolah-swasta-islam# 3/10

Sementara itu, rujukan ketiga adalah survei dari Setara Institute yangdilakukan di Jakarta dan Bandung Raya di tahun 2016 yang berjudul“Laporan Survei Toleransi Siswa SMA Negeri di Jakarta & Bandung Raya”.Setara Institute mengukur kadar toleransi dengan merujuk dari de�nisitoleransi dari Little (2008) sebagai sublimated disaproval dan AndrewCohen (2004) “tindakan yang disengaja oleh seseorang untuk menahan diriterhadap urusan dalam mencampuri pihak yang berlawanan (tingkah lakudan sebagainya) dalam situasi yang berbeda. Di mana orang tersebutpercaya bahwa ia memiliki kekuatan untuk ikut campur” tetapi kemudianrujukan de�nisi tadi dimodi�kasi untuk mengakomodasi penciptaan duaistilah baru: intoleransi pasif dan intoleransi aktif.

Intoleransi pasif adalah, menurut Setara Institute, adalah sikap puritanyang mengajarkan bahwa keyakinannya paling benar. Sementaraintoleransi aktif adalah “selangkah lebih ekspresif dari intoleransi pasif”yang membuka jalan ekspresi lewat kekerasan untuk menunjukkanketidaksetujuannya (hlm. 5).

Survei Setara Institute yang melibatkan 760 siswa dari 171 sekolah diJakarta dan Bandung Raya ini menghasilkan temuan bahwa 87,8 persensiswa menggunakan internet untuk menambah pengetahuan mengenaiagama tetapi hanya 2,2 persen saja yang mendiskusikan agama lewatmedia sosial atau internet. Meskipun demikian, 39,9 persen respondenmengaku bahwa pengetahuan agama paling besar diperoleh dari guruagama sekolah, kemudian 23,2 persen dari orang tua, dan dari pengajianhanya 9,6 persen sementara 19,7 persen responden mengaku bahwainternet menjadi penyumbang pengetahuan keagamaan terbesar.

Penelitian Setara Institute juga menguak bahwa 81,5 persen responden“menghormati perbedaan dan menjaga tidak terjadi kon�ik” meskipunmuncul temuan lain bahwa 97,1 persen responden yang memiliki sikap“intoleran pasif.” Sementara mengenai kebersediaan berkawan denganmereka yang berbeda agama didapati ada pada 95,5 persen responden,bersedia menolong mereka yang berbeda agama sebanyak 97,1 persendari responden (2,2  persen tidak menjawab atau memilih tidak tahu). Didalam kesimpulan, Setara Institute mengatakan bahwa “terdapat (61,6persen) siswa yang toleran, (35,7 persen) yang intoleran pasif/puritan, (2,4persen) yang intoleran aktif/radikal, dan (0,3 persen) yang berpotensimenjadi teroris.” (hlm. 32).

Kritik terhadap tulisan Agus Mutohar tentu saja saya mulai dari pemaknaandan penggunaan hasil tiga survei berkenaan dengan sikap intoleransi. Pada temuan survei Wahid Institute, misalnya, pelabelan sikap intoleransiditakar dengan “tidak mau mengucap hari raya keagamaan lain” menjadifokus dari laporannya adalah sesuatu yang bermasalah. Di dalam ajaranIslam, toleransi terhadap umat beragama lain memiliki kaidah-kaidahtertentu yang mungkin berbeda dengan toleransi ala umat lain dan jugaberbeda di dalam pandangan ideologi multikulturalisme pluralisme. 

EDISI KORAN REPUBLIKA TV GERAI IHRAM

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Page 4: Islam? · 2018. 5. 26. · ditakar dengan “tidak mau mengucap hari raya keagamaan lain” menjadi fokus dari laporannya adalah sesuatu yang bermasalah. Di dalam ajaran Islam, toleransi

27/05/2018 Radikalisme di Sekolah Swasta Islam? | Republika Online

http://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/05/25/p9aj58396-radikalisme-di-sekolah-swasta-islam# 4/10

Di dalam ideologi multikulturalisme pluralisme ada semacam pembakuanbahwa apa yang berlaku di agama A harus juga bisa berlaku di agama B.Padahal, di dalam praktiknya, pandangan ini tidak selalu bisa diterapkanpada semua agama. Di dalam Islam, mengucapkan hari raya kepada umatlain terdapat perbedaan pendapat walaupun pendapat jumhur malahmenghindari praktik seperti itu. Sementara tidak mengganggu perayaanagama lain, disepakati di dalam Islam untuk dipraktikkan. Jadi, ada isuserius ketika menggunakan pendekatan multikulturalisme dan pluralismedi dalam menilai toleran tidaknya suatu ajaran agama hanya bersebab“tidak mau mengucapkan hari raya keagamaan lain” dengan melupakanaspek lain dari praktik toleransi Muslim.

Penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah juga problematik. Selain tidakmendukung alur tulisan Agus Mutohar mengenai persebaran pahamradikalisme yang seolah terjadi di sekolah-sekolah sebab hampir 90 persenresponden menambah pengetahuan agama justru dari internet dengan19,7 persen mengaku bahwa sumber utama pengetahuan agama merekajustru dari internet. Juga tidak terdapat kejelasan di dalam laporan itumengenai makna opini intoleransi terhadap sekte yang disebut sesat dankepada agama lain.

Sebab, di dalam agama yang diakui sebagai agama resmi di Indonesia, tidakhanya di dalam Islam saja tetapi di dalam Kristen kita mengenal sekte yangdianggap sesat seperti misalnya dulu kita mengenal aliran Pondok Nabi dariSekte Hari Kiamat di dalam agama Kristen, atau misalnya di dalam tradisiKekristenan hingga kini terdapat pandangan yang negatif terhadap gerejaSaksi Yehova, Mormon, Christian Science, dan Children of God.

Di Hindu di Indonesia baru saja kita temui sekitar dua tahun kemarin kasusI Wayan Arka yang dianggap sesat, atau di dalam agama Budha kita jugabisa kita dapati kontroversi Dhammakaya. Tentu konteks keberagamaandengan dinamika ajaran arusutama dan yang dianggap sesat ataumenyimpang bisa terjadi dan menurut saya negara hanya bisa melakukanintervensi dalam bentuk edukasi terhadap publik akan perlunya sikaptoleran untuk menahan diri dari tindak intervensi dan atau persekusisebagaimana Cohen (2014) sampaikan. Sebab, hak warga negara di dalamkeberagamaan mendapatkan jaminan konstitusi, bahkan ketika tidaksesuai dengan ajaran mainstream.

Jika de�nisi intoleransi yang dipakai misalnya memakai de�nisi yang miripdengan de�nisi yang dipakai oleh Setara Institute bahwa opini intoleranmelekat pada mereka yang masuk pada kategori “intoleran pasif,” makapermasalahannya malah pada pende�nisian intoleran pasif. De�nisiintoleran pasif menurut Setara Institute merujuk kepada mereka yangmerasa agamanya sendiri yang paling benar tetapi tidak adakecenderungan untuk mengekspresikan lewat kekerasan terhadap realitasadanya perbedaan di antara manusia. De�nisi toleransi yang seperti itu

EDISI KORAN REPUBLIKA TV GERAI IHRAM

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Page 5: Islam? · 2018. 5. 26. · ditakar dengan “tidak mau mengucap hari raya keagamaan lain” menjadi fokus dari laporannya adalah sesuatu yang bermasalah. Di dalam ajaran Islam, toleransi

27/05/2018 Radikalisme di Sekolah Swasta Islam? | Republika Online

http://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/05/25/p9aj58396-radikalisme-di-sekolah-swasta-islam# 5/10

hanya memberikan label toleran bagi mereka yang tidak merasa bahwaagamanya sendiri yang paling benar. 

De�nisi yang dipakai Setara Institute berparadigma pluralisme dan inibertentangan dengan de�nisi iman di setiap agama. Beriman dan memilihjalan keselamatan berbeda dengan kenisbian beriman ala pluralisme.Pandangan pluralisme mengajarkan bahwa perwujudan Tuhan bisaberaneka rupa dan semua agama adalah jalan menuju ke tempat yangsama. Jika misalnya ide pluralisme ini mengekor pada pemikiran John Hickyang terkenal dengan kisah gajah dan tiga orang buta-nya di dalammenjelaskan perbedaan manusia meraba Tuhan, maka sesungguhnya inisudah dibantah lewat tulisan �loso�s yang bagus oleh salah satu teologseminari terkemuka Amerika Serikat, Keith E Johnson.

Penggunaan istilah “intoleran” kepada yang bukan penganut pluralismemeskipun dengan penambahan “pasif” untuk menunjukkan bahwa merekatidak cenderung mengekspresikan iman mereka dengan kekerasan sendirimenunjukkan keragu-raguan pemakaian istilah kepada “mereka yangberagama tetapi tidak memiliki kecenderungan melakukan tindakkekerasan terhadap liyan dan bukan pluralis.” Gaya pemakaian istilah ini,menurut saya, sangat tidak elok.

Jadi misalnya Agus Mutohar memakai tiga survei di sekolah-sekolah negeritersebut (sekali lagi, bukan di sekolah-sekolah Islam atau swasta Islam)sebagai rujukan adanya sikap intoleransi yang mengkhawatirkan di antarasiswa di Indonesia maka tergantung dari sudut pandang manakah iamengambil de�nisi toleransi dan intoleransi. Jikalau Agus Mutohar hendakmemakai pende�nisian menurut sudut pandang ideologi multikulturalismepluralisme maka argumennya mengalami keberterimaan.

Akan tetapi argumen itu tidak mempunyai keberterimaan jika memakaisudut pandang non ideologi multikulturalisme pluralisme. Belum lagi jikakita misalnya berbicara tentang adanya perbedaan antara sikap intoleranyang berujung kekerasan dengan ideologi terorisme yang menghasilkantindakan terorisme.

Kemudian identi�kasian tiga tipe sekolah swasta Islam yang rentanterhadap penyebaran paham radikal sendiri, jika mengikuti gambaranumum dari pemaparan pendek Agus Mutohar dari hasil penelitian yang iaterlibat di dalamnya di dalam artikel itu, perlu juga dipertanyakan. 

Misalnya pada sekolah tipe pertama (closed schools), pertanyaannya bisamenjadi apakah pembenturan peradaban antara Barat dengan Islammeniscayakan penyemaian bibit terorisme? Selain istilah benturanantarperadaban diperkenalkan justru oleh Samuel Huntington, seorangpolitisi dan akademisi penasehat kebijakan Amerika Serikat di dalammemprediksi apa yang mungkin dihadapi oleh Amerika Serikat dansekutunya negara barat selepas usainya Perang Dingin, istilah ini jugamenyebutkan tujuh peradaban lain yang dianggap perlu digarap di dalam

EDISI KORAN REPUBLIKA TV GERAI IHRAM

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Page 6: Islam? · 2018. 5. 26. · ditakar dengan “tidak mau mengucap hari raya keagamaan lain” menjadi fokus dari laporannya adalah sesuatu yang bermasalah. Di dalam ajaran Islam, toleransi

27/05/2018 Radikalisme di Sekolah Swasta Islam? | Republika Online

http://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/05/25/p9aj58396-radikalisme-di-sekolah-swasta-islam# 6/10

penataan ulang World Order. Ini artinya bahwa diskursus benturanantarperadaban seusai Perang Dingin bukan eksklusif dan atau dimulai daridunia Islam. Lebih dari itu, semangat anti [hal-hal negatif dari] Barat tidakbisa selalu dikaitkan dengan radikalisme dan terorisme. 

Kemudian mengenai tipe sekolah kedua, yakni sekolah terpisah (separatedschool). Pertanyaan yang mengemuka dari pengidenti�kasian modelsekolah ini adalah masalah perekrutan guru. Jikasanya identi�kasi tipesekolah ini didasarkan dari tolok ukur bahwa sekolah ini tidak bisamerekrut guru agama dari kelompok keagamaan yang berbeda, adalahsesuatu yang problematik. 

Pada sekolah swasta Islam (dan sekolah swasta agama lain), perekrutanguru agama tentu akan bersifat kaku. Menjadi kurang masuk di akal jikasuatu sekolah swasta yang bernapaskan agama kemudian bisa merekrutguru agama yang berlatar belakang kelompok agama, aliran, ataudenominasi yang berbeda. 

Pun, jika misalnya identi�kasi tipe sekolah ini merujuk kepada sekolah yangeksklusif merekrut guru dari kelompok keagamaannya sendiri, ataukatakanlah memprioritaskan kelompok agamanya sendiri, seharusnyapenelitian itu juga melihat kemungkinan sosiologis bahwa eksklusivitas bisamuncul sebab kebutuhan pemberdayaan kelompok atau yayasan yangmasih kecil dan sangat berbeda untuk dibandingkan denganMuhammadiyah atau NU yang sudah sangat besar.

Untuk tipe sekolah yang ketiga, yaitu sekolah yang mengajarkan identitasMuslim yang murni (schools with pure Islamic identity), adakekurangjelasan dengan istilah yang dipakai dengan contoh yang diberikan.Jika identi�kasi tipe ketiga ini berkaitan dengan puritanisme di dalamkeberagamaan, atau di dalam Islam, maka harus pula diketahui bahwapuritanisme tidak selalu terkait dengan terorisme sebagaimana ia tidakselalu terkait dengan fundamentalisme dan atau radikalisme.

Jika misalnya yang dijadikan tolok ukur adalah kekakuan di dalammenerima perbedaan dan itu dikaitkan dengan terorisme, ini jugaproblematik. Sebab tidak semua jamaah di dalam Islam yang kaku di dalammenerima perbedaan memiliki ajaran memberontak kepada negarabahkan jamaah ini juga tidak bisa dianggap pendukung terorisme danpenolak usaha pemerintah di dalam memerangi terorisme. Oleh sebabitulah ada ketidaktepatan di dalam usaha memasukkan karakteristikjamaah tertentu di dalam kerangka toleransi, intoleransi dan permusuhankepada negara, jika memang radikalisme yang dimaksudkan terkait denganideologi terorisme.

Kita semua harus mendukung pemerintah, siapapun presidennya, untukmemerangi terorisme. Melihat bahwa isu terorisme di Indonesia kebetulandifokuskan kepada terorisme yang menyimpangkan ajaran Islam,pemerintah harusnya melihat bahwa penduduk Indonesia yang mayoritas

EDISI KORAN REPUBLIKA TV GERAI IHRAM

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Page 7: Islam? · 2018. 5. 26. · ditakar dengan “tidak mau mengucap hari raya keagamaan lain” menjadi fokus dari laporannya adalah sesuatu yang bermasalah. Di dalam ajaran Islam, toleransi

27/05/2018 Radikalisme di Sekolah Swasta Islam? | Republika Online

http://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/05/25/p9aj58396-radikalisme-di-sekolah-swasta-islam# 7/10

Islam sebagai modal. Pemerintah juga harus sadar bahwa di Indonesiaterdapat banyak sekali ormas dan jamaah keislaman yang berbeda-beda,sudah berdiri lama dan turut di dalam pendirian dan penjagaan RepublikIndonesia, yang bisa dirangkul di dalam usaha pemberantasan terorisme. 

Meskipun tulisan ini mengkritik bangunan argumen lewat penggunaan tigasurvei lain dan mempertanyakan temuan penelitian Agus Mutohar dankawan-kawan terkait pemetaan tipe sekolah Islam swasta yang rentanterhadap paham radikalisme, akan tetapi saya sepakat terhadap ide bagusAgus Mutohar untuk “menggunakan lembaga pendidikan”. Tetapi bukandalam konteks menyebarkan de�nisi toleransi yang ambigu dari SetaraInstitute sebagaimana sudah saya bahas tadi, tetapi menjadi tempatvaksinasi para pemuda dari potensi terlibat terorisme dan imun daripaparan ideologi terorisme. Karena terorisme yang sedang kita perangibersama terkait dengan ideologi yang menyimpangkan Islam maka menjadikeniscayaan bila objek di dalam vaksinasi ini menurut saya adalah siswa-siswa Muslim.

Saya melihat bahwa pemerintah Indonesia misalnya bisa memasukkanpelajaran mengenai Islam dan terorisme di dalam buku pelajaran agamaIslam di sekolah rendah. Materinya tentu bukan sesuatu yang sifatnyajargon dan klise sebagaimana saya lihat selama ini tetapi justru sayamembayangkan bagaimana mengajarkan pemahaman anti terorisme itudalam konteks �qih, sejarah Islam, sejarah lahirnya ke-Indonesia-an denganformulasi Pancasila (thesis Saifuddin Anshari yang berjudul “Jakarta Charterof June 1945” bisa menjadi rujukan yang bagus) yang mengikat umat Islamdengan umat lain di dalam negara Indonesia, dan sejarah organisasi terorisdi dunia yang menunjukkan bagaimana banyak organisasi terorismehanyalah permainan proksi negara-negara besar dunia. Mengikat isu darisudut pandang Islam dan pemahaman akan realita terorisme dunia didalam melawan terorisme di Indonesia justru menurut saya akan lebihefektif daripada memakai pendekatan dengan tolok ukur berparadigmadari luar Islam (ideologi multikulturalisme pluralisme). 

Pemerintah sebaiknya tidak mengadopsi pendekatan stigmatis pluralismeterhadap keberimanan Muslim (atau umat beragama apapun) di dalammende�nisikan sikap intoleransi apalagi misalnya secara jauh kemudianmengaitkannya dengan kerentanan terhadap ideologi terorisme. Hal inijustru akan bisa membuat jarak antara negara dengan umat Islam.

Pendekatan stigmatis dengan cara pandang pluralisme seperti itu tidakhanya kontraproduktif tetapi justru niscaya menimbulkan resistensi dariumat Islam. Kita semua tahu bahwa Muslim secara mainstream melihatpluralisme sebagai bentuk ekstrem yang lain dari penyimpanganpengakuan beriman. Sebagaimana umat beragama lain di Indonesia, sayayakin, juga demikian melihatnya jika berkenaan dengan keberimanannya.

Sebagai penutup, hal yang harusnya terbaca oleh kawan saya AgusMutohar di dalam membaca temuan survei-survei lainnya adalah mengenai

EDISI KORAN REPUBLIKA TV GERAI IHRAM

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Page 8: Islam? · 2018. 5. 26. · ditakar dengan “tidak mau mengucap hari raya keagamaan lain” menjadi fokus dari laporannya adalah sesuatu yang bermasalah. Di dalam ajaran Islam, toleransi

27/05/2018 Radikalisme di Sekolah Swasta Islam? | Republika Online

http://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/05/25/p9aj58396-radikalisme-di-sekolah-swasta-islam# 8/10

radikalisme sekolah swasta sekolah islam

Komentar 3Dapatkan Update Berita Republika

Masukan Email Anda Subscribe

peran internet sebagai sumber pencarian informasi mengenai agama Islamoleh siswa-siswa usia sekolah. Sudah banyak penelitian dan temuan yangmenunjukkan bahwa internet dipakai oleh teroris di dalam menyebarkanpaham radikalisme mereka dan merekrut anggota baru sebagaimanadiungkapkan oleh ahli terorisme Indonesia kawan saya yang lain, NoorHuda Ismail.

Saya melihat bahwa pemerintah harus bekerjasama secara serius dengan“semua ormas-ormas Islam di Indonesia” yang mendaku antiterorisme didalam operasi perang siber melawan persebaran paham radikalisme danterorisme misalnya di dalam merilis rutin secara publik temuan situs didunia maya atau akun di media sosial yang berkonten radikalisme danterorisme dengan tanda-tangan perwakilan ormas-ormas Islam tersebut.Bahkan jika dirasa perlu sebagai edukasi publik khususnya Muslim diIndonesia, di dalam rilisan tersebut dijelaskan penyimpangannya menurutpandangan Islam.

Penjelasan yang transparan di dalam praktik pemasukan seorangpendakwah, sebuah situs, atau sebuah akun media sosial di dalam kaitanpersebaran ideologi terorisme sangat diperlukan dan bukan memakaide�nisi toleran-intoleran yang bias tadi, apalagi memaksakankeniscayaannya dengan ideologi terorisme. Agar tidak ada gaduh antarapemerintah dengan umat Islam, dan juga tidak gaduh di dalam umat Islam.Kegaduhan di dalam populasi yang besar sangat tidak baik bagipemerintah.

Tentu saja pekerjaan seperti ini bukan pekerjaan ringan. Akan tetapi didalam menghadapi kejahatan luar biasa seperti terorisme, tentudibutuhkan pengerjaan yang tidak biasa saja.

 

*) Ketua PCIM Muhammadiyah Australia 2015-2017, Dosen FKIP UniversitasMuhammadiyah Surakarta, Kandidat PhD Monash University Australia

 

EDISI KORAN REPUBLIKA TV GERAI IHRAM

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Page 9: Islam? · 2018. 5. 26. · ditakar dengan “tidak mau mengucap hari raya keagamaan lain” menjadi fokus dari laporannya adalah sesuatu yang bermasalah. Di dalam ajaran Islam, toleransi

27/05/2018 Radikalisme di Sekolah Swasta Islam? | Republika Online

http://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/05/25/p9aj58396-radikalisme-di-sekolah-swasta-islam# 9/10

A S I A

Malaysia Negosiasi Ulang Kontrak ProyekKA dengan TiongkokUtang nasional melambung senilai 50 miliar dolar setelah proyek-proyek raksasa.

L I G A I N D O N E S I A

Mario Gomez Ancam Tinggalkan PersibMenurut Gomez, sarana latihan Persib tidak memadai untuk tim.

A S I A

Kim Jong-un dan Moon Jae-in GelarPertemuan MendadakMoon dan Kim membahas tentang pelaksanaan DeklarasiPanmunjeom.

B E R I T A J U R N A L H A J I

Menag Minta Petugas Haji Cintai JamaahMenag meminta petugas menumbuhkan cinta agar bisa melayanidengan ikhlas.

L I G A I N D O N E S I A

Timnas Putri Janji Kalahkan ThailandBesokTimnas sepak bola putri Indonesia dipersiapkan untuk Asian Games.

BERITA LAINNYA

3 Comments Sort by

Zaky Keren · London School of Economics and Social ScienceRadikalisme n liberalisme n komunisme harus di larang....harus ketiga2 nya... Indonesia negaraPancasila-ketuhanan yang maha esa

Like · Reply · 1 · 13h

Tridjoko MurtiPenulis dan penelitinya seperti sedang memenuhi pesanan, klhtnnya LN terbukti bcr Islamreferensinya non muslim. Apa sdg ramai2 menerapkan harapan Mike Pence, wapres AS yg bbrpwkt ditemui pengkhianat Islam ?Like · Reply · 14h

Marwan Abinur · Ikip Negeri SurakartaTekanan dari luar juga besar pengaruhnya. Adanya reaksi tidak lepas pula dari aksi.Like · Reply · 14h

Facebook Comments Plugin

Top

Add a comment...

TERPOPULER

EDISI KORAN REPUBLIKA TV GERAI IHRAM

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER

Page 10: Islam? · 2018. 5. 26. · ditakar dengan “tidak mau mengucap hari raya keagamaan lain” menjadi fokus dari laporannya adalah sesuatu yang bermasalah. Di dalam ajaran Islam, toleransi

27/05/2018 Radikalisme di Sekolah Swasta Islam? | Republika Online

http://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/05/25/p9aj58396-radikalisme-di-sekolah-swasta-islam# 10/10

 

CONTACT INFO

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext 308Phone: 021 780 3747

Fax: 021 799 7903 Email:

[email protected] (Redaksi) [email protected] (Redaksi)

[email protected] (Marketing)

ABOUT US DISCLAIMER PRIVACY POLICY PEDOMAN SIBER PETA S ITUS KARIR

COPYRIGHT © 2018 REPUBLIKA.CO.ID, ALL RIGHT RESERVED

Tak�riyah, Puasa Ramadhan-7 Terima Zakat Jangan Mohamed Salah, Menjadi Jempol

NEWS+

KHAZANAH+

INTERNASIONAL+

EKONOMI+

SEPAK BOLA+

LEISURE+

KOLOM+

RAMADHAN+

INFOGRAFIS+

JURNAL-HAJI+

REPUBLIKA TV+

INDEKS+

LAINNYA+

EDISI KORAN REPUBLIKA TV GERAI IHRAM

Sabtu, 11 Ramadhan 1439 / 26 Mei 2018

LOGIN REGISTER