Isi skripsi kespro
-
Upload
lidia-dwi-putri -
Category
Documents
-
view
108 -
download
13
description
Transcript of Isi skripsi kespro
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya. Adapun remaja
didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
WHO menyebutkan bahwa batasan usia remaja adalah usia12 sampai 24 tahun,
sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan BKKBN adalah
antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.
Latar belakang Penyakit keputihan menyerang sekitar 50% populasi
perempuan, dan 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan, paling tidak
sekali dalam hidupnya, dan 45% diantaranya bisa mengalami sebanyak 2 kali atau
lebih. 75% wanita di Indonesia pasti mengalami keputihan, sedangkan di Eropa
hanya 25% saja. Keputihan adalah cairan yang keluar melalui vagina secara
berlebihan selain darah yang membasahi vestibulum dan vagina, dan memberikan
keluhan subjektif pada penderita. Keputihan sendiri dibedakan menjadi dua yaitu
keputihan normal dan keputihan abnormal. Di Indonesia kejadian keputihan lebih
tinggi dari pada di negara-negara Eropa, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain kondisi cuaca Indonesia yang lembab.
Kondisi seperti ini bisa dicegah dengan kebiasaan higiene pribadi yang baik,
sedangkan kebisaan ini sendiri merupakan perilaku yang harus dibiasakan oleh
setiap individu, untuk itu dalam hal ini perawat mempunyai peranan penting
untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya higiene pribadi yang baik untuk
mencegah kejadian keputihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
1
gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan kebersihan daerah kewanitaan dalam
menangani keputihan di Lingkungan Rusunawa Universitas Muhammadiyah
Jakarta dan Pondok Pesantren Babus Salam Tangerang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1 Apakah yang menyebabkan keputihan memegang peranan penting dalam
kesehatan wanita, khususnya pada remaja saat ini?
2 Bagaimana tingkat pengaruh pola hidup yang dilakukan remaja pada saat ini
dengan perkembangan zaman dan teknologi terhadap kebersihan organ intim
khususnya para wanita?
3 Apakah pengaruh dan hubungan dalam mengkonsumsi obat-obatan dalam
menangani masalah keputihan?
4 Apakah pengaruh jamu atau obat-obatan tradisional terhadap kebersihan
organ intim?
5 Apakah pengaruh pemakaian panty liner atau pembalut khusus keputihan
dalam menangani masalah keputihan?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
penelitian ini adalah meningkatkan pengetahuan mengenai keputihan yang terjadi
pada remaja saat ini dengan mengetahui dari pola hidup para remaja saat ini.
Sedangkan Tujuan khususnya adalah :
1. Mempelajari hubungan Keputihan dengan pola hidup yang terjadi
pada saat ini.
2. Dapat membedakan jenis, warna dan bau dari keputihan itu sendiri.
2
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
Dapat mengontrol pola hidup bagi remaja khususnya untuk para remaja yang
menderita gejala keputihan agar asupan makan dan aktivitas dapat
diseimbangkan, Sehingga bisa mengurangi tingkat gejala dari keputihan itu
sendiri.
1.5. Hipotesis Penelitian ini adalah:
Gejala Keputihan berhubungan erat dengan faktor gaya hidup.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Keputihan
Beberapa pengertian keputihan atau leukorea adalah sebagai berikut:
1. Leukorea (fluor albus) atau keputihan adalah pengeluaran cairan dari jalan
lahir yang bukan darah.
2. Leukorea atau keputihan adalah nama gejala yang diberikan pada cairan yang
keluar dari saluran genetalia wanita , yang tidak berubah.
3. Leukorea atau keputihan adalah sekret putih yang kental keluar
dari vagina maupun rongga uterus (Kamus Kedokteran).
Leukorea atau keputihan yang terjadi pada wanita tidak menyebabkan kematian
tetapi kesakitan, karena cairan yang keluar selalu membasahi bagian dalam dan
terkadang menimbulkan iritasi, rasa gatal sehingga membuat ketidaknyamanan.
Leukorea merupakan gejala awal dari infeksi, keganasan atau tumor jinak reproduksi.
B. Epidemiologi
Flour albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah
porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior
vagina.
Flour albus fisiologik ditemukan pada :
1) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari. Disini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
2) Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukore
disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang
tuanya.
3) Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
4
4) Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri
menjadi lebih encer.
5) Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada
wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan
ektropion porsionis uteri.
C. Etiologi
Sedang flour albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:
Infeksi :
a) Bakteri : Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis,
Neisseria gonorhoae, dan Gonococcus.
b) Jamur : Candida albicans.
c) Protozoa : Trichomonas vaginalis.
d) Virus : Virus Herpes dan human papilloma virus.
Iritasi :
a) Sperma, pelicin, kondom
b) Sabun cuci dan pelembut pakaian
c) Deodorant dan sabun
d) Cairan antiseptik untuk mandi.
e) Pembersih vagina.
f) Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
g) Kertas tisu toilet yang berwarna.
Tumor atau jaringan abnormal lain
Fistula
Benda asing
Radiasi
Penyebab lain :
a) Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
b) Tidak diketahui : Desquamative inflammatory vaginitis
5
Seperti halnya gejala keputihan, penyebab terjadinya Keputihan dapat disebabkan
kondisi non patologis (bukan penyakit), dan kondisi patologis (karena penyakit)
1. Penyebab Non Patologis ( bukan penyakit ):
Saat menjelang Menstruasi, atau setelah Menstruasi
Rangsangan Seksual, saat wanita hamil
Stress, baik fisik maupun psikologis
2. Penyebab Patologis ( karena penyakit ):
Infeksi Jamur (kebanyakan jamur Candida albicans )
Infeksi bakteri (kuman E. coli, Sthaphilococcos )
Infeksi Parasit jenis Protozoa (umumnya Trichomonas vaginalis )
Penyebab lain bisa karena infeksi Gonorhoe (GO / Kencing nanah ), dan
lainlain, Bisa pula karena sakit yang lama, kurang gizi, anemia, dan
faktor hyegiene (kebersihan).
Hal lain yang juga dapat menyebabkan keputihan antara lain: Pemakaian tampon
vagina, celana dalam terlalu ketat, alat kontrasepsi, rambut yang tak sengaja masuk ke
vagina, pemakaian antibiotika yang terlalu lama dan lain-lain.
D. Patogenesis
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina
bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan
penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa
perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal,
cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang
terlepas dan mukus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi,
kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang
dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen,
glikogen, Ph vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan
endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen
6
pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam
laktat yang menghasilkan Ph vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini
dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh
Candida sp. Terutama candida albicans. Infeksi kandida terjadi karena perubahan
kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi
kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan
antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang
tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan
seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti
peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen
dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans
pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida
albicans berkembang dengan baik pada lingkungan Ph 5-6,5. Perubahan ini bisa
asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat
immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan
progesteron menyebabkan peningkatan Ph vagina dan kadar glikogen sehingga
berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena
pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga
bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual,
stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu
pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor
itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus
acidophilus sehingga terjadi perubahan Ph dan memacu pertumbuhan Gardnerella
vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat.
Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan Ph
7
vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab
timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita
tuberculosis, anemia, menstruasi, infeksi cacing yang berulang, juga pada perempuan
dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada perempuan yang
sering menggunakan pembersih vagina, desinfektan yang kuat.
E. Gejala Klinis
Gejala keputihan dibagi 2 kelompok, yakni: gejala Keputihan yang bukan penyakit
(non patologis), dan gejala keputihan yang disebabkan penyakit (patologis)
1. Gejala keputihan bukan karena penyakit:
Cairan dari vagina berwarna bening
Tidak berwarna, Tidak berbau, Tidak gatal
Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak
2. Gejala keputihan karena penyakit:
Cairan dari vagina keruh dan kental
Warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan
Berbau busuk, anyir, amis, terasa gatal
Jumlah cairan banyak
BAB III
8
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian cross sectional/potong lintang, dengan
pendekatan kuantitatif dimana faktor independent adalah para mahasiswi
Rusunawa Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Remaja Pondok Pesantren
Babus Salam Tangerang. Faktor dependent yang di teliti adalah gejala keputihan
yang berhubungan dengan sikap dan karakteristik pola hidup yang berbeda pada
variabel tersebut. Hal ini yang akan memberikan gambaran yang berhubungan
dengan karakteristik pola hidup yang berbeda dengan gejala keputihan yang
sering dialami oleh para remaja pada saat ini.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu lingkungan Rusunawa
Universitas Muhammadiyah Jakarta Cirendeu-Tangerang selatan dan lingkungan
Pesantren Babus Salam Tangerang.
3.3 Subjek dan sampel Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah para mahasiswi yang menempati asrama
lantai 3 Rusunawa Universitas Muhammadiyah Jakarta dan para siswi kelas 12
Pesantren Babus Salam Tangerang.
3.1 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, Margono (2000)
mengatakan bahwa sampel adalah sebagai bagian dari populasi yang diambil
dengan menggunakan cara-cara tertentu. Dalam penelitian ini sejumlah remaja
yang terpilih menjadi subjek dan dianggap representative yang dapat menjadi
sampel dan dapat menggambarkan kondisi gejala keputihan di wilayah
Rusunawa Universitas Muhammadiyah Jakarta Cirendeu-Tangerang selatan dan
lingkungan Pesantren Babus Salam Tangerang. Dalam penelitian ini pemilihan
sampel yang digunakan adalah rancangan klaster (cluster random sampling).
9
Rancangan Klaster adalah teknik untuk pemilihan sampel terhadap jenis
populasi atau suatu kelompok dari subjek atau kesatuan analisis yang berdekatan
satu dengan yang lain secara geografis. (Notoatmojo, 2002)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam kasus dalam penelitian ini, digunakan data
sekunder dari tiap tempat variabel yaitu bagian pengolahan data di Rusunawa
Universitas Muhammadiyah Jakarta Cirendeu dan di Pesantren Babus Salam
Tangerang. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala
keputihan digunakan data primer melalui wawancara terstruktur dengan daftar
pertanyaan (Kuesioner) yang telah dibuat dan untuk pertanyaan tertentu
dilakukan observasi.
3.4.1. Wawancara
Melakukan wawancara dengan petugas pengolah data di Lingkungan
Rusunawa Universitas Muhammadiyah Jakarta Cirendeu, Tangerang dan juga
di lingkungan Pesantren Babus Salam Tangerang. Jika responden terpilih,
kesulitan dalam mengisi kuesioner maka peneliti akan melakukan wawancara
berdasarkan kuesioner. Peneliti sebelumnya telah memberikan petunjuk
pengisian dan jika tersdapat pertanyaan responden yang ragu dalam
menginterpretasikan tiap pertanyaan kuesioner.
3.4.2. Observasi
Dalam observasi peneliti mengamati pola hidup sehari-hari di
Lingkungan Rusunawa lantai tiga Universitas Muhammadiyah Jakarta
Cirendeu, Tangerang dan lingkungan Pesantren Babus Salam Tangerang.
3.4.3. Studi Literatur
10
Selain dengan melakukan wawancara, kuesioner dan observasi peneliti
melakukan pencarian sumber referensi dari berbagai sumber buku, hasil
pencarian di internet, dan hasil penelitian sebelumnya (skripsi).
3.5 Jenis Data
Ditinjau dari sumber data, sumber data dalam penelitian ini terdiri dari
data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut :
3.5.1. Data Primer
Pengumpulan data primer yaitu peneliti mengambil data
langsung di lapangan dengan menyebar kuesioner kepada 100
responden yang diisi langsung (kuesioner mandiri).
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen dan
informasi dari bagian pengolah data di Lingkungan Rusunawa
Universitas Muhammadiyah Jakarta Cirendeu, Tangerang dan
lingkungan Pesantren Babus Salam Tangerang.
3.6 Instrumen Pengumpulan Data
3.6.1. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner yang akan disebar pada responden yang menjadi sampel,
selain itu datapun didapat dari hasil observasi lapangan.
3.7 Pengolahan Data
Dalam pengolahan data menggunakan system computer dengan
bantuan program perangkat lunak dengan tahapan sebagai berikut :
1. Editing
Yaitu melakukan pemeriksaan terhadap data yang ada sudah lengkap,
jelas, relevan, dan konsisten.
11
2. Coding
Yaitu melakukan pengkodean/ merubah data berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka terhadap beberapa variabel yang akan diteliti,
dengan tujuan untuk mempermudah pada saat melakukan analisis data
dan mempercepat pada saat memasukkan data.
3. Processing
Yaitu setelah melakukan proses pengkodean data, langkah selanjutnya
adalah memproses data dengan cara memasukan data dari formulir ke
paket program computer.
4. Cleaning
Yaitu pengecekan kembali data yang sudah dimasukan, apakah ada
kesalahan atau tidak. (Sutanto, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
12
Hastoro, Sutanto.2007. Analisis Data Kesehatan. Depok
Notoatmodjo, Soekidjo. 1998. Ilmu Kesehatan masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
13