ipv6

19
1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi jaringan komputer dewasa ini semakin pesat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan layanan yang memanfaatkan jaringan komputer. Pada sistem jaringan komputer, protokol merupakan suatu bagian yang paling penting. Protokol jaringan yang umum digunakan adalah IPv4. Akan tetapi protokol telah berumur lebih dari 20 tahun masih terdapat beberapa kekurangan dalam menangani jumlah komputer dalam suatu jaringan yang semakin kompleks. Telah dikembangkan protokol jaringan baru, yaitu IPv6 yang merupakan solusi dari masalah diatas. IPv6 adalah solusi satu-satunya krisis alokasi IPv4. IPv6 memiliki banyak kelebihan seperti kemanan, kemampuan konfigurasi dan automatic routing serta jumlah pengalamatan yang mencapai 2 128 , setara dengan setiap inci permukaan bumi. Jauh lebih banyak dari IPv4 yang hanya sejumlah 4 Milyar. Akan tetapi, riset, pengembangan dan implementasi IPv6 sejauh ini masih sangat terbatas dan jauh lebih lambat dibandingkan percepatan konsumsi IPv6. Belum ada satu pun negara yang merasa telah memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengelola IPv6. Koordinasi antar negara juga masih sangat rendah. Sehingga ada kekhawatiran IPv6 tidak akan siap menggantikan IPv4 pada saat puncak krisis tercapai. Bila semula krisis diproyeksikan terjadi pada tahun 2018 2025, ternyata laju percepatan pada saat ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2012. 2. Kajian Pustaka a) Transmission Control Protocol Transmission Control Protocol berfungsi untuk mentransmisikan data pada setiap segmen dimana paket data akan dipecah dalam jumlah yang sesuai dengan besaran paket kemudian dikirim satu persatu hingga selesai. Untuk menjamin pengiriman data dapat sampat dengan baik ke tujuan, maka pada setiap paket pengiriman, TCP akan menyertakan nomor seri (sequence number). Selanjutnya, komputer tujuan yang telah menerima paket tersebut akan mengirim sebuah sinyal acknowledge dalam satu periode yang ditentukan. Apabila dalam periode tersebut komputer tujuan belum mengirimkan sinyal acknowledge, maka akan terjadi time out yang menandakan pengiriman paket gagal dan harus dilakuan pengiriman kembali. Model protokol TCP disebut sebagai connection oriented protocol.

Transcript of ipv6

Page 1: ipv6

1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi jaringan komputer dewasa ini semakin pesat seiring

dengan kebutuhan masyarakat akan layanan yang memanfaatkan jaringan komputer.

Pada sistem jaringan komputer, protokol merupakan suatu bagian yang paling

penting. Protokol jaringan yang umum digunakan adalah IPv4. Akan tetapi protokol

telah berumur lebih dari 20 tahun masih terdapat beberapa kekurangan dalam

menangani jumlah komputer dalam suatu jaringan yang semakin kompleks. Telah

dikembangkan protokol jaringan baru, yaitu IPv6 yang merupakan solusi dari

masalah diatas.

IPv6 adalah solusi satu-satunya krisis alokasi IPv4. IPv6 memiliki banyak

kelebihan seperti kemanan, kemampuan konfigurasi dan automatic routing serta

jumlah pengalamatan yang mencapai 2128

, setara dengan setiap inci permukaan

bumi. Jauh lebih banyak dari IPv4 yang hanya sejumlah 4 Milyar. Akan tetapi, riset,

pengembangan dan implementasi IPv6 sejauh ini masih sangat terbatas dan jauh

lebih lambat dibandingkan percepatan konsumsi IPv6. Belum ada satu pun negara

yang merasa telah memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengelola IPv6.

Koordinasi antar negara juga masih sangat rendah. Sehingga ada kekhawatiran IPv6

tidak akan siap menggantikan IPv4 pada saat puncak krisis tercapai. Bila semula

krisis diproyeksikan terjadi pada tahun 2018 – 2025, ternyata laju percepatan pada

saat ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2012.

2. Kajian Pustaka

a) Transmission Control Protocol

Transmission Control Protocol berfungsi untuk mentransmisikan data pada

setiap segmen dimana paket data akan dipecah dalam jumlah yang sesuai dengan

besaran paket kemudian dikirim satu persatu hingga selesai. Untuk menjamin

pengiriman data dapat sampat dengan baik ke tujuan, maka pada setiap paket

pengiriman, TCP akan menyertakan nomor seri (sequence number). Selanjutnya,

komputer tujuan yang telah menerima paket tersebut akan mengirim sebuah

sinyal acknowledge dalam satu periode yang ditentukan. Apabila dalam periode

tersebut komputer tujuan belum mengirimkan sinyal acknowledge, maka akan

terjadi time out yang menandakan pengiriman paket gagal dan harus dilakuan

pengiriman kembali. Model protokol TCP disebut sebagai connection oriented

protocol.

Page 2: ipv6

b) Internet Protocol

IP (Internet Protokol) adalah protokol yang digunakan untuk komunikasi

data yang berada pada lapisan jaringan dan digunakan oleh protokol TCP/IP

untuk pengalamatan dan routing paket data antara host-host di jaringan

komputer berbasis TCP/IP. IP disebut bersifat routable karena kemampuannya

untuk pengalamatan jaringan dan pada header IP terdapat informasi-informasi

yang dibutuhkan untuk menentukan rute paket. Berbeda dengan TCP, IP hanya

menyediakan layanan pengiriman data secara connectionless oriented serta tidak

handal kepada protocol-protokol yang berada lebih tinggi dibandingkan protokol

IP. Connectionless oriented adalah proses pengiriman data tanpa memerlukan

adanya koneksi yang terpelihara atau terjalin sehingga tidak terdapat sinyal

acknowledgment dalam proses pengiriman data.

c) IPv4

Alamat IP versi 4 (sering disebut dengan Alamat IPv4) adalah sebuah jenis

pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang

menggunakan protokol IP versi 4. Panjang totalnya adalah 32-bit, dan secara

teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer di seluruh dunia.

Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik

(dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-

bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena

setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255

(meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai).

Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan

menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:

Network Identifier/NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang

digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan di mana host

berada. Dalam banyak kasus, sebuah alamat network identifier adalah sama

dengan segmen jaringan fisik dengan batasan yang dibuat dan didefinisikan

oleh router IP. Meskipun demikian, ada beberapa kasus di mana beberapa

jaringan logis terdapat di dalam sebuah segmen jaringan fisik yang sama

dengan menggunakan sebuah praktek yang disebut sebagai multinetting.

Semua sistem di dalam sebuah jaringan fisik yang sama harus memiliki

Page 3: ipv6

alamat network identifier yang sama. Network identifier juga harus bersifat

unik dalam sebuah internetwork. Jika semua node di dalam jaringan logis

yang sama tidak dikonfigurasikan dengan menggunakan network identifier

yang sama, maka terjadilah masalah yang disebut dengan routing error.

Alamat network identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255

Host Identifier/HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan

khusus untuk mengidentifikasikan alamat host (dapat berupa workstation,

server atau sistem lainnya yang berbasis teknologi TCP/IP) di dalam

jaringan. Nilai host identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255 dan harus

bersifat unik di dalam network identifier/segmen jaringan di mana ia berada

IPv4 terbagi menjadi 5 kelas yang masing-masing mempunyai cara

penulisan yang berbeda. Berikut ini merupakan table dari pembagian kelas

pada IPv4.

Tabel 1. Tabel Pembagian kelas IPv4

Kelas Oktet

Pertama

Network

Identifier

Host

Identifier

Jumlah

Jaringan

Jumlah

Host

A 1-126 W X.Y.Z 126 16.777.214

B 128-191 W.X Y.Z 16.384 65.534

C 192-223 W.X.Y Z 2.097.152 254

D 224-239 - - - -

E 240-255 - - - -

d) IPv6

IP versi 6 (IPv6) adalah protokol internet versi baru yang didesain sebagai

pengganti dari Internet protokol versi 4 (IPv4) yang didefinisikan dalam RFC

791. IPv6 yang memiliki kapasitas alamat (address) raksasa (128 bit),

mendukung penyusunan alamat secara terstruktur, yang memungkinkan Internet

terus berkembang dan menyediakan kemampuan routing baru yang tidak

terdapat pada IPv4. IPv6 memiliki tipe alamat anycast yang dapat digunakan

untuk pemilihan rute secara efisien. Selain itu IPv6 juga dilengkapi oleh

mekanisme penggunaan alamat secara lokal yang memungkinkan terwujudnya

Page 4: ipv6

instalasi secara Plug&Play, serta menyediakan platform bagi cara baru

pemakaian Internet, seperti dukungan terhadap aliran data secara real-time,

pemilihan provider, mobilitas host, end-to-end security, maupun konfigurasi

automatis

Automatisasi berbagai setting / Stateless-less auto-configuration

(plug&play). Alamat pada IPv4 pada dasarnya statis terhadap host. Biasanya

diberikan secara berurut pada host. Memang saat ini hal di atas bisa dilakukan

secara automatis dengan menggunakan DHCP (Dynamic Host Configuration

Protokol), tetapi hal tersebut pada IPv4 merupakan fungsi tambahan saja,

sebaliknya pada IPv6 fungsi untuk mengatur secara automatis disediakan secara

standar dan merupakan default-nya. Pada setting automatis ini terdapat dua cara

tergantung dari penggunaan address, yaitu setting automatic stateless dan

statefull.

1) Pengaturan Automatic Statefull

Cara pengelolaan secara ketat dalam hal kisaran IP address yang diberikan

pada host dengan menyediakan server untuk pengelolaan keadaan IP address

dimana cara ini hampir mirip dengan cara DHCP pada IPv4. Pada saat

melakukan pengaturan secara automatis, informasi yang dibutuhkan antara

router, server dan host adalah ICMP (Internet Control Message Protokol) yang

telah diperluas. Pada ICMP dalam IPv6 ini, termasuk pula IGMP (Internet

Group management Protokol) yang dipakai pada multicast pada IPv4.

Gambar 1. Pengaturan Automatic Statefull

2) Pengaturan Automatic Stateless

Pada cara ini tidak perlu menyediakan server untuk pengelolaan dan

pembagian IP address, hanya mengatur router saja dimana host yang telah

Page 5: ipv6

tersambung di jaringan dari router yang ada pada jaringan tersebut memperoleh

prefix dari address dari jaringan tersebut. Kemudian host menambah pattern bit

yang diperoleh dari informasi yang unik terhadap host, lalu membuat IP address

sepanjang 128 bit dan menjadikannya sebagai IP address dari host tersebut.

Pada informasi unik bagi host ini, digunakan antara lain MAC Addressdari

network interface. Pada pengaturan automatic stateless ini dibalik kemudahan

pengelolaan, pada Ethernet atau FDDI karena perlu memberikan minimal 48 bit

(sebesar MAC Address) terhadap satu jaringan, memiliki kelemahan yaitu

efisiensi penggunaan alamat yang buruk.

Gambar 2. Pengaturan Automatic Stateless

e) Format Header IPv6

HEADER IPv6

Version

(4)

Traffic Class

(8)

Flow Label

(20)

Payload Length

(16)

Next Header

(8)

Hop Limit

(8)

Source Address

(128)

Destination Address

(128)

HEADER IPv4

Version

(4)

IHL

(4)

Type of Service

(8)

Total Length

(16)

Identification

(16)

Rags

(3)

Flagment Offset

(13)

Time To Live

(8)

Protocol

(8)

Header Checksum

(16)

Source IP Address

(32)

Destination IP Address

(32)

Options

(24)

Padding

(8)

Keterangan

Page 6: ipv6

: Field yang dipertahankan pada IPv6

: Field yang berubah nama/posisi pada IPv6

: Field yang dihilangkan pada IPv6

: Field baru pada IPv6

Gambar 3. Perbandingan format header IPv6 dengan IPv4

Secara sederhana header IPv6 dibagi menjadi 2 bagian, yaitu header standar

(default) dan header tembahan (extension). Header standart (default) adalah

field-field yang selalu ada dalam setiap paket IPv6, sedangkan header tambahan

(extension) adalah field-field IPv6 yang ditambahkan hanya saat diperlukan saja,

letaknya berada diantara header standar IPv6 dengan upper-layer header.

Bedasarkan Gambar diatas, dapat dilihat header pada IPv6 memiliki ukuran

yang lebih besar daripada header IPv4. Hal tersebut tentu saja untuk mendukung

pengalamatan IPv6 yang mencapai 128 bit. Walaupun demikian, header IPv6

memiliki format yang lebih sederhana dibandingkan dengan header IPv4. Ini

disebabkan adanya beberapa field pada header IPv4 yang dihilangkan pada

header IPv6. Field-field pada IPv4 yang dihilangkan pada header IPv6 yaitu

Internet Header Length (IHL), Identification, Flags, Fragment Offset, Header

Checksum, Options, serta Padding, sedangkan field Version, Source Address,

dan Destination Address tetap dipertahankan pada IPv6. Pada header IPv6

sendiri diberikan field baru yang bernama Flow Label. Fungsi dari masing-

masing field pada header standar IPv6 dijelaskan sebagai berikut.

Version merupakan 4 bit field yang menunjukkan versi protokol IP yang

digunakan (bernilai 6 bila menggunakan IPv6).

Traffic Class merupakan 8 bit field yang berfungsi untuk menentukan

skala prioritas antar paket atau mengidentifikasi paket-paket yang

membutuhkan penanganan khusus. Field ini menggantikan field Type of

Service pada IPv4.

Payload Length merupakan 16 bit field yang berfungsi untuk

menunjukkan panjang bit data (payload) yang dibawa oleh setiap paket

IPv6. Field ini serupa dengan field Total Length pada IPv4,

perbedaannya panjang bit header IPv6 tidak diikutsertakan dalam

perhitungan.

Page 7: ipv6

Next Header merupakan 8 bit field yang menunjukkan jenis protokol

dari paket IPv6 tersebut. Selain itu field ini juga berfungsi untuk

mengidentifikasi adanya extension header beserta jenisnya pada sebuah

paket IPv6. Field ini serupa dengan field Protocol Type pada header

IPv4.

Hop Limit merupakan 8 bit field yang menunjukkan jumlah hop

maksimum yang dapat dilewati paket tersebut sebelum di-discard dari

jaringan. Apabila sebuah router (hop) menerima sebuah paket dengan

nilai hop limit “1”, maka router tersebut akan mengurangi 1 nilai field

hop limit menjadi bernilai “0”. Karena field hop limit mencapai nilai “0”

maka paket tersebut akan di-discard dan router mengirim pesan

ICMPv6. Field ini serupa dengan field Time To Live (TTL) pada header

IPv4.

Source Address merupakan 128 bit field yang menunjukkan alamat IPv6

dari node asal paket.

Destination Address merupakan 128 bit field yang menunjukkan alamat

IPv6 dari node tujuan paket.

Flow Label merupakan 20 bit field yang berfungsi mengidentifikasi

paket-paket real-time yang membutuhkan perlakuan yang sama atau

dianggap memiliki alur data yang sama. Flow label merupakan field

baru yang ditambahkan pada header IPv6 dan sebelumnya tidak ada pada

header IPv4.

Extension header pada IPv6 merupakan header yang menggantikan fungsi

field Option pada header IPv4. Extension header merupakan header tambahan

diluar dari header standar IPv6, artinya sebuah paket IPv6 bisa memiliki

extension header bisa juga tidak. Paket yang tidak memiliki extension header

akan diproses lebih cepat dibandingkan dengan paket yang memiliki extension

header. Berbeda dengan IPv4 dimana field Option menjadi bagian dari format

header standar IPv4 sehingga setiap node pada jaringan memproses paket lebih

lama. Dengan demikian keberadaan extension header sebagai pilihan pada IPv6

dapat meningkatkan efisiensi proses routing jaringan IPv6. Posisi extension

header pada IPv6 dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

Page 8: ipv6

IPv6 Header Extension Header Upper Layer Header

Gambar 4. Posisi extension header pada protokol IPv6

Setiap paket IPv6 dapat terdiri dari nol, satu ataupun beberaa extension header

sekaligus. Bedasarkan RFC 2460 terdapat 6 jenis extension header IPv6, yaitu:

Hop-by-hop Options Header digunakan untuk mengidentifikasi paket

yang harus diproses disetiap router jaringan yang dilewati. Hop-by-hop

Options header memiliki nilai next header = 0.

Destination Options Header digunakan untuk memuat informasi

tambahan untuk diproses pada node tujuan. Apabila destination options

header muncul sebelum routing header, maka header tersebut harus

diproses oleh router yang tercantum pada routing header. Apabila

destination options header muncul sebelum upper-layer header, maka

header tersebut harus diproses oleh node tujuan paket. Destination

options header memiliki nilai next header = 60.

Routing Header digunakan untuk mencantumkan satu atau lebih node

intermediate yang harus dilewati paket sebelum sampai ke tujuannya.

Atau dengan kata lain header ini dapat digunakan untuk menentukan

jalur routing sebuah paket IPv6. Routing header memiliki nilai next

header = 43.

Fragment Header digunakan oleh node tujuan untuk mengidentifikasi

apakah paket merupakan bagian dari suatu fragment atau tidak. Berbeda

dengan IPv4, pada IPv6 router intermediate tidak diperbolehkan

melakukan fragmentasi paket. Fragmentasi paket hanya dapat dilakukan

oleh node pengirim setelah mengetahui ukuran maksimum MTU

(Maximum Transfer Unit) yang dapat didukung jaringan sampai node

yang dituju. Fragment header memiliki nilai next header = 44.

Authentication Header digunakan untuk mengidentifikasi autentikasi,

integritas data serta anti-replay protection. Authentication header

memiliki nilai next header = 51.

Page 9: ipv6

Encapsulating Security Payload Header digunakan untuk

mengidentifikasi autentikasi, integritas data serta anti-replay protection

khusus untuk paket yang dienkapsulasi. Encapsulating Security Payload

header memiliki nilai next header = 50.

f) Penulisan Alamat pada IPv6

Salah satu kelebihan yang dimiliki IPv6 adalah ruang alamat IP yang lebih

besar dari pendahulunya, IPv4. Alamat IPv4 yang terdiri dari 32 bit hanya

mampu menyediakan sebanyak 232 (± 4,3x109) alamat, sementara alamat IPv6

terdiri dari 128 bit sehingga mampu menyediakan sebanyak 2128 (± 3,4x1038)

alamat. Jumlah tersebut 296 kali lebih banyak dari yang dapat disediakan oleh

IPv4. Dengan jumlah alamat IPv6 tersebut diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan akan alamat IP di masa depan.

Penulisan alamat IPv6 memiliki format yang berbeda dengan alamat IPv4.

Alamat IPv4 terdiri atas 32 bit biner ditulis dalam 4 oktet masing-masing 8 bit,

dimana antar oktet dipisahkan dengan notasi titik (.). Setiap oktet nantinya

diterjemahkan menjadi bilangan desimal dengan nilai 0-255. Contoh penulisan

alamat IPv4 adalah seperti berikut ini.

11000000 . 10101000 . 00000001 . 00001011

192 . 168 . 1 . 11

Alamat IPv6 terdiri atas 128 bit biner ditulis dalam 8 blok masing-masing

16 bit, dimana antar blok dipisahkan dengan notasi colon (:). Tiap blok nantinya

diterjemahkan menjadi 4 bit bilangan heksadesimal dengan nilai antara 0000-

FFFF. Untuk memudahkan penulisan angka “0” maka blok yang bernilai “0000”

dapat dituliskan dengan sebuah “0” saja, sedangkan untuk beberapa blok yang

bernilai 0 berurutan penulisannya dapat digantikan dengan notasi dual colon (::).

Notasi dual colon hanya boleh dituliskan satu kali pada setiap alamat IPv6.

Contoh penulisan alamat IPv6 adalah seperti berikut ini.

Page 10: ipv6

0010000111011010 0000000000000000 0000000000000000 0010111100111011

21DA 0000 0000 2F3B

0000001010101010 0000000001111111 1111111100010100 0100111000101101

02AA 00FF FE28 9C5A

Bentuk tersebut dapat disederhanakan menjadi

21DA:0:0:2F3B:2AA:FF:FE28:9C5A

21DA::2F3B:2AA:DD:FE28:9C5A

Selain penulisan alamat yang berbeda dengan IPv4, metode pengalamatan

pada IPv6 juga mengalami perubahan. Metode pengalamatan broadcast yang

umum digunakan pada IPv4 tidak lagi digunakan pada IPv6. Metode broadcast

mengirimkan duplikasi paket ke seluruh jaringan yang berada dalam satu

broadcast domain atau disebut broadcast storm. Hal ini dapat menurunkan

kinerja. jaringan secara keseluruhan sehingga dianggap tidak efisien. Oleh

karenanya pada IPv6 digunakan 3 metode pengalamatan untuk kebutuhan yang

berbeda yaitu unicast, multicast dan anycast.

g) Address IPv6

1) Unicast (One-to-one)

Digunakan untuk komunikasi satu lawan satu, dengan menunjuk satu host.

Pada alamat unicast ini terdiri dari :

1. Global, alamat yang digunakan misalnya untuk alamat provider atau alamat

geografis.

2. Link Local Address adalah alamat yang dipakai di dalam satu link saja. Yang

dimaksud link di sini adalah jaringan lokal yang saling tersambung pada satu

level. Alamat ini dibuat secara automatis oleh host yang belum mendapat

alamat global, terdiri dari 10+n bit prefix yang dimulai dengan "FE80" dan

field sepanjang 118-n bit yang menunjukkan nomor host. Link Local Address

digunakan pada pemberian alamat IP secara automatis.

3. Site-local, alamat yang setara dengan private address, yang dipakai terbatas di

dalam site saja. Alamat ini dapat diberikan bebas, asal unik di dalam site

Page 11: ipv6

tersebut, namun tidak bisa mengirimkan paket dengan tujuan alamat ini di

luar dari site tersebut.

Gambar 5. Pengiriman paket pada Unicast Address

2) Multicast (One-to-many)

Yang digunakan untuk komunikasi satu lawan banyak dengan menunjuk

host dari group. Multicast address ini pada IPv4 didefinisikan sebagai kelas D

sedangkan pada IPv6 ruang yang 8 bit pertamanya di mulai dengan "FF"

disediakan untuk multicast address. Ruang ini kemudian dibagi-bagi lagi untuk

menentukan range berlakunya. Kemudian blockcast address pada IPv4 yang

alamat bagian hostnya didefinisikan sebagai "1", pada IPv6 sudah termasuk di

dalam multicast address ini. Blockcast address untuk komunikasi dalam segmen

yang sama yang dipisahkan oleh gateway, sama halnya dengan multicast

address dipilih berdasarkan range tujuan.

Gambar 6. Pengiriman paket pada multicast address

3) Anycast

Page 12: ipv6

Yang menunjuk host dari group, tetapi paket yang dikirim hanya pada satu

host saja. Pada alamat jenis ini, sebuah alamat diberikan pada beberapa host,

untuk mendefinisikan kumpulan node. Jika ada paket yang dikirim ke alamat ini,

maka router akan mengirim paket tersebut ke host terdekat yang memiliki

Anycast address sama. Dengan kata lain, pemilik paket menyerahkan pada

router tujuan yang paling cocok bagi pengiriman paket tersebut. Pemakaian

Anycast ini misalnya terhadap beberapa server yang memberikan layanan seperti

DNS (Domain Name Server). Dengan memberikan Anycast alamat Address

sama pada server-server tersebut, jika ada paket yang dikirim oleh client ke

alamat ini, maka router akan memilih server yang terdekat dan mengirimkan

paket tersebut ke server tersebut. Sehingga, beban terhadap server dapat

terdistribusi secara merata. Bagi anycast ini tidak disediakan ruang khusus. Jika

terhadap beberapa host diberikan sebuah alamat yang sama, maka alamat

tersebut dianggap sebagai Anycast Address.

h) Kelas IPv6

Ada beberapa kelas IPv6 yang penting yaitu :

1. Aggregatable Global Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah

alamat IPv6 dengan bit awal 001.

2. Link-Local Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6

dengan bit awal 1111 1110 10.

3. Site-Local Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat

dengan bit awal 1111 1110 11.

4. Multicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan

bit awal 1111 1111.

i) Mekanisme Transisi IPv6

Bermacam-macam teknologi telah tersedia untuk memudahkan proses

transisi dari IPv4 ke IPv6. Secara garis besar, teknologi-teknologi tersebut dibagi

menjadi tiga metode, yaitu dual-stack, translation, dan tunneling.

1) Dual –Stack

Metode transisi dual-stack adalah penggunaan dua protocol stack (IPv4

dan IPv6) sekaligus pada semua divais yang membutuhkan akses ke dua

Page 13: ipv6

teknologi layer jaringan tersebut. Divais dengan dual-stack perlu

dikonfigurasikan dengan alamat IPv4 dan IPv6. Divais tersebut harus dapat

berkomunikasi dengan menggunakan IPv4 dan IPv6. Divais tersebut juga harus

mampu menjalankan aplikasi untuk IPv4 dan IPv6 dengan urutan protokol yang

berbeda. Arsitektur metode transisi dual-stack dapat dilihat pada Gambar 7

Application

TCP UDP

IPv6 IPv4

Data LinkDual-Stack Node

Gambar 7. Arsitektur dual-stack

2) Translation

Metode translation adalah metode transisi yang digunakan ketika

diperlukan komunikasi antara host IPv4 dengan host IPv6. Sesuai dengan

namanya, metode translation bekerja dengan menerjemahkan paket dari IPv6

ke IPv4, atau sebaliknya. Salah satu metode translation yang populer adalah

NAT-PT. NAT-PT merupakan kombinasi dari translation pada network

address dan protokol. NAT-PT bekerja dengan menerjemahkan alamat IPv4

menjadi alamat IPv6, mirip seperti NAT pada IPv4, namun NAT-PT juga

menerjemahkan protocol header. Perbedaan NAT-PT dengan NAT pada IPv4

adalah NAT-PT tidak menerjemahkan alamat private dan global, namun

menerjemahkan alamat IPv4 dan IPv6. Sebuah divais NAT-PT berperan sebagai

gateway pada perbatasan. antara jaringan IPv4 dengan jaringan IPv6. Setiap

divais NAT-PT menyimpan IPv4 address pool dan IPv6 address pool yang

digunakan ketika komunikasi antar kedua node IPv4 dan IPv6 terjadi. Gambar 8

di bawah menunjukkan letak divais NAT-PT yang menjembatani dua jaringan

IPv4 dan IPv6.

Host IPv4Jaringan IPv4 Divais NAT-PT Jaringan IPv6

Host IPv6

Gambar 8. NAT-PT sebagai gateway

Page 14: ipv6

3) Tunneling

Tunneling adalah mekanisme transisi yang memungkinkan paket IPv6

dienkapsulasi ke dalam paket IPv4 agar dapat melewati infrastruktur jaringan

IPv4 seolah-olah paket IPv6 tersebut melewati sebuah tunnel virtual. Gambar 9

di bawah menunjukkan bagaimana cara enkapsulasi paket pada metode

tunneling.

Header IPv6 TCP/UDP Data

Header IPv4 Header IPv6 TCP/UDP Data

Gambar 9. Enkapsulasi paket IPv6 ke dalam paket IPv4

Berdasarkan tipe endpoint, enkapsulasi paket IPv6 ke dalam paket IPv4

dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu dalam beberapa cara sebagai berikut :

Router-to-router, dimana infrastruktur IPv4 menjadi tunnel perantara router

IPv4/IPv6 yang terhubung, prosesnya ditunjukkan pada Gambar 10.

IPv6 over IPv4 Tunnel

IPv6 Node

IPv6-capable

Infrastructure

IPv6/IPv4

router IPv6/IPv4

router

IPv6-capable

Infrastructure

IPv6 node

IPv4-only infrastructure

Gambar 10. Router-to-Router Tunneling

Host-to-router/router-to-host, sebuah host IPv4/IPv6 ingin menjangkau

router IPv4/IPv6 yang terpisah oleh tunnel pada infrastruktur IPv4, atau

sebaliknya, prosesnya ditunjukkan Gambar 11.

IPv6 over IPv4 Tunnel

IPv6/IPv4

NodeIPv6/IPv4

router

IPv6-capable

Infrastructure

IPv6 node

IPv4-only infrastructureNode A Node B

Page 15: ipv6

Gambar 11. Host-to-Router dan Router-to-Host Tunneling

Host-to-host, infrastruktur IPv4 langsung menjadi tunnel diantara host

IPv4/IPv6 yang terhubung, prosesnya ditunjukkan Gambar 12.

IPv6 over IPv4 Tunnel

IPv6/IPv4

Node

IPv6/IPv4

node

IPv4-only infrastructureNode A Node B

Gambar 12. Host-to-Host Tunneling

Ada dua tipe tunnel yang dibedakan berdasarkan cara konfigurasinya,

yaitu :

Configured tunnel

Automatic tunnel

Configured tunnel adalah tunneling yang membutuhkan konfigurasi

manual pada kedua tunnel endpoint. Alamat tunnel endpoint yang dituju telah

dikonfigurasi secara manual sebelumnya dengan static route yang digunakan

pada tunnel. Ketika tunnel endpoint menerima paket IPv6, maka paket tersebut

dienkapsulasi ke dalam paket IPv4 dan meneruskannya melewati infrastruktur

IPv4 perantara menuju tunnel endpoint tujuan. Setelah paket enkapsulasi

diterima, kemudian oleh tunnel endpoint tujuan paket tersebut dibuka header-

nya dan diteruskan ke alamat IPv6 tujuan. Configured tunnel dipakai pada

router-to-router tunneling.

Automatic tunnel adalah tunneling yang tidak membutuhkan konfigurasi

manual. Tunnel dari automatic tunnel ditentukan oleh informasi yang tersimpan

dalam paket IPv6, seperti alamat IP sumber atau tujuan. Automatic tunnel

digunakan untuk tunneling host-to-host dan host-to-router. Automatic tunnel

dipilih karena pada kedua tunneling tersebut paket IPv4/IPv6 langsung

diteruskan ke host tujuan yang merupakan tunnel endpoint, sehingga perlu

alamat IPv4 yang bisa didapat secara otomatis tanpa perlu mengkonfigurasi

tunnel sebelumnya.

Automatic tunneling dibedakan menjadi empat tipe, yaitu tipe-tipe sebagai

berikut :

a. Toredo

Page 16: ipv6

Metode tunneling Teredo adalah mekanisme tunneling yang didesain

khusus untuk membuat tunnel bagi node IPv6 di atas jaringan IPv4 yang

menggunakan topologi NAT (Network Address Translation).

b. ISATAP

Metode tunneling Intra-Site Automatic Tunnel Addressing Protocol

(ISATAP) adalah mekanisme tunneling yang menghubungkan host atau

router IPv6 melalui jaringan IPv4. ISATAP memandang jaringan IPv4 sebagai

link layer dari untuk IPv6, dan melihat node lainnya pada jaringan sebagai host

atau router IPv6 yang potensial.

c. 6to4

Metode tunneling 6to4 adalah mekanisme tunneling yang memungkinkan

node IPv6 dapat berkomunikasi satu sama lainnya melalui jaringan IPv4 tanpa

adanya explicit tunnel setup, dan node IPv6 tersebut dapat berkomunikasi

dengan jaringan IPv6 murni melalui relay router. Jadi, 6to4 menggunakan

Wide Area Network (WAN) IPv4 sebagai unicast point-to-point link layer.

Mekanisme tunneling 6to4 ini hanya ditujukan sebagai alat bantu untuk memulai

transisi pada permulaan masa/periode coexistence antara jaringan IPv4 dan IPv6,

bukan sebagai solusi permanen.

d. 6over4

Metode tunneling 6over4 adalah mekanisme tunneling yang menggunakan

IPv6 sebagai local link address yang kemudian dilewatkan pada jaringan

multicast IPv4. Dengan 6over4, host-host IPv6 yang terisolasi pada infrastruktur

yang tidak terhubung dengan router IPv6 dapat bekerja dengan menggunakan

jaringan IPv4 yang mendukung multicast IPv4 sebagai ”virtual ethernet”.

3. Metode Penelitian

a) Studi Literatur

Tahapan ini dimaksudkan sebagai tahap penggalian konsep dan semua bahan

yang terkait implementasi jaringan IPv6. Penulis melakukan studi pustaka dari

buku-buku acuan yang berhubungan dengan pengembangan IPv6.

b) Simulasi Jaringan

Tahapan ini dimaksudkan untuk melakukan permodelan jaringan terlebih dahulu

sebelum melakukan implementasi langsung ke jaringan.

c) Implementasi Berskala kecil

Page 17: ipv6

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengimplementasikan permodelan yang telah

dibuat sebelumnya.

d) Pengambilan data dan analisis

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengambil data. Kemudian dilakukan analisis

berdasarkan data hasil pengamatan yang dieroleh dari pemodelan dan

implementasi jaringan IPv6.

4. Jadwal Penelitian

(di halaman berikutnya)

Page 18: ipv6

Tabel 2. Jadwal penelitian

NO Deskripsi Kegiatan Mulai Selesai

Feb 2010 Apr 2010Jan 2010 Mar 2010

4/41/3 1/24 3/143/7 4/254/113/211/311/17 3/282/282/7 2/21 4/182/141/10

1 1/14/20101/1/2010Melakukan Studi Pustaka

2 2/1/20101/15/2010Perancangan Jaringan

3 3/12/20101/22/2010Simulasi Jaringan

4 3/22/20102/24/2010Instalasi Jaringan berskala kecil

6 4/29/20102/2/2010Pembuatan Laporan TA

5 4/20/20103/23/2010Analisis Jaringan yang dibuat

Keterangan :

1 Januari 2010 – 14 Januari 2010: Melakukan Studi Pustaka

15 Januari 2010 – 1 Februari 2010 : Perancangan Jaringan

22 Januari 2010 – 12 maret 2010 : Simulasi Jaringan

24 Februari 2010 –22 Maret 2010 : Instalasi Jaringan Berskala Kecil

23 Maret 2010 – 20 April 2010 : Analisis jaringan yang dibuat

2 Februari 2010 – 29 April 2010 : Pembuatan Laporan TA

Page 19: ipv6

DAFTAR PUSTAKA

[1] Made, I.A, Simulasi dan Implementasi IPv6 Multicast untuk Jaringan Inherent,

Skripsi-S1, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2008

[2] R.Hinden, and S.Deering. Internet Protocol Version 6 (IPv6) Specification. RFC

2460, Desember 1998

[3] R. Hinden, and S. Deering. IPv6 Addressing Architecture. RFC 3513, April 2003

[4] R. Mohamad. Pengantar IPv6 dan Implementasinya pada FreeBSD,

http://ilmukomputer.org, Oktober 2009.

[5] Rahmat Rafiudin. IPv6 Addressing. Jakarta : Gramedia, 2005