ISI TEKNIK lINGK.docx
-
Upload
agustinhidayah -
Category
Documents
-
view
13 -
download
1
Transcript of ISI TEKNIK lINGK.docx
BAB I. PENDAHULUAN
A. PeeNDAHULUAN
Peningkatan laju pertumbuhan industri di Indonesia yang demikian pesatnya akan
mengakibatkan efek negatif yang dapat dirasakan secara langsung oleh lingkungan hidup.
Upaya pemenuhan barang-barang dan energi yang dikonsumsi oleh masyarakat modern
pada dasarnya akan selalu menghasilkan suatu sisa kegiatan atau yang disebut juga sebagai
limbah yang dapat berupa limbah padat,
cair, maupun gas.
Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari
air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda
padat yang terdiri dari zat organik dan bukan organik (Mahida, 1984). Pelimbahan biasanya
banyak berbeda dalam kekuatan dan komposisinya dari suatu kota ke kota yang lain
disebabkan oleh perbedaan-perbadaan yang nyata dalam kebiasaan-kebiasaan masyarakat
yang berbeda-beda. Tidak ada dua jenis sampah yang benar-benar sama. Pelimbahan pada
kota-kota industri kebanyakan terdiri dari sampah domestik yang murni.
Limbah domestik terdiri dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus dan
dapur. Kotoran-kotoran itu merupakan campuran yang rumit dari bahan-bahan mineral dan
organik dalam banyak bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan kecil benda padat, sisa-
sisa bahan larutan dalam keadaan terapung dan dalam bentuk koloid dan setengah koloid.
Sampah mengandung pula zat-zat hidup, khususnya bakteri, virus dan protozoa. Dan
dengan demikian merupakan wadah yang baik sekali untuk pembiakan jasad-jasad renik.
Kebanyakan dari bakteri itu secara relatif tidak berbahaya, namun sebagian berbahaya
karena adanya hubungan dengan penyakit (pathogenik) atau penyebab penyakit.
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui dan mengerti cara kerja penggunaan peralatan alat pengujian dalam
praktikum teknik lingkungan
2. Mengetahui cara pengambilan dan pemeriksaan plankton dan benthos.
3. Mengetahui cara pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter lapangan.
4. Mengetahui cara pemeriksaan laboratorium fisik, kimia, dan parameter lingkungan.
5. Mengetahui proses pengolahan limbah laundry dengan metode Jartest.
6. Mengetahui proses pengolahan limbah laundry dengan prose koagulasi dan flokulasi.
C. LATAR BELAKANG
Pencemaran dapat berasal dari beberapa sumber. Sumber pencemaran terbesar di
Indonesia adalah limbah rumah tangga (Mahida, 1986). Menurut Hardjasoemantri (1988)
pencemaran air dapat terjadi pada berbagai sumber air seperti mata air, air tanah dangkal,
danau, waduk, sungai dan saluran buatan. Demikian pula perairan pantai dan laut yang
merupakan penampung air dari semua sumber buangan air limbah, dapat pula tercemar.
BAB II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. PENGENALAN ALAT
1. Botol tempat pemeriksaan
2. Plankton Net
3. Peterson Dredge
4. Turbidimeter
5. Spektrofotometer
6. Rangkaian Alat Koagulasi Fokulasi
B. PENGAMBILAN DAN PEMERIKSAAN PLANKTON & BENTHOS
1. Pengertian plankton
Plankton adalah organisme yang dapat bergerak dengan cilia dan flagel tetapi tidak
mempunyai daya menentang arus, sifat plankton yang khas dapat melayang karena aktif
mengatur berat badannya agar sama dengan medium hidupnya
Organisme plankton pada umumnya diambil dengan cara pemekatan air contoh.
Pemekatan dimaksudkan agar organisme-organisme plankton yang tertangkap benar-
benar mewakili komunitas plankton di dalam air. Teknik pemekatan air contoh dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu penyaringan dengan plankton net, pengendapan
air contoh dan centrifuge.(Penuntun praktikum ekoper 2007).
Odum (1971) menjabarkan bahwa Plankton adalah organisme akuatik yang hidupnya
mengapung dan pergerakannya tergantung pada arus, yang mana plankton ini terdiri
dari jasad nabati renik (fitoplankton) dan jasad hewani renik (zooplankton).
Organisme yang selama daur hidupnya tetap hidup sebagai plankton disebut
holoplankton sedangkan yang hidup sebagai plankton hanya sebagian daur hidupnya
disebut meroplankton. Zooplankton yang termasuk holoplankton antara lain copepoda,
chaetognatha, rotatoria dan pteropoda, sedangkan yang termasuk dalam meroplankton
antara lain larva ikan, larva cacing, larva udang, serta larva kepiting.
2. Pengertian benthos
. Odum (1971) mengatakan bahwa benthos adalah organisme terikat atau berada di
dasar perairan atau hidup di dasar sedimen atau batu-batuan. Sebagian benthos stidak
dapat berpindah tempat, mereka hidup menempel atau meliang, namun ada pula yang
dapat berpindah tempat dengan sangat lambat dan terbatas. Kehidupan komunitas
benthos didaerah pantai daerah pasang surut yang selalu berubah-ubah. Keadaan
lingkungan yang seperti ini mengakibatkan organisme yang membutuhkan adaptasi
sifatnya relatif dan cenderung untuk dapat tumbuh dengan optimum juga bervariasi.
Benthos berdasarkan ukurannya dapat dikelompokkan ke dalam tiga ukuran :
mikrofauna benthic berukuran kurang dari 0,1 mm, meisofauna benthic 0,1 – 1,0 mm,
sedangkan makrofauna benthic besar dari 1,0 mm. Secara ekologis terdapat dua
kelompok organisme benthos yang hidup di dasar perairan, yaitu efipauna dan infauna.
Efipauna merupakan hewan dasar yang hidup pada lapisan atas sediment dan infauna
merupakan hewan dasar yang hidup meliang pada substrat.
Organisme benthos dimanfaatkan sebagai indikator adalah pergerakannya relative
lambat serta habitatnya dipengaruhi oleh zat-zat yang masuk dan mengendap di dasar
perairan. Cook menyatakan ada beberapa alasan mengapa kelompok benthos ini cocok
untuk dipergunakan sebagai indikator biologi, yaitu : 1) benthos mempunyai kepekaan
yang berbeda-beda terhadap berbagai bahan pencemar serta memberikan reaksi yang
cepat, 2) benthos tidak mempunyai kemampuan bermigrasi jika kondisi perairan tidak
sesuai lagi dan 3) benthos dapat dengan mudah di tangkap dan di pisahkan.
3. Waktu dan Tempat pengambilan plankton dan benthos
Praktikum mengenai “Plankton dan Benthos” dilaksanakan pada hari Jum’at 9
November 2012 pukul 08.00 s.d 10.30. Pengammbilan sampel plankton dan bentos
diambil dari sungai Code, sekitar bawah jembatan Gondolayu, Yogyakarta. Praktikum
ini dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Kimia, IST.
AKPRIND YOGYAKARTA jalan I Dewa Nyoman Oka 32 Kotabaru Yogyakarta.
4. Alat Dan Bahan
Pengambilan sampel plankton
a. Plankton Net
b. Gayung
c. Pipet tetes
d. Mikroskop
e. Botol tempat sampel
f. Label
g. Larutan formalin
Pengambilan sampel Benthos
a. Peterson Dredge
b. Kantong plastik 2 kg
c. Pipet tetes
d. Mikroskop
e. Larutan lugol
5. Cara kerja pengambilan plankton
6. Cara kerja pengambilan benthos
C. PENGAMBILAN SAMPEL DAN PEMERIKSAAN PARAMETER LAPANGAN
Pengambilan sampel adalah
Faktor penting yang mempengaruhi hasil analitis kualitas lingkungan di antaranya :
Teknik pengambilan sampel, teknik pengawetan sampel
Teknik preparasi dan pemeriksaan sampel
Keakurasian peralatan laboratorium
Kemampuan sember daya manusia (analis)
Sampel adalah jenis bahan yang akan diteliti, dalam bentuk berat maupun volume
dengan jumlah sekecil mungkin tetapi masih mewakili mewakili (representatif) yaitu
masih memiliki sifat yang sama dengan sampel asli yang diambil di lapangan.
Berdasarkan macam sampel, sampel lingkungan dibedakan atas:
Sampel padat: sampel yang bentuknya padat contoh makanan, tanah, limbah
padat
Sampel cair : sampel yang bentuknya cair contoh air limbah, air minum,
minuman kemasan
Sampel gas : sampel yang berupa gas contoh sampel gas emisi kendaran, sampel
udara embient
Berdasarkan teknik pengambilan sampel lingkungan dibedakan menjadi tiga macam :
a. Grab sampel (sampel sesaat)
Sampel yang diambil sesaat atau satu kali saja. Pengambilan sampel secara grab dilakukan
pada populasi sampel yang mempunyai sifat (komposisi) relatif sama sepanjang waktu.
b. Composite sampel (sampel gabungan waktu)
Adalah kumpulan dari beberapa sampel grab, yang diambil pada lokasi yang sama namun
pada waktu yang berlainan. Sebagai contoh untuk pengambilam limbah industri batik,
karena proses industri berlainan maka pengambilan sampel tidak dapat dilakukan sekali
pada jam tertentu namun harus dilakukan tiap-tiap jam selanjutnya dikumpulkan menjadi
satu baru dilakukan pemeriksaan.
c. Integrated sampel (sampel gabungan tempat)
Adalah kumpulan sampel grab, yang diambil pada lokasi yang berbeda namun pada waktu
yang sama.
D. PEMERIKSAAN DI LABORATORIUM FISIK, KIMIA DAN PARAMETER
LINGKUNGAN
E. PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN METODE JARTEST
F. PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN PROSES KOAGULASI DAN
FLOKULASI
G. KUNJUNGAN KE IPAL SEWON BANTUL
BAB III. HASIL PEMBAHASAN
Mata acara praktikum : Pengambilan sampel Lingkungan dan pemeriksaan parameter lapangan
Hari dan tanggal : Jumat, 30 november 2012
Hasil pengamatan
No Parameter Satuan Hasil Pengamatan Keterangan
1. Suhu oC 31
2. pH - 7
3. Kesadahan mg/l 5
4. Clorine mg/l 0.15
5. Warna PtCo 163
6. Kekeruhan NTU 54
Pengambilan data kebisingan
Mata acara praktikum : Pengukuran Keadaan Lingkungan Fisik pada ruang kerja atau keadaan
lingkungan atau perumahan
Hari dan tanggal : Jumat, 30 november 2012
Lokasi I Lokasi II Lokasi III
Jam : 16.00 Jam : 15.40 Jam : 15.50
Pengamatan Hasil
Pengamatan
Pengamatan Hasil
Pengamatan
Pengamatan Hasil
Pengamatan
1 71,2 1 71,1 1 80,4
2 66,2 2 68,3 2 61,9
3 74,8 3 64,8 3 69,8
4 70,1 4 65,2 4 78,1
5 56,8 5 71,1 5 75,1
6 61 6 73,1 6 77,2
7 53,7 7 69,7 7 79,9
8 58,2 8 65,4 8 59,9
9 57,2 9 81,7 9 73,1
10 59,2 10 64,4 10 79,5
11 69,8 11 65,3 11 78,4
12 67,7 12 71,3 12 80,1
13 56,6 13 66,3 13 79,7
14 67,1 14 63,6 14 79,6
15 76,4 15 77,2 15 73,9
16 59,2 16 69,5 16 78,1
17 67,4 17 73,1 17 81,5
18 59,3 18 78 18 78,6
19 60,5 19 76,9 19 81,1
20 56,4 20 69,9 20 78,4
21 57,3 21 74,2 21 76,4
22 58,9 22 77,9 22 77,9
23 66 23 66 23 72
24 66,1 24 79 24 70,5
25 59,1 25 65,1 25 74,4
26 53,7 26 67 26 71,2
27 57 27 67,3 27 81,3
28 62,2 28 66,5 28 81,9
29 58,3 29 66,4 29 74,2
30 88,9 30 69,3 30 77,2
Total 1896,3 Total 2104,5 Total 2281,3
Rata-rata 63,21 dB Rata-rata 70,15 dB Rata-rata 76,04 dB
Mata acara praktikum : Pengukuran Keadaan Lingkungan Fisik pada ruang kerja atau keadaan
lingkungan atau perumahan
Hari dan tanggal : Jumat, 30 november 2012
Hasil Pengamatan
Lokasi Pengamatan I : Lantai III
Jam Pengamatan :
No Parameter Satuan Hasil Pengamatan Keterangan
1. Kebisingan dB 63,21
2. Suhu Ruangan oC 29
3. Kelembaban % 35
4. Pencahayaan Lux 230
Lokasi Pengamatan I : Lantai II
Jam Pengamatan :
No Parameter Satuan Hasil Pengamatan Keterangan
1. Kebisingan dB 70,19
2. Suhu Ruangan oC 28
3. Kelembaban % 35
4. Pencahayaan Lux 120
Lokasi Pengamatan I : Lantai I
Jam Pengamatan :
No Parameter Satuan Hasil Pengamatan Keterangan
1. Kebisingan dB 76,04
2. Suhu Ruangan oC 28
3. Kelembaban % 38
4. Pencahayaan Lux 88
Yogyakarta, 7 Desember 2012
BLANGKO HASIL JARTEST LIMBAH CAIR LAUNDRY
NaOH : 1 %
Tawas : 1 %
pH : 9
Prosentase Penurunan
No Kode Sampel Kekeruhan
Hasil %
1. Kontrol 26 NTU 100
2. Tawas 5ml 23 NTU 11,53
No Kode Sampel Warna
Hasil %
1. Kontrol 95 PtCo 100
2. Tawas 5ml 63 PtCo 33,68
3. Tawas 10ml 77 PtCo 18,95
4. Tawas 15ml 13 PtCo 86,32
5. Tawas 20ml 9 PtCo 90,53
6. Tawas 25ml 6 PtCo 93,68
7. Tawas 30ml 20 PtCo 78,95
8. Tawas 35ml 13 PtCo 86,32
9. Tawas 40ml 6 PtCo 93,68
10. Tawas 45ml 15 PtCo 84,21
11. Tawas 50ml 6 PtCo 93,68
3. Tawas 10ml 25 NTU 3,85
4. Tawas 15ml 5 NTU 80,77
5. Tawas 20ml 4 NTU 84,62
6. Tawas 25ml 4.5 NTU 82,69
7. Tawas 30ml 7,6 NTU 69,6
8. Tawas 35ml 9 NTU 64
9. Tawas 40ml 6,2 NTU 75,2
10. Tawas 45ml 6,5 NTU 74
11. Tawas 50ml 4 NTU 84
BLANGKO HASIL PENGOLAHAN LIMBAH
CAIR LAUNDRY
14 Desember 2012
Hasil Pengolahan dengan Koagulasi dan Flokulasi
Kebutuhan : - Debit Limbah 250 ml/menit
No Kode Sampel SS
Hasil %
1. Kontrol 31 mg/l 100
2. Tawas 5ml 16 mg/l 48,39
3. Tawas 10ml 16 mg/l 48,39
4. Tawas 15ml 2 mg/l 93,55
5. Tawas 20ml 5 mg/l 83,87
6. Tawas 25ml 2 mg/l 93,55
7. Tawas 30ml 6 mg/l 80,64
8. Tawas 35ml 5 mg/l 83,87
9. Tawas 40ml 4 mg/l 87,10
10. Tawas 45ml 3 mg/l 90,32
11. Tawas 50ml 3 mg/l 90,32
- NaOH 0,2 % ml/liter
- Tawas ml/liter
- pH 9
No Kode Sampel Kekeruhan
Hasil %
1. Kontrol 4,3 NTU
2. Tawas 40 ml 4,1 NTU 90,46
3. Tawas 45 ml 3,6 NTU 91,63
4. Tawas 50 ml 3,3 NTU 92,32
5. Tawas 55 ml 4,3 NTU 90
6. Tawas 60 ml 5,5 NTU 87,2
No Parameter Kontrol Hasil Pengolahan %
1. Kekeruhan 43 NTU 3,5 NTU 91,86
2. Warna 207 PtCo 22 PtCo 89,37
3. SS 67 mg/l 8 mg/l 88,06
BAB IV. KESIMPULAN