ipi251705

11
63 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING Mengurangi Perilaku Membolos Siswa Dengan Menggunakan Layanan Konseling Behavior Mahmudah (10220122) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang masalah adalah, masih adanya sebagian anak yang tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah, terbukti masih adanya sebagian anak yang memiliki perilaku membolos, sehingga perlu ada sebuah tindakan. Dari sekian tindakan yang bisa dilakukan oleh guru pembimbing, salah satunya adalah melalui layanan konseling behavior. Diharapkan dengan layanan konseling behavior masalah perilaku mambolos pada siswa dapat terentaskan. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data empiris tentang; (1) untuk mengetahui faktor yang menyebabkan anak memiliki perilaku membolos, (2) untuk mengetahui karakteristik perilaku membolos secara individu, dan (3) untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan layanan konseling behavior dalam mengatasi perilaku membolos pada siswa SMP Kesatrian 1 Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan tindakan kelas. Subjek penelitian dikenakan pada seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 150 anak, namun berdasarkan informasi dan data/dokumen yang dimiliki sekolah setelah dikonfirmasikan kepada guru pembimbing sebanyak 5 orang, sehingga subjeknya dikenakan 5 anak tersebut. Adapun sumber data diperoleh dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Obsbervasi digunakan untuk memperoleh data di lapangan, hal ini berarti peneliti terjun langsung di lapangan. Sedangkan wawancara digunakan untuk memperoleh data berkaitan dengan perilaku siswa yang tidak hanya diperoleh ketika peneliti melakukan observasi, tetapi digunakan sebagai data pelengkap yang tidak didapat dari observasi. Di sisi lain, dokumentasi digunakan untuk mengetahui jumlah siswa yang sering memiliki dan melakukan perilaku membolos. Hasil penelitian diperoleh simpulan: (1) faktor yang menyebabkan anak melakukan perilaku membolos berdasarkan tindakan dan hasil wawancara meliputi; pengawasan atau kontrol dari orang tua kurang, anak hidup mandiri, dan sarana-prasarana pembelajaran kurang, (2) karakteristik atau cara membolos yang dilakukan oleh siswa sangat beragam, yaitu mulai dari tidak masuk sekolah awal pelajaran, pada saat istirahat, hingga sampai pada ”cabut” tidak mengikuti proses pembelajaran di akhir/jam pelajaran terakhir, dan (3) setelah dilakukan layanan konseling perorangan dengan model behavior dan tindakan melalui dua siklus, maka diperoleh kesimpulan layanan konseling perorangan behavior memberikan keefektifan untuk mengurangi perilaku membolos siswa, dengan demikian hipotesis yang diajukan; ”Dengan meng-gunakan layanan konseling behavior dapat mengurangi perilaku membolos pada siswa SMP Kestraian I Semarang” diterima. Saran yang dapat diberikan dan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk rekomendasi pada komponen yang terkait adalah sebagai berikut : (1) Bagi Kepala sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan dan memberikan informasi untuk meningkatkan dan menegakkan kedisiplinan, terutama tata tertib sekolah, (2) untuk guru Bimbingan dan Konseling, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan pemberian layanan, sehingga siswa termotivasi untuk memanfaatkan layanan dan memiliki kedisiplinan menemapti jam masuk sekolah, (3) bagi orang tua, dapat memberikan perhatian dan kedisiplinan anak, terutama keseimbangan antara kegiatan di luar rumah (bermain) dengan kegiatan belajar, dan (4) bagi siswa, dapat dijadikan sebagai pedoman meningkatkan kedisiplinan belajar dan jam berangkat ke sekolah. Rekomendasi diberikan kepada peneliti mendatang, agar penelitian tindakan kelas tentang perilaku membolos dilanjutkan sehingga pada waktu-waktu mendatang anak benar- benar memilih dan menghindar untuk tidak memiliki perilaku membolos, yang berkibat pada perolehan prestasi belajar yang memuaskan. Tentu keberhasilan tersebut tidak hanya tindakan yang dilakukan oleh guru, tetapi juga mendapatkan dukungan dari orang tua dan juga sekolah, termasuk di dalamnya sarana dan prasarana pembelajan. Kata Kunci : membolos, konseling behavior, siswa

description

membolos anaknya

Transcript of ipi251705

Page 1: ipi251705

63 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Mengurangi Perilaku Membolos Siswa Dengan Menggunakan

Layanan Konseling Behavior

Mahmudah (10220122)

Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang

ABSTRAK

Latar belakang masalah adalah, masih adanya sebagian anak yang tidak disiplin terhadap tata tertib

sekolah, terbukti masih adanya sebagian anak yang memiliki perilaku membolos, sehingga perlu ada

sebuah tindakan. Dari sekian tindakan yang bisa dilakukan oleh guru pembimbing, salah satunya

adalah melalui layanan konseling behavior. Diharapkan dengan layanan konseling behavior masalah

perilaku mambolos pada siswa dapat terentaskan. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data

empiris tentang; (1) untuk mengetahui faktor yang menyebabkan anak memiliki perilaku membolos,

(2) untuk mengetahui karakteristik perilaku membolos secara individu, dan (3) untuk mengetahui

efektivitas pelaksanaan layanan konseling behavior dalam mengatasi perilaku membolos pada siswa

SMP Kesatrian 1 Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan

tindakan kelas. Subjek penelitian dikenakan pada seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 150 anak,

namun berdasarkan informasi dan data/dokumen yang dimiliki sekolah setelah dikonfirmasikan

kepada guru pembimbing sebanyak 5 orang, sehingga subjeknya dikenakan 5 anak tersebut. Adapun

sumber data diperoleh dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Obsbervasi

digunakan untuk memperoleh data di lapangan, hal ini berarti peneliti terjun langsung di lapangan.

Sedangkan wawancara digunakan untuk memperoleh data berkaitan dengan perilaku siswa yang

tidak hanya diperoleh ketika peneliti melakukan observasi, tetapi digunakan sebagai data pelengkap

yang tidak didapat dari observasi. Di sisi lain, dokumentasi digunakan untuk mengetahui jumlah

siswa yang sering memiliki dan melakukan perilaku membolos. Hasil penelitian diperoleh simpulan:

(1) faktor yang menyebabkan anak melakukan perilaku membolos berdasarkan tindakan dan hasil

wawancara meliputi; pengawasan atau kontrol dari orang tua kurang, anak hidup mandiri, dan

sarana-prasarana pembelajaran kurang, (2) karakteristik atau cara membolos yang dilakukan oleh

siswa sangat beragam, yaitu mulai dari tidak masuk sekolah awal pelajaran, pada saat istirahat,

hingga sampai pada ”cabut” tidak mengikuti proses pembelajaran di akhir/jam pelajaran terakhir,

dan (3) setelah dilakukan layanan konseling perorangan dengan model behavior dan tindakan

melalui dua siklus, maka diperoleh kesimpulan layanan konseling perorangan behavior memberikan

keefektifan untuk mengurangi perilaku membolos siswa, dengan demikian hipotesis yang diajukan;

”Dengan meng-gunakan layanan konseling behavior dapat mengurangi perilaku membolos pada

siswa SMP Kestraian I Semarang” diterima. Saran yang dapat diberikan dan diharapkan dapat

dijadikan sebagai bahan untuk rekomendasi pada komponen yang terkait adalah sebagai berikut :

(1) Bagi Kepala sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan dan memberikan informasi untuk

meningkatkan dan menegakkan kedisiplinan, terutama tata tertib sekolah, (2) untuk guru Bimbingan

dan Konseling, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan pemberian

layanan, sehingga siswa termotivasi untuk memanfaatkan layanan dan memiliki kedisiplinan

menemapti jam masuk sekolah, (3) bagi orang tua, dapat memberikan perhatian dan kedisiplinan

anak, terutama keseimbangan antara kegiatan di luar rumah (bermain) dengan kegiatan belajar, dan

(4) bagi siswa, dapat dijadikan sebagai pedoman meningkatkan kedisiplinan belajar dan jam

berangkat ke sekolah. Rekomendasi diberikan kepada peneliti mendatang, agar penelitian tindakan

kelas tentang perilaku membolos dilanjutkan sehingga pada waktu-waktu mendatang anak benar-

benar memilih dan menghindar untuk tidak memiliki perilaku membolos, yang berkibat pada

perolehan prestasi belajar yang memuaskan. Tentu keberhasilan tersebut tidak hanya tindakan yang

dilakukan oleh guru, tetapi juga mendapatkan dukungan dari orang tua dan juga sekolah, termasuk

di dalamnya sarana dan prasarana pembelajan.

Kata Kunci : membolos, konseling behavior, siswa

Page 2: ipi251705

64 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PENDAHULUAN

Sekolah merupakan tempat pendidikan bagi siswa untuk mengembangkan diri, memperoleh

pendidikan dan keterampilan. Sekolah memiliki 3 (tiga) kawasan yang semuanya mengacu pada

pengembangan individu, tiga kawasan itu meliputi; (1) kawasan pengajaran, (2) kawasan pendidikan,

dan (3) kawasan pelatihan (Kosasih, 2010: 17). Lebih lanjut G. Thomson (dalam Mikarsa, 2004: 2)

menyata-kan bahwa pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk meng-hasilkan

perubahan-perubahan yang setia dalam kebiasaan-kebiasaan, pemikiran, sikap-sikap, dan tingkah laku

pada diri siswa.

Siswa memrupakan sasaran yang terlibat langsung dalam pendidikan melalui proses

pembelajaran, sehingga melalui proses pembelajaran diharapkan siswa mampu mengenal dan

mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Disamping itu siswa dituntut untuk mampu belajar

mengenal diri, mengenal orang lain, dan belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu sifat

pengendalian diri harus ditumbuhkembangkan pada diri siswa, dalam arti bahwa perbuatan siswa

selalu berada dalam koridor disiplin dan tata tertib sekolah. Dengan demikian akan tumbuh

kedisiplinan siswa untuk selalu mengikuti setiap peraturan yang berlaku di sekolah. Secara garis besar

dapat dikemukakan bahwa mematuhi semua peraturan yang berlaku di sekolah merupakan suatu

kewajiban bagi siswa.

Pentingnya disiplin sekolah adalah untuk mendidik siswa agar berperilaku sesuai dengan tata

tertib dan aturan yang berlaku di sekolah. Masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi

kemajuan sekolah. Sekolah yang tertib, aturan akan menciptakan proses pembelajaran yang baik,

sebaliknya pada sekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran

yang terjadi sudah menjadi barang yang biasa, apabila kondisi sudah demikian, maka cara

memperbaiki keadaan akan tidak mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk

mengubahnya sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap disiplin dan tata tertib sekolah tersebut

bisa di cegah.

Fenomena yang terdapat di SMP Kesatrian I Semarang menunjukkan adanya perilaku tidak

disiplin di sekolah. Indisipliner sekolah tersebut ditunjukkan melalui perilaku sejumlah siswa yang

sering melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, seperti siswa datang terlambat di sekolah, siswa

membolos dengan cara: siswa meninggalkan pelajaran yang sedang berlangsung, siswa tidak memiliki

kelengkapan belajar, berhari-hari tidak masuk sekolah, tidak masuk kembali ke dalam kelas setelah

minta ijin, tidak masuk kelas lagi setelah jam istirahat, dan sejenisnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan

sebuah tindakan, agar perilaku-perilaku negative siswa tersebut tidak berimbas pada teman lain, atau

bahkan hingga berpengaruh pada keggalan dalam studinya.

Konselor sekolah sebagai petugas utama dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di

sekolah, mempunyai banyak tugas, wewenang dan tanggung jawab, diantaranya yaitu adalah

membantu menyelesaikan masalah yang di alami oleh siswa. Agar masalah yang dialami oleh siswa

dapat diselesaikan dengan baik, maka sebagai konselor berusaha memberikan bantuan dalam bentuk

Page 3: ipi251705

65 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

pemberian layanan yang membantu siswa agar berkembang secara optimal. Dalam kenyataannya,

yang ditemui ada sebagian siswa yang belum dapat mengenali sesuatu yang menjadi tujuan hidupnya,

sehingga mereka mencari hal yang terjadi di sekitarnya dengan mencontoh teman-temannya yang

membolos di sekolah, padahal peniruan membolos tersebut akan merugikan dirinya.

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari konselor di SMP Kesatrian I Semarang

menyatakan bahwa pada semester gasal tahun pelajaran 2011/2012 di sekolah ini untuk siswa kelas

VIII yang membolos setiap 1 (satu) hari mencapai 10%, jika di rekap 1 (satu) bulan siswa yang

membolos mencapai 17%, setiap semester mencapai 30%, dan setiap tahunnya mencapai 41%

(Dokumen Konselor SMP Kesatrian I Semarang, 2012). Sedangkan dari hasil observasi yang

dilakukan peniliti, dapat diperoleh data mengenai jumlah siswa kelas VIII SMP Kesatrian I Semarang

yang terdiri dari kelas A,B,C dan D pada bulan Pebruari 2012 setiap harinya mencapai 15 siswa

bahkan bisa lebih, sedang jumlah semua siswa kelas VIII ada 150 siswa, bahkan jumlah tersebut dapat

bertambah jika setelah ada liburan panjang.

Berangkat dari beraneka ragamnya faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku membolos

siswa kelas VIII SMP Kesatrian I Semarang maka di harapkan melalui pendekatan yang dilakukan

oleh peneliti, siswa akan lebih terbuka untuk mengemukakan permasalahan yang dialami dan

diharapkan dengan pendekatan behavioristik dapat membantu siswa mengatasi permasalaha yang

dihadapi, terutama berkaitan dengan perilaku membolos dan menghilangkan kebiasaan membolos

tersebut.

Berdasarkan pada beberapa pertimbangan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang perilaku membolos siswa kelas VIII SMP Kesatrian I Semarang pada tahun

pelajaran tahun 2011/2012 untuk dicegah dengan menggunakan layanan konseling behavior. Dengan

demikian judul penelitian ini adalah: “Mengurangi Perilaku Membolos Siswa dengan Menggunakan

Layanan Konseling Behavior”.

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Membolos

Berkaitan dengan perilaku membolos siswa, diuraikan beberapa hal yang berkenaan sebagai

kenakalan remaja, yaitu: pengertian perilaku membolos, jenis perilaku, pembentukan perilaku, teori

perilaku, gambaran mengenai perilaku membolos, pencegahan terhadap perilaku membolos, tips

mengenai perilaku membolos, dan penanganan terhadap siswa yang bermasalah

1. Pengertian Perilaku Membolos

Perilaku membolos adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan

meninggalkan pelajaran saat jam pelajaran berlangsung dan tidak mengikuti proses belajar

mengajar di sekolah (absen).

Page 4: ipi251705

66 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2. Gejala Perilaku Membolos

Gejala siswa membolos adalah sebagai berikut:

1) Berhari-hari tidak masuk sekolah

2) Tidak masuk sekolah tanpa ijin.

3) Sering keluar pada jam pelajaran tertentu.

4) Tidak masuk kembali setelah minta ijin.

5) Mengajak teman-teman keluar pada mata pelajaran yang tidak disenangi.

6) Minta ijin keluar dengan pura-pura sakit.

7) Mengirimkan surat ijin tidak masuk sekolah dengan alasan yang dibuat-buat

8) Tidak masuk sekolah lagi setelah jam istirahat”.

3. Pembentukan Perilaku Membolos

Berkaitan dengan perilaku membolos, “Perilaku manusia sebagian besar berupa perilaku

yang dibentuk dan yang dipelajari, meliputi: (a) cara pembentukan perilaku dengan kebiasaan

(conditi-oning), (b) cara pembentukan perilaku dengan pengertian (insight), dan (c) Cara

pembentukan perilaku dengan menggunakan model”. Untuk lebih jelasnya diuraikan satu per satu

seperti berikut ini.

4. Teori Perilaku

Perilaku manusia pada dasarnya tidak lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan

dimana individu itu berada. Perilaku manusia itu di dorong oleh motif tertentu sehingga manusia

itu berperilaku dalam hal ini ada beberapa teori perilaku antara lain : (a) teori insting, (b) teori

dorongan/drive theory, (c) teori insentif (Insentive theory), dan (d) teori astribusi.

5. Dampak Perilaku Membolos bagi Siswa

Dampak dari perilaku membolos bagi siswa sangat beragam, meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Minat terhadap pelajaran akan semakin kurang

b. Gagal dalam ujian.

c. Hasil belajar tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki

d. Tidak naik kelas

e. Penguasaan terhadap materi pelajaran tertinggal dari teman-temannya.

f. Dikeluarkan dari sekolah

Konseling Behavioral

Konseling adalah “suatu proses sejumlah (fenomena yang menunjuk-kan suatu perubahan

terus-menerus sepanjang waktu) konseling bukanlah suatu kejadian tunggal melainkan melibatkan

tindakan-tindakan beruntun dan berlangsung maju berkelanjutan ke arah satu tujuan”. Sedangkan

behavior adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Pengertian konseling behavior

adalah proses layanan yang diberikan oleh konselor kepada klien untuk merubah perilaku secara

terus-menerus menuju kea rah positif atau kemajuan.

Page 5: ipi251705

67 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu bulan Maret sampai Mei 2012. Rinciannya

adalah sebagai berikut: (1) bulan Maret digunakan oleh peneliti untuk menyusun proposal penelitian

dan instrumen penelitian, (2) bulan April digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dan

melakukan tindakan kelas serta menganalisis data, dan (3) bulan Mei digunakan oleh peneliti untuk

melakukan pembahasan hasil analisis data dan menyusun laporan hasil penelitian yang telah

dilakukan.

Berdasarkan rincian di atas, untuk mengumpulkan data dilakukan sesuai dengan kalender

pendidikan sekolah yang bersangkutan, sebab jadwal pelajaran telah disusun berdasarkan kurikulum

melalui kalender pendidikan, baik itu terwujud prota (program tahunan) maupun promes (program

semester) dari pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.

Penelitian ini di lakukan di SMP Ksatrian 1 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan

jumlah siswa 150 anak yang terdiri dari kelas VIII A,B,C dan D, yang dilaksanakan pada semester II.

Dalam studi kasus mengurangi perilaku membolos siswa dengan menggunakan layanan konseling

individual dan teknik behavior.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Kesatrian I Semarang yang

berjumlah 150 anak. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012 dengan

studi kasus pada anak yang sering atau paling tinggi membolos sekolah sebanyak 5 anak, sehingga

perlu mengurangi perilaku tersebut dengan menggunakan layanan konseling individual dengan teknik

atau pendekatan behavior.

Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2005 : 157); bahwa sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan. Dari pendapat

tersebut dapat dipahami bahwa sumber data utama dari penelitian ini adalah berupa kata-kata dan

tindakan dari subjek penelitian dan informan, sedangkan data tambahan dari penelitian ini adalah

sumber tertulis yang berupa buku rujukan baik yang disajikan oleh peneliti, ataupun dokumen tertulis

yang dimiliki oleh sekolah berkaitan dengan perilaku subjek. Sumber dokumen dari pihak sekolah ini

bisa diperoleh dari guru maupun Kepala sekolah.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Berdasarkan paparan mengenai sumber data di atas, maka sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan. Untuk dapat memperoleh informasi yang lengkap dan

akurat, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah memalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

Page 6: ipi251705

68 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Validitas dan Keabsahan Data

Moleong (2005: 330) mengatakan bahwa “triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu”. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

teknik, sumber, dan waktu.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Setelah mengetahui, mengidentifikasi, dan menemukan faktor penyebab anak membolos. pada

Pra Siklus, kemudian peneliti mencoba untuk melakukan tindak lanjut terhadap masalah tersebut

yaitu pada Siklus I. Tindak lanjut tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak untuk tidak

membolos. Langkah-langkahnya adalah :

a. Perencanaan

Pada Siklus I, peneliti merencanakan dengan membuat Pedoman Wawancara Studi Kasus,

membuat skenario perbaikan pembelajaran, menyediakan media pembelajaran, dan membuat

lembar observasi/penilaian dalam perbaikan kegiatan pembelajaran tersebut

b. Pelaksanaan Perbaikan

Pada tahap ini, peneliti mencoba melaksanakan perbaikan kegiatan dengan sistem yang

sama seperti yang pernah dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran pada Pra Siklus. Adapun

prosedur pelaksanaan perbaikan kegiatan pembelajaran pada Siklus I, adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Awal

a) Anak masuk kelas dan duduk di tempatnya

b) Peneliti melaksanakan apersepsi sesuai pedoman yang peneliti siapkan secara sistematis

serta sesuai dengan tema yang telah ditentukan.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti terdiri dari 3 kegiatan, salah satu dari kegiatan tersebut adalah kegiatan

yang dijadikan sebagai upaya tindak lanjut masalah membolos yang dilakukan siswa.

Langkah-langkah yang dilaksanakan pada kegiatan ini adalah :

a) Peneliti mencoba mengatur posisi tempat duduk anak dengan rapih.

b) Peneliti bercakap-cakap (diselingi dengan humoris yang bertujuan untuk membangkitkan

semangat belajar anak terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan) sambil memperlihatkan

atau menunjukkan dengan contoh tokoh-tokoh yang berhasil karena kedisiplinanya.

c) Peneliti mencoba memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya bila ada materi yang

belum jelas.

d) Peneliti mencoba memberikan apresiasi kepada anak yang bisa menjawab atau

mengemukakan ide.

Page 7: ipi251705

69 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

e) Agar suasana berjalan tertib dan teratur, maka setelah anak selesai melakukan layanan, anak

diminta untuk duduk di tempatnya masing-masing.

3. Istirahat

Digunakan untuk aktivitas siswa secara positif.

4. Kegiatan Akhir/Penutup

a) Mengulas kegiatan selama sehari disertai dengan pesan moral.

b) Berdoa

c. Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan baik terhadap tingkat antusias anak maupun proses dan

hasil dari pelaksanaan pembelajaran, sehingga data tersebut dapat digunakan sebagai bahan tindak

lanjut berikutnya.

d. Refleksi

Setelah peneliti selesai melaksanakan perbaikan kegiatan, menganalisis hasil pengamatan

dan penilaian anak pada Siklus I maka peneliti melakukan refleksi diri. Dari refkleksi ini akan

diketahui data peningkatan keberhasilan anak terhadap kegiatan untuk tidak membolos, namun

diperoleh hasil belum maksimal sehingga perlu dilakukan pengulangan pemberian materi, seperti

yang dilakukan pada tindakan siklus II..

Siklus II

Setelah peneliti merefleksi pada siklus I, maka peneliti mencoba melaksanakan kegiatan pada

siklus II sebagai upaya perbaikan kegiatan yang telah dialami oleh anak, yaitu dengan melakukan

prosedur sebagai berikut :

a. Perencanaan

Pada siklus II, peneliti merencanakan dengan membuat Pedoman Pertanyaan, membuat

skenario perbaikan, menyediakan media pembelajaran, dan membuat lembar observasi/penilaian

dalam perbaikan kegiatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Adapun prosedur pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang penulis lakukan adalah :

1. Kegiatan Awal/Pembukaan

a). Mengucapkan salam

b). Guru menyampaikan apersepsi sesuai jawaban pertanyaan atau wawancara yang telah

dilakukan.

2. Kegiatan Inti

Langkah-langkah yang dilaksanakan pada kegiatan ini adalah :

a). Guru mengatur posisi tempat duduk anak dengan lebih maksimal .

b). Guru bercakap-cakap (diselingi dengan humoris yang bertujuan untuk membangkitkan

semangat belajar anak terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan) sambil memperlihatkan

Page 8: ipi251705

70 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

contoh berbagai macam bentuk keberhasilan seseorang.

c). Guru memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya atau mengemukakan segala masalah

yang dialaminya.

d). Guru mencoba menggunakan fasilitas yang telah disipkan demi kepentingan kemajuan

tindakan.

e). Agar suasana pembelajaran berjalan tertib dan teratur, maka setelah anak selesai diadakan

layanan konseling. anak diminta untuk duduk di tempatnya masing-masing sambil diberi

kesempatan untuk ber-tanya atau mengulas kembali kegiatan yang telah dilakukan.

3. Istirahat

Digunakan sepenuhnya oleh anak secara positif.

4. Kegiatan Akhir/Penutup

a). Mengulas kegiatan selama sehari disertai dengan pesan moral.

b). Berdo'a dan salam.

c. Pengamatan

Pada Siklus II, pengamatan dilakukan sama halnya dengan apa yang dilaksanakan pada

Siklus I, yaitu menggunakan lembar penilaian observasi anak.

d. Refleksi

Refleksi pada siklus II dilakukan untuk mengetahui sejauhmana anak mengalami

keberhasilan terhadap perbaikan kegiatan layanan konseling behavior, sehingga dapat diketahui

tingkat keberhasilan anak untuk tidak melakukan lagi membolos sekolah.

Pembahasan

Tahap ini dilakukan pembahasan berdasarkan hasil observasi dan tindakan, yaitu perilaku

negatif (membolos) hingga dilakukan evaluasi agar anak tidak membolos sekolah lagi. Setelah

dilakukan tindakan dan diketahui ada hal-hal yang bersifat negatif, maka dilakukan wawancara

kepada orang-orang yang dekat dengan anak, dan didukung atau di-crosschek-kan dengan guru

sebagai pelaksana proses pembelajaran, maka bisa diambil langkah untuk memecahkan masalah anak

yang didasarkan pada hasil observasi. Langkah yang dilakukan tersebut adalah untuk mengentaskan

masalah yang dihadapi anak, di antaranya melalui treatmen sebagai suatu action atau kegiatan

perbaikan melalui evaluasi.

Adapun treatmen dan evaluasi tersebut berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara, secara

berurutan bisa dikemukakan seperti berikut ini.

1. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap A

Dari analisis data yang didasarkan kepada wawancara berbagai pihak, maka diperoleh

kesimpulan bahwa siswa cenderung malas belajar karena dirinya tidak ada yang mengawasi

(kurang kontrol), akibatnya siswa tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugasnya

sebagai pelajar yaitu belajar.

Page 9: ipi251705

71 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Kesimpulan di atas dijadikan sebagai bahan dasar untuk melakukan tindakan agar anak

memiliki perilaku positif, salah satunya adalah melalui layanan konseling perorangan yang

sebelmunya suka membolos menjadi dan berubah tidak membolos.

2. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap B

Dari analisis data yang didasarkan kepada wawancara berbagai pihak, maka diperoleh

kesimpulan bahwa siswa tidak memiliki motivasi belajar karena tidak ada control dari orang-

orang yang dekat dengannya. Kesimpulan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk

melakukan tindakan agar anak memiliki perilaku positif, salah satunya adalah melalui layanan

konseling perorangan yang menitikberatkan pada perkembangan social siswa.

3. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap C

Dari analisis data yang didasarkan kepada wawancara berbagai pihak, maka diperoleh

kesimpulan bahwa siswa hidup tanpa orang tua sehingga motivasi dan perhatian terhadap dirinya

merasa kurang, termasuk dalam hal belajar. Kesimpulan di atas dijadikan sebagai bahan dasar

untuk melakukan tindakan agar anak memiliki perilaku positif, salah satunya adalah melalui

layanan konseling perorangan yang sebelmunya malas untuk belajar dan bersekolah untuk giat dan

rajin belajar serta giat serta bersemangat dalam sekolah.

4. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap D

Dari analisis data yang didasarkan kepada wawancara berbagai pihak, maka diperoleh

kesimpulan bahwa siswa sering keluar-masuk kelas karena memiliki beberapa masalah, sehingga

anak duduk merasa kurang nyaman dan tidak tenang.

Kesimpulan di atas dijadikan sebagai bahan dasar untuk melakukan tindakan agar anak

memiliki perilaku positif, salah satunya adalah melalui layanan konseling perorangan agar anak

merasa tenang dan nyaman duduk di kelas, akibatnya materi pembelajaran bisa dipahami dengan

baik dan berujung pada perolehan prestasi belajat yang memuaskan.

5. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap E

Dari analisis data yang didasarkan kepada wawancara berbagai pihak, maka diperoleh

kesimpulan bahwa siswa sering keluar rumah di malam hari, bermain game yang membuat anak

mendapatkan uang.

Kesimpulan di atas dijadikan sebagai bahan dasar untuk melakukan tindakan agar anak

memiliki perilaku positif, salah satunya adalah melalui layanan konseling perorangan agar anak

menyadari arti pentingnya sekolah bagi dirinya dan terutama bagi masa depan dirinya. Dari hasil

layanan yang sudah dilakukan pada siklus I dan II serta hasil observasi dan wawancara terhadap 5

(lima) siswa sebagai subjek diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Siswa A tampak ada perubahan. Siswa rajin hadir di sekolah, siswa tidak pernah terlambat dan

tidak meninggalkan kelas ini berdasarkan oabsen juga hasil observasi.

2. Siswa B tampak berat sekali, karena berangkat sangat jauh denngan sekolah, tetapi siswa akan

berusaha lebih baik, siswa sudah tampak rajin mengikuti pelajaran.

Page 10: ipi251705

72 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

3. Siswa C menerima dengan kenyataan bahwa dirinya banyak mengalami kesulitan, ia akan

berusaha rajin sekolah dan akan mematuhi peraturan sekolah, hal ini dibuktikan dengan

tindakan ia tidak pernah keluar-masuk kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.

4. Siswa D tampak menyesal terhadap segala sesuatu yang sudah dilakukan. I atelah banyak

mengalami perubahan dan kemajuan, dengan ditunjukkan siswa selalu tertib dan mengikuti

pelajaran dengan tekun.

5. Siswa E belum ada perubahan yang signifikan, ia masih sering main atau keluar rumah malam

dan masih sedikit malas belajar. Namun ada perubahan yang bisa ditunjukkan, yaitu sudah

jarang keluar-masuk kelas dibandingkan dahulu sebelum dilakukan tindakan.

PENUTUP

Berdasarkan hasil sajian dan analisis data, kesimpulannya yang diperoleh adalah:

1. Faktor yang menyebabkan anak melakukan perilaku membolos berdasarkan tindakan dan hasil

dokumentasi, observasi, dan wawancara, meliputi; pengawasan atau kontrol dari orang tua kurang,

anak hidup mandiri, dan sarana-prasarana pembelajaran kurang.

2. Karakteristik atau perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa sangat beragam, yaitu mulai dari

tidak masuk sekolah awal pelajaran, pada saat istirahat, hingga sampai pada ”cabut” tidak

mengikuti proses pembelajaran di akhir/jam pelajaran terakhir.

3. Setelah dilakukan layanan konseling perorangan dengan model behavior dan tindakan melalui dua

siklus, maka diperoleh kesimpulan layanan konseling perorangan behavior memberikan

keefektifan untuk mengurangi perilaku membolos siswa, dengan demikian hipotesis yang

diajukan; ”Dengan meng-gunakan layanan konseling behavior dapat mengurangi perilaku

membolos pada siswa SMP Kestraian I Semarang” diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A Chaedar, 2003, Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif,

Bandung : Pustaka Jaya.

Alwisol, M., 2004, Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Berg. Bruce L, 2006, Qualitative research Methods For The Social Science. United State of

America. Pearson. Terjemahan: Meitasari Tjandrasa.

Bimo Walgito, 2007, Pengatar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset.

Chaplin, J.P. 2005, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Elizabeth B. Hurlock, 2002, Psikologi Perkembangan. Jakarta, Gelora Aksara Pratama.

Kasno, K. 2006. Kenakalan Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Latipun, 2008, Psiikologi Konseling, Malang: UMM

Page 11: ipi251705

73 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Lexy, J. Moleong, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda-karya.

Mar’at. 200, Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukuran, Jakarta Ghalia Indonesia.

Miles, Matthew B dan A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Prayitno dan Erman Amti, 2004, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rhineka Cipta.

Saifuddin, Azwar, 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharsini Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto, 2009, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Sukiman, 2011, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru pembimbing. Jogyakarta: Pramita

Publishing.

Supratiknyo, 2003, Teori–teori sifat dan Behavioristik. Jogyakarta: Kanisius

Sumadi Suryabrata,adi. 2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Sofyan Willis, 2004, Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung. Alfabeta Bandung.