isi.docx
Transcript of isi.docx
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45
tahun dan sering berhubungan dengan olah-raga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua, wanita lebih sering mengalami
fraktur daripada laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis
yang terkait dengan perubahan hormon pada monopouse.
Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang akan
mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa
nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak
nyamanan secara verbal maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi
oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri
dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat,
konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan. Pengelolaan nyeri fraktur, bukan saja
merupakan upaya mengurangi penderitaan klien, tetapi juga meningkatkan kualitas
hidupnya. Rasa nyeri bisa timbul hampir pada setiap area fraktur. Bila tidak diatasi dapat
menimbulkan efek yang membahayakan yang akan mengganggu proses penyembuhan dan
dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas, untuk itu perlu penanganan yang lebih
efektif untuk meminimalkan nyeri yang dialami oleh pasien. Secara garis besar ada dua
manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non
farmakologi. Salah satu cara untuk menurunkan nyeri pada pasien fraktur secara non
farmakologi adalah diberikan kompres dingin pada area nyeri. Perawat harus yakin bahwa
tindakan mengatasi nyeri dengan kompres dingin dilakukan dengan cara yang aman.
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
111
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah definisi dari fraktur femur terbuka?
b. Apakah anatomi dan fisiologi dari femur ?
c. Apakah klasifikasi dari fraktur femur terbuka?
d. Apakah etiologi dari fraktur femur terbuka?
e. Bagaimana patofisiologi dari fraktur femur terbuka?
f. Apakah manifestasi klinis yang terjadi pada fraktur femur terbuka ?
g. Apakah komplikasi yang terjadi pada fraktur femur terbuka?
h. Apakah pemeriksaan penunjang dari fraktur femur terbuka?
i. Apakah asuhan keperawatan klien dengan fraktur femur terbuka?
1.3 Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui definisi dari fraktur femur terbuka
b. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari femur
c. Untuk mengetahui klasifikasi dari fratur femur terbuka
d. Untuk mengetahui etiologi dari fraktur femur terbuka
e. Untuk mengetahui patofisiologi dari fraktur femur terbuka
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis yang terjadi pada fraktur femur terbuka
g. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada fraktur femur terbuka
h. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari fraktur femur terbuka
i. Untuk mengetahui keperawatan klien dengan fraktur femur terbuka
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
222
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya
(Smeltzer & Bare, 2002 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap
terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan
seluruh ketebalan tulang. (Price, 2006 : 1365).
Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang dapat terjadi dalam keadaan normal atau patologis.
Pada keadaan patologis, misalnya kanker tulang atau osteoporosis, tulang menjadi lebih
lemah. Dalam keadaan ini, kekerasan sedikit saja akan menyebabkan patah tulang. (Oswari ,
2005 : 144).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005 : 840).
Fraktur terbuka adalah suatu fraktur dimana terdapat hubungan antara patah tulang
dengan dunia luar.
Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat truma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok
(FKUI dalam Jitowiyono, 2010 : 15).
Pasien datang dengan paha yang membesar, mengalami deformitas dan nyeri sekali dan
tidak dapat menggerakan pinggul maupun lututnya. Fraktur dapat transversal, oblik, spiral
maupun kominutif. Sering pasien mengalami syok, karena kehilangan darah 2 sampai 3 unit
kedalam jaringan, sering terjadi pada faktur ini (Smeltzer & Bare, 2002:2379).
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
333
Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian fraktur adalah
terputusnya kontiunitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa atau kekerasan, bisa dalam keadaan normal atau patologis.
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu bersendi dengan
asetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini ia menjulur medial ke lutut dan
membuat sendi dengan fibra. Tulangnya berupa tulang pipa dan mempunyai sebuah batang
dan dua ujung
Ujung atas memperlihatkan sebuah kepala yang menduduki dua pertiga dari daerah itu.
Di puncaknya ada lekukan seperti bentuk kulit telur dengan permukaan kasar, untuk
kaitannya ligamentum teles. Dibawah kepala ada leher yang panjang dan gepeng. Pada
dataran, ditempat leher menjadi batang, disebelah luar terdapat trokhanter mayor dan
disebelah belakang dan tengah terdapat trokhanter minor.
Pada dasar leher dari tulang ada dua garis yang menghubungkan trokhanter mayor dan
minor yaitu garis intertrokhanter di depan, dan kista intertrokhanter di sebelah belakang.
Yang terakhir ditandai oleh sebuah tuberkel dari lubang yaitu kwadratum di pertengahan
panjangnya. Batang femur berbentuk silinder, halur dan bundar di depan dan di sisinya.
Melengkung ke depan dan belakangnya ada belebas yang sangat jelas disebut linea aspera,
tempat kaitan sejumlah otot diantaranya adduktor dari paha.(Peace, Evelyn :1999)
Fisiologi
Fungsi tulang :
a) Menahan seluruh bagian-bagian bagan supaya jangan rubuh
b) Tempat melekatnya otot dan untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot
c) Tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah
d) Memberi bentuk pada bangunan tubuh
e) Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium dan posfor
(Anatomi dan Fisiologi, Syaifuddin )
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
444
Klasifikasi tulang:
a) Berdasarkan bentuknya
Tulang panjang, bentuknya panjang seperti pipa contoh: tulang humerus, tulang tibia,
tulang femur
Tulang pendek, bentuknya pendek dan tidak teratur, contoh: tulang vertebra
Tulang pipih, bentuknya lebar tetapi tipis, contoh: tulang wajah.
b) Berdasarkan strukturnya
Jaringan tulang muda yaitu jaringan yang lebih dekat dari jaringan ikat biasa, sel-
selnya disebut kondrosit dan sel yang masih muda disebut kondroblas.
Jaringan tulang keras. Bersifat sangat keras, tidak dapat dipotong dengan pisau karena
banyak mengandung zat kapur.
2.3 Klasifikasi fraktur
Secara umum, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu :
a) Berdasarkan sifat fraktur :
a) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi.
b) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Klasifikasi menurut Gastilo dan Anderson dari derajat patah tulang :
1. Derajat 1
Luka < 1 cm.
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk.
Fraktur sederhana, transversal, oblik atau kominutif ringan.
Kontaminasi minimal
2. Derajat 2
Laserasi > 1 cm.
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap / arulsi.
Fraktur kominutif sedang.
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
555
Kontaminasi sedang.
3. Derajat 3
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luar meliputi struktur kulit, otot dan
neuro vaskuler serta keutamaan derajat tinggi secara otomatis, Gustilo
membagi lagi menjadi 3 bagian :
Derajat III
Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat
laserasi luas / flap / avulsi / fraktur segmental / sangat kuminatif yang
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran
luka.
Derajat III B
Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau
kontaminasi.
Derajat III C
Luka pada pembuluh arteri / saraf perifer yang harus dan perbaiki tanpa
melihat keruskaan jaringan lunak.
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 347)
Gambar 1 : Close fraktur dan Open fraktur
b) Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
a) Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b) Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti:
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
666
Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan
kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks
lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
c) Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.
a) Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
c) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
d) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang.
d) Berdasarkan jumlah garis patah.
a) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
e) Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum nasih utuh.
b) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
777
Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah
sumbu dan overlapping).
Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
f) Berdasarkan letak anatomi fraktur femur
a) Fraktur collum femur
Fraktur collum femur sering terjadi pada usia diatas 60 tahun dan lebih sering
pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses
penuaan dan menopause. Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma
langsung, yaitu misalnya penderita jatuh pada posisi miring dimana daerah
trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras atau disebabkan oleh
trauma tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi dari tungkai bawah
b) Fraktur subtrochanter femurFraktu subtrochanter femur merupakan fraktur
dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor. Fraktur ini dapat
diklasifikasikan kembali berdasarkan posisi garis patahnya, yaitu :
Tipe 1 : garis fraktur 1 level dengan trochanter minor
Tipe 2 : garis patah berada 1-2 inchi dibawah dari batas atas trochanter
minor.
Tipe 3 : garis patah berada 2-3 inchi dibawah batas atas trochanter minor
c) Fraktur batang femur
Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan
lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Patah tulang yang terjadi pada daerah ini
dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan mengakibatkan penderita
jatuh dalam kondisi syok. Salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi
berdasarkan adanya luka berhubungan dengan daerah yang patah.
d) Fraktur femur supracondylar
Fraktur ini relative lebih jarang dibandingkan fraktur batang femur. Seperti halnya
fraktur batang femur, fraktur supracondylar dapat dikelola secara konservatif
dengan traksi skeletal dengan lutut dalam posisi fleksi 90⁰. Fraktur supracondiler
pada fragmen bagian distalselalu terjadi dislokasi secara posterior. Biasanya
fraktur supracondylar ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
888
tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus dan varus dan disertai gaya
rotasi.
e) Fraktur femur intercondyler
Fraktur ini juga relative jarang dan biasanya terjadi akibat jatuh dengan keadaaan
fleksi dari ketinggian. Permukaan belakang patella berbentuk baji, melesak
kedalam sendi lutut dan mengganjal diantara kedua kondilus dan salah satu atau
keduanya retak. Pada bagian proksimal kemungkinan terdapat komponen
melintang sehingga didapati fraktur dengan garis fraktur berbentuk T atau Y.
2.4 Etiologi
Menurut Sachdeva dalam Jitowiyono dkk (2010: 16), penyebab fraktur dapat dibagi
menjadi tiga yaitu :
a) Cedera traumatic
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a) Cedera langsung berarti pukulan/kekerasan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan ditempat itu. Pemukulan biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
b) Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a) Tumor tulang (jinak atau ganas), pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
dan progresif.
b) Infeksi seperti osteomielitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c) Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh difisiensi vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi
diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau
oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
c) Secara spontan
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
999
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan
orang yang bertugas di kemiliteran (Jitowiyono dkk, 2010:16).
2.5 Patofisiologi
Ada beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang :
a) Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami respon yang sama dengan bila ada
cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera
dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Terjadi inflamasi,
pembengkakan dan nyeri. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang
dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
b) Proliferasi sel
Dalam sekitar 5 hari, hematome akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-
benang fibrin dalam jendela darah , membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan
invasi fibroblast dan osteoblast.
c) Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi
lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang di gabungkan dengan
jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar
fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis,
fragmen tulang tak bisa lagi digerakkan.
d) Penulangan kalus (osifikasi)
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang
melalui proses penulangan endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai
tulang benar-benar telah bersatu dan keras. Penulangan perlu waktu 3-4 bulan.
e) Remodeling menjadi tulang dewasa
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan
waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tergantung beratnya modifikasi tulang
yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan stres fungsional pada tulang (Smeltzer & Bare,
2002:2268).
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
101010
2.6 Manifestasi Klinis
1. Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a) Rotasi pemendekan tulang
b) Penekanan tulang
2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).
2.7 Komplikasi
Komplikasi Fraktur terbagi atas:
1. Komplikasi segera
a) Kerusakan arteri dapat berupa terputusnya arteri, spasme arteri, penekanan arteri dan
trombosisi arteri
b) Sindrom kompertemen dibentuk oleh otot, tulang, saraf dan pembuluh darah dan
dibungkus oleh membran fibrosa. Kompartemen adalah ruangan yang tertutup.
Karena adanya trauma, edema, perdarahan menyebabkan tekanan pada otot, saraf dan
pembuluh darah. Kompartemen sindrom adalah nyeri istemik yang tidak dapat hilang
dengan narkotika
c) Emboli lemak, jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi yang fatal dan
menyebabkan kematian sebesar 20 % dari seluruh kematian akibat fraktur. Emboli
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
111111
berasal dari lemak sumsum tulang dan jaringan lemak. Kemudian melalui robekan
vena masuk ke sirkulasi vena paru-paru, bersama lemak globules melewati kapiler
paru masuk ke sirkulasi sistemik dan menuju ke otak, ginjal, jantung dan kulit
d) Infeksi sebagai akibat dari kontaminasi fraktur terbuka
e) Syock, fraktur dapat merusak pembuluh darah, resiko terjadi pada tulang femur dan
tulang pelvis.
2. Komplikasi lanjut
a) Mal union adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya tetapi terdapat
deformitas yang terbentuk angulasi, rotasi, kependekan.
b) Delay union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan
c) Non Union apabila fraktur tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan
konsiliasi
(Brunner and Suddarth, 2002)
2.8 Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Rontgen: menentukan lokasi/ luasnya fraktur/ trauma
b) Skan tulang, tomogram, skan CT/ MRI : memperlihatkan fraktur ; juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c) Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d) Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi atau menurun
perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).
Pengingkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
e) Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin klirens ginjal
f) Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple, atau
cedera hati
2.9 Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan fraktur prinsipnya adalah dengan 4-R :
1. Recognisi : riwayat dari terjadinya fraktur sampai didiagnosa fraktur
2. Reduksi : upaya memanipulasi fragmen tulang
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
121212
3. Retensi : memelihara reduksi sampai penyembuhan
4. Rehabilitasi : upaya untuk pencapai kembali fungsi tulang secara normal
b) Beberapa intervensi yang diperlukan.
1. Intervensi Terapeutik atau konservatif
Proteksi dengan mitela atau pembebatan fraktur diatas dan dibawah sisi cidera
sebelum memindahkan pasien. Pembebatan atau pemdidaian mencegah luka dan
nyeri yang lebih jauh dan mengurangi adanya komplikasi.
a) Immobilitas
Dilakukan dalam jangka waktu berbeda-beda untuk kesembuhan fragmen
yang dipersatukan dengan pemasangan gips
b) Memberikan kompres dingin untuk menentukan perdarahan, edema dan
nyeri
c) Meninggikan tungkai untuk menurunkan edema nyeri
d) Kontrol perdarahan dan memberikan penggantian cairan untuk mencegah
syock.
e) Traksi untuk fraktur tulang panjang
Sebagai upaya menggunakan kekuatan tarikan untuk meluruskan dan
immobilisasi fragmen tulang.
f) Reposisi tertutup atau fiksasi dengan gips
Pada fraktur supra kondilus, reposisi dapat dilaksanakan dengan anestesi
umum atau lokal.
2. Pemberian Diet
Pemberian diet TKTP dan zat besi untuk mencegah terjadinya anemia.
3. Intervensi farmakologis
a) Anestesi local, analgesic narkotik, relaksasi otot atau sedative diberikan
untuk membantu klien selama prosedur reduksi tertutup.
b) Anestesi dapat diberikan
c) Analgesic diberikan sesuai petunjuk untuk mengontrol nyeri pada pasca
operasi ATS diberikan pada pasien tulang complicated
4. Intervensi operatif
a) Reduksi untuk memperbaiki kontinuitas tulang
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
131313
- Reduksi Tertutup
Fragmen tulang disatukan dengan manipulasi dan traksi manual untuk
memperbaiki kesejajaran gips atas bebat dipasang, untuk
mengimmobilisasi ekstremitas dan mempertahankan reduksi.
Diperlukan suatu kontrol radiology yang diikuti fiksasi interna.
- Reduksi terbuka dan fiksasi internal / ORIF
Fiksasi interna dengan pembedahan terbuka akan mengimmobilisasi
fraktur. Memasukkan paku, sekrup atau pen atau plat ke dalam tempat
fraktur untuk memfiksasi bagian tulang yang fraktur secara bersamaan.
Fragmen tulang secara langsung terlihat dan alat fiksasinya digunakan
untuk memegang fragmen tulang dalam posisi. Terjadi penyembuhan
tulang dan dapat diangkat bila tulang sembuh. Setelah penutupan luka,
beban atau gips untuk stabilisasi dan sokong tambahan.
Gambar 2 : Fiksasi Interna
b) Penggantian endoprostetik
Penggantian fragmen dengan alat logam terimplantasi dan digunakan bila
terakhir mengganggu nutrisi tulang atau pengobatan pilihan adalah
penggantian tulang.
2.10 Pathway
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
141414
2.11 Asuhan keperawatan
a) Pengkajian
A. Anamnese
1) Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
register, tanggal MRS, diagnose medis.
2) Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah nyeri. Nyeri tersebut
bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan :
P : apakah ada peristiwa yang menjadi factor presipitasi nyeri.
Q : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah
seperti dibakar, berdenyut atau menusuk.
R : apakah rasa sakit itu bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar,
dan dimana rasa sakit terjadi
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
151515
S : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala
nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
T : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari
3) Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit
tertentu seperti kanker tulang yang menyebabkan fraktur patologis yang sering
sulit menyambung. Selain itu penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat
beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes
menghambat proses penyembuhan tulang. (Ignativicus, Donna D, 1995)
5) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu factor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,
osteophorosis,yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang
yang cenderung diturunkan secara genetic. (Ignativicus, Donna D, 1995)
6) Riwayat psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun masyarakat. (Ignativicus, Donna D, 1995)
7) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
161616
Pada kasus fraktur akan timbul ketakutan akan terjadinya kecacatan pada
dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan
hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu
metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu
keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-
harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi
klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama
kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan
faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain
itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
c. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur femur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau
feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga
dikaji ada kesulitan atau tidak.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur
e. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh
orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
171717
terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko
untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain.
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Karena klien harus menjalani rawat inap.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan
kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang
salah (gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 1995).
h. Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga
pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa
nyeri akibat fraktur (Ignatavicius, Donna D, 1995).
i. Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan
seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta
rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status
perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya (Ignatavicius,
Donna D, 1995).
j. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D,
1995).
k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan
karena nyeri dan keterbatasan gerak klien (Ignatavicius, Donna D, 1995).
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
181818
B. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu
untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana
spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih
mendalam.
1. Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
a) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda,
seperti:
- Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
- Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan
pada kasus fraktur biasanya akut.
- Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
2. Secara head to toe
a) Sistem integument
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
oedema, nyeri tekan.
b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan,
tidak ada nyeri kepala.
c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan
ada.
d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
e) Mata
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
191919
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi
perdarahan)
f) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
g) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tidak pucat.
h) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
i) Paru
- Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
- Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
- Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
- Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi.
j) Jantung
- Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
- Palpasi
Nadi normal.
- Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
k) Abdomen
- Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
202020
- Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
- Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
l) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
3. Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal
adalah:
a) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
- Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas
operasi).
- Fistulae.
- Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
- Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak
biasa (abnormal).
- Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas).
- Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
b) Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai
dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan
pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa
maupun klien.
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
212121
Yang perlu dicatat adalah:
- Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
- Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema
terutama disekitar persendian.
- Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal).
Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang
terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga
diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat
benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya,
pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan
ukurannya.
4. Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan
menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada
pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi
keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran
derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam
ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak
(mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.
C. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi
keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu
AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan
(khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena
adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar
indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan
permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
222222
- Bayangan jaringan lunak.
- Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau
biomekanik atau juga rotasi.
- Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
- Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:
- Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang
lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan
kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja
tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
- Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan
pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan
akibat trauma.
- Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena
ruda paksa.
- Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang
rusak.
2) Pemeriksaan Laboratorium
- Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
- Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
- Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
3) Pemeriksaan lain-lain
- Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
232323
- Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
- Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
- Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
- Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
- MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
b) Diagnosa keperawatan
Menurut Sumijantun (2010:189), diagnosa keperawatan merupakan langkah
kedua dari proses keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan
baik aktual maupun potensial. Adapun diagnosa keperawatan pada kasus fraktur
femur menurut Suratun (2008:67) adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan dan
imobilisasi.
2. Potensi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pembengkakan,
alat yang mengikat, dan ganguan peredaran darah.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kehilangan kemandirian.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, pembengkakan, prosedur
pembedahan, serta adanya imobilisasi, bidai, traksi, gips.
5. Perubahan citra diri dan harga diri berhubungan dengan dampak
muskuloskeletal.
6. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh, respon inflamasi
tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukan, luka/kerusakan kulit, insisi
pembedahan
c) Intervensi
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
242424
Menurut Sumijantun (2010:203), perencanaan adalah fase proses
keperawatan yang sistematik mencakup pembuatan keputusan dan pemecahan
masalah. Adapun perencanaan keperawatan pada klien dengan post op fraktur femur
menurut Suratun dkk, (2008:66) adalah:
Diagnosa 1
Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan dan imobilisasi
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil:
a) Nyeri berkurang/hilang
b) klien tampak tenang
Intervensi:
a) Kaji tingkat nyeri pasien
Rasional : Mengetahui skala nyeri pada pasien
b) Tinggikan ekstremitas yang dioperasi
Rasional : Membantu mengontrol edema agar nyeri berkurang
c) Kompres dingin bila perlu
Rasional : Untuk mengontrol nyeri dan edema
d) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
Rasional : Hal ini dapat mengurangi dan mengontrol nyeri
e) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesic
Rasional : Untuk mengontrol nyeri
Diagnosa 2
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pembengkakan, alat yang
mengikat, gangguan peredaran darah.
Tujuan : memelihara perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil: tidak ada sianosis
Intervensi:
a) Pantau status neurovaskular, warna kulit, suhu, pengisian kapiler, denyut nadi,
nyeri, edema.
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
252525
Rasional : parastesi pada bagian yang dioperasi, dan laporkan segera pada
dokter bila ada temuan yang mengarah pada gangguan.
b) Anjurkan latihan otot
Rasional : untuk mencegah atrofi otot.
c) Anjurkan latihan pergelangan kaki dan otot betis setiap jam
Rasional : untuk memperbaiki peredaran darah
Diagnosa 3
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kehilangan kemandirian
tujuan : memelihara kesehatan
kriteria hasil: klien mampu merawat diri sendiri
Intervensi :
a) Anjurkan pasien berpartisipasi dalam program penanganan pasca operatif
Rasional : Membantu dalam proses keperawatan
b) Diet seimbang dengan protein dan vitamin adekuat sangat diperlukan
Rasional : Untuk keshatan jaringan dan penyembuhan luka
c) Anjurkan banyak minum minimal 2 sampai 3 liter perhari
Rasional : Memenuhi kebutuhan cairan
d) Observasi adanya gangguan integritas kulit pada daerah yang tertekan
Rasional : Untuk mengetahui sedini mungkin adanya gangguan
e) Ubah posisi tidur dalam setiap 2-3 jam sekali
Rasional : Untuk mencegah adanya penekanan pada kulit
f) Bantu klien dalam pelaksanaan hyegien personal
Rasional : Untuk menghindari adanya kerusakan pada kulit
g) Libatkan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
Rasional : Membantu dalam pemeliharaan kesehatan pasien
Diagnosa 4
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, pembengkakan, prosedur
pembedahan, adanya imobilisasi, (bidai, gips, traksi)
Tujuan : memperbaiki mobilitas fisik normal
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
262626
Kriteria hasil: melakukan pergerakan dan pemindahan
Intervensi :
a) Kaji tingkat kemampuan mobilitas fisik
Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan mobilitas klien
b) Tinggikan ektremitas yang bengkak, anjurkan latihan ROM sesuai kemampuan
Rasional : Untuk memperlancar peredaran darah sehingga mengurangi
pembengkakan
c) Anjurkan pasien berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan
Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi
d) Pantau daerah yang terpasang pen, skrup batang dan logam yang digunakan
sebagai fiksasi interna
Rasional : Untuk memperbaiki tingkat mobilitas fisik
e) Anjurkan menggunakan alat bantu saat sedang pasca operasi, sebagai tongkat
Rasional : Ini dilakukan untuk mempertahankan posisi tulang sampai terjadi
penulangan, tetapi tidak dirancang untuk mempertahankan berat badan.
f) Pantau cara berjalan pasien. Perhatikan apakah benar-benar aman.
Rasional : Untuk mengurangi stres yang berlebihan pada tulang
Diagnosa 5
Perubahan citra diri dan harga diri berhubungan dengan dampak masalah
musculoskeletal
Tujuan : terjadi peningkatan konsep diri
Kriteria hasil: klien dapat bersosialisasi
Intervensi :
a) Libatkan pasien dalam menyusun rencana kegiatan yang dilakukan
Rasional : Mempercepat rencana tindakan keperawatan
b) Bantu pasien menerima citra dirinya serta beri dukungan, baik dari perawat,
keluarga maupun teman dekat.
Rasional : Stres,dan menarik diri akan mengurangi motivasi untuk proses
penyembuhan
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
272727
Diagnosa 6
Resiko tinggi komplikasi (syok hipovolemik) berhubungan dengan kehilangan
cairan.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria hasil: Klien tampak tenang
Intervensi :
a) Pantau dan catat kehilangan darah pada pasien ( jumlah,warna)
Rasional : Memantau jumlah kehilangan cairan
b) Pantau adanya peningkatan denyut nadi dan penurunan tekanan darah
Rasional : Ini merupakan tanda awal syok
c) Pantau jumlah urin
Rasional : Jika urin kurang dari 30 cc/ jam, itu merupakan tanda syok
d) Pantau terjadinya gelisah, penurunan kesadaran dan haus
Rasional : Rasa haus merupakan tanda awal syok
e) Pantau pemeriksaan laboratorium, terutama penutunan HB dan HT.
Rasional : Mengetahui terjadinya hemokosentrasi dan terjadinya syok
hipovolemik.
Diagnosa 7
Resiko infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh, respon inflamasi tertekan,
prosedur invasif dan jalur penusukan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil: Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus
Intervensi :
a) Pantau tanda vital
Rasional : Peningkatan suhu tubuh diatas normal menunjukan adanya tanda
infeksi
b) Ganti balutan luka dengan teknik aseptik, sesuai dengan program.
Rasional : Mencegah kontaminasi dan infeksi nasokomial
c) Pantau luka operasi dan catat cairan yang keluar
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
282828
Rasional : Adanya cairan yang keluar dari luka menunjukan adanya infeksi pada
luka
d) Pemberian antibiotik intra vena jangka panjang
Rasional : Untuk mencegah osteomyelitis
d) Pelaksanaan
Adalah tahap pelaksanaan atau implementasi terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah dibuat atau ditetapkan untuk perawat bersama klien ataupun
tenaga kesehatan lainnya guna mengatasi masalah kesehatan klien. Pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah divalidasi sesuai dengan
kebutuhan klien.
e) Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah tahap pelaksanaan tidakan
keperawatan dengan tujuan dan criteria hasil yang diharapkan dalam tahap
perrencanaan. Perawat mempunyai 3 alternatif dalam mengevaluasi atau menentukan
sejauh mana tujuan tersebut tercapai, diantaranya adalah :
1. Tujuan tercapai : jika data subjektif dan objektif ditemukan pada
saat evaluasi telah memenuhi kriteria hasil.
2. Tujuan teratasi sebagian : jika data subjektif dan objektif yang ditemukan
hanya sebagian yang sesuai dengan kriteria hasil.
3. Tujuan belum tercapai : jika data subjektif dan objektif yang ditemukan
tidak sesuai dengan kriteria hasil.
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
292929
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan
jenisnya, disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung dan akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
2. Klasifikasi fraktur
Secara umum, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu
a). Berdasarkan sifat fraktur : Faktur tertutup (Closed), fraktur terbuka
(open/compund)
b). Berdasarkan komplit atau ketidak klomplitan fraktur : Fraktur Komplit,
Fraktur Inkomplit.
c). Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma:
Fraktur Transversal, Fraktur Oblik Fraktur Spiral, Fraktur Kompresi, Fraktur
Avulsi.
d). Berdasarkan jumlah garis patah : Fraktur Multiple, Fraktur Segmental, Fraktur
Komunitif
e). Berdasarkan pergeseran fragmen tulang : Fraktur Undisplaced (tidak bergeser),
Fraktur Displaced (bergeser)
f). Berdasarkan letak anatomi fraktur femur : Fraktur collum femur, Fraktur
subtrochanter, Fraktur batang femur, Fraktur femur supracondylar, Fraktur
femur intercondyler
3. Etiologi fraktur dibagi menjadi 3, yaitu : cidera traumatik, fratur patologik, secara
spontan.
4. Manifestasi klinik : Echumosis dari Perdarahan Subculaneous, Spasme otot spasme
involunters dekat fraktur, Tenderness/keempukan, Bengkak, Deformitas, Nyeri ,
Kehilangan sensasi, Pergerakan abnormal, Shock hipovolemik hasil dari hilangnya
darah, Krepitasi.
5. Komplikasi lanjut : Mal union, delay union, Non Union
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
303030
6. Askep : pada pemeriksaan fisik Yang perlu dicatat adalah:
- Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
- Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama
disekitar persendian.
- Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal).
Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di
permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status
neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan
permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya,
nyeri atau tidak, dan ukurannya.
3.2. Saran
Dengan adanya penjelasan tentang asuhan keperawatan fraktur femur terbuka
diatas, diharapkan pembaca dapat mengerti dan memberikaan asuhan keperawatan yang
tepat kepada klien dengan fraktur femur terbuka.
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
313131
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999
Dongoes M.E (1989) Nursing Care Plan, Guidelines For Planning Patient Care (2nd ed).
Philadelpia, F. A. Davis Company
Ignativicus, Donna D, Medical Surgical Nursing, A Nursing Proccess Approach, W. B. Saunder
Company, 1995
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Mansjoer, Arif (et. al). (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (edisi 3). Jakarta : Media Aesculapius.
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1.
Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C (2008). Medical Surgical Nursing, Brunner & Suddarth, Ed 8 Jakarta, EGC.
http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/02/klasifikasi-fraktur.html (diakses tanggal 13 April
2013)
http://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-fraktur-femur.html (diakses
tanggal 13 April 2013)
http://indokeperawatan.wordpress.com/2011/02/14/fraktur-femur-askep/ (diakses tanggal 13
April 2013)
http://febbybroken.blogspot.com/2009/03/pengkajian-klien-dgn-fraktur.html (diakses tanggal 14
April 2013)
Keperawatan Medikal Bedah-Fraktur Femur Terbuka
323232