[ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

38
PENDAHULUAN Hutan Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia, dimana Indonesia merupakan urutan ketiga dari tujuh negara yang disebut Megadiversity Country. Hutan Indonesia merupakan rumah bagi ribuan jenis flora dan fauna yang banyak diantaranya adalah endemik di Indonesia. Selain itu Indonesia juga dikenal dengan sebutan Zamrud Katulistiwa atau permata hijau di sepanjang garis katulistiwa dikarenakan Indonesia memiliki hutan yang menghijau dan membentang dari sabang sampai merauke yang indah. Dalam, kenyataannya pemanfaatan hutan alam yang telah berlangsung sejak awal 1970-an ternyata memberikan gambaran yang kurang menggembirakan untuk masa depan dunia kehutanan Indonesia. Terlepas dari keberhasilan penghasil devisa, peningkatan pendapatan, menyerap tenaga kerja, serta mendorong pembangunan wilayah, pembangunan kehutanan melalui pemanfaatan hutan alam menyisakan sisi yang buram. Sisi negatif tersebut antara lain tingginya laju deforestasi yang menimbulkan kekhawatiran akan tidak tercapainya kelestarian hutan yang diperkuat oleh adanya penebangan liar (Illegal Logging). Meskipun diatas kertas, Indonesia telah menyisihkan 19 juta hektare atau 13 persen dari total hutan alam yang ada di Indonesia dalam suatu jaringan ekosistem yang telah ditetapkan menjadi kawasan-kawasan 1

Transcript of [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

Page 1: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

PENDAHULUAN

Hutan Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati di

dunia, dimana Indonesia merupakan urutan ketiga dari tujuh negara yang disebut

Megadiversity Country. Hutan Indonesia merupakan rumah bagi ribuan jenis flora

dan fauna yang banyak diantaranya adalah endemik di Indonesia. Selain itu

Indonesia juga dikenal dengan sebutan Zamrud Katulistiwa atau permata hijau di

sepanjang garis katulistiwa dikarenakan Indonesia memiliki hutan yang

menghijau dan membentang dari sabang sampai merauke yang indah. Dalam,

kenyataannya pemanfaatan hutan alam yang telah berlangsung sejak awal 1970-an

ternyata memberikan gambaran yang kurang menggembirakan untuk masa depan

dunia kehutanan Indonesia. Terlepas dari keberhasilan penghasil devisa,

peningkatan pendapatan, menyerap tenaga kerja, serta mendorong pembangunan

wilayah, pembangunan kehutanan melalui pemanfaatan hutan alam menyisakan

sisi yang buram. Sisi negatif tersebut antara lain tingginya laju deforestasi yang

menimbulkan kekhawatiran akan tidak tercapainya kelestarian hutan yang

diperkuat oleh adanya penebangan liar (Illegal Logging). Meskipun diatas kertas,

Indonesia telah menyisihkan 19 juta hektare atau 13 persen dari total hutan alam

yang ada di Indonesia dalam suatu jaringan ekosistem yang telah ditetapkan

menjadi kawasan-kawasan konservasi dimana kawasan-kawasan tersebut sengaja

diperuntukkan bagi kepentingan pelestarian plasma nutfah, jenis dan ekosistem

yang banyak diantaranya sangat unik dan dianggap merupakan warisan dunia

(world heritage). Namun kenyataanya kawasan-kawasan tersebut saat ini sangat

terancam keberadaan dan kelestariannya akibat kegiatan penebangan liar

Terganggunya keseimbangan dan kelestarian hutan memicu timbulnya

banyak sekali efek negatif terhadap kehidupan manusia, yakni sering terjadinya

bencana alam yang tidak segan-segan merenggut nyawa manusia. Contohnya

tanah longsor, banjir, dan kekeringan yang melanda Indonesia. Akibat tanah

longsor dan banjir, banyak korban berjatuhan dan juga banyak pemukiman warga

yang luluh lantah sehingga memaksa untuk mengungsi ketempat yang aman.

Pemerintah juga terkena dampaknya yakni harus mengeluarkan miliaran rupiah

untuk menanggulangi dampak dari banjir dan tanah longsor. Selain itu,

1

Page 2: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

kekeringan yang melanda di beberapa daerah akibat tidak adanya persediaan air

tanah karena eksploitasi hutan besar-besaran yang mengakibatkan warga susah

untuk mencari air bersih untuk keperluan sehari-hari dan pertanian. Ladang

pertanian kering karena saluran irigasi yang tidak ada air sehingga memaksa para

petani untuk memanen dini pertaniannya ataupun terpaksa gagal panen dan hal ini

memaksa naiknya harga pangan dipasaran yang berdampak pada penyakit

kekurangan gizi.

Dibutuhkan suatu solusi yang mampu mengatasi dan mencegah terjadinya

dampak-dampak yang tidak diinginkan dari eksploitasi dan penebangan hutan

yang mulai marak terjadi yakni dengan cara system tebang pilih, tebang satu

pohon tanam satu pohon, menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak

membuang sampah sembarangan dan memilah-milahnya antara organic dan

anorganik, melakukan reboisasi pada lahan kritis dan menghentikan revolusi

hijau.

A. PERUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan penebangan liar?

2. Apa penyebab terjadinya penebangan liar?

3. Apa dampak yang terjadi dari penebangan liar?

4. Apa yang dimaksud dengan bencana alam?

5. Apa saja faktor penyebab terjadinya bencana alam?

6. Solusi apa yang dapat dilakukan untuk menanggulangi penebangan liar dan

bencana alam?

B. TUJUAN

1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan penebangan liar.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penebangan liar.

3. Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat penbangan liar.

2

Page 3: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

4. Untuk memahami yang dimaksud dari bencana alam.

5. Untuk mengetahui faktor terjadinya bencana alam.

6. Mencari solusi yang tepat untuk mencegah dan menanggulangi penebangan liar

dan bencana alam.

3

Page 4: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

Pengertian Pembalakan Liar

Pembalakan liar atau penebangan liar (bahasa Inggris: illegal logging)

adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah

atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat. (sumber,tahun)

Pembalakan Liar sering terjadi di wilayah-wilayah daerah aliran sungai

Amazon, Afrika Tengah, Asia Tenggara, Rusia dan beberapa negara-negara

Balkan karena memiliki hutan yang cukup luas.

Indonesia termasuk satu diantaranya karena Indonesia merupakan negara

yang memiliki luas hutan yang sangat luas dan dijuluki zamrud katulistiwa.

Gambar 1. Penebangan liar

Fakta Penebangan Liar

Dunia

Sebuah studi kerjasama antara Britania Raya dengan Indonesia pada 1998

mengindikasikan bahwa sekitar 40% dari seluruh kegiatan penebangan adalah liar,

dengan nilai mencapai 365 juta dolar AS. (sumber,tahun)

Studi yang lebih baru membandingkan penebangan sah dengan konsumsi

domestik ditambah dengan elspor mengindikasikan bahwa 88% dari seluruh

kegiatan penebangan adalah merupakan penebangan liar.

4

Page 5: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

Malaysia merupakan tempat transit utama dari produk kayu ilegal dari Indonesia

Amerika

Di Brasil, 80% dari penebangan di Amazon melanggar ketentuan

pemerintah.Korupsi menjadi pusat dari seluruh kegiatan penebangan ilegal

tersebut.

Produk kayu di Brasil sering diistilahkan dengan "emas hijau" dikarenakan

harganya yang mahal (Kayu mahogani berharga 1.600 dolar AS per meter

kubiknya).

Mahogani ilegal membuka jalan bagi penebangan liar untuk spesies yang

lain dan untuk eksploitasi yang lebih luas di Amazon

Kerusakan Hutan di Indonesia

Hutan di Indonesia memiliki nilai ekonomi, sosial, lingkungan dan

budaya bagi negara dan masyarakat setempat khususnya. Jika berbagai peranan

itu tidak seimbang, yang satu lebih ditekankan daripada yang lainnya, maka

keberlanjutan hutan akan semakin terancam. Hal ini terlihat selama 25 tahun

terakhir ini, eksploitasi sumber daya dan tekanan pembangunan mempunyai

pengaruh pada hutan. Dalam buku Agenda 21 Indonesia disebutkan bahwa faktor-

faktor yang menekan kerusakan hutan Indonesia, yaitu: (a) pertumbuhan

penduduk dan penyebarannya yang tidak merata; (b) konversi hutan untuk

pengembangan perkebunan dan pertambangan; (c) pengabaian atau ketidaktahuan

mengenai pemilikan lahan secara tradisional (adat) dan peranan hak adat dalam

memanfaatkan sumber daya alam; (d) program transmigrasi; (e) pencemaran

industri dan pertanian pada hutan lahan basah; (f) degradasi hutan bakau yang

disebabkan oleh konversi menjadi tambak; (g) pemungutan spesies hutan secara

berlebihan; dan (h) introduksi spesies eksotik (UNDP & KMNLH, 1997).

World Resources Institute (WRI) menempatkan masalah kerusakan hutan

tropis akibat penggundulan hutan sebagai masalah lingkungan utama Indonesia.

Eksploitasi hutan yang selama ini dilakukan secara berlebihan melalui sistem

hak pengusahaan hutan (HPH) dan konversi hutan untuk pengembangan pertanian

5

Page 6: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

khususnya perkebunan telah mengakibatkan kerusakan hutan yang sangat parah.

Bahkan, krisis kerusakan hutan juga terjadi di hutan konservasi dan hutan

lindung. Beberapa data mengenai tingkat kerusakan hutan yang penulis

identifikasi dari berbagai sumber terdapat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Kerusakan Hutan Indonesia

Tahun Luas Hutan Sumber Data Luas dan Laju Kerusakan Hutan

1950 152 juta ha GOI/IIED 33 juta ha atau 942.857 ha per tahun

(1950-1985)

1985 119 juta ha RePPProt

1950 152 juta ha GOI/IIED 60 juta ha atau 1,4 juta ha per tahun

(1950-1993)

1993 92 juta ha Walhi

1984 143 juta ha GOI-TGHK 51 juta ha atau 5,7 juta ha per tahun

(1984-1993)

1993 92 juta ha Walhi

1984 143 juta ha GOI-TGHK 22 juta ha atau 1,7 juta ha per tahun

(1984-1997)

1997 120,6 juta ha Kartodihardjo & Supriono

Hutan-hutan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tertinggi di

dunia, meskipun luas daratannya hanya 1,3 persen dari luas daratan di permukaan

bumi. Kekayaan hayatinya mencapai 11 persen spesies tumbuhan yang terdapat di

permukaan bumi. Selain itu, terdapat 10 persen spesies mamalia dari total

binatang mamalia bumi, dan 16 persen spesies burung di dunia.1

Sejatinya, seberapa luas hutan di Indonesia? Dinas Kehutanan Indonesia

pada 1950 pernah merilis peta vegetasi. Peta yang memberikan informasi lugas,

bahwa, dulunya sekitar 84 persen luas daratan Indonesia (162.290.000 hektar)

6

Page 7: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

pada masa itu, tertutup hutan primer dan sekunder, termasuk seluruh tipe

perkebunan.

Peta vegetasi 1950 juga menyebutkan luas hutan per pulau secara berturut-

turut, Kalimantan memiliki areal hutan seluas 51.400.000 hektar, Irian Jaya seluas

40.700.000 hektar, Sumatera seluas 37.370.000 hektar, Sulawesi seluas

17.050.000 hektar, Maluku seluas 7.300.000 hektar, Jawa seluas 5.070.000 hektar

dan terakhir Bali dan Nusa Tenggara Barat/Timur seluas 3.400.000 hektar.

Menurut catatan pada masa pendudukan Belanda, pada 1939 perkebunan

skala besar yang dieksploitasi luasnya mencapai 2,5 juta hektar dan hanya 1,2 juta

hektar yang ditanami. Sektor ini mengalami stagnasi sepanjang tahun 1940-an

hingga 1950-an. Tahun 1969, luas perkebunan skala kecil hanya mencapai 4,6 juta

hektar. Sebagaian besar lahan hutan itu berubah menjadi perkebunan atau

persawahan sekitar 1950-an dan 1960-an. Alasan utama pembukaan hutan yang

terjadi adalah untuk kepentingan pertanian, terutama untuk budidaya padi.2

Memasuki era 1970-an, hutan Indonesia menginjak babak baru. Di era

1970-an, deforestrasi (menghilangnya lahan hutan) mulai menjadi masalah serius.

Industri perkayuan memang sedang tumbuh. Pohon bagaikan emas coklat yang

menggiurkan keuntungannya. Lalu penebangan hutan secara komersial mulai

dibuka besar-besaran. Saat itu terdapat konsesi pembalakan hutan (illegal

logging), yang awalnya bertujuan untuk mengembangkan sistem produksi kayu

untuk kepentingan masa depan. Pada akhirnya langkah ini terus melaju menuju

degradasi hutan yang serius. Kondisi ini juga diikuti oleh pembukaan lahan dan

konversi menjadi bentuk pemakaian lahan lainnya.

Hasil survei yang dilakukan pemerintah menyebutkan bahwa tutupan

hutan pada tahun 1985 mencapai 119 juta hektar. bila dibandingkan dengan luas

hutan tahun 1950 maka terjadi penurunan sebesar 27 persen. Antara 1970-an dan

1990-an, laju deforestrasi diperkirakan antara 0,6 dan 1,2 juta hektar.

Namun angka-angka itu segera diralat, ketika pemerintah dan Bank Dunia

pada 1999, bekerjasama melakukan pemetaan ulang pada areal tutupan hutan.

Menurut survei 1999 itu, laju deforestrasi rata-rata dari tahun 1985–1997

7

Page 8: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

mencapai 1,7 juta hektar. Selama periode tersebut, Sulawesi, Sumatera, dan

Kalimantan mengalami deforestrasi terbesar. Secara keseluruhan daerah-daerah

ini kehilangan lebih dari 20 persen tutupan hutannya. Para ahli pun sepakat, bila

kondisinya masih begitu terus, hutan dataran rendah non rawa akan lenyap dari

Sumatera pada 2005 dan di Kalimantan setelah 2010.

Pada akhirnya ditarik suatu kesimpulan yang mengejutkan. Luas hutan

alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan.

Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen

(Sumber: World Resource Institute, 1997).

Pada periode 1997–2000, ditemukan fakta baru bahwa penyusutan hutan

meningkat menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Dua kali lebih cepat ketimbang ahun

1980. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat

kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra

landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, di antaranya

seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan (Badan Planologi Dephut,

2003).3 Dan menciptakan potret keadaan hutan Indonesia dari sisi ekologi,

ekonomi, dan sosial ternyata semakin buram.

Forest Watch Indonesia bersama Global Forest Watch menyajikan laporan

penilaian komprehensif yang pertama mengenai keadaan hutan Indonesia.

Laporan ini menyimpulkan bahwa laju deforestasi yang meningkat dua kali lipat

utamanya disebabkan suatu sistem politik dan ekonomi yang korup, yang

menganggap sumber daya alam, khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan

yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik dan keuntungan pribadi.

Ketidakstabilan politik yang mengikuti krisis ekonomi pada 1997 dan yang

akhirnya me-lengser-kan Presiden Soeharto pada 1998, menyebabkan deforestasi

semakin bertambah sampai tingkatan yang terjadi pada saat ini.

Pengelolaan hutan yang buruk dimulai semenjak Soeharto berkuasa.

Konsesi Hak Pengusahaan Hutan yang mencakup lebih dari setengah luas total

hutan Indonesia, oleh mantan Presiden Soeharto sebagian besar di antaranya

diberikan kepada sanak saudara dan para pendukung politiknya. Kroniisme di

8

Page 9: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

sektor kehutanan membuat para pengusaha kehutanan bebas beroperasi tanpa

memperhatikan kelestarian produksi jangka panjang.

Ekspansi besar-besaran dalam industri kayu lapis dan industri pulp dan

kertas selama 20 tahun terakhir menyebabkan permintaan terhadap bahan baku

kayu pada saat ini jauh melebihi pasokan legal. Kesenjangannya mencapai 40 juta

meter kubik setiap tahun. Banyak industri pengolahan kayu yang mengakui

ketergantungan mereka pada kayu curian, jumlahnya mencapai 65 persen dari

pasokan total pada 2000. (sumber,tahun)

Korupsi dan anarki atau ketiadaan hukum semakin berkembang menjadi

faktor utama meningkatnya pembalakan ilegal dan penggundulan hutan.

Pencurian kayu bahkan marak terjadi di kawasan konservasi, misalnya di Taman

Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah dan di Taman Nasional Gunung

Leuser di Sumatera Utara dan Aceh. (sumber,tahun)

Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan sistem konversi hutan

menjadi perkebunan menyebabkan deforestasi bertambah luas. Banyak pengusaha

mengajukan permohonan izin pembangunan HTI dan perkebunan hanya sebagai

dalih untuk mendapatkan keuntungan besar dari Izin Pemanfaatan Kayu (kayu

IPK) pada areal hutan alam yang dikonversi. Setelah itu mereka tidak melakukan

penanaman kembali, yang menyebabkan jutaan hektar lahan menjadi terlantar.

Disamping itu, beberapa perusahaan perkebunan dan HTI sering melakukan

pembakaran untuk pembersihan lahan, yang merupakan sumber utama bencana

kebakaran hutan di Indonesia. (sumber,tahun)

Pembakaran hutan merupakan salah satu ancaman serius terhadap

kerusakan hutan Indonesia. Namun demikian, sampai saat ini belum banyak

tindakan hukum yang telah diambil oleh pemerintah terhadap para pembakar

hutan, meskipun sudah ada peraturan perundangan tentang larangan pembakaran

hutan, di antaranya PP No. 4 Tahun 2001. (sumber,tahun)

9

Page 10: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

Dampak Pembalakan Liar

Indonesia memiliki total luas hutan sekitar 126,8 juta hektar dari sabang

sampai marauke. Luas 126,8 juta hektar ini diperkirakan untuk menampung

kehidupan seluruh Warga Indonesia yang berjumlah 46 juta orang. Namun, akibat

penebangan hutan yang liar, hampir 2 juta hektar hutan setiap tahunnya atau

seluas pulau bali. Penebangan hutan ini sebenarnya bisa dicegah jika ada kemauan

dari rakyat Indonesia sendiri untuk mau berubah, namun pada kenyataannya

Kerusakan hutan kita dipicu oleh tingginya permintaan pasar dunia terhadap kayu,

meluasnya konversi hutan menjadi perkebunan sawit, korupsi dan tidak ada

pengakuan terhadap hak rakyat dalam pengelolaan hutan. Sehingga anugrah luar

biasa yang telah diberikan terhadap Negara Indonesia ini semakin lama semakin

habis dipakai untuk kebutuhan ekonomi dunia. (sumber,tahun)

Pada tahun 2006, terjadi 59 kali bencana banjir dan longsor yang

memakan korban jiwa 1.250 orang, merusak 36 ribu rumah dan menggagalkan

panen di 136 ribu hektar lahan pertanian. WALHI mencatat kerugian langsung

dan tak langsung yang ditimbulkan dari banjir dan longsor rata-rata sebesar Rp.

20,57 triliun setiap tahunnya, atau setara dengan 2,94% dari APBN 2006.

Data yang dikeluarkan Bank Dunia menunjukkan bahwa sejak tahun 1985-

1997 Indonesia telah kehilangan hutan sekitar 1,5 juta hektare setiap tahun dan

diperkirakan sekitar 20 juta hutan produksi yang tersisa. Penebangan liar

berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar internasional, besarnya

kapasitas terpasang industri kayu dalam negeri, konsumsi lokal, lemahnya

penegakan hukum, dan pemutihan kayu yang terjadi di luar kawasan tebangan.

(sumber,tahun)

Berdasarkan hasil analisis FWI dan GFW dalam kurun waktu 50 tahun,

luas tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40% dari total tutupan

hutan di seluruh Indonesia. Dan sebagian besar, kerusakan hutan (deforestasi) di

Indonesia akibat dari sistem politik dan ekonomi yang menganggap sumber daya

hutan sebagai sumber pendapatan dan bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik

serta keuntungan pribadi. (sumber,tahun)

10

Page 11: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

Menurut data Departemen Kehutanan tahun 2006, luas hutan yang rusak

dan tidak dapat berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar dari 120,35 juta

hektare kawasan hutan di Indonesia, dengan laju deforestasi dalam lima tahun

terakhir mencapai 2,83 juta hektare per tahun. Bila keadaan seperti ini

dipertahankan, dimana Sumatera dan Kalimantan sudah kehilangan hutannya,

maka hutan di Sulawesi dan Papua akan mengalami hal yang sama. Menurut

analisis World Bank, hutan di Sulawesi diperkirakan akan hilang tahun 2010.

(sumber,tahun)

Praktek pembalakan liar dan eksploitasi hutan yang tidak mengindahkan

kelestarian, mengakibatkan kehancuran sumber daya hutan yang tidak ternilai

harganya, kehancuran kehidupan masyarakat dan kehilangan kayu senilai US$ 5

milyar, diantaranya berupa pendapatan negara kurang lebih US$1.4 milyar setiap

tahun. Kerugian tersebut belum menghitung hilangnya nilai keanekaragaman

hayati serta jasa-jasa lingkungan yang dapat dihasilkan dari sumber daya hutan.

(sumber,tahun)

Penelitian Greenpeace mencatat tingkat kerusakan hutan di Indonesia

mencapai angka 3,8 juta hektare pertahun, yang sebagian besar disebabkan oleh

aktivitas illegal logging atau penebangan liar (Johnston, 2004). Sedangkan data

Badan Penelitian Departemen Kehutanan menunjukan angka Rp. 83 milyar

perhari sebagai kerugian finansial akibat penebangan liar (Antara, 2004).

Pengertian Bencana Alam

Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak

besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung

berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es,

gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah

penyakit.Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami. Contohnya adalah

kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan

oleh kombinasi faktor manusia dan alam. Dua jenis bencana alam yang

diakibatkan dari luar angkasa jarang mempengaruhi manusia, seperti asteroid dan

badai matahari. (sumber,tahun)

11

Page 12: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

Bencana Alam di Indonesia

Frekuensi bencana terkait iklim dan cuaca di Indonesia terus meningkat

dalam 10 tahun terakhir. Perubahan iklim kerap menjadi kambing hitamnya.

Namun, kekeliruan pengelolaan lingkungan sebenarnya berperan besar terhadap

peningkatan frekuensi bencana. (sumber,tahun)

Kajian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2011

menyebutkan, tren bencana di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Jika

tahun 2002 hanya tercatat 190 kejadian bencana, pada 2010 terdapat 930 kejadian.

Bahkan, tahun 2009 terjadi 1.954 kejadian. (sumber,tahun)

Dari total kejadian bencana itu, hampir 79 persen merupakan bencana

hidrometeorologi, yaitu bencana yang terkait cuaca dan iklim. Bencana ini antara

lain banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung, kebakaran hutan dan lahan,

serta gelombang pasang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho

menyebutkan, tahun 2002 frekuensi bencana hidrometeorologi di Indonesia yang

tercatat 134 kejadian. Tahun 2010 mencapai 736 kejadian. Pada tahun 2009

melonjak sampai 1.234 kejadian. (sumber,tahun)

Tak hanya peningkatan frekuensi, dampak dan luasan bencana

hidrometeorologi juga meningkat. Jumlah korban bencana hidrometeorologi di

Indonesia yang tewas selama delapan tahun terakhir mencapai 4.936 orang,

sebanyak 17,7 juta orang menderita dan mengungsi, ratusan ribu rumah rusak, dan

lebih dari 2,5 juta rumah terendam banjir. Jumlah korban ini memang relatif kecil

dibandingkan dengan korban tewas akibat bencana geologi, seperti gempa bumi

dan tsunami, yang berkisar 200.000 jiwa dalam kurun waktu sama.

(sumber,tahun)

Dalam laporan Global Humanitarian Forum (The Anatomy of Silent

Crisis, 2009) disebutkan, bencana hidrometeorologi akan menjadi ancaman

12

Page 13: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

terbesar manusia pada tahun-tahun mendatang. Laporan ini secara lugas menuding

perubahan iklim sebagai penyebabnya. (sumber,tahun)

Benarkah peningkatan bencana hidrometeorologi hanya disebabkan oleh iklim

yang berubah?

Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

menunjukkan, iklim global telah berubah. Pengaruh perubahan iklim

menyebabkan pola curah hujan berubah. Tidak hanya tebal hujan yang berubah,

intensitas, durasi, dan sebaran curah hujan juga berubah. Perubahan iklim global

juga sangat memengaruhi perubahan pola aliran, seperti penurunan

kecenderungan curah hujan tahunan. (sumber,tahun)

Secara global, curah hujan tahunan terus meningkat di daerah lintang

tengah dan tinggi di belahan bumi utara, yakni 0,5-1 persen per dekade, kecuali di

Asia Timur. Di daerah subtropik, rata-rata curah hujan berkurang sekitar 0,3

persen per dekade, sedangkan di daerah tropis meningkat 0,2-0,3 persen per

dekade selama abad ke-20. Sebagian besar terjadi di belahan bumi bagian utara.

Adapun perubahan curah hujan di belahan bumi bagian selatan belum diketahui

secara komprehensif.

Sutopo mengatakan, beberapa penelitian skala kecil telah banyak

dilakukan di daerah-daerah tropis di belahan bumi bagian selatan, seperti di

Indonesia. Perubahan iklim global telah membawa perubahan pola musim lokal.

Secara rata-rata jumlah hujan pada musim hujan (Oktober hingga Maret

untuk wilayah Jawa) adalah 80 persen dari jumlah hujan tahunan. Perubahan pola

musim terjadi dengan pertambahan lama musim kering dan peningkatan rasio

jumlah hujan pada musim hujan terhadap musim kering yang meningkat di atas 80

persen. Hal ini semakin diperparah dengan terjadi penurunan akumulasi total

hujan tahunan secara persisten hampir di seluruh wilayah Indonesia dalam lima

dekade terakhir sehingga potensi air tercurah berkurang.

Selain itu, suhu bumi meningkat 0,7 celsius dalam 100 tahun. ”Secara

teori, peningkatan suhu ini meningkatkan penguapan. Kadar air di udara

13

Page 14: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

meningkat. Stabilitas udara terganggu sehingga lebih tidak stabil. Akibatnya,

gejala-gejala cuaca lebih dinamis. Kondisi ekstrem pun bisa lebih sering terjadi,”

kata Hidayat Pawitan, pakar perubahan iklim dari Institut Pertanian Bogor.

(dijadiin kalimat gak langsung aja,jadi gak perlu petik atas)

Alam dan manusia

Menurut Hidayat, kesalahan pengelolaan lingkungan juga berpengaruh

besar terhadap meningkatnya intensitas bencana di Indonesia. Karena itu, dia

mengingatkan, agar perubahan iklim tidak menjadi kambing hitam atas segenap

bencana yang terjadi.(hidayat,tahun)

Perubahan iklim terjadi sangat lama dan dampaknya juga masih diperdebatkan.

Namun, kesalahan pengelolaan manusia bisa berlangsung dengan cepat.

Sutopo mengatakan, meningkatnya bencana hidrometeorologi di Indonesia

karena kombinasi antara perubahan iklim dan degradasi lingkungan. Bahkan,

penelitian dia di Jawa menemukan, faktor degradasi lingkungan lebih dominan

menjadi penyebab banjir dibandingkan perubahan iklim. (sumber,tahun)

Menurut Sutopo, laju kerusakan hutan di Indonesia jauh lebih tinggi

dibandingkan kemampuan pemerintah dalam merehabilitasi lahan. Misalnya,

selama 2003-2006, laju kerusakan hutan 1,17 juta hektar per tahun, sedangkan

kemampuan pemerintah dalam merehabilitasi hutan dan lahan setiap tahun hanya

sekitar 450.000 hektar. Artinya, terjadi defisit lebih dari 550.000 hektar per tahun.

Terlebih lagi keberhasilan penanaman pohon dalam rehabilitasi hutan dan lahan

tidak mencapai 100 persen sehingga degradasinya akan lebih besar.

(sumber,tahun)

Dengan laju kerusakan lingkungan yang terus meningkat, Sutopo memperkirakan,

bencana hidrometeorologi di Indonesia akan terus meningkat.

Berdampak luas

14

Page 15: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

Sutopo mengingatkan, bencana hidrometeorologi tak hanya menyebabkan

korban tewas, tetapi juga mengancam hidup manusia dalam bentuk kegagalan

panen.

Penelitian ahli meteorologi dari IPB, Rizaldi Boer, menyebutkan,

perubahan iklim ekstrem menyebabkan hilangnya produksi padi di Indonesia pada

periode 1981-1990 sekitar 100.000 ton per tahun per kabupaten. Pada kurun 1991-

2000 gagal panen meningkat menjadi 300.000 ton. Diramalkan pada tahun 2050

terjadi defisit gabah kering sebesar 60 juta ton di Indonesia. (sumber,tahun)

“Jika bencana ini tak diantisipasi secara menyeluruh, bukan hanya bencana

alam yang terjadi, tetapi juga bencana sosial. Harus ada perubahan fundamental

dalam pengelolaan lingkungan,” kata Sutopo.(dijadiin kalimat gak langsung

aja,jadi gak perlu petik atas)

Becana Alam yang diakibatkan Penebangan Liar dan Ulah Manusia

1. Tanah Longsor

Gambar 2. Tanah Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa

batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke

bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan

sebagai berikut. Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah.

Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang

gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak

mengikuti lereng dan keluar lereng. Dikarenakan tidak adanya vegetasi yang

15

Page 16: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

mampu mencengkram tanah yang terkena derasnya air sehingga tanah menjadi

longsor. (Sumber,tahun)

2.Kekeringan

Gambar 3. Kekeringan

Kekeringan adalah merupakan salah satu bencana yang sulit dicegah dan

datang berulang. Secara umum pengertian kekeringan adalah ketersediaan air

yang jauh di bawah dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan

ekonomi dan lingkungan. Terjadinya kekeringan di suatu daerah bisa menjadi

kendala dalam peningkatan produksi pangan di daerah tersebut. Di Indonesia pada

setiap musim kemarau hampir selalu terjadi kekeringan pada tanaman pangan

dengan intensitas dan luas daerah yang berbeda tiap tahunnya. (Sumber,tahun)

Pengertian kekeringan dapat diklasifikasikan lebih spesifik sebagai berikut :

a. Kekeringan Meteorologis

Kekeringan ini berkaitan dengan tingkat curah hujan yang terjadi berada di

bawah kondisi normal dalam suatu musim. Perhitungan tingkat kekeringan

meteorologis merupakan indikasi pertama terjadinya kondisi kekeringan.

Intensitas kekeringan berdasarkan definisi meteorologis sebagai berikut:

* kering : apabila curah hujan antara 70%-80%, dari kondisi normal (curah

hujan di bawah normal)

* sangat kering : apabila curah hujan antara 50%-70% dari kondisi normal

(curah hujan jauh di bawah normal)

16

Page 17: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

* amat sangat kering : apabila curah hujan di bawah 50% dari kondisi normal

(curah hujan amat jauh di bawah normal).

b. Kekeringan Hidrologis

Kekeringan ini berkaitan dengan berkurangnya pasokan air permukaan dan

air tanah. Kekeringan hidrologis diukur dari ketinggian muka air waduk, danau

dan air tanah. Ada jarak waktu antara berkurangnya curah hujan dengan

berkurangnya ketinggian muka air sungai, danau dan air tanah, sehingga

kekeringan hidrologis bukan merupakan gejala awal terjadinya kekeringan.

(Sumber,tahun)

Intensitas kekeringan berdasarkan definisi hidrologis adalah sebagai berikut:

* kering: apabila debit sungai mencapai periode ulang aliran di bawah periode 5

tahunan

* sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh di

bawah periode 25 tahunan

* amat sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran

amat jauh di bawah periode 50 tahunan

c. Kekeringan Pertanian

Kekeringan ini berhubungan dengan berkurangnya kandungan air dalam

tanah (lengas tanah) sehingga tak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bagi

tanaman pada suatu periode tertentu. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah

terjadinya gejala kekeringan meteorologis. (Sumber,tahun)

Intensitas kekeringan berdasarkan definisi pertanian adalah sebagai berikut:

* kering : apabila 1/4 daun kering dimulai pada ujung daun (terkena ringan s/d

sedang)

* sangat kering : apabila 1/4-2/3 daun kering dimulai pada bagian ujung daun

(terkena berat)

17

Page 18: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

* amat sangat kering: apabila seluruh daun kering (puso)

d. Kekeringan Antropogenik

Kekeringan ini terjadi karena ketidaktaatan pada aturan yang disebabkan:

kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan sebagai akibat

ketidaktaatan pengguna terhadap pola tanam/pola penggunaan air, dan kerusakan

kawasan tangkapan air, sumber air sebagai akibat dari perbuatan manusia.

(Sumber,tahun)

Intensitas kekeringan akibat ulah manusia terjadi apabila:

* Rawan: apabila penutupan tajuk 40%-50%

* Sangat rawan: apabila penutupan tajuk 20%-40%

* Amat sangat rawan: apabila penutupan tajuk di DAS di bawah 20%.

Batasan tentang kekeringan bisa bermacam-macam tergantung dari cara

meninjaunya. Ditinjau dari Agroklimatologi yaitu keadaan tanah dimana tanah tak

mampu lagi memenuhi kebutuhan air untuk kehidupan tanaman khususnya

tanaman pangan. Ada tiga faktor yang sangat mempengaruhi kekeringan ini yaitu

tanaman, tanah dan air.

Tanaman khususnya tanaman pangan mempunyai kebutuhan air yang

berbeda-beda, baik keseluruhan maupun jumlah kebutuhan pada setiap tahap

pertumbuhannya. Tanaman padi misalnya, memerlukan cukup banyak air selama

pertumbuhannya. Sedangkan tanaman kedelai termasuk tanaman yang relatif

tahan terhadap kekeringan. Namun demikian kedelai mempunyai periode yang

riskan terhadap kekurangan air yaitu pada periode perkecambahan dan periode

pembentukan biji. Kepekaan tiap tanaman terhadap kekurangan air berbeda dari

satu tanaman ke tanaman lainnya dan dari satu tahapan pertumbuhan tanaman ke

tahap lainnya dalam satu jenis tanaman. (Sumber,tahun)

Tanah merupakan faktor yang menentukan pula kemungkinan terjadinya

kekeringan. Besar kecilnya kemampuan tanah untuk menyimpan lengas

menentukan besar kecilnya kemungkinan terjadinya kekeringan. Perbedaan fisik

18

Page 19: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

tanah juga akan menentukan cepat lambatnya atau besar kecilnya kemungkinan

tanaman mengalami kekeringan. (Sumber,tahun)

Hilangnya kawasan hutan juga memicu terjadinya kekeringan karena hutan

memiliki fungsi hidrologis sebagai tempat cadangan air tanah yang didapat dari

peresapan air hujan kedalam tanah. Apabila tidak ada hutan maka tidaka da lagi

yang menjadi tempat cadangan air tanah yang alami sehingga mengakibatkan

kekeringan disamping itu hutan juga memiliki fungsi klimatologis yang

membantu terjadinya hujan apabila tidak ada hutan maka akan memicu jarang

terjadinya hujan dan kemarau berkepanjangan dan memicu kekeringan.

(Sumber,tahun)

2. Banjir

Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya

kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan

air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau

pecahnya bendungan sungai. (Sumber,tahun)

Penyebab terjadinya banjir:

1. Buruknya saluran air dan salah pembangunan yang mengakibatkan tidak

adanya lahan resapan

2. Kebiasaan manusia yang membuang sampah sembarangan ke sungai dan

saluran air membuat tersumbatnya aliran air

3. Tidak adanya vegetasi atau pepohonan untuk menjadi tempat serapan air

4. Curah hujan yang terlampau tinggi

Banjir Jakarta

19

Page 20: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

Gambar 4 & 5 Banjir di Jakarta 2007

Akibat utama banjir ini adalah curah hujan yang tinggi, dan musim hujan

di Indonesia mulai bulan Desember dan berakhir bulan Maret. Pada tahun 2007,

intensitas hujan mencapai puncaknya pada bulan Februari, dengan intensitas

terbesar pada akhir bulDampak dan kerugian

Dampak

Seluruh aktivitas di kawasan yang tergenang lumpuh. Jaringan telepon dan

Internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam.

Puluhan ribu warga di Jakarta dan daerah sekitarnya terpaksa mengungsi

di posko-posko terdekat. Sebagian lainnya hingga Jumat malam masih terjebak di

dalam rumah yang sekelilingnya digenangi air hingga 2-3 meter. Mereka tidak

bisa keluar untuk menyelamatkan diri karena perahu tim penolong tidak kunjung

datang.

Di dalam kota, kemacetan terjadi di banyak lokasi, termasuk di Jalan Tol

Dalam Kota. Genangan-genangan air di jalan hingga semeter lebih juga

menyebabkan sejumlah akses dari daerah sekitar pun terganggu.

Arus banjir menggerus jalan-jalan di Jakarta dan menyebabkan berbagai

kerusakan yang memperparah kemacetan. Diperkirakan sebanyak 82.150 meter

persegi jalan di seluruh Jakarta rusak ringan sampai berat. Kerusakan beragam,

mulai dari lubang kecil dan pengelupasan aspal sampai lubang-lubang yang cukup

dalam. Kerusakan yang paling parah terjadi di Jakarta Barat, tempat jalan rusak

mencapai 22.650 m², disusul Jakarta Utara (22.520 m²), Jakarta Pusat (16.670 m²),

Jakarta Timur (11.090 m²). Kerusakan jalan paling ringan dialami Jakarta Timur,

20

Page 21: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

yang hanya menderita jalan rusak seluas 9.220 m². Untuk merehabilitasi jalan

diperkirakan diperlukan dana sebesar Rp. 12 miliar.

Banjir juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan kereta api

yang menuju Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel di sekitar

stasiun itu digenangi air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 sentimeter.

Sekitar 1.500 rumah di Jakarta Timur hanyut dan rusak akibat banjir.

Kerusakan terparah terdapat di Kecamatan Jatinegara dan Cakung. Rumah-rumah

yang hanyut terdapat di Kampung Melayu (72 rumah), Bidaracina (5), Bale

Kambang (15), Cawang (14), dan Cililitan (5). Adapun rumah yang rusak terdapat

di Pasar Rebo (14), Makasar (49), Kampung Melayu (681), Bidaracina (16),

Cipinang Besar Selatan (50), Cipinang Besar Utara (3), Bale Kambang (42),

Cawang (51), Cililitan (10), dan Cakung (485).

Kerugian di Kabupaten Bekasi diperkirakan bernilai sekitar Rp 551 miliar.

Kerugian terbesar adalah kerusakan bangunan, baik rumah penduduk maupun

kantor-kantor pemerintah. Selain itu jalan kabupaten sepanjang 98 kilometer turut

rusak. Sedikitnya 7.400 hektar sawah terancam puso. [8]

Penyakit

Setelah banjir penyakit infeksi saluran pernafasan, diare, dan penyakit

kulit menjangkiti warga Jakarta, terutama yang berada di pengungsian. Ini

disebabkan keadaan sanitasi dan cuaca yang buruk

Ditemui pula beberapa kasus demam berdarah[dan leptospirosis Sebagai akibat

genangan air setelah banjir

Korban

Hingga tanggal 8 Februari 2007, menurut data Polda Metro Jaya jumlah

korban meninggal akibat banjir di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi

mencapai 48 orang; dan di Bogor sebanyak 7 orang

Pada tanggal 9 Februari 2007 meningkat menjadi 66 orang, sebagaimana

dicatat Kantor Berita Antara: Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana

21

Page 22: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

(Bakornas PB) menyatakan sebanyak 66 orang meninggal akibat bencana banjir

yang terjadi di tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

Pada tanggal 10 Februari jumlah korban meningkat menjadi 80 orang.

Jumlah ini mencakup korban di tiga provinsi dengan perincian DKI Jakarta 48

orang, Jawa Barat 19 orang, dan Banten 13 orang.

Solusi

Pencegahan Penebangan Liar

Beberapa Rekomendasi pencegahan illegal logging

1. Perlu adanya kejelasan tentang pengertian dan ruang lingkup dari illegal

logging. Inpres No. 5 Tahun 2001 tidak membuat pengertian walaupun judulnya

sendiri menggunakan illegal logging. Hal ini dapat dibuat melalui amandemen

UU No. 41/1999, atau Peraturan Pemerintah sebagai tindaklanjut UU tersebut

(mungkinkah ?) atau untuk sementara melalui Keputusan Presiden.

2. Penyebarluasan dampak dari penebangan liar kepada berbagai aparat penegak

hukum (polisi, kejaksaan dan hakim) tentang berbagai peraturan yang ada dan

berkaitan dengan illegal logging serta informasi mengenai dampak negatif serta

kerugian negara dan masyarakat yang ditimbulkan (ingat beberapa putusan hakim

di PN Tangerang yang memberikan sanksi hukum mati terhadap pelaku narkoba).

3. Dibangunnya Kordinasi antar kelembagaan pemerintah, aparat penegak hukum,

pemerintah daerah dan masyarakat, termasuk LSM. Program Wanalaga yang

dikembangkan oleh pihak kepolisian terkesan dilakukan secara sendiri-sendiri

tanpa ada koordinasi tersebut.

4. Adanya pedoman penegakan hukum terhadap penegakan hukum. Pedoman ini

hendaklah dilakukan melalui suatu kajian yang mendalam dan melibatkan

berbagai pihak serta berdasarkan kasus-kasus yang ada selama ini. Pedoman ini

perlu kemudian didorong untuk dijadikan sebagai pegangan wajib bagi seluruh

aparat penegak hukum.

22

Page 23: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

Penanggulangan Penebangan Liar

Penanggulangan illegal logging tetap harus diupayakan hingga kegiatan illegal

logging berhenti sama sekali sebelum habisnya sumber daya hutan dimana

terdapat suatu kawasan hutan tetapi tidak terdapat pohon-pohon di dalamnya.

Penanggulangan illegal logging dapat dilakukan melalui kombinasi dari upaya-

upaya pencegahan (preventif), penanggulangan (represif) dan upaya monitoring

(deteksi).

1· Ground checking dan patroli

· Inspeksi di tempat-tempat yang diduga terjadi penebangan liar

· Deteksi di sepanjang jalur-jalur pengangkutan

2. Tindak prefentif untuk mencegah terjadinya illegal logging

· Pengembangan program pemberdayaan masyarakat

· Melakukan seleksi yang lebih ketat dalam pengangkatan pejabat (fit and proper

test)

· Evaluasi dan review peraturan dan perundang-undangan

3. Tindakan supresi (represif)

Tindakan represif merupakan tindakan penegakan hukum mulai dari penyelidikan,

penyidikan sampai ke pengadilan. Untuk itu harus ada kesamaan persepsi antara

masing-masing unsur penegak hukum yaitu penyidik (Polri dan PPNS), jaksa

penuntut dan hakim. Karena besarnya permasalahan ilegal logging, tindakan

represif harus mampu menimbulkan efek jera sehinga pemberian sanksi hukum

harus tepat.

Restorasi Hutan

1. Melakukan Reboisasi Hutan dan Lahan Kritis

2. Menggalakan sistem tebang pilih

23

Page 24: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

3. Menggalakan system tanam satu pohon tebang satu pohon

4. Mencegah Revolusi Hijau, pembukaan lahan baru

Pencegahan Banjir

1. Membuat Biopori di halaman

2. Melakukan tindakan reuse dan recycle sampah

3. Memilah-milah sampah sesuai kategorinya seperti anorganik dan organic

4. Tidak membuang sampah sembarangan terutama di saluran air dan sungai

24

Page 25: [ISI] ISBD Pembalakan Liar Dan Bencana Alam

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembalakan_liar

http://www.inform.or.id

3.http://www.walhi.or.id/kampanye/hutan/hut_punah/

-rivafauziah.files.wordpress.com/.../penebangan-liar-sebuah-bencana-bagi-dunia-

kehutanan-yang-tak-kunjung-terselesaikan.pdf

-http://beritalingkungan.blogspot.com/2006/02/illegal-logging-sebuah-tindak-

pidana.html

http://piba.tdmrc.org/content/pengertian-tanah-longsor

http://ustadzklimat.blogspot.com/2009/04/pengertian-kekeringan-dan-

langkah.html

http://hadiono.org/blog/2011/05/05/bencana-akibat-ulah-manusia-dan-iklim/

http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir

http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_Jakarta_2007

25