ipi267570

22
PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH DI MTs MIFTAHUL QULUB POLAGAN GALIS PAMEKASAN Mohammad Fahrur Rozi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Qulub Polagan Pamekasan (Pondok Pesantren Miftahul Qulub Polagan Pamekasan) Abstrak: Teknologi merupakan salah satu perangkat yang berben- tuk hardware dan software yang bertujuan untuk mempermudah dan mempersingkat pekerjaan. Dalam dunia pendidikan, teknologi me- miliki peran yang sangat signifikan yaitu memperluas, memper- mudah dan memperdalam materi dalam proses belajar mengajar serta untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam artikel ini akan membahas tentang penerapan teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih. Kata kunci: Teknologi, pembelajaran Fiqh Abstract: Technology is one of devices in the form of hardware and software which aims to simplify and shorten the work. In the world of education, technology has a very significant role that is to expand, simplify and deepen the materials in the process of teaching and learning which , in turn, to improve the quality of education. This research article explains about the application of technology in learning activities of Islamic jurisprudence (fiqh) at MTs Miftahul Qulub. Results shows that the learning of fiqh at MTs Miftahul Qulub Polagan used the technology, eventhough still faces many obstacles. Keywords: Technology, learning fiqh

description

suka suka

Transcript of ipi267570

  • PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH DI MTs MIFTAHUL QULUB POLAGAN GALIS

    PAMEKASAN

    Mohammad Fahrur Rozi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Qulub Polagan Pamekasan

    (Pondok Pesantren Miftahul Qulub Polagan Pamekasan)

    Abstrak: Teknologi merupakan salah satu perangkat yang berben-tuk hardware dan software yang bertujuan untuk mempermudah dan mempersingkat pekerjaan. Dalam dunia pendidikan, teknologi me-miliki peran yang sangat signifikan yaitu memperluas, memper-mudah dan memperdalam materi dalam proses belajar mengajar serta untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam artikel ini akan membahas tentang penerapan teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih. Kata kunci: Teknologi, pembelajaran Fiqh

    Abstract: Technology is one of devices in the form of hardware and software which aims to simplify and shorten the work. In the world of education, technology has a very significant role that is to expand, simplify and deepen the materials in the process of teaching and learning which , in turn, to improve the quality of education. This research article explains about the application of technology in learning activities of Islamic jurisprudence (fiqh) at MTs Miftahul Qulub. Results shows that the learning of fiqh at MTs Miftahul Qulub Polagan used the technology, eventhough still faces many obstacles. Keywords: Technology, learning fiqh

  • Mohammad Fahrur Rozi

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 100

    Pendahuluan Tujuan pendidikan nasional dijelaskan dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada Bab II pasal 3. Namun, tujuan pendidikan nasional termasuk pendidikan Islam belum sepenuhnya tercapai. Kondisi ini berawal dari praktik pembelajaran yang hanya mentransfer ilmu pengetahuan (knowledge) kepada peserta didik semata dengan mematikan potensi kreatif dan kritis peserta didik yang seharusnya ditumbuhkembangkan secara pedagogis. Salah satu upaya untuk memperbaiki kegagalan tersebut adalah dengan menerapkan teknologi pembelajaran seoptimal mungkin.

    Mata pelajaran fiqih merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggu-naan, pengalaman dan pembiasaan. Karena selama ini image Madra-sah Tsanawiyah pada khususnya dalam menggunakan media apa adanya terutama dalam mata pelajaran fiqih yang selalu identik dengan muamalah dan ubudiyah.

    Berdasarkan latar belakang di atas, artikel ini bertujuan untuk mengetahui penerapan teknologi, kendala dan solusi penerapan teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih, dengan mengambil objek penelitian di MTs Miftahul Qulub Polagan Galis Pamekasan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasilnya dapat memperkaya kajian-kajian tentang penerapan teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih. Sedangkan secara praktis, hasilnya diharapkan mampu membangkitkan pemahaman masyarakat bahwa pada realitasnya dalam pendidikan, teknologi juga bisa diterapkan dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam (fiqih). Di samping itu, hasil kajian ini diharapkan memberikan kontribusi yang bernilai ilmiah bagi masyarakat muslim, sehingga pada akhirnya mampu memberikan kontribusi bagi akademik, masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya penerapan teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih pada khususnya dan pengembangan pendidikan agama Islam secara umum.

  • Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 101

    Pendekatan penelitian ini didasarkan pada pendekatan kualitatif, karena data yang dikumpulkan lebih banyak data kualitatif, yakni data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan bentuk angka1. Penelitian kualitatif cenderung memiliki karakteristik antara lain, mempunyai natural setting sebagai sumber data langsung, peneliti merupakan instrument kunci (key instrument) bersifat deskriptif lebih memperhatikan proses daripada produk, cenderung menganalisis data secara induktif, dan meaning (makna) adalah hal yang essensial didalamnya2.

    Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber, yaitu: pertama, sumber non-manusia, termasuk buku-buku primer atau sekunder, majalah, diktat, yang berkaitan dengan tekno-logi pembelajaran dan sumber data lain yang dikategorikan non-manusia. Kedua, sumber data yang berasal dari sumber manusia yaitu: kepala sekolah, guru dan murid di MTs Miftahul Qulub Polagan, Galis, Pamekasan.

    Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, observasi, dan wawancara. Sebagaimana lazimnya penelitian kualitatif, analisis data dilakukan baik bersamaan dengan pengumpulan data atau sesudahnya, yakni pekerjaan mengumpulkan data dalam penilitian kualitatif harus diikuti dengan pekerjaan menu-liskan, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi dan menyajikan data.3 Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah meng-analisis data tersebut dengan cara induktif yang membangun gagasan yang telah dijelaskan oleh data-data lapangan.4

    1Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), hlm. 4. Lihat juga Robert L. Bogdan dan Sari Kuop Biklen, Qualitative Research for Education: an Introducing to Theory and Methods (Boston: Allyn dan Bacon, 1982), hlm. 2. 2Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 28-29. 3Muhadjir, Metode Penelitian, hlm. 30. 4Judith Preissle Goetz dan Margaret Diane Le Compte, Etnography and Qualitative Design in Educational Research (London: Academic Press,1984), hlm. 4.

  • Mohammad Fahrur Rozi

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 102

    Penerapan Teknologi dalam Aktivitas Pembelajaran Fiqih Penerapan menurut bahasa adalah proses, cara, perbuatan mene-

    rapkan; pemasangan; pemanfaatan dan perihal mempraktikkan.5 Sedangkan menurut istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani technologia yang menurut Webster Dictionary berarti systematic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi berarti art, skill, science atau keahlian, keteram-pilan6 dan kata logos yang berarti ilmu.7 Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan sebagai ilmu untuk menggunakan keahlian. Teknologi biasanya identik dengan bagian-bagian natural scientis, digunakan sebagai bagian dalam pendidikan yang bertujuan menghidupkan kreativitas anak didik dan pengajarnya.

    Aktivitas adalah kegiatan, kesibukan, pekerjaan, penggunaan energi, dan keaktifan.8 Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

    Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu perserta didik agar belajar dengan baik.9 Sedangkan menurut Munir, pembelajaran adalah proses pencarian ilmu pengetahuan secara aktif atau proses perolehan ilmu, bukan proses pengungkapan ilmu sema-ta.10

    5Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 1044. 6S. Nasution, Teknologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 2. 7Ilmu adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap objek-objek yang emperis, benar tidak suatu teori science (ilmu) ditentukan oleh logis atau tidaknya bukti emperis. Bila teori itu logis dan ada bukti emperis, maka teori sains itu benar. Bila hanya logis, ia adalah pengetahuan filsafat. Bila tidak logis, tetapi ada bukti emperis, itu namanaya pengetahuan khayal. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 14. 8M. Dahlan, Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual (Surabaya: Target Press, 2003), hlm. 14. 9http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran. (20 April 2010). 10Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 152.

  • Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 103

    Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu objektivitas yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempe-ngaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) peserta didik mengingat pembelajaran menyiratkan ada-nya interaksi antara guru dan peserta didik.

    Teknologi pembelajaran tumbuh dari praktik pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual. Teknologi pembelajaran semula dilihat sebagai teknologi peralatan, yang berkaitan dengan penggu-naan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau dengan kata lain mengajar dengan alat bantu audio-visual. Teknologi pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan.

    Edgar Dale11 dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran modern. Edgar Dale

    11Edgar Dale adalah seorang ahli teori di bidang membaca dan jurnalisme dan pemimpin dalam tradisi atau komunikasi humanistik bidang teknologi pembelajaran. Dia menulis tiga buku berurusan dengan "Audio-Visual Metode dalam Pengajaran." Dale percaya bahwa belajar menjadi lebih berarti ketika belajar abstrak dan pengalaman beton terkait. Deskripsi Teori: Edgar Dale menciptakan kerucut pengalaman (1946) bahwa ia menjelaskan dalam bukunya tentang metode audiovisual dalam mengajar. Kerucut Pengalaman merupakan representasi grafis dari klasifikasi model Dale visual cara belajar pengalaman. Teori ini membantu dalam pengembangan memanfaatkan audio-visual dalam metode pengajaran yang digunakan dalam bidang teknologi pembelajaran. Bentuk kerucut yang digunakan untuk menciptakan gambaran simbolik pembelajaran dari tingkat yang paling konkret dari pengalaman terletak di bagian bawah kerucut ke tingkat yang paling abstrak pengalaman terletak di titik kerucut. kerucut yang dilaksanakan serangkaian pengalaman bervariasi dari sangat mendasar untuk meningkatkan pengalaman belajar dengan tujuan untuk merendam pelajar lebih lanjut dalam subjek untuk mempertahankan pengetahuan yang lebih material. pembelajar ini dimaksudkan untuk memanfaatkan berbagai indra (gerak, penglihatan, pendengaran, menyentuh) pada interval yang berbeda pengalaman untuk menciptakan proses pembelajaran langsung. Kategori-kategori asli's kerucut Dale pengalaman mulai dari bagian atas kerucut ke bawah adalah sebagai berikut: Verbal Simbol; Visual Simbol; Radio-Rekaman-Masih Gambar; Gambar Gerak, Pameran, Perjalanan Lapangan, Demonstrasi; Partisipasi Drama, Pengalaman buat; dan Pengalaman maksud langsung. http://en.wikipedia.org/wiki/Edgar_Dale. (07 Maret 2010).

  • Mohammad Fahrur Rozi

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 104

    mengemukakan tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) sebagaimana tampak dalam gambar berikut ini:

    Tabel 1.1 Kerucut Pengalaman (Cone of Experience)

    Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dan komunikasi audiovisual. Kerucut Pengalaman Dale telah menyatukan teori pendi-dikan John Dewey12 (salah satu tokoh aliran progresivisme) dengan

    12Ia dilahirkan di Burlington Amerika pada tanggal 20 Oktober tahun 1859 M, dan meninggal 1 Juni 1952 M, di New York. Sesudah mendapat diploma ujian kandidat, ia 2 tahun menjadi guru (1879). Tiga tahun kemudian ia menjadi mahasiswa lagi dan mendapat gelar doctor dalam filsafat (1884). Ia diangkat menjadi dosen lalu asisten professor dan kemudian professor di Michingan. Sebagai professor dalam filsafat di Chicago, ia memimpin juga dibidang Pedagogik dan mendirikan suatu sekolah percobaan untuk menguji dan mempraktikkan teorinya. Sepuluh tahun ia bekerja keras pada universitas ini dan mengumpulkan serta mendidik orang-orang yang akan meneruskan cita-citanya.Pada tahun 1904 sampai 1931 ia bekerja pada Universitas Columbia di New York, disamping memberikan kuliah filsafat ia juga sering di undang oleh berbagai negara untuk memberikan kuliah, seperti : Jepang, China, Turki, Mexico, Rusia, dan Inggris. Dan pada usianya yang ke-93 ia meninggal dunia

    Pengalaman Langsung

    Pengalaman Buatan

    Demonstrasi Dramatisasi

    Pameran

    Gambar Hidup Radio, Rekaman, Gambar

    Lambang Verbal

    Lambang Visual

    Karyawisata

  • Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 105

    gagasangagasan dalam bidang psikologi yang tengah populer pada masa itu.

    Sedangkan, James Finn seorang mahasiswa tingkat doktoral dari Edgar Dale berjasa dalam mengusulkan bidang komunikasi audio-visual menjadi Teknologi Pembelajaran yang kemudian berkembang hingga saat ini menjadi suatu profesi tersendiri, dengan didukung oleh penelitian, teori dan teknik tersendiri. Gagasan Finn mengenai terintegrasinya sistem dan proses mampu mencakup dan memperluas gagasan Edgar Dale tentang keterkaitan antara bahan atau media belajar dengan proses pembelajaran.

    Berdasarkan tinjauan Filsafat ilmu, setiap pengetahuan mempu-nyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh penge-tahuan yang didukungnya, termasuk teknologi pembelajaran sebagai disiplin ilmu. Ketiga tiang penyangga dimaksud yaitu landasan ontologi (apa), landasan epistemologi (bagaimana) dan landasan aksiologi (siapa).

    Alasan lain, mengapa masalah belajar menjadi objek formal kajian (asas ontologi) teknologi pembelajaran adalah tidak lepas dari pemikiran tentang pendidikan itu sendiri. Di mana, agar pendidikan dalam praktik terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pendidikan.

    pada tahun 1952. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat II (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm.133. Relevansi pemikiran John Dewey pada pendidikan di Indoensia adalah Pendidikan partisipatif. Pendidikan partisipatif merupakan pendidikan yang dalam prosesnya menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam pendidikan. Pola pendidikan partisipatif menuntut para peserta didik agar dapat melakukan pendidikan secara aktif. Bukan hanya pasif, mendengar, mengikuti, mentaati, dan mencontoh guru. Tanpa mengetahui apakah yang diikutinya baik atau buruk. Dalam pendidikan partisipatif seorang pendidik lebih berperan sebagai tenaga fasilitator, sedangkan keaktivan lebih dibebankan kepada peserta didik. Pendidikan partisipatif dapat diterapkan dengan cara mengaktifkan peserta didik pada proses pembelajaran yang berlangsung. Siswa dituntut untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional, keterampilan, kreatifitas. Dengan cara melibatkan siswa secara langsung ke dalam proses belajar. Sehingga nantinya peserta didik dapat secara mandiri mencari problem solving dari masalah yang ia hadapi. Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif: Menimbang Konsep Fitrah dan Progresivisme John Dewey (Yogyakarta: Safiria Insani Press & MSI UII, 2004), hlm. 3.

  • Mohammad Fahrur Rozi

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 106

    Sedangkan asas epistemologis dari teknologi pembelajaran adalah berangkat dari sebuah konsesi dasar filsafati bahwa dasar epistemo-logis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan untuk mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Demikian pula dalam teknologi pembelajaran sebagai bidang kajian (bidang ilmu). Dalam kaitan dengan ini, pendekatan dalam menyusun dan membangun pengetahuan (azas epistemologis) yang dikembang-kan dalam teknologi pembelajaran memiliki ciri sebagai berikut:13 1) Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah

    secara simultan. Semua situasi yang ada diperhatikan dan dikaji saling kaitannya, dan bukannya dikaji secara terpisah-pisah;

    2) Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistemik, yaitu dirancang, dikembangkan, dikenali dan dikelola sebagai suatu kesatuan dan ditujukan untuk memecahkan masalah;

    3) Penggabungan ke dalam proses yang kompleks dan perhatian atas gejala secara menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal di mana masing-masing fungsi berjalan sendiri-sendiri.

    Kemudian, azas aksiologi teknologi pembelajaran di sini berke-naan dengan kegunaan dan pemanfaatan pengetahuan yang telah ter-susun secara sistematis yang meliputi 5 kawasan teknologi pembe-lajaran. Dalam kaitan dengan hal ini, berikut kegunaan potensial teknologi pembelajaran: 1) Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan memperlaju

    penahapan belajar, membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik, dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belaar anak;

    2) Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih indivi-dual, dengan jalan mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradi-sional, memberikan kesempatan anak berkembang sesuai dengan kemampuannya;

    13Taman Firdaus, Landasan dan Pemikiran Teknologi Pembelajaran, dalam http://ftaman.wordpress.com (10 Februari 2010).

  • Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 107

    3) Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan perencanaan program pengajaran yang lebih sistemik, pengem-bangan bahan pengajaran yang dilandasi dengan penelitian tentang perilaku;

    4) Lebih memantapkan pengajaran, dengan jalan meningkatkan kapa-sitas manusia dengan berbagai media komunikasi, penyajian informasi dan data secara lebih kongkrit;

    5) Memungkinkan belajar secara lebih akrab karena dapat mengu-rangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah, memberikan pengetahuan tangan pertama;

    6) Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan jalan pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka secara lebih luas, penyajian informasi menembus batas geografi.

    Di samping itu, manfaat lain yang dapat diambil dengan adanya teknologi pembelajaran antara lain: Peningkatan mutu pendidikan (menarik, efektif, efisien, relevan), penyempurnaan sistem pendidikan, meluas dan meratanya kesempatan serta akses pendidikan, penyesu-aian dengan kondisi pembelajaran, penyelarasan dengan perkem-bangan lingkungan, peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan.

    Landasan teori dari Ilmu Perilaku Lumsdaine menyatakan bahwa teori belajar behavioristik memiliki andil besar dalam perkembangan teknologi pembelajaran. Bahkan Deterline berpendapat bahwa tekno-logi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku, yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistemik guna keperluan pem-belajaran.

    Selanjutnya, Saetler melalui studi penelusurannya terhadap seja-rah perkembangan teknologi pembelajaran kemudian sampai kepada kesimpulan bahwa pemikiran Thorndike14 dengan teori psikologi

    14Edward Lee Throndike lahir di Williambburg 1874 dan meninggal di Montrose. Pada saat itu dia belajar psikologi William James dan merasa terkesan, akhirnya dia pergi ke Harvard dan kursus kepada James dan akhirnya mereka berdua menjadi sahabat. Edward Lee Throndike menyelesaikan pelajarannya di Harvard, kemudian ia bekerja di Teachers Collage of Colombia di bawah pimpinan James Keen Cattell, disinilah minatnya yang benar timbul terhadap proses belajar. Pendidikan dan integensi pada tahun 1898 pada waktu itu Thorndike berumur 24 tahun. Buku-buku

  • Mohammad Fahrur Rozi

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 108

    perkembangannya yang beraliran behavioristik merupakan landasan pertama ke arah teknologi pembelajaran. Tiga hukum utama yang diajukan oleh Thorndike yaitu15: Law of exercise, Law of Effect (hukum efek) dan Law of Readiness (hukum kesiapan).

    Dalam inovasi pendidikan tidak bisa lepas dalam masalah revolusi metode, kurikulum yang inovatif, teknologi serta SDM yang kritis untuk bisa menghasilkan daya cipta dan hasil sekolah sebagai bentuk perubahan pendidikan. Sekolah harus mempuyai orientasi bisnis pelanggan yang memiliki daya saing yang global.

    Di sini ada dua bagian peralatan pelajaran elektronik (komputer, multimedia, internet, telekomunikasi), dan pembelajaran yang desain, metode dan strateginya diperlukan untuk membuat peralatan yang efektif. Pelajaran elektronik ini mengubah cara mengkomunikasikan belajar.16

    Dalam kajian teknologi harus ada keterpaduan untuk menuju inovasi pendidikan sehingga dalam memecahkan masalah pendidikan perlu kombinasi peralatan atau alat elektronik, orang-orang, proses, managemen, intelektual, untuk perubahan yang efektif.17

    Adapun jenis-jenis sarana teknologi pembelajaran secara umum dikelompokkan menjadi: 1. Kelompok pertama: Media Grafis, Bahan Cetak, dan Gambar Diam. 2. Kelompok kedua: Media Proyeksi Diam meliputi: Media OHP dan

    OHT, Media Opaque Projektor, Media Slide, Media Filmstrip. 3. Kelompok ketiga: Media Audio.

    yang ditulisnya antara lain: Educational Psychology (1903), Mental and Social Measurement (1904), Your City (1939), dan Human Nature Social Order (1940), dan dia menerbitkan suatu buku yang berjudul Animal Intelligence, An Experimental Study od Association Process in Animal (1911), buku ini merupakan hasil penelitian Thorndike terhadap tingkah beberapa jenis hewan seperti: kucing, anjing dan burung yang mencerminkan prinsip dasar dan proses belajar yang dianut oleh Thorndike yaitu bahwa belajar (learning) tidak lain sebenarnya adalah asosiasi, suatu stimulus akan menim,bulkan respon tertentu. B.R. Hergenhahn Mettew H. Olson, An Introduction to Theory of Learning (Amerika: Prectice Hall, 1977), hlm. 54. 15Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 249. 16Arif S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan (Jakarta: Pustekkom Dikbud, 1984), hlm. 6. 17Richard Dunne dan Ted Wragg, Pembelajaran Efektif (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 5-14.

  • Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 109

    4. Kelompok keempat: Media Audio Visual Diam. 5. Kelompok kelima: Film (Motion Pictures). 6. Kelompok keenam: Televisi me;iputi Televisi Terbuka (open broad-

    cast television), Media Televisi Siaran Terbatas (TVST) dan Media video cassette recorder (VCR).

    7. Kelompok ketujuh: Multi Media. Macam-macam multimedia di-antaranya adalah: pertama, media objek. Media objek ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: media objek sebenarnya dan media objek pengganti. Media objek sebenarnya dibagi dua jenis, yaitu: media objek alami dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu objek alami yang hidup dan objek alam yang tidak hidup. Sebagai contoh objek alami yang hidup adalah ikan, burung elang, singa dan sebagainya. Media Objek Buatan, yaitu buatan manusia, contohnya gedung, mainan, jaringan transportasi dan sebagainya. Kedua, Media Objek Pengganti. Objek-objek pengganti dikenal dengan sebutan replika, model dan benda tiruan. Media interaktif. Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa tidak hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. Sedikitnya ada tiga macam interaksi: a) Interaksi pertama ialah yang menunjukkan siswa berinteraksi

    dengan sebuah program, misalnya siswa diminta mengisi blanko pada bahan belajar terprogram.

    b) Interaksi kedua ialah siswa berinteraksi dengan mesin, misalnya mesin pembelajaran, simulator, laboratorium bahasa, komputer, atau kombinasi diantaranya yang berbentuk video interaktif.

    c) Interaksi ketiga ialah mengatur interaksi antara siswa secara teratur tapi tidak terprogram; sebagai contoh dapat dilihat pada berbagai permainan pendidikan atau simulasi yang melibatkan siswa dalam kegiatan atau masalah, yang mengharuskan mereka membalas serangan lawan atau kerja sama dengan teman seregu dalam menyelasaikan masalah.

    Secara garis besar (umum), peranan sarana teknologi dalam pembelajaran adalah untuk mempermudah baik guru maupun siswa dalam kegiatan belajar-mengajar, sehingga materi yang disampaikan

  • Mohammad Fahrur Rozi

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 110

    mudah ditangkap (dipahami). Sedangkan secara khusus peranan teknologi dalam pembelajaran yaitu:18 1. Sebagai keterampilan (skill) dan kompetensi. 2. Sebagai infrastruktur pembelajaran. 3. Sebagai sumber bahan belajar. 4. Sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran. 5. Sebagai pendukung manajemen pembelajaran. 6. Sebagai sistem pendukung keputusan

    Satu bentuk pengaruh teknologi dalam aktivitas pembelajaran, misalnya: 1) Kegiatan menilai kebutuhan belajar; 2) penyusunan kata-log media; 3) pengelolaan fasilitas dan sumber belajar; dan 4) kegiatan-kegiatan khusus lainnya merupakan bukti dari pengaruh teknologi pembelajaran.

    Konsep Pembelajaran Fiqh

    Pembelajaran Fiqh merupakan upaya guru dalam memberikan pemahaman kepada siswa mengenai hukum Islam melalui kegiatan pengajaran dan pengalaman. Mata Pelajaran Fiqih dalam Kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life).

    Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat19: 1. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam

    mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam Fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam Fiqih muamalah.

    2. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan

    18Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Imformasi (Bandung: Afabeta, 2008), hlm. 155-156 19Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, MTs. Miftahul Qulub Polagan Galis Pamekasan, hlm. 50-51.

  • Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 111

    ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Sedangkan mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah ber-

    fungsi untuk: 1. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik

    kepada Allah swt. sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

    2. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah dan masyarakat.

    3. Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di Madrasah dan masyarakat.

    4. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. serta akhlaq mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

    5. Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui ibadah dan muamalah.

    6. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

    7. Pembekalan peserta didik untuk mendalami Fiqih atau hukum Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ruang lingkup Fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan

    pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah Swt dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi: 1. Aspek Fiqih Ibadah meliputi : ketentuan dan tatacara thaharah,

    salat fardlu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan dlorurat, sujud, adzan dan iqomah, berdzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, qurban dan aqiqah, makanan, perawatan jenazah dan ziarah kubur)

    2. Aspek Fiqih Muamalah meliputi : ketentuan dan hukum jual beli, qiradh, riba, pinjam meminjam, utang piutang, gadai dan borg serta upah. Standar kompetensi mata pelajaran Fiqih berisi sekumpulan

    kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama

  • Mohammad Fahrur Rozi

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 112

    menempuh Fiqih di MTs. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketakwaan, dan ibadah kepada Allah swt. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam kompo-nen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai di MTs yaitu: 1. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyam-

    paikan, dan menggunakan informasi tentang tata cara thaharah, pelaksanaan salat (salat wajib, jama'ah, jama' qashar, darurat, janazah, salat sunnah) serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

    2. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyam-paikan, dan menggunakan informasi tentang sujud, dzikir dan do'a, puasa, zakat, haji dan umrah, makanan minuman yang halal dan haram, qurban dan 'aqiqah serta mampu mengamalkannya.

    3. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyam-paikan dan menggunakan informasi tentang muamalah, muama-lah selain jual beli, kewajiban terhadap sesama (orang sakit, janazah, dan ziarah kubur), tata pergaulan remaja, jinayat, hudud dan sanksi hukumnya, kewajiban mematuhi undang-undang negara dan syariat Islam, kewajiban mengelola dan mengolah lingkungan untuk kesejahteraan sosial. Seperti tergambar dalam kemampuan dasar umum di atas, kemampuan dasar tiap kelas yang tercantum dalam Standar Nasional juga dikelompokkan ke dalam empat unsur pokok mata pelajaran Fiqih di MTs. yaitu: Fiqih Ibadah, Fiqih Muamalah, Fiqih Jinayah dan Fiqih Siyasah. Berdasarkan pengelompokan per unsur, kemampuan dasar mata pelajaran Fiqih di MTs. adalah sebagai berikut: a. Fiqih Ibadah meliputi: Melakukan thaharah/bersuci, Melaku-

    kan salat wajib, Melakukan salat berjama'ah, Memahami salat jama' qashar dan jama qashar, Memahami tata cara salat darurat, Melakukan salat janazah, Melakukan macam-macam salat sunnah, Melakukan macam-macam sujud, Melakukan dzikir dan do'a, Membelanjakan harta di luar zakat, Memahami ibadah haji dan umrah, Memahami hukum Islam tentang makanan dan minuman, Memahami ketentuan aqiqah dan qurban, Melakukan salat janazah.

  • Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 113

    b. Fiqih Muamalah meliputi: Memahami macam-macam muama-lah, Memahami muamalah di luar jual beli, Melaksanakan kewajiban terhadap orang sakit, jenazah dan ziarah kubur, dan Melakukan pergaulan remaja sesuai syariat Islam.

    c. Fiqih Jinayat: Memahami jinayat, hudud dan sanksinya d. Fiqih Siyasah: Mematuhi undang-undang negara dan syariat

    Islam, memahami kepemimpinan dalam Islam, dan memeli-hara, mengolah lingkungan dan kesejahteraan sosial.

    Jadi, teknologi pembelajaran fiqih adalah proses kegiatan yang memerlukan energi dalam belajar-mengajar untuk membantu menum-buhkembangkan kreativitas berfikir siswa, menganalisis dan meme-cahkan masalah belajar siswa dalam mata pelajaran fiqih. Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih di MTs Miftahul Qulub Polagan

    Pelaksanaan pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih di MTs. Miftahul Qulub Polagan, Galis, Pamekasan dapat di bagi menjadi 2, yaitu:

    a. Waktu dan Pelaksanaan

    Mata Pelajaran Fiqih di MTs. Miftahul Qulub Polagan Galis Pamekasan diajarkan atau diberikan sebanyak 1 jam pelajaran dalam setiap minggu, baik untuk kelas VII A, B dan C, kelas VIII A, B dan C, maupun kelas IX A, B dan C. Untuk 1 jam pelajaran selama 40 menit, berarti untuk 2 jam pelajaran selama 80 menit.

    Mata Pelajaran Fiqih kelas VII A pada hari senin jam ketujuh dan kedelapan (11.20-12.40), kelas VII B hari senin jam pertama dan kedua (07.00-08.20) dan kelas VII C hari rabu jam kelima dan keenam.

    Untuk kelas VIII A Mata Pelajaran Fiqih pada hari kamis jam ketiga dan keempat (08.20-09.40). Kelas VIII B hari minggu jam ketujuh dan kedelapan (11.20-12.40), sedangkan kelas VIII C hari rabu jam ketiga dan keempat (08.20-09.40).

    Kelas IX A untuk Mata Pelajaran Fiqih, yaitu hari sabtu jam kelima dan keenam (10.00-11.20). Hari kamis untuk kelas IX B jam ketujuh dan kedelapan (11.20-12.40, sedangkan untuk kelas IX C hari Sabtu jam ketiga dan keempat (08.20-09.40).

  • Mohammad Fahrur Rozi

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 114

    b. Alat-alat Pembelajaran Alat-alat pembelajaran merupakan salah satu faktor yang tidak

    kalah pentingnya di dalam proses belajar dan mengajar, karena alat-alat itu turut menunjang dan membantu tercapainya tujuan pendidikan.20 Oleh karena itu alat-alat termasuk salah satu komponen dari komponen-komponen pendidikan.

    Buku paket dan buku mata pelajaran fiqih termasuk salah satu dari pada alat-alat pembelajaran. Dalam hal ini buku mata pelajaran fiqih yang digunakan di MTs. Miftahul Qulub adalah karya Nor Hadi Ayo Memahami Fiqih, Untuk MTs/SMP Islam Kelas VII, VIII dan IX . selain buku paket Fiqih, yang dijadikan sebagai sumber belajar adalah al-Quran dan terjemahannya, kitab hadits, VCD, komputer dan OHP serta media diam seperti poster atau gambar salat dan lain sebagainya.

    Dalam mengaplikasikan materi pembelajaran dibutuhkan suatu metode atau pendekatan untuk menuangkan gagasan kepada murid di kelas. Adapun metode yang digunakan di MTs Miftahul Qulub Polagan Galis Pamekasan pada mata pelajaran fiqih adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas belajar (resitasi), kerja kelompok, sosio-drama dan bermain peran, serta metode demonstrasi.

    c. Penilaian

    Penilaian dalam Mata Pelajaran Fiqh tidak hanya merupakan kegiatan tes formal (ulangan harian, resitasi, UTS dan UAS), melainkan juga perhatian terhadap peserta didik ketika duduk, berbicara, dan bersikap, pengamatan ketika peserta didik berada di ruang kelas, di tempat ibadah, dan ketika mereka bermain. Dari berbagai pengamatan itu ada yang perlu dicatat secara tertulis terutama tentang perilaku yang menonjol atau kelainan pertum-buhan yang kemudian harus diikuti dengan langkah bimbingan. Penilaian terhadap pengamatan dapat digunakan observasi dan wawancara.

    20Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Pelayaran Profesional Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 17-21.

  • Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 115

    Dalam penelitian ini, penulis menemukan beberapa kendala dalam penerapan teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih di MTs. Miftahul Qulub Polagan Galis Pamekasan, yaitu:

    a. Kendala Alokasi Waktu

    Alokasi waktu yang disediakan kurang seimbang dengan muatan materi yang begitu padat dan memang penting yakni menutut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya. Alokasi waktu mata pelajaran fiqih di MTs Miftahul Qulub Polagan, Galis, Pamekasan 40 menit x 2 pertemuan = 80 menit dalam satu minggu. Sedangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai dalam indikator mata pelajaran fiqih terlalu banyak sehingga waktu yang diberikan 80 menit dalam seminggu sangat tidak memadai.

    b. Kendala Sumber Daya Manusia

    Kendala yang kedua dalam mata pelajaran fiqih di MTs Miftahul Qulub Polagan, Galis, Pamekasan adalah: 1) Guru mata pelajaran fiqih kurang menguasai mata pelajaran

    fiqih karena selama ini yang menjadi pedoman bagi mereka hanya buku paket fiqih dan LKS semata dan guru tidak bisa mengoperasikan media pembelajaran berupa OHP dan komputer.

    2) Kurangnya keikusertaan guru mata pelajaran lain dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memprak-tikkan nilai- nilai fiqih dalam kehidupan sehari- hari.

    3) Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif.

    c. Kendala Sarana dan Prasarana

    Salah satu sukses tidaknya suatu tujuan dalam pembelajaran adalah adanya sarana dan prasarana yang memadai, jika semua sarana dan prasarana tercukupi maka tujuan pembelajaran diha-rapkan lebih tepat dengan apa yang sudah dirumuskan dalam indikator mata pelajaran fiqih. Akan tetapi sarana dan prasarana

  • Mohammad Fahrur Rozi

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 116

    yang ada di MTs Miftahul Qulub Polagan mengalami berbagai kendala salah satunya adalah: 1) Minimnya berbagai media pembelajaran yang dimiliki oleh

    MTs Miftahul Qulub Polagan sekalipun sudah menggunakan labaratorium bahasa untuk mata pelajaran fiqih berupa audio visual.

    2) Terbatasnnya tempat duduk yang disediakan di laboratorium, sehingga murid harus dibagi menjadi dua kelompok.

    3) Buku yang disediakan oleh perpustakaan hanya buku fiqih paket mulai dari kelas VII sampai kelas IX. Untuk mengatasi berbagai kendala di atas dalam menerapkan

    teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih di MTs Miftahul Qulub, maka solusinya adalah sebagai berikut:

    a. Solusi Waktu

    Sebagaimana kita ketahui bahwa jumlah jam mata pelajaran fiqih di MTs Miftahul Qulub Polagan dalam seminggu adalah 2 X 40 menit = 80 menit tidak memadai, maka langkah yang diambil oleh guru mata pelajaran fiqih adalah memberikan tambahan jam di luar sekolah sebagai salah satu ektrakurikuler berupa praktik di lapangan.

    b. Solusi Guru

    Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan untuk itu guru sebagai agen pembelajaran di-tuntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidi-kan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menyiratkan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk mening-katkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi. Syarat kompetensi tersebut ditinjau dari perspektif administratif, ditunjukkan dengan adanya sertifikat. Namun dalam perspektif teknologi pendidikan

  • Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 117

    kompetensi tersebut ditunjukkan secara fungsional, yaitu kemam-puannya mengelola kegiatan belajar dan pembelajaran. Oleh karena itu, maka solusi atau langkah yang diambil oleh MTs Miftahul Polagan untuk mengatasi kendala tersebut adalah: 1) Mengadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Fiqih

    yang diadakan satu kali dalam seminggu di MTs. Pademawu, yang membahas tentang SK, KD, serta penggunaan media pembelajaran sesuai dengan bab yang akan diajarkan dan media yang cocok untuk digunakan.

    2) Semua guru mata pelajaran fiqih di MTs. Miftahul Qulub Polagan, belajar kepada guru TIK bagaimana cara meng-operasikan media pembelajaran yang akan digunakan oleh guru mata pelajaran fiqih.

    3) Meminta guru yang lain, orang tua dan kepala sekolah untuk memberikan bimbingan motivasi, menegur dan menjaga peserta didik dalam kehidupannya mengingat fiqih memiliki kompenen antara hablu min Allh dan hablu min al-ns.

    c. Solusi Sarana dan Prasana Sesuai dengan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional dan PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peratuan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 /2007 pasal 1 di tetapkan Standar Sarana Dan Prasarana pendidikan untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah atau tingkat Sekolah Menengah Pertama. Di antara proses dalam pengimplementasian Peratuan Menteri Pendidikan No. 24/2007 pasal 1 ditetapkan Standar Sarana dan Prasarana pendidikan untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah atau tingkat Sekolah Menengah harus dilaksanakan di seluruh sekolah atau madrasah karena itu jadi kewajiban sekolah dalam melengkapi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.

    Standar yang harus dilaksanakan itu adalah melengkapi kom-ponen-komponen yaitu gedung, ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain/berolahraga. Dari hasil penelitian tersebut, dalam upaya implementasi sarana dan prasarana pendidikan, sekolah berupaya

  • Mohammad Fahrur Rozi

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 118

    untuk memaksimalkan perlengkapan sekolah yang sesuai standar melalui pihak-pihak terkait seperti pemerintah, wali murid, BP3 dan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, langkah yang diambil oleh pihak MTs Miftahul Qulub Polagan adalah: 1) Bagi lulusan siswa-siswi MTs Miftahul Qulub Polagan harus

    menyumbang satu buku mata pelajaran untuk satu orang. 2) Diperbolehkannya siswa-siswi MTs. Miftahul Qulub Polagan

    untuk mengakses perpustakaan Pondok Pesantren Miftahul Qulub, mengingat MTs Miftahul Qulub Polagan merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam (selain, RA, SDI, MA dan SMK) yang berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Qulub Polagan, Galis, Pamekasan.

    3) Sekolah mulai menyediakan buku yang membahas tentang fiqih, mulai dari kitab taqrib dan terjemahannya dan kumpulan hadits beserta terjemahannya.

    Penutup

    Penerapan teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih di MTs Miftahul Qulub Polagan dilakukan dengan dua cara, pertama dengan pembuatan dan penyediaan sumber belajar mata pelajaran fiqih, dan kedua pelaksana pembelajaran di kelas. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara guru yang satu dan yang lainnya saling mendukung demi tercapainya tujuan mata pelajaran fiqih dalam rencana pelaksanaan pembelajaran fiqih di MTs Miftahul Qulub.

    Dalam penelitian ini, penulis menemukan beberapa kendala dalam penerapan teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih di MTs. Miftahul Qulub Polagan Galis Pamekasan, yaitu: kendala alokasi waktu, kendala Sumber Daya Manusia, kendala sarana dan prasarana.

    Untuk mengatasi berbagai kendala di atas dalam menerapkan teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih di MTs Miftahul Qulub, maka solusinya adalah: memberikan tambahan jam di luar sekolah sebagai salah satu ektrakurikuler berupa praktik di lapangan, mengadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Fiqih yang diadakan satu kali dalam seminggu di MTs. Pademawu, yang membahas tentang SK, KD, serta penggunaan media pembelajaran sesuai dengan bab yang akan diajarkan dan media yang cocok untuk digunakan, dan sekolah mulai menyediakan buku yang membahas

  • Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 119

    tentang fiqih, mulai dari kitab taqrib dan terjemahannya dan kumpulan hadits beserta terjemahannya. Wa Allh alam bi al-Shawb.*

    Daftar Pustaka

    Brata, Sumadi Surya. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

    Dahlan. M. Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual. Surabaya: Target Press, 2003.

    Danim, Sudarwan. Media Komunikasi Pendidikan, Pelayaran Profesional Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1991.

    Dunne, Richard dan Ted Wragg, Pembelajaran Efektif. Jakarta: Gramedia, 1996.

    Goetz, Judith Preissle dan Margaret Diane Le Compte. Etnography and Qualitative Design in Educational Research. London: Academic Press,1984.

    H. Olson, B.R. Hergenhahn Mettew. An Introduction to Theory of Learning. Amerika: Prectice Hall, 1977.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran. (20 April 2010).

    http://en.wikipedia.org/wiki/Edgar_Dale. (07 Maret 2010).

    Iman, Muis Sad. Pendidikan Partisipatif: Menimbang Konsep Fitrah dan Progresivisme John Dewey. Yogyakarta: Safiria Insani Press & MSI UII, 2004.

    Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), 4. Bogdan, Robert L. dan Sari Kuop Biklen. Qualitative Research for Education: an Introducing to Theory and Methods. Boston: Allyn dan Bacon, 1982.

    Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi. Bandung: Alfabeta, 2008.

    Nasution. S. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

  • Mohammad Fahrur Rozi

    Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011 120

    Razak, Nasrudin. Dienul Islam. Bandung: PT Al-Maarif, 1989.

    Sadiman, dkk, Arif S. Media Pendidikan. Jakarta: Pustekkom Dikbud, 1984.

    Syafei, Rahmat. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999.

    Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

    Taman Firdaus, Landasan dan Pemikiran Teknologi Pembelajaran, dalam http://ftaman.wordpress.com (10 Februari 2010).