ipi188884.pdf

14
 Perilaku Belajar Mahasiswa Akuntansi: Aktivis, Hedonis Dan  Study Oriented Oleh: Handyka Galuh Iriana Putra  Abstract  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku belajar mah asi swa aku nta nsi yan g ada di Jurusan Aku nta nsi Univer sita s Bra wij aya .  Peneliti mengkategorikan mahasiswa yang ada di jurusan akuntansi menjadi tiga  yaitu: aktivis, hedon dan study oriented. Data yang digunakan adalah data  primer diperoleh dengan menggunakan metode wawancara. Sedangkan jenis  penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang berusaha mengungkapkan  fenomena perilaku belajar tiga jenis mahasiswa m ahasiswa akuntansi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa study oriented mempunyai perilaku belajar yang berbeda dengan mahasiswa aktivis dan hedon.  Dan dari perbedaan perilaku belajar itu mahasiswa study oriented mempunyai nilai akademik yang lebih baik. Kata kunci: perilaku belajar, aktivis, hedon  , study oriented , IPK. A. Pendahuluan Pen ger tian bel ajar itu sendiri, sala h satu ny a ada lah suatu usaha ata u ke gi at an, ya ng bert uj uan me ngadakan perubahan di dalam di ri ses eoran g, men cakup per uba han tingka h lak u, sikap, keb iasa an, ilmu pen get ahu an serta keterampilan dan sebagainya (Dalyono, 2012 :49). Lebih lanjut Dalyono juga menjelaskan bahwa Belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup, dengan kata lain melalui  belajar dapat memperbaiki nasib, menggapai cita-cita yang didambakan.

Transcript of ipi188884.pdf

  • Perilaku Belajar Mahasiswa Akuntansi: Aktivis, Hedonis Dan

    Study Oriented

    Oleh:

    Handyka Galuh Iriana Putra

    Abstract

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku belajar mahasiswa akuntansi yang ada di Jurusan Akuntansi Universitas Brawijaya. Peneliti mengkategorikan mahasiswa yang ada di jurusan akuntansi menjadi tiga yaitu: aktivis, hedon dan study oriented. Data yang digunakan adalah data primer diperoleh dengan menggunakan metode wawancara. Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang berusaha mengungkapkan fenomena perilaku belajar tiga jenis mahasiswa mahasiswa akuntansi.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa study oriented mempunyai perilaku belajar yang berbeda dengan mahasiswa aktivis dan hedon. Dan dari perbedaan perilaku belajar itu mahasiswa study oriented mempunyai nilai akademik yang lebih baik.

    Kata kunci: perilaku belajar, aktivis, hedon, study oriented, IPK.

    A. Pendahuluan

    Pengertian belajar itu sendiri, salah satunya adalah suatu usaha atau

    kegiatan, yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,

    mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan serta

    keterampilan dan sebagainya (Dalyono, 2012:49). Lebih lanjut Dalyono juga

    menjelaskan bahwa Belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan

    harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan

    dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup, dengan kata lain melalui

    belajar dapat memperbaiki nasib, menggapai cita-cita yang didambakan.

  • Prestasi belajar mahasiswa adalah hasil penilaian dari kegiatan belajar

    yang telah dilakukan dan merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh

    dosen untuk melihat sampai dimana kemampuan mahasiswa yang dinyatakan

    dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan

    hasil yang sudah dicapai. Prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat dari Indeks

    Prestasi Kumulatif (IPK) yang diperoleh mahasiswa. Namun, untuk mendapatkan

    prestasi belajar yang baik bukanlah hal yang mudah, tetapi membutuhkan usaha

    yang optimal (Singgih, 2012).

    Menurut Hamalik (2010:77) pendidikan dikatakan berkualitas bila proses

    belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, efektif, efisien dan ada interaksi

    antara komponen-komponen yang terkandung dalam sistem pengajaran yaitu

    tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik atau mahasiswa, tenaga

    kependidikan atau dosen, kurikulum, strategi pembelajaran, media pengajaran dan

    evaluasi pengajaran. Dengan adanya sinergi antara komponen-komponen dalam

    dunia pendidikan maka akan tercipta kualitas peserta didik yang sesuai dengan

    tuntutan era globalisasi saat ini.

    Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

    mahasiswa pendidikan akuntansi dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan

    faktor eksternal. Menurut Slameto (2010:54), terdapat dua faktor yang

    mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

    antara lain fisik/jasmani, kematangan fisik, kelelahan, psikologi berupa bakat,

    minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif maupun prestasi. Faktor

    eksternal meliputi lingkungan alam, lingkungan keluarga (cara orang tua

    mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

    keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), lingkungan sekolah

    (metode mengajar, media pembelajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa,

    relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, standar pelajaran di

    atas ukuran, metode belajar, tugas rumah), dan lingkungan masyarakat (kegiatan

    siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

    Individu dalam belajar memiliki berbagai macam cara, ada yang belajar

    dengan cara mendengarkan, ada yang belajar dengan membaca, serta belajar

  • dengan cara menemukan. Cara belajar peserta didik yang beraneka ragam tersebut

    dikenal sebagai gaya belajar (learning style) yang dipengaruhi oleh pengalaman,

    jenis kelamin, etnis dan secara khusus melekat pada individu. Mahasiswa yang

    memahami kecenderungan gaya belajarnya atau kecenderungan gaya belajarnya

    mirip dosen pengampu, akan memiliki IPK yang tinggi (Pujiningsih, 2009).

    Berdasarkan data yang diperoleh dari (www.siska.fe.ub) jumlah

    mahasiswa S-1 jurusan akuntasi Universitas Brawijaya semester ganjil tahun

    ajaran 2011/2012 sebanyak 1124 mahasiswa dan mayoritas berasal dari luar

    daerah. Perbandingan prosentasenya 34,53% berasal dari Malang, 44,54% Jawa

    Timur (selain Malang), 8,52% P.Jawa (selain Jatim) dan sisanya 12,41% berasal

    dari luar P.Jawa. Dari perbedaan asal usul mereka maka kebiasaan tiap mahasiswa

    pun juga berbeda dari mulai cara belajar, pola makan, istirahat, bermain ataupun

    berorganisasi. Mereka tidak lagi diawasi oleh orangtua masing-masing tetapi

    mereka diberi kebebasan untuk mengatur waktu sebaik-baik mungkin. Hal

    tersebut juga dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses belajar. Dan

    dari berbagai latar belakang mahasiswa yang berbeda tersebut akan menciptakan

    tipe atau kelompok mahasiswa yang berbeda juga.

    Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena

    belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari

    proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu

    kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung

    pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Belajar tidak hanya dapat

    dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah

    ataupun di lingkungan masyarakat

    Konsep tentang belajar yang disampaikan oleh beberapa peneliti:

    1. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

    pengalaman. Menurut pengertiaan ini, belajar merupakan suatu proses,

    suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya

    mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar

    bukan suatu suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan

    kelakuan (Hamalik, 2010:27).

  • 2. Belajar menurut pandangan Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang

    belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak

    belajar maka responnya menurun (Dimyati, 2006:9).

    3. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

    Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

    lingkungannya (Slameto, 2010:2).

    4. Belajar adalah segenap kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan secara

    penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai

    pemahaman tentang alam semesta, kehidupan masyarakat, perilaku

    manusia, gejala bahasa dan perkembangan sejarah (Gie, 1998:7).

    Proses belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri

    siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena

    menurut Syah (2005:116) perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri

    perwujudan yang khas antara lain:

    a. Perubahan Intensional

    Perubahan dalam proses belajar adalah karena pengalaman atau praktek

    yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari

    bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan,

    kebiasaan dan keterampilan.

    b. Perubahan Positif dan aktif

    Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan

    serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang

    lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut

    terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.

    c. Perubahan efektif dan fungsional

    Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat

    tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya

    perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila

    dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.

  • Apapun tujuan yang ingin dicapai melalui belajar di perguruan tinggi,

    akhirnya tujuan tersebut harus dicapai dalam bentuk unit kegiatan belajar-

    mengajar yang disebut kuliah. Kuliah merupakan bentuk interaksi antara dosen,

    mahasiswa dan pengetahuan. Pemahaman dan persepsi mengenai hubungan ketiga

    faktor tersebut sangat menentukan keberhasilan proses belajar. Kuliah merupakan

    kegiatan yang membedakan pendidikan formal dan nonformal. Namun hal yang

    perlu dicatat adalah bahwa kuliah bukan satu-satunya sumber pengetahuan dan

    bukan satu-satunya kegiatan belajar. (Suwardjono, 2004) berusaha memberikan

    pandangannya mengenai perilaku mahasiswa di perguruan tingi.

    Menurut Suwardjono (2004) perilaku belajar yang baik terdiri dari:

    1. Kebiasaan Mengikuti Pelajaran

    Kebiasaan mengikuti pelajaran adalah kebiasaan yang dilakukan

    mahasiswa pada saat pelajaran sedang berlangsung. Mahasiswa yang

    mengikuti pelajaran dengan tertib dan penuh perhatian serta dicatat

    dengan baik akan memperoleh pengetahuan lebih banyak. Kebiasaan

    mengikuti pelajaran ini ditekankan pada kebiasaan memperhatikan

    penjelasan dosen, membuat catatan, dan keaktifan di kelas.

    2. Kebiasaan Membaca Buku

    Kebiasaan membaca buku merupakan merupakan ketrampilan membaca

    yang paling penting untuk dikuasai mahasiswa. Kebiasaan membaca

    harus dibudidayakan agar pengetahuan mahasiswa dapat bertambah dan

    dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mempelajari suatu

    pelajaran.

    3. Kunjungan ke Perpustakaan

    Kunjungan ke perpustakaan merupakan kebiasaan mahasiswa

    mengunjungi perpustakaan untuk mencari referensi yang dibutuhkan agar

    dapat menambah wawasan dan pemahman terhadap pelajaran. Walaupun

    pada dasarnya sumber bacaan bisa ditemukan dimana-mana, namun

    tempat yang paling umum dan memiliki sumber yang lengkap adalah

    perpustakaan.

    4. Kebiasaan Menghadapi Ujian

  • Kebiasaan menghadapi ujian merupakan persiapan yang biasa dilakukan

    mahasiswa ketika akan menghadapi ujian. Setiap ujian tentu dapat

    dilewati oleh seorang siswa dengan berhasil jika sejak awal mengikuti

    pelajaran, siswa tersebut mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Oleh

    karena itu, siswa harus menyiapkan diri dengan belajar secara teratur,

    penuh disiplin, dan konsentrasi pada masa yang cukup jauh sebelum ujian

    dimulai.

    Perilaku belajar perlu dikembangkan sedikit demi sedikit agar tercipta pola

    perilaku belajar yang ideal. Perilaku belajar yang baik menurut beberapa ahli

    dapat dikembangkan dengan beberapa cara antara lain:

    1. Menyusun rencana belajar

    Setiap siswa atau mahasiswa pasti memiliki keinginan agar belajarnya dapat

    berhasil dengan baik, untuk itu mereka berusaha sedapat mungkin

    menggerakkan segala daya yang ada agar berhasil mencapai tujuan. Rencana

    belajar besar manfaatnya dan menjadi keharusan bagi setiap siswa atau

    mahasiswa (Suryabrata, 1990:52). Manfaat rencana belajar yang baik

    menurut Hamalik (2010,31-32) adalah menjadi pedoman dan penuntun dalam

    belajar serta menjadi pendorong dalam belajar, sehingga perbuatan belajar

    menjadi lebih teratur dan lebih sistematis. Program yang telah dibuat akan

    merangsang siswa untuk belajar. Selain itu, rencana belajar sebagai alat bantu

    dalam belajar yang akan membentu siswa untuk mengontrol, menilai, dan

    memeriksa sampai dimana tujuan belajar itu tercapai, sehingga menimbulkan

    usaha-usaha untuk memperbaiki cara belajarnya.

    2. Menyusun jadwal belajar

    Menyusun jadwal belajar pada umumnya adalah belajar sedikit demi sedikit

    tetapi konsisten. Hal ini lebih baik daripada belajar dengan materi banyak

    secara langsung. Pada umumnya setiap mahasiswa menyediakan waktu untuk

    dua macam kegiatan, yaitu mengikuti kuliah dan praktik (kalau ada) di

    kampus serta belajar di luar kuliah dan praktikum. Seringkali mahasiswa

    hanya belajar pada saat akan ada quis dan ujian saja, sehingga kadang-kadang

    hasilnya jauh dari yang diharapkan, bahkan materi kuliah yang dipelajari

  • dalam waktu semalam akan kurang bertahan dalam ingatan dibandingkan

    dengan jika dipelajari sedikit demi sedikit (Suryabrata, 1990:54).

    3. Penggunaan waktu belajar

    Penggunaan waktu belajar ada dua hal, yaitu alokasi waktu untuk masing-

    masing materi kuliah dan waktu untuk menyiapkan dan mengulang materi

    kuliah. Penggunaan waktu ini untuk masing-masing mahasiswa akan

    memiliki perbedaan antara mahasiswa satu dengan yang lainnya.

    4. Disiplin belajar

    Disiplin belajar akan membuat seseorang memiliki kecakapan mengenai cara

    belajar dan juga merupakan proses ke arah pembentukan watak yang baik.

    Cara belajar dapat dimiliki oleh siswa atau mahasiswa dengan latihan yang

    teratur dan sungguh-sungguh. Kalau cara belajar yang baik telah menjadi

    kebiasaan maka tidak ada lagi anjuran-anjuran dari guru atau dosen yang

    harus selalu diperhatikan sewaktu belajar (Gie, 1998:15). Dengan memiliki

    disiplin belajar yang baik, nanti akan memberikan hasil yang memuaskan

    pada setiap usaha belajar kita. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti

    dan dikuasai dengan sempurna serta ujian dapat dilalui dengan berhasil.

    Secara sederhana kita bisa membagi karakterisktik mahasiswa ke dalam 3

    jenis. Pertama, study oriented. Orang-orang yang mementingkan kuliah dan

    kurang berminat bergabung dengan organisasi. Kedua, hedonis. Mereka dikenal

    sebagai anak-anak yang mementingkan kenikmatan dan kesenangan. Dan yang

    ketiga, tipe aktivis, yakni orang-orang yang memiliki idealisme akan sebuah

    perubahan dan biasanya tergabung dalam suatu organisasi.

    Jika melihat realita dan kondisi yang terjadi saat ini di beberapa

    universitas di Indonesia. (Ahmed, 2010) mengkategorikan kelompok mahasiswa

    ke dalam kategori sebagai berikut:

    Study Oriented

    Dari zaman dahulu hingga sekarang kata mahasiswa ideal hampir selalu

    dikonotasikan dengan sosok cerdas yang memiliki IP (Indeks Prestasi) 3,00 ke

    atas, pendiam, rapi, berkacamata membawa tas besar dan diktat serta cenderung

    menutup diri dan kurang akrab dengan masyarakat, baik itu masyarakat kampus

  • maupun masyarakat tempat tinggal. Yang mereka tahu hanya kampus/kost tempat

    tinggal dan perpustakaan. Mahasiswa jenis ini sering disebut mahasiswa study

    oriented, yaitu mahasiswa yang orientasinya dalam kuliah adalah bagaimana

    caranya agar cepat lulus dengan IPK yang tinggi dan cepat bekerja tanpa peduli

    (apatis) terhadap dinamika civitas akademika di lingkungan masyarakat kampus

    atau di lingkungan masyarakat dimana dia berada. Hampir tidak pernah

    mahasiswa jenis ini aktif dalam kegiatan kemahasiswaan apalagi mengikuti

    organisasi kemahasiswaan.

    Hedonis

    Hedonisme mengutip dari Pospoprodijo (1999:60), Juwita Anggraeni

    mengemukakan kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang

    baik yang tertinggi. Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi

    kebahagiaan. bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif

    yang memerintah manusia, dan beliau mengatakan juga bahwa kesenangan dan

    kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan kemakmuran

    pada umumnya dari seluruh masyarakat..

    Aktivis

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,2002), pengertian

    aktivis adalah individu atau sekelompok orang (terutama anggota politik, sosial,

    buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan) yang bekerja aktif mendorong

    pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya. Artinya, dari

    defenisi di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa aktivis merupakan orang yang

    bergerak untuk melakukan sebuah perubahan dan memiliki wadah sebagai alat

    untuk mencapai tujuan perubahan tersebut.

    Sebagai seorang mahasiswa, menjadi aktivis adalah sebuah panggilan

    moral. Mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control sebenarnya

    adalah penyambung lidah rakyat. Konsekuensinya, tugas mahasiswa tidak hanya

    belajar dan sibuk dengan tugas-tugas, melainkan juga membumi ke masyarakat.

    Hal ini sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menyiratkan aspek

    pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dari konsep ini dapat

    terlihat jelas bahwa ruang lingkup mahasiswa adalah studi dan masyarakat.

  • B. Metode Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku belajar tiga

    jenis mahasiswa Akuntansi yang sebelumnya telah peneliti kategorikan ke dalam

    tiga jenis mahasiswa yaitu: aktivis, hedonis, dan study oriented. Penelitian yang

    dilakukan termasuk kategori penelitian kualitatif dengan jenis penelitian

    deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2011) adalah sebagai prosedur

    penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

    dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

    C. Hasil penelitian

    Berdasarkan diskusi dan asumsi pertimbangan yang matang maka peneliti

    merumuskan fakta-fakta mengenai ciri-ciri yang membedakan antara ketiga tipe

    mahasiswa sebagai objek penelitian sebagai berikut :

    No. Aspek Pembeda Study Oriented Aktivis Hedonis1. Nilai Indeks

    Prestasi Kumulatif

    Lebih dari 3,5 atau cumlaude

    Diatas 3 sampai 3,5

    Dibawah 3 sampai diatas 3

    2. Penggunaan waktu di kampus

    Jarang Sering Jarang

    3. Kegiatan di kampus

    Hanya belajar dan ke kampus kalau ada kuliah dan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan akademis saja

    Aktif di kegiatan himpunan dan lainnya

    Hanya belajar saat jam kuliah Hanya ke kampus saat kuliah dan kegiatan diluar jam perkuliahan saja

    4. Frekuensi kegiatan di luar kampus

    Sedikit Sering Sering

    5. Aktivitas apa yang dilakukan di luar kampus

    Belajar dan lebih banyak menghabisan waktu di rumah/kos

    Ikut organisasi dan kegiatan lainnya

    kegiatan yang sedikit hubungannya dengan kegiatan akademis

    Sumber: data primer (diolah)

    Aspek pembeda antara ketiga mahasiswa beserta alasannya sebagai

    berikut:

  • 1. Aspek pertama tentang nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), peneliti

    memandang bahwa mahasiswa tipe study oriented mempunyai IPK diatas

    3,5 atau cumlaude sedangkan mahasiswa aktivis IPKnya berkisar antara 3-

    3,5 dan mahasiswa hedonis antara dibawah 3 dan diatas 3.

    2. Aspek kedua tentang penggunaan waktu ke kampus peneliti mempunyai

    pandangan jika mahasiswa study oriented jarang ke kampus karena

    mereka ke kampus pada saat ada kuliah saja begitu juga mahasiswa

    hedonis sedangkan aktivis bisa dilihat dari frekuensi mereka yang

    waktunya banyak di kampus dikarenakan mereka di kampus tidak hanya

    kuliah saja tetapi juga aktif sebagai pengurus dan kegiatan himpunan.

    3. Dari kegiatan apa yang mereka lakukan di kampus peneliti dapat

    menggolongkan mahasiswa ke dalam tipe-tipe mahasiswa yang ada. Jika

    ke kampus hanya belajar dan saat kegiatan-kegiatan akademis saja maka

    mahasiswa tersebut peneliti golongkan ke dalam tipe mahasiswa study

    oriented. Sedangkan jika mahasiswa tersebut terlihat aktif di kegiatan

    kampus atau menjadi pengurus himpunan mahasiswa tersebut digolongkan

    ke kategori aktivis.

    4. Dengan melihat frekuensi kegiatan mahasiswa yang menjadi informan di

    luar kampus, peneliti bisa menggolongkan informan ke dalam tipe-tipe

    mahasiswa yang peneliti golongkan.

    5. Asumsi yang kelima tentang aktivitas apa saja di luar kampus yang

    dilakukan oleh informan, peneliti bisa menggolongkan mahasiswa ke

    dalam tipenya. Seperti ciri-ciri mahasiswa hedon adalah yang aktivitasnya

    diluar kampus cenderung untuk kegiatan bersenang-senang dan mewah

    seperti dugem dan ikut klub-klub mobil dan sedikit hubungannya dengan

    kegiatan akademis.

    Dengan adanya asumsi awal mengenai ciri-ciri yang membedakan tipe

    mahasiswa. Peneliti dapat menggolongkan informan yang akan diwawancarai ke

    dalam masing-masing tipe mahasiswa.

  • D. Kesimpulan dan Saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat menarik

    kesimpulan sebagai berikut:

    1. Ketiga jenis informan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu mahasiswa

    aktivis, hedon dan study oriented memiliki gaya belajar yang berbeda. Hal ini

    diakibatkan oleh beberapa faktor seperti minat dan motivasi awal mahasiswa

    tersebut untuk mengambil kuliah di JAFEB-UB, faktor lingkungan sekitar

    baik itu internal maupun eksternal dari mahasiswa tersebut. Seperti

    mahasiswa hedon yang lebih cenderung ke gaya belajar social dilihat dari

    AKTIVIS HEDONIS STUDY ORIENTED

    Belajar kelompok

    Mengerjakan tugas di kampus.

    Tidak ada cara belajar khusus dan terkesan serabutan. belajar saat ada ujian dan tugas saja

    Kuliah merasa keteteran (kesulitan)karena banyaknya aktivitas.

    Nilai plus karena mendapatkan tambahan softkills karena aktif di organisasi kemahasiswaan

    Belajar mandiri dan Kelompok tergantung situasi

    Lebih santai dalam belajar. Belajar saat ujian maupun tugas

    Tidak ada jadwal belajar khusus

    Mengerjakan tugas lebih suka secara kelompok

    Belajar sungguh-sungguh saat dosen menjelaskan.

    Mereview ppt (slide powerpoint)

    Membaca buku acuan

    Belajar secara mandiri

    Membuat jadwal belajar sendiri

    Tidak menunda tugas. Ada/tidak ada ujian tetap belajar

  • jawaban yang diajukan peneliti metode apa apa yang dipilih mahasiswa hedon

    menjawab lebih memilih metode presentasi kelas dikarenakan dari presentasi

    kelas keaktifan dan nilai objektifitas dapat lebih dilihat oleh dosen. Dan

    dengan metode presentasi kelas, mahasiswa bisa lebih bertukar pikiran

    dengan teman sekelompoknya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh

    dosen. Pada intinya mahasiswa hedon lebih suka belajar secara berkelompok

    karena dengan begitu mereka bisa lebih mengambil keuntungan contohnya

    seperti saat ada tugas makalah mereka cuma menyumbang uang untuk

    keperluan kelompok tanpa perlu ikut mengerjakan tugas dan nama mereka

    bisa tercantum dalam makalah kelompok tersebut.

    2. Mahasiswa aktivis memiliki kemiripan dengan mahasiswa hedon yakni

    cenderung mengarah ke gaya belajar social karena menurut mahasiswa jenis

    ini mereka tidak bisa mengerjakan tugas secara mandiri karena kesibukan di

    organisasi menyita waktu mereka sehingga peran teman sangat diperlukan

    untuk bertukar pikiran mengenai materi kuliah dan tugas yang diberikan oleh

    dosen. Aktivis juga lebih banyak menghabiskan waktunya di kampus

    sehingga mereka juga lebih banyak belajar di lingkungan kampus daripada di

    rumah.

    3. Berbeda dengan mahasiswa hedon dan aktivis, mahasiswa study oriented

    termasuk ke dalam kategori gaya belajar independent yakni mereka yang

    lebih suka belajar secara mandiri. Dengan belajar secara mandiri mereka jadi

    lebih bisa memahami apa yang dipelajari dan ketenangan dalam belajar lebih

    didapat. Tetapi meskipun lebih memilih belajar secara mandiri mahasiswa

    jenis ini juga tidak menutup diri untuk berdiskusi dengan teman jika ada

    kesulitan terkait dengan materi kuliah.

    Saran

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka saran

    yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

    1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana gaya belajarnya untuk memilih cara

    belajar yang efektif sesuai dengan kebutuhannya.

  • 2. Penting bagi dosen untuk menyadari gaya mengajarnya sehingga mahasiswa

    bisa lebih memahami apa yang diinginkan oleh dosen sehingga tercapai hasil

    belajar yang maksimal.

    3. Mahasiswa hendaknya menyadari peran utamanya dalam perkuliahan adalah

    belajar. Mengikuti kegiatan diluar perkuliahan baik itu organisasi maupun

    ikut dalam komunitas-komunitas yang saat ini banyak sekali ada di kota

    Malang merupakan hal yang positif. Tapi mahasiswa harus lebih selektif

    dalam memilih mana yang member manfaat dan mana yang tidak sehingga

    kegiatan kuliah tidak terbengkalai.

    4. Untuk penelitian selanjutnya, dapat diteliti hubungan antara preferensi gaya

    belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa akuntansi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmed. 2010. Klasifikasi Kelompok Mahasiswa. http://ahmedfikreatif.wordpress.com Di akses 15 Juni 2011.

    Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan Ketiga. Jakarta:

    Rineka Cipta.Gie, The Liang. 1998. Cara Belajar Yang Baik. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu

    Berguna.Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Cetakan Kesebelas. Jakarta :

    Bumi Aksara.Moleong, L.J (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

    RosdakaryaPujiningsih, Sri. 2009. Pengaruh Faktor Preferensi Gaya Belajar terhadap

    Prestasi Belajar Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Ekonomi Bisnis. Edisi November.

    Singgih Tego Saputro & Pardiman. 2012. Pengaruh Disiplin Belajar Dan Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2009 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012.

    Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Cetakan Kelima. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

  • Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT RajawaliSuwardjono. 2004. Perilaku Belajar di Perguruan Tinggi. Jurnal Akuntansi dan

    Manajemen. Edisi Maret.Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rajawali Pers..