Isi (Doni)

download Isi (Doni)

of 15

description

ISI

Transcript of Isi (Doni)

Bab I

PendahuluanA. Latar BelakangPenerapan ilmu fisika telah berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu tersebut. Berbagai disiplin ilmu kini juga berkaitan dengan fisika dan membutuhkan ilmu fisika, baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu contohnya yaitu keterkaitan antara ilmu fisika dengan dunia farmasi. Keterkaitan tersebut dapat ditunjukkan pada salah satu sifat fisika, yaitu difusi, osmosis, dan disolusi dengan ilmu farmasi. Pada penerapannya pun, difusi, osmosis,dan disolusi memegang peranan penting karena berkaitan dengan berbagai bentuk sediaan dan formulasi obat.Oleh karena itu, ilmu fisika sangat penting untuk dipahami. Hal ini sangat penting dalam penerapannya untuk mendukung seorang farmasis menghasilkan produk farmasi dengan konsistensi yang baik dan dengan kualitas terjamin. Matakuliah Fisika Farmasi berisi pokok-pokok bahasan konsep dasar sifat fisikokimia molekul obat, kinetika,dan orde reaksi, kelarutan dan factor yang mempengaruhinya, difusi dan disolusi, stabilitas (fungs dan cara penentuannya), pengertian tentang fenomena antar permukaan dan penentuang tegangan permkaan, system dispersi (koloid, emulsi, dispersi padat), pengertian rheologi dan viskositas serta hubungannya dalam FARMASI, mikrometrik, sifat-sifat fsica senyawa berbentuk serbuk.B. Rumusan Masalah- Apakah pengertian difusi?

- Hukum Ficks

-Apa saja tipe tipe difusi?

-Apakah pengertian disolusi?

-Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi disolusi?1.3 Tujuan

- Mengetahui definisi difusi- Mengetahui Hukum Ficks- Mengetahui Tipe tipe Difusi- Mengetahui Definisi dari Disolusi- Mengetahui Faktor Faktor DisolusiBab II

Pembahasan

A. Pengertian DifusiDifusi didefinisikan sebagai suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa oleh gerakan molekular secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas, misalnya suatu membran polimer, merupakan suatu cara yang mudah untuk menyelidiki proses difusi. Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Perjalanan suatu zat melalui suatu batas bisa terjadi oleh suatu permeasi molekul sederhana atau oleh gerakan melalui pori dan lubang (saluran). Difusi molecular atau permeasi melalui media yang tidak berpori bergantung pada disolusi dari molekul yang menembus dalam keseluruhan membrane. Sedang proses difusi perjalanan suatu zat melalui pori suatu membran yang berisi pelarut, serta dipengaruhi oleh ukuran relative molekul yang menembusnya serta diameter dari pori tersebut.

Perbedaan konsentrasi (suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah) yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadiwalaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi jikaterbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid atau fluida. Dalam mengambil zat-zat nutrisi yang penting dan mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan, sel melakukan berbagai jenis aktivitas, dan salah satunya adalah difusi.

Ada dua jenis difusi yang dilakukan, yaitu difusi biasa dan difusi khusus. Difusi biasa terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekulyang hydrophobic atau tidak berpolar / berkutub. Molekul dapat langsung berdifusi ke dalam membran plasma yang terbuat dari phospholipids. Difusi seperti ini tidak memerlukan energi atau ATP (Adenosine Tri-Phosphate). Difusi khusus terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang hydrophilic atau berpolar dan ion. Difusi seperti ini memerlukan protein khusus yang memberikan jalur kepada partikel- partikel tersebut ataupun membantu dalam perpindahan partikel. Hal ini dilakukan karena partikel-partikel tersebut tidak dapat melewati membran plasma dengan mudah. Protein-protein yang turut campur dalam difusikhusus ini biasanya berfungsi untuk spesifik partikel.Contoh difusi :

a. Difusi gas

b. Difusi airB. HUKUM FICKS

Hukum I Ficks : Q = - D dc/dx

Ket : D

= Koofisien Difusi (cm2/det) Q

= Jumlah materi yang berdifusi perwaktu dalam suatu area dc/dx = Perubahan Konsentrasi obat dalam membran.

Hukum II Ficks:ds/dt = kA(Cl-C0) h-1ket :

s = Jumlah substansi yang berdif t = Waktu K = Konstanta zat yang berdifusi A = Area membran h = Ketebalan membran ds/dt =Kecepatan difusi disolusi

C1 = Konsentrasi pada salah satu sisi

C0 = Konsentrasi pada sisi lainAda beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu:

Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehinggakecepatan difusi semakin tinggi.

Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energy untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.

Difusi obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat, koefisien difusi, viskositas dan ketebalan membran. Di samping itu difusi pasif dipengaruhi oleh koefisien partisi, yaitu semakin besar koefisien partisi maka semakin cepat difusi obat.C. Tipe Difusi

Awalnya konsentrasi difusan di kompartemen kiri akan turun, dan konsentrasi dikompartemen kanan naik sampai terjadi kesetimbangan. Setelah sistem berada selama periode waktu yang cukup, konsentrasi difusan pada kedua kompartemen mjd konstan thd waktu walaupun jumlahnya tidak sama. Penetrasi senyawa melalui membrane dapar terjadi sebagai:

Difusi (pasif murni) Difusi terfasilitsi (melalui pembawa) Transpor aktif atau Pinositosis, fagositosis, dan persorpsi. Difusi pasif pH partisi hipotesis

Difusi pasif menyangkut senyawa yang dapat larut dalam komponenpenyususun membran. Karena ini menyangkut difusi murni, maka difusi ini tidak dapat dihambat olehsenyawa analog dan melalui blockade metabolisme. Dilihat secara kuantitatif, difusi pada pengambilan bahan ke dalam organisme terjadi terutama melalui matriks lipid. Karena itu, kelarutan senyawa yang diabsorpsi dalam lemak memegang peranan yang menonjol. Pori yang terdapat dalam membran hanya memiliki arti tertentu untuk absopsi senyawa nonelektrolit yang sukar larut dalam lemak serta senyawa yang terionisasi sempurna dengan bobot molekul rendah. Penembusan terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi atau elektrokimia tanpa memerlukan energi, sehingga mencapai keseimbangan dikedua sisi membran. Waktu yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan tersebut mengikuti hukum Fick:V = P (Ce-Ci),P adalah tetapan permeabilitas, sedangkan Ce dan Ci adalah konsentrasi pada kedua kompartemen.Jadi konsentrasi (C) senyawa dikedua sisi membran berpengaruh pada proses penembusan, tetapi perlu ditekankan bahwa hanya fraksi bebas dari zat aktif yang diperhitungkan dalam perbedaan konsentrasi. Sesungguhnya (masalah ini dibahas lagi pada studi penyebaran obat) banyak molekul-molekul yang memberikan aktivitas terapetik, menunjukkan afinitas terhadap bahan biologis khususnya protein yang terdapat dalam suatu kompartemen. Kombinasi zat aktif-protein yang terbentuk tersebut tidak dapat berdifusi karena alas an bobot molekulnya. Dalam hal ini hanya fraksi bebas yang dapat berdifusi: rantai protein merupakan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi laju difusi melalui membran.

Tetapan permeabilitas P tergantung pada membran dan molekul obat. Jadi persamaan difusi transmembran yang berikut ini:

V = P (Ce-Ci),dapat ditulis V = Catatan: D adalah koefesien

difusi molekul, K adalah koefisien partisi A dan X adalah luas permukaan dantebal membran.Jadi koefisien difusi molekul terkait dengan ukuran molekul: molekul yang ukurannya kecil akan berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan yang berukuran lebih besar dan sebaliknya. Tetapi hal yang lebih penting berkaitan dengan tetapan permeabilitas adalah koefisien partisi antara fase lipida dan fase air yang terletak di kedua sisi membran. Koefisien partisi didefinisikan:

K = Bila molekul semakin larut-lemak,maka koefisien partisinya semakin besar dan difusi transmembran terjadi lebih mudah. Tidak boleh dilupakan bahwa organisme terdiri dari fase lemak dan air, sehingga bila koefisien partisi sangat tinggi ataupun sangat rendah maka hal tersebut merupakan hambatan pada proses difusi zat aktif.

Kebanyakan zat aktif merupakan basa atau asam organik, maka dalam keadaan terlarut sebagian molekul berada dalam bentuk terionkan dan sebagian dalam bentuk tak terionkan. Jika ukuran molekul tidak dapat melalui kanal- kanal membran, maka polaritas yang kuat dari bentuk terionkan akan menghambat proses difusi transmembran. Hanya fraksi zat aktif yang tak terionkan dan larut dalam lemak yang dapat melalui membran dengan cara difusi pasif.

Pentingnya faktor-faktor yang berpengaruh pada difusi transmembran dari suatu molekul

(derajat ionisasi molekul, pH kompartemen) digarisbawahi dalamTEORI DIFUSI NON IONIK ATAU HIPOTESA pH PARTISI. Untuk obat yang zat aktifnya merupakan garam dari asam kuat atau basa kuat, derajat ionisasi berperan pada hambatan difusi transmembran. Sebaliknya untuk elektrolit lemah berupa garam yang berasal dari asam lemah atau basa lemah yang sedikit terionisasi, maka difusi melintasi membrane tergantung kelarutan bentuk tak terionkan di dalam lemak, jumlah bentuk yang tak terionkan (satu- satunya yang berpengaruh pada konsentrasi), serta derajat ionisasi molekul.

Derajat ionisasi tergantung pada dua faktor, (persamaan Henderson Hasselbach ) yaitu:

Tetapan disosiasi daru senyawa atau pKa (pH dimana bentuk terionkan dan bentuk tak terionkan jumlahnya sama)

pH cairan dimana teradpat molekul zat aktif; pH dikedua sisi dapat berbeda.Untuk asam: pH = pKa + log

Untuk basa: pH = pKb + log

Pada setiap molekul tertentu, perjalan lintas-membran sangat berbeda pada setiap daerah saluran perncernaan, karena pH saluran cerna beragam antara 1-3,5 untuk lambung, 5-6 untuk duodenum dan 8 pada ileum. Penyerapan efektif terutama terjadi pada bentuk yang tak terionkan yaitu zat aktif bersifat asam lemah pada lambung, sedangkan difusi basa lemah di lambung akan berkurang, namun penyerapannya didalam usus halus menjadi sangat berarti karena bentuk tak terionkan yang larut-lemak terdapat dalam jumlah yang banyak.

pH = pKa + log

Terori ini secara nyata diterapkan dalam penyerapan zat aktif lainnya, yaitu pada penetrasi zat aktif ke dalam tubuh, juga pada fase kinetic selanjutnya. Demikian pula pada pengobatan dengan obat-obat yang berbahaya, yang dapat melepaskan zat aktif dari tempat fiksasinya di jaringan dan peniadaannya. Karakteristik fisiko-kimia sebagian besar molekul (polaritas, ukuran, molekul, dan sebagainya) merupakan hambatan penumbusan transmembran oleh mekanisme pasif secara filtrasi dan difusi. Pengikutsertaan proses aktif dapat menjelaskan perjalanan obat yang kadang-kadang melintasi membrane sel dengan sangat cepat.

Difusi Terfasilitasi (difusi sederhana)Difusi sederhana/terfasilitasi merupakan cara perlintasan membran yang memerlikan suatu pembawa dengan karekteristik tertentu (kejenuhan, spesifik, dan kompetitif). Pembawa tersebut bertanggung jawab terhadap transpor aktif, tetapi disini perlintasan terjadi akibat gradient konsentrasi dan tanpa pembebasan energi. Difusi sederhana bertanggung jawab terhadap penetrasi glukosa ke bagian dalam sel darah. Pada difusi melalui pembawa (terfasilitasi), molekul hidrofil misalnya fruktosa, berikatan dengan suatu pembawa (carrier = pembawa) yang merupakan protein membrankhusus. Pembawa dan kompleks pembawa-substrat dapat bergerak bebas dalam membran, dengan demikian penetrasi zat yang ditransportasi zat yang ditranspor melalui membran sel lipofil ke dalam bagian dalam sel dipermudah. Apabila terjadi penetrasi melalui membran, senyawa dilepaskan lagi dari pembawa. Syarat untuk transpor pembawa ialah afinitas tertentu dari zat yang ditranspor (S) terhadap pembawa (C). pada sisi luar membran terdapat keseimbangan dinamik antara pembawa bebas, zat yang ditranspor, yang disebut juga sebagai substrat dan kompleks substrat pembawa.

Menurut pembentukan kompleks tersebut suatu landaian konsentrasi antara sisi luar dan sisi dalam dari membran, yang merupakan gaya mendorong untuk transpor kompleks substrat- pembawa melalui membran. Karena disini tak ada energi yang dibutuhkan, difusi yang terfasilitasi serta difusi sederhana tidak dapat dihambat oleh racum metabolisme. Sebaliknya pembawa dapat ditempati secara kompetitif oleh zat-zat yang biasanya sangat mirip dengan zat yang ditranspor. Apabila kompleks substrat-pembawa berhasil mencapai bagian dalam membran, terjadi pemisahan substrat dan pembawa. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi yang rendah dalam sitoplasma makapersamaan ikatan S+C=SC bergeser ke arah sebaliknya.

D. Definisi Disolusi

Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses dimana zat padat melarut. Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. Dalam penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan padat terlibat berbagai proses disolusi yang melibatkan zat murni. Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses

pengembangan, proses ddisintegrasi, dan degradasi sediaan, merupakan sebagian dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi obat dari sediaan.

Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya. Senyawa-senyawa yang relative tidak dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan absorpsi yang tidak sempurna, atau tidak menentu sehingga menghasilkan respon terapeutik yang minimum. Daya larut yang ditingkatkan dari senyawa-senyawa ini mungkin dicapai dengan menyiapkan lebih banyak turunan yang larut, seperti garam dan ester dengan teknik seperti mikronisasiobat atau kompleksasi.

Sifat-sifat kimia, fisika, bentuk obat dan juga fisiologis dari sistem biologis mempengaruhi kecepatan absorbsi suatu obat dalam tubuh. Oleh karena itu, konsentrasiobat, bagaimana kelarutannya dalam air, ukuran molekulnya, pKa dan ikatan proteinnya adalah faktor-faktor kimia dan fisika yang harus dipahami untuk mendesain suatu sediaan. Hal ini meliputi faktor difusi dan disolusi obat. Pada saat suatu sediaan obat masuk ke dalam tubuh, selanjutnya terjadi proses absorbsi ke dalam sirkulasi darah dan akan didistribusikan ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Apabila zat aktif pada sediaan obat tersebut memiliki pelarut yang cepat, berarti efek yang ditimbulkan juga akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya. Pelepasan dari bentuk-bentuk sediaan kemudian diabsorbsi dalam tubuh dan dikontrol oleh sifat fisika, kimia obat dan bentuk obat yang diberikan dan juga fisiologis dari sistem biologis. Konsentrasi obat, kelarutan dalam air, ukuran molekul, bentuk kristal, pKa dan ikatan protein adalah faktor-faktor fisika dan kimia yang harus dipahami untuk mendesain pemberian yang menunjukkan suatu karakteristik terkontrol.

Lepasnya suatu obat dari sistem pemberian meliputi faktor disolusi dan difusi. Proses pelarutan tablet melalui proses disolusi yaitu melarutnya senyawa aktif dari bentuk sediaannya (padat) ke dalam media pelarut. Setelah obat dalam larutan, selanjutnya terjadi proses absorbsi ke dalam darah dan di bawa ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Apabila zat aktif memiliki kecepatan pelarut yang cepat, berarti efek yang ditimbulkan juga semakin cepat, begitu pula sebaliknya. Lepasnya suatu obat dari system pemberian meliputi faktor disolusi dan difusi.

Laju disolusi adalah sebagai salah satu faktor yang meliputi dan mempengaruhi

pelepasan obat. Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dinyatakan dalam masing-masing monografi obat. Pengujian merupakan alat yang objekif dalam menetapkan sifat disolusi suatu obat yang berada dalam tubuh sangat besar tergantung pada adanya obat dalamkeadaan melarut. Karakteristik disolusi biasa merupakan sifat yang penting dari produk obat yang memuaskan. Setiap tablet harus memenuhi persyaratan seperti yang terdapat di dalam monografi untuk kecepatan disolusi. Pada pengujian disolusi dan penentuan bioavailabilitas dari obat dengan bentuk sediaan padat menuju pada pendahuluan dari sistem yang sempurna bagi analisa dan pengujian disolusi tablet. Uji disolusi memperhatikan fasilitas modern untuk mengontrol kualitas, digunakan untuk menjaga terjaminnya standar dalam produksi tablet. Uji disolusi untuk mengetahui terlarutnya zat aktif dalam waktu tertentu menggunakan alat disolution tester.

Tahap disolusi meliputi : proses pelarutan obat pada permukaan partikel padat yang membentuk larutan jenuh di sekeliling partikel yang dikenal sebagai lapisan diam (stagnant layer). Kemudian obat yang terlarut dalam lapisan diam ini berdifusi ke dalam pelarut dari daerah konsentrasi obat yang tinggi ke daerah konsentrasi obat yang rendah Disolusi suatu partikel obat padat dalam suatu pelarut dapat digambarkan sebagai berikut konsentrasi zat terlarut di dalam pelarut zat padat konsentrasi zat terlarut di dalam lapisan diam.Lapisan yang terbentuk pada permukaan zat padat, kadarnya sama dengan kelarutan zat padat tersebut. Sedangkan pada tempat yang menjauhi permukaan zat padat, kadarnya akan semakin menurun hingga suatu keadaan yang tetap.

Konsentrasi zat terlarut di dalam pelarut

Zat padat

konsentrasi zat terlarut didalam lapisan diam- Kecepatan Larut

Secara sederhana kecepatan pelarutan didefinisikan sebagai jumlah Zat yang terlarut dari bentuk sediaan padat dalam medium tertentu sebagai fungsi waktu.Dapat juga diartikan sebagai kecepatan larut bahan obat dari sediaan farmasi atau granul atau partikel-partikel sebagai hasil pecahnya bentuk sediaan obat tersebut setelah berhubungan dengan cairan medium. Dalam hal tablettent bias diartikan sebagai mass transfer , yaitu kecepatan pelepasan obat atau kecepatan larut bahan obat dari sediaan tablet ke dalam medium penerima.

E. Faktor Faktor yang MempengaruhiUji disolusi hampir di semua negara telah mengikuti kriteria dan peralatanyang sama. Sedangkan metode dan peralatan secara rinci dinyatakan dalam masing- masing farmakope, seperti kecepatan pengadukan, komposisi volume media dan ukuran mesh dapat bervariasi untuk monografi individu obat dan masing-masing farmakope. Laju disolusi obat secara in vitro dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:

Sifat fisika kimia obat

Sifat fisika kimia obat berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi.

Luas permukaan efektif dapat diperbesar dengan memperkecil ukuran partikel.

Laju disolusi akandiperbesar karena kelarutan terjadi pada permukaan solut.

Kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju disolusi.

Obat berbentuk garam, pada umumnya lebih mudah larut dari pada obat berbentuk asam maupun basa bebas. Obat dapat membentuk suatu polimorfi yaitu terdapatnya beberapa kinetika pelarutan yang berbeda meskipun memiliki struktur kimia yang identik. Obat bentuk Kristal secara umum lebih keras, kaku dan secara termodinamik lebih stabil daripada bentuk amorf, kondisi ini menyebabkan obat bentuk amorf lebih mudah terdisolusi daripada bentuk kristal (Shargel dan Yu, 1999).1. Sifat fisika kimia obatSifat fisika kimia obat berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi. Luas permukaan efektif dapat diperbesar dengan memperkecil ukuran partikel. Laju disolusi akan diperbesar karena kelarutan terjadi pada permukaan solut. Kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju disolusi. Obat berbentuk garam, pada umumnya lebih mudah larut dari pada obat berbentuk asam maupun basa bebas. Obat dapat membentuk suatu polimorfi yaitu terdapatnya beberapa kinetika pelarutan yang berbeda meskipun memiliki struktur kimia yang identik. Obat bentuk kristal secara umum lebih keras, kaku dan secara termodinamik lebih stabil daripada bentuk amorf, kondisi ini menyebabkan obat bentuk amorf lebih mudah terdisolusi daripada bentuk kristal (Shargel dan Yu, 1999).2. Faktor formulasiBerbagai macam bahan tambahan yang digunakan pada sediaan obat dapat mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mempengaruhi tegangan muka antara medium tempat obat melarut dengan bahan obat, ataupun bereaksi secara langsung dengan bahan obat. Penggunaan bahan tambahan yang bersifat hidrofob seperti magnesium stearat, dapat menaikkan tegangan antar muka obat dengan medium disolusi. Beberapa bahan tambahan lain dapat membentuk kompleks dengan bahan obat, misalnya kalsium karbonat dan kalsium sulfat yang membentuk kompleks tidak larut dengan tetrasiklin. Hal ini menyebabkan jumlah obat terdisolusi menjadi lebih sedikit dan berpengaruh pula terhadap jumlah obat yang diabsorpsi (Shargel dan Yu, 1999).3. Faktor alat dan kondisi lingkunganAdanya perbedaan alat yang digunakan dalam uji disolusi akan menyebabkan perbedaan kecepatan pelarutan obat. Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi kecepatan pelarutan obat, semakin cepat pengadukan maka gerakan medium akan semakin cepat sehingga dapat menaikkan kecepatan pelarutan. Selain itu temperatur, viskositas dan komposisi dari medium, serta pengambilan sampel juga dapat mempengaruhi kecepatan pelarutan obat (Swarbrick dan Boyland, 1994b; Parrott, 1971).BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Difusi didefinisikan sebagai suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa oleh gerakan molekular secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas, misalnya suatu membran polimer, merupakan suatu cara yang mudah untuk menyelidiki proses difusi.Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses dimana zat padat melarut. Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. . Laju disolusi obat secara in vitro dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:

Sifat fisika kimia obat

Sifat fisika kimia obat berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi.

Luas permukaan efektif dapat diperbesar dengan memperkecil ukuran partikel.

Laju disolusi akandiperbesar karena kelarutan terjadi pada permukaan solut.

Kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju disolusiDaftar Pustaka

sabilitime.wordpress.com/2013/11/12/makalah-difusi-obat-dalam-tubuh_farmasi-fisika/

helmanadya.blogspot.in/2013/10/fisika-dasar-disolusi-obat-dan-kelarutan.html?m=1http://www.unhas.ac.id/perpustakaan/data/lsyafie/farfis%20rock.docxhttp://blogs.unpad.ac.id/arifbudiman/files/2011/05/difusi-disolusi.pdf15