ipi251705
-
Upload
kang-didan-praboe -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of ipi251705
63 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Mengurangi Perilaku Membolos Siswa Dengan Menggunakan
Layanan Konseling Behavior
Mahmudah (10220122)
Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang
ABSTRAK
Latar belakang masalah adalah, masih adanya sebagian anak yang tidak disiplin terhadap tata tertib
sekolah, terbukti masih adanya sebagian anak yang memiliki perilaku membolos, sehingga perlu ada
sebuah tindakan. Dari sekian tindakan yang bisa dilakukan oleh guru pembimbing, salah satunya
adalah melalui layanan konseling behavior. Diharapkan dengan layanan konseling behavior masalah
perilaku mambolos pada siswa dapat terentaskan. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data
empiris tentang; (1) untuk mengetahui faktor yang menyebabkan anak memiliki perilaku membolos,
(2) untuk mengetahui karakteristik perilaku membolos secara individu, dan (3) untuk mengetahui
efektivitas pelaksanaan layanan konseling behavior dalam mengatasi perilaku membolos pada siswa
SMP Kesatrian 1 Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan
tindakan kelas. Subjek penelitian dikenakan pada seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 150 anak,
namun berdasarkan informasi dan data/dokumen yang dimiliki sekolah setelah dikonfirmasikan
kepada guru pembimbing sebanyak 5 orang, sehingga subjeknya dikenakan 5 anak tersebut. Adapun
sumber data diperoleh dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Obsbervasi
digunakan untuk memperoleh data di lapangan, hal ini berarti peneliti terjun langsung di lapangan.
Sedangkan wawancara digunakan untuk memperoleh data berkaitan dengan perilaku siswa yang
tidak hanya diperoleh ketika peneliti melakukan observasi, tetapi digunakan sebagai data pelengkap
yang tidak didapat dari observasi. Di sisi lain, dokumentasi digunakan untuk mengetahui jumlah
siswa yang sering memiliki dan melakukan perilaku membolos. Hasil penelitian diperoleh simpulan:
(1) faktor yang menyebabkan anak melakukan perilaku membolos berdasarkan tindakan dan hasil
wawancara meliputi; pengawasan atau kontrol dari orang tua kurang, anak hidup mandiri, dan
sarana-prasarana pembelajaran kurang, (2) karakteristik atau cara membolos yang dilakukan oleh
siswa sangat beragam, yaitu mulai dari tidak masuk sekolah awal pelajaran, pada saat istirahat,
hingga sampai pada ”cabut” tidak mengikuti proses pembelajaran di akhir/jam pelajaran terakhir,
dan (3) setelah dilakukan layanan konseling perorangan dengan model behavior dan tindakan
melalui dua siklus, maka diperoleh kesimpulan layanan konseling perorangan behavior memberikan
keefektifan untuk mengurangi perilaku membolos siswa, dengan demikian hipotesis yang diajukan;
”Dengan meng-gunakan layanan konseling behavior dapat mengurangi perilaku membolos pada
siswa SMP Kestraian I Semarang” diterima. Saran yang dapat diberikan dan diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan untuk rekomendasi pada komponen yang terkait adalah sebagai berikut :
(1) Bagi Kepala sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan dan memberikan informasi untuk
meningkatkan dan menegakkan kedisiplinan, terutama tata tertib sekolah, (2) untuk guru Bimbingan
dan Konseling, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan pemberian
layanan, sehingga siswa termotivasi untuk memanfaatkan layanan dan memiliki kedisiplinan
menemapti jam masuk sekolah, (3) bagi orang tua, dapat memberikan perhatian dan kedisiplinan
anak, terutama keseimbangan antara kegiatan di luar rumah (bermain) dengan kegiatan belajar, dan
(4) bagi siswa, dapat dijadikan sebagai pedoman meningkatkan kedisiplinan belajar dan jam
berangkat ke sekolah. Rekomendasi diberikan kepada peneliti mendatang, agar penelitian tindakan
kelas tentang perilaku membolos dilanjutkan sehingga pada waktu-waktu mendatang anak benar-
benar memilih dan menghindar untuk tidak memiliki perilaku membolos, yang berkibat pada
perolehan prestasi belajar yang memuaskan. Tentu keberhasilan tersebut tidak hanya tindakan yang
dilakukan oleh guru, tetapi juga mendapatkan dukungan dari orang tua dan juga sekolah, termasuk
di dalamnya sarana dan prasarana pembelajan.
Kata Kunci : membolos, konseling behavior, siswa
64 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan tempat pendidikan bagi siswa untuk mengembangkan diri, memperoleh
pendidikan dan keterampilan. Sekolah memiliki 3 (tiga) kawasan yang semuanya mengacu pada
pengembangan individu, tiga kawasan itu meliputi; (1) kawasan pengajaran, (2) kawasan pendidikan,
dan (3) kawasan pelatihan (Kosasih, 2010: 17). Lebih lanjut G. Thomson (dalam Mikarsa, 2004: 2)
menyata-kan bahwa pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk meng-hasilkan
perubahan-perubahan yang setia dalam kebiasaan-kebiasaan, pemikiran, sikap-sikap, dan tingkah laku
pada diri siswa.
Siswa memrupakan sasaran yang terlibat langsung dalam pendidikan melalui proses
pembelajaran, sehingga melalui proses pembelajaran diharapkan siswa mampu mengenal dan
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Disamping itu siswa dituntut untuk mampu belajar
mengenal diri, mengenal orang lain, dan belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu sifat
pengendalian diri harus ditumbuhkembangkan pada diri siswa, dalam arti bahwa perbuatan siswa
selalu berada dalam koridor disiplin dan tata tertib sekolah. Dengan demikian akan tumbuh
kedisiplinan siswa untuk selalu mengikuti setiap peraturan yang berlaku di sekolah. Secara garis besar
dapat dikemukakan bahwa mematuhi semua peraturan yang berlaku di sekolah merupakan suatu
kewajiban bagi siswa.
Pentingnya disiplin sekolah adalah untuk mendidik siswa agar berperilaku sesuai dengan tata
tertib dan aturan yang berlaku di sekolah. Masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi
kemajuan sekolah. Sekolah yang tertib, aturan akan menciptakan proses pembelajaran yang baik,
sebaliknya pada sekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran
yang terjadi sudah menjadi barang yang biasa, apabila kondisi sudah demikian, maka cara
memperbaiki keadaan akan tidak mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk
mengubahnya sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap disiplin dan tata tertib sekolah tersebut
bisa di cegah.
Fenomena yang terdapat di SMP Kesatrian I Semarang menunjukkan adanya perilaku tidak
disiplin di sekolah. Indisipliner sekolah tersebut ditunjukkan melalui perilaku sejumlah siswa yang
sering melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, seperti siswa datang terlambat di sekolah, siswa
membolos dengan cara: siswa meninggalkan pelajaran yang sedang berlangsung, siswa tidak memiliki
kelengkapan belajar, berhari-hari tidak masuk sekolah, tidak masuk kembali ke dalam kelas setelah
minta ijin, tidak masuk kelas lagi setelah jam istirahat, dan sejenisnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan
sebuah tindakan, agar perilaku-perilaku negative siswa tersebut tidak berimbas pada teman lain, atau
bahkan hingga berpengaruh pada keggalan dalam studinya.
Konselor sekolah sebagai petugas utama dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah, mempunyai banyak tugas, wewenang dan tanggung jawab, diantaranya yaitu adalah
membantu menyelesaikan masalah yang di alami oleh siswa. Agar masalah yang dialami oleh siswa
dapat diselesaikan dengan baik, maka sebagai konselor berusaha memberikan bantuan dalam bentuk
65 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
pemberian layanan yang membantu siswa agar berkembang secara optimal. Dalam kenyataannya,
yang ditemui ada sebagian siswa yang belum dapat mengenali sesuatu yang menjadi tujuan hidupnya,
sehingga mereka mencari hal yang terjadi di sekitarnya dengan mencontoh teman-temannya yang
membolos di sekolah, padahal peniruan membolos tersebut akan merugikan dirinya.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari konselor di SMP Kesatrian I Semarang
menyatakan bahwa pada semester gasal tahun pelajaran 2011/2012 di sekolah ini untuk siswa kelas
VIII yang membolos setiap 1 (satu) hari mencapai 10%, jika di rekap 1 (satu) bulan siswa yang
membolos mencapai 17%, setiap semester mencapai 30%, dan setiap tahunnya mencapai 41%
(Dokumen Konselor SMP Kesatrian I Semarang, 2012). Sedangkan dari hasil observasi yang
dilakukan peniliti, dapat diperoleh data mengenai jumlah siswa kelas VIII SMP Kesatrian I Semarang
yang terdiri dari kelas A,B,C dan D pada bulan Pebruari 2012 setiap harinya mencapai 15 siswa
bahkan bisa lebih, sedang jumlah semua siswa kelas VIII ada 150 siswa, bahkan jumlah tersebut dapat
bertambah jika setelah ada liburan panjang.
Berangkat dari beraneka ragamnya faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku membolos
siswa kelas VIII SMP Kesatrian I Semarang maka di harapkan melalui pendekatan yang dilakukan
oleh peneliti, siswa akan lebih terbuka untuk mengemukakan permasalahan yang dialami dan
diharapkan dengan pendekatan behavioristik dapat membantu siswa mengatasi permasalaha yang
dihadapi, terutama berkaitan dengan perilaku membolos dan menghilangkan kebiasaan membolos
tersebut.
Berdasarkan pada beberapa pertimbangan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang perilaku membolos siswa kelas VIII SMP Kesatrian I Semarang pada tahun
pelajaran tahun 2011/2012 untuk dicegah dengan menggunakan layanan konseling behavior. Dengan
demikian judul penelitian ini adalah: “Mengurangi Perilaku Membolos Siswa dengan Menggunakan
Layanan Konseling Behavior”.
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku Membolos
Berkaitan dengan perilaku membolos siswa, diuraikan beberapa hal yang berkenaan sebagai
kenakalan remaja, yaitu: pengertian perilaku membolos, jenis perilaku, pembentukan perilaku, teori
perilaku, gambaran mengenai perilaku membolos, pencegahan terhadap perilaku membolos, tips
mengenai perilaku membolos, dan penanganan terhadap siswa yang bermasalah
1. Pengertian Perilaku Membolos
Perilaku membolos adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan
meninggalkan pelajaran saat jam pelajaran berlangsung dan tidak mengikuti proses belajar
mengajar di sekolah (absen).
66 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
2. Gejala Perilaku Membolos
Gejala siswa membolos adalah sebagai berikut:
1) Berhari-hari tidak masuk sekolah
2) Tidak masuk sekolah tanpa ijin.
3) Sering keluar pada jam pelajaran tertentu.
4) Tidak masuk kembali setelah minta ijin.
5) Mengajak teman-teman keluar pada mata pelajaran yang tidak disenangi.
6) Minta ijin keluar dengan pura-pura sakit.
7) Mengirimkan surat ijin tidak masuk sekolah dengan alasan yang dibuat-buat
8) Tidak masuk sekolah lagi setelah jam istirahat”.
3. Pembentukan Perilaku Membolos
Berkaitan dengan perilaku membolos, “Perilaku manusia sebagian besar berupa perilaku
yang dibentuk dan yang dipelajari, meliputi: (a) cara pembentukan perilaku dengan kebiasaan
(conditi-oning), (b) cara pembentukan perilaku dengan pengertian (insight), dan (c) Cara
pembentukan perilaku dengan menggunakan model”. Untuk lebih jelasnya diuraikan satu per satu
seperti berikut ini.
4. Teori Perilaku
Perilaku manusia pada dasarnya tidak lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan
dimana individu itu berada. Perilaku manusia itu di dorong oleh motif tertentu sehingga manusia
itu berperilaku dalam hal ini ada beberapa teori perilaku antara lain : (a) teori insting, (b) teori
dorongan/drive theory, (c) teori insentif (Insentive theory), dan (d) teori astribusi.
5. Dampak Perilaku Membolos bagi Siswa
Dampak dari perilaku membolos bagi siswa sangat beragam, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Minat terhadap pelajaran akan semakin kurang
b. Gagal dalam ujian.
c. Hasil belajar tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki
d. Tidak naik kelas
e. Penguasaan terhadap materi pelajaran tertinggal dari teman-temannya.
f. Dikeluarkan dari sekolah
Konseling Behavioral
Konseling adalah “suatu proses sejumlah (fenomena yang menunjuk-kan suatu perubahan
terus-menerus sepanjang waktu) konseling bukanlah suatu kejadian tunggal melainkan melibatkan
tindakan-tindakan beruntun dan berlangsung maju berkelanjutan ke arah satu tujuan”. Sedangkan
behavior adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Pengertian konseling behavior
adalah proses layanan yang diberikan oleh konselor kepada klien untuk merubah perilaku secara
terus-menerus menuju kea rah positif atau kemajuan.
67 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu bulan Maret sampai Mei 2012. Rinciannya
adalah sebagai berikut: (1) bulan Maret digunakan oleh peneliti untuk menyusun proposal penelitian
dan instrumen penelitian, (2) bulan April digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dan
melakukan tindakan kelas serta menganalisis data, dan (3) bulan Mei digunakan oleh peneliti untuk
melakukan pembahasan hasil analisis data dan menyusun laporan hasil penelitian yang telah
dilakukan.
Berdasarkan rincian di atas, untuk mengumpulkan data dilakukan sesuai dengan kalender
pendidikan sekolah yang bersangkutan, sebab jadwal pelajaran telah disusun berdasarkan kurikulum
melalui kalender pendidikan, baik itu terwujud prota (program tahunan) maupun promes (program
semester) dari pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
Penelitian ini di lakukan di SMP Ksatrian 1 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan
jumlah siswa 150 anak yang terdiri dari kelas VIII A,B,C dan D, yang dilaksanakan pada semester II.
Dalam studi kasus mengurangi perilaku membolos siswa dengan menggunakan layanan konseling
individual dan teknik behavior.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Kesatrian I Semarang yang
berjumlah 150 anak. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012 dengan
studi kasus pada anak yang sering atau paling tinggi membolos sekolah sebanyak 5 anak, sehingga
perlu mengurangi perilaku tersebut dengan menggunakan layanan konseling individual dengan teknik
atau pendekatan behavior.
Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2005 : 157); bahwa sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan. Dari pendapat
tersebut dapat dipahami bahwa sumber data utama dari penelitian ini adalah berupa kata-kata dan
tindakan dari subjek penelitian dan informan, sedangkan data tambahan dari penelitian ini adalah
sumber tertulis yang berupa buku rujukan baik yang disajikan oleh peneliti, ataupun dokumen tertulis
yang dimiliki oleh sekolah berkaitan dengan perilaku subjek. Sumber dokumen dari pihak sekolah ini
bisa diperoleh dari guru maupun Kepala sekolah.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Berdasarkan paparan mengenai sumber data di atas, maka sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan. Untuk dapat memperoleh informasi yang lengkap dan
akurat, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah memalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
68 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Validitas dan Keabsahan Data
Moleong (2005: 330) mengatakan bahwa “triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu”. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
teknik, sumber, dan waktu.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Setelah mengetahui, mengidentifikasi, dan menemukan faktor penyebab anak membolos. pada
Pra Siklus, kemudian peneliti mencoba untuk melakukan tindak lanjut terhadap masalah tersebut
yaitu pada Siklus I. Tindak lanjut tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak untuk tidak
membolos. Langkah-langkahnya adalah :
a. Perencanaan
Pada Siklus I, peneliti merencanakan dengan membuat Pedoman Wawancara Studi Kasus,
membuat skenario perbaikan pembelajaran, menyediakan media pembelajaran, dan membuat
lembar observasi/penilaian dalam perbaikan kegiatan pembelajaran tersebut
b. Pelaksanaan Perbaikan
Pada tahap ini, peneliti mencoba melaksanakan perbaikan kegiatan dengan sistem yang
sama seperti yang pernah dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran pada Pra Siklus. Adapun
prosedur pelaksanaan perbaikan kegiatan pembelajaran pada Siklus I, adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal
a) Anak masuk kelas dan duduk di tempatnya
b) Peneliti melaksanakan apersepsi sesuai pedoman yang peneliti siapkan secara sistematis
serta sesuai dengan tema yang telah ditentukan.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti terdiri dari 3 kegiatan, salah satu dari kegiatan tersebut adalah kegiatan
yang dijadikan sebagai upaya tindak lanjut masalah membolos yang dilakukan siswa.
Langkah-langkah yang dilaksanakan pada kegiatan ini adalah :
a) Peneliti mencoba mengatur posisi tempat duduk anak dengan rapih.
b) Peneliti bercakap-cakap (diselingi dengan humoris yang bertujuan untuk membangkitkan
semangat belajar anak terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan) sambil memperlihatkan
atau menunjukkan dengan contoh tokoh-tokoh yang berhasil karena kedisiplinanya.
c) Peneliti mencoba memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya bila ada materi yang
belum jelas.
d) Peneliti mencoba memberikan apresiasi kepada anak yang bisa menjawab atau
mengemukakan ide.
69 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
e) Agar suasana berjalan tertib dan teratur, maka setelah anak selesai melakukan layanan, anak
diminta untuk duduk di tempatnya masing-masing.
3. Istirahat
Digunakan untuk aktivitas siswa secara positif.
4. Kegiatan Akhir/Penutup
a) Mengulas kegiatan selama sehari disertai dengan pesan moral.
b) Berdoa
c. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan baik terhadap tingkat antusias anak maupun proses dan
hasil dari pelaksanaan pembelajaran, sehingga data tersebut dapat digunakan sebagai bahan tindak
lanjut berikutnya.
d. Refleksi
Setelah peneliti selesai melaksanakan perbaikan kegiatan, menganalisis hasil pengamatan
dan penilaian anak pada Siklus I maka peneliti melakukan refleksi diri. Dari refkleksi ini akan
diketahui data peningkatan keberhasilan anak terhadap kegiatan untuk tidak membolos, namun
diperoleh hasil belum maksimal sehingga perlu dilakukan pengulangan pemberian materi, seperti
yang dilakukan pada tindakan siklus II..
Siklus II
Setelah peneliti merefleksi pada siklus I, maka peneliti mencoba melaksanakan kegiatan pada
siklus II sebagai upaya perbaikan kegiatan yang telah dialami oleh anak, yaitu dengan melakukan
prosedur sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pada siklus II, peneliti merencanakan dengan membuat Pedoman Pertanyaan, membuat
skenario perbaikan, menyediakan media pembelajaran, dan membuat lembar observasi/penilaian
dalam perbaikan kegiatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang penulis lakukan adalah :
1. Kegiatan Awal/Pembukaan
a). Mengucapkan salam
b). Guru menyampaikan apersepsi sesuai jawaban pertanyaan atau wawancara yang telah
dilakukan.
2. Kegiatan Inti
Langkah-langkah yang dilaksanakan pada kegiatan ini adalah :
a). Guru mengatur posisi tempat duduk anak dengan lebih maksimal .
b). Guru bercakap-cakap (diselingi dengan humoris yang bertujuan untuk membangkitkan
semangat belajar anak terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan) sambil memperlihatkan
70 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
contoh berbagai macam bentuk keberhasilan seseorang.
c). Guru memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya atau mengemukakan segala masalah
yang dialaminya.
d). Guru mencoba menggunakan fasilitas yang telah disipkan demi kepentingan kemajuan
tindakan.
e). Agar suasana pembelajaran berjalan tertib dan teratur, maka setelah anak selesai diadakan
layanan konseling. anak diminta untuk duduk di tempatnya masing-masing sambil diberi
kesempatan untuk ber-tanya atau mengulas kembali kegiatan yang telah dilakukan.
3. Istirahat
Digunakan sepenuhnya oleh anak secara positif.
4. Kegiatan Akhir/Penutup
a). Mengulas kegiatan selama sehari disertai dengan pesan moral.
b). Berdo'a dan salam.
c. Pengamatan
Pada Siklus II, pengamatan dilakukan sama halnya dengan apa yang dilaksanakan pada
Siklus I, yaitu menggunakan lembar penilaian observasi anak.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II dilakukan untuk mengetahui sejauhmana anak mengalami
keberhasilan terhadap perbaikan kegiatan layanan konseling behavior, sehingga dapat diketahui
tingkat keberhasilan anak untuk tidak melakukan lagi membolos sekolah.
Pembahasan
Tahap ini dilakukan pembahasan berdasarkan hasil observasi dan tindakan, yaitu perilaku
negatif (membolos) hingga dilakukan evaluasi agar anak tidak membolos sekolah lagi. Setelah
dilakukan tindakan dan diketahui ada hal-hal yang bersifat negatif, maka dilakukan wawancara
kepada orang-orang yang dekat dengan anak, dan didukung atau di-crosschek-kan dengan guru
sebagai pelaksana proses pembelajaran, maka bisa diambil langkah untuk memecahkan masalah anak
yang didasarkan pada hasil observasi. Langkah yang dilakukan tersebut adalah untuk mengentaskan
masalah yang dihadapi anak, di antaranya melalui treatmen sebagai suatu action atau kegiatan
perbaikan melalui evaluasi.
Adapun treatmen dan evaluasi tersebut berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara, secara
berurutan bisa dikemukakan seperti berikut ini.
1. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap A
Dari analisis data yang didasarkan kepada wawancara berbagai pihak, maka diperoleh
kesimpulan bahwa siswa cenderung malas belajar karena dirinya tidak ada yang mengawasi
(kurang kontrol), akibatnya siswa tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugasnya
sebagai pelajar yaitu belajar.
71 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Kesimpulan di atas dijadikan sebagai bahan dasar untuk melakukan tindakan agar anak
memiliki perilaku positif, salah satunya adalah melalui layanan konseling perorangan yang
sebelmunya suka membolos menjadi dan berubah tidak membolos.
2. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap B
Dari analisis data yang didasarkan kepada wawancara berbagai pihak, maka diperoleh
kesimpulan bahwa siswa tidak memiliki motivasi belajar karena tidak ada control dari orang-
orang yang dekat dengannya. Kesimpulan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk
melakukan tindakan agar anak memiliki perilaku positif, salah satunya adalah melalui layanan
konseling perorangan yang menitikberatkan pada perkembangan social siswa.
3. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap C
Dari analisis data yang didasarkan kepada wawancara berbagai pihak, maka diperoleh
kesimpulan bahwa siswa hidup tanpa orang tua sehingga motivasi dan perhatian terhadap dirinya
merasa kurang, termasuk dalam hal belajar. Kesimpulan di atas dijadikan sebagai bahan dasar
untuk melakukan tindakan agar anak memiliki perilaku positif, salah satunya adalah melalui
layanan konseling perorangan yang sebelmunya malas untuk belajar dan bersekolah untuk giat dan
rajin belajar serta giat serta bersemangat dalam sekolah.
4. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap D
Dari analisis data yang didasarkan kepada wawancara berbagai pihak, maka diperoleh
kesimpulan bahwa siswa sering keluar-masuk kelas karena memiliki beberapa masalah, sehingga
anak duduk merasa kurang nyaman dan tidak tenang.
Kesimpulan di atas dijadikan sebagai bahan dasar untuk melakukan tindakan agar anak
memiliki perilaku positif, salah satunya adalah melalui layanan konseling perorangan agar anak
merasa tenang dan nyaman duduk di kelas, akibatnya materi pembelajaran bisa dipahami dengan
baik dan berujung pada perolehan prestasi belajat yang memuaskan.
5. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap E
Dari analisis data yang didasarkan kepada wawancara berbagai pihak, maka diperoleh
kesimpulan bahwa siswa sering keluar rumah di malam hari, bermain game yang membuat anak
mendapatkan uang.
Kesimpulan di atas dijadikan sebagai bahan dasar untuk melakukan tindakan agar anak
memiliki perilaku positif, salah satunya adalah melalui layanan konseling perorangan agar anak
menyadari arti pentingnya sekolah bagi dirinya dan terutama bagi masa depan dirinya. Dari hasil
layanan yang sudah dilakukan pada siklus I dan II serta hasil observasi dan wawancara terhadap 5
(lima) siswa sebagai subjek diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Siswa A tampak ada perubahan. Siswa rajin hadir di sekolah, siswa tidak pernah terlambat dan
tidak meninggalkan kelas ini berdasarkan oabsen juga hasil observasi.
2. Siswa B tampak berat sekali, karena berangkat sangat jauh denngan sekolah, tetapi siswa akan
berusaha lebih baik, siswa sudah tampak rajin mengikuti pelajaran.
72 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
3. Siswa C menerima dengan kenyataan bahwa dirinya banyak mengalami kesulitan, ia akan
berusaha rajin sekolah dan akan mematuhi peraturan sekolah, hal ini dibuktikan dengan
tindakan ia tidak pernah keluar-masuk kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
4. Siswa D tampak menyesal terhadap segala sesuatu yang sudah dilakukan. I atelah banyak
mengalami perubahan dan kemajuan, dengan ditunjukkan siswa selalu tertib dan mengikuti
pelajaran dengan tekun.
5. Siswa E belum ada perubahan yang signifikan, ia masih sering main atau keluar rumah malam
dan masih sedikit malas belajar. Namun ada perubahan yang bisa ditunjukkan, yaitu sudah
jarang keluar-masuk kelas dibandingkan dahulu sebelum dilakukan tindakan.
PENUTUP
Berdasarkan hasil sajian dan analisis data, kesimpulannya yang diperoleh adalah:
1. Faktor yang menyebabkan anak melakukan perilaku membolos berdasarkan tindakan dan hasil
dokumentasi, observasi, dan wawancara, meliputi; pengawasan atau kontrol dari orang tua kurang,
anak hidup mandiri, dan sarana-prasarana pembelajaran kurang.
2. Karakteristik atau perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa sangat beragam, yaitu mulai dari
tidak masuk sekolah awal pelajaran, pada saat istirahat, hingga sampai pada ”cabut” tidak
mengikuti proses pembelajaran di akhir/jam pelajaran terakhir.
3. Setelah dilakukan layanan konseling perorangan dengan model behavior dan tindakan melalui dua
siklus, maka diperoleh kesimpulan layanan konseling perorangan behavior memberikan
keefektifan untuk mengurangi perilaku membolos siswa, dengan demikian hipotesis yang
diajukan; ”Dengan meng-gunakan layanan konseling behavior dapat mengurangi perilaku
membolos pada siswa SMP Kestraian I Semarang” diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A Chaedar, 2003, Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif,
Bandung : Pustaka Jaya.
Alwisol, M., 2004, Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Berg. Bruce L, 2006, Qualitative research Methods For The Social Science. United State of
America. Pearson. Terjemahan: Meitasari Tjandrasa.
Bimo Walgito, 2007, Pengatar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset.
Chaplin, J.P. 2005, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Elizabeth B. Hurlock, 2002, Psikologi Perkembangan. Jakarta, Gelora Aksara Pratama.
Kasno, K. 2006. Kenakalan Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Latipun, 2008, Psiikologi Konseling, Malang: UMM
73 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Lexy, J. Moleong, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda-karya.
Mar’at. 200, Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukuran, Jakarta Ghalia Indonesia.
Miles, Matthew B dan A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Prayitno dan Erman Amti, 2004, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rhineka Cipta.
Saifuddin, Azwar, 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharsini Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, 2009, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.
Sukiman, 2011, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru pembimbing. Jogyakarta: Pramita
Publishing.
Supratiknyo, 2003, Teori–teori sifat dan Behavioristik. Jogyakarta: Kanisius
Sumadi Suryabrata,adi. 2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Sofyan Willis, 2004, Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung. Alfabeta Bandung.