INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN · PDF filetempat atau daerah yang rawan longsor....
Click here to load reader
Transcript of INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN · PDF filetempat atau daerah yang rawan longsor....
INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN
TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG
HENNY JOHAN, S.Si
Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNIB
ABSTRAK
Penelitian ini telah dilakukan di jalur lintas Bengkulu-Curup desa Tebat Donok Kabupaten Kepahiang Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur bawah permukaan, kedalaman dan struktur geometri bidang gelincir daerah rawan gerakan tanah menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Berdasarkan nilai tahanan jenis dari penampang geolistrik yang diperoleh, diduga tahanan jenis dengan nilai 86 Ώm merupakan bidang gelincir berada pada kedalaman bervariasi dari 1,88 – 7,97m dengan struktur geometri rotasional. Adanya bidang gelincir mengindikasikan potensi gerakan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada daerah rawan terjadi gerakan tanah. Kata Kunci : Bidang Gelincir, Gerakan Tanah, Tahanan Jenis, Metode Geolistrik
PENDAHULUAN
Seperti kita ketahui, topografi Indonesia sangat variatif mulai dari landai sampai
berbukit atau bergunung-gunung. Sebagian besar wilayah negara kita merupakan
daerah perbukitan dan pegunungan. Topografi alam berupa lereng-lereng terjal sangat
berpotensi untuk terjadinya fenomena alam berupa gerakan tanah. Potensi terjadinya
gerakan tanah ini juga didukung oleh aktivitas manusia seperti penebangan hutan dan
pengembangan lahan, juga adanya curah hujan yang cukup tinggi (Suhendra, 2003).
Bengkulu dilalui oleh serangkaian pegunungan yang terbentuk dari peristiwa
subduksi antara lempeng benua dan lempeng samudra yaitu lempeng indo-austaralia
yang mana pengunungan ini membantang sepanjang barat pulau Sumatra (Noer Aziz,
1999). Dari rangkaian pegunungan ini ada yang dikenal sebagai Bukitbarisan.
Rangkaian gunung ini juga melewati propinsi Bengkulu sehingga topografinya
berlereng. Selain itu curah hujan di propinsi Bengkulu juga relatif tinggi (rata-rata 325-
350 mm/bulan). Salah satu daerah di Bengkulu yang topografinya berlereng adalah
daerah Kepahiang. Karena topografinya berlereng, pada jalur lintas ini sering terjadi
gerakan tanah berupa longsor. Karena belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya
maka perlu dilakukan pemantauan terhadap kondisi bawah permukaan untuk
menentukan kedalaman bidang gelincir dan gambaran geometrinya dengan melakukan
survey geofisika dengan menggunakan metode resistivitas untuk mengantisipasi
segala resiko yang mungkin ditimbulkan oleh bencana gerakan tanah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini dirumuskan
permasalahan bagaimana kedalaman bidang gelincir dan bagaimana gambaran geometri
bidang gelincirnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kedalaman bidang
gelincir dan memberikan gambaran struktur bentuk permukaan secara lateral dan
vertikal tentang kedalaman bintang gelincir yang menyebabkan rawan gerakan tanah.
Penelitian ini diharapkan member manfaat informasi mengenai kedalaman bidang
gelincir pada daerah rawan gerakan tanah, informasi mengenai gambaran geometri
bidang gelincir pada daerah rawan gerakan tanah sebagai acuan pengambilan tindakan
preventif dan mitigasi terhadap bahaya longsor bagi pemerintah dan masyarakat.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di jalur lintas Bengkulu-Curup Kabupaten Kepahiyang. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode geolistrik tahanan jenis. Peralatan
yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah Resistivitimeter Naniura Nrd22r, 2
buah elektroda arus, 2 buah elektroda potensial, Aki 12 volt, 4 rol kabel, GPS (Global
Possitioning System), 1 set alat tulis, Meteran, dan Tali tambang ukuran sedang 120 m.
Setelah mendapatkan lokasi pengukuran, maka akan dilakukan pengukuran di
tempat atau daerah yang rawan longsor. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu
ditentukan panjang lintasan 50m dan lebar spasi elektroda (a) sebesar 2,5 m untuk
setiap lintasan Kemudian setiap jarak 2,5 m diberi tanda untuk menancapkan
elektroda. Setelah itu dilakukan pengambilan data dengan cara menginjeksika arus
listrik ke dalam bumi. Perolehan data dilakukan dengan membaca angka pada
resistimeter dan data yang diperoleh berupa nilai tegangan (V) dan arus (I). Kemudian
data tersebut dicatat pada tabel yang telah disediakan sesuai dengan urutan pengukuran.
Pengambilan data dengan alat GPS dilakukan pada tempat-tempat tertentu,
seperti lokasi penelitian, daerah pinggir pantai untuk mengkalibrasikan titik nol elevasi
dari muka air laut. Alat ini dapat menyimpan setiap data yang diambil, sehingga proses
pengambilan data GPS dapat dilakukan dengan cepat setelah pengambilan data
kedalaman bidang gelincir selesai dilakukan. Selanjutnya besaran hasil pengukuran
geolistrik tahanan jenis berupa arus listrik yang diinjeksikan kedalam bumi (I) dan beda
potensial (V) dikonversikan menjadi tahanan jenis semu menggunakan persamaan,
tahanan jenis / IVR
IVKa
. Kemudian data berupa tahanan jenis semu
ini diolah menggunakan software Res2dinv sehingga akan diperoleh gambaran
mengenai keadaan bawah permukaan yang ditunjukkan oleh perbedaan warna.
Perbedaan warna ini menunjukkan perbedaan konduktivitas batuan. Setelah proses
pengambilan dan pengolahan data selanjutnya dilakukan analisa dan interpretasi
mengenai hasil penelitian yang berupa gambaran geometri bidang gelincir beserta
kedalamannya pada daerah objek penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penampang geolistrik bawah permukaan 2D yang merupakan pencitraan bawah
permukaan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Penampang geolistrik bawah permukaan 2D dengan topografi dan bidang gelincir.
Penampang geolistrik bawah permukaan 2D di atas merupakan hasil pengukuran
pada jalur lintas Bengkulu – Curup Kabupaten Kepahiang dengan posisi di sekitar
koordinat 03040’03,8”LS dan 102032’49,1”BT yaitu 20m, elevasi 881 di atas
permukaan laut. Berdasarkan penampang geolistrik bawah permukaan 2D di atas dan
berdasarkan literatur (Reynold, 1997) dapat diketahui bahwa yang diduga sebagai
bidang gelincir berupa material lempung dengan jenis boulder clay memiliki nilai
tahanan jenis 34,8 Ώm. Pada lintasan ini diinterpretasikan terdapat bidang gelincir
berada pada kedalaman yang cukup dangkal yaitu ± 1,88m sampai 3m, divisualisasikan
oleh warna biru muda. Hasil dari penampang geolistrik 2D menunjukkan bahwa
struktur geometri bidang gelincir secara umum adalah translasi sejajar permukaan
lereng tebing. Geometri bidang gelincir hampir sejajar secara horizontal dengan
sempurna terhadap lereng. kemiringan lereng yang cukup terjal ± > 450 menyebabkan
pada daerah ini berpotensi terjadi gerakan tanah (mass wasting) yang berupa longsor
(land slide), karena badan jalan lintas tepat berada di bawah lereng maka jika terjadi
gerakan tanah(mass wasting) yang berupa longsor (land slide), massa tanah akan
bergerak ke bawah menutupi badan jalan.
Dari penampang geolistrik 2D diatas, lapisan tanah di atas bidang gelincir
divisualisasikan dengan range warna biru tua 3,02 Ώm. sampai 10,2 Ώm, karena
penelitian dilakukan pada rentang bulan dimana curah hujannya maksimum, maka nilai
tahanan jenis lapisan tanah di atas bidang gelincir diduga dapat di pengaruhi oleh
penyerapan air hujan ke dalam tanah. Penyerapan air ke dalam tanah ini juga
disebabkan oleh akar-akar tanaman yang umumnya serabut yang dapat menyerap air
hujan. Untuk lebih jelas melihat struktur geometri bidang gelincir dapat di lihat
penampang geolistrik pada topografi.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Berdasarkan penampang geolistrik 2D, material lempung yang diduga merupakan
bidang gelincir memiliki nilai tahanan jenis 34,8 Ώm
2. Berdasarkan penampang geolistrik 2D diketahui kedalaman bidang gelincir pertama
adalah 1,88m – 3m, kedalaman bidang gelincir kedua adalah 1,88m – 3m.
3. Berdasarkan penampang geolistrik 2D struktur geometri bidang gelincir translasi
sejajar lereng
Saran
Daerah jalur lintas Bengkulu-Curup merupakan daerah rawan gerakan
tanah/longsor, untuk memperkecil kemungkinan material longsor menutupi badan jalan
perlu di buat dinding penahan dengan memperhitungkan kedalaman bidang gelincir.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Noer Magnetsari, 1999, Geologi Fisik, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Raynold, J.M, 1997, Introdution to Applied and Eviromental Geophysics, John Willey
and Soon Ltd.
Suhendra, 2005. Penyelidikan Daerah rawan Gerakan Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis. Gradien Vol.1 No. 1 Januari 2005. Universitas Bengkulu