Irmayanti (c1d1 10 048)

115
PERAN KELOMPOK RUJUKAN “SIGNIFICANT OTHERS” DALAM PERILAKU KOMUNIKASI SISWA (Studi Komunikator di SMA Negeri 2 Konawe Selatan) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo Disusun Oleh : IRMAYANTI C1D1 10 048 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2015

description

komunikasi

Transcript of Irmayanti (c1d1 10 048)

Page 1: Irmayanti (c1d1 10 048)

PERAN KELOMPOK RUJUKAN “SIGNIFICANT OTHERS”

DALAM PERILAKU KOMUNIKASI SISWA (Studi Komunikator di SMA Negeri 2 Konawe Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Halu Oleo

Disusun Oleh :

IRMAYANTI

C1D1 10 048

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

2015

Page 2: Irmayanti (c1d1 10 048)
Page 3: Irmayanti (c1d1 10 048)
Page 4: Irmayanti (c1d1 10 048)

iv

Page 5: Irmayanti (c1d1 10 048)

v

Page 6: Irmayanti (c1d1 10 048)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena

atas limpahan karunia berupa kesehatan dan kesempatan yang selalu

dicurahkan-NYA sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik. Tak lupa pula shalawat dan salam dikirimkan kepada manusia pilihan

Allah, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh kaum

muslimin yang senantiasa istiqamah dalam Islam sampai ajal menjemput.

Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) pada jurusan Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.

Melalui kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan ucapan

terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua yang sangat saya

cintai dan banggakan, Ayahanda Agus. M dan Ibunda Fatima yang telah

mengasuh, mendidik, dan membesarkan penulis tanpa kenal lelah dan

berharap pamrih hingga saat ini. Sesungguhnya setiap doa dan pengorbanan

mereka tak mungkin dapat terbalaskan dengan apapun di dunia ini. Semoga

Allah SWT selalu mencurahkan kasih sayang-NYA untuk mereka, AMIN.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga,

tetangga, dan semua pihak yang telah memberikan semangat, dorongan, dan

bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung selama studi penulis

hingga penyelesaian tugas akhir ini.

Page 7: Irmayanti (c1d1 10 048)

vii

Tanpa mengurangi rasa hormat dengan segala kerendahan hati

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S selaku Rektor Universitas Halu

Oleo Kendari.

2. Bapak Dr. Bahtiar, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Halu Oleo Kendari.

3. Bapak Masrul, S.Ag, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo Kendari.

4. Bapak Sumadi Dilla, S.Sos, M.Si, sebagai pembimbing I dan Ibu Sutiyana

Fachruddin, S.Sos, M.I.Kom sebagai pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, perhatian, kritik

dan saran yang berharga bagi penulis hingga menyelesaikan penulisan

tugas akhir ini.

5. Ibu Harnina Ridwan, S.IP, M.Si, Bapak La Tarifu, S.Pd, M.Si, dan Bapak

Joko, S.Sos, M.Si, selaku tim dosen penguji yang telah memberikan kritik

dan saran dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

6. Segenap Tim Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan

bekal ilmu pengetahuan, moril maupun nasehat yang berharga selama

berada di Universitas Halu Oleo.

7. Seluruh Staf Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Halu Oleo yang telah memberikan pengetahuan

dan layanan administrasi sampai penulis menyelesaikan studi.

Page 8: Irmayanti (c1d1 10 048)

viii

8. Bapak Drs. Mudila, M.Si, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2

Konawe Selatan yang telah memberikan kemudahan dalam proses

perizinan dan pengumpulan data/informasi hingga selesainya penelitian

ini.

9. Segenap Tim Guru dan Staf Tata Usaha SMA Negeri 2 Konawe Selatan

yang telah banyak membantu samapai tulisan ini selesai.

10. Para siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan yang telah bersedia

membantu penulis dengan memberikan keterangan terhadap hal yang

berkaitan dengan skripsi ini.

11. Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi khususnya angkatan 2010

genap/ganjil, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

12. Spesial terimakasih penulis kepada para sahabat: Trisye Indriyani,

S.I.Kom, Dewi Purnama Sari, Damayanti Deppasau, Wa Ode Mayanita,

dan Tri Riskayana, S.E yang selalu ada dalam suka dan duka.

13. Spesial terima kasih penulis juga kepada Abdul Sabri yang selalu

memberikan motivasi dan perhatian yang tak terbatas.

14. Untuk adik-adikku: Hairun, Ambrin, dan Tika, My Cousin (Nuning, Nani,

Ari, Paidin, Sul, dan Fitri) terima kasih dukungannya selama ini.

15. Almamaterku.

16. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan

terima kasih atas segala bantuan dan motivasinya semoga mendapat

balasan dari Allah SWT.

Page 9: Irmayanti (c1d1 10 048)

ix

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak

senantiasa diharapkan untuk bekal penulis kelak. Akhir kata, semoga tulisan

ini bermanfaat bagi pembangunan IPTEK dan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi bagi yang membutuhkan.

Kendari, Januari 2015

Penulis,

Irmayanti

Stb. C1D1 10 048

Page 10: Irmayanti (c1d1 10 048)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... iv

ABSTRAK........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR....................................................................................... vi

DAFTAR ISI....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN............................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................ 3

1.3.1 Tujuan Penelitian......................................................... 3

1.3.2 Manfaat Penelitian....................................................... 3

1.4 Sistematika Penulisan.............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka..................................................................... 6

2.1.1 Pengertian Komunikasi............................................... 6

2.1.2 Perspektif Teori Interaksionalisme Simbolik............. 17

2.1.3 Komunikasi Kelompok............................................... 24

Page 11: Irmayanti (c1d1 10 048)

xi

2.1.4 Konsep dan Teori Komunikasi Antarpersona.... ........ 27

2.1.5 Kelompok Rujukan/ Significant Others...................... 36

2.1.6 Perilaku Komunikasi................................................... 38

2.1.7 Pengertian Siswa/ Siswi.............................................. 41

2.2 Kerangka Pemikiran................................................................ 45

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian.................................................................... 46

3.2 Subjek dan Informan Penelitian............................................. 46

3.2.1 Subjek........................................................................... 46

3.2.2 InformaN...................................................................... 46

3.3 Teknik Penentuan Informan................................................... 47

3.4 Jenis dan Sumber Data........................................................... 47

3.4.1 Jenis Data................................................................... 47

3.4.2 Sumber Dat............................................................... 48

3.5 Teknik Pengumpulan Data.................................................... 48

3.6 Teknik Analisis Data............................................................. 48

3.7 Desain Operasional Penelitian............................................... 49

3.8 Konseptualisasi...................................................................... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian....................................................................... 51

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................. 51

4.1.2 Peran Kelompok Rujukan ―Significant Others‖ Dalam

Perilaku Komunikasi Siswa SMA Negeri 2 Konawe

Selatan........................................................................ 59

4.2 Pembahasan............................................................................ 81

Page 12: Irmayanti (c1d1 10 048)

xii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan............................................................................. 88

5.2 Saran....................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: Irmayanti (c1d1 10 048)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

3.1. Desain Operasional Penelitian 49

4.1. Nama Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Konawe Selatan 52

4.2. Keadaan Guru SMA Negeri 2 Konawe Selatan 53

4.3. Jumlah Siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan TA 2013/2014 54

4.4. Sarana Prasarana SMA Negeri 2 Konawe Selatan 56

Page 14: Irmayanti (c1d1 10 048)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

4.1. Simbol Komunikasi Dalam Keluarga 62

4.2. Perilaku Komunikasi Dalam Keluarga 65

4.3. Kelompok Belajar di Sekolah 70

4.4. Kelompok Belajar di Rumah 72

4.5. Bentuk Komunikasi Dengan Sahabat 75

4.6. Bentuk Komunikasi Dengan Sahabat 77

Page 15: Irmayanti (c1d1 10 048)

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan Teks Halaman

2.1. Bagan Kerangka Pemikiran 45

Page 16: Irmayanti (c1d1 10 048)

xvi

DAFTAR TABEL

1. Tabel I, Keadaan Penduduk Desa Latugho Menurut Jenis Kleamin........... 50

2. Tabel II, Komposisi Penduduk desa latugho dilihat dari umur................... 50

3. Tabel III, Keadaan Penduduk Desa latugho Berdasarkan Mata

Pencaharian penduduk............................................................................... 52

4. Tabel V, Jumlah Populasi Kuda di Desa Latugho..................................... 59

Page 17: Irmayanti (c1d1 10 048)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia secara hakiki merupakan mahluk sosial. Sejak dilahirkan ia

membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan biologisnya, makanan, minuman dan lain- lain. Apabila seorang

individu mulai bergaul dengan kawan-kawan sebayanya, ia pun tidak lagi

hanya menerima kontak sosial itu, tetapi ia juga dapat memberikan kontak

sosial. Ia mulai mengerti bahwa di dalam kelompok pergaulannya terdapat

peraturan-peraturan dan norma-norma sosial tertentu yang hendaknya ia

patuhi dengan rela agar dapat melanjutkan hubungannya dengan kelompok

tersebut. Ia pun turut membentuk norma-norma pergaulan tertentu yang

sesuai dalam berinteraksi pada kelompoknya.

Kelompok merupakan kumpulan individu- individu yang saling

berinteraksi antara satu dengan yang lainnya selama periode waktu tertentu

untuk suatu kebutuhan atau tujuan bersama. Pihak-pihak yang berada dalam

kelompok biasanya saling berbagi norma-norma dan tujuan serta memiliki

kesamaan identitas. Terkadang kelompok diklasifikasikan berdasarkan status

keanggotaan. Kelompok dimana seseorang menjadi anggota atau mempunyai

kualifikasi untuk menjadi anggota disebut anggota kelompok. Sedangkan

kelompok dimana seorang individu tidak mungkin menerima keanggotaan,

namun bertindak seperti seorang anggota dengan mengadopsi nilai, s ikap, dan

perilaku kelompok disebut kelompok simbolik.

Page 18: Irmayanti (c1d1 10 048)

2

Kebutuhan siswa-siswi untuk dapat diterima di dalam pergaulan bagi

setiap individu merupakan suatu hal yang sangat mutlak sebagai mahluk

sosial. Berdasarkan hasil observasi awal penulis dilapangan didapatkan

bahwa, pada SMA Negeri 2 Konawe Selatan, setiap siswa-siswinya

dihadapkan pada permasalahan sendiri di dalam penyesuaian sosial, terdapat

beberapa siswa memiliki problematika pergaulan teman sebaya mereka

disekolah. Pembentukan sikap, tingkah laku dan perilaku sosial siswa-siswi

SMA Negeri 2 konawe Selatan banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan

ataupun teman-teman sebaya.

Lingkungan sosial menfasilitasi dan memberikan peluang terhadap

siswa-siswi secara positif, maka siswa-siswi akan mencapai perkembangan

sosial secara matang. Apabila lingkungan sosial memberikan peluang secara

negatif terhadap siswa-siswi, maka perkembangan sosial siswa-siswi akan

terhambat. Peran teman sebaya dalam pergaulan siswa-siswi menjadi sangat

menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam

persahabatan serta keikut sertaan dalam kelompok. Kelompok teman sebaya

juga menjadi suatu komunitas belajar di mana terjadi pembentukan peran dan

standar sosial yang berhubungan dengan pekerjaan dan prestasi.

Penelitian awal penulis di lapangan juga memberikan gambaran

bahwa dalam suasana belajar ataupun waktu istrahat sedang berlangsung di

SMA Negeri 2 Konawe Selatan, baik siswa-siswi laki- laki maupun

perempuan menghabiskan banyak waktunya bersama dengan teman-

temannya. Dua bentuk perilaku yang muncul dari pengaruh kelompok, yang

Page 19: Irmayanti (c1d1 10 048)

3

pertama kelompok siswa-siswi yang selalu berprestasi misalnya menjuarai

beberapa perlombaan olahraga dan cerdas cermat, dan yang kedua yakni

kelompok siswa-siswi yang suka melanggar aturan sekolah misalnya bolos

sekolah, dan merokok di lingkungan sekolah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul ―Peran kelompok rujukan ―significant

others‖ dalam perilaku komunikasi siswa di Kabupaten Konawe Selatan‖.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang diuraikan di

atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran kelompok

rujukan ―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kelompok

rujukan ―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa di Kabupaten

Konawe Selatan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

memperluas wawasan tentang ilmu komunikasi mengenai peran kelompok

rujukan ―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa.

Page 20: Irmayanti (c1d1 10 048)

4

2. Secara Praktis: sebagai bahan informasi dan manfaat bagi masyarakat dan

pendidik dalam mengetahui peran kelompok rujukan ―significant others‖

dalam perilaku komunikasi siswa .

3. Secara Metodologis: dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan riset

selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan peran kelompok rujukan

―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan hasil penelitian terdiri dari:

Bab I: Pendahuluan

Pendahuluan terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan hasil penelitian.

Bab II: Tinjauan Pustaka

Bab ini terdiri dari dua subbab yaitu tinjauan pustaka dan kerangka

pemikiran yang memaparkan studi pustaka, konsep, dan teori yang relevan

dengan permasalahan yang diteliti.

Bab III: Metode Penelitian

Metode penelitian terdiri dari: lokasi penelitian, subyek dan informan

penelitian, teknik penentuan informan, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, desain operasional penelitian dan

konseptualisasi.

Bab IV : Hasil Dan Pembahasan

Menjelaskan tentang sejarah dan gambaran umum lokasi penelitian,

karakteristik informan, hasil penelitian, analisis dan pembahasan.

Page 21: Irmayanti (c1d1 10 048)

5

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari seluruh hasil

pengamatan penelitian dan memberikan saran kepada pihak-pihak yang

berkaitan dengan penelitian.

Page 22: Irmayanti (c1d1 10 048)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Secara kodrati, manusia harus hidup bersama manusia lain, baik demi

kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya

(Effendy,1998:06). Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. lasswel,

Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi

ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which

Channel To Whom With What Effect? Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell

tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator

kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Harold

D. lasawell dalam Effendy,1998:07)

Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat kita golongkan ada tiga

pengertian utama komunikasi, yaitu pengertian secara etimologis,

terminologis, dan paradigmatis.

1. Secara etimologis, komunikasi dipelajari menurut asal-usul kata, yaitu

komunikasi berasal dari bahasa Latin „communicatio‟ dan perkataan ini

bersumber pada kata „comminis‟ yang berarti sama makna mengenai

sesuatu hal yang dikomunikasikan.

2. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu

pernyataan oleh sesorang kepada orang lain.

Page 23: Irmayanti (c1d1 10 048)

7

3. Secara paradigmatis, komunikasi berarti pola yang meliputi sejumlah

komponen berkorelasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai

suatu tujuan tertentu. Contohnya, adalah ceramah, kuliah, dakwah,

diplomasi, dan sebagainya. Demikian pula pemberitaan surat kabar dan

majalah, penyiaran radio dan televisi atau pertunjukkan film di gedung,

bioskop, dan lain- lain (Harold D. lasawell dalam Effendy,1998:14).

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian

pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

(komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain- lain

yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian,

keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan

sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Effendy,1993:16).

Proses komunikasi dapat diartikan sebagai ‗transfer informasi‘ atau

pesan (message) dari pengiriman pesan sebagai komunikator dan kepada

penerima pesan sebagai komunikan. Dalam proses komunikasi tersebut

bertujuan untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara

kedua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.

Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan

informasi sampai dipahami oleh komunikan. Komunikasi adalah sebuah

proses, sebuah kegiatan yang berlangsung ontinue. (Joseph De Vito dalam

Liliweri 1997:18), mengemukakan komunikasi adalah transaksi, hal tersebut

dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, di mana

komponen-komponen saling terkait, bahwa para pelaku komunikasi beraksi

Page 24: Irmayanti (c1d1 10 048)

8

dan bereaksi sebagai satu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap transaksi,

setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen yang lain. Artinya,

elemen-elemen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen,

masing-masing komponen saling mengait dengan komponen lain.

Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan

pula sebagai saling tukar-menukar pendapat. Komunikasi juga dapat diartikan

sebagai hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun

kelompok. komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut

aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan,

dipelihara dan diubah. Berelson dan Steiner dalam (Suprapto 2006 :27)

mengatakan bahwa komunikasi adalah tindakan atau proses penyampaian

informasi, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-

simbol, gambar, grafik, dan sebagainya.

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yaitu:

1. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang

(simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses

komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain

sebagainya yang secara langsung mampu ―menterjemahkan‖ pikiran dan

perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling

banyak di pergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya

bahasalah yang mampu ―menerjemahkan‖ pikiran seorang kepada orang

Page 25: Irmayanti (c1d1 10 048)

9

lain. Apakah itu bentuk idea, informasi atau opini: baik mengenai hal yang

kongkrit maupun yang abstrak; bukan saja hal atau peristiwa yang terjadi

pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang

akan datang. Berkat kemampuan bahasa maka kita dapat mempelajari ilmu

pengetahuan sejak di tampilkan oleh Aristoteles, Plato, dan Socrates; dapat

menjadi manusia yang beradab dan berbudaya; dan dapat memperkirakan

apa yang akan terjadi pada tahun, decade, bahkan abad yang akan datang.

Kial (gesture) memang dapat ―menerjemahkan ‖ pikiran seseorang

sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaikan tangan,

atau memainkan jari-jemari, atau mengedipkan mata, atau menggerakan

anggota tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu

saja (sangat terbatas).

Demikian pula isyarat dengan mengunakan alat seperti tong-tong,

beduk, sirine dan lain- lain serta warna yang mempunyai makna tertentu.

Kedua lambang amat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan

pikiran seseorang kepada orang lain.

Seperti telah disinggung diatas, komunikasi berlangsung apabila

terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan.

Dengan kata lain, komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setara

(tuned) bagi komunikator dan komunikan.

Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan, dalam

karyanya, ―Communication Research In The United States” menyatakan

bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh

Page 26: Irmayanti (c1d1 10 048)

10

komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reverence), yakni

paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and

meanings) yang pernah diperoleh komunikan.

Dalam proses komunikasi antarpersona (interpersonal

communication) yang melibatkan dua orang dalam situasi interaksi

komunikator menyandi suatu pesan, lalu menyampaikannya kepada

komunikan, dan komunikan mengawas sandi pesan tersebut. Sampai disitu

komunikator menjadi encode dan komunikan menjadi decode. Akan tetapi,

karena komunikasi antar persona itu bersifat diaologis, maka ketika

komunikan memberikan jawaban, ia kini menjadi encode dan komunikator

menjadi decode.

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder adalah proses penyampaian pesan

oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana

sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Pada umumnya kalau kita berbicara dikalangan masyarakat, yang

dinamakan media komunikasi itu adalah media kedua sebagaimana di

terangkan diatas. Jarang sekali orang menganggap bahasa sebagai media

komunikasi. Tidak seperti media dalam bentuk surat, telepon, radio, dan lain-

lainnya yang jelas tidak selalu digunakan. Tampaknya seolah-olah orang

berkomunikasi tanpa bahasa, tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi

tanpa suara, tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa surat, atau

telpon, atau televisi, dan sebagainya (Suprapto,2006 :32).

Page 27: Irmayanti (c1d1 10 048)

11

Seperti yang telah diterangkan diatas, pada umumnya bahwa memang

bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena bahasa

sebagai lambang mampu mentransmisikan pikiran, ide, pendapat, dan

sebagainya, baik mengenai hal yang abstrak, maupun yang konkret, tidak saja

tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang tetapi juga pada

waktu yang lalu atau masa yang akan datang. Karena itulah pula maka

kebanyakan media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk

meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa. Seperti telah disinggung

diatas, surat atau telepon, atau radio misalnya adalah media untuk

menyambung atau menyebarkan pesan yang menggunakan bahasa (suprapto,

2006: 35).

Fisher.B (Aubrey 2003:129) mengemukakan bahwa macam

komunikasi diantaranya:

a. Komunikasi Verbal

Verbal berarti melalui penggunaan kata-kata baik tertulis maupun

lisan. Lisan atau diucapkan menunjukkan komunikasi berbicara, tertulis

menunjukkan tugas-tugas penulisan. Komunikasi verbal dapat berupa

kontak tatap muka, wawancara, konsultasi bersama dan pidato.

b. Komunikasi Nonverbal

Nonverbal berarti penggunaan tanpa kata-kata. Orang-orang tidak

henti-hentinya menyampaikan pesan nonverbal melalui gerakan badan,

penampilan, aroma harum, pakaian atau kostum, ekspresi wajah, barang-

barang perhiasan dan bermacam-macam simbol isyarat dan perilaku lain.

Page 28: Irmayanti (c1d1 10 048)

12

Suatu bagian komunikasi lainnya adalah bahasa badan, yang

merupakan komunikasi oleh gerakan badan selama komunikasi tatap muka.

Ada banyak gerakan yang tidak kentara yang dilakukan oleh orang-orang

apabila mereka berbicara satu sama lainnya. Misalnya gerak mata, gerakan

pundak, dan berjabat tangan dengan keras dan beberapa gerakan-gerakan

badan yang lainnya. Lasswell (Mulyana, 2004: 24)

Komunikasi yang dilakukan tentunya memilki dampak kepada

perilaku. Perilaku manusia sebenarnya berasal mula pada penggunaan

lambang- lambang (simbolis). Lambang- lambang itulah yang

mentransformasikan makhluk-makhluk yang menjadi nenek moyang

manusia, menjadi manusia yang sesungguhnya. Semua peradaban berproses

dengan mempergunakan atau perantaraan lambang-lambang. Lambang-

lambang itu juga yang mentransformasikan anak menjadi manusia dewasa.

Semua perilaku terdiri dari lambang-lambang atau tergantung pada lambang,

perilaku manusia adalah perilaku simbolis, dan sebaliknya.

Klasifikasi pesan nonverbal menurut Duncan ada enam jenis :

1. Kinesik

2. Paralinguistik

3. Proksemik

4. Oflaksi

5. Sensitivitas kulit

6. Artifaktual, Lasswell (Mulyana, 2004: 35).

Page 29: Irmayanti (c1d1 10 048)

13

Pesan gesture, menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti

tangan, mata untuk mengkomunikasikan berbagai arti atau makna. Galloway,

mengklasifikasikan pesan gestural untuk mengungkapkan :

a. Mendorong/membatasi,

b. Menyesuaikan/mempertentangkan,

c. Responsif/tidak responsif,

d. Perasaan positif/negatif,

e. Memperhatikan/tidak,

f. Melancarkan/tidak reseptif,

g. Menyetujui atau menolak.

Posture juga berkaitan dengan komunikasi antar status, dimana orang

yang statusnya rendah akan kaku dan tegang.

Pesan postural berkenaan dengan seluruh anggota badan. Mahrabian

menyebutkan tiga makna yang disampaikan postur :

1. Immediacy, ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap individu lain.

2. Power, mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator.

3. Responsiveness, bila individu bereaksi secara emosional pada lingkungan,

secara positif atau negatif.

Pesan proksemik, disampaikan melalui pengaturan jarak dan

ruang.Edward T. Hall menyebutkan empat macam jarak ketika berhubungan

dengan orang lain :

1. Akrab, menggunakan fase dekat dan fase jauh. Fase dekat antara 0-6 inci,

Fase jauh antara 6-18 inci.

Page 30: Irmayanti (c1d1 10 048)

14

2. Personal, dengan fase dekat antara 18-30 inci dan fase jauh antara 30 inci-

4 f.

3. Sosial, dengan fase dekat 4-7 f dan fase jauh antara 7-12 f.

4. Publik, dengan fase dekat 12-25 f dan fase jauh antara 25- atau lebih (feet).

Pesan pengaturan jarak bergantung pada kebudayaan dan norma yang

berlaku disuatu tempat. Pesan proksemik juga diungkapkan dengan

pengaturan ruang obyek dan rancangan interior, status sosial-ekonomi,

keterbukan, keakraban.

Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan, tubuh pakaian,

dan kosmetik, warna pakaian. Menurut Wetmore Cosmetik Studio di Encino

California, untuk mengungkapkan kesehatan dengan base make up yang

meratakan noda kulit, sikap ekspresif dan komunikatif dengan memoles mata,

kehangatan dengan mengatur warna bibir.

Pesan paralinguistik antar lain nada, kualitas suara volume, kecepatan

dan ritme. Nada menunjukkan banyak jumlah getaran atau gelombang yang

dihasilkan oleh sumber bunyi. Semakin banyak semakin tinggi nadanya.

Kualitas suara menunjukkan penuh atau tipisnya suara yang

mengungkapkan identitas dan kepribadiannya. Volume suara menunjukkan

tinggi rendahnya suara, hal ini dapat memunculkan kesan sesuai dengan

kondisi dan situasi. Volume suara halus, lembut, gemulai dapat

mengungkapkan rasa romantis, sayang saling pengertian dan sebagainya

Page 31: Irmayanti (c1d1 10 048)

15

Pesan sentuhan dan oflaksi termasuk pesan nonverbal nonvisual dan

nonvokal. Alat penerima sentuhan adalah kulit yang mampu mebedakan

emosi yang disampaikan.

Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu:

a. Komunikasi visual

Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang

digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-

grafik, lambang- lambang, atau simbol-simbol.Dengan menggunakan

gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta

bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar.

Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata saja, penggunaan

komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam pemrosesan informasi

kepada para pendengar.

b. Komunikasi sentuhan

Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non

verbal sering disebut haptik, sebagai contoh: bersalaman, pukulan,

mengelus-ngelus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan

salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan

tertentu dari orang yang menyentuhnya.

c. Komunikasi gerakan tubuh

Seperti, melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap

tubuh. Gerakan tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata yang

diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui informasi

Page 32: Irmayanti (c1d1 10 048)

16

yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatu kata. Seperti

menganggukan kepala berarti setuju.

d. Komunikasi lingkungan

Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat

atau merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika

seseorang menyebutkan bahwa ‖jaraknya sangat jauh‖, ‖ruangan ini

kotor‖, ‖lingkungannya panas‖ dan lain- lain, berarti seseorang tersebut

menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada

lingkungan tersebut.

e. Komunikasi penciuman

Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi

dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat

dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum bulgari, seseorang

tidak akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum bulgari

apabila ia hanya menciumnya sekali.

f. Komunikasi penampilan

Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan

penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal

ini merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada

orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa

tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih,

kotor dan lain- lain).

Page 33: Irmayanti (c1d1 10 048)

17

g. Komunikasi citarasa

Komunikasi citarasa merupakan salah satu bentuk komunikasi,

dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui ciatrasa dari suatu

makanan atau minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa suatu

makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain- lain, apabila

makanan tersebut telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan

bahwa citarasa dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud

atau makna, Lasswell (Mulyana, 2004 :29 )

2.1. 2. Perspektif Teori Interaksionisme Simbolik

George Herbert Mead mengembangkan teori interaksi simbolik tahun

1920-an dan 1930-an ketika ia menjadi professor filsafat di universitas

Chicago. Mead menulis banyak artikel, namun gagasan-gagasannya mengenai

interaksi simbolik berkembang pesat setelah para mahasiswanya menerbitkan

catatan dan kuliah-kuliahnya, terutama melalui buku yang menjadi rujukan

utama teori interaksi simbolik, yakni Mind, Self and Society (1934). Esensi

interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia,

yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna (Mulyana, 2006

: 98).

Teori Interaksionisme Simbolik menurut Mead (George Ritzer-

Douglas J.Goodman, 2008:293), yang memusatkan perhatian terutama pada

dampak dari makna dan simbol terhadap tindakan dan interaksi manusia. Di

sini akan bermanfaat menggunakan pemikiran Mead yang membedakan

antara perilaku lahiriah dan perilaku tersembunyi. Perilaku tersembunyi

Page 34: Irmayanti (c1d1 10 048)

18

adalah proses berpikir yang melibatkan simbol dan arti. Perilaku lahiriah

adalah perilaku sebenarnya yang dilakukan oleh seorang aktor. Beberapa

perilaku lahiriah tidak melibatkan perilaku tersembunyi, tetapi sebagian besar

tindakan manusia melibatkan kedua jenis perilaku itu. Perilaku tersembunyi

menjadi sasaran perhatian utama teoritisi interaksionisme simbolik sedangkan

perilaku lahiriah menjadi sasaran perhatian utama teoritisi pertukaran atau

penganut behaviorisme tradisional pada umumnya.

Simbol dan arti memberikan ciri-ciri khusus pada tindakan sosial

manusia (yang melibatkan aktor tunggal) dan pada interaksi sosial manusia

(yang melibatkan dua orang aktor atau lebih yang terlibat dalam tindakan

sosial timbal-balik). Tindakan sosial adalah tindakan dimana individu

bertindak dengan orang lain dalam pikiran. Dengan kata lain, dalam

melakukan tindakan seorang aktor mencoba menaksir pengaruhnya terhadap

aktor lain yang terlibat. Meski mereka sering terlibat dalam perilaku tanpa

pikir, perilaku berdasarkan kebiasaan, namun manusia mempunyai kapasitas

untuk terlibat dalam tindakan sosial.

Dalam proses interaksi sosial, manusia secara simbolik

mengkomunikasikan arti terhadap orang lain yang terlibat. Orang lain

menafsirkan simbol komunikasi itu dan mengorientasikan tindakan balasan

mereka berdasarkan penafsiran mereka. Dengan kata lain, dalam interkasi

sosial, para aktor terlibat dalam proses saling memengaruhi.

Manusia hanya memiliki kapasitas umum untuk berpikir. Kapasitas ini

harus di bentuk dan diperhalus dalam proses interaksi sosial. Pandangan ini

Page 35: Irmayanti (c1d1 10 048)

19

menyebabkan teoritisi interaksionisme simbolik memusatkan perhatian pada

bentuk khusus interaksi sosial yakni sosialisasi.Kemampuan manusia untuk

berpikir dikembangkan sejak dini dalam sosialisasi anak-anak dan diperhalus

selama sosialisasi di masa dewasa. Teoritisi interaksionisme simbolik

mempunyai pandangan mengenai proses sosialisasi yang berbeda dari

pandangan sebagian besar sosiolog lain.

Menurut mereka, sosiolog konvensional mungkin melihat sosialisasi

semata-mata sebagai proses mempelajari sesuatu yang dibutuhkan manusia

untuk mempertahankan hidup dalam masyarakat (contohnya, kultur budaya,

peran yang diharapkan). Bagi teoritisi interaksionisme simbolik, sosialisasi

adalah proses yang lebih dinamis yang memungkinkan manusia

mengembangkan kemampuan untuk berpikir, untuk mengembangkan cara

hidup manusia tersendiri. Sosialisasi bukanlah semata-mata proses satu arah

dimana aktor menerima informasi, tetapi merupakan proses dinamis dimana

aktor menyusun dan menyesuaikan informasi itu dengan keebutuhan mereka

sendiri (Manis dan Meltzer, 1978:6).

Menurut Blumer, masyarakat tidak tersusun dari struktur makro.

Esensi masyarakat terdapat pada aktor dan tindakan :‖Masyarakat terdiri dari

manusia yang bertindak, dan kehidupan masyarakat dapat dilihat sebagai

terdiri dari tindakan mereka‖ (Blumer, 1962/1969:85). Mayarakat manusia

adalah tindakan, kehidupan kelompok adalah ―kompleks aktivitas tanpa

henti‖. Namun, masyarakat tidak tersusun dari pameran tindakan yang saling

terisolasi. Juga ada tindakan kolektif, yang memerlukan ―penyesuaian

Page 36: Irmayanti (c1d1 10 048)

20

tindakan masing-masing individual menjadi sebuah garis tindakan, masing-

masing aktor saling memberikan tanda satu sama lain, tidak hanya kepada diri

sendiri‖ (Blumer, 1969:16). Ini menimbulkan apa yang disebut Mead sebagai

tindakan sosial, dan yang disebut oleh Blumer sebagai tindakan bersama.

Jelas Blumer tidak condong untuk menyetujui status keorsif dan kultur

independen dalam sistem teorinya. Dia juga tidak memperluas status itu pada

hubungan kehidupan kelompok, atau yang umumnya dinamakan ―struktur

sosial‖.

Interaksionalisme simbolik merupakan cara pandang yang

memperlakukan individu sebagai diri sendiri dan diri sosial. Kita bisa

menentukan makna subyektif, pada setiap obyek yang kita temui, ketimban

kita menerima apa adanya makna yang di anggap obyektif yang telah di

rancang sebelumnya.

Suatu tindakan bersama, pada saatnya membentuk struktur sosial atau

kelompok-kelompok masyarakat lain, di bentuk oleh suatu interaksi yang

cukup khas, yang mereka namai mereka sebagai interaksi simbolis.

Interaksionalisme simbolik mengandaikan suatu interaksi yang menggunakan

bahasa, isyarat, dan berbagai simbol lain. Melalui simbol-simbol itu pula kita

dapat mendefenisikan, meredefenisikan menginterpretasikan, menganalisis,

dan memperlakukan kehendak kita. Interaksi simbolik adalah suatu aktivitas

yang merupakan cirri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran

symbol yang di beri makna.

Page 37: Irmayanti (c1d1 10 048)

21

Menurut George Herbert Mead (193-1981) guru besar filsafat di

University of Chicago dia juga merupakan pengaruh penting bagi Blumer,

sosiolog selanjutnya dalam teori interaksionalisme simbolik yang

mengemukakan bahwa teori interaksi simbolik di rangkum oleh tiga konsep

yaitu (1) pikiran (mind); (2) diri (self); (3) masyarakat (society) semua mahluk

itu memiliki otak tetapi tidak semuanya memiliki pikiran yang muncul dari

hasil manipulasi simbol-simbol melalui proses pembelajaran (sosialisasi)

pembinaan diri.

Proses interaksi pikiran manusia adalah dalam bentuk interaksi dalam

dirinya sendiri, orang lain, dan dengan lingkungannya yang semuanya itu

dinyatakan dalam bentuk simbolik. Simbolik manusia mengungkapkan kata,

atau menyatakan perasaan adalah berdasarkan pada tafsiran serta

pemahannya. Apabila pikiran atau mind itu berfungsi untuk mewujudkan diri,

di sebut aktifitas pikiran, maka dengan pikiran untuk melakukan interaksi

simbolik dengan dirinya itu di lakukan oleh manusia sendiri dalam

mengguakan symbol dan mengarahkannya kepada diri.

Simbol itu memiliki makna, atau isyarat. Simbol terdapat dalam

bentuk : (1) kata, yang mewakili objek ide, nilai-nilai, fisik dan perasaan: (2)

perlakuan, yang meliputi apa yang dilakukan, diberitahukan, dip ikirkan, yang

dilihat ataupun yang di niatkan; (3) objek , yang memilih kualitas symbol; (4)

bahasa, yang kaya akan simbol.

Inti dari teori interaksi simbolik George Herbert Mead adalah teori

tentang diri (self). Mead menganggap konsep diri adalah suatu proses yang

Page 38: Irmayanti (c1d1 10 048)

22

berasal dari sosial individu dengan orang lain. Konsep Mead mengenai diri

mengacu dalam arti sepenuhnya pada kesaling tergantungan antara individu

dengan masyarakat. Ia menempatkan diri di dalam masyarakat. Diri muncul

dari interaksi dengan orang lain. Namun, setelah diri tercipta, orang mampu

untuk melakukan dunia sebagai suatu kesatuan simbolis untuk memberikan

makna kepada dunia. Maka kemampuan untuk berperilaku simbolis ini

memungkinkan manusia untuk mengubah masyrakat, dan kadang-kadang

mengubahnya secara menyeluruh. (Sobur, 2006 : 203)

Bagi teoritisi interaksi simbolik, sosialisasi adalah proses yang lebih

dinamis yang memungkinkan manusia mengembangkan kemampuan untuk

berpikir, untuk mengambangkan cara hidup manusia tersendiri. Sosialisasi

bukanlah semata-mata proses satu arah dimana aktor menerima informasi,

tetapi merupakan proses dinamis dimana aktor menyusun dan menyesuaikan

informasi itu dengan kebutuhan mereka sendiri (Ritzer & Godman, 2004: 290

dalam Manis dan Meltzer, 1978:6).

Seseorang memang yang tidak dilahirkan dengan suatu diri yang

sebelumnya telah terbentuk. Melalui, pemakaian simbol-simbol, orang belajar

untuk menerima sikap, nilai dan rasa hati yang sesuai dengan lingkungan

sosial tertentu tempat seseorang berada. Melalui penilaian pantulan dari orang

lain, kita kemudian menyatakan diri kita sebagai jenis orang tertentu.

Identitas- identitas kita ditetapkan dan dipisahkan (atau tidak dipisahkan)

melalui tanggapan-tanggapan yang diberikan oleh orang lain kepada kita

(Sobur, 2006: 195-203).

Page 39: Irmayanti (c1d1 10 048)

23

Pikiran yang didefinisikan Mead sebagai proses percakapan seseorang

dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan didalam diri individu, pikiran adalah

fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dari proses sosial dan

merupakan bagian integral dari proses sosial. Karakteristik istimewa dari

pikiran adalah kemampuan individu untuk ―memunculkan dalam dirinya

sendiri tidak hanya satu respon saja tetapi juga respon komunitas secara

komunitas. Melakukan sesuatu berarti member respon yang terorganisir dan

bila seseorang mempunyai respon itu dalam dirinya, ia mempunyai apa yang

disebut pikiran (Ritzer dan Godman, 2004: 280).

Pada dasarnya diri adalah kemampuan individu untuk menerima diri

sendiri sebagai sebuah obyek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi

subyek maupun obyek. Diri memasyarakatkan sosial; komunikasi antar

manusia. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan

sosial (Ritzer dan Godman, 2004: 280). Diri memiliki dua segi masing-

masing menjalankan fungsi yang penting. I adalah bagian diri anda yang

menurutkan kata hati, tidak teratur, tidak terarah dan tidak dapat ditebak. Me

adalah refleksi umum orang lain yang terbentuk dari pola-pola yang teratur

dan tetap, yang dibagi dengan orang lain. Setiap tindakan dimulai dari sebuah

dorongan I dan selanjutnya dilkendalikan oleh me. I adalah tenaga penggerak

dalam tindakan, sedangkan me memberikan arah dan petunjuk. Mead

menggunakan konsep me untuk menjelaskan perilaku yang dapat diterima

secara sosial serta adaptif serta konsep I untuk menjelaskan gerak hati dan

tidak dapat ditebak (Littlejhon, 234:2009).

Page 40: Irmayanti (c1d1 10 048)

24

Masyarakat berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran

dan diri. Masyarakat penting perannya dalam membentuk pikiran dan diri. Di

tingkat lain, menurut Mead, masyarakat mencerminkan sekumpulan

tanggapan terorganisir yang diambil alih oleh individu dalam bentuk ―aku‖

(me). Menurut pengertian individual ini masyarakat memengaruhi mereka,

memberi mereka kemampuan melalui kritik-diri, untuk mengendalikan diri

mereka sendiri (Ritzer dan Godman, 2004: 287).

2.1.3 . Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara

beberapa orang dalam suatu kelompok ―kecil‖ seperti dalam rapat,

pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984 : 46).

Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005,149)

menyatakan komunikasi kelompok terjalin ketika tiga orang atau lebih

bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk

mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain.

Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-sifat komunikasi

kelompok sebagai berikut:

1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;

2. Kelompok memiliki sedikit partisipan;

3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;

4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;

5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

Page 41: Irmayanti (c1d1 10 048)

25

Menurut Dedy Mulyana kelompok adalah sekumpulan orang yang

mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai

tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai

bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,

kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil

suatu keputusan. Pada komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi

antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku

juga bagi komunikasi kelompok. Berikut beberapa klasifikasi kelompok dan

karakteristik komunikasinya menurut para ahli :

1. Kelompok primer.

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat,

1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang

anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati

dalam asosiasi dan kerja sama.

2. Kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya

berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan

karakteristik komunikasinya yakni :

1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.

Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,

menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam

suasana pribadi saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang

menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder

Page 42: Irmayanti (c1d1 10 048)

26

komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. Komunikasi kelompok primer

lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan

kelompok primer adalah sebaliknya. Komunikasi kelompok primer

cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal. Komunikasi

pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder

nonpersonal. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif,

sedangkan kelompok sekunder instrumental.

2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan Theodore Newcomb

(1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan

kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah

kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi

anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok

yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau

untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai

tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif.

3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif John F. Cragan dan David

W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan

peskriptif. Kategori deskriptif melihat proses pembentukan kelompok

secara alamiah.

Page 43: Irmayanti (c1d1 10 048)

27

2.1.4 Konsep Dan Teori Komunikasi Antarpersona

Komunikasi antar persona menunjuk kepada komunikasi antar oang-

orang yang terlibat secara langsung dan utuh antara satu dengan yang lainnya

dalam penyampaian dan penerimaan pesan secara nyata. Hal semacam ini

sering muncul dalam komunikasi antara dua orang (duadic communication)

(applaum, 1974). Dari kedua jenis komunikasi ini, kedua pihak (komunikator

dan komunikan) sadr sebagai suatu pribadi yang sedang mengadakan dialog

dan bukan proses monolog.

Proses antar persona melibatkan dua pihak atau lebih untuk

berinteraksi, sehingga pribadi-pribadi ini aktif. Hal ini senada dengan

pendapat Veredber dalam (Liliweri, 1997 ; 13 ) yang mengatakan bahwa

komunikasi antar persona merupakan suatu proses interaksi dan pemberian

makna yang terkandung dalam gagasan maupun perasaan.

Effendy (1986 :36) mengemukakan bahwa pada hakekatnya

komunikasi antar persona adalah komunikasi antara komunikator dengan

seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam

upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya

yang dialogis, berupa percakapan, arus balik langsung. Komunikator

mengetahui anggapan komunikasi pada saat itu juga atau pada saat

komunikasi berlangsung. Komunikator mengetahui pasti apakah

komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak, maka ia

memberikan kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas- luasnya,

pendapat lain dari Barnlud mengemukakakn bahwa komunikasi antar persona

Page 44: Irmayanti (c1d1 10 048)

28

biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang atau lebih yang

terjadi secara spontan dan tidak berstruktur, selanjutnya Rogers (1998)

dikemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari

mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa

pribadi (Liliweri, 1997 ; 13 ).

Fungsi komunikasi antar persona ialah berusaha meningkatkan

hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-

konflik pribadi, mengurangi ketidak pastian sesuatu, serta berbagai

pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain ( Cangara, 1998 :17).

a. Ciri-ciri Komunkasi Antar Pesona

Barnlud (1992) berpendapat bahwa ada beberapa ciri yang dapat

digunakan utuk mengenal komunikasi antar persona, yaitu (1).

Komunikasi antar persona terjadi secara spontan, (2). Tidak mempunyai

struktur yang teratur dan diatur, (3). Terjadi secara kebetulan, (4). Tidak

mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu, (5). Identitas

keanggotaannya kadang- ladang kurang jelas, (6). Bisa terjadi sambil lalu

(Liliweri, 1997 ; 14 )

Readon (Rogers 1998) juga mengemukakan bahwa komunikasi antar

persona mempunyai paling sedikit enam ciri yaitu: (1) Dilaksanakan

karena faktor pendorong. (2) Berakibat sesuatu yang disengaja. (3) Sering

berbalas-balasan. (4) Mempersyaratkan adanya hubungan (paling sedikit

dua orang) Antar Persona. (5) Serta suasana hubungan harus bebas,

bervariasi dan adanya keterpengaruhan. (6) Menggunakan berbagai

Page 45: Irmayanti (c1d1 10 048)

29

lambang- lambang yang bemakna. Pendapat Rogers (1998:16),

mengungkapkan beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran

antar persona yaitu, (1) Arus pesan yang cenderung dua arah. (2) Konteks

komunikasinya tatap muka. (3) Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi.

(4) Kecepatan jangkauan terhadap audience, yang besar relatif lambat. (6)

Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap (Liliweri,1997; 18 ).

b. Sifat-sifat Komunikasi Antar Persona

Setelah memperhatikan uraian pengertian dan ciri-ciri komunikasi

antar persona tersebut di atasi, maka dapat dikemukakan bahwa

komunikasi antar persona nampaknya terletak pada unsur-unsur, situasi

terjadinya peristiwa komunikasi, ialah orang yang terlibat dalam proses

komunikasi, jarak fisik suatu percakapan, kekuatan umpan balik suatu

pesan dari penerimanya kepada pengirimnya.

Siahaan (1991) mengemukakan tujuh sikap yang menunjukkan bahwa

suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi anta persona yaitu

: (1). Perilaku verbal dan non verbal perlu dilibatkan di dalamnya, (2).

Melibatkan pernyatan yang spontan, (3). Komunikasi antar persona tidak

statis melainkan dinamis, (4). Melibatkan umpan balik pribadi, (5). Dipandu

oleh tata aturan yang bersifat intrinstik dan ekstristik, (6). Komunikasi antar

persona merupakan suatu kegiatan dan tindakan, (7). Melibatkan di dalamnya

bidang persuasi (Liliweri, 1997 ; 14).

Page 46: Irmayanti (c1d1 10 048)

30

c. Koponen - Komponen Komunikasi Antar Persona

1. Pengirim – Penerima

Komunikasi antar persona melibatkan paling tidak 2 orang. Setiap

orang yang terlibat dalam komunikasi antar persona memformulasikan dan

mengirim pesan (fungsi penerima). Isrilah pengirim-penerima ini

digunakan untuk menekankan bahwa fungsi pengirim dan penerima ini

dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antar persona.

Hal ini menyatakan bahwa : pertama, proses komunikasi antar pribadi

tidak dapat terjadi pada diri sendiri. Komunikasi dengan diri sendiri

disebut. Kedua, komunikasi antar persona berkaitan dengan manusia,

bukan dengan binatang, mesin, gambar atau benda lainnya.

2. Encoding – Decoding

Encoding ialah tindakan menghasilkan pesan. Artinya, pesan yang

disampaikan di ‖kode‖ atau diformulasikan terlebih dahulu dengan

menggunakan kata-kata, symbol dan sebagainya. Sebaliknya tindakan

untuk menginterprestasikan dan memahami pesan-pesan yang diterima

disebut sebagai decoding. Dalam komunikasi antar persona, karena

pengirim sekaligus juga bertindak sebagai penerima : maka fungsi

encoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat komunikasi antar

pribadi.

Page 47: Irmayanti (c1d1 10 048)

31

3. Pesan-pesan

Dalam komunikasi antar pribadi, pesan-pesan ini bisa berbentuk

verbal (seperti kata-kata atau non verbal (gerakan, symbol) atu gabungan

antara bentuk verbal dan non-verbal.

4. Saluran

Saluran ini berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan

pengirim dan penerima informasi. Dalam komunikasi antar persona,

lazimnya para pelaku bertemu secara tatap muka.

5. Gangguan (noise)

Seringkali terjadi pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan-

pesan yang diterima. Hal ini disebabkan adanya gangguan saat

berlangsungnya komunikasi. Dalam komunikasi antar persona, gangguan

ini mencakup 3 hal :

1. Gangguan fisik : biasanya bearasal dari luar dan mengganggu transmisi

fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dsn sebagainya

2. Gangguan psikologis : timbul karena perbedaan gagasan dan penilaian

subjektif di antara orang yang terlibat dalam komunikasi. Emosi,

perbedaan nilai-nilai, sikap, status dapat mengakibatkan hambatan

psikologis.

3. Gangguan Semantik : terjadi karena kata-kata atau symbol yang

digunakan dalam berkomunikasi, seringkali memiliki arti ganda (tidak

hanya memiliki satu arti), sehingga penerima gagal menangkap

maksud-maksud dari pengirim pesan.

Page 48: Irmayanti (c1d1 10 048)

32

6. Umpan Balik

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses

komunikasi antar persona, karena pengirim dari penerima secara terus

menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara

baik secara verbal dengan pertanyaan atau jawaban dalam kaitannya

dengan apa yang dib icarakan maupun non-verbal (angkutan, senyuman,

menguap, kerutan dahi dan lain sebagainya). Umpan balik ini bisa positif,

netral atau negatif. Umpan balik disebut positif bila dirasakan merugikan

sementara tanggapan yang biasa-biasa saja merupakan umpan balik netral.

Selain umpan balik dari orang lain, biasanya kita mendapat umpan balik

dari pesan kita sendiri. Dalam arti bahwa kita mendengar suara kita sendiri

dengan umpan balik ini kita bisa memperbaiki bila ada kesalahan.

7. Konteks

Konteks dimana kita berkomunikasi akan mempengaruhi proses

komunikasi itu sendiri. Misalnya jika anda berbicara dengan keluarga di

rumah akan berbeda dengan jika anda berbicara dengan seorang dosen.Ada

3 dimensi konteks dalam proses komunikasi antar persona, yaitu :

1. Dimensi Fisik

2. Dimensi Sosial Psikologis

3. Dimensi Temporal

Page 49: Irmayanti (c1d1 10 048)

33

8. Bidang Pengalaman ( Field of Exprenence)

Bidang pengalaman merupakan factor penting dalam komunikasi.

Komunikasi menjadi efektif bila para pelaku yang terlibat dalam

komunikasi mempunyai pengalaman yang sangat berbeda.

9. Akibat (efek)

Proses komunikasi selalu mempunyai berbagai akibat, baik pada salah

satu pelaku atau keduanya. Akibat yang terjadi bisa merupakan akibat

yang negatif maupun akibat positif. Dan perubahan ini boleh jadi

merupakan akibat dari pertemuan-pertemuan antar persona yang mereka

lakukan selama ini (Sasa Djuarsa Sendjaja, 1993).

d. Tujuan Komunikasi Antar Persona

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain, Salah satu cara untuk mengenal

diri kita sendiri adalah melalui komunikasi antar persona. Komunikasi

antar persona memberikan kesempatan bagi kita untuk

memperbincangkan diri kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita

sendiri pada orang lain, kita akan mendapat perspektif baru tentang kita

sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

Pada kenyataannya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar

merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sendiri dari

orang lain melalui komunikasi antar persona.

Melalui komunikasi antar persona kita juga belajar tentang

bagaimana dan sampai manakah kita harus membuka diri pada orang lain.

Dalam arti bahwa kita tidak harus serta merta menceritakan latar belakang

Page 50: Irmayanti (c1d1 10 048)

34

kehidupan kita pada setiap orang. Selain itu, melalui komunikasi antar

persona kita juga akan mengetahui nilai, sikap, dan perilaku orang lain.

Kita dapat menanggapi dan mempediksikan tindakan orang lain.

2. Mengetahui Dunia Luar, Komunikasi antar persona juga memungkinkan

kita untuk memahami lingkungan kita scara baik yakni tentang objek,

kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi yang kita miliki

sekarang berasal dari interaksi pribadi . Meskipun ada yang berpendapat

bahwa sebagian besar informasi yang ada berasal dari media massa,

tetapi informasi dari media massa tersebut sering dibicarakan melalui

interaksi antar pribadi. Bahan obrolan kita dengan teman, tetangga dan

keluarga seringkali diambil dari berita-berita dan acara-acara media

massa ( surat kabar, majalah, radio dan televisi). Hal ini

memperlihatkan bahwa melalui komunikasi antar persona, kita sering

membicarakan kembali hal-hal yang telah disajikan media massa.

Namun demikian, pada kenyataannya niali, keyakinan, sikap, dan

perilaku kita banyak dipengaruhi oleh komunikasi antar persona

dibandingkan dengan media massa dan pendidikan formal.

3. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Menjadi bermakna, Manusia

diciptakan sebagai makhluk individu, sekaligus makhluk sosial.

Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan

memelihara hubungan dekat dengan orang lain.Kita tidak ingin hidup

sendiri dan terisolasi dari masyarakat. Tetapi, kita ingin merasakan

dicintai dan disukai serta menyayangi dan menyukai orang lain. Dengan

Page 51: Irmayanti (c1d1 10 048)

35

kata lain, kita tidak ingin membenci dan di benci oleh orang lain. Oleh

karenanya, banyak waktu yang kita gunaakn dalam komunikasi antar

persona bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial

dengan orang lain. Hubungan demikian membantu mengurangi

kesepian dan ketenangan serta membuat kita merasa lebih positif

tentang diri kita sendiri.

4. Mengubah Sikap dan Perilaku, Dalam komunikasi antar persona sering

kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita ingin

seseorang memilih suatui cara tertentu, mencoba makanan, membeli

suatu barang, mendengarkan musik tertentu, membaca buku, menonton

bioskop, berpikir dalam cara tertentu, percaya bahwa sesuatu benar atau

salah, dan sebagainya. Singkatnya, kita banyak mempergunakan waktu

untuk mempersepsi orang lain melalui komunikasi antar persona.

5. Bermain dan mencari hiburan, Bermain mencakup semua kegiatan

untuk memperoleh kesenangan. Bercerita dengan teman tentang

kegiatan diakhir pekan, membicarakan olah raga, menceritakan

kejadian-kejadian lucu dan pembicaran-pembicaraan lain yang hampir

sama merupakan kegitan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan.

Seringkali tujuan ini dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya

komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena bisa memberi

suasanan yang lepas dari keserisusan, ketegangan, kejenuhan dan

sebagainya.

Page 52: Irmayanti (c1d1 10 048)

36

6. Membantu, Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh-

contoh profesi yang berfungsi menolong orang lain. Tugas-tugas

tersebut sebagian besar dilakukan melalui komunikasi antar persona.

Demikian pula, kita sering memberikan berbagai nasihat dan saran pada

teman-teman kita yang sedang menghadapi suatu persoalan dan

berusaha untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Contoh-contoh ini

memperlihatkan bahwa tujuan dari proses komunikasi antar persona

adalah membantu orang lain.

Tujuan-tujuan komunikasi antar persona yang diuraikan diatas

dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu : Pertama, tujuan ini dapat dilihat

sebagai faktor- faktor motivasi atau sebagai alasan-alasan mengapa kita

terlibat komunikasi antar persona. Dengan demikian, kita dapat mengatakan

bahwa kita terlibat dalam komuniaksi antar persona untuk memperoleh

kesenangan, untuk membantu orang lain, untuk mengubah pengetahuan, sikap

dan perilaku seseorang. Kedua, tujuan-tujuan ini dapat dipandang sebagai

hasil atau efek umum dari komunikasi antar persona. Dengan demikian kita

dapat mengatakan bahwa sebagai suatu hasil dari komunikasi antar persona,

kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat hubungan lebih bermakna dan

memperoleh pengetahuan tentang dunia luar (Liliweri, 1997 ; 27 ).

2.1.5. Kelompok rujukan/ Significant Others

Kelompok rujukan memberikan standar (norma atau nilai) yang dapat

menjadi perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berfikir atau

berperilaku. Kelompok rujukan ini berguna sebagai rujukan seseorang dalam

Page 53: Irmayanti (c1d1 10 048)

37

pengambilan keputusan dan sebagai dasar pembandingan bagi seseorang

dalam membentuk nilai dan sikap umum / khusus atau pedoman khusus bagi

perilaku.

Menurut Sumarwan (2003), kelompok rujukan adalah seorang

individu tau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi seseorang.

Menurut Kotler dan Keller (2000), kelompok rujukan sebagai

kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung

terhadap sikap dan perilaku seseorang.

Theodore Newcomb (1930) kelompok rujukan adalah kelompok yang

digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk

membentuk sikap.

Pada awalnya kelompok rujukan dibatasi secara sempit dan hanya

mencakup kelompok-kelompok dengan siapa individu berinteraksi secara

langsung (keluarga dan teman-teman akrab). Tetapi konsep ini secara

berangsur-angsur telah diperluas mencakup pengaruh perorangan atau

kelompok secara langsung maupun tidak langsung. Kelompok rujukan tidak

langsung terdiri dari orang-orang atau kelompok yang masing-masing tidak

mempunyai kontak langsung, seperti para bintang film, pahlawan olahraga,

pemimpin politik, ataupun orang yang berpakain baik dan kelihatan menarik

di sudut jalan (Schiffman, Leon G. and Kanuk, Leslie Lazar, 2000).

Pemikiran tentang generalized other (orang lain yang

digeneralisasikan) berasal dari opini Mead tentang pribadi. Generalized other

adalah suatu peran yang merupakan hasil penyatuan, yang daripadanya

Page 54: Irmayanti (c1d1 10 048)

38

seseorang dapat melihat dirinya sendiri. Yang dilihat orang lain pada kita

tidak lain merupakan persepsi individual kita sendiri secara keseluruhan.

Konsep pribadi disatukan dan diatur melalui internalisasi dari generalized

other tersebut.

Significant others (orang-orang lain yang significant) penting secara

khusus karena mereka adalah individu- individu yang paling dekat dan paling

berpengaruh dalam kehidupan anda. Sebagai hasil dari interaksi mereka

dengan significant others seperti orang tua, saudara-saudara kandung, dan

sesama teman, mereka memandang diri mereka sendiri dengan cara yang

mereka pikir telah dilakukan orang lain terhadap mereka. Mereka menerima

anggapan yang telah diberikan orang-orang kepada mereka dalam berbagai

interaksi mereka dengan orang lain. Ketika mereka berperilaku sesuai dengan

image yang mereka miliki, kesan tersebut menjadi semakin kuat, dan orang-

orang pun menanggapinya dengan cara yang sesuai dalam siklus tertentu.

Jadi, misalnya bila seorang remaja merasa dirinya tidak layak secara sosial, ia

akan menarik diri dari masyarakat, yang kemudian justru memperkuat

anggapan akan dirinya sebagai sosok yang tidak mampu.

2.1.6. Perilaku Komunikasi

Manusia sebagai mahluk yang berakal dan aktif selalu berusaha untuk

mencari kebutuhan yang sesuai dengan dirinya, sebagaimana yang dinyatakan

oleh Freud (gerungan, 1996) bahwa jiwa manusia bukan merupakan sesuatu

yang abstrak, konsisten, dan statis, melainkan sesuatu yang dinamis dalam

ruang dan waktu, dan menyatakan diri sebagai keseluruhan jiwa raga yang

Page 55: Irmayanti (c1d1 10 048)

39

aktif. Kebutuhan seseorang akan informasi mampu menggerakkan secara

aktif usaha melakukan pencarian terhadap sumber informasi.

Perilaku adalah segala tindakan atau reaksi individu terhadap

rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2001). Perilaku juga merupakan

hasil interaksi antara faktor personal berupa instink individu dengan

lingkungan psikologinya (Rakhmat, 2001). Analisis perilaku komunikasi

dalam setiap individu memerlukan pengetahuan tentang lingkungan yang

menyebabkan tingkah laku, penerapan dan pengembangan strategi untuk

mengubah perilaku dan bagaimana suatu strategi dapat mengubah perilaku.

Pengertian perilaku tidak lain segala sesuatu yang dilakukan seseorang seperti

berfikir, emosi, berbicara, bertindak, berjalan, dan lain sebagainya.

Tingkah laku merupakan susunan dari kegiatan, perbuatan, dan

gerakan-gerakan yang jelas dari individu yang dapat diukur dan diamati.

Dalam hal ini suatu tingkah laku merupakan sesuatu yang dapat dilihat dan

diukur frekuensi terjadinya, intensitasnya atau lamanya.

Berlo (1960) menyatakan bahwa perilaku komunikasi seseorang akan

menjadi kebiasaan perilakunya. Perilaku seseorang terbentuk karena adanya

stimulus yang sering menimpanya dan respon terhadap stimulus baik secara

verbal maupun non verbal. Sementara itu menurut kamus komunikasi, istilah

perilaku komunikasi (Communication Behaviour) berarti tindakan atau

kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses

komunikasi (Effendy, 1989).

Page 56: Irmayanti (c1d1 10 048)

40

Perilaku komunikasi merupakan suatu proses dua arah, dimana

seseorang yang terlibat di dalamnya berusaha menciptakan dan

menyampaikan informasi kepada penerima. Dalam hal ini sumber dan

penerima harus memformulasikan, menyampaikan serta menanggapi pesan

tersebut secara jelas, lengkap, dan benar. Dengan demikian perilaku

komunikasi tidak lain dari bagaiman cara melakukan komunikasi dan sejauh

mana hasil yang mungkin diperoleh dengan cara tersebut.

Perilaku Komunikasi Menurut Pandangan Littlejohn:

1. Komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara sengaja diarahkan

kepada orang lain dan diterima oleh mereka.

2. Komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi

penerima, apakah di sengaja ataupun tidak.

3. Komunikasi harus mencakup pesan-pesan yang dikirimkan secara sengaja,

namun sengaja ini sulit untuk ditentukan.

Perilaku dalam komunikasi dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

agresif, pasif, dan asertif.

1. Agresif, merupakan perilaku dimana seseorang akan mempertahankan

sikap dan pendapat, tanpa mempedulikan orang lain, dan menginginkan

hasil akhirnya sebagai pemenang dari komunikasi yang terjadi.

2. Pasif, merupakan perilaku atau sikap menghindari konflik dengan lawan

bicara, demi menjaga suasana damai dan tenang.

Page 57: Irmayanti (c1d1 10 048)

41

3. Asertif, merupakan salah satu tabiat atau perilaku manusia efektif. Perilaku

asertif adalah contoh komunikasi efektif yang berguna dalam

pengembangan diri dan profesi.

Perilaku komunikasi adalah sikap hubungan kontak antar manusia,

baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau

tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Setiap orang yang

hidup dalam masyarakat sejak bangun tidur hingga tidur lagi, secara kodrati

senantiasa terlibat dalam komunikasi. Bahkan sejak manusia dilahirkan sudah

berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada

saat dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah

konsekuensi hubungan sosial (social relations). Masyarakat paling sedikit

terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang

menimbulkan interaksi social (social interaction). Terjadinya interaksi

disebabkan interkomunikasi (Widjaja, 2000).

2.1.7 Pengertian Siswa/Siswi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, siswa/ siswi merupakan

istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Siswa

atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua

orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah,

dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan,

berketerampilan, berpengalaman, berkepribadian, dan mandiri.

Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang

selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia

Page 58: Irmayanti (c1d1 10 048)

42

yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu

komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara

lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif.

1. Pendekatan sosial, siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan

untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota

masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya,

dan masyarakat yang lebih luas. siswa perlu disiapkan agar pada waktunya

mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat

menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai

dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat

sekolah. Dalam konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan rekan

sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah.

Dalam situasi inilah nilai-nilai social yang terbaik dapat ditanamkan secara

bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.

2. Pendekatan Psikologis, siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh

dan berkembang. siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti:

bakat, minat, kebutuhan, social-emosional-personal, dan kemampuan

jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses

pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan

secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan

menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang,

yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi.

Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan

Page 59: Irmayanti (c1d1 10 048)

43

intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan satu

dengan lainnya.

3. Pendekatan edukatif, pendekatan pendidikan menempatkan siswa sebagai

unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem

pendidikan menyeluruh dan terpadu.

Pengertian siswa menurut Wikipedia, Siswa adalah anggota

masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun

pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.

2.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas, maka

teori yang tepat untuk membedah inti permasalahan yaitu teori interaksi

simbolik. Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol

dan interaksi. Banyak ahli dibelakang perspektif ini yang mengatakan bahwa

individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka

mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah

dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.

Sementara itu, menurut George Herbert Mead (dalam Sobur,

2003:203) menyatakan interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang

kerangka referensi (frame of reference) untuk memahami bagaimana

manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan

bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia. Interaksi simbolik ada

karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran

Page 60: Irmayanti (c1d1 10 048)

44

manusia (mind) mengenai diri (self), dan hubungannya di tengah interaksi

sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di

tengah masyarakat (society) dimana individu tersebut menetap. Makna ini

berasal dari interaksi dan tidak cara lain untuk membentuk makna, selain

dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

Menurut model interaksi simbolik, orang-orang sebagai peserta

komunikasi bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan

perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Dalam konteks ini, Blumer

mengemukakan tiga premis yang menjadi dasar model ini yang diyakini oleh

Mead (dalam Mulyana, 2003: 172-173) dikarenakan individu terus berubah,

maka masyarakat pun berubah melalui proses interaksi. Adapun ketiga premis

yang dimaksud antara lain: (1) Manusia bertindak berdasarkan makna yang

diberikan individu terhadap lingkungan fisik; (2) Makna berhubungan

langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan individu dengan lingkungan

sosialnya; (3) Makna diciptakan, dipertahankan, diubah lewat proses

penafsiran yang dilakukan individu dalam berhubungan dengan lingkungan

sosialnya.

Untuk mengetahui uraian di atas, sekiranya dapat dilihat pada bagan

kerangka pemikiran berikut:

Page 61: Irmayanti (c1d1 10 048)

45

BAGAN 2.1

KERANGKA PEMIKIRAN

Bagan Kerangka Pikir di atas telah dimodifikasi oleh penulis, 2014.

Peran Kelompok Rujukan “Significant Others” Dalam

Perilaku Komunikasi Siswa Di Kabupaten Konawe Selatan

Teori Interaksi Simbolik George Herbert

Mead (Stephen W. Littlejohn 2009: 461)

- Mind

- Self

- Society

Keluarga Sahabat Kelompok Belajar

- Simbol Komunikasi

- Perilaku Komunikasi

- Makna Komunikasi

Page 62: Irmayanti (c1d1 10 048)

46

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Konawe Selatan

Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. Penentuan lokasi ini

didasarkan karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit di

kabupaten Konawe Selatan memiliki jumlah yang cukup banyak dan siswa-

siswi dengan latar belakang budaya dan sosial serta perilaku yang berbeda.

Selain itu letaknya yang mudah dijangkau dengan transportasi umum,

sehingga memudahkan penulis dalam proses pengambilan data.

3.2 Subjek dan Informan Penelitian

3.2.1 Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Negeri 2

Konawe Selatan. Adapun jumlah keseluruhan siswa-siswi tersebut adalah 679

orang, dimana data ini adalah jumlah siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe

Selatan pada tahun 2013.

3.2.2 Informan

Informan dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi kelas X dan XI,

jumlah informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebanyak 12 orang

yang terdiri dari:

Page 63: Irmayanti (c1d1 10 048)

47

1. Siswa-siswi berprestasi : 4 orang

2. Siswa-siswi yang mengikuti organisasi sekolah : 4 orang

3. Siswa-siswi yang mengikuti kelompok belajar : 4 orang

Jumlah : 12 orang

3.3 Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dilakukan dengan cara purposive sampling

(secara sengaja). Yaitu informan dilakukan berdasarkan tujuan dan kebutuhan

peneliti, dengan pertimbangan bahwa informan mampu memberikan

keterangan terhadap permasalahan yang diteliti.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah:

1. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan

informan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan

terlebih dahulu.

2. Data kuantitatif, yaitu data yang berdasarkan pada angka-angka atau

jumlah yang diperoleh melalui informasi tertulis baik data-data yang ada di

sekolah maupun hasil observasi yang ada hubungannya dengan objek

penelitian.

Page 64: Irmayanti (c1d1 10 048)

48

3.4.2 Sumber Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pengumpulan data berupa

dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:

1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara

langsung pada objek penelitian atau lokasi untuk melihat langsung

kenyataan yang ada di tempat penelitian.

2. Wawancara, yaitu untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai

objek yang diteliti dengan mengadakan tanya jawab langsung pada

responden, dengan menggunakan pedoman wawancara.

3. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data dari dokumen-dokumen

yang ada dan relevan dengan masalah yang diteliti.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan analisa deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan secara jelas

data-data yang telah diperoleh di lapangan penelitian baik data primer

maupun sekunder, yang telah dikumpulkan dan diolah, serta menjelaskan

tentang peran kelompok rujukan ―significant others‖ dalam perilaku

komunikasi siswa di kabupaten Konawe Selatan.

Page 65: Irmayanti (c1d1 10 048)

49

3.7 Desain Operasional Penelitian

Desain penelitian yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Desain Penelitian

Unit Analisis Kerangka Analisis

Teknik

Pengambilan

Data

Peran Kelompok rujukan

―significant others‖

Dalam Perilaku

Komunikasi Siswa

a. Peran

Keluarga

b. Peran

Kelompok

belajar

c. Peran

Sahabat

Menganalisis:

1. Simbol komunikasi

2. Perilaku komunikasi

3. Makna komunikasi

Menganalisis:

1. Simbol komunikasi

2. Perilaku komunikasi

3. Makna komunikasi

Menganalisis:

1. Simbol komunikasi

2. Perilaku komunikasi

3. Makna komunikasi

Wawancara

Observasi

Studi Pustaka

Wawancara

Observasi

Studi Pustaka

Wawancara

Observasi

Studi Pustaka

Page 66: Irmayanti (c1d1 10 048)

50

3.8 Konseptualisasi

Untuk memperjelas fokus penelitian ini maka dikemukakan

beberapa pengertian yakni:

4. Komunikasi yaitu kegiatan yang melibatkan komponen komunikator,

pesan, saluran dan komunikan dengan komponen yang terjadi di dalam

kelompok sosial remaja.

5. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar.

6. Kelompok rujukan merupakan sekelompok orang yang secara nyata

mempengaruhi perilaku seorang secara langsung atau tidak langsung.

7. Keluarga adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih

memiliki hubungan darah.

8. Sahabat adalah seseorang yang menyukaimu, seseorang dengan siapa kau

dapat menjadi diri sendiri, menghargai kebaikan-kebaikanmu, tidak

keberatan dengan kekuranganmu, dan melihat kelebihan-kelebihan dalam

dirimu.

9. Perilaku komunikasi merupakan perubahan sikap serta pendapat sebagai

akibat dari informasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain

berupa pesan-pesan yang mengandung arti dan makna.

Page 67: Irmayanti (c1d1 10 048)

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1.1. Sejarah SMA Negeri 2 Konawe Selatan

SMA Negeri 2 Konawe Selatan terletak di Desa Ambaipua

Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi

Tenggara, tepatnya di jalan Wolter Monginsidi. Gedung SMA Negeri 2

Konawe Selatan dibangun di atas area 40.000 m².

Visi yang diemban oleh SMA Negeri 2 Konawe Selatan adalah

―Terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi,

mampu berkompetensi sebagai keunggulan mutu berdasarkan iman dan

takwa‖. Sedangkan Misinya adalah: (1) Melaksanakan pembelajaran dan

pembimbingan secara efektif sehingga setiap siswa dapat berkembang

secara optimal sesuai potensi yang dimiliki; (2) Mendorong dan

membantu setiap siswa untuk mengenal potensi dirinya sehingga dapat

dikembangkan lebih optimal; (3) Menerapkan manajemen partisipatif

dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan peran serta komite

sekolah; (4) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensip kepada

seluruh warga sekolah; (5) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran

agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber

dalam bertindak.

Page 68: Irmayanti (c1d1 10 048)

52

SMA Negeri 2 Konawe Selatan sejak awal terbentuknya hingga

sekarang telah mengalami 8 kali pergantian pimpinan atau yang disebut

kepala sekolah. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Nama Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Konawe Selatan Sejak

Berdirinya

No. Nama Kepala Sekolah Masa Tugas

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Drs. Gidion Lario

Drs. La Ora

Drs. Masri

Drs. Rustam Silondae

Drs. Abdul Samad

Drs. I Nyoman Alit Nuarta

Drs. Agustam

Drs. Mudila, M. Si, M.Pd

1983-1988

1988-1995

1995-2000

2000-2004

2004-2007

2007-2011

2011-2014

2014-sekarang

Sumber: Arsip SMA Negeri 2 Konawe Selatan, September 2014

Dari tahun ke tahun SMA Negeri 2 Konawe Selatan mengalami

perubahan dan perkembangan baik secara fisik maupun non fisik. Hal ini

dapat dilihat jumlah pendaftar yang ada pada setiap tahun ajaran sangat

banyak sedangkan permintaan sangat terbatas, sehingga sekolah ini

memberlakukan standar tertentu berdasarkan Nilai Ebtanas Murni (NEM)

untuk menjaring siswa-siswi yang berkualitas sekaligus membatasi

jumlah pendaftar.

Page 69: Irmayanti (c1d1 10 048)

53

Keadaan guru dan pegawai tata usaha, sarana dan prasarana, serta

siswa-siswi di SMA Negeri 2 Konawe Selatan Tahun ajaran 2013/2014

adalah sebagai berikut:

4.1.1.2. Keadaan guru dan staf tata usaha

Berdasarkan data yang ada pada bagian wakasek kehumasan SMA

Negeri 2 Konawe Selatan, pada Tahun Ajaran 2013/2014, jumlah guru

dan staf tata usaha adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Keadaan Guru SMA Negeri 2 Konawe Selatan

No. Jabatan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

1.

2.

3.

4.

Guru tetap

Guru tidak tetap

Tenaga usaha tetap

Tenaga usaha tidak tetap

18 orang

2 orang

1 orang

3 orang

17 orang

3 orang

4 orang

0

Jumlah 24 orang 24 orang

Sumber: Arsip SMA Negeri 2 Konawe Selatan, September 2014

Data tabel tersebut menunjukkan bahwa SMA Negeri 2 Konawe

Selatan memiliki tenaga guru tetap dengan jumlah 35 orang yang terdiri

dari 18 orang laki- laki dan 17 orang perempuan, dengan tenaga guru

tidak tetap berjumlah 5 orang yang terdiri dari 2 orang laki- laki dan 3

orang perempuan. Adapun tenaga usaha tetap berjumlah 5 orang yang

Page 70: Irmayanti (c1d1 10 048)

54

terdiri dari 1 orang laki- laki dan 4 orang perempuan, dengan tenaga

usaha tidak tetap sebanyak 3 orang laki- laki.

4.1.1.3. Keadaan siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan

Berikut dibawah ini data keadaan siswa-siswi SMA Negeri 2

Konawe Selatan berdasarkan tahun ajaran 2013/2014:

Tabel 4.3

Jumlah Siswa-Siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan

Tahun Ajaran 2013/2014

No. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

X (Sepuluh) IPA

X (Sepuluh) IPS

XI (Sebelas) IPA

XI (Sebelas) IPS

XII (Dua Belas) IPA

XII (Dua Belas) IPS

51

59

51

58

48

42

81

62

72

37

101

17

132

121

123

95

149

59

Jumlah 679

Sumber: Arsip SMA Negeri 2 Konawe Selatan, September 2014

Pada tahun ajaran 2013/2014 jumlah siswa-siswi yang tercatat pada

sekolah ini berjumlah 679 siswa dengan penjabaran sebagai berikut:

kelas X berjumlah 253, kelas XI berjumlah 218, dan kelas XII berjumlah

208. Kriteria penjurusan dijabarkan sesuai dengan bakat dan kemampuan

yang dimiliki siswa-siswi dengan berdasarkan hasil belajar dan

kreativitas yang dicapai.

Page 71: Irmayanti (c1d1 10 048)

55

4.1.1.4. Sarana dan prasarana SMA Negeri 2 Konawe Selatan

Berdasarkan perencanaan yang ditetapkan menunjukkan bahwa

sarana dan prasarana yang ada pada SMA Negeri 2 Konawe Selatan

cukup memadai sekaligus dapat menunjang kegiatan minat kreativitas

belajar dan bakat siswa. Hal ini dapat dilihat dengan tersedianya sarana

olahraga yang bernaung pada organisasi siswa (OSIS).

Adapun sarana utama yang mampu menjadi fasilitas pendukung

kegiatan belajar siswa selain ruang belajar terdapat perpustakaan sebagai

taman baca dengan koleksi buku-buku yang cukup memungkinkan siswa

mencari literatur, laboratorium IPA dengan peralatan standar seko lah

menengah atas, ruang laboratorium komputer dilengkapi dengan

peralatan standar internet sebagai pengenalan terhadap teknologi

informasi. Disamping itu terdapat fasilitas pendukung seperti Mushollah

sebagai wadah pembinaan rohani siswa, kantin sekolah, ruang UKS (Unit

Kegiatan Siswa) yang semuanya berada dalam lingkungan sekolah.

Untuk lebih jelasnya sarana prasarana dimaksud dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 72: Irmayanti (c1d1 10 048)

56

Tabel 4.4

Sarana Prasarana SMA Negeri 2 Konawe Selatan

No. Jenis Sarana Jumlah (Buah)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Ruang kelas

Ruang Kepala Sekolah

Ruang Wakasek

Ruang Komite Sekolah

Ruang Tata Usaha

Ruang Keguruan

Ruang Aullah

Ruang BK/BP

Ruang UKS

Ruang Laboratorium Komputer

Ruang Laboratorium IPA

Ruang Perpustakaan

Ruang OSIS

Lapangan Basket

Lapangan Volli

Mushollah

WC. Kepala Sekolah

WC. Guru/Pegawai

WC. Siswa

Kantin Sekolah

22

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

6

2

Sumber: Arsip SMA Negeri 2 Konawe Selatan, September 2014

Page 73: Irmayanti (c1d1 10 048)

57

Data tabel tersebut memberikan penjelasan bahwa sarana dan

prasarana penunjang yang dimiliki telah layak digunakan dalam proses

pembelajaran. Namun demikian, pengadaan ataupun perawatan sarana

dan prasarana yang telah ada masih perlu dilakukan untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas sehingga dapat benar-benar mewujudkan visi dan

misi lembaga ke depan.

4.1.1.5. Karakteristik Informan

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai informan penelitian ini,

dapat dilihat melalui karakteristik informan berdasarkan prestasi,

organisasi sekolah, dan kelompok belajar diantaranya:

1. Profil Informan Berdasarkan Prestasi Siswa-Siswi

Untuk memperoleh hasil yang akurat, maka peneliti

memberikan daftar wawancara kepada informan. Dimana prestasi

informan dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Ni Kadek Dwi Hariyani, usia 17 tahun, berjenis kelamin

perempuan. Dia adalah siswi kelas XI IPA 1. Anak ke 2 dari 4

bersaudara ini merupakan salah seorang siswi yang meraih Juara

Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten.

2. Natasya Sisilia Pagala, usia 16 tahun berjenis kelamin perempuan.

Dia merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Sekarang ini dia

duduk di bangku kelas X IPA 2 dan meraih Juara Olimpiade

Bahasa Inggris Antar Sekolah.

Page 74: Irmayanti (c1d1 10 048)

58

3. Anggar Tri Sakti, usia 16 tahun berjenis kelamin laki- laki adalah

siswa yang meraih Juara Olahraga Lari Antar Sekolah. Anak ke 2

dari 3 bersaudara ini duduk di kelas X IPS 1.

4. Rani, usia 16 tahun, berjenis kelamin perempuan. Dia merupakan

anak tunggal dalam keluarganya. Di sekolah dia meraih juara

olimpiade matematika antar kelas. Sekarang ini dia duduk di

bangku kelas X IPA 2.

2. Profil Informan Berdasarkan Organisasi Sekolah

Karakteristik informan yang mengikuti organisasi sekolah

dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Intan Sasmita berjenis kelamin perempuan adalah siswi kelas XI

IPA 2 yang berperan sebagai Ketua OSIS di sekolah. Siswi yang

berusia 17 tahun ini merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.

2. Ilham Jaya, usia 17 tahun yang sekarang ini duduk di kelas X IPA

1 adalah siswa yang berperan sebagai Ketua Pramuka.

3. Rikha Fitria Rusmin berjenis kelamin perempuan adalah siswa

yang berperan sebagai Ketua PMR. Dia merupakan putra tunggal

dalam keluarganya.

4. Amran Rani berjenis kelamin laki- laki adalah siswa yang

berperan sebagai Ketua Organisasi Musholah Sekolah. Dia

merupakan siswa kelas X IPS 1.

Page 75: Irmayanti (c1d1 10 048)

59

3. Profil Informan Berdasarkan Kelompok Belajar

Karakteristik informan berdasarkan kelompok belajar dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

1. Haerodes Eka Putra Tambunan berjenis kelamin laki- laki adalah

siswa yang berperan sebagai Ketua Kelompok IPA 1. Putra ke 3

dari 4 bersaudara ini adalah siswa kelas XI IPA 1 .

2. Made Yoga Hapsara kelamin laki- laki adalah siswa yang berperan

sebagai Ketua Kelompok IPA 2.

3. Vita Ashari jenis kelamin perempuan adalah siswa yang

berperan Ketua Kelompok IPS 1. Dia merupakan putri tunggal

dalam keluarganya, sekarang ini dia duduk di kelas X1 IPS 1.

4. Nurhaidah Muktahara jenis kelamin perempuan adalah siswa

yang berperan Ketua Kelompok IPS 2.

4.1.2. Peran kelompok rujukan “significant others” dalam perilaku

komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe Selatan

Manusia diciptakan sebagai mahluk individu dan juga mahluk social.

Sebagai mahluk sosial, manusia memiliki dorongan keinginan untuk saling

berhubungan dengan individu lainnya. Dorongan sosial tersebut mengharuskan

setiap individu untuk mampu berkomunikasi dengan orang lain. Manusia selalu

berkeinginan untuk berbicara, berbagi pengalaman, dan bekerja sama dengan

orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Karakteristik kehidupan sosial yang

dimiliki manusia mewajibkan setiap individu untuk membangun sebuah relasi

dengan yang lain, sehingga terjalin sebuah ikatan persahabatan yang bersifat

timbal balik dan saling mempengaruhi.

Page 76: Irmayanti (c1d1 10 048)

60

Penelitian ini fokus pada peran kelompok rujukan ―significant others‖

dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan, yang

menyangkut beberapa hal diantaranya :

4.1.2.1. Peran keluarga sebagai kelompok rujukan “significant others”

dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan

Di semua kehidupan masyarakat, hampir semua orang hidup terikat

dalam jaringan kewajiban dan hak keluarga yang disebut hubungan pe ran (role

relation). Seseorang disadarkan akan adanya hubungan peran tersebut karena

proses sosialisasi yang sudah berlangsung sejak masa kanak-kanak, yaitu suatu

proses di mana ia mengetahui apa yang dikehendaki oleh anggota keluarga lain

yang akhirnya menimbulkan kesadaran tentang kebenaran yang dikehendaki.

Berdasarkan hasil penelitian pada SMA Negeri 2 Konawe Selatan bagi

siswa-siswi anggota keluarga merupakan bagian dari suatu sistem, dalam hal ini

antara satu individu dengan individu lain terdapat satu keterkaitan, saling

berhubungan, saling memerlukan dan saling melengkapi. Orangtua dan anak

merupakan satu ikatan keluarga yang tidak dapat dipisahkan dan bersifat abadi.

Keluarga memiliki hubungan yang cenderung intim antar anggotanya.

Tidak hanya hubungan ikatan darah, keluarga juga memiliki bentuk komunikasi

antar pribadi yang berperan penting dalam proses perkembangan kehidupan

anggota didalamnya, misalnya peranan komunikasi antar pribadi dalam

perkembangan anak remaja yang dinilai membutuhkan banyak perhatian dari

semua anggota keluarga. Komunikasi adalah suatu proses. Segala hal dalam

komunikasi selalu berubah, misalnya partisipan komunikasi dan lingkungan.

Page 77: Irmayanti (c1d1 10 048)

61

Di dalam keluarga, komunikasi melalui proses yang terjadi terus menerus,

misalnya antar anggota keluarga yang baru bangun tidur sudah mulai saling

berkomunikasi mengenai berbagai macam topik. Komunikasi akan berlangsung

terus menerus antar anggota keluarga.

Dalam penelitian ini Peran Keluarga sebagai kelompok rujukan

―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe

Selatan akan membahas hal-hal yang menyangkut :

1. Simbol Komunikasi Dalam Keluarga

Komunikasi merupakan salah satu aktifitas yang sangat

fundamental dalam kehidupan umat manusia. Semua perilaku manusia

disertai dengan simbol-simbol sebagai media berkomunikasi sebagai

bentuk interaksinya. Penggunaan simbol ini dalam komunikasi dikaji

dalam komunikasi nonverbal. Simbol merupakan salah satu inti bentuk

komunikasi yang dapat terlihat dari sebuah interaksi dalam lingkungan

keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan didapatkan bahwa s imbol

komunikasi dalam keluarga sangat beragam dan memiliki fungsi yang

berbeda-beda, simbol komunikasi dalam keluarga dijadikan rujukan bagi

siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan dalam melakukan interaksi

komunikasi dengan lingkungannya.

Salah satu simbol komunikasi yang biasa digunakan oleh siswa

dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 78: Irmayanti (c1d1 10 048)

62

Gambar 4.1. Simbol komunikasi dalam keluarga

Gambar 4.1 merupakan salah satu gambar yang memperlihatkan

salah satu simbol komunikasi dalam keluarga dan peranan keluarga

sebagai rujukan.

Peran Keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant others‖

dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan.

Menurut Ni Kadek Dwi Hariyani, berjenis kelamin perempuan adalah

siswa yang meraih Juara Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten

menyangkut simbol komunikasi dalam keluarga yang dijadikan sebagai

rujukan dalam berperilaku bahwa:

―Kalau menurut saya sebagai seorang siswa peran keluarga itu

sangat penting, dalam keluarga banyak pelajaran penting yang kita dapat termasuk dalam membentuk perilaku kita, kalau dirumah saya semua anggota keluarga berkomunikasi secara baik, ibu

maupun ayah saya selalu mengingatkan untuk berbuat hal-hal yang baik bagi orang lain, biasanya dengan simbol dalam penggunaan

pakaian, dirumah saya selalu diarahkan untuk menggunakan pakaian yang baik dan sopan, selain itu saya selalu bersalaman kepada orang tua saya sebelum berangkat ke sekolah‖.

(Wawancara, 17 September 2014)

Page 79: Irmayanti (c1d1 10 048)

63

Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa simbol

komunikasi dalam keluarga yang bisa dijadikan rujukan dalam

pembentukan perilaku siswa adalah dalam hal berpakaian yang diarahkan

untuk selalu menggunakan pakaian yang rapi dan sopan, serta bersalaman

sebelum berangkat ke sekolah. Selanjutnya menurut Natasya Sisilia

Pagala berjenis kelamin perempuan adalah siswa yang meraih Juara

Olimpiade Bahasa Inggris Antar Sekolah bahwa:

―Iya dalam keluarga saya juga selalu mengajarkan dan mengarahkan untuk berbuat tidak merugikan orang disekitar kita

kalau disekolah saya menjadi cukup lebih baik karena ada pesan yang saya bawa dari keluarga yaitu tadi tetap berbuat baik, kalau tentang simbol komunikasi saya di ajarkan untuk tetap

menggunakan perlakuan-perlakuan dalam penggunaan kata-kata yang baik yang telah saya dapatkan dari keluarga saya‖.

(Wawancara, 17 September 2014)

Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa

menyangkut peran keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant

others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan

adalah sangat bernilai bagi pembentukan perilaku mereka.

Komunikasi orang tua-anak adalah dimana orang tua dan anak

saling mengkomunikasikan keinginan dan harapan masing-masing

terhadap masa depan anak-anak mereka. Komunikasi antara orang tua dan

anak ini juga merupakan bagian dari komunikasi keluarga yang juga

didefinisikan sebagai pertukaran pesan yang mempunyai tujuan, yang

disengaja dan memiliki pemahaman bersama diantara individu- individu

dalam keluarga. Dalam hal ini komunikasi anak dengan orang tua

Page 80: Irmayanti (c1d1 10 048)

64

tercermin dari sikap perilaku yang anak tunjukkan kepada lingkungan

disekitarnya.

2. Perilaku Komunikasi Dalam Keluarga

Komunikasi orang tua-anak adalah dimana orang tua dan anak

saling mengkomunikasikan keinginan dan harapan masing-masing

terhadap masa depan anak-anak mereka. Komunikasi antara orang tua dan

anak ini juga merupakan bagian dari komunikasi keluarga yang juga

didefinisikan sebagai pertukaran pesan yang mempunyai tujuan yang

disengaja dan memiliki pemahaman bersama di antara individu- individu

dalam keluarga. Dalam hal ini komunikasi anak dengan orang tua

tercermin dalam sikap perilaku yang anak tunjukkan kepada lingkungan di

sekitarnya.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan, didapatkan

bahwa para siswa menyadari tentang perilaku komunikasi yang baik dari

keluarga bisa dijadikan rujukan dalam berperilaku yang baik pula di

sekolah.

Salah satu bentuk perilaku komunikasi siswa dalam keluarga dapat

dilihat pada gambar berikut:

Page 81: Irmayanti (c1d1 10 048)

65

Gambar 4.2. Perilaku komunikasi dalam keluarga

Gambar 4.2 merupakan salah satu gambar yang memperlihatkan

salah satu perilaku komunikasi dalam keluarga dan peranan keluarga

sebagai rujukan.

Sebagai pelaku komunikasi siswa harus memahami bahwa hal-hal

yang orang tua ajarkan kepada anak-anaknya itu merupakan suatu cara

agar anak-anak bisa membentuk sikap yang positif ketika akan berbaur

dengan masyarakat termasuk dilingkungan sekolah. Dengan memahami

semuanya ini para siswa akan lebih menyadari betapa komunikasi dalam

berinteraksi dengan keluarga itu sangat penting.

Menyangkut peran Keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant

others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan

untuk perilaku yang didapat dari keluarga, menurut Anggar Tri Sakti

berjenis kelamin laki- laki adalah siswa yang meraih Juara Olahraga Lari

Antar Sekolah bahwa:

―Kalau tentang perilaku saya dalam keluarga cukup memberikan manfaat, apa yang saya dapat dan peroleh dari keluarga

menyangkut perilaku yang baik, biasanya disekolah juga saya

Page 82: Irmayanti (c1d1 10 048)

66

seperti itu mencoba selalu bersikap baik dan tidak merugikan orang

lain. Keluarga memang sangat memberi peran dalam membentuk prilaku saya, keluarga adalah nomor satu yang memberikan segi positif dalam berperilaku saya,dan bisa saya jadikan rujukan

didalam bergaul dalam sekolah‖. (Wawancara, 17 September 2014)

Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa

menyangkut peran Keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant

others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan

adalah menjadi rujukan yang sangat baik dan positif bagi siswa-siswi

dalam pergaulan disekolah. Selanjutnya menurut Intan Sasmita berjenis

kelamin perempuan adalah siswa yang berperan sebagai Ketua OSIS

bahwa:

―Saya sebagai ketua organisasi sekolah disini selalu harus menjadi

contoh yang baik bagi orang atau siswa lain. Saya berbuat dan berperilaku cukup baik karena saya memiliki rujukan yakni keluarga, dalam keluarga saya selalu diajarkan bagaimana

berperilaku yang baik dilingkungan manapun, misalnya ketika berjalan di hadapan orang tua, saya selalu membungkukkan badan

sambil mengatakan kata “tabe” yang artinya permisi. Hal itu saya dapatkan pertama dari orang tua kemudian kakak-kakak saya, mereka sebagai keluarga saya senantiasa mengajarkan hal-hal yang

positif dan bisa saya jadikan rujukan dalam berperilaku sehari-hari baik di lingkungan luar dan terutama lagi di lingkungan sekolah‖.

(Wawancara, 17 September 2014)

Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa

menyangkut peran keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant

others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe

Selatan adalah keluarga merupakan rujukan pertama dalam membentuk

perilaku positif didalam lingkungan manapun termasuk dalam

lingkungan sekolah.

Page 83: Irmayanti (c1d1 10 048)

67

3. Makna Komunikasi Dalam Keluarga

Siswa-siswi di SMA Negeri 2 Konawe Selatan adalah juga

merupakan anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi

anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia

berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat

yang lebih luas. siswa perlu disiapkan agar pada waktunya mampu

melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri

dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan

keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam

konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-

guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi

inilah nilai-nilai social yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap

melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung melalui

komunikasi keluarga yang memang sangat penting.

Menyangkut peran komunikasi keluarga sebagai rujukan menurut

Ilham Jaya berjenis kelamin laki- laki adalah siswa yang berperan sebagai

Ketua Pramuka bahwa:

―Dalam keluarga saya selalu memberikan contoh bagi yang lain, orang tua saya adalah seorang guru jadi selalu saja memberikan

arahan arahan yang baik bagi kami anak-anaknya, komunikasi dalam keluarga saya berjalan sangat baik, banyak sekali manfaat yang saya dapatkan dan jadikan rujukan, keluarga bagi saya banyak

makna dari komunikasi yang saya dapatkan, makna komunikasi yang baik menurut saya dapat saya terapkan dan jadikan rujukan

untuk bertingkah laku dilingkungan sekolah ini‖. (Wawancara,17 September 2014)

Page 84: Irmayanti (c1d1 10 048)

68

Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa

menyangkut peran Keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant

others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan

adalah berasal dari komunikasi keluarga dan memiliki makna bagi mereka.

Selanjutnya menurut Rikha Fitria Rusmin berjenis kelamin perempuan

adalah siswa yang berperan sebagai Ketua PMR bahwa :

―Komunikasi dalam keluarga sangat memiliki banyak makna terutama bagi saya, saya setiap hari disekolah dengan teman-teman

sebaya saya, dengan adik kelas, dengan guru berupaya berbuat baik karena kita memang diharuskan, perbuatan atau perilaku yang baik

yang saya lakukan adalah semuanya berasal dari keluarga, yakni komunikasi yang kami lakukan di keluarga memberikan makna atau arti yang saya jadikan rujukan setiap hari‖. (Wawancara, 17

Septembar 2014)

Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa

menyangkut peran Keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant

others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe

Selatan adalah berasal dari komunikasi keluarga dan memiliki makna

bagi mereka.

4.1.2.2. Peran Kelompok Belajar sebagai kelompok rujukan “significant

others” dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe

Selatan

Kelompok merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama dan berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Dalam

kelompok dikenal juga system terminology tatap muka (face to face) yang

mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan

mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara

Page 85: Irmayanti (c1d1 10 048)

69

verbal maupun non verbal dari setiap anggotanya. Dengan demikian, makna tatap

muka tersebut berkaitan erat dengan adanya interaksi di antara semua anggota

kelompok. Komunikasi dalam kelompok belajar dilakukan dengan menggunakan

kata-kata yang dapat dimengerti oleh anggota kelompok tersebut.

Dalam penelitian ini Peran Kelompok Belajar sebagai kelompok rujukan

―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe

Selatan akan membahas hal-hal yang menyangkut :

1. Simbol Komunikasi Dalam Kelompok Belajar

Komunikasi yang dilakukan oleh siswa-siswi dalam kelompok

belajar adalah proses komunikasi simbolik dimana seluruh sikap dan

orientasi diri yang siswa-siswi tersebut tampilkan terhadap kelompok

belajar dengan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal.

Hasil observasi selanjutnya yang ditemukan oleh penulis adalah

kelompok belajar yang ada di SMA Negeri 2 Konawe Selatan memilki

siswa-siswi dengan suku yang berbeda, untuk itu dalam proses komunikasi

dalam kelompok belajar tersebut dibutuhkan penggunaan bahasa dan

perilaku yang sopan.

Menyangkut simbol komunikasi yang digunakan dalam kelompok

belajar sebagai rujukan dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 86: Irmayanti (c1d1 10 048)

70

Gambar 4.3. Kelompok belajar di sekolah

Gambar 4.3 merupakan salah satu gambar yang memperlihatkan

salah satu simbol komunikasi dalam kelompok belajar dan peranan

kelompok belajar sebagai rujukan.

Menurut Haerodes Eka Putra Tambunan berjenis kelamin laki- laki

adalah siswa yang berperan sebagai Ketua Kelompok IPA 1 bahwa :

―Simbol komunikasi yang kami gunakan dalam kelompok kami adalah seperti, gerakan tubuh yang harus baik, penggunaan kata-

kata yang baik, bahasa yang baik dan penampilan yang baik, kalau semuanya baik maka otomatis anggota kelompok yang lain akan

menggunakan simbol komunikasi tersebut untuk dijadikan rujukan dalam berperilaku dengan lingkungannya termasuk disekolah, dan kami berupaya menggunakan simbol simbol tersebut untuk

dijadikan rujukan bagi siswa lain yang melihatnya agar pada diri kami terbentuk apa yang dinamakan perilaku positif‖. (Wawancara,

17 September 2014) Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa

menyangkut peran Keluarga sebagai kelompok rujukan ―significant

others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan

pada penggunaan simbol simbol komunikasi adalah menggunakan gerakan

tubuh yang harus baik, penggunaan kata-kata yang baik, bahasa yang baik

dan penampilan yang baik.

Page 87: Irmayanti (c1d1 10 048)

71

Selanjutnya menurut Amran Rani berjenis kelamin laki- laki

adalah siswa yang berperan sebagai Ketua organisasi Musholah Sekolah

bahwa :

―Di sekolah kami memiliki kelompok-kelompok belajar, dalam kelompok tersebut tidak terlepas dari penggunaan simbol komunikasi, simbol-simbol yang kami gunakan adalah misalnya,

penggunaan kata yang baik, kelompok belajar kami jadikan rujukan dalam berperilaku, kelompok sangat mempengaruhi kami olehnya

itu kami berusaha mengunakan kata-kata yang merupakan simbol komunikai yang baik, kata-kata yang baik kami gunakan untuk menghargai anggota kelompok yang lain, dan dalam kelompok

belajar kami menggunakan bahasa Indonesia agar kelompok belajar kami bisa harmonis dan tidak menyinggung perasaan orang lain‖.

(Wawancara, 17 September 2014)

Hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa simbol

komunikasi dalam kelompok dapat berupa kata- kata dan simbol tersebut

yang digunakan adalah simbol komunikasi yang bermanfaat dan tidak

merugikan orang lain untuk dijadikan rujukan dalam pembentukan

perilaku yang baik pula.

2. Perilaku Komunikasi Dalam Kelompok Belajar

Perilaku komunikasi manusia harus dipahami dari sudut pandang

subyek, dimana para anggota kelompok memiliki persepsi masing-masing

dalam menggunakan dan mengartikan maksud dan tujuan dalam

penggunaan simbol-simbol komunikasi sesuai dengan kepentingan

masing-masing anggota kelompok.

Menyangkut perilaku komunikasi yang digunakan dalam

kelompok belajar sebagai rujukan dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 88: Irmayanti (c1d1 10 048)

72

Gambar 4.4. Kelompok belajar di rumah

Gambar 4.4 merupakan salah satu gambar yang memperlihatkan

salah satu perilaku komunikasi dalam kelompok belajar dan peranan

kelompok belajar sebagai rujukan.

Menurut Made Yoga Hapsara berjenis kelamin laki- laki adalah

siswa yang berperan sebagai Ketua Kelompok IPA 2 bahwa:

―Perilaku komunikasi dalam kelompok belajar yang kami punya

disekolah ini adalah menjadi contoh atau rujukan dalam berperilaku

komunikasi dimasyarakat terutama dilingkungan sekolah, saya

sebagai ketua kelompok IPA 2 selalu mengarahkan kepada teman-

teman untuk berperilaku yang baik dalam kelompok belajar baik di

sekolah maupun di rumah‖. (Wawancara, 17 September 2014)

Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa perilaku

komunikasi dalam kelompok belajar dapat dijadikan sebagai rujukan bagi

siswa siswi di SMA Negeri 2 Konawe Selatan dalam berperilaku yang

baik termasuk dilingkungan masyarakat yang sangat luas. Selanjutnya

menurut Vita Ashari jenis kelamin perempuan adalah siswa yang

berperan Ketua Kelompok IPS 1 bahwa :

―Di dalam kelompok belajar kami menjalin komunikasi dengan baik, anggota kelompok masing-masing memperlihatkan dan

memberikan bentuk komunikasi yang baik seperti perlakukan dan penggunaan kata-kata yang baik, kalau menurut saya kelompok

Page 89: Irmayanti (c1d1 10 048)

73

belajar yang saya punya bisa menjadi rujukan dalam berperilaku

yang baik, kelompok belajar saya jadikan sebagai rujukan karena sejauh ini kelompok belajar yang kami bentuk memberikan hal-hal yang positif terutama dalam membentuk perilaku yang baik dan

positif dimata semua orang‖. (Wawancara, 17 September 2014)

Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa perilaku

komunikasi dalam kelompok belajar dapat dijadikan sebagai rujukan bagi

siswa siswi di SMA negeri 2 Konawe Selatan dalam berperilaku yang

baik.

3. Makna Komunikasi Dalam Kelompok Belajar

Orang bergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikan

pada orang lain, benda, dan peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam

bahasa yang digunakan orang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain

maupun dengan dirinya sendiri. Bahasa atau penggunaan kata-kata yang

dipergunakan memungkinkan orang untuk berinteraksi dengan orang lain

dalam sebuah kelompok.

Untuk makna komunikasi dalam kelompok belajar menurut

Nurhaidah Muktahara jenis kelamin perempuan adalah siswa yang

berperan Ketua Kelompok IPS 2 bahwa :

―Komunikasi memiliki peran yang sangat banyak dalam keberhasilan kelompok belajar yang kami bangun, komunikasi

memberikan banyak makna, dari komunikasi kami bisa saling memahami satu sama lainnya antar anggota kelompok, perilaku yang baik juga kami bangun karena adanya komunikasi yang baik,

menurut saya makna komunikasi adalah memberikan rujukan kepada kami untuk berbuat yang lebih baik lagi dan berperiku

positif bagi orang lain‖. (Wawancara, 17 September 2014)

Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa

komunikasi memberikan banyak makna dalam kelompok belajar dapat

Page 90: Irmayanti (c1d1 10 048)

74

dijadikan sebagai rujukan bagi siswa siswi di SMA negeri 2 Konawe

Selatan dalam berperilaku yang baik. Selanjutnya menurut Ida Ramdani

Putri jenis kelamin perempuan adalah siswa yang berperan Ketua

Kelompok IPS 3 bahwa :

―Kami menggunakan komunikasi yang baik dalam kelompok

belajar, kelompok belajar dapat saya gunakan dan menjadi rujukan untuk berperilaku dengan orang lain. Hal hal yang positif dari

komunikasi kelompok yang saya ikuti dapat saya terapkan dilingkungan manapun termasuk di ruang kelas, dilingkungan sekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat pada umumnya‖.

(Wawancara, 17 September 2014)

Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa

komunikasi memberikan banyak makna dalam kelompok belajar dapat

dijadikan sebagai rujukan bagi siswa siswi di SMA negeri 2 Konawe

Selatan dalam berperilaku yang baik.

4.1.2.3. Peran Sahabat sebagai kelompok rujukan “significant others” dalam

perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe

Selatan

Hubungan persahabatan adalah hubungan yang terjalin di antara

orang-orang yang cenderung memiliki beberapa karakteristik yang sama.

Sahabat juga bisa menjadi salah satu orang yang penting dalam mengubah

perilaku. Keterbukaan yang terjadi di dalam lingkungan persahabatan juga

bisa membuat orang-orang ini akan mendorong dan mengiring tindakan,

mempengaruhi perilaku, pikiran dan membentuk pikiran.

Berdasarkan pengamatan langsung penulis, didapatkan bahwa

sahabat bagi para siswa di SMA Negeri 2 Konawe Selatan dijadikan juga

sebagai rujukan dalam kegiatan sehari-hari.

Page 91: Irmayanti (c1d1 10 048)

75

Berikut akan dipaparkan tentang simbol komunikasi yang

digunakan serta makna komunikasi dalam berperilaku yakni :

1. Simbol Komunikasi Yang Digunakan Dalam Bersahabat

Penggunaan simbol-simbol dalam artian penggunaan kata-kata

atau bahasa yang digunakan dalam berinteraksi dengan sahabat juga sangat

penting. Pemilihan bahasa yang tepat juga merupakan salah satu hal yang

perlu diperhatikan dalam berkomunikasi. Pemilihan kata-kata dan bahasa

yang salah juga bisa menimbulkan konflik dan kerenggangan dalam

bersahabat.

Berdasarkan observasi di lapangan didapatkan bahwa para siswa-

siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan masing-masing memiliki sahabat

sendiri. Sahabat bagi mereka adalah sekumpulan kawan yang terlibat dalam

kebersamaan, saling mendukung, dan memiliki keakraban. Salah satu

diantaranya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.5. Bentuk komunikasi dengan sahabat

Page 92: Irmayanti (c1d1 10 048)

76

Gambar 4.5 merupakan salah satu gambar yang memperlihatkan

salah satu simbol komunikasi dalam bersahabat dan peranan sahabat

sebagai rujukan.

Menurut Ni Kadek Dwi Hariyani, berjenis kelamin perempuan

adalah siswa yang meraih Juara Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten

bahwa :

―Simbol komunikasi yang biasanya saya gunakan dalam bersahabat adalah seperti simbol komunikasi yang digunakan orang lain pada

umumnya, kami menggunakan bahasa yang baik, perkataan yang sopan dan memperlihatkan perlakuan yang bermanfaat bagi orang

lain, misalnya ketika berjalan saya biasa menggandeng tangan sahabat saya, selain itu dalam bersahabat saya selalu mengutamakan sikap saling menghargai begitu juga sebaliknya

dengan sahabat saya, persahabatan yang kami jalin selama ini bisa menjadi rujukan atau patokan dalam hidup bermasyarakat,

termasuk juga dilingkungan sekolah‖. (Wawancara, 17 September 2014)

Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa

menyangkut peran sahabat sebagai kelompok rujukan ―significant others‖

dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe

Selatan juga dirasakan oleh para siswa. Selanjutnya menurut Natasya

Sisilia Pagala berjenis kelamin perempuan adalah siswa yang meraih

Juara Olimpiade Bahasa Inggris Antar Sekolah bahwa:

―Menurut saya sahabat sangat banyak memberikan manfaat, sahabat bisa dijadikan rujukan untuk melihat bagaimana cara kita seharusnya berperilaku, sahabat saya itu banyak memberikan juga

pelajaran dan pengalaman yang selama ini tidak saya dapatkan dari manapun, dengan sahabat kita bisa menjadi lebih terbuka dan

sebaliknya juga seperti itu, dan akhirnya biasa menjadi rujukan kita untuk berperilaku yang lebih baik lagi‖. (Wawancara, 17 September 2014)

Page 93: Irmayanti (c1d1 10 048)

77

Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa

menyangkut peran sahabat sebagai kelompok rujukan ―significant others‖

dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe

Selatan juga dirasakan oleh para siswa dalam berperilaku.

2. Perilaku Komunikasi Dalam Bersahabat

Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode verbal

(bahasa) juga memakai kode non verbal. Kode non verbal bisa juga

disebut bahasa isyarat atau bahasa diam termasuk salah satunya

tindakan/perilaku (gerak tubuh). Komunikasi antar manusia juga

merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam, artinya manusia

dapat menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata ataupun

isyarat.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan didapatkan

bahwa perilaku komunikasi yang digunakan ketika bersama sahabat oleh

para siswa-siswi di SMA Negeri 2 Konawe Selatan sangat beragam.

Salah satu perilaku komunikasi siswa dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.6. Bentuk komunikasi dengan sahabat

Page 94: Irmayanti (c1d1 10 048)

78

Gambar 4.6 merupakan salah satu gambar yang memperlihatkan

salah satu perilaku komunikasi dalam bersahabat dan peranan sahabat

sebagai rujukan.

Menyangkut perilaku dalam bersahabat sehingga bisa menjadi

rujukan, menurut Anggar Tri Sakti berjenis kelamin laki- laki adalah siswa

yang meraih Juara Olahraga Lari Antar Sekolah bahwa :

―Sahabat bagi saya sudah seperti saudara sendiri, perilaku yang kami bangun dalam bersahabat adalah sikap yang saling

menghargai, tolong menolong atau saling membantu jika ada yang membutuhkan, sahabat bagi saya adalah orang yang bisa saya

jadikan sebagai rujukan dalam berperilaku‖. (Wawancara, 17 September 2014)

Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa

menyangkut peran sahabat sebagai kelompok rujukan ―significant others‖

dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan

membentuk nilai nilai yang positif dalam berperilaku. Selanjutnya

menurut Intan Sasmita berjenis kelamin perempuan adalah siswa yang

berperan sebagai Ketua OSIS:

―Di sekolah ini saya memiliki dua orang sahabat yang masing-masing juga adalah kelompok belajar saya, sahabat bagi saya juga bisa menjadi rujukan dalam berperilaku guna bisa hidup damai di

lingkungan manapun‖. (Wawancara, 17 September 2014)

Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa

menyangkut peran sahabat sebagai kelompok rujukan ―significant others‖

dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe

membentuk nilai nilai yang positif dalam berperilaku.

Page 95: Irmayanti (c1d1 10 048)

79

3. Makna Komunikasi Dalam Bersahabat

Pentingnya memahami peran dalam bersahabat dapat ditelusuri

dengan cara memberikan makna pada sebuah simbol dan perilaku

komunikasi.

Untuk makna komunikasi dalam bersahabat, menurut Ilham Jaya

berjenis kelamin laki- laki adalah siswa yang berperan sebagai Ketua

Pramuka bahwa:

―Dalam bersahabat komunikasi adalah hal yang sangat penting, keterbukaan yang ada karena adanya komunikasi yang baik. Bagi saya komunikasi yang diberikan oleh sahabat saya itu memberikan

banyak makna untuk dapat saya jadikan rujukan dalam berperilaku‖. (Wawancara, 17 September 2014)

Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa

menyangkut peran sahabat sebagai kelompok rujukan ―significant others‖

dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe

melalui komunikasi dapat memberikan banyak makna yang dapat

dijadikan rujukan untuk berperilaku.

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan didapatkan bahwa pada

siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan menyangkut makna

komunikasi yang terkandung dalam simbol dan perilaku komunikasi

siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan dengan keluarga, kelompok

belajar dan sahabat mereka sungguh sangat baik. Dalam penggunaan

bahasa/kata-kata yang siswa siswi lakukan ketika berbicara dengan

keluarga memberikan makna yang baik dengan pemilihan kata-kata yang

sopan, agar tidak ada ketersinggungan yang terjadi antara anggota

keluarga, kelompok belajar serta sahabat mereka. Makna yang terkandung

Page 96: Irmayanti (c1d1 10 048)

80

dari perilaku komunikasi yang dilihat dari segi pandangan mata, raut muka

dan sikap badan juga memberikan pengertian yang baik kepada lawan

bicaranya disesuaikan dengan konteks yang akan dilakukan dan

dibicarakan.

Dalam komunikasi penggunaan bahasa/kata-kata yang tersusun rapi

dan baik juga akan memberikan makna atau arti yang baik untuk penutur

dan lawan tutur. Sama halnya dengan makna dari perilaku komunikasi

penutur kepada lawan tuturnnya. Komunikasi inilah yang menjadikan

hubungan kita akrab, hangat dan menyenangkan. Bila kegagalan untuk

menimbulkan pengertian disebut kegagalan komunikasi primer, maka

gangguan hubungan manusiawi (hubungan menjadi tidak akrab) yang

timbul dari salah pengertian disebut dengan kegagalan dalam

berkomunikasi. Selain itu, jika kita sering melakukan komunikasi untuk

mempengaruhi orang lain. Hal ini juga ditujukan untuk melahirkan

tindakan yang dikehendaki. Menimbulkan tindakan nyata memang

indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan

tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian,

membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik.

Page 97: Irmayanti (c1d1 10 048)

81

4.2. Pembahasan

Peran kelompok rujukan “significant others” dalam perilaku

komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe Selatan

Interaksionisme simbolik mengasumsikan bahwa manusia

menggunakan simbol-simbol dalam komunikasi mereka. Simbol tersebut

diinterpretasikan oleh penerimanya, yang kemudian membuat arti yang

dihubungkan dengan kehidupan sosial. Apapun arti yang diberikan

seseorang terhadap suatu hal, itu merupakan hasil interaksi dengan orang

lain tentang obyek yang dibahas. Suatu obyek tidak memiliki arti bagi

seseorang yang jauh dari interaksi dari orang-orang lain.

Kaitannya dengan Peran kelompok rujukan ―significant others‖

dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe

Selatan adalah bahwa dalam kelompok rujukan tidak terlepas dar i

penggunaan simbol-simbol komunikasi. Adapun simbol-simbol komunikas i

yang digunakan berupa penggunaan kata/ bahasa yang baik, dan gerak

tubuh (gesture) yang mengacu pada setiap tindakan yang dapat memilik i

makna.

Interaksi simbolik ada karena ide- ide dasar dalam membentuk makna

yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan

hubungannya ditengah interaksi social, bertujuan akhir untuk memediasi,

serta menginteprestasikan makna ditengah masyarakat (Society) dimana

individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam

Ardianto (2007: 136), makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain

Page 98: Irmayanti (c1d1 10 048)

82

untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan

individu lain melalui interaksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari

siswa-siswi melakukan interaksi social baik dalam keluarga maupun dengan

kelompok. Orang-orang yang berada dalam keluarga ataupun dalam

kelompok ini disebut kelompok rujukan yang ikut membantu mengarahkan

dan menilai diri siswa. Dengan adanya kelompok ini, para siswa-siswi akan

meniru perilaku yang ada dalam kelompok rujukan. Jadi bisa dikatakan

kelompok rujukan juga ikut mengarahkan perilaku siswa-siswi SMA Negeri 2

Konawe Selatan. Adapun kelompok rujukan ini adalah orang-orang yang

berada di sekitar lingkungan siswa-siswi seperti keluarga, kelompok belajar,

dan sahabat.

4.2.1. Peran Keluarga

Manusia sebagai mahluk social dan juga mahluk komunikasi,

seringkali memiliki keinginan untuk menyatu dengan semuanya

serta alam lingkungan di sekitarnya dengan menggunakan pikiran,

naluri, perasaan, dan keinginan. Manusia bisa memberi reaksi dan

melakukan interaksi dengan lingkungannya sebagai proses dari

sebuah komunikasi. Manusia dalam menjalin hubungan sosialnya

dapat melalui berbagai bentuk interaksi social, salah satu interaksi

social tersebut adalah interaksi dengan menggunakan simbol sebagai

media pengantar pesan, dan pelengkap pesan. Komunikasi simbolik

ini merupakan landasan dari perilaku verbal yang diterapkan dalam

Page 99: Irmayanti (c1d1 10 048)

83

aktifitas lingkungan keluarga. Pentingnya memahami peran

komunikasi keluarga dapat ditelusuri dengan cara memberikan

makna pada sebuah simbol dan perilaku komunikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kelompok rujukan

―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2

di Kabupaten Konawe Selatan salah satunya adalah melalui peran

keluarga.

Bagi siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan keluarga

sebagai lingkungan pertama dan utama dimana siswa-siswi

berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya

disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua

berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga

juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar

kehidupan siswa-siswi berada di dalam lingkungan keluarga,

sehingga pendidikan yang paling banyak diterima adalah dalam

keluarga.

Kelompok rujukan dalam keluarga berperan karena di dalam

keluarga, komunikasi melalui proses yang terjadi terus-menerus,

misalnya antar anggota keluarga yang baru bangun tidur sudah

mulai saling berkomunikasi mengenai berbagai macam topik.

Komunikasi akan berlangsung terus menerus antar anggota keluarga.

Selain itu di lingkungan keluarga inilah karakter-karakter siswa-

siswi biasanya terbentuk menjadi karakter yang positif maupun

Page 100: Irmayanti (c1d1 10 048)

84

karakter yang negatif, hal tersebut dapat dilihat pada penggunaan

simbol-simbol komunikasi yang membentuk perilaku yang

bermakna bagi siswa.

4.2.2. Peran Kelompok Belajar

Mead menyebut gerak tubuh sebagai simbol signifikan.

Karena gerak tubuh (gesture) mengacu pada setiap tindakan yang

dapat memiliki makna. Biasanya, hal ini bersifat verbal juga non

verbal. Ketika ada makna yang dibagi, gerak tubuh menjadi nilai

dari simbol yang signifikan. Masyarakat ada karena ada simbol-

simbol yang signifikan. Secara harfiah kita dapat mendengar diri

kita sendiri dan meresponnya seperti yang orang lain lakukan pada

kita karena adanya kemampuan untuk menyuarakan simbol. Kita

dapat membayangkan seperti apa rasanya menerima pesan kita

sendiri dan kita dapat berempati dengan pendengar tersebut, secara

mental mengisi respon orang lain. Oleh karena itu, masyarakat

terdiri atas sebuah jaringan interaksi sosial dimana anggota–

anggotanya menempatkan makna bagi tindakan mereka dan

tindakan orang lain dengan menggunakan simbol-simbol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kelompok rujukan

―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2

di Kabupaten Konawe Selatan salah satunya adalah melalui peran

kelompok belajar.

Page 101: Irmayanti (c1d1 10 048)

85

Kelompok belajar bagi siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe

Selatan merupakan sekelompok siswa-siswi yang mempunyai tujuan

bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan

bersama, mengenal satu sama lain, dan memandang mereka sebagai

bagian dari kelompok tersebut dan tidak terpisahkan dengan

kegiatan komunikasi.

Dalam kegiatan kelompok belajar, para siswa-siswi SMA

Negeri 2 Konawe Selatan selalu menggunakan komunikasi yang

baik untuk berinteraksi antar anggota kelompok agar terjadi

keserasian dan mencegah konflik dalam lingkungan kelompok

belajar, yang mana konflik dalam kelompok belajar biasanya terjadi

akibat penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan. Dalam

hubungannya dengan komunikasi dalam kelompok belajar,

komunikasi yang terjadi tidak terlepas dari penggunaan simbol-

simbol komunikasi yang digunakan siswa-siswi SMA Negeri 2

Konawe Selatan seperti penggunaan bahasa yang mempunyai peran

yang sangat penting. Dalam hal ini berdasarkan hasil penelitian di

lapangan dan hasil wawancara dengan informan, menunujukkan

bahwa penggunaan bahasa yang baik dalam berkomunikasi dengan

sesama anggota kelompok belajar sangat perlu dilakukan untuk

menghindari konflik, karena terdapat beberapa suku dalam

kelompok belajar tersebut.

Page 102: Irmayanti (c1d1 10 048)

86

4.2.3. Peran Sahabat

Teori interaksi simbolik pada hubungan atara simbol dan

interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu

(Soeprapto. 2007). Banyak ahli dibelakang perspektf ini yang

mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam

konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek

yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya

dengan individu yang lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kelompok rujukan

―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2

di Kabupaten Konawe Selatan salah satunya adalah melalui peran

sahabat.

Sahabat bagi para siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe Selatan

merupakan seseorang yang terlibat dalam kebersamaan, saling

mendukung, dan memiliki keakraban. Hubungan persahabatan

adalah hubungan yang terjalin di antara orang-orang yang cenderung

memiliki beberapa karakteristik yang sama. Sahabat juga bisa

menjadi salah satu orang yang penting dalam mengubah perilaku.

Keterbukaan yang terjadi di dalam lingkungan persahabatan juga

bisa membuat orang-orang ini mendorong dan mengiring tindakan

para siswa-siswi, mempengaruhi perilaku, dan pikiran mereka.

Keakraban dalam berkomunikasi dengan sahabat bisa ditentukan

oleh ketepatan dalam pemilihan kata atau bahasa yang digunakan,

Page 103: Irmayanti (c1d1 10 048)

87

yang mana kata atau bahasa tersebut merupakan simbol yang

membentuk perilaku komunikasi dan memiliki makna komunikasi

untuk dijadikan rujukan bagi siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe

Selatan.

Hasil penelitian memberikan pemahaman bahwa kelompok

rujukan ―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa-siswi

SMA Negeri 2 Konawe Selatan menunjukkan bahwa 3 peran

kelompok rujukan siswa-siswi yang terdiri dari: (1) Keluarga; (2)

Kelompok belajar; dan (3) sahabat didominasi oleh peran sahabat

karena keterbukaan masing-masing siswa lebih menonjol jika

mereka memiliki derajat dan usia yang sama serta intensitas

pertemuan yang sangat sering.

Page 104: Irmayanti (c1d1 10 048)

88

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Bentuk simbol komunikasi siswa-siswi SMA Negeri 2 Konawe

Selatan yang digunakan untuk berkomunikasi dengan keluarga, kelompok

belajar, dan sahabat adalah dengan menggunakan konteks verbal yakni

dengan menggunakan bahasa atau kata yang sopan dan mudah dimengerti

serta memberikan makna komunikasi yang baik. Adapun untuk peran

keluarga, kelompok belajar, dan sahabat sebagai kelompok rujukan

―significant others‖ dalam perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 2 Konawe

Selatan menggunakan simbol yang membentuk perilaku komunikasi dan

memiliki makna komunikasi untuk dijadikan rujukan bagi siswa SMA Negeri

2 Konawe Selatan.

5.2. Saran

1. Kepada para siswa agar dalam pergaulan sehari-hari baik di lingkungan

sekolah maupun di lingkungan masyarakat tetap menggunakan rujukan

yang baik.

2. Kepada pihak sekolah agar dapat menciptakan suasana harmonis untuk

menghasilkan rujukan yang baik untuk para pelajarnya.

Page 105: Irmayanti (c1d1 10 048)

89

3. Kepada peneliti selanjutnya untuk mengkaji permasalahan menyangkut

bahwa peran kelompok rujukan ―significant others‖ dalam perilaku

komunikasi siswa SMA Negeri 2 di Kabupaten Konawe Selatan pada

metode yang lain dengan melihat aspek-aspek yang mempengaruhinya.

Page 106: Irmayanti (c1d1 10 048)

DAFTAR PUSTAKA

A. Pustaka Buku

Bulaeng, Andi. 2002 . Teori Manajemen dan Riset Komunikasi. Narendra.

Jakarta.

----------- 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. PT Andi :

Yogyakarta.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Rajagrafindo

Pratama. Jakarta.

Cangara, Hafied, 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya

Bandung.

D. Lawrence Kincaid, dan Wilbur Schram, 2007 edisi Revisi komunikasi

antar Manusia LP3ES.

Effendy Onong Uchana, 2003,edisi revisi Ilmu Komunikasi dan Praktek, PT

Rajawali Press Jakarta.

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi : Teori & Praktik. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Fisher.B.aubrey, 2003.edisi Revisi teori komunikasi suatu pengantar,Remaja

Rosda Karya Bandung.

Hidayat Dasrun,2012,. Komunikasi Antar Pribadi . PT. Graha Ilmu

Yogyakart.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta :

Kencana Prenada Media Group.

Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi. Bandung: Widya padjajaran.

Page 107: Irmayanti (c1d1 10 048)

Littlejohn,W, Stephen. 2009. Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta: Salemba

Humanika.

Ludwig Suparmo,2011,Aspek Ilmu Komunikasi,PT Indeks,Jakarta Barat

Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

--------------------, 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

.........................., 2004. Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Rosda Karya.

........................., 2007. Ilmu komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung : Remaja

Rosda Karya.

Suprapto, Toomy. 2006. Pengantar Teori Komunikasi : PT. Media Pressindo,

Yogyakarta.

Ritzer dan Godman. 2004. Teori Sosiologi Modern Edisi 6. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Page 108: Irmayanti (c1d1 10 048)

B. Pustaka Online

Admin. 2012. Pengertian Masyarakat. www.kumpulblogger.com.[12

agustus 2014].

Decyku. 2010. Definisi Masyarakat. www. WordPress.com. [15 Juli 2014].

http://wantysastro.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-komunikasi-verbal-

dan-nonverbal-beserta-contoh diakses,15 juli 2014

id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat diakses 27 januari 2014

adiprakosa.blogspot.com/2008/07/komunikasi-kelompok.html 18 Juli 2008

diakses 27 agustus 2014

Page 109: Irmayanti (c1d1 10 048)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 110: Irmayanti (c1d1 10 048)

PEDOMAN WAWANCARA

Judul penelitian : Peran Kelompok Rujukan “Significant Others” Dalam

Perilaku Komunikasi Siswa

(Studi Komunikator di SMA Negeri 2 Konawe Selatan)

IDENTITAS INFORMAN

1. Nama Informan :

2. Tempat Tanggal lahir :

3. Agama :

4. Alamat :

5. Suku :

6. Siswa Kelas : (X) (XI)

PERTANYAAN

1. Siapa sajakah yang menjadi panutan anda dalam perilaku sehari-hari ?

2. Apakah arti keluarga bagi anda ?

3. Selain keluarga, apakah ada pihak lain yang menjadi panutan anda ?

4. Siapa saja mereka yang anda maksud ?

5. Menurut anda, apa arti pentingnya merka bagi anda ?

6. Hal apa saja yang perlu anda rujuk ?

7. Dalam ha apa saja rujukan itu penting bagi anda ?

Page 111: Irmayanti (c1d1 10 048)

8. Apakah anda sering berberbagi perngalaman, cerita, dan pandangan dengan

keluarga, sahabat, dan lain- lain?

9. Bagaimana cara anda menyampaikan anda rasakan, alami, termasuk yang

dilakukan

10. Apakah yang telah anda lakukan dengan keluarga, sahabat, dan lain—lain

menjadi pegangan dan pengacu hidup anda sehari-hari ?

Page 112: Irmayanti (c1d1 10 048)
Page 113: Irmayanti (c1d1 10 048)
Page 114: Irmayanti (c1d1 10 048)
Page 115: Irmayanti (c1d1 10 048)