IPAterpadu.pdf

download IPAterpadu.pdf

of 52

Transcript of IPAterpadu.pdf

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    1/52

    DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

    PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKANILMU PENGETAHUAN ALAM

    (SCIENCE EDUCATION DEVELOPMENT CENTRE)

    JL. DIPONEGORO NO.12, TELP. (022) 4231191, FAX. (022) 4207922BANDUNG 40115

    2007

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    2/52

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Kata Pengantar i

    Daftar Isi ii

    Daftar Gambar iii

    BAB I Pendahuluan 1

    BAB II IPA Terpadu dan Pembelajarannya

    2.1. IPA dan Manfaatnya

    2.2.

    IPA Terpadu dan IPBA2.3. Pembelajaran IPA Terpadu

    3

    3

    69

    BAB III IPA Terpadu dalam Pengamatan Lingkungan

    3.1 Pembelajaran Sains di Lingkungan

    3.2 Prinsip-prinsip Pengamatan Lingkungan

    3.3 Tahap-tahap Pembelajaran Pengamatan Lingkungan

    3.4 Tugas Pengamatan

    3.5 Format Pengamatan Lingkungan Interaksi Terpusat

    3.6 Pengisian Format Pengamatan Lingkungan Interaksi

    Terpusat

    11

    11

    20

    21

    22

    24

    26

    BAB IV IPA Terpadu dalam Pengamatan Teknologi di Masyarakat

    4.1 Bahan Pengamatan

    4.2 Metode Pengamatan dan Penafsiran

    4.3 Pelaksanaan Pengamatan Teknologi di Masyarakat

    4.4 Tahap-tahap Pembelajaran Pengamatan Teknologi di

    Masyarakat

    4.4.1 Pembelajaran Pengamatan Teknologi sebagai Motivator

    4.4.2 Pembelajaran Pengamatan Teknologi sebagai Tugas

    Projek

    4.5 Format Pengamatan Teknologi di Masyarakat

    32

    32

    34

    35

    36

    36

    37

    38

    BAB V Rangkuman 46

    BAB VI Evaluasi 48

    Daftar Pustaka 49

    ii

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    3/52

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1 Diagram Peran IPA dasar, IPA terapan, dan Teknologi 3

    Gambar 2 Interaksi antar objek-objek memadukan konsep-konsep

    Fisika, Kimia, dan Biologi

    7

    Gambar 3 Diagram Pengamatan Lingkungan Interaksi Terpusat 13

    Gambar 4 Sistematika Pembahasan Interaksi antar Objek 15

    Gambar 5 Diagram Pengamatan Lingkungan Interaksi Berantai 16

    Gambar 6 Contoh Pengamatan Lingkungan Interaksi Berantai 17

    Gambar 7 Kompor Minyak Tanah 33

    Gambar 8 Konstruksi Kompor Minyak Tanah 34

    Gambar 9 Konstruksi Kompor Minyak Tanah 42

    iii

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    4/52

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Alam semesta terbentuk dari objek dan interaksinya yang menimbulkan

    fenomena. Fenomena tersebut tidak terkotak-kotak seperti disiplin ilmu-ilmu

    dasar maupun terapan. Hanya keterbatasan kompetensi manusialah yang

    menyebabkan ilmu mengenai alam terkotak-kotak dalam berbagai disiplin ilmu.

    Upaya untuk memadukan berbagai disiplin ilmu dalam satu ilmu merupakan

    upaya yang tidak mungkin. Setiap orang akan berada dalam disiplin ilmu yang

    ditekuninya. Walaupun satu fenomena alam dapat ditinjau dari berbagai konsep

    dari disiplin ilmu yang berbeda, tetapi peninjauan itu hanya dapat dilakukan oleh

    beberapa pakar yang masing-masing menggunakan konsep-konsep dari disiplin

    ilmu yang dikuasainya.

    Berdasarkan uraian tersebut, keterpaduan konsep-konsep IPA hanya dapat

    dilakukan dari segi objek yang akan dipelajari siswa dan penerapannya pada objek

    yang sama, sedangkan pada saat siswa mempelajari konsep-konsepnya dilakukan

    secara terpisah pada waktu yang berbeda. Oleh karena itu, untuk IPA terpadu

    pembelajaran harus diorientasikan pada kegiatan siswa mempelajari objek dan

    fenomena alam, bukan diorientasikan pada kegiatan siswa mempelajari konsep-

    konsepnya.

    Disamping itu, perlu diperhatikan bahwa konsep-konsep IPA hanya akan

    dipahami siswa jika objek dan fenomena untuk konsep-konsep itu dipahami,

    siswa tidak mungkin memahami konsep-konsep IPA jika tidak memahami objek

    dan fenomena dari mana konsep itu berasal. Oleh karena itu, pembelajaran yang

    diorientasikan pada fenomena lebih berhasil daripada pembelajaran yang

    diorientasikan pada konsep-konsepnya. Perhatikan pembelajaran inkuiri yang

    selalu disarankan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran IPA di seluruh dunia.

    Dalam pembelajaran inkuiri, guru membelajarkan siswa untuk mempelajari

    fenomena sebagai upaya pembentukan suatu konsep dari fenomena yang

    diamatinya. Perhatikan juga literasi IPA yang pengujiannya dilaksanakan oleh

    TIMSS (Trends in Mathematics and Science Studies) dalam program PISA (The

    1

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    5/52

    Programme International Students Assessment), pengujian PISA dilakukan untuk

    menguji siswa dalam memahami fenomena dan memprediksi dari fenomena yang

    dikajinya. Disadari atau tidak, perbedaan pembelajaran IPA di Indonesia dan di

    negara-negara lain yang sudah maju dalam pendidikan IPA terletak pada

    perbedaan orientasi pembelajaran yang mengakibatkan banyaknya perbedaan

    dalam aspek pembelajaran. Perbedaan itu menyebabkan perbedaan hasil belajar

    siswa dan ahirnya perbedaan kompetensi SDM.

    IPA yang dipelajari siswa SD dan SMP masih berupa ilmu yang

    disederhanakan, karena itu peninjauan objek/fenomena dari segi fisika, kimia, dan

    biologi masih mungkin dilakukan oleh siswa-siswa SD dan SMP. Walapun

    demikian pada saat-saat mempelajari konsep-konsepnya dilakukan secara khusus

    pada waktu yang berbeda, agar konsep-konsep itu dapat dipahami siswa dengan

    siswa lebih baik.

    2

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    6/52

    BAB II

    IPA TERPADU DAN PEMBELAJARANNYA

    2.1. IPA dan Manfaatnya

    IPA

    Dasar

    IPA

    Terapan

    Tekno-

    logi

    Menjelaskan Mengendalikan

    Membuat

    Konstruksi/Alat

    AlamDigunakan

    Digunakan

    Digunakan

    Gambar 1. Diagram peran IPA dasar, IPA terapan, dan teknologi

    Ilmu dalam bidang IPA dan pemanfaatannya dapat kita bedakan dalam

    IPA dasar atau murni, IPA terapan, dan teknologi. IPA dasar, IPA terapan, dan

    teknologi mengkaji bahan pokok yang sama, yaitu alam. Perbedaan ketiganya

    terletak pada aspek yang dikajinya. Menurut Amor et al. (1988) ilmuwan IPA

    dasar mencoba untuk memahami bagaimana alam bekerja. Sedangkan ilmuwan

    IPA terapan mencoba mencari cara untuk mengendalikan bagaimana alam

    bekerja. Ahli teknologi memanfaatkan penemuan IPA dasar dan IPA terapan

    untuk membuat alat guna mengendalikan cara alam bekerja. Menurut White &

    Frederiksen (2000) IPA dapat dipandang sebagai proses untuk membentuk

    hukum, model, dan teori yang memungkinkan orang untuk memprediksi,

    menjelaskan, dan mengendalikan tingkah laku alam.

    Konsep-konsep IPA dasar terbentuk dari keingintahuan mengenai sesuatu

    yang belum diketahui orang, keingintahuan itu menuntun ke arah mencari prinsip

    atau teori yang dapat diperoleh dari hasil pengkajian, yaitu melalui percobaan.

    Percobaan ini merupakan pengkajian yang tidak bermaksud untuk mencari kondisi

    3

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    7/52

    atau proses optimal yang diharapkan, melainkan hanya untuk memenuhi

    penjelasan dari fenomena alam. IPA dasar mengkaji konsep-konsep IPA

    mengenai kondisi, interaksi, dan peristiwa dari kondisi yang normal (biologi)

    atau ideal (fisika). Dalam konsep-konsep IPA dasar, seringkali ada variabel

    (parameter), yang dalam kenyataannya berpengaruh, tidak dimasukkan ke dalam

    konsep-konsepnya. Konsep-konsep itu sengaja disusun secara ideal atau normal

    agar berlaku umum, yang berarti dapat digunakan kapan saja dan dimana saja.

    Keberlakuan umum konsep-konsep tersebut luas, sehingga berfungsi sebagai

    konsep-konsep dasar bagi IPA terapan dan teknologi. Para ilmuwan menempatkan

    IPA dasar sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu terapan dan teknologi.

    Aplikasi konsep dalam IPA terapan ditujukan untuk mengendalikan cara

    alam bekerja. Aplikasi konsep untuk menjelaskan peristiwa alam atau

    memperhitungkan parameter secara ideal, bukan aplikasi konsep IPA terapan.

    Karena konsep-konsep IPA dasar umumnya mengabaikan variasi yang terjadi di

    alam, konsep-konsep tersebut belum dapat diaplikasikan secara langsung untuk

    mengendalikan (mengelola) alam, karena di alam riil ada variasi-variasi yang

    tidak dapat diabaikan. Untuk pengendalian alam diperlukan percobaan

    (penelitian), agar aplikasi konsep yang tepat dapat diketahui. Dari percobaan

    itulah konsep-konsep IPA terapan dibentuk untuk keperluan mengendalikan alam.

    Alam yang dikendalikan ada yang terdapat dalam alat-alat (produk

    teknologi) dan ada yang terdapat di lingkungan. Alat-alat dibuat dari bahan-bahan

    alam dari jenis dan kondisi yang sama serta digunakan pada kondisi dan situasi

    lingkungan yang relatif sama, sehingga proses dan hasil pengendalian alamnya

    pun relatif sama. Dengan demikian prinsip-prinsip IPA terapan dalam teknologi

    dapat digunakan relatif tepat sama untuk setiap alat yang sama. Jika dalam

    beberapa alat tidak ada variasi alam, karena dapat dibuat sama, di lingkungan

    banyak variasi alam yang tidak dapat dihindarkan. Akibatnya prinsip-prinsip IPA

    terapan yang digunakan di lingkungan pada suatu tempat dan waktu tertentu tidak

    begitu dapat digunakan pada tempat dan waktu yang berbeda. Dengan demikian

    pengendalian alam di lingkungan lebih bervariasi, karena prinsip-prinsipnya perlu

    diuji pada setiap tempat dan waktu yang berbeda. Walaupun prinsip-prinsip IPA

    4

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    8/52

    terapan yang diperlukan untuk pengendalian alam itu sudah diuji melalui

    penelitian, tidak berarti bahwa prinsip-prinsip IPA terapan dapat diterapkan secara

    langsung dengan tepat di tempat dan waktu yang berbeda, karena variasi alam

    dapat menyebabkan proses dan hasil penerapan itu berbeda. Oleh karena itu, di

    lingkungan, bahkan juga dalam pembuatan alat, percobaan (penelitian) tetap

    diperlukan untuk mencari perlakuan atau tindakan yang tepat dalam pengendalian

    alamnya.

    Umumnya pengkajian IPA terapan dilakukan untuk mencari perlakuan

    atau susunan benda yang interaksinya dapat menimbulkan kondisi atau proses

    optimal/maksimal seperti yang diharapkan. Pengkajian IPA terapan ditujukan

    untuk mencari prinsip-prinsip dan tindakan pengendalian alam yang hasilnya

    dapat memenuhi harapan pengkaji. Berbeda dengan hasil pengkajian IPA dasar

    yang berlaku umum, hasil pengkajian IPA terapan kurang berlaku umum, karena

    faktor-faktor yang dalam IPA dasar-dasar diabaikan sedangkan dalam IPA terapan

    tidak dapat diabaikan. Sedangkan kondisi dan situasi di setiap lingkungan sangat

    bervariasi. Pengkajian IPA terapan di lingkungan umumnya hanya digunakan

    untuk keperluan di tempat pengkajian itu dilakukan. Karena hasil pengkajian IPA

    terapan di lingkungan kurang berlaku umum, hasil pengkajian di suatu tempat dan

    waktu tertentu hanya digunakan sebagai pembanding, penunjang, atau acuan

    perkiraan untuk pengkajian yang sama di tempat dan waktu yang berbeda.

    Teknologi dapat dibentuk dari IPA, tetapi dapat juga terbentuk tanpa IPA.

    Teknologi tanpa IPA dapat diibaratkan sebagai mobil yang mesinnya hidup dan

    bergerak maju, tetapi tanpa sopir. Betapa berbahayanya mobil itu, karena dapatmenabrak apa saja yang ada di depannya. Jika ada sopir di dalam mobil itu, sopir

    akan mengendalikan mobil, sehingga mobil itu aman dan bermanfaat bagi

    manusia. Sopirnya itu adalah IPA. Jadi, IPA ada dalam teknologi dan

    mengendalikan teknologi, sehingga teknologi aman dan bermanfaat bagi manusia.

    Prinsip-prinsip dan teori-teori IPA dasar dan pengendalian alam dari IPA terapan

    digunakan dalam teknologi untuk menyusun objek-objek, membuat konstruksi di

    alam, dan membuat alat untuk mengendalikan cara alam bekerja.

    5

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    9/52

    Teknologi meliputi teknik menyusun objek dan membuat konstruksi alam

    dan alat, sedangkan IPA mengenai properti (kondisi, kandungan, dan sifat objek),

    interaksi, dan perubahan objek. Konstruksi alam dan alat mengatur bentuk, ukuran

    ruang, ukuran objek, pergerakan dan interaksi objek. Objek dengan properti dan

    interaksinya diatur oleh konstruksi atau alat, sehingga menimbulkan peristiwa

    yang diharapkan oleh perancang teknologi.

    2.2. IPA Terpadu dan IPBA

    Konsep-konsep IPA dasar dibentuk dari hasil mengkaji bagian-bagianyang sangat kecil dari alam. Karena sangat luasnya alam yang dipelajari, konsep-

    konsep IPA dibagi dalam 3 (tiga) ilmu dasar, yaitu fisika, kimia, dan biologi.

    Walaupun demikian dalam praktiknya konsep-konsep dari ketiga disiplin ilmu itu

    ada yang bersilangan (cross section). Walaupun ketiga disiplin ilmu itu berbeda,

    tetapi dalam pembentukan konsep-konsepnya seringkali dibentuk dari objek yang

    sama. Yang membuat ketiga disiplin ilmu tersebut berbeda adalah sudut

    kajiannya. Contohnya air dikaji dalam fisika dari segi viskositas dan geraknya,

    kimia mengkaji air dari segi unsur-unsur, molekul, dan kemampuannya dalam

    melarutkan zat, sedangkan biologi mengkaji air dari segi kebutuhan makhluk

    hidup terhadap air.

    Dalam IPA terapan konsep-konsep dari fisika, kimia, dan biologi terpadu

    dalam menjelaskan fenomena alam dan mengendalikan alam. Karena itu, IPBA,

    yang merupakan ilmu terapan, memadukan konsep-konsep dari fisika, kimia, dan

    biologi. Contohnya dalam ilmu tanah dikenal, fisika tanah, kimia tanah, dan

    biologi tanah. Dalam praktiknya di lapangan pengelolaan tanah menggunakan

    fisika tanah, kimia tanah, dan biologi tanah yang konsep-konsepnya merupakan

    hasil pengembangan dari konsep-konsep dasar fisika, kimia, dan biologi.

    Dalam suatu masalah fisika, misalnya masalah benda yang tergantung

    pada pegas dan diam dalam air, beberapa rumus fisika dapat dipadukan, sehingga

    membentuk rumus baru. Keterpaduan konsep-konsep dalam IPA terpadu tidak

    mengandung arti membentuk konsep baru dari konsep-konsep dasar fisika, kimia,

    dan biologi, melainkan terpadu dalam objek yang dipelajari, penyusunan

    6

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    10/52

    penjelasan ilmiah, pengendalian alam, dan penyusunan konstruksi di alam

    (misalnya konstruksi teras pada tanah miring) dan konstruksi alat.

    Dalam pembelajaran yang khusus mempelajari fisika, kimia, dan biologi

    di kelas akan sulit untuk membentuk pembelajaran IPA terpadu, tetapi dalam

    pembelajaran IPBA dapat dilaksanakan pembelajaran IPA terpadu, karena objek

    yang dipelajari dalam IPBA dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep-

    konsep dari ketiga disiplin ilmu tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran IPBA

    tepat untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPA terpadu.

    IPA terpadu tidak selalu dapat memadukan konsep-konsep fisika, kimia,

    dan biologi. Seringkali kita jumpai konsep-konsep fisika dan kimia atau konsep-

    konsep kimia dan biologi terpadu dalam suatu penjelasan ilmiah. Contohnya

    penjelasan ilmiah mengenai cara kerja kompor minyak tanah hanya memadukan

    konsep-konsep fisika dan kimia. Aliran minyak tanah dari tangki sampai ke

    sumbu, diubah menjadi energi panas dalam bentuk api karena adanya lubang-

    lubang kecil pada dinding kompor; hal tersebut dapat dijelaskan dengan

    menggunakan konsep-konsep fisika, sedangkan nyala api yang berwarna biru oleh

    uap minyak yang terbakar dijelaskan oleh konsep-konsep kimia.

    Energi

    Benda MatiMakhluk

    Hidup

    Gambar 2. Interaksi antara objek-objek memadukan konsep-konsep fisika, kimia, dan

    biologi.

    Alam berubah secara dinamis oleh interaksi antara benda mati, makhluk

    hidup, dan energi. Interaksi antara ketiga objek itu menimbulkan peristiwa alam

    yang dipelajari oleh berbagai disiplin ilmu. Benda mati dan energi dipelajari

    fisika, makhluk hidup dengan segala perubahannya dipelajari biologi, sedangkan

    7

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    11/52

    kimia mempelajari benda mati dan makhluk hidup secara molekuler. Energi dan

    pengaruhnya dipelajari oleh fisika, kimia, dan biologi. Adanya interaksi (saling

    mempengaruhi) antara ketiga objek itu menimbulkan terbentuknya IPA terpadu.

    Sebagai contohnya daun-daunan memerlukan cahaya, CO2, dan air untuk

    fotosintesis. Cahaya yang diperlukan untuk beberapa jenis daun adalah cahaya

    merah dengan energinya sudah tertentu besarnya. Jika ditanyakan mengapa bukan

    sinar ultraviolet untuk fotosintesis itu, kemungkinan jawabannya dapat diperoleh

    dari konsep fisika yang menyatakan bahwa sinar ultra violet merupakan sinar

    dengan frekuensi tinggi, sehingga memiliki energi yang tinggi sesuai dengan

    persamaan E = h. F. Dijelaskan lebih lanjut bahwa sinar ultra violet merupakan

    sinar yang berbahaya mampu merusak jaringan. Untuk fotosintesis diperlukan

    energi yang sesuai dengan keperluan proses fotosintesis itu. Dari segi kimia,

    proses fotosintesis terjadi karena adanya reaksi antara air dan CO2dengan bantuan

    energi cahaya. Bagaimana reaksi itu membentuk amilum dijelaskan dengan

    konsep-konsep kimia. Dari segi biologi disebutkan bahwa tempat terjadinya

    fotosintesis itu pada hijau daun. Bagaimana bagian-bagian daun melakukan

    proses, sehingga udara dapat masuk ke dalam daun, dan pada bagian mana serta

    bagaimana air dari dalam tanah masuk sampai ke daun dijelaskan oleh biologi.

    Contoh di atas menunjukkan bahwa keterpaduan konsep-konsep fisika,

    kimia, dan biologi dapat merupakan keterpaduan terpusat pada suatu objek.

    Keterpaduan terpusat adalah keterpaduan konsep-konsep fisika, kimia, dan biologi

    dalam menjelaskan sesuatu objek berdasarkan sudut pandang dari konsep-konsep

    tersebut. Konsep-konsep tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan objektersebut tanpa harus mengikuti urutan tertentu. Disamping keterpaduan terpusat

    dikenal pula keterpaduan berantai, yaitu keterpaduan konsep-konsep fisika, kimia,

    dan biologi dalam menjelaskan interaksi atau proses yang bersambungan.

    Sehingga setiap konsep dari fisika, kimia, dan biologi digunakan secara berurutan

    mengikuti urutan proses tersebut.

    8

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    12/52

    2.3. Pembelajaran IPA Terpadu

    Pembelajaran IPA terpadu tidak dimaksudkan untuk membelajarkan siswa

    mempelajari konsep-konsep IPA secara khusus seperti yang tertulis dalam

    kurikulum, melainkan mempelajari konsep-konsep yang terkandung dalam suatu

    objek dan fenomena alam. Sehingga fokus pembelajaran tidak pada konsep,

    melainkan pada objek dan fenomenanya. Perlu diperhatikan bahwa mempelajari

    satu konsep fisika, kimia, atau biologi saja seringkali membuat siswa tidak

    memahami konsep tersebut, apalagi kalau dipelajari sekaligus. Di negara yang

    sudah maju pun, walaupun pembelajarannya disebut pembelajaran IPA, tetapikonsep-konsep fisika, kimia, dan biologi dipelajari tersendiri secara khusus, tidak

    sekaligus. Keterpaduannya lebih banyak terdapat pada penerapannya. Karena

    IPBA merupakan ilmu terapan yang konsep-konsepnya hasil pengembangan dari

    fisika, kimia, dan biologi, pembelajaran IPA terpadu lebih mungkin dilaksanakan.

    Karena keterpaduan konsep-konsep IPA terletak pada objek dan fenomena

    yang dipelajari siswa, dalam merencanakan pembelajaran IPA terpadu kita harus

    memperhatikan objek yang akan digunakan siswa untuk mempelajari konsep-

    konsep IPA. Merencanakan pembelajaran IPA terpadu untuk mempelajari

    konsep-konsep fisika, kimia, dan biologi yang tercantum dalam kurikulum (IPA

    dasar) relatif lebih sulit dibandingkan dengan penerapan konsepnya. Perencanaan

    akan lebih mudah dilakukan jika konsep-konsep yang akan dipelajari itu

    merupakan konsep-konsep yang bebas, yaitu tidak harus yang ada dalam

    kurikulum. Oleh karena itu, pembelajaran IPA terpadu tidak akan selalu dapat

    dilaksanakan pada setiap konsep yang akan dipelajari siswa. Pembelajaran IPA

    terpadu untuk mempelajari konsep hanya mungkin dilakukan jika objek yang akan

    dipelajari siswa mengandung konsep-konsep dari fisika, kimia, dan biologi.

    Pembelajaran IPA terpadu lebih mungkin dilaksanakan pada saat siswa belajar

    menerapkan konsep-konsep IPA.

    Merencanakan pembelajaran IPA terpadu diawali dengan menentukan

    objek apa yang akan dipelajari siswa yang mengandung konsep fisika, kimia, dan

    biologi. Perhatikan bahwa konsep-konsep yang akan dipelajari siswa akan lebih

    9

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    13/52

    banyak merupakan konsep-konsep yang merupakan pengembangan/penerapan

    dari konsep-konsep dasarnya. Contohnya sebagai berikut ini.

    Bahan pembelajaran: Struktur Tanah

    Konsep-konsep IPA untuk mempelajari struktur tanah.

    1. Ilmu Tanah: Pengertian struktur tanah.

    2. Biologi: Penguraian bahan organik (sisa-sisa jasad makhluk hidup) oleh

    mikro-organisme.

    3. Kimia: Reaksi zat-zat hasil penguraian oleh makhluk hidup dan reaksinya

    dengan misel (mikro sel) tanah dan pembentukan agregat (butiran) tanah.

    4. Fisika: Kapilaritas pori-pori tanah diantara agregat-agregat tanah dan

    penyimpanan air dalam pori-pori tanah

    10

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    14/52

    BAB III

    IPA TERPADU DALAM PENGAMATAN LINGKUNGAN

    3.1 Pembelajaran Sains di Lingkungan

    Pembelajaran sains di lingkungan merupakan pembelajaran IPA terpadu

    yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Pembelajaran ini

    digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam mempelajari atau

    menerapkan konsep-konsep IPA. Di lingkungan siswa hanya memperoleh data

    mengenai keadaan atau proses yang terjadi pada saat siswa melakukan

    pengamatan, siswa tidak memiliki data mengenai apa yang terjadi sebelumnya

    atau apa yang akan terjadi kemudian. Dengan pengamatan lingkungan siswa

    dilatih menggunakan pengetahuannya untuk menginfer (menduga apa yang terjadi

    sebelumnya atau yang tidak teramati saat pengamatan dilakukan) dan

    memprediksi (menduga apa yang akan terjadi) dengan menggunakan konsep-

    konsep yang telah dipelajarinya. Pembelajaran ini mendidik siswa untuk

    melakukan metakognisi, yaitu mengenal apa yang sudah diketahui dan yang

    belum diketahui, apa yang harus dipikirkan dan bagaimana memikirkannya, serta

    mengevaluasi pemikirannnya.

    Pengamatan lingkungan masih merupakan kegiatan awal yang merupakan

    kegiatan survey. Kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan selanjutnya

    yang berupa kegiatan penelitian, tetapi untuk pembelajaran di sekolah dapat tidak

    dilanjutkan, jika waktu tidak memungkinkan. Pembelajaran sains di lingkungan

    hendaknya agak sering dilakukan, karena pembelajaran ini benar-benar

    menghadapkan siswa pada masalah yang real (nyata), meningkatkan kompetensi

    siswa dalam keterampilan proses dan berpikir ilmiah, serta merupakan

    pembelajaran yang melatih siswa ke arah kemampuan melakukan penelitian. Di

    SMP dan SMA kegiatan belajar ini merupakan kegiatan yang melatih siswa dalam

    keterampilan proses sebagai berikut.

    1. Menentukan tujuan

    2. Mencari persamaan dan perbedaan

    3. Menentukan objek-objek dan parameter yang perlu diamati

    11

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    15/52

    4. Mengamati/mengukur, menaksir

    5. Menentukan variabel/parameter

    6. Menerapkan konsep

    7. Menafsirkan data/menyusun pembahasan

    8. Menyimpulkan

    9. Mengajukan hipotesis

    Dari kegiatan tersebut siswa memperoleh pengetahuan yang dapat diterima

    dan yang masih dalam dugaan. Kegiatan tersebut dapat ditindaklanjuti dengan

    mengkaji informasi yang relevan dari media cetak atau elektronik untukmemperkuat atau mengoreksi pengetahuan siswa yang masih merupakan dugaan,

    atau ditindaklanjuti dengan percobaan yang direncanakan setelah pengamatan

    lingkungan.

    Agar pembelajaran di lingkungan dapat memberikan pengetahuan yang

    nyata, siswa perlu mengetahui sedikit pengetahuan tambahan mengenai

    lingkungan yang dapat dipelajarinya pada saat akan melakukan pengamatan di

    lingkungan. Pengetahuan lingkungan yang ditambahkan untuk melengkapi

    pengetahuan siswa dalam mempelajari lingkungan adalah: tanah, air, udara, dan

    polutan. Pengetahuan tambahan ini bergantung pada topik lingkungan yang akan

    dipelajari siswa dan tidak perlu dipelajari secara khusus seperti mempelajari

    materi pelajaran yang ada dalam kurikulum, cukup diinformasikan saja.

    Metode Pengamatan Lingkungan yang perlu dilatihkan kepada siswa dapat

    dibedakan menjadi :

    1. Pengamatan Interaksi Objek

    Berbeda dengan percobaan di laboratorium yang parameter-

    parameternya banyak yang dapat dibuat sama, di lingkungan objek-objek yang

    akan diamati mengandung banyak parameter yang berbeda. Hal itu

    dikarenakan kondisi setiap tempat di lingkungan sangat bervariasi dan tidak

    dapat menghindari variasi itu, karena variasi itu terjadi secara alamiah,

    walaupun ada juga variasi yang dibuat oleh manusia. Variasi-variasi alam itu

    kita manfaatkan untuk menyelidiki pengaruh-pengaruh yang berbeda dari

    12

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    16/52

    variasi alam. Oleh karena itu dalam pengamatannya kita hanya menggunakan

    dua atau tiga parameter yang sama untuk menentukan objek utama dan objek

    pembanding yang akan diamati. Begitupun faktor-faktor yang

    membedakannya kita hanya menentukan satu faktor utama yang berbeda.

    Pengamatan lingkungan digunakan terhadap indikator alam. Setiap

    indikator alam mengindikasikan suatu pengetahuan berupa pengetahuan

    mengenai kondisi, kandungan, atau sifat objek, prinsip atau teori mengenai

    suatu interaksi atau proses alam. Pengamatan berguna untuk mengetahui apa

    yang sudah diketahui dan apa yang belum diketahui siswa. Dari yang sudah

    diketahui itu siswa menyusun pengetahuan baru, menyusun penjelasan, atau

    perhitungan.

    Dalam pengamatan lingkungan siswa tidak melakukan percobaan,

    melainkan hanya melakukan pengamatan/pengukuran terhadap variabel-

    variabel yang ada di lingkungan yang akan dipelajari siswa. Objek dan

    peristiwa yang akan diamati bergantung pada objek dan peristiwa yang akan

    dipelajari siswa dan metode penafsiran objek dan peristiwa (pengolahan data).

    2. Pengamatan Interaksi Terpusat

    Pengamatan interaksi terpusat adalah pengamatan terhadap 1 (satu)

    objek yang dipengaruhi atau mempengaruhi objek-objek di sekitarnya.

    OU

    OS2OS4

    OS3 OS1

    Gambar 3. Diagram pengamatan lingkungan interaksi terpusat.

    Keterangan:

    OU = Objek Utama

    OS... = Objek Sekitarnya yang mempengaruhi atau dipengaruhi objek

    utama.

    13

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    17/52

    Pengamatan Interaksi terpusat menggunakan objek pembanding yang

    digunakan sebagai korektor (kontrol) untuk meminimalkan kesalahan

    penafsiran/pembahasan terhadap objek dan peristiwa utama. Objek

    pembanding adalah objek yang parameter pokoknya sama, tetapi berbeda

    dalam (satu) faktor. Satu faktor yang berbeda itulah yang menimbulkan

    pengaruh yang berbeda terhadap objek utama dan objek pembanding yang

    digunakan untuk membentuk penafsiran-penafsiran yang dapat diterima.

    Contohnya jika mengamati perbedaan antara tanaman pada tempat yang

    berbeda, tanaman yang menjadi objek utama dan pembanding harus sama

    spesiesnya dan sama umurnya dan pada jenis tanah yang sama. Tempat yang

    berbeda dipilih yang berbeda dalam 1 (satu) faktor utama, misalnya tanaman

    yang satu di dekat tembok, satunya lagi agak jauh dari tembok, agar kedua

    tanaman itu berada pada tanah yang jenisnya sama.

    Pengamatan lingkungan dengan interaksi terpusat digunakan untuk

    mencari pengaruh-pengaruh sebagai berikut.

    1) Mencari pengaruh timbal-balik antara keadaan objek-objek di suatu

    lingkungan terhadap suatu objek yang dipelajari.

    2) Mencari pengaruh 1 (satu) perlakuan terhadap 1 (satu) atau beberapa

    objek lain di sekitarnya.

    Pengumpulan data untukk pengamatan interaksi terpusat dapat

    menggunakan matriks berikut ini.

    (Objek Utama) (Objek Pembanding)

    Objek Sekitarnya Objek Sekitarnya

    Pengisian matriks dilakukan sebagai berikut. Objek utama diisi

    dengan objek yang menjadi pengamatan utama. Objek pembanding diisi

    14

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    18/52

    dengan objek yang dijadikan pembanding. Objek pembanding berfungsi untuk

    mengoreksi pembahasan (penafsiran) objek utama. Kolom di bawah objek

    utama diisi dengan parameter-parameter yang menunjukkan kondisi atau

    kandungan objek utama. Parameter-parameter itu diperoleh dari pengamatan

    objek utama. Kolom di bawah objek pembanding diisi dengan parameter-

    parameter yang menunjukkan kondisi atau kandungan objek pembanding.

    Parameter-parameter itu diperoleh dari pengamatan objek pembanding.

    Kolom di bawah objek-utama atau pembanding diisi dengan objek-objek di

    sekitar objek utama dan pembandingnya. Objek-objek di sekitarnya itu ditulis

    dengan parameternya yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi objek

    utama atau pembanding.

    Parameter

    Objek Utama

    Parameter

    Objek

    Sekitarnya

    Konsep

    (Prinsip/

    Teori)

    Pembahasan

    Parameter

    Objek

    Sekitarnya

    Parameter

    Objek Utama

    MengoreksiDugaan

    Gambar 4. Sistematika pembahasan interaksi antar objek

    Pembahasan dilakukan dengan cara menduga (menafsirkan) pengaruh

    parameter objek-objek di sekitar objek utama terhadap parameter objek utama

    atau sebaliknya. Hasil dugaan kemudian dibandingkan dengan pengaruh

    parameter objek-objek sekitar objek pembanding terhadap parameter objek

    pembanding atau sebaliknya. Dari perbandingan itu dapat ditentukan dapat

    atau tidaknya dugaan itu diterima. Jika konsep sains yang dindikasikan oleh

    15

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    19/52

    indikator yang terkandung dalam objek dan peristiwa yang diamati itu

    diketahui siswa, konsep itu digunakan oleh siswa untuk menjelaskan dugaan

    itu, sehingga dugaan itu menjadi dugaan yang dapat diterima. Jika konsepnya

    itu belum diketahui siswa, siswa menyusun dugaan berdasarkan konsep-

    konsep lain yang terkandung dalam objek dan peristiwa yang diamati.

    Dugaan yang dapat diterima dituliskan dalam pembahasan. Pembahasan

    dilakukan terhadap setiap parameter objek utama dan parameter objek-objek

    di sekitarnya.

    3. Pengamatan Interaksi Berantai

    Pengamatan interaksi berantai adalah pengamatan yang dilakukan

    terhadap beberapa objek yang bersambung dalam suatu rantai. Metode ini

    biasa digunakan untuk mengamati peristiwa aliran (perpindahan) energi, rantai

    makanan, dan perkembangan makhluk hidup, misalnya daur hidup suatu

    spesies serangga.

    O1 O2 O3

    Parameter-1 dari O1Parameter-2 dari O1dll.

    Parameter-1 dari O2Parameter-2 dari O2dll.

    Parameter-1 dari O3Parameter-2 dari O3dll.

    Gambar 5. Diagram pengamatan lingkungan interaksi berantai.

    Pengamatan interaksi berantai dilakukan langsung terhadap setiap

    objek yang berantai. Pengamatan objek pada interaksi berantai tidak

    menggunakan objek pembanding. Perbandingannya dilakukan antara objek-

    objek yang berantai tersebut, yaitu objek-1 dibandingkan dengan objek-2, lalu

    dengan objek-3, dan seterusnya. Kemampuan menafsirkan objek dan peristiwa

    secara langsung dalam pengamatan interaksi berantai menuntut pengetahuan

    dan keterampilan yang lebih luas dan lebih tinggi. Karena itu pengamatan

    interaksi berantai sebaiknya digunakan dengan siswa mengkaji pustaka lebih

    dahulu dari buku-buku teks atau artikel-artikel dari internet dan siswa sudah

    16

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    20/52

    pernah beberapa kali berlatih dalam kegiatan pengamatan lingkungan.

    Pengamatan interaksi berantai digunakan untuk keperluan sebagai berikut.

    1) Mencari hubungan sebab-akibat atau korelasi dari suatu aliran materi atau

    energi.

    2) Mengamati perkembangan alamiah suatu objek.

    Contoh:

    Kompos Tanah Tanaman

    Nitrogen

    Fosfor

    C-organik

    dll.

    Rapat massa

    Unsur hara N

    KTK

    dll.

    Buah

    Daun

    Tinggi pohon

    dll.

    Gambar 6. Contoh pengamatan lingkungan interaksi berantai.

    Kompos dibenamkan pada tanah. Kemudian setelah cukup lama beberapa

    parameter (kandungan) tanah berubah (terpengaruhi) oleh parameter-parameter (kandungan) pupuk kompos. Kandungan tanah yang berubah

    menyebabkan perubahan pada parameter-parameter tanaman.

    Matriks pencatatan data untuk pengamatan interaksi berantai dapat seperti

    berikut.

    Objek yang Diamati Parameter Kondisi

    Objek-1

    Objek-2

    Objek-3

    Objek-1, 2, 3, dan seterusnya merupakan objek-objek dalam suatu rantai.

    Kolom kondisi diisi dengan parameter-parameter hasil mengamati objek-1, 2,

    17

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    21/52

    3, dan seterusnya. Pembahasan dilakukan dengan membandingkan setiap

    parameter yang sama pada objek-1, 2, 3, dan seterusnya.

    4. Pengamatan Interaksi Kompleks

    Pengamatan interaksi kompleks adalah pengamatan yang dilakukan

    dengan mengamati hubungan interaksi dari beberapa objek yang menyerupai

    jaring-jaring hubungan antar objek-objek. Pengamatan ini dilakukan untuk

    mempelajari hubungan antar objek-objek dalam suatu zona (daerah)

    berdasarkan arus suatu jenis materi atau energi. Karena itu, pengamatan ini

    merupakan pengamatan yang kompleks, siswa harus mengamati interaksi dan

    menafsirkan hubungan yang beraneka ragam dari beberapa objek dalam suatu

    zona. Contoh interaksi kompleks adalah jaring-jaring makanan dalam biologi.

    Interaksi kompleks dapat kita bagi dalam beberapa interaksi berdasarkan apa

    yang akan dipelajari siswa.

    a) Pengamatan Kandungan dan Pengaruh Suatu Zona

    Pengamatan objek pada suatu zona (daerah), misalnya mengamati

    kandungan air pada suatu kolam, memerlukan sampel. Sampel yang

    diambil merupakan sampel yang dapat mewakili berbagai bagian daerah

    yang mewakili keseluruhan daerah yang diamati. Setiap sampel dapat

    diamati dengan metode interaksi terpusat atau kombinasi. Format yang

    digunakan dapat seperti berikut ini.

    Objek Utama-1 Objek Utama-2 Objek Utama-3 Objek Utama-4

    Objek Sekitarnya Objek Sekitarnya Objek Sekitarnya Objek Sekitarnya

    18

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    22/52

    b) Pengamatan Persamaan dan Perbedaan Kandungan dan Pengaruh

    Beberapa Zona

    Suatu wilayah yang luas dapat kita bagi dalam beberapa zona

    berdasarkan satu objek yang dominan pada zona-zona tersebut.

    Pembagian zona ini akan menuntun kita dalam mempelajari pengaruh

    objek yang dominan itu terhadap kondisi lingkungan pada zona-zona

    tersebut dan terhadap wilayah lainnya yang bersinggungan dengan zona-

    zona tersebut. Kegiatan pengamatan ini akan memerlukan waktu yang

    lama, karena memerlukan kegiatan awal, yaitu kegiatan mengamati objek

    dominan untuk membagi wilayah itu dalam beberapa zona, misalnya jenis

    tanaman yang dominan di suatu wilayah.

    Dari hasil pengamatan itu siswa dapat membahas karakteristik dan

    manfaat zona-zona tersebut bagi kepentingan manusia, terutama yang

    bermukim di sekitar zona itu. Pembahasan karakteristik dan manfaat zona-

    zona dalam suatu wilayah dapat dilakukan oleh siswa dengan

    menggunakan metode interaksi terpusat dengan objek dominan pada zona

    tersebut sebagai objek utama dan objek-objek lainnya di dalam zona-zona

    tersebut sebagai objek-objek sekitarnya. Jika mungkin pembahasan

    dilakukan dengan menggunakan interaksi kompleks. Matrik yang

    digunakan untuk pengumpulan datanya adalah sebagai berikut.

    Objek Dominan

    Zona-1

    Objek Dominan

    Zona-2

    Objek Dominan

    Zona-3

    Objek Dominan

    Zona-4

    Objek Sekitarnya Objek Sekitarnya Objek Sekitarnya Objek Sekitarnya

    19

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    23/52

    3.2 Prinsip-prinsip Pengamatan Lingkungan

    1. Di lingkungan banyak objek yang dapat diamati untuk dipelajari, tetapi kita

    tidak dapat mempelajari semua objek itu sekaligus. Pilihlah objek yang perlu

    dipelajari.

    2. Setiap objek yang bersinggungan akan berinteraksi timbal-balik (saling

    menimbulkan akibat, saling mempengaruhi). Karena itu, siswa harus

    menentukan 1 (satu) objek utama yang akan dipelajari dan objek-objek di

    sekitarnya yang bersinggungan dengan objek utama untuk dipelajari

    pengaruhnya. Pengaruh dari objek-objek yang dipelajari siswa diperoleh dari

    besar variabel-variabel dari kedua objek itu yang saling mempengaruhi. Oleh

    karena itu, yang diamati/diukur atau ditaksir adalah besar variabel-variabel

    yang diperlukan dari objek-objek tersebut.

    3. Penjelasan ilmiah dilakukan dengan menggunakan parameter. Karena itu,

    siswa harus menjelaskan hasil pengamatannya dengan menggunakan

    parameter-parameter yang diperolehnya dari hasil pengamatannya itu.

    4. Parameter yang diamati sebaiknya diukur, agar mendekati kepastian. Jika

    tidak ada alat ukur gunakan taksiran (perkiraan), misalnya kelembaban

    dinyatakan dengan basah atau kering. Taksiran sebaiknya dilakukan dengan

    menggunakan 2 atau 3 tingkatan, jangan terlalu banyak tingkatannya, agar

    penyimpangannya tidak terlalu jauh, misalnya basah, kurang basah, dan

    kering.

    5. Jika pengukuran langsung tidak dapat dilakukan, gunakan selisih antara objek

    utama dan objek pembanding. Misalnya untuk mengetahui perbedaan

    kelembaban dua tanah di tempat yang berbeda dilakukan dengan mengukur

    massa kedua tanah itu dengan volume yang sama. Kemudian dicari selisih

    hasil pengukuran itu. Selisihnya itu merupakan selisih kelembaban kedua

    tanah itu.

    Ada pengukuran-pengukuran yang caranya dapat disederhanakan, hasilnya

    tidak begitu tepat, tetapi cukup memadai / baik sebagai latihan siswa SMP atau

    SMA belajar. Contohnya untuk mengukur banyaknya humus dalam suatu massa

    tanah dilakukan dengan memasukkan tanah itu ke dalam air dalam gelas, lalu

    20

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    24/52

    dikocok, sehingga humus-humusnya terpisah. Banyaknya humus yang terpisah itu

    ditimbang. Hasil pengukurannya adalah massa humus per satuan massa tanah

    yang dicoba itu ( gHumus/gTanah).

    Alat-alat ukur yang diperlukan untuk pengamatan lingkungan bervariasi

    bergantung pada objek dan parameter (variabel) yang akan diukur, diantaranya

    sebagai berikut.

    a. Mistar (mengukur luas, lebar, tebal objek)

    b. Pengukur suhu udara, tanah, dan air (Termometer)

    c. Pengukur intesitas cahaya (Luxmeter)

    d. Pengukur kelembaban udara (Higrometer)

    e. Pengukur kelembaban tanah

    f. Pengambil sampel tanah untuk mengukur kerapatan tanah (Ring logam atau

    pralon)

    g. Cangkir plastik (bekas cangkir air minum)

    h. Pengukur kekerasan tanah (kawat aluminium diameter 2 mm panjang 1,5

    m)

    i. Neraca (gram)

    j. Tali plastik 1 atau 2 m

    k. Linggis atau cangkul kecil

    3.3 Tahap-tahap Pembelajaran Pengamatan Lingkungan

    Pembelajaran Pengamatan Lingkungan ini memerlukan 4 tahap sebagai berikut.

    1. Tahap Penjelasan dan Pemberian Tugas. Pada tahap ini guru menjelaskan

    cara-cara melakukan pengamatan lingkungan dan cara mengisi format

    pengamatan lingkungan. Selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa

    kelompok, setiap kelompok tidak lebih dari 4 orang. Setiap kelompok siswa

    diberi tugas untuk mengamati 1 (satu) objek utama yang dicarinya sendiri atau

    ditetapkan guru dengan menggunakan format Pengamatan Lingkungan.

    2. Tahap pelaksanaan pengamatan. Tahap ini tampaknya tidak memerlukan

    waktu yang lama. Jika tidak ada alat siswa dapat menggunakan taksiran-

    21

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    25/52

    taksiran untuk memperoleh data hasil pengamatan. Dengan melakukan

    taksiran-taksiran, pengamatan di lingkungan hanya memerlukan waktu antara

    30 sampai 45 menit. Jika menggunakan alat-alat ukur memerlukan waktu yang

    lebih lama.

    3. Tahap pembahasan. Tahap ini dapat dilaksanakan di kelas atau di lingkungan,

    siswa dalam kelompoknya menyusun pembahasan dari hasil pengamatan yang

    telah dicatatnya.

    Siswa perlu dilatih dalam menyusun pembahasan dengan berprinsip pada :.

    a. Rinci: Pembahasan dibagi dalam beberapa nomor pembahasan. Setiap

    nomor pembahasan hanya merupakan penjelasan mengenai

    pengaruh 1 variabel objek terhadap 1 (satu) variabel objek yang

    lain atau sebaliknya.

    b. Lengkap: Setiap pembahasan harus mengandung unsur-unsur: kondisi dan

    interaksi (interaksi antara apa dengan apa? dan kapan interaksi itu

    terjadi?); proses interaksi; hasil interaksi (peristiwa yang

    ditimbulkan atau perubahan yang terjadi, atau sesuatu yang

    dihasilkan dari interaksi itu).

    c. Ilmiah: Setiap pembahasan dijelaskan dengan menggunakan parameter dan

    konsep-konsep sains yang berlaku untuk objek dan peristiwa dari

    data yang diukur.

    4. Tahap presentasi dan diskusi. Pada tahap ini setiap kelompok siswa

    mempresentasikan hasil pengamatannya dan mendiskusikannya. Jika waktu

    tidak mencukupi, presentasi ditiadakan dan guru memeriksa dan

    mengomentari hasil pengamatan lingkungan dan pembahasannya dari setiap

    kelompok.

    3.4 Tugas Pengamatan

    Kita dapat memilih tugas pengamatan lingkungan bagi siswa sebagai berikut ini.

    1. Tugas Pengamatan Bebas

    Dalam tugas pengamatan bebas, siswa bebas mencari dan menentukan sendiri

    lokasi, objek dan parameter yang ada di lingkungan untuk diamati.

    22

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    26/52

    2. Tugas Pengamatan Berdasarkan Lokasi

    Dalam tugas pengamatan berdasarkan lokasi, siswa bebas menentukan objek

    dan parameter yang akan diamati, tetapi lokasinya ditetapkan oleh guru.

    Lokasi pengamatan dapat berbeda untuk setiap kelompok siswa. Untuk tugas

    siswa ini, guru harus mengadakan survey untuk menentukan lokasi-lokasi

    yang akan diamati siswa.

    3. Tugas Pengamatan Berdasarkan Objek

    Dalam tugas pengamatan berdasarkan objek, siswa mengamati objek yang

    telah ditetapkan guru. Objek pengamatan dapat berbeda untuk setiap

    kelompok siswa. Untuk tugas siswa ini, guru harus mengadakan survey untuk

    menentukan objek-objek yang akan diamati siswa.

    4. Tugas Pengamatan Berdasarkan Parameter

    Dalam tugas pengamatan berdasarkan parameter, siswa mencari dan

    menentukan objek yang parameternya harus diamati. Parameter yang harus

    diamatai siswa sebaiknya lebih dari 1 (satu). Kegiatan pengamatan lingkungan

    ini sebaiknya digunakan untuk mempelajari suatu parameter dan faktor-faktor

    yang mempengaruhinya dan dilaksanakan setelah siswa memahami pengertian

    parameter tersebut.

    Contoh:

    Setelah memahami pengertian suhu dan kelembaban udara, serta cara

    mengukurnya, siswa mengajukan dugaan (hipotesis) mengenai faktor-faktor

    yang mempengaruhi suhu dan kelembaban udara. Selanjutnya siswa

    melakukan pengamatan suhu dan kelembaban udara di kelas dan di luar kelas,

    di bawah pohon dan di tempat terbuka; di atas kolam dan di atas tanah.

    Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat-alat ukur, yaitu termometer

    dan higrometer. Pengamatan pada satu tempat, misalnya di bawah pohon

    diulang beberapa kali pada lokasi yang berbeda di bawah pohon tersebut.

    Contoh yang lain adalah mempelajari hubungan antara debit air (kecepatan

    aliran sejumlah volume air) tehadap pengikisan dinding sungai.

    23

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    27/52

    3.5 Format Pengamatan Lingkungan Interaksi Terpusat

    JUDUL

    Kelompok: .............................................................................................

    Nama : 1. .........................................................................................

    2. .........................................................................................

    3. .........................................................................................

    Kelas/Semester: .....................................................................................

    Sekolah : .....................................................................................

    I.

    Waktu dan Lokasi

    1. Hari/Tanggal: .................................................................................

    2. Jam : .................................................................................

    3. Lokasi : .................................................................................

    II.Alat dan Bahan

    1. ......................................................................................................

    2. ......................................................................................................

    3. ......................................................................................................

    III.Pengamatan

    1. Objek Utama : .......................................................................................

    2. Objek Pembanding: ................................................................................. ...

    3. Hasil Pengamatan:

    Cuaca: .......................................................................................................

    ........................................................... ..................................................................

    1. .....................................................

    2. .....................................................

    3. ....................................................

    1. ..........................................................

    2. ..........................................................

    3. ..........................................................

    Keadaan objek sekitarnya Keadaan objek sekitarnya

    1. ..................................................

    2. ...............................................

    3. ................................................

    1. ..........................................................

    2. ..........................................................

    3. ..........................................................

    24

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    28/52

    IV.Pembahasan

    1. ........................................................................................................................

    ........................................................................................................................

    ........................................................................................................................

    2. ........................................................................................................................

    ........................................................................................................................

    ........................................................................................................................

    3. ........................................................................................................................

    ........................................................................................................................

    ........................................................................................................................

    V. Kesimpulan dan saran

    a. Kesimpulan

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    b. Saran

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    VI.Tindak lanjut

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    25

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    29/52

    3.6 Pengisian Format Pengamatan Lingkungan Interaksi Terpusat

    JUDUL : diisi dengan pernyataan yang menggambarkan apa yang

    dipelajari siswa dari

    pengamatan di lingkungan.

    Kelompok : diisi dengan nomor kelompok siswa.

    Nama : diisi dengan nama-nama siswa dalam kelompok tersebut.

    Kelas/Semester: diisi dengan kelas dan semester yang sedang diikuti siswa.

    Sekolah : diisi dengan nama sekolah.

    1. Waktu dan Lokasi

    Hari/tanggal: diisi dengan hari dan tanggal pengamatan.

    Jam: diisi dengan jam pengamatan.

    Lokasi: diisi dengan lokasi pengamatan.

    2. Alat dan Bahan

    Diisi dengan nama alat dan bahan untuk pengukuran yang diperlukan.

    Alat dan bahan menggunakan apa yang tersedia di sekolah. Variabel objek

    yang diamati dapat diukur dengan menggunakan alat-alat ukur yang

    tersedia. Jika variabel objek yang diamati tidak dapat diukur, karena tidak

    ada alat ukurnya, dapat digunakan taksiran (perkiraan).

    3. Pengamatan

    Topik Pengamatan:

    diisi dengan konsep yang dipelajari dari objek dan peristiwa yang diamati.

    Objek Utama:

    Objek utama adalah objek yang akan dipelajari siswa.

    Objek Pembanding:

    adalah objek yang segala sesuatunya hampir sama dengan objek utama,

    hanya berbeda 1 hal dari objek utama. Objek pembanding ini akan

    digunakan untuk mengoreksi dugaan-dugaan yang dihasilkan dari hasil

    menafsirkan variabel-variabel pada objek utama.

    Hasil pengamatan:

    26

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    30/52

    Cuaca diisi dengan cuaca pada saat pengamatan dilakukan.

    Kolom kiri atas (di atas keadaan objek sekitarnya):

    diisi dengan objek utama yang diamati. Di bawahnya diisi dengan

    ukuran/taksiran besar variabel-variabel pada keadaan objek utama.

    Variabel-variabel ini yang akan dibahas oleh siswa.

    Kolom kanan atas (di atas keadaan objek sekitarnya):

    diisi dengan objek pembanding yang diamati. Di bawahnya diisi dengan

    ukuran/taksiran besar variabel-variabel pada keadaan objek pembanding.

    Variabel-variabel ini digunakan untuk mengoreksi pembahasan terhadap

    variabel-variabel objek utama.

    Kolom keadaan objek sekitarnya di bawah objek utama:

    diisi dengan objek yang bersinggungan dengan objek utama dan

    keadaannya (besar variabel yang mungkin mempengaruhi atau

    dipengaruhi objek utama). Variabel-variabel ini digunakan untuk

    menafsirkan pengaruh keadaan objek di sekitarnya terhadap keadaan

    objek utama dan sebaliknya.

    Kolom keadaan objek sekitarnya di bawah objek pembanding:

    diisi dengan objek yang bersinggungan dengan objek pembanding dan

    keadaannya (besar variabel yang mungkin mempengaruhi atau

    dipengaruhi objek pembanding). Variabel-variabel ini digunakan untuk

    menafsirkan pengaruh keadaan objek di sekitarnya terhadap keadaan

    objek pembanding dan sebaliknya.

    4. PembahasanDiisi dengan penjelasan yang merupakan hasil penafsiran data objek

    utama dan objek di sekitar objek utama. Setiap variabel yang dicatat pada

    kolom objek utama dan objek sekitarnya yang berada di bawah objek

    utama dibahas satu per satu.

    27

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    31/52

    5. Kesimpulan dan Saran

    Diisi dengan kesimpulan dan saran dari penjelasan-penjelasan dalam

    pembahasan. Kesimpulan adalah pokok gagasan dari pembahasan-

    pembahasan yang telah disusun dalam pembahasan. Sedangkan saran diisi

    dengan petunjuk pengelolaan atau pemeliharaan lingkungan bagi

    kesejahteraan masyarakat yang disusun dari pembahasan.

    6. Tindak lanjut

    Diisi dengan apa yang perlu dilakukan selanjutnya setelah pengamatan ini

    dilaksanakan. Tindak lanjut dapat diisi dengan percobaan atau penelitian

    yang diperlukan untuk menegaskan dugaan-dugaan dalam pembahasan,

    sehingga dugaan-dugaan itu menjadi konsep yang dapat diterima.

    Contoh pengisian format Pengamatan Lingkungan dari hasil pengamatan tanpa

    menggunakan alat ukur.

    HUBUNGAN TIMBAL-BALIK ANTARA TANAH YANG TELAH LAMA

    DITUTUPI BATU DENGAN OBJEK DI SEKITARNYA

    Kelompok: I

    Nama : 1.Amin

    2.Iman

    3.Aman

    Kelas/Semester: VIII/1

    Sekolah : SMP 2 Mayavisi

    I. Waktu dan Lokasi

    1. Hari/Tanggal: 5 Agustus 2005

    2. Jam : 08.30 s.d. 09.00

    3. Lokasi : Sudut utara halaman belakang SMP 2 Mayavisi.

    28

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    32/52

    II. Alat dan Bahan

    (Tidak ada, sekolah tidak memiliki alat dan bahan yang diperlukan)

    III. Pengamatan

    1. Objek Utama: Tanah berukuran 10 x 10 cm yang telah lama ditutupi batu

    di tengah lapang rumput.

    2. Objek Pembanding: Tanah berukuran 10 x 10 cm yang terbuka di tengah

    lapang rumput.

    3. Hasil Pengamatan:

    Cuaca: Cerah

    Tanah yang ditutupi batu Tanah yang tidak ditutupi batu

    1. Tidak tersinari cahaya matahari

    2.Basah

    3.Lunak

    4.Tidak mengandung liat

    5. Tidak dihuni semut

    1. Tersinari cahaya matahari

    2. Kering

    3. Keras

    4. Tidak mengandung liat

    5.Dihuni 3 ekor semut

    Keadaan objek sekitarnya Keadaan objek sekitarnya

    1. Tanah di sekitarnya agak basah

    2.Rumput tegak dan hijau.

    1. Tanah di sekitarnya kering

    2.Rumput melengkung dan kekuning-

    kuningan.

    IV. Pembahasan

    Objek Utama:1. Tanah yang ditutupi batu keadaannya basah, sedangkan yang tidak

    ditutupi batu kering. Diduga karena tanah yang ditutupi batu tidak pernah

    dikenai cahaya matahari, sehingga air dalam tanah di bawah batu tidak

    terpanasi cahaya matahari, akibatnya tidak terjadi penguapan air pada

    tanah itu.

    29

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    33/52

    2. Tanah yang ditutupi batu keadaannya lunak, sedangkan yang tidak

    ditutupi batu keras. Diduga karena tanah di bawah batu basah dan tidak

    mengandung liat, sehingga butiran-butiran tanah tidak saling melekat.

    3. Tanah yang ditutupi batu tidak dihuni semut, sedangkan yang tidak

    ditutupi batu dihuni 3 ekor semut. Diduga karena tanahnya basah semut

    tidak menempati tanah di bawah batu.

    Objek Sekitarnya:

    1. Tanah di sekitar tanah yang ditutupi batu agak basah, sedangkan tanah

    disekitar tanah yang tidak ditutupi batu kering. Diduga karena tanah di

    sekitar batu memperoleh air dari tanah di bawah batu. Pada saat

    penguapan terjadi pada tanah di sekitar batu, air dari tanah di bawah

    batu mengalir melalui pori-pori tanah ke tanah di sekitar batu.

    2. Rumput di sekitar tanah yang tertutup batu keadaannya tegak dan hijau,

    sedangkan rumput di sekitar tanah yang tidak ditutupi batu lemas dan

    kekuning-kuningan. Diduga karena tanah dibawah rumput di sekitar

    tanah yang ditutupi batu keadaannya cukup basah, sehingga rumput

    memperoleh air dari tanah yang ditempatinya.

    V. Kesimpulan dan Saran

    a. Kesimpulan

    1. Tanah yang sudah lama ditutupi batu keadaanya basah, lunak, dan tidak

    ditempati semut.

    2. Semut tidak menempati tanah yang basah.3. Tanah yang ditutupi batu dapat menyimpan air.

    4. Rumput pada tanah di sekitar tanah yang ditutupi batu keadaanya segar,

    karena tanah yang ditempatinya memperoleh air dari tanah di bawah

    batu.

    b. Saran

    Sebaiknya di antara tanaman rumput ditutupi batu-batu untuk penyimpanan

    air bagi tanaman, terutama pada musim kemarau.

    30

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    34/52

    VI. Tindak lanjut

    Jika dengan ditutup dengan batu tanah dapat menyimpan air, apakah

    penutupan tanah dengan seresah juga dapat menyimpan air tanah?Jika

    dapat, penutupan tanah dengan seresah dapat digunakan di kebun untuk

    meningkatkan penyimpanan air oleh tanah, terutama pada musim kemarau.

    Oleh karena itu, perlu dilakukan percobaan menutup tanah dengan seresah

    untuk mengetahui sejauhmana, tanah yang ditutupi seresah itu dapat

    menyimpan air.

    31

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    35/52

    BAB IV

    IPA TERPADU DALAM PENGAMATAN TEKNOLOGI DI

    MASYARAKAT

    Pengamatan teknologi di masyarakat merupakan kegiatan pembelajaran

    sains yang meningkatkan kemampuan siswa dalam mengamati dan menjelaskan

    objek dan peristiwa alam dalam proses atau produk teknologi. Kegiatan ini

    merupakan kegiatan pembelajaran siswa dalam sains, bukan pembelajaran siswa

    dalam teknologi.

    Pengamatan teknologi di masyarakat adalah pembelajaran yang

    menghadapkan siswa pada alat-alat yang ada di masyarakat yang merupakan

    produk teknologi. Pembelajaran pengamatan teknologi di masyarakat dapat

    digunakan untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran sains di kelas. Untuk

    tujuan tersebut pengamatan teknologi di masyarakat dilaksanakan di awal

    pembelajaran, sebelum siswa mempelajari konsep sains yang terkandung dalam

    teknologi tersebut. Pembelajaran ini dapat juga dilaksanakan sebagai tugas projek

    untuk melatih siswa menerapkan konsep sains pada masalah real. Produkteknologi di masyarakat tidak sulit ditemukan, karena siswa sendiri tinggal di

    masyarakat. Produk teknologi yang dipelajari siswa dapat berupa alat-alat rumah

    tangga yang biasa dijumpai siswa sehari-hari di rumahnya, yang dijumpai di

    sesuatu tempat, misalnya batu bata dan alat-alat untuk membuatnya, atau produk

    teknologi yang belum ada di tempat siswa, tetapi diperlukan, misalnya alat

    penjernih air.

    4.1 Bahan Pengamatan

    Berbeda dengan pengamatan lingkungan, dalam pengamatan teknologi di

    masyarakat, alat-alat yang merupakan produk teknologi tersebut banyak yang

    dapat dibawa ke kelas untuk dipelajari siswa. Bagi sekolah-sekolah yang tidak

    memiliki alat peraga, alat-alat yang ada di masyarakat dapat digunakan untuk

    mengganti alat peraga.

    32

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    36/52

    Pada pembelajaran ini siswa belajar:

    1. Konstruksi alat

    2. Cara kerja dan fungsi alat

    3. Menentukan objek-objek penting pada alat dan fungsinya.

    4. Menentukan parameter-parameter yang harus dipertimbangkan untuk setiap

    objek tersebut.

    5. Menyusun penafsiran/pembahasan

    4.2 Metode Pengamatan dan Penafsiran

    Pengamatan sains dalam produk teknologi dilakukan dengan

    memperhatikan objek-objek yang mengalami perubahan. Objek-objek ini kita

    sebut sebagai objek pokok. Sedangkan konstruksi, yang merupakan produk

    teknologi kita sebut sebagai objek pengendali. Objek-objek pokok ini gerakan dan

    interaksinya diatur oleh konstruksi objek pengendali (produk teknologi).

    Contohnya pada kompor minyak tanah, konstruksi kompor mengatur pergerakan

    minyak, sumbu kompor, dan udara.

    Gambar 7. Kompor minyak tanah.

    33

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    37/52

    Minyak tanah

    Sumbu kompor

    Lubang udara

    Dinding

    berluban

    Dinding tengah

    berlubang Ruang api

    Gambar 8. Konstruksi kompor minyak tanah.

    Minyak tanah di dalam tangki minyak merambat naik dalam sumbu

    kompor, kemudian terbakar di ujung atas sumbu. Pembakaran ini melibatkan

    oksigen yang terdapat di udara. Dalam contoh ini sains membahas properti

    minyak sebagai bahan bakar, perambatannya dalam sumbu kompor sebagai

    pergerakan zat cair pada pori-pori sumbu, dan terjadinya api sebagai interaksi

    antara minyak tanah dan oksigen dari udara dalam suhu yang tinggi. Konstruksi

    kompor, seperti lebar ruang antara dinding kompor luar dan dalam, dan jumlah

    serta ukuran lubang-lubang pada dinding kompor yang mengelilingi api,

    mengendalikan pergerakan dan banyaknya udara dari luar ke dalam kompor yang

    menyebabkan nyala api muncul pada bagian atas kompor, lebih tinggi daripada

    ujung sumbu, dengan warna yang kebiru-biruan. Semua objek dan peristiwa

    tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan parameter dan prinsip atau teori

    sains. Contoh ini mengilustrasikan mengenai apa yang harus diamati dan

    ditafsirkan dalam mempelajari sains dalam produk teknologi.

    Umumnya pola interaksi objek dalam produk teknologi merupakan

    interaksi kombinasi yang merupakan gabungan antara interaksi terpusat dan

    interaksi berantai. Karena itu setiap bagian produk teknologi akan memiliki

    hubungan dengan bagian-bagian lain produk itu. Seperti pada pengamatan

    lingkungan, pengamatan interaksi berantai dimulai dari objek yang menjadi

    34

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    38/52

    sumber perubahan (yang diperlakukan), lalu dilanjutkan pada objek-objek yang

    lain dalam suatu rantai interaksi.

    Dalam pengamatan produk teknologi siswa berlatih mengamati dan

    menafsirkan objek dan parameternya secara berurutan seperti berikut ini.

    1. Mengamati konstruksi keseluruhan, bagian-bagian, dan sambungannya dalam

    produk teknologi yang akan diamati. Siswa perlu mengetahui penampang

    bagian dalam produk teknologi.

    2. Membagi konstruksi objek keseluruhan kedalam bagian-bagian pengamatan.

    3. Menentukan objek-objek pokok (objek-objek dalam konstruksi yang

    melakukan perubahan) yang perlu dibahas pada setiap bagian pengamatan.

    4. Mengamati objek-objek pokok dan pergerakannya pada setiap bagian, serta

    komponen-komponen konstruksi yang mengendalikannya.

    5. Menentukan parameter dan prinsip atau teori pada objek pokok pada setiap

    bagian pengamatan.

    6. Menafsirkan objek dan peristiwa pada setiap bagian pengamatan dengan

    menggunakan parameter dan prinsip yang berlaku pada perubahan objek di

    setiap bagian pengamatan itu. Penafsiran dilakukan secara berurutan dari satu

    bagian pengamatan ke bagian pengamatan yang selanjutnya secara

    berurutan.

    4.3 Pelaksanaan Pengamatan Teknologi di Masyarakat

    1. Di masyarakat banyak produk teknologi yang dapat diamati untuk dipelajari,

    tetapi siswa tidak dapat mempelajari objek yang konsep-konsepnya di luar

    jangkauan pemikirannya. Sesuaikan produk yang akan dipelajari siswa dengan

    konsep-konsep yang dipelajari siswa di sekolah.

    2. Setiap objek yang bersinggungan akan berinteraksi timbal-balik (saling

    menimbulkan akibat, saling mempengaruhi). Karena itu, siswa harus

    menentukan objek-objek yang akan dipelajari dan objek-objek di sekitarnya

    yang bersinggungan dengan objek tersebut untuk dipelajari pengaruhnya.

    Pengaruh dari objek-objek yang dipelajari siswa diperoleh dari besar

    parameter-parameter dari kedua objek itu yang saling mempengaruhi. Oleh

    35

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    39/52

    karena itu, yang diamati/diukur atau ditaksir adalah besar parameter-parameter

    yang diperlukan dari objek-objek tersebut.

    3. Penjelasan ilmiah dilakukan dengan menggunakan parameter. Karena itu,

    siswa harus menjelaskan hasil pengamatannya dengan menggunakan konsep

    dan parameter yang diperolehnya dari hasil pengamatannya itu.

    4. Parameter-parameter yang diamati sebaiknya diukur, agar mendekati

    kepastian. Jika tidak ada alat ukur gunakan taksiran (perkiraan).

    4.4 Tahap-tahap Pembelajaran Pengamatan Teknologi di Masyarakat

    4.4.1. Pembelajaran Pengamatan Teknologi Sebagai Motivator

    Tahap-tahap pembelajarannya sebagai berikut.

    a. Tahap Pengamatan dan Pengajuan Masalah. Pada tahap ini guru meminta

    siswa mengidentifikasi bagian-bagian alat dan parameternya. Misalnya tangki

    kompor minyak tanah dengan masalahnya sebagai berikut. Mengapa bagian

    dalam tangki dipasangi pipa yang menghubungkan bagian dalam kompor

    dengan udara luar? Mengapa sumbu kompor dipilih yang jenis bahan dan

    konstruksinya seperti yang teramati oleh siswa? Mengapa dinding kompor

    dibuat berlubang-lubang?

    b. Tahap Pengkajian Konsep. Pada tahap ini siswa secara berkelompok diminta

    mempelajari konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah yang diajukan

    guru. Setiap kelompok siswa dapat diberi tugas mempelajari konsep yang

    berbeda. Misalnya kelompok 1 dan 2 mempelajari gas yang berkaitan dengan

    pemuaian dan tekanan gas untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru

    mengenai pipa dalam tangki minyak tanah. Kelompok 3 dan 4 mempelajari

    konsep pipa kapiler untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru mengenai

    sumbu minyak tanah. Masing-masing kelompok 5 dan 6 mempelajari

    pembakaran dan aliran udara, serta menjawab pertanyaan yang diajukan guru

    mengenai lubang udara pada dinding kompor.

    c. Tahap Presentasi dan Diskusi. Pada tahap ini setiap kelompok siswa secara

    bergiliran presentasi dan diskusi menjelaskan konsep yang baru dipelajarinya

    dan menjawab pertanyaan yang telah diajukan guru. Kelompok yang tidak

    36

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    40/52

    mempelajari konsep yang sama diwajibkan menanggapi atau mengajukan

    pertanyaan. Kelompok yang mempelajari konsep yang sama diwajibkan

    membantu kelompok yang presentasi

    4.4.2. Pembelajaran Pengamatan Teknologi Sebagai Tugas Projek

    Tahap-tahap pembelajarannya sebagai berikut.

    a. Tahap Penjelasan dan Pemberian Tugas. Pada tahap ini guru menjelaskan

    cara-cara melakukan dan mengisi format pengamatan produk teknologi.

    Selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, setiap kelompok

    tidak lebih dari 4 orang. Setiap kelompok siswa diberi tugas untuk mengamati

    1 (satu) objek utama yang dicarinya sendiri atau ditetapkan guru dengan

    menggunakan format Pengamatan Produk Teknologi.

    b. Tahap pelaksanaan pengamatan. Tahap ini tampaknya tidak memerlukan

    waktu yang lama. Jika tidak ada alat siswa dapat menggunakan taksiran-

    taksiran untuk memperoleh data hasil pengamatan. Dengan melakukan

    taksiran-taksiran, pengamatan produk teknologi hanya memerlukan waktu

    antara 30 sampai 45 menit. Jika menggunakan alat-alat ukur memerlukan

    waktu yang lebih lama.

    c. Tahap pembahasan. Siswa dalam kelompoknya menyusun pembahasan dari

    hasil pengamatan yang telah dicatatnya.

    d. Tahap presentasi dan diskusi. Pada tahap ini setiap kelompok siswa

    mempresentasikan hasil pengamatannya dan mendiskusikannya. Pada saat 1

    (satu) kelompok presentasi, 3 (tiga) kelompok yang lain memberikan

    tanggapan. Jika waktu tidak mencukupi, presentasi ditiadakan dan guru

    memeriksa dan mengomentari hasil pengamatan lingkungan dan

    pembahasannya dari setiap kelompok.

    37

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    41/52

    4.5 Format Pengamatan Teknologi di Masyarakat

    A. Format

    JUDUL

    Nama: 1. .............................................................................................................

    2. ..............................................................................................................

    3. ..............................................................................................................

    Kelas/Semester: ....................................................................................................

    Sekolah: .................................................................................................................

    Lokasi dan Tanggal Pengamatan:

    Lokasi: .............................................................................................................

    Tanggal: ...........................................................................................................

    Konstruksi dan Cara Kerja

    1. Konstruksi Alat

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    2. Kegunaan dan Cara Mengunakan Alat

    a. Kegunaan Alat

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    b. Cara Menggunakan Alat

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    38

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    42/52

    Bagian Alat dan Cara Kerja Alat

    1. Bagian Alat

    Bagian Objek Parameter

    2. Cara Kerja Alat

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    Pembahasan

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    Kesimpulan dan Saran

    1. Kesimpulan:

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    2. Saran:

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    Tindak Lanjut

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    ..............................................................................................................................

    39

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    43/52

    B. Pengisian Format

    Judul: diisi dengan judul kegiatan siswa.

    Nama: diisi dengan nama siswa yang melakukan pengamatan.

    Kelas/Semester: diisi dengan kelas dan semester saat siswa melakukan

    pengamatan.

    Sekolah: diisi dengan nama sekolah siswa.

    Lokasi dan Tanggal Pengamatan

    Lokasi: diisi dengan nama desa/kelurahan yang masyarakatnya menggunakan

    alat yang sedang diamati.

    Tanggal: diisi dengan tanggal waktu pengamatan dilaksanakan.

    Konstruksi Alat

    1.

    Konstruksi Alat

    diisi dengan gambar (skets) bagian dalam alat.

    2.

    Penggunaan dan Cara Kerja Alat

    a. Penggunaan Alat: diisi dengan cara menggunakan alat, misalnya caramenggunakan alat untuk memasak.

    b. Cara Kerja Alat: diisi dengan cara kerja alat dari hasil pengamatan.

    Bagian dan Cara Kerja Alat

    Bagian Alat: diisi dengan bagian/komponen alat yang penting untuk dibahas.

    Objek diisi dengan objek-objek yang terdapat pada setiap bagian alat.

    Parameter: diisi dengan parameter bagian alat tersebut yang terkait dengan cara

    kerja alat.

    Cara Kerja Alat diisi dengan cara kerja alat dari hasil pengamatan.

    Pembahasan

    Diisi dengan pembahasan (penafsiran) bagian alat dan cara kerjanya yang

    dijelaskan dengan menggunakan parameter-parameter. Setiap bagian alat yang

    dituliskan dalam matriks Objek dan Parameter Penting dibahas satu persatu

    40

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    44/52

    dari segi konstruksi, cara kerja berdasarkan tinjauan parameter, fungsi, dan

    pertimbangan (perhitungan) besar parameter.

    Kesimpulan dan Saran

    1. Kesimpulan

    Diisi dengan kesimpulan dari hasil pembahasan.

    2. Saran

    Diisi dengan saran-saran yang diperlukan dalam penggunaan alat.

    Tindak Lanjut

    Diisi dengan tindak lanjut yang diperlukan setelah pengamatan.

    3. Contoh Pengisian Format

    KONSTRUKSI KOMPOR MINYAK TANAH

    Nama: 1.Maya

    2. Yama

    3. Maryam

    Kelas/Semester: IX/2

    Sekolah: SMP Sagalawenang

    Lokasi dan Tanggal Pengamatan:

    Lokasi:Desa Sagalawenang Kabupaten Bangaden

    Tanggal: 5 Agustus 2005

    Konstruksi dan Cara Kerja

    41

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    45/52

    1. Konstruksi Alat

    Minyak tanah

    Sumbu kompor

    Lubang udara

    Dinding

    berlubang

    Dinding tengahberlubang

    Ruang api

    Gambar 9. Konstruksi kompor minyak tanah.

    2. Kegunaan dan Cara Menggunakan Alat

    a. Kegunaan Alat

    Kompor minyak tanah digunakan sebagai pemanas untuk menggoreng,

    menanak nasi, mendidihkan air, dan sebagainya.

    b. Cara Menggunakan Alat

    1) Katup tangki minyak dibuka, lalu diisi dengan minyak tanah.

    2) Bagian yang berisi sumbu ditutupkan pada tangki minyak, kemudian

    sumbu dibakar.

    3) Dinding kompor penutup sumbu dipasang.

    42

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    46/52

    Bagian Alat dan Cara Kerjanya

    1. Bagian Alat

    Bagian Objek Parameter

    Minyak tanah Volume dalam liter

    Udara di atas minyak Tekanan udara

    Tangki

    minyak

    Pipa udara dalam tangki Tinggi dan diameter

    Sumbu kompor Kemudahan terbakar (titik

    nyala) dan kapasitas

    penyerapan minyak.

    Ruang api (ruang udara pada

    ujung atas sumbu kompor)

    Lebar dan tinggi

    Ruang

    Pembakaran

    Lubang udara pada dindingkompor

    Diameter

    2. Cara Kerja Alat

    Setelah sumbu kompor dinyalakan, warna api mula-mula merah dan berada

    tepat pada ujung atas sumbu kompor. Setelah beberapa saat api naik dan

    menyala di atas ruang sumbu dengan nyala api berwarna biru. Jika ujung

    atas sumbu kompor dipenuhi arang, nyala api berwarna merah.

    Pembahasan

    1. Tangki Minyak:

    a.Minyak tanah berfungsi sebagai sumber energi. Minyak tanah dari tangki

    meresap naik di dalam sumbu kompor, karena sumbu kompor berpori-pori

    (prinsip kapilaritas). Volume minyak tanah yang mengisi kompor dibatasi

    oleh volume ruang dalam tangki yang dapat diisi oleh minyak tanah.

    b.

    Kalor dari api berpindah sampi ke udara di atas minyak tanah. Karena

    suhunya naik, tekanan udara di dalam tangki naik (Hukum Boyle-Gay

    Lussac). Tekanan yang tinggi oleh udara ini dapat menyebabkan kompor

    meledak.

    c. Pipa udara di dalam tangki minyak tanah berguna untuk mengeluarkan

    udara yang mengembang di dalam tangki, sehingga tekanan udara di dalam

    tangki berkurang besarnya (hukum Boyle). Jadi, pipa udara berfungsi untuk

    mengurangi tekanan udara. Tinggi pipa udara disesuaikan dengan tinggi

    43

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    47/52

    ruang dalam tangki dan membatasi volume minyak tanah yang diisikan

    dalam tangki. Diameter pipa disesuaikan dengan banyaknya udara bebas

    yang dapat keluar-masuk.

    2. Ruang Pembakaran:

    a. Sumbu kompor dipilih yang terbuat dari bahan mudah terbakar dan

    berpori-pori, agar dapat menyerap minyak tanah, sehingga sumbu kompor

    dapat terbakar lama. Ujung atas sumbu kompor tidak mudah habis

    terbakar, karena bahan bakar minyak terus menerus mengisi ujung atas

    sumbu tersebut.

    b. Ruang api di atas sumbu kompor dibuat sempit, agar nyala api naik ke

    atas kompor.

    c. Lubang udara pada dinding kompor diperlukan untuk mengalirkan udara

    dari luar ke dalam kompor untuk menyediakan oksigen yang diperlukan

    untuk pembakaran. Udara dari luar kompor masuk melalui lubang-lubang

    itu, dan menyediakan oksigen, sehingga pembakaran dapat berlangsung

    terus. Banyaknya lubang pada dinding kompor menentukan banyaknya

    udara yang masuk ke dalam ruang api. Diamater lubangnya menentukan

    kecepatan udara yang masuk dalam ruang api (hukum Bernoulli). Makin

    kecil lubang, makin tinggi kecepatan udara yang masuk dalam ruang api.

    Karena udara dalam ruang api bergerak cepat, uap minyak pada ujung

    atas sumbu kompor mengalir cepat dan terbakar di ujung atas ruang api.

    Karena yang terbakar adalah uap minyak yang bergerak cepat dan

    dengan udara yang lebih banyak, pembakaran terjadi lebih sempurna,

    sehingga nyala api berwarna biru.

    44

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    48/52

    Kesimpulan dan Saran

    1. Kesimpulan:

    a. Pembakaran sumbu kompor dapat berlangsung lama, karena yang banyak

    terbakar pada sumbu kompor adalah minyak tanah.

    b. Tekanan udara di atas minyak tanah dalam tangki minyak dikurangi

    dengan membuat pipa udara yang menghubungkan udara dalam tangki

    dengan udara bebas di luar.

    c. Udara yang diperlukan untuk pembakaran dialirkan melalui lubang-

    lubang pada dinding kompor.

    2. Saran:

    Untuk keamanan penggunaan kompor, jika akan menggunakan kompor

    pilihlah yang memiliki pipa udara di dalam tangki minyaknya.

    II. Tindak Lanjut

    Perlu dikembangkan konstruksi kompor yang aman dan awet dalam

    penggunaan minyak tanahnya.

    45

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    49/52

    BABV

    RANGKUMAN

    1. IPA dasar merupakan ilmu yang digunakan untuk mempelajari cara alam

    bekerja, IPA terapan menggunakan konsep-konsep IPA dasar untuk

    mengendalikan cara alam bekerja, sedangkan teknologi menggunakan konsep-

    konsep IPA dasar dan terapan untuk membuat konstruksi atau sesuatu produk

    untuk mengendalikan cara alam bekerja.

    2. Dalam kegiatan pembelajaran IPA dasar perlu diperhatikan syarat-syarat

    keberlakuan konsep-konsep IPA dasar, agar konsep-konsep itu dapat

    diterapkan dengan tepat.

    3. Berikan contoh yang menunjukkan bahwa IPBA merupakan ilmu yang

    memadukan konsep-konsep fisika, kimia, dan biologi.

    4. Dalam pembelajaran IPA terpadu yang menjadi pusat bahan ajar (yang

    dipelajari siswa) bukan konsep atau prinsip, melainkan objek dan fenomena

    alam.

    5. Pembelajaran di lingkungan merupakan pembelajaran yang menerapkan

    konsep-konsep IPA secara realistis.

    6. Dalam pembelajaran di lingkungan ada 2 jenis interaksi yang dapat dipelajari

    siswa, yaitu interaksi terpusat dan interaksi berantai. Dalam interaksi terpusat

    siswa mempelajari interaksi suatu objek dengan objek-objek lain yang ada di

    sekitarnya, sedangkan dalam interaksi berantai siswa mempelajari interaksi

    yang berkesinambungan dari 2 objek pertama ke 2 objek yang berikutnya.

    7. Setiap objek yang bersinggungan akan berinteraksi timbal-balik (saling

    menimbulkan akibat, saling mempengaruhi). Karena itu, siswa harus

    menentukan 1 (satu) objek utama yang akan dipelajari dan objek-objek di

    sekitarnya yang bersinggungan dengan objek utama untuk dipelajari

    pengaruhnya. Pengaruh dari objek-objek yang dipelajari siswa diperoleh dari

    besar variabel-variabel dari kedua objek itu yang saling mempengaruhi. Oleh

    karena itu, yang diamati/diukur atau ditaksir adalah besar variabel-variabel

    yang diperlukan dari objek-objek tersebut.

    46

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    50/52

    8. Penjelasan ilmiah dilakukan dengan menggunakan parameter. Karena itu,

    siswa harus menjelaskan hasil pengamatannya dengan menggunakan

    parameter-parameter yang diperolehnya dari hasil pengamatannya itu.

    9. Siswa perlu dilatih dalam menyusun pembahasan dengan berprinsip pada.

    a. Rinci : Pembahasan dibagi dalam beberapa nomor pembahasan. Setiap

    nomor pembahasan hanya merupakan penjelasan mengenai

    pengaruh 1 variabel objek terhadap 1 (satu) variabel objek yang

    lain atau sebaliknya.

    b. Lengkap: Setiap pembahasan harus mengandung unsur-unsur: kondisi dan

    interaksi (interaksi antara apa dengan apa? dan kapan interaksi

    itu terjadi?); proses interaksi; hasil interaksi (peristiwa yang

    ditimbulkan atau perubahan yang terjadi, atau sesuatu yang

    dihasilkan dari interaksi itu).

    c. Ilmiah: Setiap pembahasan dijelaskan dengan menggunakan parameter dan

    konsep-konsep sains yang berlaku untuk objek dan peristiwa dari

    data yang diukur.

    10.Pembelejaran teknologi di masyarakat merupakan pembelajaran IPA terpadu,

    karena dalam teknologi konsep-konsep fisika, kimia, dan biologi terpadu

    dalam objek dan fenomena yang dikendalikan oleh teknologi tersebut.

    47

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    51/52

    BAB VI

    EVALUASI

    1. Digunakan untuk mempelajari apa, IPA itu?

    2. Konsep IPA dasar berbeda dengan konsep IPA terapan, di mana letak

    perbedaannya?

    3. Dapatkah konsep-konsep IPA digunakan siswa dalam mempelajari teknologi?

    Jelaskan.

    4. Dapatkah siswa mempelajari konsep-konsep fisika, kimia, dan biologi secara

    terpadu sekaligus? Jelaskan.

    5. Dari segi apa konsep-konsep IPA dapat dipadukan?

    6. Bagaimana bentuk keterpaduan konsep-konsep IPA dari fisika, kimia, dan

    biologi?

    7. Apa yang harus menjadi bahan ajar dalam pembelajaran IPA terpadu?

    8. Apa yang menyebabkan pembelajaran IPA di lingkungan dapat memadukan

    konsep-konsep IPA dalam suatu penjelasan ilmiah?

    9. Bagimana memadukan konsep-konsep fisika, kimia, dan biologi dalam

    fenomena yang terbentuk dari interaksi berantai?

    10.Berilah contoh suatu objek dan fenomena yang memadukan konsep-konsep

    fisika, kimia, dan biologi?

    48

  • 7/21/2019 IPAterpadu.pdf

    52/52

    DAFTAR PUSTAKA

    Alonso, Marcelo & Finn, Edward J. 1980. Physics. Massachusetts: Addison-

    Wesley Publishing Company.

    Amor, Adlai J., Icamina, Paul M., dan Laing, Mack. 1988. Wartawan dan

    Penulisan IPA (Terjemahan: S. Maimun). Jakarta: Yayasan Obor

    Indonesia.

    Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

    Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

    Berg, Henk Van Den. 2001. Facilitating Scientific Method. Community IPM. Sri

    Lanka: FAO Programme for Community IPM in Asia.

    http://www.communityipm.org/docs/Facilitating%20Scientific%20

    Method%20rev%20Nov%202001.doc

    Diakses: 30 Agustus 2005.

    Carin, Arthur A. & Sund, Robert B. 1985. Teaching Science Through Discovery.

    Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company.

    Davis, Mackenzie L., Cornwell, David A. 1991. Introduction to Environmental

    Engineering. New York: McGraww-Hill, Inc.

    Monk, Martin & Osborne, Jonathan. 2000. Good Practice in Science Teaching ,

    What research has to say. Philadelphia: Open University Press.

    Osborne, Roger & Freyberg, Peter. 1985. Learning in Science. Auckland:

    Heineman.

    Soemarwoto, Otto. 2001.Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:

    Penerbit Jambatan.

    Solomon, Joan. 1992. Science and Technology in Society, What is Technology?.

    Harfield: The Association for Science Education, College Lane.

    Trowbridge, Leslie W., Bybee, Rodger W., & Sund, Robert B. 1973. Becoming a

    Secondary School Science Teacher. Ohio: Charles E. Merrill

    Publishing Company.

    Wellington, Jerry. 1989. Skills and Processes in Science Education. London:

    Routledge.

    White, Barbara Y., & Frederiksen, John R. 2000. Metacognitive facilitation: An

    approach to making scientific inquiry accessible to all.

    ThinkerTools project

    http://thinkertools.soe.berkeley.edu/Pages/paper.html. Diakses

    tanggal 24 April 2006.