Isinya

19
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taksonomi berasal dari bahasa Yunani ‘tasseinyang berarti untuk mengklasifikasi dan ‘nomosyang berarti aturan. Secara istilah taksonomi adalah klasifikasi khusus, yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolongkan dalam sistematika tertentu. Setelah menerima pengalaman belajar, siswa memiliki kemampuan-kemampuan yang dalam hal ini sering disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa bak berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang telah diajarkan. Dalam prosesnya, hasil belajar terjadi karena adanya berbagai faktor. Secara umum

Transcript of Isinya

Page 1: Isinya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani ‘tassein’ yang berarti

untuk mengklasifikasi dan ‘nomos’ yang berarti aturan. Secara istilah

taksonomi adalah klasifikasi khusus, yang berdasarkan data penelitian

ilmiah mengenai hal-hal yang digolongkan dalam sistematika tertentu.

Setelah menerima pengalaman belajar, siswa memiliki

kemampuan-kemampuan yang dalam hal ini sering disebut sebagai hasil

belajar. Hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif, dan

psikomotorik sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa

bak berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang telah

diajarkan.

Dalam prosesnya, hasil belajar terjadi karena adanya berbagai

faktor. Secara umum terbagi menjadi dua faktor, faktor internal dan faktor

eksternal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang termasuk dalam taksonomi Benyamin S. Bloom?

2. Apa saja yang termasuk dalam taksonomi “Delapan Tipe Belajar”?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil belajar?

1

Page 2: Isinya

2

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui aspek dalam taksonomi Benyamin S. Bloom.

2. Untuk mengetahui aspek dalam taksonomi “Delapan Tipe Belajar”.

3. Untuk memahami faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Page 3: Isinya

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Taksonomi Benyamin S. Bloom

1. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan, yaitu:

a. Prinsip metodologis: perbedaan-perbedaan yang besar telah

merefleksikan kepada cara-cara guru dalam mengajar.

b. Prinsip pskologis: taksonomi hendaknya konsisten denan

fenomena kejiwaan yang ada sekarang.

c. Prinsip logis: taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis

dan konsisten.

d. Prinsip tujuan: tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan

tingkatan-tingkatan nilai-nilai. Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan

hendaknya menggambarkan corak yang netral.1

2. Bloom telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang

melahirkan taksonomi lain, berikut:2

a. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)

Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang kesamaanya

knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition

(kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan

(Neisser: 1976). Teori Bloom tentang ranah kognitif terdiri dari

beberapa aspek, antara lain:

1Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta: Bumi Aksara, 2008, 113.

2 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,..., 114.

Page 4: Isinya

4

1) Pengetahuan (Knowledge) : Mencapai kemampuan ingatan

tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian

kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2) Pemahaman (Comprehension) : Mencakup kemampuan

menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

3) Penerapan atau aplikasi (Application) : Mencakup kemampuan

menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah

yang nyata dan baru.

4) Analisis (Analysis) : Mencakup kemampuan merinci suatu

kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan

dapat dipahami dengan baik.

5) Sintesis (Synthesis) : Mencakup kemampuan membentuk suatu

pola baru.

6) Evaluasi (Evaluation) : Level paling tinggi dari aktivitas

kognitif, evaluasi, adalah memutuskan materi dengan

pertimbangan keakuratan internal, konsistensi, dan kelengkapan

atau pertimbangan materi menurut standar eksternal yang

diterima secara umum.

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir

yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana,

yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan

Page 5: Isinya

5

masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan

menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur

yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan

demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang

mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal

dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi

yaitu evaluasi.

b. Ranah Afektif (Affective Domain)

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap

dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti

perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar

mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan

perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif

tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada

peserta didik dalam berbagai tingkah laku.

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang,

yaitu:

1) Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan)

semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi)

dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah,

situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk

kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan

seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Pada jenjang ini

Page 6: Isinya

6

peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai

yang diajarkan kepada mereka dan mereka mempunyai

kemauan menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau

mengidentifikasi diri dengan nilai itu. Contoh: mendengar

pendapat orang lain, mengingat nama seseorang.

2) Responding (menanggapi), ialah suatu sikap yang

menunjukkan adanya partisipasi aktif atau kemampuan

menanggapi, kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu

dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi

peserta dan tertarik. Contoh: berpartisipasi dalam diskusi

kelas.

3) Valuing (menilai atau menghargai), artinya memberikan nilai

atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau

objek, sehingga apabila kegiatan itu idak dikerjakan

memebrikan suatu penyesalan. Dalam kaitannya dengan proses

pembelajaran peserta didik tidak hanya mau menerima nilai

yang diajarkan mereka telah berkemampuan untuk menilai

konsep atau fenomena baik atau buruk. Contoh: Mengusulkan

kegiatan Corporate Social Responsibility sesuai dengan nilai

yang berlaku dan komitmen perusahaan.

Page 7: Isinya

7

4) Organization (mengatur atau mengorganisasikan), yakni

pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi,

termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai yang lain,

pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang

termasuk kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai,

organisasi sistem nilai dan lain-lain. Kemampuan membentuk

sistem nilai dan budaya organisasi dengan

mengharmonisasikan perbedaan nilai. Contoh: menyepakati

dan mentaati etika profesi, mengakui perlunya keseimbangan

antara kebebasan dan tanggung jawab.

5) Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi

dengan  suatu nilai atau komplek nilai), adalah keterpaduan

semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai

sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi

lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam

kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi,

sosial dan emosi jiwa. Serta memperbaiki hubungan

intrapersonal, interpersonal dan social. Contoh: menunjukkan

rasa percaya diri ketika bekerja sendiri, kooperatif dalam

aktivitas kelompok.

Page 8: Isinya

8

c. Ranah Psikomotorik (Psychomotor Domain)

Dalam psikologi, kata motor digunakan sebagai istilah yang

menunjukkan pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-

otot dan gerakan-gerakannya, juga kelenjar-kelenjar dan sekresinya.

Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan

yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap

kegiatan organ-organ fisik.3 Ranah ini berkaitan dengan keterampilan

bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Hasil sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan

dan hasil belajar afektif. Ranah psikomotor adalah berhubungan

dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari,

memukul, dan sebagainya.

Hasil belajar psikomotor dapat diukur melalui:

1) Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta

didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung

2) Sesudah mengikuti pembelajaran

3) Beberapa waktu setelah pembelajaran dan kelak dalam

lingkungannya.

B. Taksonomi “Delapan Tipe Belajar”

Menurut Robert M. Gagne ada 8 tipe belajar, yaitu:

1. Tipe belajar tanda (Signal Learning) oleh Pavlov bahwa semua

jawaban/respons menurut kepada tanda/sinyal.

3 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010, hlm 13.

Page 9: Isinya

9

2. Tipe belajar rangsang-reaksi (Stimulus-Response Learning), yaitu

timbulnya respons karena adanya dorongan yang datang dari

dalam serta adanya penguatan sehingga seseorang mau melakukan

sesuatu secara berulang-ulang.

3. Tipe belajar berangkai (Chaining Learning), maksudnya adalah

bahwa suatu respons pada gilirannya akan menjadi stimulus baru

dan selanjutnya akan menimbulkan respons baru.

4. Tipe belajar asosiasi verbal (Verbal Association Learning),

berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana hasil belajarnya

yaitu memberikan reaksi verbal pada stimulus/perangsang.

5. Tipe belajar membedakan (Discrimination Learning), kemampuan

untuk membeda-bedakan antar objek-objek yang terdapat dalm

lingkungan fisik.

6. Tipe belajar konsep (Concept Learning), untuk memperoleh

pemahaman atau pengertian tentang suatu yang mendasar.

7. Tipe belajar kaidah (Rule Learning), menghasilkan suatu kaidah

yang terdiri atas penggabungan beberapa konsep.

8. Tipe belajar pemecahan masalah (Problem Solving), menghasilkan

suatu prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu

permasalahan.

C. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas

dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor

Page 10: Isinya

10

tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga

menentukan kualitas hasil belajar.

1. Faktor internal, adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor

internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

a. Faktor fisiologis, ialah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kondisi fisik individu. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan

memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.

b. Faktor psikologis, ialah keadaan psikologis seseorang yang dapat

memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang

utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,

motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.

2. Faktor eksternal, faktor ini dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu

keluarga, sekolah dan masyarakat.

a. Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari

keluarga berupa:

1) Bagaimana cara orang tua mendidik

2) Suasana rumah

3) Keadaan sosio-ekonomi (menunjuk pada kemampuan financial

siswa dan perlengkapan material yang dimiliki siswa, keadaan

ini dapat bertaraf baik-cukup-kurang.)4

4) Pengertian orang tua

5) Latar belakang kebudayaan.4 W.S. Winkel. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia. 23.

Page 11: Isinya

11

b. Faktor sekolah:

1) Metode mengajar

2) Kurikulum

3) Relasi guru dengan siswa

4) Disiplin sekolah

5) Alat pelajaran

6) Metode mengajar

7) Waktu belajar, dsb.

c. Faktor masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena

siswa berada dalam masyarakat. Faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa yaitu:

1) Kegiatan siswa dalam masyarakat

2) Media massa

3) Teman bergaul

4) Bentuk kehidupan masyarakat.

BAB III

Page 12: Isinya

12

PENUTUP

A. Kesimpulan

Taksonomi tipe hasil belajar adalah klasifikasi khusus terhadap

tipe hasil belajar untuk tujuan pendidikan. Terdapat beberapa

taksonomi diantaranya, taksonomi Benyamin S. Bloom dan taksonomi

“Delapan Tipe Belajar”.

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir

yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana. Ranah

afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,

emosi, dan nilai. Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan

aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul,

dan sebagainya.

Faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua

kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor

tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga

menentukan kualitas hasil belajar.

B. Saran

Dengan kita mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar, maka sebaiknya pihak pendidik dan orang tua saling bekerja

sama dalam mencapai hasil belajar yang maksimal untuk memenuhi

setiap aspek dalam tipe-tipe hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Isinya

13

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010.

Arikunto, Suharisini, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta: Bumi

Aksara, 2008.

Winkel, W.S. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia,

1983.