Irmayanti (c1d1 10 048)
description
Transcript of Irmayanti (c1d1 10 048)
PERAN KELOMPOK RUJUKAN “SIGNIFICANT OTHERS”
DALAM PERILAKU KOMUNIKASI SISWA (Studi Komunikator di SMA Negeri 2 Konawe Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo
Disusun Oleh :
IRMAYANTI
C1D1 10 048
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
2015
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena
atas limpahan karunia berupa kesehatan dan kesempatan yang selalu
dicurahkan-NYA sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Tak lupa pula shalawat dan salam dikirimkan kepada manusia pilihan
Allah, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh kaum
muslimin yang senantiasa istiqamah dalam Islam sampai ajal menjemput.
Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) pada jurusan Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.
Melalui kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua yang sangat saya
cintai dan banggakan, Ayahanda Agus. M dan Ibunda Fatima yang telah
mengasuh, mendidik, dan membesarkan penulis tanpa kenal lelah dan
berharap pamrih hingga saat ini. Sesungguhnya setiap doa dan pengorbanan
mereka tak mungkin dapat terbalaskan dengan apapun di dunia ini. Semoga
Allah SWT selalu mencurahkan kasih sayang-NYA untuk mereka, AMIN.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga,
tetangga, dan semua pihak yang telah memberikan semangat, dorongan, dan
bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung selama studi penulis
hingga penyelesaian tugas akhir ini.
vii
Tanpa mengurangi rasa hormat dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S selaku Rektor Universitas Halu
Oleo Kendari.
2. Bapak Dr. Bahtiar, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Halu Oleo Kendari.
3. Bapak Masrul, S.Ag, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo Kendari.
4. Bapak Sumadi Dilla, S.Sos, M.Si, sebagai pembimbing I dan Ibu Sutiyana
Fachruddin, S.Sos, M.I.Kom sebagai pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, perhatian, kritik
dan saran yang berharga bagi penulis hingga menyelesaikan penulisan
tugas akhir ini.
5. Ibu Harnina Ridwan, S.IP, M.Si, Bapak La Tarifu, S.Pd, M.Si, dan Bapak
Joko, S.Sos, M.Si, selaku tim dosen penguji yang telah memberikan kritik
dan saran dalam penyempurnaan tugas akhir ini.
6. Segenap Tim Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
bekal ilmu pengetahuan, moril maupun nasehat yang berharga selama
berada di Universitas Halu Oleo.
7. Seluruh Staf Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Halu Oleo yang telah memberikan pengetahuan
dan layanan administrasi sampai penulis menyelesaikan studi.
viii
8. Bapak Drs. Mudila, M.Si, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2
Konawe Selatan yang telah memberikan kemudahan dalam proses
perizinan dan pengumpulan data/informasi hingga selesainya penelitian
ini.
9. Segenap Tim Guru dan Staf Tata Usaha SMA Negeri 2 Konawe Selatan
yang telah banyak membantu samapai tulisan ini selesai.
10. Para siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan yang telah bersedia
membantu penulis dengan memberikan keterangan terhadap hal yang
berkaitan dengan skripsi ini.
11. Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi khususnya angkatan 2010
genap/ganjil, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
12. Spesial terimakasih penulis kepada para sahabat: Trisye Indriyani,
S.I.Kom, Dewi Purnama Sari, Damayanti Deppasau, Wa Ode Mayanita,
dan Tri Riskayana, S.E yang selalu ada dalam suka dan duka.
13. Spesial terima kasih penulis juga kepada Abdul Sabri yang selalu
memberikan motivasi dan perhatian yang tak terbatas.
14. Untuk adik-adikku: Hairun, Ambrin, dan Tika, My Cousin (Nuning, Nani,
Ari, Paidin, Sul, dan Fitri) terima kasih dukungannya selama ini.
15. Almamaterku.
16. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan
terima kasih atas segala bantuan dan motivasinya semoga mendapat
balasan dari Allah SWT.
ix
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak
senantiasa diharapkan untuk bekal penulis kelak. Akhir kata, semoga tulisan
ini bermanfaat bagi pembangunan IPTEK dan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi bagi yang membutuhkan.
Kendari, Januari 2015
Penulis,
Irmayanti
Stb. C1D1 10 048
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... iv
ABSTRAK........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN............................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................ 3
1.3.1 Tujuan Penelitian......................................................... 3
1.3.2 Manfaat Penelitian....................................................... 3
1.4 Sistematika Penulisan.............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka..................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Komunikasi............................................... 6
2.1.2 Perspektif Teori Interaksionalisme Simbolik............. 17
2.1.3 Komunikasi Kelompok............................................... 24
xi
2.1.4 Konsep dan Teori Komunikasi Antarpersona.... ........ 27
2.1.5 Kelompok Rujukan/ Significant Others...................... 36
2.1.6 Perilaku Komunikasi................................................... 38
2.1.7 Pengertian Siswa/ Siswi.............................................. 41
2.2 Kerangka Pemikiran................................................................ 45
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian.................................................................... 46
3.2 Subjek dan Informan Penelitian............................................. 46
3.2.1 Subjek........................................................................... 46
3.2.2 InformaN...................................................................... 46
3.3 Teknik Penentuan Informan................................................... 47
3.4 Jenis dan Sumber Data........................................................... 47
3.4.1 Jenis Data................................................................... 47
3.4.2 Sumber Dat............................................................... 48
3.5 Teknik Pengumpulan Data.................................................... 48
3.6 Teknik Analisis Data............................................................. 48
3.7 Desain Operasional Penelitian............................................... 49
3.8 Konseptualisasi...................................................................... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian....................................................................... 51
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................. 51
4.1.2 Peran Kelompok Rujukan ―Significant Others‖ Dalam
Perilaku Komunikasi Siswa SMA Negeri 2 Konawe
Selatan........................................................................ 59
4.2 Pembahasan............................................................................ 81
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan............................................................................. 88
5.2 Saran....................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
3.1. Desain Operasional Penelitian 49
4.1. Nama Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Konawe Selatan 52
4.2. Keadaan Guru SMA Negeri 2 Konawe Selatan 53
4.3. Jumlah Siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan TA 2013/2014 54
4.4. Sarana Prasarana SMA Negeri 2 Konawe Selatan 56
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
4.1. Simbol Komunikasi Dalam Keluarga 62
4.2. Perilaku Komunikasi Dalam Keluarga 65
4.3. Kelompok Belajar di Sekolah 70
4.4. Kelompok Belajar di Rumah 72
4.5. Bentuk Komunikasi Dengan Sahabat 75
4.6. Bentuk Komunikasi Dengan Sahabat 77
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan Teks Halaman
2.1. Bagan Kerangka Pemikiran 45
xvi
DAFTAR TABEL
1. Tabel I, Keadaan Penduduk Desa Latugho Menurut Jenis Kleamin........... 50
2. Tabel II, Komposisi Penduduk desa latugho dilihat dari umur................... 50
3. Tabel III, Keadaan Penduduk Desa latugho Berdasarkan Mata
Pencaharian penduduk............................................................................... 52
4. Tabel V, Jumlah Populasi Kuda di Desa Latugho..................................... 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia secara hakiki merupakan mahluk sosial. Sejak dilahirkan ia
membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan biologisnya, makanan, minuman dan lain- lain. Apabila seorang
individu mulai bergaul dengan kawan-kawan sebayanya, ia pun tidak lagi
hanya menerima kontak sosial itu, tetapi ia juga dapat memberikan kontak
sosial. Ia mulai mengerti bahwa di dalam kelompok pergaulannya terdapat
peraturan-peraturan dan norma-norma sosial tertentu yang hendaknya ia
patuhi dengan rela agar dapat melanjutkan hubungannya dengan kelompok
tersebut. Ia pun turut membentuk norma-norma pergaulan tertentu yang
sesuai dalam berinteraksi pada kelompoknya.
Kelompok merupakan kumpulan individu- individu yang saling
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya selama periode waktu tertentu
untuk suatu kebutuhan atau tujuan bersama. Pihak-pihak yang berada dalam
kelompok biasanya saling berbagi norma-norma dan tujuan serta memiliki
kesamaan identitas. Terkadang kelompok diklasifikasikan berdasarkan status
keanggotaan. Kelompok dimana seseorang menjadi anggota atau mempunyai
kualifikasi untuk menjadi anggota disebut anggota kelompok. Sedangkan
kelompok dimana seorang individu tidak mungkin menerima keanggotaan,
namun bertindak seperti seorang anggota dengan mengadopsi nilai, s ikap, dan
perilaku kelompok disebut kelompok simbolik.
2
Kebutuhan siswa-siswi untuk dapat diterima di dalam pergaulan bagi
setiap individu merupakan suatu hal yang sangat mutlak sebagai mahluk
sosial. Berdasarkan hasil observasi awal penulis dilapangan didapatkan
bahwa, pada SMA Negeri 2 Konawe Selatan, setiap siswa-siswinya
dihadapkan pada permasalahan sendiri di dalam penyesuaian sosial, terdapat
beberapa siswa memiliki problematika pergaulan teman sebaya mereka
disekolah. Pembentukan sikap, tingkah laku dan perilaku sosial siswa-siswi
SMA Negeri 2 konawe Selatan banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan
ataupun teman-teman sebaya.
Lingkungan sosial menfasilitasi dan memberikan peluang terhadap
siswa-siswi secara positif, maka siswa-siswi akan mencapai perkembangan
sosial secara matang. Apabila lingkungan sosial memberikan peluang secara
negatif terhadap siswa-siswi, maka perkembangan sosial siswa-siswi akan
terhambat. Peran teman sebaya dalam pergaulan siswa-siswi menjadi sangat
menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam
persahabatan serta keikut sertaan dalam kelompok. Kelompok teman sebaya
juga menjadi suatu komunitas belajar di mana terjadi pembentukan peran dan
standar sosial yang berhubungan dengan pekerjaan dan prestasi.
Penelitian awal penulis di lapangan juga memberikan gambaran
bahwa dalam suasana belajar ataupun waktu istrahat sedang berlangsung di
SMA Negeri 2 Konawe Selatan, baik siswa-siswi laki- laki maupun
perempuan menghabiskan banyak waktunya bersama dengan teman-
temannya. Dua bentuk perilaku yang muncul dari pengaruh kelompok, yang
3
pertama kelompok siswa-siswi yang selalu berprestasi misalnya menjuarai
beberapa perlombaan olahraga dan cerdas cermat, dan yang kedua yakni
kelompok siswa-siswi yang suka melanggar aturan sekolah misalnya bolos
sekolah, dan merokok di lingkungan sekolah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul ―Peran kelompok rujukan ―significant
others‖ dalam perilaku komunikasi siswa di Kabupaten Konawe Selatan‖.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang diuraikan di
atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran kelompok
rujukan ―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kelompok
rujukan ―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa di Kabupaten
Konawe Selatan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
memperluas wawasan tentang ilmu komunikasi mengenai peran kelompok
rujukan ―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa.
4
2. Secara Praktis: sebagai bahan informasi dan manfaat bagi masyarakat dan
pendidik dalam mengetahui peran kelompok rujukan ―significant others‖
dalam perilaku komunikasi siswa .
3. Secara Metodologis: dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan riset
selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan peran kelompok rujukan
―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan hasil penelitian terdiri dari:
Bab I: Pendahuluan
Pendahuluan terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan hasil penelitian.
Bab II: Tinjauan Pustaka
Bab ini terdiri dari dua subbab yaitu tinjauan pustaka dan kerangka
pemikiran yang memaparkan studi pustaka, konsep, dan teori yang relevan
dengan permasalahan yang diteliti.
Bab III: Metode Penelitian
Metode penelitian terdiri dari: lokasi penelitian, subyek dan informan
penelitian, teknik penentuan informan, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, desain operasional penelitian dan
konseptualisasi.
Bab IV : Hasil Dan Pembahasan
Menjelaskan tentang sejarah dan gambaran umum lokasi penelitian,
karakteristik informan, hasil penelitian, analisis dan pembahasan.
5
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari seluruh hasil
pengamatan penelitian dan memberikan saran kepada pihak-pihak yang
berkaitan dengan penelitian.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Secara kodrati, manusia harus hidup bersama manusia lain, baik demi
kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya
(Effendy,1998:06). Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. lasswel,
Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi
ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect? Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell
tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Harold
D. lasawell dalam Effendy,1998:07)
Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat kita golongkan ada tiga
pengertian utama komunikasi, yaitu pengertian secara etimologis,
terminologis, dan paradigmatis.
1. Secara etimologis, komunikasi dipelajari menurut asal-usul kata, yaitu
komunikasi berasal dari bahasa Latin „communicatio‟ dan perkataan ini
bersumber pada kata „comminis‟ yang berarti sama makna mengenai
sesuatu hal yang dikomunikasikan.
2. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh sesorang kepada orang lain.
7
3. Secara paradigmatis, komunikasi berarti pola yang meliputi sejumlah
komponen berkorelasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Contohnya, adalah ceramah, kuliah, dakwah,
diplomasi, dan sebagainya. Demikian pula pemberitaan surat kabar dan
majalah, penyiaran radio dan televisi atau pertunjukkan film di gedung,
bioskop, dan lain- lain (Harold D. lasawell dalam Effendy,1998:14).
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain- lain
yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian,
keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan
sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Effendy,1993:16).
Proses komunikasi dapat diartikan sebagai ‗transfer informasi‘ atau
pesan (message) dari pengiriman pesan sebagai komunikator dan kepada
penerima pesan sebagai komunikan. Dalam proses komunikasi tersebut
bertujuan untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara
kedua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.
Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan
informasi sampai dipahami oleh komunikan. Komunikasi adalah sebuah
proses, sebuah kegiatan yang berlangsung ontinue. (Joseph De Vito dalam
Liliweri 1997:18), mengemukakan komunikasi adalah transaksi, hal tersebut
dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, di mana
komponen-komponen saling terkait, bahwa para pelaku komunikasi beraksi
8
dan bereaksi sebagai satu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap transaksi,
setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen yang lain. Artinya,
elemen-elemen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen,
masing-masing komponen saling mengait dengan komponen lain.
Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan
pula sebagai saling tukar-menukar pendapat. Komunikasi juga dapat diartikan
sebagai hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun
kelompok. komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut
aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan,
dipelihara dan diubah. Berelson dan Steiner dalam (Suprapto 2006 :27)
mengatakan bahwa komunikasi adalah tindakan atau proses penyampaian
informasi, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-
simbol, gambar, grafik, dan sebagainya.
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain
sebagainya yang secara langsung mampu ―menterjemahkan‖ pikiran dan
perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling
banyak di pergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya
bahasalah yang mampu ―menerjemahkan‖ pikiran seorang kepada orang
9
lain. Apakah itu bentuk idea, informasi atau opini: baik mengenai hal yang
kongkrit maupun yang abstrak; bukan saja hal atau peristiwa yang terjadi
pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang
akan datang. Berkat kemampuan bahasa maka kita dapat mempelajari ilmu
pengetahuan sejak di tampilkan oleh Aristoteles, Plato, dan Socrates; dapat
menjadi manusia yang beradab dan berbudaya; dan dapat memperkirakan
apa yang akan terjadi pada tahun, decade, bahkan abad yang akan datang.
Kial (gesture) memang dapat ―menerjemahkan ‖ pikiran seseorang
sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaikan tangan,
atau memainkan jari-jemari, atau mengedipkan mata, atau menggerakan
anggota tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu
saja (sangat terbatas).
Demikian pula isyarat dengan mengunakan alat seperti tong-tong,
beduk, sirine dan lain- lain serta warna yang mempunyai makna tertentu.
Kedua lambang amat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan
pikiran seseorang kepada orang lain.
Seperti telah disinggung diatas, komunikasi berlangsung apabila
terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan.
Dengan kata lain, komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setara
(tuned) bagi komunikator dan komunikan.
Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan, dalam
karyanya, ―Communication Research In The United States” menyatakan
bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh
10
komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reverence), yakni
paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and
meanings) yang pernah diperoleh komunikan.
Dalam proses komunikasi antarpersona (interpersonal
communication) yang melibatkan dua orang dalam situasi interaksi
komunikator menyandi suatu pesan, lalu menyampaikannya kepada
komunikan, dan komunikan mengawas sandi pesan tersebut. Sampai disitu
komunikator menjadi encode dan komunikan menjadi decode. Akan tetapi,
karena komunikasi antar persona itu bersifat diaologis, maka ketika
komunikan memberikan jawaban, ia kini menjadi encode dan komunikator
menjadi decode.
2. Proses Komunikasi Secara Sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Pada umumnya kalau kita berbicara dikalangan masyarakat, yang
dinamakan media komunikasi itu adalah media kedua sebagaimana di
terangkan diatas. Jarang sekali orang menganggap bahasa sebagai media
komunikasi. Tidak seperti media dalam bentuk surat, telepon, radio, dan lain-
lainnya yang jelas tidak selalu digunakan. Tampaknya seolah-olah orang
berkomunikasi tanpa bahasa, tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi
tanpa suara, tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa surat, atau
telpon, atau televisi, dan sebagainya (Suprapto,2006 :32).
11
Seperti yang telah diterangkan diatas, pada umumnya bahwa memang
bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena bahasa
sebagai lambang mampu mentransmisikan pikiran, ide, pendapat, dan
sebagainya, baik mengenai hal yang abstrak, maupun yang konkret, tidak saja
tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang tetapi juga pada
waktu yang lalu atau masa yang akan datang. Karena itulah pula maka
kebanyakan media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk
meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa. Seperti telah disinggung
diatas, surat atau telepon, atau radio misalnya adalah media untuk
menyambung atau menyebarkan pesan yang menggunakan bahasa (suprapto,
2006: 35).
Fisher.B (Aubrey 2003:129) mengemukakan bahwa macam
komunikasi diantaranya:
a. Komunikasi Verbal
Verbal berarti melalui penggunaan kata-kata baik tertulis maupun
lisan. Lisan atau diucapkan menunjukkan komunikasi berbicara, tertulis
menunjukkan tugas-tugas penulisan. Komunikasi verbal dapat berupa
kontak tatap muka, wawancara, konsultasi bersama dan pidato.
b. Komunikasi Nonverbal
Nonverbal berarti penggunaan tanpa kata-kata. Orang-orang tidak
henti-hentinya menyampaikan pesan nonverbal melalui gerakan badan,
penampilan, aroma harum, pakaian atau kostum, ekspresi wajah, barang-
barang perhiasan dan bermacam-macam simbol isyarat dan perilaku lain.
12
Suatu bagian komunikasi lainnya adalah bahasa badan, yang
merupakan komunikasi oleh gerakan badan selama komunikasi tatap muka.
Ada banyak gerakan yang tidak kentara yang dilakukan oleh orang-orang
apabila mereka berbicara satu sama lainnya. Misalnya gerak mata, gerakan
pundak, dan berjabat tangan dengan keras dan beberapa gerakan-gerakan
badan yang lainnya. Lasswell (Mulyana, 2004: 24)
Komunikasi yang dilakukan tentunya memilki dampak kepada
perilaku. Perilaku manusia sebenarnya berasal mula pada penggunaan
lambang- lambang (simbolis). Lambang- lambang itulah yang
mentransformasikan makhluk-makhluk yang menjadi nenek moyang
manusia, menjadi manusia yang sesungguhnya. Semua peradaban berproses
dengan mempergunakan atau perantaraan lambang-lambang. Lambang-
lambang itu juga yang mentransformasikan anak menjadi manusia dewasa.
Semua perilaku terdiri dari lambang-lambang atau tergantung pada lambang,
perilaku manusia adalah perilaku simbolis, dan sebaliknya.
Klasifikasi pesan nonverbal menurut Duncan ada enam jenis :
1. Kinesik
2. Paralinguistik
3. Proksemik
4. Oflaksi
5. Sensitivitas kulit
6. Artifaktual, Lasswell (Mulyana, 2004: 35).
13
Pesan gesture, menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti
tangan, mata untuk mengkomunikasikan berbagai arti atau makna. Galloway,
mengklasifikasikan pesan gestural untuk mengungkapkan :
a. Mendorong/membatasi,
b. Menyesuaikan/mempertentangkan,
c. Responsif/tidak responsif,
d. Perasaan positif/negatif,
e. Memperhatikan/tidak,
f. Melancarkan/tidak reseptif,
g. Menyetujui atau menolak.
Posture juga berkaitan dengan komunikasi antar status, dimana orang
yang statusnya rendah akan kaku dan tegang.
Pesan postural berkenaan dengan seluruh anggota badan. Mahrabian
menyebutkan tiga makna yang disampaikan postur :
1. Immediacy, ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap individu lain.
2. Power, mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator.
3. Responsiveness, bila individu bereaksi secara emosional pada lingkungan,
secara positif atau negatif.
Pesan proksemik, disampaikan melalui pengaturan jarak dan
ruang.Edward T. Hall menyebutkan empat macam jarak ketika berhubungan
dengan orang lain :
1. Akrab, menggunakan fase dekat dan fase jauh. Fase dekat antara 0-6 inci,
Fase jauh antara 6-18 inci.
14
2. Personal, dengan fase dekat antara 18-30 inci dan fase jauh antara 30 inci-
4 f.
3. Sosial, dengan fase dekat 4-7 f dan fase jauh antara 7-12 f.
4. Publik, dengan fase dekat 12-25 f dan fase jauh antara 25- atau lebih (feet).
Pesan pengaturan jarak bergantung pada kebudayaan dan norma yang
berlaku disuatu tempat. Pesan proksemik juga diungkapkan dengan
pengaturan ruang obyek dan rancangan interior, status sosial-ekonomi,
keterbukan, keakraban.
Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan, tubuh pakaian,
dan kosmetik, warna pakaian. Menurut Wetmore Cosmetik Studio di Encino
California, untuk mengungkapkan kesehatan dengan base make up yang
meratakan noda kulit, sikap ekspresif dan komunikatif dengan memoles mata,
kehangatan dengan mengatur warna bibir.
Pesan paralinguistik antar lain nada, kualitas suara volume, kecepatan
dan ritme. Nada menunjukkan banyak jumlah getaran atau gelombang yang
dihasilkan oleh sumber bunyi. Semakin banyak semakin tinggi nadanya.
Kualitas suara menunjukkan penuh atau tipisnya suara yang
mengungkapkan identitas dan kepribadiannya. Volume suara menunjukkan
tinggi rendahnya suara, hal ini dapat memunculkan kesan sesuai dengan
kondisi dan situasi. Volume suara halus, lembut, gemulai dapat
mengungkapkan rasa romantis, sayang saling pengertian dan sebagainya
15
Pesan sentuhan dan oflaksi termasuk pesan nonverbal nonvisual dan
nonvokal. Alat penerima sentuhan adalah kulit yang mampu mebedakan
emosi yang disampaikan.
Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu:
a. Komunikasi visual
Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-
grafik, lambang- lambang, atau simbol-simbol.Dengan menggunakan
gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta
bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar.
Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata saja, penggunaan
komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam pemrosesan informasi
kepada para pendengar.
b. Komunikasi sentuhan
Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non
verbal sering disebut haptik, sebagai contoh: bersalaman, pukulan,
mengelus-ngelus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan
salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan
tertentu dari orang yang menyentuhnya.
c. Komunikasi gerakan tubuh
Seperti, melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap
tubuh. Gerakan tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata yang
diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui informasi
16
yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatu kata. Seperti
menganggukan kepala berarti setuju.
d. Komunikasi lingkungan
Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat
atau merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika
seseorang menyebutkan bahwa ‖jaraknya sangat jauh‖, ‖ruangan ini
kotor‖, ‖lingkungannya panas‖ dan lain- lain, berarti seseorang tersebut
menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada
lingkungan tersebut.
e. Komunikasi penciuman
Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi
dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat
dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum bulgari, seseorang
tidak akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum bulgari
apabila ia hanya menciumnya sekali.
f. Komunikasi penampilan
Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan
penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal
ini merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada
orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa
tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih,
kotor dan lain- lain).
17
g. Komunikasi citarasa
Komunikasi citarasa merupakan salah satu bentuk komunikasi,
dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui ciatrasa dari suatu
makanan atau minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa suatu
makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain- lain, apabila
makanan tersebut telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa citarasa dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud
atau makna, Lasswell (Mulyana, 2004 :29 )
2.1. 2. Perspektif Teori Interaksionisme Simbolik
George Herbert Mead mengembangkan teori interaksi simbolik tahun
1920-an dan 1930-an ketika ia menjadi professor filsafat di universitas
Chicago. Mead menulis banyak artikel, namun gagasan-gagasannya mengenai
interaksi simbolik berkembang pesat setelah para mahasiswanya menerbitkan
catatan dan kuliah-kuliahnya, terutama melalui buku yang menjadi rujukan
utama teori interaksi simbolik, yakni Mind, Self and Society (1934). Esensi
interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia,
yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna (Mulyana, 2006
: 98).
Teori Interaksionisme Simbolik menurut Mead (George Ritzer-
Douglas J.Goodman, 2008:293), yang memusatkan perhatian terutama pada
dampak dari makna dan simbol terhadap tindakan dan interaksi manusia. Di
sini akan bermanfaat menggunakan pemikiran Mead yang membedakan
antara perilaku lahiriah dan perilaku tersembunyi. Perilaku tersembunyi
18
adalah proses berpikir yang melibatkan simbol dan arti. Perilaku lahiriah
adalah perilaku sebenarnya yang dilakukan oleh seorang aktor. Beberapa
perilaku lahiriah tidak melibatkan perilaku tersembunyi, tetapi sebagian besar
tindakan manusia melibatkan kedua jenis perilaku itu. Perilaku tersembunyi
menjadi sasaran perhatian utama teoritisi interaksionisme simbolik sedangkan
perilaku lahiriah menjadi sasaran perhatian utama teoritisi pertukaran atau
penganut behaviorisme tradisional pada umumnya.
Simbol dan arti memberikan ciri-ciri khusus pada tindakan sosial
manusia (yang melibatkan aktor tunggal) dan pada interaksi sosial manusia
(yang melibatkan dua orang aktor atau lebih yang terlibat dalam tindakan
sosial timbal-balik). Tindakan sosial adalah tindakan dimana individu
bertindak dengan orang lain dalam pikiran. Dengan kata lain, dalam
melakukan tindakan seorang aktor mencoba menaksir pengaruhnya terhadap
aktor lain yang terlibat. Meski mereka sering terlibat dalam perilaku tanpa
pikir, perilaku berdasarkan kebiasaan, namun manusia mempunyai kapasitas
untuk terlibat dalam tindakan sosial.
Dalam proses interaksi sosial, manusia secara simbolik
mengkomunikasikan arti terhadap orang lain yang terlibat. Orang lain
menafsirkan simbol komunikasi itu dan mengorientasikan tindakan balasan
mereka berdasarkan penafsiran mereka. Dengan kata lain, dalam interkasi
sosial, para aktor terlibat dalam proses saling memengaruhi.
Manusia hanya memiliki kapasitas umum untuk berpikir. Kapasitas ini
harus di bentuk dan diperhalus dalam proses interaksi sosial. Pandangan ini
19
menyebabkan teoritisi interaksionisme simbolik memusatkan perhatian pada
bentuk khusus interaksi sosial yakni sosialisasi.Kemampuan manusia untuk
berpikir dikembangkan sejak dini dalam sosialisasi anak-anak dan diperhalus
selama sosialisasi di masa dewasa. Teoritisi interaksionisme simbolik
mempunyai pandangan mengenai proses sosialisasi yang berbeda dari
pandangan sebagian besar sosiolog lain.
Menurut mereka, sosiolog konvensional mungkin melihat sosialisasi
semata-mata sebagai proses mempelajari sesuatu yang dibutuhkan manusia
untuk mempertahankan hidup dalam masyarakat (contohnya, kultur budaya,
peran yang diharapkan). Bagi teoritisi interaksionisme simbolik, sosialisasi
adalah proses yang lebih dinamis yang memungkinkan manusia
mengembangkan kemampuan untuk berpikir, untuk mengembangkan cara
hidup manusia tersendiri. Sosialisasi bukanlah semata-mata proses satu arah
dimana aktor menerima informasi, tetapi merupakan proses dinamis dimana
aktor menyusun dan menyesuaikan informasi itu dengan keebutuhan mereka
sendiri (Manis dan Meltzer, 1978:6).
Menurut Blumer, masyarakat tidak tersusun dari struktur makro.
Esensi masyarakat terdapat pada aktor dan tindakan :‖Masyarakat terdiri dari
manusia yang bertindak, dan kehidupan masyarakat dapat dilihat sebagai
terdiri dari tindakan mereka‖ (Blumer, 1962/1969:85). Mayarakat manusia
adalah tindakan, kehidupan kelompok adalah ―kompleks aktivitas tanpa
henti‖. Namun, masyarakat tidak tersusun dari pameran tindakan yang saling
terisolasi. Juga ada tindakan kolektif, yang memerlukan ―penyesuaian
20
tindakan masing-masing individual menjadi sebuah garis tindakan, masing-
masing aktor saling memberikan tanda satu sama lain, tidak hanya kepada diri
sendiri‖ (Blumer, 1969:16). Ini menimbulkan apa yang disebut Mead sebagai
tindakan sosial, dan yang disebut oleh Blumer sebagai tindakan bersama.
Jelas Blumer tidak condong untuk menyetujui status keorsif dan kultur
independen dalam sistem teorinya. Dia juga tidak memperluas status itu pada
hubungan kehidupan kelompok, atau yang umumnya dinamakan ―struktur
sosial‖.
Interaksionalisme simbolik merupakan cara pandang yang
memperlakukan individu sebagai diri sendiri dan diri sosial. Kita bisa
menentukan makna subyektif, pada setiap obyek yang kita temui, ketimban
kita menerima apa adanya makna yang di anggap obyektif yang telah di
rancang sebelumnya.
Suatu tindakan bersama, pada saatnya membentuk struktur sosial atau
kelompok-kelompok masyarakat lain, di bentuk oleh suatu interaksi yang
cukup khas, yang mereka namai mereka sebagai interaksi simbolis.
Interaksionalisme simbolik mengandaikan suatu interaksi yang menggunakan
bahasa, isyarat, dan berbagai simbol lain. Melalui simbol-simbol itu pula kita
dapat mendefenisikan, meredefenisikan menginterpretasikan, menganalisis,
dan memperlakukan kehendak kita. Interaksi simbolik adalah suatu aktivitas
yang merupakan cirri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran
symbol yang di beri makna.
21
Menurut George Herbert Mead (193-1981) guru besar filsafat di
University of Chicago dia juga merupakan pengaruh penting bagi Blumer,
sosiolog selanjutnya dalam teori interaksionalisme simbolik yang
mengemukakan bahwa teori interaksi simbolik di rangkum oleh tiga konsep
yaitu (1) pikiran (mind); (2) diri (self); (3) masyarakat (society) semua mahluk
itu memiliki otak tetapi tidak semuanya memiliki pikiran yang muncul dari
hasil manipulasi simbol-simbol melalui proses pembelajaran (sosialisasi)
pembinaan diri.
Proses interaksi pikiran manusia adalah dalam bentuk interaksi dalam
dirinya sendiri, orang lain, dan dengan lingkungannya yang semuanya itu
dinyatakan dalam bentuk simbolik. Simbolik manusia mengungkapkan kata,
atau menyatakan perasaan adalah berdasarkan pada tafsiran serta
pemahannya. Apabila pikiran atau mind itu berfungsi untuk mewujudkan diri,
di sebut aktifitas pikiran, maka dengan pikiran untuk melakukan interaksi
simbolik dengan dirinya itu di lakukan oleh manusia sendiri dalam
mengguakan symbol dan mengarahkannya kepada diri.
Simbol itu memiliki makna, atau isyarat. Simbol terdapat dalam
bentuk : (1) kata, yang mewakili objek ide, nilai-nilai, fisik dan perasaan: (2)
perlakuan, yang meliputi apa yang dilakukan, diberitahukan, dip ikirkan, yang
dilihat ataupun yang di niatkan; (3) objek , yang memilih kualitas symbol; (4)
bahasa, yang kaya akan simbol.
Inti dari teori interaksi simbolik George Herbert Mead adalah teori
tentang diri (self). Mead menganggap konsep diri adalah suatu proses yang
22
berasal dari sosial individu dengan orang lain. Konsep Mead mengenai diri
mengacu dalam arti sepenuhnya pada kesaling tergantungan antara individu
dengan masyarakat. Ia menempatkan diri di dalam masyarakat. Diri muncul
dari interaksi dengan orang lain. Namun, setelah diri tercipta, orang mampu
untuk melakukan dunia sebagai suatu kesatuan simbolis untuk memberikan
makna kepada dunia. Maka kemampuan untuk berperilaku simbolis ini
memungkinkan manusia untuk mengubah masyrakat, dan kadang-kadang
mengubahnya secara menyeluruh. (Sobur, 2006 : 203)
Bagi teoritisi interaksi simbolik, sosialisasi adalah proses yang lebih
dinamis yang memungkinkan manusia mengembangkan kemampuan untuk
berpikir, untuk mengambangkan cara hidup manusia tersendiri. Sosialisasi
bukanlah semata-mata proses satu arah dimana aktor menerima informasi,
tetapi merupakan proses dinamis dimana aktor menyusun dan menyesuaikan
informasi itu dengan kebutuhan mereka sendiri (Ritzer & Godman, 2004: 290
dalam Manis dan Meltzer, 1978:6).
Seseorang memang yang tidak dilahirkan dengan suatu diri yang
sebelumnya telah terbentuk. Melalui, pemakaian simbol-simbol, orang belajar
untuk menerima sikap, nilai dan rasa hati yang sesuai dengan lingkungan
sosial tertentu tempat seseorang berada. Melalui penilaian pantulan dari orang
lain, kita kemudian menyatakan diri kita sebagai jenis orang tertentu.
Identitas- identitas kita ditetapkan dan dipisahkan (atau tidak dipisahkan)
melalui tanggapan-tanggapan yang diberikan oleh orang lain kepada kita
(Sobur, 2006: 195-203).
23
Pikiran yang didefinisikan Mead sebagai proses percakapan seseorang
dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan didalam diri individu, pikiran adalah
fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dari proses sosial dan
merupakan bagian integral dari proses sosial. Karakteristik istimewa dari
pikiran adalah kemampuan individu untuk ―memunculkan dalam dirinya
sendiri tidak hanya satu respon saja tetapi juga respon komunitas secara
komunitas. Melakukan sesuatu berarti member respon yang terorganisir dan
bila seseorang mempunyai respon itu dalam dirinya, ia mempunyai apa yang
disebut pikiran (Ritzer dan Godman, 2004: 280).
Pada dasarnya diri adalah kemampuan individu untuk menerima diri
sendiri sebagai sebuah obyek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi
subyek maupun obyek. Diri memasyarakatkan sosial; komunikasi antar
manusia. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan
sosial (Ritzer dan Godman, 2004: 280). Diri memiliki dua segi masing-
masing menjalankan fungsi yang penting. I adalah bagian diri anda yang
menurutkan kata hati, tidak teratur, tidak terarah dan tidak dapat ditebak. Me
adalah refleksi umum orang lain yang terbentuk dari pola-pola yang teratur
dan tetap, yang dibagi dengan orang lain. Setiap tindakan dimulai dari sebuah
dorongan I dan selanjutnya dilkendalikan oleh me. I adalah tenaga penggerak
dalam tindakan, sedangkan me memberikan arah dan petunjuk. Mead
menggunakan konsep me untuk menjelaskan perilaku yang dapat diterima
secara sosial serta adaptif serta konsep I untuk menjelaskan gerak hati dan
tidak dapat ditebak (Littlejhon, 234:2009).
24
Masyarakat berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran
dan diri. Masyarakat penting perannya dalam membentuk pikiran dan diri. Di
tingkat lain, menurut Mead, masyarakat mencerminkan sekumpulan
tanggapan terorganisir yang diambil alih oleh individu dalam bentuk ―aku‖
(me). Menurut pengertian individual ini masyarakat memengaruhi mereka,
memberi mereka kemampuan melalui kritik-diri, untuk mengendalikan diri
mereka sendiri (Ritzer dan Godman, 2004: 287).
2.1.3 . Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok ―kecil‖ seperti dalam rapat,
pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984 : 46).
Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005,149)
menyatakan komunikasi kelompok terjalin ketika tiga orang atau lebih
bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk
mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain.
Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-sifat komunikasi
kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
2. Kelompok memiliki sedikit partisipan;
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.
25
Menurut Dedy Mulyana kelompok adalah sekumpulan orang yang
mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai
bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,
kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil
suatu keputusan. Pada komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi
antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku
juga bagi komunikasi kelompok. Berikut beberapa klasifikasi kelompok dan
karakteristik komunikasinya menurut para ahli :
1. Kelompok primer.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat,
1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati
dalam asosiasi dan kerja sama.
2. Kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya
berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan
karakteristik komunikasinya yakni :
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam
suasana pribadi saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder
26
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. Komunikasi kelompok primer
lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan
kelompok primer adalah sebaliknya. Komunikasi kelompok primer
cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal. Komunikasi
pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder
nonpersonal. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif,
sedangkan kelompok sekunder instrumental.
2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan Theodore Newcomb
(1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan
kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah
kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi
anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok
yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau
untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai
tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif.
3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif John F. Cragan dan David
W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan
peskriptif. Kategori deskriptif melihat proses pembentukan kelompok
secara alamiah.
27
2.1.4 Konsep Dan Teori Komunikasi Antarpersona
Komunikasi antar persona menunjuk kepada komunikasi antar oang-
orang yang terlibat secara langsung dan utuh antara satu dengan yang lainnya
dalam penyampaian dan penerimaan pesan secara nyata. Hal semacam ini
sering muncul dalam komunikasi antara dua orang (duadic communication)
(applaum, 1974). Dari kedua jenis komunikasi ini, kedua pihak (komunikator
dan komunikan) sadr sebagai suatu pribadi yang sedang mengadakan dialog
dan bukan proses monolog.
Proses antar persona melibatkan dua pihak atau lebih untuk
berinteraksi, sehingga pribadi-pribadi ini aktif. Hal ini senada dengan
pendapat Veredber dalam (Liliweri, 1997 ; 13 ) yang mengatakan bahwa
komunikasi antar persona merupakan suatu proses interaksi dan pemberian
makna yang terkandung dalam gagasan maupun perasaan.
Effendy (1986 :36) mengemukakan bahwa pada hakekatnya
komunikasi antar persona adalah komunikasi antara komunikator dengan
seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam
upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya
yang dialogis, berupa percakapan, arus balik langsung. Komunikator
mengetahui anggapan komunikasi pada saat itu juga atau pada saat
komunikasi berlangsung. Komunikator mengetahui pasti apakah
komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak, maka ia
memberikan kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas- luasnya,
pendapat lain dari Barnlud mengemukakakn bahwa komunikasi antar persona
28
biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang atau lebih yang
terjadi secara spontan dan tidak berstruktur, selanjutnya Rogers (1998)
dikemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari
mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa
pribadi (Liliweri, 1997 ; 13 ).
Fungsi komunikasi antar persona ialah berusaha meningkatkan
hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-
konflik pribadi, mengurangi ketidak pastian sesuatu, serta berbagai
pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain ( Cangara, 1998 :17).
a. Ciri-ciri Komunkasi Antar Pesona
Barnlud (1992) berpendapat bahwa ada beberapa ciri yang dapat
digunakan utuk mengenal komunikasi antar persona, yaitu (1).
Komunikasi antar persona terjadi secara spontan, (2). Tidak mempunyai
struktur yang teratur dan diatur, (3). Terjadi secara kebetulan, (4). Tidak
mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu, (5). Identitas
keanggotaannya kadang- ladang kurang jelas, (6). Bisa terjadi sambil lalu
(Liliweri, 1997 ; 14 )
Readon (Rogers 1998) juga mengemukakan bahwa komunikasi antar
persona mempunyai paling sedikit enam ciri yaitu: (1) Dilaksanakan
karena faktor pendorong. (2) Berakibat sesuatu yang disengaja. (3) Sering
berbalas-balasan. (4) Mempersyaratkan adanya hubungan (paling sedikit
dua orang) Antar Persona. (5) Serta suasana hubungan harus bebas,
bervariasi dan adanya keterpengaruhan. (6) Menggunakan berbagai
29
lambang- lambang yang bemakna. Pendapat Rogers (1998:16),
mengungkapkan beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran
antar persona yaitu, (1) Arus pesan yang cenderung dua arah. (2) Konteks
komunikasinya tatap muka. (3) Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi.
(4) Kecepatan jangkauan terhadap audience, yang besar relatif lambat. (6)
Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap (Liliweri,1997; 18 ).
b. Sifat-sifat Komunikasi Antar Persona
Setelah memperhatikan uraian pengertian dan ciri-ciri komunikasi
antar persona tersebut di atasi, maka dapat dikemukakan bahwa
komunikasi antar persona nampaknya terletak pada unsur-unsur, situasi
terjadinya peristiwa komunikasi, ialah orang yang terlibat dalam proses
komunikasi, jarak fisik suatu percakapan, kekuatan umpan balik suatu
pesan dari penerimanya kepada pengirimnya.
Siahaan (1991) mengemukakan tujuh sikap yang menunjukkan bahwa
suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi anta persona yaitu
: (1). Perilaku verbal dan non verbal perlu dilibatkan di dalamnya, (2).
Melibatkan pernyatan yang spontan, (3). Komunikasi antar persona tidak
statis melainkan dinamis, (4). Melibatkan umpan balik pribadi, (5). Dipandu
oleh tata aturan yang bersifat intrinstik dan ekstristik, (6). Komunikasi antar
persona merupakan suatu kegiatan dan tindakan, (7). Melibatkan di dalamnya
bidang persuasi (Liliweri, 1997 ; 14).
30
c. Koponen - Komponen Komunikasi Antar Persona
1. Pengirim – Penerima
Komunikasi antar persona melibatkan paling tidak 2 orang. Setiap
orang yang terlibat dalam komunikasi antar persona memformulasikan dan
mengirim pesan (fungsi penerima). Isrilah pengirim-penerima ini
digunakan untuk menekankan bahwa fungsi pengirim dan penerima ini
dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antar persona.
Hal ini menyatakan bahwa : pertama, proses komunikasi antar pribadi
tidak dapat terjadi pada diri sendiri. Komunikasi dengan diri sendiri
disebut. Kedua, komunikasi antar persona berkaitan dengan manusia,
bukan dengan binatang, mesin, gambar atau benda lainnya.
2. Encoding – Decoding
Encoding ialah tindakan menghasilkan pesan. Artinya, pesan yang
disampaikan di ‖kode‖ atau diformulasikan terlebih dahulu dengan
menggunakan kata-kata, symbol dan sebagainya. Sebaliknya tindakan
untuk menginterprestasikan dan memahami pesan-pesan yang diterima
disebut sebagai decoding. Dalam komunikasi antar persona, karena
pengirim sekaligus juga bertindak sebagai penerima : maka fungsi
encoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat komunikasi antar
pribadi.
31
3. Pesan-pesan
Dalam komunikasi antar pribadi, pesan-pesan ini bisa berbentuk
verbal (seperti kata-kata atau non verbal (gerakan, symbol) atu gabungan
antara bentuk verbal dan non-verbal.
4. Saluran
Saluran ini berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
pengirim dan penerima informasi. Dalam komunikasi antar persona,
lazimnya para pelaku bertemu secara tatap muka.
5. Gangguan (noise)
Seringkali terjadi pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan-
pesan yang diterima. Hal ini disebabkan adanya gangguan saat
berlangsungnya komunikasi. Dalam komunikasi antar persona, gangguan
ini mencakup 3 hal :
1. Gangguan fisik : biasanya bearasal dari luar dan mengganggu transmisi
fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dsn sebagainya
2. Gangguan psikologis : timbul karena perbedaan gagasan dan penilaian
subjektif di antara orang yang terlibat dalam komunikasi. Emosi,
perbedaan nilai-nilai, sikap, status dapat mengakibatkan hambatan
psikologis.
3. Gangguan Semantik : terjadi karena kata-kata atau symbol yang
digunakan dalam berkomunikasi, seringkali memiliki arti ganda (tidak
hanya memiliki satu arti), sehingga penerima gagal menangkap
maksud-maksud dari pengirim pesan.
32
6. Umpan Balik
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses
komunikasi antar persona, karena pengirim dari penerima secara terus
menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara
baik secara verbal dengan pertanyaan atau jawaban dalam kaitannya
dengan apa yang dib icarakan maupun non-verbal (angkutan, senyuman,
menguap, kerutan dahi dan lain sebagainya). Umpan balik ini bisa positif,
netral atau negatif. Umpan balik disebut positif bila dirasakan merugikan
sementara tanggapan yang biasa-biasa saja merupakan umpan balik netral.
Selain umpan balik dari orang lain, biasanya kita mendapat umpan balik
dari pesan kita sendiri. Dalam arti bahwa kita mendengar suara kita sendiri
dengan umpan balik ini kita bisa memperbaiki bila ada kesalahan.
7. Konteks
Konteks dimana kita berkomunikasi akan mempengaruhi proses
komunikasi itu sendiri. Misalnya jika anda berbicara dengan keluarga di
rumah akan berbeda dengan jika anda berbicara dengan seorang dosen.Ada
3 dimensi konteks dalam proses komunikasi antar persona, yaitu :
1. Dimensi Fisik
2. Dimensi Sosial Psikologis
3. Dimensi Temporal
33
8. Bidang Pengalaman ( Field of Exprenence)
Bidang pengalaman merupakan factor penting dalam komunikasi.
Komunikasi menjadi efektif bila para pelaku yang terlibat dalam
komunikasi mempunyai pengalaman yang sangat berbeda.
9. Akibat (efek)
Proses komunikasi selalu mempunyai berbagai akibat, baik pada salah
satu pelaku atau keduanya. Akibat yang terjadi bisa merupakan akibat
yang negatif maupun akibat positif. Dan perubahan ini boleh jadi
merupakan akibat dari pertemuan-pertemuan antar persona yang mereka
lakukan selama ini (Sasa Djuarsa Sendjaja, 1993).
d. Tujuan Komunikasi Antar Persona
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain, Salah satu cara untuk mengenal
diri kita sendiri adalah melalui komunikasi antar persona. Komunikasi
antar persona memberikan kesempatan bagi kita untuk
memperbincangkan diri kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita
sendiri pada orang lain, kita akan mendapat perspektif baru tentang kita
sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.
Pada kenyataannya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar
merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sendiri dari
orang lain melalui komunikasi antar persona.
Melalui komunikasi antar persona kita juga belajar tentang
bagaimana dan sampai manakah kita harus membuka diri pada orang lain.
Dalam arti bahwa kita tidak harus serta merta menceritakan latar belakang
34
kehidupan kita pada setiap orang. Selain itu, melalui komunikasi antar
persona kita juga akan mengetahui nilai, sikap, dan perilaku orang lain.
Kita dapat menanggapi dan mempediksikan tindakan orang lain.
2. Mengetahui Dunia Luar, Komunikasi antar persona juga memungkinkan
kita untuk memahami lingkungan kita scara baik yakni tentang objek,
kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi yang kita miliki
sekarang berasal dari interaksi pribadi . Meskipun ada yang berpendapat
bahwa sebagian besar informasi yang ada berasal dari media massa,
tetapi informasi dari media massa tersebut sering dibicarakan melalui
interaksi antar pribadi. Bahan obrolan kita dengan teman, tetangga dan
keluarga seringkali diambil dari berita-berita dan acara-acara media
massa ( surat kabar, majalah, radio dan televisi). Hal ini
memperlihatkan bahwa melalui komunikasi antar persona, kita sering
membicarakan kembali hal-hal yang telah disajikan media massa.
Namun demikian, pada kenyataannya niali, keyakinan, sikap, dan
perilaku kita banyak dipengaruhi oleh komunikasi antar persona
dibandingkan dengan media massa dan pendidikan formal.
3. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Menjadi bermakna, Manusia
diciptakan sebagai makhluk individu, sekaligus makhluk sosial.
Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan
memelihara hubungan dekat dengan orang lain.Kita tidak ingin hidup
sendiri dan terisolasi dari masyarakat. Tetapi, kita ingin merasakan
dicintai dan disukai serta menyayangi dan menyukai orang lain. Dengan
35
kata lain, kita tidak ingin membenci dan di benci oleh orang lain. Oleh
karenanya, banyak waktu yang kita gunaakn dalam komunikasi antar
persona bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial
dengan orang lain. Hubungan demikian membantu mengurangi
kesepian dan ketenangan serta membuat kita merasa lebih positif
tentang diri kita sendiri.
4. Mengubah Sikap dan Perilaku, Dalam komunikasi antar persona sering
kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita ingin
seseorang memilih suatui cara tertentu, mencoba makanan, membeli
suatu barang, mendengarkan musik tertentu, membaca buku, menonton
bioskop, berpikir dalam cara tertentu, percaya bahwa sesuatu benar atau
salah, dan sebagainya. Singkatnya, kita banyak mempergunakan waktu
untuk mempersepsi orang lain melalui komunikasi antar persona.
5. Bermain dan mencari hiburan, Bermain mencakup semua kegiatan
untuk memperoleh kesenangan. Bercerita dengan teman tentang
kegiatan diakhir pekan, membicarakan olah raga, menceritakan
kejadian-kejadian lucu dan pembicaran-pembicaraan lain yang hampir
sama merupakan kegitan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan.
Seringkali tujuan ini dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya
komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena bisa memberi
suasanan yang lepas dari keserisusan, ketegangan, kejenuhan dan
sebagainya.
36
6. Membantu, Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh-
contoh profesi yang berfungsi menolong orang lain. Tugas-tugas
tersebut sebagian besar dilakukan melalui komunikasi antar persona.
Demikian pula, kita sering memberikan berbagai nasihat dan saran pada
teman-teman kita yang sedang menghadapi suatu persoalan dan
berusaha untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Contoh-contoh ini
memperlihatkan bahwa tujuan dari proses komunikasi antar persona
adalah membantu orang lain.
Tujuan-tujuan komunikasi antar persona yang diuraikan diatas
dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu : Pertama, tujuan ini dapat dilihat
sebagai faktor- faktor motivasi atau sebagai alasan-alasan mengapa kita
terlibat komunikasi antar persona. Dengan demikian, kita dapat mengatakan
bahwa kita terlibat dalam komuniaksi antar persona untuk memperoleh
kesenangan, untuk membantu orang lain, untuk mengubah pengetahuan, sikap
dan perilaku seseorang. Kedua, tujuan-tujuan ini dapat dipandang sebagai
hasil atau efek umum dari komunikasi antar persona. Dengan demikian kita
dapat mengatakan bahwa sebagai suatu hasil dari komunikasi antar persona,
kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat hubungan lebih bermakna dan
memperoleh pengetahuan tentang dunia luar (Liliweri, 1997 ; 27 ).
2.1.5. Kelompok rujukan/ Significant Others
Kelompok rujukan memberikan standar (norma atau nilai) yang dapat
menjadi perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berfikir atau
berperilaku. Kelompok rujukan ini berguna sebagai rujukan seseorang dalam
37
pengambilan keputusan dan sebagai dasar pembandingan bagi seseorang
dalam membentuk nilai dan sikap umum / khusus atau pedoman khusus bagi
perilaku.
Menurut Sumarwan (2003), kelompok rujukan adalah seorang
individu tau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi seseorang.
Menurut Kotler dan Keller (2000), kelompok rujukan sebagai
kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap sikap dan perilaku seseorang.
Theodore Newcomb (1930) kelompok rujukan adalah kelompok yang
digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk
membentuk sikap.
Pada awalnya kelompok rujukan dibatasi secara sempit dan hanya
mencakup kelompok-kelompok dengan siapa individu berinteraksi secara
langsung (keluarga dan teman-teman akrab). Tetapi konsep ini secara
berangsur-angsur telah diperluas mencakup pengaruh perorangan atau
kelompok secara langsung maupun tidak langsung. Kelompok rujukan tidak
langsung terdiri dari orang-orang atau kelompok yang masing-masing tidak
mempunyai kontak langsung, seperti para bintang film, pahlawan olahraga,
pemimpin politik, ataupun orang yang berpakain baik dan kelihatan menarik
di sudut jalan (Schiffman, Leon G. and Kanuk, Leslie Lazar, 2000).
Pemikiran tentang generalized other (orang lain yang
digeneralisasikan) berasal dari opini Mead tentang pribadi. Generalized other
adalah suatu peran yang merupakan hasil penyatuan, yang daripadanya
38
seseorang dapat melihat dirinya sendiri. Yang dilihat orang lain pada kita
tidak lain merupakan persepsi individual kita sendiri secara keseluruhan.
Konsep pribadi disatukan dan diatur melalui internalisasi dari generalized
other tersebut.
Significant others (orang-orang lain yang significant) penting secara
khusus karena mereka adalah individu- individu yang paling dekat dan paling
berpengaruh dalam kehidupan anda. Sebagai hasil dari interaksi mereka
dengan significant others seperti orang tua, saudara-saudara kandung, dan
sesama teman, mereka memandang diri mereka sendiri dengan cara yang
mereka pikir telah dilakukan orang lain terhadap mereka. Mereka menerima
anggapan yang telah diberikan orang-orang kepada mereka dalam berbagai
interaksi mereka dengan orang lain. Ketika mereka berperilaku sesuai dengan
image yang mereka miliki, kesan tersebut menjadi semakin kuat, dan orang-
orang pun menanggapinya dengan cara yang sesuai dalam siklus tertentu.
Jadi, misalnya bila seorang remaja merasa dirinya tidak layak secara sosial, ia
akan menarik diri dari masyarakat, yang kemudian justru memperkuat
anggapan akan dirinya sebagai sosok yang tidak mampu.
2.1.6. Perilaku Komunikasi
Manusia sebagai mahluk yang berakal dan aktif selalu berusaha untuk
mencari kebutuhan yang sesuai dengan dirinya, sebagaimana yang dinyatakan
oleh Freud (gerungan, 1996) bahwa jiwa manusia bukan merupakan sesuatu
yang abstrak, konsisten, dan statis, melainkan sesuatu yang dinamis dalam
ruang dan waktu, dan menyatakan diri sebagai keseluruhan jiwa raga yang
39
aktif. Kebutuhan seseorang akan informasi mampu menggerakkan secara
aktif usaha melakukan pencarian terhadap sumber informasi.
Perilaku adalah segala tindakan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2001). Perilaku juga merupakan
hasil interaksi antara faktor personal berupa instink individu dengan
lingkungan psikologinya (Rakhmat, 2001). Analisis perilaku komunikasi
dalam setiap individu memerlukan pengetahuan tentang lingkungan yang
menyebabkan tingkah laku, penerapan dan pengembangan strategi untuk
mengubah perilaku dan bagaimana suatu strategi dapat mengubah perilaku.
Pengertian perilaku tidak lain segala sesuatu yang dilakukan seseorang seperti
berfikir, emosi, berbicara, bertindak, berjalan, dan lain sebagainya.
Tingkah laku merupakan susunan dari kegiatan, perbuatan, dan
gerakan-gerakan yang jelas dari individu yang dapat diukur dan diamati.
Dalam hal ini suatu tingkah laku merupakan sesuatu yang dapat dilihat dan
diukur frekuensi terjadinya, intensitasnya atau lamanya.
Berlo (1960) menyatakan bahwa perilaku komunikasi seseorang akan
menjadi kebiasaan perilakunya. Perilaku seseorang terbentuk karena adanya
stimulus yang sering menimpanya dan respon terhadap stimulus baik secara
verbal maupun non verbal. Sementara itu menurut kamus komunikasi, istilah
perilaku komunikasi (Communication Behaviour) berarti tindakan atau
kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses
komunikasi (Effendy, 1989).
40
Perilaku komunikasi merupakan suatu proses dua arah, dimana
seseorang yang terlibat di dalamnya berusaha menciptakan dan
menyampaikan informasi kepada penerima. Dalam hal ini sumber dan
penerima harus memformulasikan, menyampaikan serta menanggapi pesan
tersebut secara jelas, lengkap, dan benar. Dengan demikian perilaku
komunikasi tidak lain dari bagaiman cara melakukan komunikasi dan sejauh
mana hasil yang mungkin diperoleh dengan cara tersebut.
Perilaku Komunikasi Menurut Pandangan Littlejohn:
1. Komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara sengaja diarahkan
kepada orang lain dan diterima oleh mereka.
2. Komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi
penerima, apakah di sengaja ataupun tidak.
3. Komunikasi harus mencakup pesan-pesan yang dikirimkan secara sengaja,
namun sengaja ini sulit untuk ditentukan.
Perilaku dalam komunikasi dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
agresif, pasif, dan asertif.
1. Agresif, merupakan perilaku dimana seseorang akan mempertahankan
sikap dan pendapat, tanpa mempedulikan orang lain, dan menginginkan
hasil akhirnya sebagai pemenang dari komunikasi yang terjadi.
2. Pasif, merupakan perilaku atau sikap menghindari konflik dengan lawan
bicara, demi menjaga suasana damai dan tenang.
41
3. Asertif, merupakan salah satu tabiat atau perilaku manusia efektif. Perilaku
asertif adalah contoh komunikasi efektif yang berguna dalam
pengembangan diri dan profesi.
Perilaku komunikasi adalah sikap hubungan kontak antar manusia,
baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau
tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Setiap orang yang
hidup dalam masyarakat sejak bangun tidur hingga tidur lagi, secara kodrati
senantiasa terlibat dalam komunikasi. Bahkan sejak manusia dilahirkan sudah
berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada
saat dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah
konsekuensi hubungan sosial (social relations). Masyarakat paling sedikit
terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang
menimbulkan interaksi social (social interaction). Terjadinya interaksi
disebabkan interkomunikasi (Widjaja, 2000).
2.1.7 Pengertian Siswa/Siswi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, siswa/ siswi merupakan
istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Siswa
atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua
orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah,
dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan,
berketerampilan, berpengalaman, berkepribadian, dan mandiri.
Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia
42
yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu
komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara
lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif.
1. Pendekatan sosial, siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan
untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota
masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya,
dan masyarakat yang lebih luas. siswa perlu disiapkan agar pada waktunya
mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat
menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai
dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat
sekolah. Dalam konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan rekan
sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah.
Dalam situasi inilah nilai-nilai social yang terbaik dapat ditanamkan secara
bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.
2. Pendekatan Psikologis, siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh
dan berkembang. siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti:
bakat, minat, kebutuhan, social-emosional-personal, dan kemampuan
jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan
secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan
menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang,
yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi.
Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan
43
intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan satu
dengan lainnya.
3. Pendekatan edukatif, pendekatan pendidikan menempatkan siswa sebagai
unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem
pendidikan menyeluruh dan terpadu.
Pengertian siswa menurut Wikipedia, Siswa adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
2.2 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas, maka
teori yang tepat untuk membedah inti permasalahan yaitu teori interaksi
simbolik. Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol
dan interaksi. Banyak ahli dibelakang perspektif ini yang mengatakan bahwa
individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka
mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah
dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.
Sementara itu, menurut George Herbert Mead (dalam Sobur,
2003:203) menyatakan interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang
kerangka referensi (frame of reference) untuk memahami bagaimana
manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan
bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia. Interaksi simbolik ada
karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran
44
manusia (mind) mengenai diri (self), dan hubungannya di tengah interaksi
sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di
tengah masyarakat (society) dimana individu tersebut menetap. Makna ini
berasal dari interaksi dan tidak cara lain untuk membentuk makna, selain
dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.
Menurut model interaksi simbolik, orang-orang sebagai peserta
komunikasi bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan
perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Dalam konteks ini, Blumer
mengemukakan tiga premis yang menjadi dasar model ini yang diyakini oleh
Mead (dalam Mulyana, 2003: 172-173) dikarenakan individu terus berubah,
maka masyarakat pun berubah melalui proses interaksi. Adapun ketiga premis
yang dimaksud antara lain: (1) Manusia bertindak berdasarkan makna yang
diberikan individu terhadap lingkungan fisik; (2) Makna berhubungan
langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan individu dengan lingkungan
sosialnya; (3) Makna diciptakan, dipertahankan, diubah lewat proses
penafsiran yang dilakukan individu dalam berhubungan dengan lingkungan
sosialnya.
Untuk mengetahui uraian di atas, sekiranya dapat dilihat pada bagan
kerangka pemikiran berikut:
45
BAGAN 2.1
KERANGKA PEMIKIRAN
Bagan Kerangka Pikir di atas telah dimodifikasi oleh penulis, 2014.
Peran Kelompok Rujukan “Significant Others” Dalam
Perilaku Komunikasi Siswa Di Kabupaten Konawe Selatan
Teori Interaksi Simbolik George Herbert
Mead (Stephen W. Littlejohn 2009: 461)
- Mind
- Self
- Society
Keluarga Sahabat Kelompok Belajar
- Simbol Komunikasi
- Perilaku Komunikasi
- Makna Komunikasi
46
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Konawe Selatan
Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. Penentuan lokasi ini
didasarkan karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit di
kabupaten Konawe Selatan memiliki jumlah yang cukup banyak dan siswa-
siswi dengan latar belakang budaya dan sosial serta perilaku yang berbeda.
Selain itu letaknya yang mudah dijangkau dengan transportasi umum,
sehingga memudahkan penulis dalam proses pengambilan data.
3.2 Subjek dan Informan Penelitian
3.2.1 Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Negeri 2
Konawe Selatan. Adapun jumlah keseluruhan siswa-siswi tersebut adalah 679
orang, dimana data ini adalah jumlah siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe
Selatan pada tahun 2013.
3.2.2 Informan
Informan dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi kelas X dan XI,
jumlah informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebanyak 12 orang
yang terdiri dari:
47
1. Siswa-siswi berprestasi : 4 orang
2. Siswa-siswi yang mengikuti organisasi sekolah : 4 orang
3. Siswa-siswi yang mengikuti kelompok belajar : 4 orang
Jumlah : 12 orang
3.3 Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan dilakukan dengan cara purposive sampling
(secara sengaja). Yaitu informan dilakukan berdasarkan tujuan dan kebutuhan
peneliti, dengan pertimbangan bahwa informan mampu memberikan
keterangan terhadap permasalahan yang diteliti.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah:
1. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan
informan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan
terlebih dahulu.
2. Data kuantitatif, yaitu data yang berdasarkan pada angka-angka atau
jumlah yang diperoleh melalui informasi tertulis baik data-data yang ada di
sekolah maupun hasil observasi yang ada hubungannya dengan objek
penelitian.
48
3.4.2 Sumber Data
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pengumpulan data berupa
dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara
langsung pada objek penelitian atau lokasi untuk melihat langsung
kenyataan yang ada di tempat penelitian.
2. Wawancara, yaitu untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai
objek yang diteliti dengan mengadakan tanya jawab langsung pada
responden, dengan menggunakan pedoman wawancara.
3. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data dari dokumen-dokumen
yang ada dan relevan dengan masalah yang diteliti.
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan analisa deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan secara jelas
data-data yang telah diperoleh di lapangan penelitian baik data primer
maupun sekunder, yang telah dikumpulkan dan diolah, serta menjelaskan
tentang peran kelompok rujukan ―significant others‖ dalam perilaku
komunikasi siswa di kabupaten Konawe Selatan.
49
3.7 Desain Operasional Penelitian
Desain penelitian yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Unit Analisis Kerangka Analisis
Teknik
Pengambilan
Data
Peran Kelompok rujukan
―significant others‖
Dalam Perilaku
Komunikasi Siswa
a. Peran
Keluarga
b. Peran
Kelompok
belajar
c. Peran
Sahabat
Menganalisis:
1. Simbol komunikasi
2. Perilaku komunikasi
3. Makna komunikasi
Menganalisis:
1. Simbol komunikasi
2. Perilaku komunikasi
3. Makna komunikasi
Menganalisis:
1. Simbol komunikasi
2. Perilaku komunikasi
3. Makna komunikasi
Wawancara
Observasi
Studi Pustaka
Wawancara
Observasi
Studi Pustaka
Wawancara
Observasi
Studi Pustaka
50
3.8 Konseptualisasi
Untuk memperjelas fokus penelitian ini maka dikemukakan
beberapa pengertian yakni:
4. Komunikasi yaitu kegiatan yang melibatkan komponen komunikator,
pesan, saluran dan komunikan dengan komponen yang terjadi di dalam
kelompok sosial remaja.
5. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar.
6. Kelompok rujukan merupakan sekelompok orang yang secara nyata
mempengaruhi perilaku seorang secara langsung atau tidak langsung.
7. Keluarga adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah.
8. Sahabat adalah seseorang yang menyukaimu, seseorang dengan siapa kau
dapat menjadi diri sendiri, menghargai kebaikan-kebaikanmu, tidak
keberatan dengan kekuranganmu, dan melihat kelebihan-kelebihan dalam
dirimu.
9. Perilaku komunikasi merupakan perubahan sikap serta pendapat sebagai
akibat dari informasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain
berupa pesan-pesan yang mengandung arti dan makna.
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1.1. Sejarah SMA Negeri 2 Konawe Selatan
SMA Negeri 2 Konawe Selatan terletak di Desa Ambaipua
Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi
Tenggara, tepatnya di jalan Wolter Monginsidi. Gedung SMA Negeri 2
Konawe Selatan dibangun di atas area 40.000 m².
Visi yang diemban oleh SMA Negeri 2 Konawe Selatan adalah
―Terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi,
mampu berkompetensi sebagai keunggulan mutu berdasarkan iman dan
takwa‖. Sedangkan Misinya adalah: (1) Melaksanakan pembelajaran dan
pembimbingan secara efektif sehingga setiap siswa dapat berkembang
secara optimal sesuai potensi yang dimiliki; (2) Mendorong dan
membantu setiap siswa untuk mengenal potensi dirinya sehingga dapat
dikembangkan lebih optimal; (3) Menerapkan manajemen partisipatif
dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan peran serta komite
sekolah; (4) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensip kepada
seluruh warga sekolah; (5) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran
agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber
dalam bertindak.
52
SMA Negeri 2 Konawe Selatan sejak awal terbentuknya hingga
sekarang telah mengalami 8 kali pergantian pimpinan atau yang disebut
kepala sekolah. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Nama Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Konawe Selatan Sejak
Berdirinya
No. Nama Kepala Sekolah Masa Tugas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Drs. Gidion Lario
Drs. La Ora
Drs. Masri
Drs. Rustam Silondae
Drs. Abdul Samad
Drs. I Nyoman Alit Nuarta
Drs. Agustam
Drs. Mudila, M. Si, M.Pd
1983-1988
1988-1995
1995-2000
2000-2004
2004-2007
2007-2011
2011-2014
2014-sekarang
Sumber: Arsip SMA Negeri 2 Konawe Selatan, September 2014
Dari tahun ke tahun SMA Negeri 2 Konawe Selatan mengalami
perubahan dan perkembangan baik secara fisik maupun non fisik. Hal ini
dapat dilihat jumlah pendaftar yang ada pada setiap tahun ajaran sangat
banyak sedangkan permintaan sangat terbatas, sehingga sekolah ini
memberlakukan standar tertentu berdasarkan Nilai Ebtanas Murni (NEM)
untuk menjaring siswa-siswi yang berkualitas sekaligus membatasi
jumlah pendaftar.
53
Keadaan guru dan pegawai tata usaha, sarana dan prasarana, serta
siswa-siswi di SMA Negeri 2 Konawe Selatan Tahun ajaran 2013/2014
adalah sebagai berikut:
4.1.1.2. Keadaan guru dan staf tata usaha
Berdasarkan data yang ada pada bagian wakasek kehumasan SMA
Negeri 2 Konawe Selatan, pada Tahun Ajaran 2013/2014, jumlah guru
dan staf tata usaha adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Keadaan Guru SMA Negeri 2 Konawe Selatan
No. Jabatan Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
1.
2.
3.
4.
Guru tetap
Guru tidak tetap
Tenaga usaha tetap
Tenaga usaha tidak tetap
18 orang
2 orang
1 orang
3 orang
17 orang
3 orang
4 orang
0
Jumlah 24 orang 24 orang
Sumber: Arsip SMA Negeri 2 Konawe Selatan, September 2014
Data tabel tersebut menunjukkan bahwa SMA Negeri 2 Konawe
Selatan memiliki tenaga guru tetap dengan jumlah 35 orang yang terdiri
dari 18 orang laki- laki dan 17 orang perempuan, dengan tenaga guru
tidak tetap berjumlah 5 orang yang terdiri dari 2 orang laki- laki dan 3
orang perempuan. Adapun tenaga usaha tetap berjumlah 5 orang yang
54
terdiri dari 1 orang laki- laki dan 4 orang perempuan, dengan tenaga
usaha tidak tetap sebanyak 3 orang laki- laki.
4.1.1.3. Keadaan siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan
Berikut dibawah ini data keadaan siswa-siswi SMA Negeri 2
Konawe Selatan berdasarkan tahun ajaran 2013/2014:
Tabel 4.3
Jumlah Siswa-Siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan
Tahun Ajaran 2013/2014
No. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
X (Sepuluh) IPA
X (Sepuluh) IPS
XI (Sebelas) IPA
XI (Sebelas) IPS
XII (Dua Belas) IPA
XII (Dua Belas) IPS
51
59
51
58
48
42
81
62
72
37
101
17
132
121
123
95
149
59
Jumlah 679
Sumber: Arsip SMA Negeri 2 Konawe Selatan, September 2014
Pada tahun ajaran 2013/2014 jumlah siswa-siswi yang tercatat pada
sekolah ini berjumlah 679 siswa dengan penjabaran sebagai berikut:
kelas X berjumlah 253, kelas XI berjumlah 218, dan kelas XII berjumlah
208. Kriteria penjurusan dijabarkan sesuai dengan bakat dan kemampuan
yang dimiliki siswa-siswi dengan berdasarkan hasil belajar dan
kreativitas yang dicapai.
55
4.1.1.4. Sarana dan prasarana SMA Negeri 2 Konawe Selatan
Berdasarkan perencanaan yang ditetapkan menunjukkan bahwa
sarana dan prasarana yang ada pada SMA Negeri 2 Konawe Selatan
cukup memadai sekaligus dapat menunjang kegiatan minat kreativitas
belajar dan bakat siswa. Hal ini dapat dilihat dengan tersedianya sarana
olahraga yang bernaung pada organisasi siswa (OSIS).
Adapun sarana utama yang mampu menjadi fasilitas pendukung
kegiatan belajar siswa selain ruang belajar terdapat perpustakaan sebagai
taman baca dengan koleksi buku-buku yang cukup memungkinkan siswa
mencari literatur, laboratorium IPA dengan peralatan standar seko lah
menengah atas, ruang laboratorium komputer dilengkapi dengan
peralatan standar internet sebagai pengenalan terhadap teknologi
informasi. Disamping itu terdapat fasilitas pendukung seperti Mushollah
sebagai wadah pembinaan rohani siswa, kantin sekolah, ruang UKS (Unit
Kegiatan Siswa) yang semuanya berada dalam lingkungan sekolah.
Untuk lebih jelasnya sarana prasarana dimaksud dapat dilihat pada tabel
berikut:
56
Tabel 4.4
Sarana Prasarana SMA Negeri 2 Konawe Selatan
No. Jenis Sarana Jumlah (Buah)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Ruang kelas
Ruang Kepala Sekolah
Ruang Wakasek
Ruang Komite Sekolah
Ruang Tata Usaha
Ruang Keguruan
Ruang Aullah
Ruang BK/BP
Ruang UKS
Ruang Laboratorium Komputer
Ruang Laboratorium IPA
Ruang Perpustakaan
Ruang OSIS
Lapangan Basket
Lapangan Volli
Mushollah
WC. Kepala Sekolah
WC. Guru/Pegawai
WC. Siswa
Kantin Sekolah
22
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
6
2
Sumber: Arsip SMA Negeri 2 Konawe Selatan, September 2014
57
Data tabel tersebut memberikan penjelasan bahwa sarana dan
prasarana penunjang yang dimiliki telah layak digunakan dalam proses
pembelajaran. Namun demikian, pengadaan ataupun perawatan sarana
dan prasarana yang telah ada masih perlu dilakukan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas sehingga dapat benar-benar mewujudkan visi dan
misi lembaga ke depan.
4.1.1.5. Karakteristik Informan
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai informan penelitian ini,
dapat dilihat melalui karakteristik informan berdasarkan prestasi,
organisasi sekolah, dan kelompok belajar diantaranya:
1. Profil Informan Berdasarkan Prestasi Siswa-Siswi
Untuk memperoleh hasil yang akurat, maka peneliti
memberikan daftar wawancara kepada informan. Dimana prestasi
informan dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Ni Kadek Dwi Hariyani, usia 17 tahun, berjenis kelamin
perempuan. Dia adalah siswi kelas XI IPA 1. Anak ke 2 dari 4
bersaudara ini merupakan salah seorang siswi yang meraih Juara
Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten.
2. Natasya Sisilia Pagala, usia 16 tahun berjenis kelamin perempuan.
Dia merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Sekarang ini dia
duduk di bangku kelas X IPA 2 dan meraih Juara Olimpiade
Bahasa Inggris Antar Sekolah.
58
3. Anggar Tri Sakti, usia 16 tahun berjenis kelamin laki- laki adalah
siswa yang meraih Juara Olahraga Lari Antar Sekolah. Anak ke 2
dari 3 bersaudara ini duduk di kelas X IPS 1.
4. Rani, usia 16 tahun, berjenis kelamin perempuan. Dia merupakan
anak tunggal dalam keluarganya. Di sekolah dia meraih juara
olimpiade matematika antar kelas. Sekarang ini dia duduk di
bangku kelas X IPA 2.
2. Profil Informan Berdasarkan Organisasi Sekolah
Karakteristik informan yang mengikuti organisasi sekolah
dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Intan Sasmita berjenis kelamin perempuan adalah siswi kelas XI
IPA 2 yang berperan sebagai Ketua OSIS di sekolah. Siswi yang
berusia 17 tahun ini merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.
2. Ilham Jaya, usia 17 tahun yang sekarang ini duduk di kelas X IPA
1 adalah siswa yang berperan sebagai Ketua Pramuka.
3. Rikha Fitria Rusmin berjenis kelamin perempuan adalah siswa
yang berperan sebagai Ketua PMR. Dia merupakan putra tunggal
dalam keluarganya.
4. Amran Rani berjenis kelamin laki- laki adalah siswa yang
berperan sebagai Ketua Organisasi Musholah Sekolah. Dia
merupakan siswa kelas X IPS 1.
59
3. Profil Informan Berdasarkan Kelompok Belajar
Karakteristik informan berdasarkan kelompok belajar dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Haerodes Eka Putra Tambunan berjenis kelamin laki- laki adalah
siswa yang berperan sebagai Ketua Kelompok IPA 1. Putra ke 3
dari 4 bersaudara ini adalah siswa kelas XI IPA 1 .
2. Made Yoga Hapsara kelamin laki- laki adalah siswa yang berperan
sebagai Ketua Kelompok IPA 2.
3. Vita Ashari jenis kelamin perempuan adalah siswa yang
berperan Ketua Kelompok IPS 1. Dia merupakan putri tunggal
dalam keluarganya, sekarang ini dia duduk di kelas X1 IPS 1.
4. Nurhaidah Muktahara jenis kelamin perempuan adalah siswa
yang berperan Ketua Kelompok IPS 2.
4.1.2. Peran kelompok rujukan “significant others” dalam perilaku
komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe Selatan
Manusia diciptakan sebagai mahluk individu dan juga mahluk social.
Sebagai mahluk sosial, manusia memiliki dorongan keinginan untuk saling
berhubungan dengan individu lainnya. Dorongan sosial tersebut mengharuskan
setiap individu untuk mampu berkomunikasi dengan orang lain. Manusia selalu
berkeinginan untuk berbicara, berbagi pengalaman, dan bekerja sama dengan
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Karakteristik kehidupan sosial yang
dimiliki manusia mewajibkan setiap individu untuk membangun sebuah relasi
dengan yang lain, sehingga terjalin sebuah ikatan persahabatan yang bersifat
timbal balik dan saling mempengaruhi.
60
Penelitian ini fokus pada peran kelompok rujukan ―significant others‖
dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan, yang
menyangkut beberapa hal diantaranya :
4.1.2.1. Peran keluarga sebagai kelompok rujukan “significant others”
dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan
Di semua kehidupan masyarakat, hampir semua orang hidup terikat
dalam jaringan kewajiban dan hak keluarga yang disebut hubungan pe ran (role
relation). Seseorang disadarkan akan adanya hubungan peran tersebut karena
proses sosialisasi yang sudah berlangsung sejak masa kanak-kanak, yaitu suatu
proses di mana ia mengetahui apa yang dikehendaki oleh anggota keluarga lain
yang akhirnya menimbulkan kesadaran tentang kebenaran yang dikehendaki.
Berdasarkan hasil penelitian pada SMA Negeri 2 Konawe Selatan bagi
siswa-siswi anggota keluarga merupakan bagian dari suatu sistem, dalam hal ini
antara satu individu dengan individu lain terdapat satu keterkaitan, saling
berhubungan, saling memerlukan dan saling melengkapi. Orangtua dan anak
merupakan satu ikatan keluarga yang tidak dapat dipisahkan dan bersifat abadi.
Keluarga memiliki hubungan yang cenderung intim antar anggotanya.
Tidak hanya hubungan ikatan darah, keluarga juga memiliki bentuk komunikasi
antar pribadi yang berperan penting dalam proses perkembangan kehidupan
anggota didalamnya, misalnya peranan komunikasi antar pribadi dalam
perkembangan anak remaja yang dinilai membutuhkan banyak perhatian dari
semua anggota keluarga. Komunikasi adalah suatu proses. Segala hal dalam
komunikasi selalu berubah, misalnya partisipan komunikasi dan lingkungan.
61
Di dalam keluarga, komunikasi melalui proses yang terjadi terus menerus,
misalnya antar anggota keluarga yang baru bangun tidur sudah mulai saling
berkomunikasi mengenai berbagai macam topik. Komunikasi akan berlangsung
terus menerus antar anggota keluarga.
Dalam penelitian ini Peran Keluarga sebagai kelompok rujukan
―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe
Selatan akan membahas hal-hal yang menyangkut :
1. Simbol Komunikasi Dalam Keluarga
Komunikasi merupakan salah satu aktifitas yang sangat
fundamental dalam kehidupan umat manusia. Semua perilaku manusia
disertai dengan simbol-simbol sebagai media berkomunikasi sebagai
bentuk interaksinya. Penggunaan simbol ini dalam komunikasi dikaji
dalam komunikasi nonverbal. Simbol merupakan salah satu inti bentuk
komunikasi yang dapat terlihat dari sebuah interaksi dalam lingkungan
keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan didapatkan bahwa s imbol
komunikasi dalam keluarga sangat beragam dan memiliki fungsi yang
berbeda-beda, simbol komunikasi dalam keluarga dijadikan rujukan bagi
siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan dalam melakukan interaksi
komunikasi dengan lingkungannya.
Salah satu simbol komunikasi yang biasa digunakan oleh siswa
dapat dilihat pada gambar berikut.
62
Gambar 4.1. Simbol komunikasi dalam keluarga
Gambar 4.1 merupakan salah satu gambar yang memperlihatkan
salah satu simbol komunikasi dalam keluarga dan peranan keluarga
sebagai rujukan.
Peran Keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant others‖
dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan.
Menurut Ni Kadek Dwi Hariyani, berjenis kelamin perempuan adalah
siswa yang meraih Juara Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten
menyangkut simbol komunikasi dalam keluarga yang dijadikan sebagai
rujukan dalam berperilaku bahwa:
―Kalau menurut saya sebagai seorang siswa peran keluarga itu
sangat penting, dalam keluarga banyak pelajaran penting yang kita dapat termasuk dalam membentuk perilaku kita, kalau dirumah saya semua anggota keluarga berkomunikasi secara baik, ibu
maupun ayah saya selalu mengingatkan untuk berbuat hal-hal yang baik bagi orang lain, biasanya dengan simbol dalam penggunaan
pakaian, dirumah saya selalu diarahkan untuk menggunakan pakaian yang baik dan sopan, selain itu saya selalu bersalaman kepada orang tua saya sebelum berangkat ke sekolah‖.
(Wawancara, 17 September 2014)
63
Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa simbol
komunikasi dalam keluarga yang bisa dijadikan rujukan dalam
pembentukan perilaku siswa adalah dalam hal berpakaian yang diarahkan
untuk selalu menggunakan pakaian yang rapi dan sopan, serta bersalaman
sebelum berangkat ke sekolah. Selanjutnya menurut Natasya Sisilia
Pagala berjenis kelamin perempuan adalah siswa yang meraih Juara
Olimpiade Bahasa Inggris Antar Sekolah bahwa:
―Iya dalam keluarga saya juga selalu mengajarkan dan mengarahkan untuk berbuat tidak merugikan orang disekitar kita
kalau disekolah saya menjadi cukup lebih baik karena ada pesan yang saya bawa dari keluarga yaitu tadi tetap berbuat baik, kalau tentang simbol komunikasi saya di ajarkan untuk tetap
menggunakan perlakuan-perlakuan dalam penggunaan kata-kata yang baik yang telah saya dapatkan dari keluarga saya‖.
(Wawancara, 17 September 2014)
Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa
menyangkut peran keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant
others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan
adalah sangat bernilai bagi pembentukan perilaku mereka.
Komunikasi orang tua-anak adalah dimana orang tua dan anak
saling mengkomunikasikan keinginan dan harapan masing-masing
terhadap masa depan anak-anak mereka. Komunikasi antara orang tua dan
anak ini juga merupakan bagian dari komunikasi keluarga yang juga
didefinisikan sebagai pertukaran pesan yang mempunyai tujuan, yang
disengaja dan memiliki pemahaman bersama diantara individu- individu
dalam keluarga. Dalam hal ini komunikasi anak dengan orang tua
64
tercermin dari sikap perilaku yang anak tunjukkan kepada lingkungan
disekitarnya.
2. Perilaku Komunikasi Dalam Keluarga
Komunikasi orang tua-anak adalah dimana orang tua dan anak
saling mengkomunikasikan keinginan dan harapan masing-masing
terhadap masa depan anak-anak mereka. Komunikasi antara orang tua dan
anak ini juga merupakan bagian dari komunikasi keluarga yang juga
didefinisikan sebagai pertukaran pesan yang mempunyai tujuan yang
disengaja dan memiliki pemahaman bersama di antara individu- individu
dalam keluarga. Dalam hal ini komunikasi anak dengan orang tua
tercermin dalam sikap perilaku yang anak tunjukkan kepada lingkungan di
sekitarnya.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan, didapatkan
bahwa para siswa menyadari tentang perilaku komunikasi yang baik dari
keluarga bisa dijadikan rujukan dalam berperilaku yang baik pula di
sekolah.
Salah satu bentuk perilaku komunikasi siswa dalam keluarga dapat
dilihat pada gambar berikut:
65
Gambar 4.2. Perilaku komunikasi dalam keluarga
Gambar 4.2 merupakan salah satu gambar yang memperlihatkan
salah satu perilaku komunikasi dalam keluarga dan peranan keluarga
sebagai rujukan.
Sebagai pelaku komunikasi siswa harus memahami bahwa hal-hal
yang orang tua ajarkan kepada anak-anaknya itu merupakan suatu cara
agar anak-anak bisa membentuk sikap yang positif ketika akan berbaur
dengan masyarakat termasuk dilingkungan sekolah. Dengan memahami
semuanya ini para siswa akan lebih menyadari betapa komunikasi dalam
berinteraksi dengan keluarga itu sangat penting.
Menyangkut peran Keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant
others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan
untuk perilaku yang didapat dari keluarga, menurut Anggar Tri Sakti
berjenis kelamin laki- laki adalah siswa yang meraih Juara Olahraga Lari
Antar Sekolah bahwa:
―Kalau tentang perilaku saya dalam keluarga cukup memberikan manfaat, apa yang saya dapat dan peroleh dari keluarga
menyangkut perilaku yang baik, biasanya disekolah juga saya
66
seperti itu mencoba selalu bersikap baik dan tidak merugikan orang
lain. Keluarga memang sangat memberi peran dalam membentuk prilaku saya, keluarga adalah nomor satu yang memberikan segi positif dalam berperilaku saya,dan bisa saya jadikan rujukan
didalam bergaul dalam sekolah‖. (Wawancara, 17 September 2014)
Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa
menyangkut peran Keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant
others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan
adalah menjadi rujukan yang sangat baik dan positif bagi siswa-siswi
dalam pergaulan disekolah. Selanjutnya menurut Intan Sasmita berjenis
kelamin perempuan adalah siswa yang berperan sebagai Ketua OSIS
bahwa:
―Saya sebagai ketua organisasi sekolah disini selalu harus menjadi
contoh yang baik bagi orang atau siswa lain. Saya berbuat dan berperilaku cukup baik karena saya memiliki rujukan yakni keluarga, dalam keluarga saya selalu diajarkan bagaimana
berperilaku yang baik dilingkungan manapun, misalnya ketika berjalan di hadapan orang tua, saya selalu membungkukkan badan
sambil mengatakan kata “tabe” yang artinya permisi. Hal itu saya dapatkan pertama dari orang tua kemudian kakak-kakak saya, mereka sebagai keluarga saya senantiasa mengajarkan hal-hal yang
positif dan bisa saya jadikan rujukan dalam berperilaku sehari-hari baik di lingkungan luar dan terutama lagi di lingkungan sekolah‖.
(Wawancara, 17 September 2014)
Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa
menyangkut peran keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant
others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe
Selatan adalah keluarga merupakan rujukan pertama dalam membentuk
perilaku positif didalam lingkungan manapun termasuk dalam
lingkungan sekolah.
67
3. Makna Komunikasi Dalam Keluarga
Siswa-siswi di SMA Negeri 2 Konawe Selatan adalah juga
merupakan anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi
anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia
berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat
yang lebih luas. siswa perlu disiapkan agar pada waktunya mampu
melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri
dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan
keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam
konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-
guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi
inilah nilai-nilai social yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap
melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung melalui
komunikasi keluarga yang memang sangat penting.
Menyangkut peran komunikasi keluarga sebagai rujukan menurut
Ilham Jaya berjenis kelamin laki- laki adalah siswa yang berperan sebagai
Ketua Pramuka bahwa:
―Dalam keluarga saya selalu memberikan contoh bagi yang lain, orang tua saya adalah seorang guru jadi selalu saja memberikan
arahan arahan yang baik bagi kami anak-anaknya, komunikasi dalam keluarga saya berjalan sangat baik, banyak sekali manfaat yang saya dapatkan dan jadikan rujukan, keluarga bagi saya banyak
makna dari komunikasi yang saya dapatkan, makna komunikasi yang baik menurut saya dapat saya terapkan dan jadikan rujukan
untuk bertingkah laku dilingkungan sekolah ini‖. (Wawancara,17 September 2014)
68
Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa
menyangkut peran Keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant
others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan
adalah berasal dari komunikasi keluarga dan memiliki makna bagi mereka.
Selanjutnya menurut Rikha Fitria Rusmin berjenis kelamin perempuan
adalah siswa yang berperan sebagai Ketua PMR bahwa :
―Komunikasi dalam keluarga sangat memiliki banyak makna terutama bagi saya, saya setiap hari disekolah dengan teman-teman
sebaya saya, dengan adik kelas, dengan guru berupaya berbuat baik karena kita memang diharuskan, perbuatan atau perilaku yang baik
yang saya lakukan adalah semuanya berasal dari keluarga, yakni komunikasi yang kami lakukan di keluarga memberikan makna atau arti yang saya jadikan rujukan setiap hari‖. (Wawancara, 17
Septembar 2014)
Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa
menyangkut peran Keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant
others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe
Selatan adalah berasal dari komunikasi keluarga dan memiliki makna
bagi mereka.
4.1.2.2. Peran Kelompok Belajar sebagai kelompok rujukan “significant
others” dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe
Selatan
Kelompok merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama dan berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
kelompok dikenal juga system terminology tatap muka (face to face) yang
mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan
mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara
69
verbal maupun non verbal dari setiap anggotanya. Dengan demikian, makna tatap
muka tersebut berkaitan erat dengan adanya interaksi di antara semua anggota
kelompok. Komunikasi dalam kelompok belajar dilakukan dengan menggunakan
kata-kata yang dapat dimengerti oleh anggota kelompok tersebut.
Dalam penelitian ini Peran Kelompok Belajar sebagai kelompok rujukan
―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe
Selatan akan membahas hal-hal yang menyangkut :
1. Simbol Komunikasi Dalam Kelompok Belajar
Komunikasi yang dilakukan oleh siswa-siswi dalam kelompok
belajar adalah proses komunikasi simbolik dimana seluruh sikap dan
orientasi diri yang siswa-siswi tersebut tampilkan terhadap kelompok
belajar dengan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal.
Hasil observasi selanjutnya yang ditemukan oleh penulis adalah
kelompok belajar yang ada di SMA Negeri 2 Konawe Selatan memilki
siswa-siswi dengan suku yang berbeda, untuk itu dalam proses komunikasi
dalam kelompok belajar tersebut dibutuhkan penggunaan bahasa dan
perilaku yang sopan.
Menyangkut simbol komunikasi yang digunakan dalam kelompok
belajar sebagai rujukan dapat dilihat pada gambar berikut:
70
Gambar 4.3. Kelompok belajar di sekolah
Gambar 4.3 merupakan salah satu gambar yang memperlihatkan
salah satu simbol komunikasi dalam kelompok belajar dan peranan
kelompok belajar sebagai rujukan.
Menurut Haerodes Eka Putra Tambunan berjenis kelamin laki- laki
adalah siswa yang berperan sebagai Ketua Kelompok IPA 1 bahwa :
―Simbol komunikasi yang kami gunakan dalam kelompok kami adalah seperti, gerakan tubuh yang harus baik, penggunaan kata-
kata yang baik, bahasa yang baik dan penampilan yang baik, kalau semuanya baik maka otomatis anggota kelompok yang lain akan
menggunakan simbol komunikasi tersebut untuk dijadikan rujukan dalam berperilaku dengan lingkungannya termasuk disekolah, dan kami berupaya menggunakan simbol simbol tersebut untuk
dijadikan rujukan bagi siswa lain yang melihatnya agar pada diri kami terbentuk apa yang dinamakan perilaku positif‖. (Wawancara,
17 September 2014) Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa
menyangkut peran Keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant
others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan
pada penggunaan simbol simbol komunikasi adalah menggunakan gerakan
tubuh yang harus baik, penggunaan kata-kata yang baik, bahasa yang baik
dan penampilan yang baik.
71
Selanjutnya menurut Amran Rani berjenis kelamin laki- laki
adalah siswa yang berperan sebagai Ketua organisasi Musholah Sekolah
bahwa :
―Di sekolah kami memiliki kelompok-kelompok belajar, dalam kelompok tersebut tidak terlepas dari penggunaan simbol komunikasi, simbol-simbol yang kami gunakan adalah misalnya,
penggunaan kata yang baik, kelompok belajar kami jadikan rujukan dalam berperilaku, kelompok sangat mempengaruhi kami olehnya
itu kami berusaha mengunakan kata-kata yang merupakan simbol komunikai yang baik, kata-kata yang baik kami gunakan untuk menghargai anggota kelompok yang lain, dan dalam kelompok
belajar kami menggunakan bahasa Indonesia agar kelompok belajar kami bisa harmonis dan tidak menyinggung perasaan orang lain‖.
(Wawancara, 17 September 2014)
Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa simbol
komunikasi dalam kelompok dapat berupa kata- kata dan simbol tersebut
yang digunakan adalah simbol komunikasi yang bermanfaat dan tidak
merugikan orang lain untuk dijadikan rujukan dalam pembentukan
perilaku yang baik pula.
2. Perilaku Komunikasi Dalam Kelompok Belajar
Perilaku komunikasi manusia harus dipahami dari sudut pandang
subyek, dimana para anggota kelompok memiliki persepsi masing-masing
dalam menggunakan dan mengartikan maksud dan tujuan dalam
penggunaan simbol-simbol komunikasi sesuai dengan kepentingan
masing-masing anggota kelompok.
Menyangkut perilaku komunikasi yang digunakan dalam
kelompok belajar sebagai rujukan dapat dilihat pada gambar berikut:
72
Gambar 4.4. Kelompok belajar di rumah
Gambar 4.4 merupakan salah satu gambar yang memperlihatkan
salah satu perilaku komunikasi dalam kelompok belajar dan peranan
kelompok belajar sebagai rujukan.
Menurut Made Yoga Hapsara berjenis kelamin laki- laki adalah
siswa yang berperan sebagai Ketua Kelompok IPA 2 bahwa:
―Perilaku komunikasi dalam kelompok belajar yang kami punya
disekolah ini adalah menjadi contoh atau rujukan dalam berperilaku
komunikasi dimasyarakat terutama dilingkungan sekolah, saya
sebagai ketua kelompok IPA 2 selalu mengarahkan kepada teman-
teman untuk berperilaku yang baik dalam kelompok belajar baik di
sekolah maupun di rumah‖. (Wawancara, 17 September 2014)
Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa perilaku
komunikasi dalam kelompok belajar dapat dijadikan sebagai rujukan bagi
siswa siswi di SMA Negeri 2 Konawe Selatan dalam berperilaku yang
baik termasuk dilingkungan masyarakat yang sangat luas. Selanjutnya
menurut Vita Ashari jenis kelamin perempuan adalah siswa yang
berperan Ketua Kelompok IPS 1 bahwa :
―Di dalam kelompok belajar kami menjalin komunikasi dengan baik, anggota kelompok masing-masing memperlihatkan dan
memberikan bentuk komunikasi yang baik seperti perlakukan dan penggunaan kata-kata yang baik, kalau menurut saya kelompok
73
belajar yang saya punya bisa menjadi rujukan dalam berperilaku
yang baik, kelompok belajar saya jadikan sebagai rujukan karena sejauh ini kelompok belajar yang kami bentuk memberikan hal-hal yang positif terutama dalam membentuk perilaku yang baik dan
positif dimata semua orang‖. (Wawancara, 17 September 2014)
Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa perilaku
komunikasi dalam kelompok belajar dapat dijadikan sebagai rujukan bagi
siswa siswi di SMA negeri 2 Konawe Selatan dalam berperilaku yang
baik.
3. Makna Komunikasi Dalam Kelompok Belajar
Orang bergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikan
pada orang lain, benda, dan peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam
bahasa yang digunakan orang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain
maupun dengan dirinya sendiri. Bahasa atau penggunaan kata-kata yang
dipergunakan memungkinkan orang untuk berinteraksi dengan orang lain
dalam sebuah kelompok.
Untuk makna komunikasi dalam kelompok belajar menurut
Nurhaidah Muktahara jenis kelamin perempuan adalah siswa yang
berperan Ketua Kelompok IPS 2 bahwa :
―Komunikasi memiliki peran yang sangat banyak dalam keberhasilan kelompok belajar yang kami bangun, komunikasi
memberikan banyak makna, dari komunikasi kami bisa saling memahami satu sama lainnya antar anggota kelompok, perilaku yang baik juga kami bangun karena adanya komunikasi yang baik,
menurut saya makna komunikasi adalah memberikan rujukan kepada kami untuk berbuat yang lebih baik lagi dan berperiku
positif bagi orang lain‖. (Wawancara, 17 September 2014)
Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa
komunikasi memberikan banyak makna dalam kelompok belajar dapat
74
dijadikan sebagai rujukan bagi siswa siswi di SMA negeri 2 Konawe
Selatan dalam berperilaku yang baik. Selanjutnya menurut Ida Ramdani
Putri jenis kelamin perempuan adalah siswa yang berperan Ketua
Kelompok IPS 3 bahwa :
―Kami menggunakan komunikasi yang baik dalam kelompok
belajar, kelompok belajar dapat saya gunakan dan menjadi rujukan untuk berperilaku dengan orang lain. Hal hal yang positif dari
komunikasi kelompok yang saya ikuti dapat saya terapkan dilingkungan manapun termasuk di ruang kelas, dilingkungan sekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat pada umumnya‖.
(Wawancara, 17 September 2014)
Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa
komunikasi memberikan banyak makna dalam kelompok belajar dapat
dijadikan sebagai rujukan bagi siswa siswi di SMA negeri 2 Konawe
Selatan dalam berperilaku yang baik.
4.1.2.3. Peran Sahabat sebagai kelompok rujukan “significant others” dalam
perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe
Selatan
Hubungan persahabatan adalah hubungan yang terjalin di antara
orang-orang yang cenderung memiliki beberapa karakteristik yang sama.
Sahabat juga bisa menjadi salah satu orang yang penting dalam mengubah
perilaku. Keterbukaan yang terjadi di dalam lingkungan persahabatan juga
bisa membuat orang-orang ini akan mendorong dan mengiring tindakan,
mempengaruhi perilaku, pikiran dan membentuk pikiran.
Berdasarkan pengamatan langsung penulis, didapatkan bahwa
sahabat bagi para siswa di SMA Negeri 2 Konawe Selatan dijadikan juga
sebagai rujukan dalam kegiatan sehari-hari.
75
Berikut akan dipaparkan tentang simbol komunikasi yang
digunakan serta makna komunikasi dalam berperilaku yakni :
1. Simbol Komunikasi Yang Digunakan Dalam Bersahabat
Penggunaan simbol-simbol dalam artian penggunaan kata-kata
atau bahasa yang digunakan dalam berinteraksi dengan sahabat juga sangat
penting. Pemilihan bahasa yang tepat juga merupakan salah satu hal yang
perlu diperhatikan dalam berkomunikasi. Pemilihan kata-kata dan bahasa
yang salah juga bisa menimbulkan konflik dan kerenggangan dalam
bersahabat.
Berdasarkan observasi di lapangan didapatkan bahwa para siswa-
siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan masing-masing memiliki sahabat
sendiri. Sahabat bagi mereka adalah sekumpulan kawan yang terlibat dalam
kebersamaan, saling mendukung, dan memiliki keakraban. Salah satu
diantaranya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.5. Bentuk komunikasi dengan sahabat
76
Gambar 4.5 merupakan salah satu gambar yang memperlihatkan
salah satu simbol komunikasi dalam bersahabat dan peranan sahabat
sebagai rujukan.
Menurut Ni Kadek Dwi Hariyani, berjenis kelamin perempuan
adalah siswa yang meraih Juara Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten
bahwa :
―Simbol komunikasi yang biasanya saya gunakan dalam bersahabat adalah seperti simbol komunikasi yang digunakan orang lain pada
umumnya, kami menggunakan bahasa yang baik, perkataan yang sopan dan memperlihatkan perlakuan yang bermanfaat bagi orang
lain, misalnya ketika berjalan saya biasa menggandeng tangan sahabat saya, selain itu dalam bersahabat saya selalu mengutamakan sikap saling menghargai begitu juga sebaliknya
dengan sahabat saya, persahabatan yang kami jalin selama ini bisa menjadi rujukan atau patokan dalam hidup bermasyarakat,
termasuk juga dilingkungan sekolah‖. (Wawancara, 17 September 2014)
Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa
menyangkut peran sahabat sebagai kelompok rujukan ―significant others‖
dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe
Selatan juga dirasakan oleh para siswa. Selanjutnya menurut Natasya
Sisilia Pagala berjenis kelamin perempuan adalah siswa yang meraih
Juara Olimpiade Bahasa Inggris Antar Sekolah bahwa:
―Menurut saya sahabat sangat banyak memberikan manfaat, sahabat bisa dijadikan rujukan untuk melihat bagaimana cara kita seharusnya berperilaku, sahabat saya itu banyak memberikan juga
pelajaran dan pengalaman yang selama ini tidak saya dapatkan dari manapun, dengan sahabat kita bisa menjadi lebih terbuka dan
sebaliknya juga seperti itu, dan akhirnya biasa menjadi rujukan kita untuk berperilaku yang lebih baik lagi‖. (Wawancara, 17 September 2014)
77
Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa
menyangkut peran sahabat sebagai kelompok rujukan ―significant others‖
dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe
Selatan juga dirasakan oleh para siswa dalam berperilaku.
2. Perilaku Komunikasi Dalam Bersahabat
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode verbal
(bahasa) juga memakai kode non verbal. Kode non verbal bisa juga
disebut bahasa isyarat atau bahasa diam termasuk salah satunya
tindakan/perilaku (gerak tubuh). Komunikasi antar manusia juga
merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam, artinya manusia
dapat menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata ataupun
isyarat.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan didapatkan
bahwa perilaku komunikasi yang digunakan ketika bersama sahabat oleh
para siswa-siswi di SMA Negeri 2 Konawe Selatan sangat beragam.
Salah satu perilaku komunikasi siswa dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.6. Bentuk komunikasi dengan sahabat
78
Gambar 4.6 merupakan salah satu gambar yang memperlihatkan
salah satu perilaku komunikasi dalam bersahabat dan peranan sahabat
sebagai rujukan.
Menyangkut perilaku dalam bersahabat sehingga bisa menjadi
rujukan, menurut Anggar Tri Sakti berjenis kelamin laki- laki adalah siswa
yang meraih Juara Olahraga Lari Antar Sekolah bahwa :
―Sahabat bagi saya sudah seperti saudara sendiri, perilaku yang kami bangun dalam bersahabat adalah sikap yang saling
menghargai, tolong menolong atau saling membantu jika ada yang membutuhkan, sahabat bagi saya adalah orang yang bisa saya
jadikan sebagai rujukan dalam berperilaku‖. (Wawancara, 17 September 2014)
Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa
menyangkut peran sahabat sebagai kelompok rujukan ―significant others‖
dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan
membentuk nilai nilai yang positif dalam berperilaku. Selanjutnya
menurut Intan Sasmita berjenis kelamin perempuan adalah siswa yang
berperan sebagai Ketua OSIS:
―Di sekolah ini saya memiliki dua orang sahabat yang masing-masing juga adalah kelompok belajar saya, sahabat bagi saya juga bisa menjadi rujukan dalam berperilaku guna bisa hidup damai di
lingkungan manapun‖. (Wawancara, 17 September 2014)
Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa
menyangkut peran sahabat sebagai kelompok rujukan ―significant others‖
dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe
membentuk nilai nilai yang positif dalam berperilaku.
79
3. Makna Komunikasi Dalam Bersahabat
Pentingnya memahami peran dalam bersahabat dapat ditelusuri
dengan cara memberikan makna pada sebuah simbol dan perilaku
komunikasi.
Untuk makna komunikasi dalam bersahabat, menurut Ilham Jaya
berjenis kelamin laki- laki adalah siswa yang berperan sebagai Ketua
Pramuka bahwa:
―Dalam bersahabat komunikasi adalah hal yang sangat penting, keterbukaan yang ada karena adanya komunikasi yang baik. Bagi saya komunikasi yang diberikan oleh sahabat saya itu memberikan
banyak makna untuk dapat saya jadikan rujukan dalam berperilaku‖. (Wawancara, 17 September 2014)
Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa
menyangkut peran sahabat sebagai kelompok rujukan ―significant others‖
dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe
melalui komunikasi dapat memberikan banyak makna yang dapat
dijadikan rujukan untuk berperilaku.
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan didapatkan bahwa pada
siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan menyangkut makna
komunikasi yang terkandung dalam simbol dan perilaku komunikasi
siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan dengan keluarga, kelompok
belajar dan sahabat mereka sungguh sangat baik. Dalam penggunaan
bahasa/kata-kata yang siswa siswi lakukan ketika berbicara dengan
keluarga memberikan makna yang baik dengan pemilihan kata-kata yang
sopan, agar tidak ada ketersinggungan yang terjadi antara anggota
keluarga, kelompok belajar serta sahabat mereka. Makna yang terkandung
80
dari perilaku komunikasi yang dilihat dari segi pandangan mata, raut muka
dan sikap badan juga memberikan pengertian yang baik kepada lawan
bicaranya disesuaikan dengan konteks yang akan dilakukan dan
dibicarakan.
Dalam komunikasi penggunaan bahasa/kata-kata yang tersusun rapi
dan baik juga akan memberikan makna atau arti yang baik untuk penutur
dan lawan tutur. Sama halnya dengan makna dari perilaku komunikasi
penutur kepada lawan tuturnnya. Komunikasi inilah yang menjadikan
hubungan kita akrab, hangat dan menyenangkan. Bila kegagalan untuk
menimbulkan pengertian disebut kegagalan komunikasi primer, maka
gangguan hubungan manusiawi (hubungan menjadi tidak akrab) yang
timbul dari salah pengertian disebut dengan kegagalan dalam
berkomunikasi. Selain itu, jika kita sering melakukan komunikasi untuk
mempengaruhi orang lain. Hal ini juga ditujukan untuk melahirkan
tindakan yang dikehendaki. Menimbulkan tindakan nyata memang
indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan
tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian,
membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik.
81
4.2. Pembahasan
Peran kelompok rujukan “significant others” dalam perilaku
komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan
Interaksionisme simbolik mengasumsikan bahwa manusia
menggunakan simbol-simbol dalam komunikasi mereka. Simbol tersebut
diinterpretasikan oleh penerimanya, yang kemudian membuat arti yang
dihubungkan dengan kehidupan sosial. Apapun arti yang diberikan
seseorang terhadap suatu hal, itu merupakan hasil interaksi dengan orang
lain tentang obyek yang dibahas. Suatu obyek tidak memiliki arti bagi
seseorang yang jauh dari interaksi dari orang-orang lain.
Kaitannya dengan Peran kelompok rujukan ―significant others‖
dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe
Selatan adalah bahwa dalam kelompok rujukan tidak terlepas dar i
penggunaan simbol-simbol komunikasi. Adapun simbol-simbol komunikas i
yang digunakan berupa penggunaan kata/ bahasa yang baik, dan gerak
tubuh (gesture) yang mengacu pada setiap tindakan yang dapat memilik i
makna.
Interaksi simbolik ada karena ide- ide dasar dalam membentuk makna
yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan
hubungannya ditengah interaksi social, bertujuan akhir untuk memediasi,
serta menginteprestasikan makna ditengah masyarakat (Society) dimana
individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam
Ardianto (2007: 136), makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain
82
untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan
individu lain melalui interaksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari
siswa-siswi melakukan interaksi social baik dalam keluarga maupun dengan
kelompok. Orang-orang yang berada dalam keluarga ataupun dalam
kelompok ini disebut kelompok rujukan yang ikut membantu mengarahkan
dan menilai diri siswa. Dengan adanya kelompok ini, para siswa-siswi akan
meniru perilaku yang ada dalam kelompok rujukan. Jadi bisa dikatakan
kelompok rujukan juga ikut mengarahkan perilaku siswa-siswi SMA Negeri 2
Konawe Selatan. Adapun kelompok rujukan ini adalah orang-orang yang
berada di sekitar lingkungan siswa-siswi seperti keluarga, kelompok belajar,
dan sahabat.
4.2.1. Peran Keluarga
Manusia sebagai mahluk social dan juga mahluk komunikasi,
seringkali memiliki keinginan untuk menyatu dengan semuanya
serta alam lingkungan di sekitarnya dengan menggunakan pikiran,
naluri, perasaan, dan keinginan. Manusia bisa memberi reaksi dan
melakukan interaksi dengan lingkungannya sebagai proses dari
sebuah komunikasi. Manusia dalam menjalin hubungan sosialnya
dapat melalui berbagai bentuk interaksi social, salah satu interaksi
social tersebut adalah interaksi dengan menggunakan simbol sebagai
media pengantar pesan, dan pelengkap pesan. Komunikasi simbolik
ini merupakan landasan dari perilaku verbal yang diterapkan dalam
83
aktifitas lingkungan keluarga. Pentingnya memahami peran
komunikasi keluarga dapat ditelusuri dengan cara memberikan
makna pada sebuah simbol dan perilaku komunikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kelompok rujukan
―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2
di Kabupaten Konawe Selatan salah satunya adalah melalui peran
keluarga.
Bagi siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan keluarga
sebagai lingkungan pertama dan utama dimana siswa-siswi
berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya
disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua
berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga
juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar
kehidupan siswa-siswi berada di dalam lingkungan keluarga,
sehingga pendidikan yang paling banyak diterima adalah dalam
keluarga.
Kelompok rujukan dalam keluarga berperan karena di dalam
keluarga, komunikasi melalui proses yang terjadi terus-menerus,
misalnya antar anggota keluarga yang baru bangun tidur sudah
mulai saling berkomunikasi mengenai berbagai macam topik.
Komunikasi akan berlangsung terus menerus antar anggota keluarga.
Selain itu di lingkungan keluarga inilah karakter-karakter siswa-
siswi biasanya terbentuk menjadi karakter yang positif maupun
84
karakter yang negatif, hal tersebut dapat dilihat pada penggunaan
simbol-simbol komunikasi yang membentuk perilaku yang
bermakna bagi siswa.
4.2.2. Peran Kelompok Belajar
Mead menyebut gerak tubuh sebagai simbol signifikan.
Karena gerak tubuh (gesture) mengacu pada setiap tindakan yang
dapat memiliki makna. Biasanya, hal ini bersifat verbal juga non
verbal. Ketika ada makna yang dibagi, gerak tubuh menjadi nilai
dari simbol yang signifikan. Masyarakat ada karena ada simbol-
simbol yang signifikan. Secara harfiah kita dapat mendengar diri
kita sendiri dan meresponnya seperti yang orang lain lakukan pada
kita karena adanya kemampuan untuk menyuarakan simbol. Kita
dapat membayangkan seperti apa rasanya menerima pesan kita
sendiri dan kita dapat berempati dengan pendengar tersebut, secara
mental mengisi respon orang lain. Oleh karena itu, masyarakat
terdiri atas sebuah jaringan interaksi sosial dimana anggota–
anggotanya menempatkan makna bagi tindakan mereka dan
tindakan orang lain dengan menggunakan simbol-simbol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kelompok rujukan
―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2
di Kabupaten Konawe Selatan salah satunya adalah melalui peran
kelompok belajar.
85
Kelompok belajar bagi siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe
Selatan merupakan sekelompok siswa-siswi yang mempunyai tujuan
bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama, mengenal satu sama lain, dan memandang mereka sebagai
bagian dari kelompok tersebut dan tidak terpisahkan dengan
kegiatan komunikasi.
Dalam kegiatan kelompok belajar, para siswa-siswi SMA
Negeri 2 Konawe Selatan selalu menggunakan komunikasi yang
baik untuk berinteraksi antar anggota kelompok agar terjadi
keserasian dan mencegah konflik dalam lingkungan kelompok
belajar, yang mana konflik dalam kelompok belajar biasanya terjadi
akibat penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan. Dalam
hubungannya dengan komunikasi dalam kelompok belajar,
komunikasi yang terjadi tidak terlepas dari penggunaan simbol-
simbol komunikasi yang digunakan siswa-siswi SMA Negeri 2
Konawe Selatan seperti penggunaan bahasa yang mempunyai peran
yang sangat penting. Dalam hal ini berdasarkan hasil penelitian di
lapangan dan hasil wawancara dengan informan, menunujukkan
bahwa penggunaan bahasa yang baik dalam berkomunikasi dengan
sesama anggota kelompok belajar sangat perlu dilakukan untuk
menghindari konflik, karena terdapat beberapa suku dalam
kelompok belajar tersebut.
86
4.2.3. Peran Sahabat
Teori interaksi simbolik pada hubungan atara simbol dan
interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu
(Soeprapto. 2007). Banyak ahli dibelakang perspektf ini yang
mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam
konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek
yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya
dengan individu yang lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kelompok rujukan
―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2
di Kabupaten Konawe Selatan salah satunya adalah melalui peran
sahabat.
Sahabat bagi para siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan
merupakan seseorang yang terlibat dalam kebersamaan, saling
mendukung, dan memiliki keakraban. Hubungan persahabatan
adalah hubungan yang terjalin di antara orang-orang yang cenderung
memiliki beberapa karakteristik yang sama. Sahabat juga bisa
menjadi salah satu orang yang penting dalam mengubah perilaku.
Keterbukaan yang terjadi di dalam lingkungan persahabatan juga
bisa membuat orang-orang ini mendorong dan mengiring tindakan
para siswa-siswi, mempengaruhi perilaku, dan pikiran mereka.
Keakraban dalam berkomunikasi dengan sahabat bisa ditentukan
oleh ketepatan dalam pemilihan kata atau bahasa yang digunakan,
87
yang mana kata atau bahasa tersebut merupakan simbol yang
membentuk perilaku komunikasi dan memiliki makna komunikasi
untuk dijadikan rujukan bagi siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe
Selatan.
Hasil penelitian memberikan pemahaman bahwa kelompok
rujukan ―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa-siswi
SMA Negeri 2 Konawe Selatan menunjukkan bahwa 3 peran
kelompok rujukan siswa-siswi yang terdiri dari: (1) Keluarga; (2)
Kelompok belajar; dan (3) sahabat didominasi oleh peran sahabat
karena keterbukaan masing-masing siswa lebih menonjol jika
mereka memiliki derajat dan usia yang sama serta intensitas
pertemuan yang sangat sering.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Bentuk simbol komunikasi siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe
Selatan yang digunakan untuk berkomunikasi dengan keluarga, kelompok
belajar, dan sahabat adalah dengan menggunakan konteks verbal yakni
dengan menggunakan bahasa atau kata yang sopan dan mudah dimengerti
serta memberikan makna komunikasi yang baik. Adapun untuk peran
keluarga, kelompok belajar, dan sahabat sebagai kelompok rujukan
―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe
Selatan menggunakan simbol yang membentuk perilaku komunikasi dan
memiliki makna komunikasi untuk dijadikan rujukan bagi siswa SMA Negeri
2 Konawe Selatan.
5.2. Saran
1. Kepada para siswa agar dalam pergaulan sehari-hari baik di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan masyarakat tetap menggunakan rujukan
yang baik.
2. Kepada pihak sekolah agar dapat menciptakan suasana harmonis untuk
menghasilkan rujukan yang baik untuk para pelajarnya.
89
3. Kepada peneliti selanjutnya untuk mengkaji permasalahan menyangkut
bahwa peran kelompok rujukan ―significant others‖ dalam perilaku
komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe Selatan pada
metode yang lain dengan melihat aspek-aspek yang mempengaruhinya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Pustaka Buku
Bulaeng, Andi. 2002 . Teori Manajemen dan Riset Komunikasi. Narendra.
Jakarta.
----------- 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. PT Andi :
Yogyakarta.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Rajagrafindo
Pratama. Jakarta.
Cangara, Hafied, 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya
Bandung.
D. Lawrence Kincaid, dan Wilbur Schram, 2007 edisi Revisi komunikasi
antar Manusia LP3ES.
Effendy Onong Uchana, 2003,edisi revisi Ilmu Komunikasi dan Praktek, PT
Rajawali Press Jakarta.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi : Teori & Praktik. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Fisher.B.aubrey, 2003.edisi Revisi teori komunikasi suatu pengantar,Remaja
Rosda Karya Bandung.
Hidayat Dasrun,2012,. Komunikasi Antar Pribadi . PT. Graha Ilmu
Yogyakart.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi. Bandung: Widya padjajaran.
Littlejohn,W, Stephen. 2009. Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta: Salemba
Humanika.
Ludwig Suparmo,2011,Aspek Ilmu Komunikasi,PT Indeks,Jakarta Barat
Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
--------------------, 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
.........................., 2004. Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Rosda Karya.
........................., 2007. Ilmu komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Suprapto, Toomy. 2006. Pengantar Teori Komunikasi : PT. Media Pressindo,
Yogyakarta.
Ritzer dan Godman. 2004. Teori Sosiologi Modern Edisi 6. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
B. Pustaka Online
Admin. 2012. Pengertian Masyarakat. www.kumpulblogger.com.[12
agustus 2014].
Decyku. 2010. Definisi Masyarakat. www. WordPress.com. [15 Juli 2014].
http://wantysastro.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-komunikasi-verbal-
dan-nonverbal-beserta-contoh diakses,15 juli 2014
id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat diakses 27 januari 2014
adiprakosa.blogspot.com/2008/07/komunikasi-kelompok.html 18 Juli 2008
diakses 27 agustus 2014
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
Judul penelitian : Peran Kelompok Rujukan “Significant Others” Dalam
Perilaku Komunikasi Siswa
(Studi Komunikator di SMA Negeri 2 Konawe Selatan)
IDENTITAS INFORMAN
1. Nama Informan :
2. Tempat Tanggal lahir :
3. Agama :
4. Alamat :
5. Suku :
6. Siswa Kelas : (X) (XI)
PERTANYAAN
1. Siapa sajakah yang menjadi panutan anda dalam perilaku sehari-hari ?
2. Apakah arti keluarga bagi anda ?
3. Selain keluarga, apakah ada pihak lain yang menjadi panutan anda ?
4. Siapa saja mereka yang anda maksud ?
5. Menurut anda, apa arti pentingnya merka bagi anda ?
6. Hal apa saja yang perlu anda rujuk ?
7. Dalam ha apa saja rujukan itu penting bagi anda ?
8. Apakah anda sering berberbagi perngalaman, cerita, dan pandangan dengan
keluarga, sahabat, dan lain- lain?
9. Bagaimana cara anda menyampaikan anda rasakan, alami, termasuk yang
dilakukan
10. Apakah yang telah anda lakukan dengan keluarga, sahabat, dan lain—lain
menjadi pegangan dan pengacu hidup anda sehari-hari ?