IPHSS call for paper

24
Hipnoterapi: Solusi Terbaik Mengatasi Kebiasaan Merokok Costan Tryono PR, Steven Zulkifly, Stephen Abstrak Jumlah perokok Indonesia dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 prevalensi perokok penduduk di atas 15 tahun adalah 32,0% (Susenas 2003), meningkat pada tahun 2007 mencapai 34,2% (Riskesdas 2007), dan pada tahun 2010 menjadi 34,7% (Riskesdas 2010). Di dalam rokok terkandung sekitar 4000 jenis zat kimia yang dapat menyebabkan gangguan pada berbagai sistem tubuh, antara lain sistem saraf pusat, respiratori, kardiovaskular, imunitas, gastrointestinal, muskoloskeletal, integumen, dan reproduksi. Rokok merupakan penyebab 440.000 kematian setiap tahunnya. Selain itu, ekspetasi hidup seorang perokok berkurang sebesar 13,2-14,5 tahun. Salah satu zat kimia yang terkandung dalam rokok adalah nikotin. Nikotin mempengaruhi tubuh sehingga menyebabkan tubuh tergantung dengan rokok. Nikotin juga menyebabkan seseorang yang ingin berhenti merokok mengalami gejala putus nikotin yang tidak menyenangkan bagi sang perokok. Hal ini membuat usaha untuk berhenti merokok sangat sulit. Salah satu program yang memungkinkan seseorang untuk berhenti merokok adalah terapi. Sampai saat ini, terapi yang terbukti mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi adalah hipnoterapi. Terdapat berbagai jenis teknik hipnoterapi, bergantung pada faktor yang menyebabkan seseorang menjadi perokok. Teknik hipnoterapi yang penulis sarankan adalah pengobatan dua sesi (two session treatment) dan pengobatan 5-PATH® (Five-Phase Abreactive Therapeutic Hypnosis®) karena sudah terbukti mempunyai prognosis yang baik. Sekitar 90% pasien berhasil menghentikan kebiasaan merokok setelah menjalani salah satu dari kedua teknik tersebut. Sayangnya, hipnoterapi di Indonesia masih belum dikenal sebagian besar masyarakat.

description

call for paper IPHSS a/n costan

Transcript of IPHSS call for paper

Page 1: IPHSS call for paper

Hipnoterapi: Solusi Terbaik Mengatasi Kebiasaan Merokok

Costan Tryono PR, Steven Zulkifly, Stephen

Abstrak

Jumlah perokok Indonesia dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 prevalensi perokok penduduk di atas 15 tahun adalah 32,0% (Susenas 2003), meningkat pada tahun 2007 mencapai 34,2% (Riskesdas 2007), dan pada tahun 2010 menjadi 34,7% (Riskesdas 2010). Di dalam rokok terkandung sekitar 4000 jenis zat kimia yang dapat menyebabkan gangguan pada berbagai sistem tubuh, antara lain sistem saraf pusat, respiratori, kardiovaskular, imunitas, gastrointestinal, muskoloskeletal, integumen, dan reproduksi. Rokok merupakan penyebab 440.000 kematian setiap tahunnya. Selain itu, ekspetasi hidup seorang perokok berkurang sebesar 13,2-14,5 tahun. Salah satu zat kimia yang terkandung dalam rokok adalah nikotin. Nikotin mempengaruhi tubuh sehingga menyebabkan tubuh tergantung dengan rokok. Nikotin juga menyebabkan seseorang yang ingin berhenti merokok mengalami gejala putus nikotin yang tidak menyenangkan bagi sang perokok. Hal ini membuat usaha untuk berhenti merokok sangat sulit. Salah satu program yang memungkinkan seseorang untuk berhenti merokok adalah terapi. Sampai saat ini, terapi yang terbukti mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi adalah hipnoterapi. Terdapat berbagai jenis teknik hipnoterapi, bergantung pada faktor yang menyebabkan seseorang menjadi perokok. Teknik hipnoterapi yang penulis sarankan adalah pengobatan dua sesi (two session treatment) dan pengobatan 5-PATH® (Five-Phase Abreactive Therapeutic Hypnosis®) karena sudah terbukti mempunyai prognosis yang baik. Sekitar 90% pasien berhasil menghentikan kebiasaan merokok setelah menjalani salah satu dari kedua teknik tersebut. Sayangnya, hipnoterapi di Indonesia masih belum dikenal sebagian besar masyarakat. Untuk itu, teknik hipnoterapi ini perlu disebarluaskan dan diterapkan dengan baik di Indonesia dan diharapkan prevalensi perokok di Indonesia akan menurun dari tahun ke tahun.

Kata kunci: merokok, hipnoterapi

Page 2: IPHSS call for paper

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebiasaan merokok telah dimulai sejak beberapa abad yang lalu dan masih

berlanjut hingga sekarang. Kegiatan merokok telah terbukti merugikan tubuh manusia, baik

untuk pengguna dan sekitarnya.1 Walaupun demikian, jumlah perokok yang ada setiap

tahunnya terus bertambah. Di Indonesia sendiri, jumlah perokok dari waktu ke waktu

menunjukan peningkatan. Pada tahun 2003 prevalensi perokok penduduk di atas 15 tahun

adalah 32,0% (Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2003), meningkat pada tahun 2007

mencapai 34,2% (Riset Kesehatan Dasar, 2007), dan pada tahun 2010 menjadi 34,7%

(Riset Kesehatan Dasar, 2010).2,3

Merokok dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi perokok dan orang yang

berada di sekitarnya. Rokok mengandung sekitar empat ribu bahan kimia yang bersifat

karsinogenik, iritan, dan racun.1 Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh rokok antara lain

gangguan kejiwaan seperti depresi serta penyakit mematikan seperti kanker dan

kardiovaskular. Zat kimia dalam rokok dapat menyebabkan gangguan pada berbagai sistem

tubuh, antara lain sistem saraf pusat, respiratori, kardiovaskular, imunitas, gastrointestinal,

muskoloskeletal, integumen, dan reproduksi.4,5

Tingginya prevalensi perokok di Indonesia ditambah lagi kandungan zat dalam

rokok yang berbahaya bagi tubuh mengakibatkan rokok menjadi salah satu penyebab

kematian terbesar, yaitu sekitar 440.000 kematian setiap tahunnya. Selain itu, ekspetasi

hidup seorang perokok berkurang sebesar 13,2-14,5 tahun.6 Menurut WHO, diperkirakan

pada tahun 2030 kematian akibat rokok di dunia mencapai 8 juta kematian setiap tahunnya

dan lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang.7

Salah satu zat kimia yang terkandung dalam rokok adalah nikotin. Nikotin

mempengaruhi tubuh sehingga menyebabkan tubuh tergantung dengan rokok. Nikotin juga

menyebabkan seseorang yang ingin berhenti merokok mengalami gejala putus nikotin yang

tidak menyenangkan bagi sang perokok. Hal ini membuat usaha untuk berhenti merokok

sangat sulit.4 Berbagai upaya telah dilakukan seperti edukasi untuk tidak merokok hingga

sosialisasi bahaya merokok bagi kesehatan kepada masyarakat dari berbagai pihak, namun

jumlah perokok di Indonesia tetap menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh

Page 3: IPHSS call for paper

karena itu, diperlukan solusi yang efektif dan efisen untuk menghentikan kebiasaan

merokok. Salah satu program yang memungkinkan seseorang untuk berhenti merokok

adalah terapi.

Hipnoterapi merupakan terapi yang terbukti mempunyai tingkat keberhasilan yang

tinggi untuk memberhentikan kebiasaan merokok. Terdapat berbagai jenis teknik

hipnoterapi, bergantung pada faktor yang menyebabkan seseorang menjadi perokok.

Teknik hipnoterapi yang penulis sarankan adalah pengobatan dua sesi (two session

treatment) dan pengobatan 5-PATH® (Five-Phase Abreactive Therapeutic Hypnosis®)

karena sudah terbukti mempunyai prognosis yang baik. Sekitar 90% pasien berhasil

menghentikan kebiasaan merokok setelah menjalani salah satu dari kedua teknik tersebut.8

Sayangnya, hipnoterapi di Indonesia masih belum dikenal sebagian besar masyarakat. Oleh

karena itu, penulis memenulis karya tulis ini sehingga diharapkan teknik hipnoterapi ini

disebarluaskan dan diterapkan dengan baik di Indonesia dan prevalensi perokok di

Indonesia akan menurun dari tahun ke tahun.

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Perilaku Merokok

Menurut Silvan Tomkins dalam Al Bachri (1991), berdasarkan Management of

Affect Theory, terdapat empat tipe perilaku merokok. Keempat tipe tersebut adalah:4

Tipe 1. Perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif

Pendapat mereka adalah dengan merokok maka akan timbul perasaan positif. Green

dalam Psychological Factor in Smoking (1978) menambahkan 3 subtipe, yaitu:

a. Pleasure relaxation, adalah perilaku merokok untuk meningkatkan kenikmatan

yang sudah didapat, misalnya merokok setelah makan atau minum kopi.

b. Stimulation to pick them up, adalah perilaku merokok yang dilakukan

sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

c. Pleasure of handling the cigarette, adalah kenikmatan yang diperoleh dengan

memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa.

Tipe 2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif

Page 4: IPHSS call for paper

Perilaku merokok yang digunakan untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya

marah, cemas, dan gelisah. Orang dengan latar belakang tipe ini mengggunakan

rokok sebagai alat pengalih perhatian dari perasaan negatif tersebut.

Tipe 3. Perilaku merokok yang adiktif

Green menyebut tipe ini sebagai kecanduan secara psikologis (psychological

addiction). Mereka yang sudah kecanduan, cenderung akan menambah dosis rokok

yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang diisapnya berkurang. Hal

tersebut berkaitan dengan mekanisme toleransi tubuh terhadap zat adiktif yang

terdapat pada rokok, seperti nikotin.

Tipe 4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan

Orang pada tipe ini menjadikan kegiatan merokok sebagai hal yang menjadi

kebiasaan mereka. Dapat dikatakan pada tipe ini, merokok sudah menjadi kebiasaan

rutin.

2.2. Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok

Menurut Juniarti dalam Mu’tadin (2002), faktor yang mempengaruhi kebiasaan

merokok adalah sebagai berikut:4

1. Pengaruh orang tua

Terdapat temuan bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak

bahagia, di mana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan

hukuman fisik yang keras lebih mudah menjadi perokok dibanding anak-anak muda

yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia.

2. Pengaruh teman

Bila semakin banyak remaja yang merokok maka makin besar kemungkinan teman-

temanya adalah perokok dan demikian sebaliknya. Di antara remaja perokok, 87%

mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula

dengan remaja bukan perokok.

3. Faktor kepribadian

Page 5: IPHSS call for paper

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari

rasa sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan diri dari kebosanan.

4. Pengaruh iklan

Dengan adanya iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran

bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat orang seingkali

terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di iklan tersebut.

2.3. Bahaya Merokok

Bahaya merokok tidak hanya bagi perokok aktif saja, melainkan juga orang yang

terpapar asap rokok atau yang biasa disebut perokok pasif. Berikut adalah bahaya merokok

bagi kesehatan.9

1. Bagi perokok aktif

a. Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung.

b. Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke.

c. Meningkatkan risiko 10 kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung bagi

wanita pengguna pil KB.

d. Meningkatkan risiko lima kali lebih besar menderita kerusakan jaringan anggota

tubuh yang rentan.

2. Bagi perokok pasif

Kadar nikotin, karbon monoksida, serta zat-zat lain dalam darah akan memperburuk

penyakit yang sedang diderita dan meningkatkan risiko terkena serangan jantung bagi

mereka yang berpenyakit jantung. Anak-anak yang orangtuanya merokok akan

mengalami batuk, pilek, radang tenggorokan serta penyakit paru. Wanita hamil yang

terbiasa menghirup asap rokok berisiko mendapatkan bayi mereka lahir dengan kelainan

bahkan kematian.

3. Analisis dan Pembahasan

3.1. Dampak Merokok

Page 6: IPHSS call for paper

Tubuh manusia terdiri atas sistem-sistem yang saling berintegrasi dalam

menjalankan fungsi tubuh, sehingga tubuh mampu beraktivitas secara optimal. Seorang

perokok akan mengalami gangguan pada hampir seluruh sistem tubuh, antara lain sistem

saraf pusat, respiratori, kardiovaskular, imunitas, gastrointestinal, muskoloskeletal,

integumen dan reproduksi.10

3.1.1. Dampak terhadap Sistem Saraf Pusat

Dampak rokok terhadap sistem saraf adalah terjadinya perubahan zat-zat kimia di

otak. Secara alami, pelepasan dopamin oleh otak terjadi ketika seseorang makan dan

minum. Pelepasan dopamin dipercaya dapat memberikan sense of reward dan berhubungan

dengan proses adiksi. Pada awal konsumsi rokok, nikotin akan meningkatkan transmisi

dopamin di otak dan memberikan perasaan senang pada pemakainya. Konsumsi rokok

dalam jangka panjang akan menurunkan fungsi dan jumlah reseptor dopamin dan berakibat

pada proses adiksi.11

Anggapan bahwa rokok dapat menghilangkan stress menjadi salah satu alasan bagi

masyarakat untuk tetap merokok. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan stress terjadi

seiring dengan kebiasaan merokok dan penghentian konsumsi rokok akan menurunkan

tingkat stress. Peningkatan stress tesebut disebabkan oleh ketergantungan akan nikotin,

terlepas dari peran nikotin yang terkandung dalam rokok sebagai pengendali mood. Mood

normal hanya akan dialami perokok selama merokok dan memburuk ketika tidak merokok,

sehingga perokok memerlukan nikotin untuk menjaga agar mood nya tetap stabil.12

3.1.2. Dampak terhadap Sistem Respiratori

Mekanisme dampak rokok terhadap sistem pernafasan adalah melalui adanya

interaksi antara zat berbahaya dalam rokok dengan jaringan epitel sistem pernafasan.

Interaksi tersebut akan memicu reaksi stress oksidatif dalam tubuh melalui radikal bebas

yang berasal dari tar.13 Peningkatan radikal bebas yang tidak diimbangi dengan antioksidan

akan menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi melalui pelepasan sel dan mediator inflamasi

(sitokin, kemokin dan molekul adhesi). Pelepasan mediator inflamasi akan berdampak

buruk tidak hanya pada sistem respirasi, tetapi juga efek sistemik.14

Page 7: IPHSS call for paper

Merokok juga merupakan penyebab utama timbulnya penyakit paru obstruktif

menahun (PPOM), seperti emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.14 Partikel asap

rokok, seperti tar, benzopiren, dibenzopiren, dan uretan dikenal sebagai bahan karsinogen

yang dapat menyebabkan kanker. Data menunjukkan bahwa prevalensi kanker paru-paru

pada perokok 10-30 kali lebih banyak dibanding dengan bukan perokok.4

3.1.3. Dampak terhadap Sistem Kardiovaskuler

Merokok dan paparan terhadap asap rokok (perokok pasif) merupakan faktor risiko

utama gangguan sistem kardiovaskular. Salah satu akibat dari konsumsi rokok adalah

gangguan pada sistem kardiovaskular. Berbagai penelitian telah dilakukan dan

membuktikan hal tersebut, walaupun belum dapat diketahui mekanismenya secara jelas

hingga saat ini. Merokok meningkatkan proses inflamasi, trombosis dan oksidasi low

density lipoprotein (LDL), serta juga meningkatkan reaksi stress oksidatif.15 Oksidasi LDL

diduga memiliki hubungan dengan mekanisme pada arterosklerosis.16

3.1.4. Dampak terhadap Sistem Imunitas

Konsumsi rokok dapat mempengaruhi sistem imunitas tubuh, baik respon imun

seluler (neutrofil dan makrofag) maupun humoral (IgE). Efek nikotin yang terkandung

dalam rokok terhadap neutrofil adalah peningkatan jumlah neutrofil dan penurunan dari

fungsinya. Kelebihan neutrofil pada jalur udara perokok dapat memicu aktivitas enzim

proteolitik seperti neutrofil elastase. Neutrofil elastase menstimulasi pelepasan lendir oleh

sel gobler sehingga jalur udara perokok akan terpenuhi oleh lendir dan dapat menyebabkan

obstruksi jalan napas. Enzim tersebut juga memiliki efek destruktif pada sel bersilia dan

matriks ekstraseluler.17

Makrofag merupakan sel utama paru-paru yang berperan dalam pertahanan seluler

melawan benda-benda asing. Pada perokok, terjadi perubahan morfologi dan jumlah serta

kehilangan fungsi makrofag alveolar. Selain itu, paparan rokok kronik dapat menyebabkan

keluarnya makrofag alveolar ke jalur pernapasan.17

Endotoksin/lipopolisakarida(LPS) adalah salah satu agen yang memiliki potensi

tinggi dalam menyebabkan inflamasi. Asap tembakau dapat meningkatkan paparan

endotoksin sebanyak 100 kali lipat dibandingkan dengan lingkungan tanpa asap rokok.

Page 8: IPHSS call for paper

Peningkatan ini juga mempengaruhi peningkatan IgE dan kemudian akan berkembang

menjadi asma. Semakin awal terpapar endotoksin meningkatkan risiko sensitisasi IgE yang

dapat berakibat pada hiperresponsif dari jalur pernapasan.17

3.1.5. Dampak Rokok terhadap Sistem Gastrointestinal

Kandungan asap rokok dapat mengganggu sistem gastrointestinal, terutama nikotin

dikarenakan sangat mudah diabsorpsi baik melalui kulit, alveolus dan saluran pencernaan.

Metabolisme nikotin akan menghasilkan metilnitrosamino-1-3-piridil-1-butanon(NNK) dan

nitrosonornikotin(NNN), yang merupakan penyebab kanker (karsinogen). Penelitian

nikotin terhadap tikus secara in-vivo menunjukkan bahwa administrasi nikotin dalam

jangka panjang dapat menyebabkan kanker lambung.18

Percobaan pada tikus secara in-vitro menunjukkan nikotin menginduksi terjadinya

kanker esofagus dan kanker kolon. Kanker esofagus dan kanker kolon akibat nikotin terjadi

melalui mekanisme perubahan transkripsi siklus hidup dan diferensiasi sel sehingga sel

membelah secara tidak terkendali.19,20

3.1.6. Dampak Rokok terhadap Sistem Muskuloskeletal

Sistem tubuh lain yang terganggu dengan penggunaan rokok adalah sistem

muskuloskeletal (otot dan tulang). Zat kimia berbahaya dalam rokok dapat menurunkan

kekuatan otot dan meningkatkan tingkat kelelahan otot itu sendiri. Hal ini diduga

disebabkan oleh gangguan oksidatif terhadap protein otot dan kerusakan dari mitokondria.21

Selain itu, demineralisasi tulang juga dapat terjadi akibat merokok sehingga akan

meningkatkan risiko patah tulang. Hal ini disebabkan karena zat berbahaya dalam rokok

merusak esterogen sehingga dapat berakibat pada osteoporosis. Rokok juga dapat

mengganggu penyerapan kalsium dan vitamin D, dimana kedua komponen tersebut

berperan dalam pertumbuhan tulang.22

3.1.7. Dampak Rokok terhadap Sistem Integumen (Kulit dan Adneksanya)

Terganggunya proses penyembuhan luka sering dijumpai pada perokok sebagai

akibat efek rokok terhadap sistem integumen tubuhnya. Hal ini disebabkan nikotin

menghambat kemampuan fibroblast untuk bermigrasi ke tempat terjadinya luka, dimana

fibroblast sangat berperan dalam proses pembentukan jaringan parut. Selain itu, nikotin

Page 9: IPHSS call for paper

juga menurunkan kadar vitamin C dalam plasma darah yang diperlukan untuk pembentukan

kolagen. Keseluruhan efek nikotin terhadap sistem integumen akan menyebabkan produksi

kolagen menurun, jaringan parut melemah dan bekas luka akan mudah terbuka kembali.23

3.1.8. Dampak Rokok terhadap Sistem Reproduksi

Pada sistem reproduksi perokok, hampir keseluruhan sistem terganggu, baik itu

folikulogenesis, steroidogenesis, pre-implantasi dan implantasi embrio. Kerusakan pada

folikel disebabkan perubahan morfologi dari cumuls-oocyte complex (COC) yang

disebabkan oleh nikotin, kotinin, anabasin dan kadmium. Steroidogenesis merupakan

pembentukan steroid seks dan gangguan pada steroidogenesis ditandai dengan peningkatan

kadar testosteron dan FSH, serta penurunan kadar estradiol. Zat berbahaya dalam rokok,

kadmium, menyebabkan gangguan permanen pada steroidogenesis dengan menurunkan

ekspresi dari reseptor low-density lipoprotein(LDL).24

Gangguan pada proses pre-implantasi embrio disebabkan karena menebalnya zona

pelusida para ovum perempuan. Penebalan zona pelusida pada wanita perokok

menyebabkan penurunan tingkat fertilisasi. Implantasi embrio memerlukan persiapan

endometrium dikarenakan tempat dan kualitas dari implantasi akan menentukan risiko

kecacatan dan kematian embrio.24

3.2. Hipnoterapi

Salah satu permasalahan utama dari rokok adalah adanya zat kimia yang membuat

seseorang kecanduan rokok, yaitu nikotin. Nikotin mempengaruhi tubuh kita sehingga

menyebabkan tubuh kita tergantung dengan rokok dan membuat seseorang yang ingin

berhenti mengalami gejala putus nikotin yang tidak menyenangkan bagi sang perokok.6 Hal

ini membuat usaha untuk berhenti merokok sangat sulit. Oleh karena itu, perlu dilakukan

beberapa terapi yang memungkinkan seseorang untuk berhenti merokok. Salah satu terapi

yang telah terbukti sangat efektif dan efisien adalah hipnoterapi.8

Page 10: IPHSS call for paper

Sebelum melakukan hipnoterapi, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa

penyebab seseorang menjadi perokok. Umumnya, seseorang merokok karena dipengaruhi

oleh perasaan negatif (perilaku merokok tipe 2). Pada

mulanya seseorang mengalami perasaan menyakitkan

untuk pertama kalinya kemudian ia berusaha untuk

mengalihkan perhatian (distraksi), salah satunya dengan

merokok. Hal ini biasa disebut sebagai Primary Feeling

(Feel Bad - Distract Cycle).8

Jika rokok tersebut tidak mampu menetralisir Primary

Feeling (takut, marah, sedih, dan perasaan lainnya) maka

emosi orang tersebut akan kembali ke awal kemudian

berkembang ke tingkat yang lebih tinggi yaitu frustasi. Hal

ini biasa disebut sebagai Secondary Feeling (Frustration -

Distract Cycle).8

Jika rokok yang digunakan tetap tidak dapat mengatasi Secondary Feeling, maka

rasa frustasi akan berkembang lebih lanjut menjadi depresi. Hal ini biasa disebut sebagai

Tertiary Feeling (Depression - Distract Cycle). Pada tahap ini, seseorang cenderung sudah

tidak mempunyai harapan bahwa penyebab primary feeling dapat teratasi.8

Prinsip dasar dari hipnoterapi adalah menetralisir Primary Feeling. Tujuan dari

hipnoterapi ini adalah agar seseorang bisa merasakan emosi yang menyakitkan tanpa harus

menggunakan alat-alat pengalih perhatian seperti rokok.8

Berikut adalah salah satu teknik hipnoterapi yang banyak digunakan di berbagai

belahan dunia untuk menghentikan kebiasaan merokok. Langkah-langkah tersebut yaitu:19

1. Menempatkan pasien pada kelompok pengobatan yang sesuai.

Terdapat dua tipe pengobatan hipnoterapi, yaitu pengobatan dua sesi (two session

treatment) dan pengobatan 5-PATH® (Five-Phase Abreactive Therapeutic

Hypnosis®). Pengobatan dua sesi ditujukan bagi pasien yang merokok karena faktor

adiktif dan kebiasaan (dalam tinjauan pustaka: perilaku merokok tipe 3 dan 4)

sedangkan pengobatan 5-PATH® ditujukan bagi pasien yang merokok karena

dipengaruhi oleh perasaan negatif atau masalah emosional (dalam tinjauan pustaka:

Page 11: IPHSS call for paper

perilaku merokok tipe 2). Sebelum melakukan hipnoterapi, pasien diberikan beberapa

pertanyaan untuk ditempatkan pada kelompok pengobatan yang sesuai. Pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan seputar sejarah kebiasaan merokok pasien

tersebut.

2. Melaksanakan hipnoterapi

A. Pengobatan dua sesi

Pada sesi pertama, pasien menjalani persiapan untuk melakukan hipnotis. Sesi ini

mencakup pre-talk, wawancara pre-hipnotis, penilaian kesiapan untuk menjalani

proses hipnotis, induksi hipnotis, memperdalam hipnotis, dan memastikan bahwa

pasien telah benar-benar terhipnotis.

Pada sesi yang kedua dilakukan evaluasi terhadap sesi pertama. Selanjutnya,

hipnoterapis kembali melakukan induksi hipnotis dan memperdalam hipnotis.

Terapi kemudian dilanjutkan dengan memberikan sugesti agar pasien berhenti

merokok, pengembangan sugesti, dan wawancara post-hipnotis.

B. Pengobatan terapi: Pengobatan 5-PATH®

Program pengobatan 5-PATH® memungkinkan hipnoterapis untuk mengatasi

masalah emosional yang menyebabkan seseorang susah berhenti untuk merokok.

Pengobatan 5-PATH® terdiri atas 5 fase, yaitu:

Fase 1

Pasien menjalani persiapan hipnotis seperti sesi pertama pada two session

treatment.

Fase 2

Pasien diarahkan kembali ke masa lalunya untuk dicari tahu penyebab awal pasien

beralih ke rokok. Selain itu, pada fase ini dokter juga berusaha untuk mencari tahu

waktu awal pasien tersebut mulai merokok. Setelah informasi yang dibutuhkan

telah didapat, dokter kemudian memberikan sugesti kepada pasien agar jika pasien

menemui masalah seperti dahulu, mereka tidak lagi beralih ke rokok. Selanjutnya,

dokter menghipnotis pasien untuk merasakan masa depan dimana pasien hidup

bebas dari rokok. Dari penelitian terbukti bahwa ketika seseorang dibawa untuk

Page 12: IPHSS call for paper

merasakan masa lalunya, orang tersebut semakin mudah untuk diberikan sugesti.

Bahkan sugesti tersebut dapat bersifat permanen.

Fase 3

Pasien memasuki proses halusinasi kembali ke situasi yang buruk, lalu diminta

untuk mengekspresikan perasaannya atas apa yang telah dilakukan orang lain

kepadanya. Pada proses ini, pasien bisa saja melakukan berbagai hal seperti

memukul bantal ataupun lainnya. Melalui proses ini, pasien akan merasakan

kelegaan dalam dirinya

Fase 4

Pasien diarahkan untuk menjadi dua pribadi, yaitu dirinya sendiri dan orang lain

yang membuat kesalahan pada dirinya. Dengan menjadi orang lain, pasien dapat

mengerti alasan mengapa orang melakukan hal tersebut dan kemudian

mengampuni perbuatan orang tesebut.

Fase 5

Fase ini ditujukan bagi pasien yang merokok kembali setelah berhasil

menghentikan kebiasaan merokok melalui hipnoterapi. Sebagai contoh, pasien

yang merokok kembali karena lingkungan kerjanya adalah perokok sehingga jika

pasien tersebut tidak merokok maka akan mempengaruhi efektifitas kerjanya.

Sebenarnya, kedua program hipnoterapi di atas telah digunakan sejak 1996 oleh

banyak hipnoterapis di seluruh dunia. Pada salah satu pusat hipnoterapi di California, 90%

pasien berhasil menghentikan kebiasaan merokoknya setelah diberikan hipnoterapi.8

Sebuah studi yang dipresentasikan pada “The 73rd Annual International Scientific

Assembly of the American College of Chest Physicians” menunjukkan bahwa keberhasilan

pasien untuk berhenti merokok menggunakan teknik hipnoterapi, tiga kali lebih besar

dibandingkan dengan nicotine replacement therapy (NRT).25

4. Kesimpulan dan Saran

Page 13: IPHSS call for paper

Teknik hipnoterapi dapat menjadi salah satu cara untuk menghentikan kebiasaan

merokok. Sayangnya, teknik hipnoterapi masih belum dikenal oleh masyarakat Indonesia

pada umumnya. Padahal, jika diterapkan dengan baik, jumlah perokok di Indonesia akan

terus berkurang dari tahun ke tahun, mengingat tingkat keberhasilan hipnoterapi untuk

menghentikan kebiasaan merokok di luar negeri sangatlah besar. Oleh karena itu, generasi

muda perlu menyuarakan mengenai teknik hipnoterapi ini kepada masyarakat Indonesia

sehingga jumlah perokok di Indonesia akan terus menurun dan masyarakat Indonesia

menjadi semakin sehat.

Sumber Referensi:

Page 14: IPHSS call for paper

1. Thun MJ, Hannan LM, Adams- Campbell LL, Boffetta P, Buring JE, Feskanich D,

et al. Lung Cancer Occurrence in Never-Smokers: An Analysis of 13 Cohorts and

22 Cancer Registry Studies. PLoS Med. 2008; 5: 1357-1371

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Repbulik

Indonesia; 2008: vii

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan Repbulik

Indonesia; 2010: 400.

4. Tim Penulis Poletekkes Depkes Jakarta. kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya.

Jakrta: Salemba Medika; 2010

5. Researchers Link Adolescent Cigarette Smoking with Anxiety Disorders During

Early Adulthood. PR Newswire 2000 Nov 07:1-1.

6. Roopchandani K, Singhvi I, Kar M. Henti rokok aids. Asian Journal of

Pharmaceutics 2008;2(4): 184-191

7. WHO REPORT on the global TOBACCO epidemic, 2008. Diunduh dari

http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full_2008.pdf tanggal 5

November 2012 18.05 wib

8. Banyan CD. Two Treatment Groups Hypnosis Smoking Cessation Program.

Australian Journal of Clinical Hypnotherapy and Hypnosis. 2006; 27(2): 5-16

9. Sari NI. Hubungan antara Tingkat Stress dengan Perilaku Merokok pada Siswa

Laki-laki Perokok SMKN 2 Batusangkar. Padang: Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas;2011

10. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. Virginia: Brooks/Cole;

2009

11. Benowitz NL. Pharmacology of nicotine: addiction, smoking-induced disease and

therapeutics. Annu Rev Pharmacol Toxicol. 2009; 49: 57-71.

12. Dempsey JD, Cohen LM. Commentary on Hajek et al (2010): Investagating the

stress reduction in smoking cessation. Addiction. 2010; 105: 1472-73.

Page 15: IPHSS call for paper

13. Valavanidis A, Vlachogianni T, Fiotakis K. Tobbaco Smoke: Involvement of

Reactive Oxygen Species and Stable Free Radicals in Mechanisms of Oxidative

Damage, Carcinogenesis and Synergsitic Effects with Other Respirable Particles.

Int J Environ Res Public Health. 2009; 6: 445-62.

14. Arbex MA, Santos UP, Martins LC, Saldiva PHN, Pereira LAA, Braga ALF. Air

pollution and the respiratory system. J Bras Pneumol. 2012; 38(5): 643-55

15. Armani C, Landini L, Leone A. Molecular and biochemical changes of the

cardiovascular System due to smoking exposure. Current Pharmaceutical Design.

2009: 15: 1038-53

16. Prasad DS, Kabir Z, Dash AK, Das BC. Smoking and cardiovascular health: a

review of the epidemiology, pathogenesis, prevention and control of tobacco. Indian

J Med Sci: 2009; 63: 520-33.

17. Arnson Y, Shoenfeld Y, Amital H. Effects of tobacco smoke on immunity,

inflammation and autoimmunity. Journal of Autoimmunity. 2010; 34: 258-265.

18. Jensen K, Afroze S, Munshi MK, Guerrier M, Glaser SS. Mechanisms for nicotine

in the development and progression of gastrointestinal cancer. Transl Gastrointest

Cancer. 2012; 1(1): 81-7.

19. Seitz HK, Cho CH. Contribution of alcohol and tobacco use in gastrointestinal

cancer development. Methods Mol Biol. 2009; 472: 217–41.

20. Ye YN, Liu ES, Shin VY. Nicotine promoted colon cancer growth via epidermal

growth factor receptor, c-Src, and 5-lipoxygenase-mediated signal pathway. J

Pharmacol Exp Ther. 2004; 308: 66–72.

21. Wust RC, Morse CI, Haan A, et al. Skeletal muscle properties and fatigue resistance

in relation to smoking history. Eur J Appl Physiol. 2008;104:103–110.

22. Pignataro RM, Ohtake PJ, Swisher A, Dino G. The role of physical therapists in

smoking cessation: opportunities for improving treatment outcomes. PHYS THER.

2012; 92: 757-66.

23. Ahn C, Mulligan P, Salicido RS. Smoking, the bane of wound healing: biomedical

interventions and social influences. Adv Skin Wound Care. 2008;21:227–236.

Page 16: IPHSS call for paper

24. Dechanet C, Anahory T, Mathieu-Daude JC, Quantin X, Reyftmann L, Hammah S,

et al. Effects of cigarette smoking on reproduction. Human Reproduction Update.

2011; 17(1): 76-95.

25. CHEST. The 73rd Annual International Scientific Assembly of the American

College of Chest Physicians. 2007