Isi Makalah Hepar

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abses adalah suatu penimbunan nanah dan biasanya terjadi akibat infeksi dari bakteri. Pus (nanah) terbentuk dari sel darah putih yang sudah mati. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tertentu misalnya pada hati dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut. Abses bisa terjadi di beberapa tempat baik itu paru-paru, otak, abdomen, termasuk hepar. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, maupun jamur yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Abses hati merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa negara yang berkembang seperti di Asia terutama Indonesia. Prevalensi yang tinggi biasanya berhubungan dengan sanitasi yang buruk, status ekonomi yang rendah serta gizi yang buruk. Meningkatnya ABSES HEPAR Page 1

description

abses hepar

Transcript of Isi Makalah Hepar

Page 1: Isi Makalah Hepar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abses adalah suatu penimbunan nanah dan biasanya terjadi akibat

infeksi dari bakteri. Pus (nanah) terbentuk dari sel darah putih yang sudah

mati. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan

infeksi, bergerak ke dalam rongga tertentu misalnya pada hati dan setelah

menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah

yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.

Abses bisa terjadi di beberapa tempat baik itu paru-paru, otak,

abdomen, termasuk hepar. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang

disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, maupun jamur yang bersumber

dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi

dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Abses hati merupakan

masalah kesehatan dan sosial pada beberapa negara yang berkembang seperti

di Asia terutama Indonesia. Prevalensi yang tinggi biasanya berhubungan

dengan sanitasi yang buruk, status ekonomi yang rendah serta gizi yang

buruk. Meningkatnya arus urbanisasi menyebabkan bertambahnya kasus

abses hati di daerah perkotaan.1

Secara umum abses hati dibagi menjadi 2 yaitu abses hati amebik

dan abses hati piogenik di mana kasus abses hati amebik lebih sering terjadi

dibanding abses hati piogenik. Abses hati amebik biasanya disebabkan oleh

infeksi Entamoeba hystolitica sedangkan abses hati piogenik disebabkan oleh

infeksi Enterobacteriaceae, Streptococci, Klebsiella, Candida, Salmonella,

dan golongan lainnya. Abses hati sering timbul sebagai komplikasi dari

peradangan akut saluran empedu. Abses hati piogenik merupakan kasus yang

1 Pande Putu Perdani W, “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah,

(Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, 2009) h. 2.

ABSES HEPAR Page 1

Page 2: Isi Makalah Hepar

relatif jarang, pertama kali ditemukan oleh Hipppocrates (400SM) dan

dipublikasikan pertama kali oleh Bright pada tahun 1936.2

Berdasarkan pemaparan di atas, selanjutnya dalam makalah ini akan

dibahas secara lengkap tentang konsep medis yang berkaitan dengan demam

abses hepar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa defenisi abses hepar?

2. Bagaimana epidemiologi dari abses hepar?

3. Bagaimana klasifikasi dari abses hepar?

4. Bagaiamana etiologi dari abses hepar?

5. Bagaimana manifestasi klinis dari abses hepar?

6. Bagaimana patofisiologi dari abses hepar?

7. Bagaimana pemeriksaan penunjang/diagnostik dari abses hepar?

8. Bagaimana komplikasi dari abses hepar?

9. Bagaimana penatalaksanaan dari abses hepar?

10. Bagaimana prognosis dari abses hepar?

11. Bagaimana pencegahan dari abses hepar?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa defenisi dari abses hepar

2. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi dari abses hepar

3. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari abses hepar

4. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari abses hepar

5. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari abses hepar

6. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari abses hepar

7. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang/diagnostik dari

abses hepar

8. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari abses hepar

9. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari abses hepar

10. Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari abses hepar

11. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dari abses hepar

2 Pande Putu Perdani W, “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, h.2.

ABSES HEPAR Page 2

Page 3: Isi Makalah Hepar

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Abses Hepar

Menurut Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) (2013) abses

hati merupakan kista berisi nanah yang terdapat di hati. Prevalensi abses hati

yang tinggi erat hubungannya dengan sanitasi yang buruk dan status ekonomi

yang rendah. Penyebab abses hati dapat disebabkan oleh infeksi dari bakteri,

parasit ataupun jamur. Di negara yang sedang berkembang, abses hati amuba

lebih sering didapatkan secara endemik dibandingkan dengan abses hati

piogenik. Abses hati piogenik disebabkan oleh infeksi bakteri seperti E. coli,

S. Faecalis, P. Vulgaris, dan Salmonella typhi. Sedangkan abses hati amebik

disebabkan oleh organisme mikroskopis parasit yaitu E. Histolytica.3

Abses hati adalah penumpukan jaringan nekrotik dalam suatu rongga

patologis yang dapat bersifat soliter atau multipel pada jaringan hati.

Penyakit ini telah ditemukan sejak zaman Hipokrates, merupakan penyakit

serius yang membutuhkan diagnosis dan tata laksana yang cepat.4

Abses hati adalah infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena

infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari

system gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan

pembentukan pus yang terdiri jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi atau

sel darah di dalam parenkim hati.5

3 Perhimpunan peneliti hati Indonesia (PPHI), “Artikel Umum: Abses Hati”, Official

website Indonesian Association for The Study of The Liver, http://pphi-online.org/alpha/?p=646,

(diakses tanggal 20 April 2016).4 Yuridyah Prianti, dkk., “Abses Hati pada Anak”, Sari Pediatri, vol. 7 no. 1(Juni 2005),

h. 1.5 Aru W. Sudoyo, dkk., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV (Jakarta:

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2007), h. 460.

ABSES HEPAR Page 3

Page 4: Isi Makalah Hepar

B. Epidemiologi Abses Hepar

Di negara yang sedang berkembang abses hati amebik (AHA)

didapatkan secara endemik dan jauh lebih sering terjadi.6

Insiden abses hati amebik di RS di Indonesia berkisar antara 5-15%

pasien pertahun. Penelitian epidemiologi di Indonesia menunjukkan abses

hati amebik pada pria memiliki rasio 3,4-8,5 kali lebih besar dibandingkan

dengan wanita.7

Penelitian epidemologi di Indonesia menunjukkan perbandingan pria

dan wanita berkisar antara 3:1 sampai 22:1, dengan usia tersering pada

dekade keempat. Penularan umumnya melalui jalur oral-fektal dan dapat juga

oral-anal-fektal. Usia yang sering dikenai berkisar antara 20-50 tahun

terutama dewasa muda dan lebih jarang pada anak.8

Sedangkan, abses hati piogenik (AHP) terbanyak ditemukan di daerah

tropis dengan kondisi hygiene/sanitasi kurang 8-15 per 100.000 kasus AHP

yang memerlukan perawatan di RS. AHP lebih sering terjadi pada pria

dibandingkan dengan perempuan, dengan rentang usia lebih dari 40 tahun.9

C. Klasifikasi Abses Hepar

Abses hati dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Abses hati piogenik (AHP)

AHP ini merupakan kasus yang relative jarang terjadi, pertama

ditemukan oleh Hippoccrates (400 SM), dan dipublikasikan pertama kali

oleh Bright pada tahun 1936.10 Dikenal juga sebagai hepatic abscess, 6 Faradillah A. Suryadi, “Abses Hepar”, Presentasi Tugas Kuliah, h. 19, http://

www.slideshare.net/mynameisfarah/abses-hepar-28545288 (diakses tanggal 20 April 2016).7 Perhimpunan peneliti hati Indonesia (PPHI), “Artikel Umum: Abses Hati”, Official

website Indonesian Association for The Study of The Liver, http://pphi-online.org/alpha/?p=646,

(diakses tanggal 20 April 2016).8 Ali Sulaiman, dkk., Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi (Jakarta: Sagung Seto,

2012) h. 500. 9 Faradillah A. Suryadi, “Abses Hepar”, Presentasi Tugas Kuliah, h.19,

http://www.slideshare.net/mynameisfarah/abses-hepar-28545288, (diakses tanggal 20 April 2016)10 Aru W. Sudoyo, dkk., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV (Jakarta:

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2007), h. 460.

ABSES HEPAR Page 4

Page 5: Isi Makalah Hepar

bacterial liver abscess, bacterial abscess of the liver, bacterial hepatic

abscess.

2. Abses hati amebik (AHA)

AHA masih merupakan masalah kesehatan dan sosial di daerah

seperti Asia Tenggara , Afrika, dan Amerika Latin, terutama didaerah yang

banyak didapatkan strain virulen Entamoeba histolytica dan daerah dengan

keadaan sanitasi buruk, status sosial ekonomi yang rendah, serta status gizi

yang kurang baik. Penyakit ini tidak hanya mengenai daerah tropis atau

subtropis, tetapi juga hampir mengenai seluruh dunia.11 AHA merupakan

salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal.

D. Etiologi Abses Hepar

1. Abses hati piogenik (AHP)

Infeksi terutama disebabkan oleh bakteri gram negatif dan

penyebab yang terbanyak adalah E. coli penyebab lainnya, yaitu S.

faecalis, P. fulgaris dan Salmonella typhi. Dapat pula bakteri anaerob

seperti bakteroides, aerobakteria, aktinomises, dan sptreptokokus anaerob.

Untuk penetapan kuman penyebab peerlu dilakukan biakan darah, pus

empedu dan suap secara aerob maupun anaerob.12

Abses piogenik disebabkan oleh Enterobactericeae,Microaerophilic

streptococci, Anaerobic streptococci, Klebsiellapneumoniae, Bacteriodes,

Fusobacterium, Staphilococcusaereus, Staphilococcusmilleri, Candida

albicans, Aspergillus, Eikenellacorrodens, Yersinisenterolitica, Salmonella

thypii, Brucella melitensis dan fungal.13

Penyebab terseringnya adalah infeksi saluran empedu (30% -60%):

obstruksi empedu dan kondisi peradangan sekunder (misalnya, kolesistitis,

choledocholithiasis, dan kolangitis, terutama pada pasien dengan

keganasan saluran empedu dengan stent empedu). Infeksi dari organ-organ 11 Ali Sulaiman, dkk., Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi (Jakarta: Sagung Seto,

2012) h. 500.12 Ali Sulaiman, dkk., Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi, h. 499.13 Fionna Pohan, “Abses Hati”, Presentasi Kuliah, h. 8, http://www.slideshare.net/

fionnapohan/abses-hati, (diakses tanggal 20 April 2016).

ABSES HEPAR Page 5

Page 6: Isi Makalah Hepar

pencernaan atau organ pelvis melalui sirkulasi portal (24%): contoh

termasuk usus buntu, divertikulitis, dan perforasi usus. Tidak diketahui

(20%). Penyebaran hematogen sekunder dengan bakteremia (15%): infeksi

endokarditis, pielonefritis, infeksi mulut yang tidak diobati, semua

penyebab gangguan sistem kekebalan tubuh pada anak-anak (misalnya,

leukemia).14

2. Abses hati amebik (AHA)

Abses hati amubik disebabkan oleh strain virulen Entamoeba

hystolitica yang tinggi. Sebagai host definitif, individu-individu yang

asimptomatis mengeluarkan tropozoit dan kista bersama kotoran mereka.

Infeksi biasanya terjadi setelah meminum air atau memakan makanan yang

terkontaminasi kotoran yang mengandung tropozoit atau kista tersebut.

Dinding kista akan dicerna oleh usushalus, keluarlah tropozoit imatur.

Tropozoit dewasa tinggal di usus besar terutama sekumpula Strain

Entamoeba hystolitica tertentu dapat menginvasi dinding kolon. Strain ini

berbentuk tropozoit besar yang mana di bawah mikroskop tampak menelan

sel darah merah dan sel PMN. Pertahanan tubuh penderita juga berperan

dalam terjadinya amubiasis invasif.15

Beberapa spesies amuba dapat hidup sebagai parasite non pathogen

dalam mulut dan usus. Tetapi hanya E. Histolytica  dapat menyebabkan

penyakit. Hanya sebagian kecil individu yang terinfeksi E. Histolytica

yang memberi gejala amubasis invasive sehingga ada dua jenis E.

Histolytica, yaitu strain pathogen dan non-patogen. Bervariasinya virulensi

berbagai strain E. Histolytica ini berdasarkan kemampuannya

menimbulkan lesi pada hati.

Siklus hidup E. Histolytica dapat dibagi atas dua bentuk, yaitu

tropozit dan kista, tropozoit adalah bentuk motil yang biasanya hidup 14 Perhimpunan peneliti hati Indonesia (PPHI), “Artikel Umum: Abses Hati”, Official

website Indonesian Association for The Study of The Liver, http://pphi-online.org/alpha/?p=646,

(diakses tanggal 20 April 2016).15 Fionna Pohan, “Abses Hati”, Presentasi Kuliah, h. 8, http://www.slideshare.net/

fionnapohan/abses-hati, (diakses tanggal 20 April 2016).

ABSES HEPAR Page 6

Page 7: Isi Makalah Hepar

komensal dalam usus. Bentuk ini dapat bermultiplikasi dengan cara

membelah diri menjadi dua atau menjadi kista. Tropozoit tumbuh dalam

keadaan anaerob dan hanya perlu bakteri atau jaringan untuk kebutuhan

zat gizinya. Tropozoit ini tidak berperan dalam penularan dan mati bila

terpajan hidroklorida atau enzim pencernaan. Jika terjadi diare, tropozoit

berpseudopadia dengan ukuran 10-20 um yg keluar sampai yang ukuran

50um. Bila tidak diare, tropozoit akan membentuk kista sebelum keluar

bersama tinja.

Kista akan berinti empat setelah melakukan dua kali pembelahan

dan berperan dalam penularan karena tahan terhadap perubahan

lingkungan, tahan asam lambung dan enzim pencernaan. Kista berbentuk

bulat dengan diameter 8-20 cm dan berdinding kaku. Pembentukan kista

ini dipercepat dengan berkurangnya bahan makanan atau perubahan

osmolaritas media.16

E. Manifestasi Klinis Abses Hepar17

1. Abses hepar piogenik (AHP)

a. Nyeri perut kanan atas

b. Demam dapat bersifat intermitten, remitten, atau kontinue

c. Menggigil

d. Batuk

e. Sesak napas

f. Sakit perut

g. Mual muntah

h. Penurunan BB

i. Gejala klinis lebih berat dari AHA

2. Abses hepar amebik (AHA)

a. Nyeri perut kanan atas16 Ali Sulaiman, dkk., Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi (Jakarta: Sagung Seto,

2012) h. 500.17 Faradillah A. Suryadi, “Abses Hepar”, Presentasi Tugas Kuliah, h.19, http://

www.slideshare.net/mynameisfarah/abses-hepar-28545288, (diakses tanggal 20 April 2016).

ABSES HEPAR Page 7

Page 8: Isi Makalah Hepar

b. Terasa seperti ditekan/ ditusuk

c. Bertambah nyeri bila berubah posisi atau batuk

d. Berkurang jika berbaring ke arah kiri

e. Demam

f. Anoreksia

g. Mual dan muntah

h. Penurunan BB

Tabel manifestasi klinis yang membedakan18:

Abses hati piogenik Abses hati amoebik

Masa inkubasi 1-16 minggu 1-12 minggu

demam Tinggi, hektik Derajat rendah

Toksisitas Dapat terlihat jelas Minimal atau tidak

ada

Pada Hati

Nyeri tekan

pembengkakan

Biasa

Tidak sering

Bervariasi, mungkin

intercostal

Sering

Ikterus 25% 5%

Jari tabuh Bila kronik Tidak pernah ada

Kejadiaan

sebelumnya

Infeksi /pembedahan

intra-abdomen

Disentri pada 20%

Mikroskopis

tinja

normal Kista / trofozoit E.

histolytics pada 15%

Kultur darah Positif pada 34% Negative

Aspirat abses

Gram

Kultur

Trofozoit

Positif

Positif

negatif

Negative

Negative

Kadang-kadang

positif

Serologi negatif Positif

18 Mandal, dkk., Lecture Notes Penyakit Infeksi edisi ke enam (Jakarta: Erlangga, 2008) h.

ABSES HEPAR Page 8

Page 9: Isi Makalah Hepar

amoebik

Jumlah abses Multipel pada 35% Jarang multiple

F. Patofisiologi Abses Hepar

1. Abses hepar piogenik (AHP)

Dahulu, abses hati piogenik lebih banyak terjadi melalui infeksi

aorta, terutama pada anak muda, dan sekunder akibat peradangan

appendiksitis. Tetapi, sekarang absesi hati piogenik sering terjadi sekunder

akibat obstruksi dan infeksi saluran empedu. Abses hati giogenik dapat

terjadi melalui infeksi yang berasal dari vena portal yaitu infeksi pelvis

atau gastrointestinal, bisa menyebabkan pilflebitis porta atau emboli septik

saluran empedu yang merupakan sumber infeksi yang tersering.

Kolangitis septik dapat menyebabkan penyumbatan penyumbatan saluran

empedu sepperti juga batu empedu, kanker, striktur saluran empedu, atau

anomaly saluran empedu kongenital.19

2. Abses hepar amebik (AHA)

Mekanisme amubiasis hati dimulai dengan penempelan E.

Histolytica pada mukosa usus, kerusakan sawar intestina, dan lisis sel

epitel intestinal serta sel radang. Terjadinya supresi respon imun seluler,

selain disebabkan enzim atau toksin parasit, juga disebakan penyakit

tuberculosis, malnutrisi, keganasan, dan penyebaran amuba ke hati.

Penyebaran amuba dari usus kehati sebagian besar melalui vena porta.

Dihati, terjadi focus akumulasi neutrophil dari portal yang disertai nekrosis

dan infiltrasi granulomatosa. Lesi membesar, bersatu, dan granuloma

diganti jaringan nekrotik. Bagian nekrotik ini dikelilingi kapsul tipis

seperti jaringan fibrosa. Amubiasia hati ini dapat terjadi berbulan-bulan

atau tahunan setelah amubiasis intestinal dan sekitar 50 % amubiasis hati

terjadi tanpa riwayat disentri amubiasis.20

19 Ali Sulaiman, dkk., Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi (Jakarta: Sagung Seto,

2012) h. 499.20 Ali Sulaiman, dkk., Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi, h. 499.

ABSES HEPAR Page 9

Page 10: Isi Makalah Hepar

G. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik Abses Hepar21

1. Darah Rutin

Pada pemeriksaan laboratorium yang diperiksa adalah darah rutin

yaitu kadar Hb darah, jumlah leukosit darah, kecepatan endap darah dan

percobaan fungsi hati, termasuk kadar bilirubin total, total protein dan

kadar albumin dan glubulin dalam darah. Banyak penderita abses hepar

tidak mengalami perubahan bermakna pada tes laboratoriumnya. Pada

penderita akut anemia tidak terlalu tampak tetapi menunjukkan

leukositosis yang bermakna sementara penderita abses hepar kronis justru

sebaliknya. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang

tinggi dengan pergeseran ke kiri, anemia, peningkatan laju endap darah,

peningkatan alkalin fosfatase, peningkatan enzim transaminase dan serum

bilirubin, berkurangnya kadar albumin serum dan waktu protrombin yang

memanjang menunjukan bahwa terdapat kegagalan fungsi hati yang

disebabkan abses hati.

Abnormalitas tes fungsi hati lebih jarang terjadi dan lebih ringan

pada abses hati amebik dibanding abses hati piogenik. Hiperbilirubinemia

didapatkan hanya pada 10 % penderita abses hepar. Karena pada abses

hepar amebik terjadi proses destruksi parenkim hati, maka PPT (plasma

protrombin time) meningkat.

2. Serologis

Pemeriksaan serologi yang dapat dilakukan meliputi IHA (Indirect

Hemagglutination), GDP (Gel Diffusion Precipitin), ELISA (Enzyme-

linked Immunosorbent Assay), counterimmunelectrophoresis, indirect

immunofluorescence, dan complement fixation. IHA dan GDP merupakan

prosedur yang paling sering digunakan. IHA dianggap positif jika

pengenceran melampaui 1 : 128. Sensitivitasnya mencapai 95%. Bila tes

21 Pande Putu Perdani W, “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah,

(Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, 2009) h. 11.

ABSES HEPAR Page 10

Page 11: Isi Makalah Hepar

tersebut diulang, sensitivitasnya dapat mencapai 100%. IHA sangat

spesifik untuk amubiasis invasif. Tetapi, hasil yang positif bisa didapatkan

sampai 20 tahun setelah infeksi mereda.

3. USG

USG memiliki sensitivitas yang sama dengan CT scan dalam

mengidentifikasi abses hepar. Rendahnya biaya dan sifat non-radiasi

membuat USG menjadi pilihan untuk mendiagnosis abses hepar. Abses

hepar amebik biasanya besar dan multipel.

Hasil USG akan terlihat:

a. Bentuk bulat atau oval

b. Tidak ada gema dinding yang berarti

c. Ekogenitas lebih rendah dari parenkim hati normal.

d. Bersentuhan dengan kapsul hati

e. Peninggian sonik distal (distal enhancement)

Menurut Middlemiss (I964) gambaran radiologis dari abses hati

adalah sebagai berikut :

a. Peninggian dome dari diafragma kanan.

b. Berkurangnya gerak dari dome diafragma kanan.

c. Pleural efusion.

d. Kolaps paru.

e. Abses paru.

4. CT-Scan

a. Hipoekoik (lebih redup)

b. Massa oval dengan batas tegas

c. Non-homogen

5. Kriteria diagnostik untuk abses amubiasis

a. Kriteria Sherlock:

1) Hepatomegali yang nyeri tekan

2) Respon baik terhadap obat amoebisid

3) Leukositosis

4) Peninggian diafragma kanan dan pergerakan yang kurang

ABSES HEPAR Page 11

Page 12: Isi Makalah Hepar

5) Aspirasi pus

6) Pada USG didapatkan rongga dalam hati

7) Tes hemaglutinasi positif

b. Kriteria Ramachandran:

1) Hepatomegali yang nyeri

2) Riwayat disentri

3) Leukositosis

4) Kelainan radiologis

5) Respon terhadap terapi amoebisid

c. Kriteria Lamont dan Pooler:

1) Hepatomegali yang nyeri

2) Kelainan hematologis

3) Kelainan radiologis

4) Pus amoebik

5) Tes serologic positif

6) Kelainan sidikan hati

7) Respon yang baik dengan terapi amoebisid

H. Komplikasi Abses Hepar22

Sistem plueropulmonum merupakan sistem tersering terkena. Secara

khusus, kasus tersebut berasal dari lesi yang terletak di lobus kanan hepar.

Hal ini dikarenakan facies diaphragm hepar yang berdekatan dengan system

pleuropulmonum terutama di lobus kanan. Abses menembus diagfragma dan

akan timbul efusi pleura, empyema abses pulmonum atau pneumonia. Fistula

bronkopleura, biliopleura dan biliobronkial juga dapat timbul dari reptur

abses amuba. Pasien-pasien dengan fistula ini akan menunjukan ludah yang

berwarna kecoklatan yang berisi amuba yang ada. Komplikasi abses hati

amoeba umumnya berupa perforasi abses ke berbagai rongga tubuh dan ke

kulit. Perforasi ke kranial dapat terjadi ke pleura dan perikard. Insidens

22 Pande Putu Perdani W, “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah,

(Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, 2009) h. 13.

ABSES HEPAR Page 12

Page 13: Isi Makalah Hepar

perforasi ke rongga pleura adalah 10-20%. Akan terjadi efusi pleura yang

besar dan luas yang memperlihatkan cairan coklat pada aspirasi. Perforasi

dapat berlanjut ke paru sampai ke bronkus sehingga didapat sputum yang

berwarna khas coklat. Perforasi ke perikard menyebabkan efusi perikard dan

tamponade jantung.

Komplikasi ke kaudal terjadi ke rongga peritoneum. Perforasi akut

menyebabkan peritonitis umum. Abses kronis, artinya sebelum perforasi,

omentum dan usus mempunyai kesempatan untuk mengurung proses

inflamasi, menyebabkan peritonitis lokal. Perforasi ke depan atau ke sisi

terjadi ke arah kulit sehingga menimbulkan fistel yang dapat menyebabkan

timbulnya infeksi sekunder.

Gambar 1: Perforasi ke Depan menyebabkan Kebocoran

Sumber: Pande Putu (2009)

I. Penatalaksanaan Abses Hepar23

1. Antibiotik

Terapi medikamentosa adalah antibiotik yang bersifat amubisid

seperti metronidazol atau tinidazol. Dosis 50 mg/kgBB/hari diberikan tiga

kali sehari selama 10 hari, dapat menyembuhkan 95% penderita abses

amuba hepar. Pemberian intravena sama efektifnya, diperlukan pada

23 Pande Putu Perdani W, “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah,

(Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, 2009) h. 14.

ABSES HEPAR Page 13

Page 14: Isi Makalah Hepar

penderita yang mengalami rasa mual atau pada penderita yang keadaan

umumnya buruk. Hasil yang positif pada pemberian metronidazol secara

empiris dapat memperkuat diagnosis abses amuba hepar. Perbaikan gejala

klinis terjadi dalam beberapa hari dan pemeriksaan radiologis

menunjukkan penurunan ukuran abses dalam 7 sampai 10 hari.

Metronidazol mudah didapat dan aman, walaupun merupakan

kontraindikasi pada kehamilan. Efek samping yang dapat terjadi ialah

mual dan rasa logam. Neuropati perifer kadang-kadang dapat terjadi.

Emetin, dehidroemetin, dan klorokuin berguna pada abses amuba hepar

yang mengalami komplikasi atau bila pengobatan dengan metronidazol

gagal. Emetin dan dehidroemetin diberikan secara intramuskular. Emetin

memiliki "therapeutic range" yang sempit. Dapat terjadi proaritmia, efek

kardiotoksik yang diakibatkan akumulasi dosis obat. Penderita yang

mendapat obat ini harus tirah baring dan dilakukan pemantauan vital sign

secara teratur. Emetin dan dehidroemetin diindikasikan terutama untuk

penderita yang mengalami komplikasi paru, karena biasanya keadaan

umumnya buruk dan memerlukan terapi "multidrug" untuk mempercepat

perbaikan gejala klinis. Kombinasiklorokuin dan emetin dapat 90%

penderita amubiasis ekstrakolon yang resisten.

Gambar 2: Metronidazol

Sumber: Pande Putu (2009)

2. Aspirasi

Selain diberi antibiotika, terapi abses juga dilakukan dengan

aspirasi. Dalam hal ini, aspirasi berguna untuk mengurangi gejala-gejala

ABSES HEPAR Page 14

Page 15: Isi Makalah Hepar

penekanan dan menyingkirkan adanya infeksi bakteri sekunder. Aspirasi

juga mengurangi risiko ruptur pada abses yang volumenya lebih dari 250

ml, atau lesi yang disertai rasa nyeri hebat dan elevasi diafragma. Aspirasi

juga bermanfaat bila terapi dengan metronidazol merupakan kontraindikasi

seperti pada kehamilan. Aspirasi bisa dilakukan secara buta, tetapi

sebaiknya dilakukan dengan tuntunan ultrasonografi sehingga dapat

mencapai sasaran yang tepat. Aspirasi dapat dilakukan secara berulang-

ulang secara tertutup atau dilanjutkan dengan pemasangan kateter penyalir.

Pada semua tindakan harus diperhatikan prosedur aseptik dan antiseptik

untuk mencegah infeksi sekunder.

3. Drainase Perkutan

Drainase perkutan berguna pada penanganan komplikasi paru,

peritoneum, dan perikardial. Tingginya viskositas cairan abses amuba

memerlukan kateter dengan diameter yang besar untuk drainase yang

adekuat. Infeksi sekunder pada rongga abses setelah dilakukan drainase

perkutan dapat terjadi.

4. Operasi

Pembedahan diindikasikan untuk penanganan abses yang tidak

berhasil membaik dengan cara yang lebih konservatif. Laparotomi

diindikasikan untuk perdarahan yang jarang terjadi tetapi mengancam jiwa

penderita, disertai atau tanpa adanya ruptur abses. Tindakan operasi juga

dilakukan bila abses amuba mengenai sekitarnya. Penderita dengan

septikemia karena abses amuba yang mengalami infeksi sekunder juga

dicalonkan untuk tindakan bedah, khususnya bila usaha dekompresi

perkutan tidak berhasil. Jika tindakan laparotomi dibutuhkan, maka

dilakukan dengan sayatan subkostal kanan. Abses dibuka, dilakukan

penyaliran, dicuci dengan larutan garam fisiologik dan larutan antibiotik

serta dengan ultrasonografi intraoperatif.

Indikasi operasi pada abses hepar antara lain:

a. Terapi antibiotika gagal

b. Aspirasi tidak berhasil

ABSES HEPAR Page 15

Page 16: Isi Makalah Hepar

c. Abses tidak dapat dijangkau dengan aspirasi ataupun drainase

d. Adanya komplikasi intraabdominal

5. Hepatektomi

Dewasa ini dilakukan hepatektomi yaitu pengangkatan lobus hati

yang terkena abses. Hepatektomi dapat dilakukan pada abses tunggal atau

multipel, lobus kanan atau kiri, juga pada pasien dengan penyakit saluran

empedu. Tipe reseksi hepatektomi tergantung dari luas daerah hati yang

terkena abses juga disesuaikan dengan perdarahan lobus hati.

J. Prognosis Abses Paru

Prognosa abses hati tergantung dari investasi parasit, daya tahan host,

derajat dari infeksi, ada tidaknya infeksi sekunder, komplikasi yang terjadi,

dan terapi yang diberikan. Prognosis yang buruk, apabila terjadi

keterlambatan diagnosis dan pengobatan, jika hasil kultur darah yang

memperlihatkan penyebab bakterial organisme multipel, tidak dilakukan

drainase terhadap abses, adanya ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleura atau

adanya penyakit lain.24

K. Pencegahan Abses Paru

Pengobatan yang tepat dari infeksi perut dan infeksi lainnya dapat

mengurangi risiko terjadinya abses hati piogenik. Untuk abses hati amebik,

pencegahan dapat dilakukan dengan meminum air murni dan tidak makan

sayuran mentah atau buah dikupas ketika bepergian di negara-negara tropis

dengan sanitasi yang buruk.25

ل�وا ل� و� وا م� ل ل� و� و� و� ل� � و ال ل�ا و�ا و� � ل�ا �ي و� ل وا ! و و�ا و� � و ال م#ي ل و ا م ل% م& و'ا م� م) و( ل*و م� م+ ل�Terjemahnya:

24 Pande Putu Perdani W, “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, h.

17.

25 Perhimpunan peneliti hati Indonesia (PPHI), “Artikel Umum: Abses Hati”, Official

website Indonesian Association for The Study of The Liver, http://pphi-online.org/alpha/?p=646,

(diakses tanggal 20 April 2016).

ABSES HEPAR Page 16

Page 17: Isi Makalah Hepar

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah

rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman

kepada-Nya”26

Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang bukan cuma

halal, tapi juga baik (Halalan Thoyyiban) agar tidak membahayakan tubuh

kita. Bahkan perintah ini disejajarkan dengan bertaqwa kepada Allah, sebagai

sebuah perintah yang sangat tegas dan jelas.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi

bakteri, parasit, maupun jamur yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang

ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam

parenkim hati. Abses hati merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa

negara yang berkembang seperti di Asia terutama Indonesia. Prevalensi yang

tinggi biasanya berhubungan dengan sanitasi yang buruk, status ekonomi yang

rendah serta gizi yang buruk. Meningkatnya arus urbanisasi menyebabkan

26 https://khultur.wordpress.com/2011/12/23/al-maidah-ayat88/ (diakses tanggal 19 April

2016).

ABSES HEPAR Page 17

Page 18: Isi Makalah Hepar

bertambahnya kasus abses hati di daerah perkotaan. Secara umum abses hati

dibagi menjadi 2 yaitu abses hati amebik dan abses hati piogenik di mana kasus

abses hati amebik lebih sering terjadi dibanding abses hati piogenik.

Saran

Makalah ini dapat menjadi sumber referensi bagi mahasiswa keperawatan

maupun para pembaca yang ingin mengetahui tentang penyakit abses hepar.

Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami

mengundang kepada para pembaca agar dapat memberikan kritik serta saran yang

membangun untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://khultur.wordpress.com/2011/12/23/al-maidah-ayat88/ (diakses tanggal 19

April 2016).

Mandal, dkk. 2008.  Lecture Notes Penyakit Infeksi edisi ke enam. Jakarta:

Erlangga.

Perdani W, Pandu Putu. 2009. “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu

Bedah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.

Perhimpunan peneliti hati Indonesia (PPHI), “Artikel Umum: Abses Hati”,

Official website Indonesian Association for The Study of The Liver,

http://pphi-online.org/alpha/?p=646, (diakses tanggal 20 April 2016).

ABSES HEPAR Page 18

Page 19: Isi Makalah Hepar

Pohan, Fionna. “Abses Hati”. Presentasi Kuliah. http://www.slideshare.net/fionna

pohan/abses-hati (diakses tanggal 20 April 2016).

Prianti, Yuridyah, dkk. 2005. “Abses Hati pada Anak”, Sari Pediatri, vol. 7 no. 1

Sudoyo, Aru W. dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.

Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.

Sulaiman, Ali dkk. 2012. Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi. Jakarta:

Sagung Seto.

Suryadi, Faradillah A. “Abses Hepar”. Presentasi Tugas Kuliah. http://www.slide

share.net/mynameisfarah/abses-hepar-28545288 (diakses tanggal 20 April

2016).

ABSES HEPAR Page 19

Page 20: Isi Makalah Hepar

LAMPIRAN

ABSES HEPAR Page 20