IODOMETRI
-
Upload
imelda-gisela-prima-paskhalien -
Category
Documents
-
view
100 -
download
3
description
Transcript of IODOMETRI
1. DESKRIPSI ACARA
Praktikum “Iodometri” ini dilakasanakan pada hari Kamis, 15 Oktober 2009 dan
dimulai pukul 14.30. Praktikum ini dibimbing oleh dua asisten dosen yaitu Jurita
Permatasari dan Christina Vania Utami. Sebelum dilaksanakan praktikum, diadakan
kuis berbentuk isian dan berjumlah 10 nomor. Praktikum ini bertujuan agar praktikan
dapat menentukan kadar vitamin C dengan tepat. Dalam praktikum ini sampel yang
dicari kadar vitamin C-nya adalah Nutrisari rasa Florida Orange.
1
2. TUJUAN PRAKTIKUM
Menentukan kadar vitamin C pada sampel (Nutrisari rasa Florida Orange).
2
3. MATERI METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet ukur, pompa pilleus, timbangan
analitik, gelas arloji, labu takar, erlenmeyer, pipet tetes, buret, statif, dan corong.
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel (nutrisari rasa Floroda
Orange), aquadestilata, I2, Na2S2O3 0,05 N, amilum.
3.1. Metode
Sample nutrisari ditimbang sebanyak dua gram dalam gelas arloji pada timbangan
analitik kemudian dimasukkan ke dalam labu takar dan dilarutkan dengan aquades
hingga volume 100 ml. Kemudian dari larutan sample nutrisari tersebut diambil 10 ml
dengan menggunakan pipet volume dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
Selanjutnya ditambah dengan iodin sebanyak 10 ml. Lalu larutan itu ditetesi dengan
indikator amilum atau pati sebanyak 3 tetes. Setelah itu larutan dititrasi dengan Na2S2O3
0,05 N sampai titik akhir titrasi, yaitu menjadi warna orange kekuningan. Menghitung
kadar vitamin C yang telah dititrasi.
3
4. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan masing-masing kelompok tentang penetapan kadar vitamin C
menggunakan iodimetri dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penetapan Kadar Vitamin C Menggunakan Iodimetri
Kelompok Vol. Na2S2O3 (ml) Perubahan Warna Kadar (%)A1 2,5 ml hitam menjadi orange 5,5 %A2 2 ml hitam menjadi orange 4,4%A3 - - -A4 2 ml hitam menjadi orange 4,4 %A5 4,2 ml hitam menjadi orange 9,24 %A6A7A8A9A10A11
2 ml2,9 ml2,15 ml1,5 ml2 ml3 ml
hitam menjadi orangehitam menjadi orangehitam menjadi orangehitam menjadi orangehitam menjadi orangehitam menjadi orange
4,4 %6,38 %4,73 %3,3 %4,4 %6,6 %
Keterangan: Vol. = volume - = kosong
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa volume Na2S2O3 yang yang dibutuhkan oleh kelompok
A1 agar larutan mengalami perubahan warna dari hitam menjadi orange adalah 2,5 ml,
sehingga kadar vitamin C yang didapat adalah sebesar 5,5 %. Pada kelompok A2, A4,
A6, A10, data yang didapat sama yaitu volume Na2S2O3 yang dibutuhkan agar larutan
mengalami perubahan warna dari hitam menjadi orange adalah 2 ml, sehingga kadar
vitamin C yang didapat adalah sebesar 4,4 %. Pada kelompok A5, dibutuhkan Na2S2O3
sebanyak 4,2 ml agar warna larutan berubah dari hitam menjadi orange, dan kadar
vitamin C yang didapat adalah sebesar 9,24 %. Pada kelompok A7, dibutuhkan Na2S2O3
sebanyak 2,9 ml agar warna larutan berubah dari hitam menjadi orange, dan kadar
vitamin C yang didapat adalah sebesar 6,38 %. Pada kelompok A8, dibutuhkan Na2S2O3
sebanyak 2,15 ml agar warna larutan berubah dari hitam menjadi orange, dan kadar
vitamin C yang didapat adalah sebesar 4,73 %. Pada kelompok A9, dibutuhkan Na2S2O3
sebanyak 1,5 ml agar warna larutan berubah dari hitam menjadi orange, dan kadar
vitamin C yang didapat adalah sebesar 3,3 %. Dan pada kelompok A11, dibutuhkan
Na2S2O3 sebanyak 3 ml agar warna larutan berubah dari hitam menjadi orange, dan
kadar vitamin C yang didapat adalah sebesar 6,6 %.
4
5. PEMBAHASAN
Pada percobaan yang dilakukan, praktikan menggunakan nutrisari rasa florida orange
sebagai sampel vitamin C. Menurut Andarwulan & Sutrisno (1992), vitamin C
berbentuk kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau, mencair pada suhu 190oC – 192oC,
bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Vitamin C mempunyai rumus empiris
C6H8O6 dalam bentuk murni. Metode yang digunakan dalam penentuan kadar Vitamin C
adalah metode kimia dengan cara titrasi menggunakan Iodin. Metode iodimetri yang
digunakan pada percobaan ini merupakan metode iodimetri langsung. Metode ini
disebut langsung karena bahan yang diuji (nutrisari rasa florida orange) langsung
direaksikan dengan larutan standar I2 (Daintith, 1992).
Iodimetri adalah penetapan kadar reduktor dalam larutan dengan jalan direaksikan
dengan larutan I2 sebagai zat pengoksidasi. Kelebihan I2 akan bereaksi dengan indikator
amilum membentuk warna biru. Selain I2, chloroform juga dapat digunakan sebagai
indikator, dimana bila berada dalam iodium akan berwarna violet dan jika iodium telah
habis maka lapisan chloroform tidak berwarna (Daintith, 1992). Selain itu vitamin C
mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, dan tidak larut dalam benzena, eter,
chloroform, dan minyak. Walau vitamin C stabil dalam bentuk kristal, tapi mudah rusak
jika berada dalam dalam bentuk larutan, terdapat pada udara, terdapat pada logam Cu,
Fe, dan mendapat sinar matahari (Andarwulan & Sutrisno, 1992). Oleh karena itu
praktikan menggunakan vitamin C, sebab vitamin C merupakan reduktor kuat dan
iodimetri berfungsi untuk menentukan kadar reduktor dalam larutan.
Percobaan ini dilakukan pertama-tama dengan melarutkan 2 gram nutrisari rasa florida
orange ke dalam 100 ml aquadestilata di dalam labu takar. Dengan demikian, dengan
larutnya Nutrisari dalam aquadestilata, berarti vitamin C dalam Nutrisari juga ikut larut
dalam aquadestilata tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Andarwulan & Sutrisno,
(1992), yaitu bahwa sifat vitamin C sangat mudah larut dalam air. Percobaan
dilanjutkan dengan menitrasi larutan nutrisari yang telah dicampur 10 ml I2 dan 3 tetes
indikator amilum dengan Na2S2O3. Warna larutan nutrisari yang telah dicampur dengan
10 ml I2 yang mula-mula coklat tua berubah menjadi hitam setelah ditetesi dengan
indikator amilum. Seharusnya warna yang dihasilkan setelah ditetesi indikator amilum
5
adalah biru tua, tetapi karena warna biru yang terlalu pekat membuat warna larutan
tampak gelap dan hitam. Menurut Chang (1991), indikator yang digunakan dalam
iodimetri adalah amilum. Amilum mengalami perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi berwarna biru bila direaksikan dengan I2. Setelah dititrasi, larutan yang tadinya
berwarna hitam tersebut berubah warna menjadi orange (orange kekuningan) kembali.
Hal ini terjadi karena adanya penambahan Na2S2O3 pada saat titrasi dan iod (I2) dalam
larutan tersebut terbebaskan hingga habis, sehingga amilum sudah tidak dapat bereaksi
dengan iod lagi (Mills, 1981).
Sesuai dengan pendapat Day & Underwood (1992), reaksi yang terjadi dalam titrasi ini
adalah sebagai berikut:
C6H8O6 (s) + I2 (l) C6H6O6 (l) + 2H+(l) +2I-
(l)
Iod yang dihasilkan dalam reaksi ini kemudian digunakan untuk berlangsungnya reaksi
selanjutnya, yaitu sesuai dengan yang dikatakan Petrucci & Suminar (1989 ), I–(aq)
berlebih ditambahkan pada pereaksi pengoksidasi dan kemudian I2 yang dilepas dititrasi
dengan Natrium Tiosulfat sesuai dengan reaksi yang ditulis Chang (1991):
2 Na2S2O3 (l) + I2 (l) NaI (l) + Na2S4O6 (l)
Dengan demikian, I2 di dalam larutan telah habis bereaksi seluruhnya, sehingga
senyawa kompleks pati Iodin yang terbentuk dalam reaksi sebelumnya juga hilang
Dengan hilangnya senyawa kompleks pati Iodin, warna biru tua yang ditimbulkan
akibat senyawa tersebut juga ikut menghilang. Di sinilah titik akhir titrasi tercapai
(Petrucci & Suminar, 1989 ).
Penentuan kadar vitamin C dihitung dengan rumus persen berat, hal ini sesuai dengan
Harjadi ( 1993 ). Hasil percobaan tiap-tiap kelompok tida sama. Persamaan terjadi pada
kelompok 2, 4, 6, dan 10. Kadar vitamin C berdasarkan hasil percobaan kelompok
tersebut adalah sebesar 4,4 %. Pada kelompok 1 kadar vitamin C 5,5 %, kadar vitamin
C pada kelompok 5 9,24 %, kadar vitamin C pada kelompok 7 adalah 6,38 %, kadar
vitamin C pada kelompok 6 adalah 4,73 %, adar vitamin C pada kelompok 9 adalah 3,3
%, dan kadar vitamin C pada kelompok 11 adalah 6,6 %. Jadi range kadar vitamin C
6
pada kelompok A adalah 3,3% - 9,24% Perbedaan yang cukup jauh ini dapat terjadi
karena asam skorbat sangat sensitif terhadap pengaruh luar yang dapat menyebabkan
kerusakan seperti suhu, konsentrasi gula, dan garam, pH, oksigen, enzim, katalisator,
logam, konsentrasi awal, dan rasio antara asam askorbat dengan dehidro asam askorbat.
Dengan demikian, salah perlakuan sedikit saja terhadap sampel (Nutrisari) dapat
menimbulkan kerusakan pada Vitamin C itu sendiri. Misalnya saja larutan sampel yang
tidak ditutup atau dibiarkan terbuka dapat mengakibatkan Vitamin C terdegradasi oleh
adanya oksigen, terutama melalui mono anionnya (HA-) menjadi dehidro asam askorbat
(A) dan hydrogen peroksida, di mana hidrogenperoksida dapat menyebabkan terjadinya
autooksidasi.
Selain itu, berdasarkan pendapat Andarwulan & Sutrisno (1992), penentuan kadar
Vitamin C dengan titrasi menggunakan larutan Iodin tidak efektif, sebab dalam bahan
pangan yang diukur kandungan Vitamin C nya (Nutrisari) terdapat komponen lain
selain Vitamin C yang juga bersifat pereduksi yang juga mempunyai warna titik akhir
titrasi yang sama dengan titik akhir titrasi asam Askorbat dengan Iodin. Lagipula 0,01 N
Iodin sangat tidak efektif untuk mengukur kandungan asam askorbat dalam bahan
pangan karena terdapat komponen selain vitamin C yang bersifat mereduksi, jadi sangat
mungkin terjadi kesalahan dalam pengukuran kadar vitamin C tersebut
Hasil dari tiap kelompok ini bila dirata-rata menghasilkan angka 5,335 % untuk kadar
vitamin C di dalam sampel nutrisari ini. Hal ini berbeda dengan yang tertulis pada
kemasan, yang menulisan kadar vitamin C-nya 100 %. Bila sampel yang diambil hanya
2 gram sedangkan per sachet berisi 14 gram, berarti kadar vitamin C yang seharusnya
adalah 14,28 %. Hal ini bisa saja terjadi karena kesalahan praktikan dalam menentukan
kadar vitamin C maupun karena memang yang tertulis dalam kemasan merupakan
promosi. Kesalahan-kesalahan yang terjadi seperti ketidaktelitian praktikan dalam
pembuatan larutan nutrisari. Penambahan 100 ml aquades tidak pas. Kesalahan kedua
yang sangat mungkin terjadi adalah kesalahan pada saat menitrasi. Larutan tidak
berhenti dititrasi tepat pada titik akhir titrasi. Sehingga warna yang dihasilkan terlalu
muda. Seharusnya titrasi dihentikan tepat saat larutan berubah warna dari biru tua
menjadi orange kembali. Hal ini disebabkan karena ketidaktelitian praktikan saat
7
melakukan titrasi. Terlebih lagi, percobaan ini hanya dilakukan sekali tanpa adanya
pengulangan. Hal ini yang semakin memeperbesar terjadinya kesalahan. Kesalahan
paling akhir yang bisa terjadi adalah kesalahan dalam pembacaan skala buret. Sehingga
hasil yang didapatkan salah.
8
6. KESIMPULAN
Vitamin C berbentuk kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau, mencair pada suhu
190oC – 192oC, bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam.
Iodimetri adalah penetapan kadar reduktor dalam larutan dengan jalan direaksikan
dengan larutan I2 sebagai zat pengoksidasi.
Metode iodimetri yang digunakan pada percobaan ini merupakan metode iodimetri
langsung.
Analisa iodimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam suatu
minuman serbuk.
I2 ketika bereaksi dengan indikator amilum akan membentuk warna biru, sedangkan
kloroform akan membentuk warna violet.
Titik akhir titrasi ditetapkan dengan adanya penambahan iodine dan menambahkan
larutan amilum sebagai indikator.
Kelebihan I2 pada iodimetri akan bereaksi dengan indikator amilum dan
membentuk warna biru.
Perubahan warna pada proses iodimetri menunjukkan titik akhir titrasi.
Kadar vitamin C dicari menggunakan perbandingan berat (gram) zat yang diuji
dibagi dengan berat zat secara total dikalikan dengan seratus persen.
Rata-rata kadar vitamin C dalam Nutrisari rasa Florida Orange pada percobaan ini
5,335 %
Semarang, 18 Oktober 2009 Asisten Dosen:
1. Jurita Permatasari
2. Christina Vania Utami
Clarita Monalize
09.70.0050
9
7. DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N & Sutrisno K. ( 1992 ). Kimia Vitamin. C.V. Rajawali. Jakarta.
Chang, R. ( 1991 ).Chemistry fourth edition. Mc Graw.Hill, Inc.USA.
Day, R.A. & A. L. Underwood. ( 1992 ). Analisa Kimia Kuantitatif edisi V. Erlangga.
Jakarta.
Daintith, J. (1992). Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta.
Harjadi, W. ( 1993 ).Stoikiometri : Berhitung Kimia itu Mudah. Gramedia. Jakarta.
Petrucci,R. H & Suminar. (1992). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga.
Jakarta.
Mills, J. (1981). Chemistry. Mc Graw Hill. United States of America.
10
8. LAMPIRAN
8.1. Perhitungan
Kelompok A1
mgr x valensi = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x Fp
BM
mgr x 2 = 2,5 x 0,05 x 100
176 1000 10
mgr = 110 mgr = 0,11 gram
Kadar vit C = gr x 100%
2gr
= 0,11 x 100%
2gr
= 5,5 %
Kelompok A2
mgr x valensi = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x Fp
BM
mgr x 2 = 2 x 0,05 x 100
176 1000 10
mgr = 88 mgr = 0,088 gram
Kadar vit C = gr x 100%
2gr
= 0,088 x 100%
2gr
= 4,4 %
Kelompok A4
mgr x valensi = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x Fp
BM
11
mgr x 2 = 2 x 0,05 x 100
176 1000 10
mgr = 88 mgr = 0,088 gram
Kadar vit C = gr x 100%
2gr
= 0,088 x 100%
2gr
= 4,4 %
Kelompok A5
mgr x valensi = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x Fp
BM
mgr x 2 = 4,2 x 0,05 x 100
176 1000 10
mgr = 184,8 mgr = 0,1848 gram
Kadar vit C = gr x 100%
2gr
= 0,1848 x 100%
2gr
= 9,24 %
Kelompok A6
mgr x valensi = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x Fp
BM
mgr x 2 = 2 x 0,05 x 100
176 1000 10
mgr = 88 mgr = 0,088 gram
Kadar vit C = gr x 100%
2gr
12
= 0,088 x 100%
2gr
= 4,4 %
Kelompok A7
mgr x valensi = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x Fp
BM
mgr x 2 = 2,9 x 0,05 x 100
176 1000 10
mgr = 127,6 mgr = 0,1276 gram
Kadar vit C = gr x 100%
2gr
= 0,1276 x 100%
2gr
= 6,38 %
Kelompok A8
mgr x valensi = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x Fp
BM
mgr x 2 = 2,15 x 0,05 x 100
176 1000 10
mgr = 94,6 mgr = 0,0946 gram
Kadar vit C = gr x 100%
2gr
= 0,0946 x 100%
2gr
= 4,73 %
Kelompok A9
13
mgr x valensi = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x Fp
BM
mgr x 2 = 1,5 x 0,05 x 100
176 1000 10
mgr = 66 mgr = 0,066 gram
Kadar vit C = gr x 100%
2gr
= 0,066 x 100%
2gr
= 3,3 %
Kelompok A10
mgr x valensi = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x Fp
BM
mgr x 2 = 2 x 0,05 x 100
176 1000 10
mgr = 88 mgr = 0,088 gram
Kadar vit C = gr x 100%
2gr
= 0,088 x 100%
2gr
= 4,4 %
Kelompok A11
mgr x valensi = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x Fp
BM
mgr x 2 = 3 x 0,05 x 100
176 1000 10
mgr = 132 mgr = 0,132 gram
14
Kadar vit C = gr x 100%
2gr
= 0,132 x 100%
2gr
= 6,6 %
8.2. Laporan Sementara
15