INVESTASI ACEH TENGGARAN

85

description

Penyusunan Profil Prosfektif Investasi Kabupaten Aceh Tenggara

Transcript of INVESTASI ACEH TENGGARAN

Page 1: INVESTASI ACEH TENGGARAN
Page 2: INVESTASI ACEH TENGGARAN
Page 3: INVESTASI ACEH TENGGARAN

PENYUSUNAN PROFIL PROSFEKTIF INVESTASIKEBUPATEN ACEH TENGGARA

Kabupaten Pro Investasi Terbuka Bagi Investor di Bumi Sepakat Segenep

Page 4: INVESTASI ACEH TENGGARAN
Page 5: INVESTASI ACEH TENGGARAN

KKKKKAAAAATTTTTA SAMBUTA SAMBUTA SAMBUTA SAMBUTA SAMBUTANANANANANBUPBUPBUPBUPBUPAAAAATI ACEH TENGGARATI ACEH TENGGARATI ACEH TENGGARATI ACEH TENGGARATI ACEH TENGGARA

Selaku Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara Kami berkomitmen menjadikan Kabupaten ini sebagai suatu daerahyang ramah dan pro-investasi. Peluang investasi yang terbesar di daerah Kami adalah pada sektor pertanian danpariwisata, dan Kami memberikan kesempatan serta peluang yang sebesar-besarnya bagi para investor yangberminat melakukan investasi di Kabupaten Aceh Tenggara.

Untuk itu, Kami sangat menyambut baik penyusunan buku prospektif investasi Kabupaten Aceh tenggara yangdilaksanakan oleh Bappeda Kabupaten Aceh Tenggara melalui dana otonomi khusus Tahun Anggaran 2014.Menurut Kami kegiatan ini sangat positif dan dapat menjadi rujukan semua pihak dalam rangka mendorong danmenumbuh kembangkan kegiatan ekonomi daerah.

Semoga buku ini bermanfaat dan dapat mendorong kemajuan investasi di Kabupaten Aceh Tenggara.

Bupati Aceh Tenggara

Ir. H. Hasanuddin, B, MM

Page 6: INVESTASI ACEH TENGGARAN
Page 7: INVESTASI ACEH TENGGARAN

KATA SAMBUTANKEPALA BAPPEDA KABUPATEN ACEH TENGGARA

Investasi daerah merupakan suatu permasalahan yang harus dikaji secara terus menerus dan berkesinambungan,sebab investasi sangat membantu pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Untuk menjadikan Kabupaten AcehTenggara sebagai daerah yang prospektif dan ramah investasi, maka berbagai kebijakan kemudahan untukpara investor akan terus dilakukan dan dijamin pelaksanaannya. Tahap awal pelaksanaan kajian danpengembangan serta promosi investasi adalah melalui ketersediaan data dan informasi yang disebarluaskankepada para investor dan stakeholder terkait.

Untuk itulah Badan Perencanaan dan Pembangunan (BAPPEDA) Kabupaten Aceh Tenggara melaksanakankegiatan penelitian untuk penyusunan prospektif investasi melalui anggaran otonomi khusus APBA tahun2014. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi investasi yang ada diberbagai sektor, khususnyasektor pertanian yang meliputi sub. Sektor pertanian tanaman pangan, sub. Sektor perkebunan, sub. Sektorkehutanan, sub. Sektor peternakan dan sub. Sektor perikanan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka sektor pertanian masih memegang peranan pentinguntuk peluang investasi di Kabupaten Aceh Tenggara, kemudian terdapat juga sektor-sektor lainnya yangberpeluang untuk dikembangkan seperti pariwisata dan industri skala kecil mengah untu pengolahan hasilpertanian komoditas jagung, padi dan coklat.

Dengan adanya kajian ini diharapkan investasi di Kabupaten Aceh Tenggara dapat tumbuh dan berkembang,sehingga perkembangan dan kemajuan daerah dapat meningkat dimasa-masa mendatang.

Kutacane, Desember 2014Kepala Bappeda,

Drs. H. Suhailuddin, MM

Page 8: INVESTASI ACEH TENGGARAN

KATA PENGANTAR

Investasi salah satu cara penggerak roda perekonomian di Indonesia. Sebagaikabupaten dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, Aceh Tenggara merupakankabupaten yang sangat potensial untuk menjadi maju dan mandiri.

Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan pesat sektor perekonomian khususnya dibidang pertanian, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Data Badan Pusat Statistik Tahun2013 Kabupaten Aceh Tenggara memiliki realisasi anggaran pendapatan daerah KabupatenAceh Tenggara pada tahun 2013, yaitu sebesar Rp553.710.220.751,11 atau 91,43 persendari anggaran yang direncanakan dengan rincian Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesarRp.25.324.491.285,92, Pendapatan Transfer sebesar Rp.482.057.154.213,00 danpendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp.5.400.000.000,00.

Keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tenggara dalam menggenjotpenerimaan terlihat dari tajamnya kenaikan PAD pada tahun 2013 dibandingkan tahunsebelumnya.Seperti halnya masyarakat, Pemerintah juga perlu melakukan investasi agar rodapemerintahan yang berjalan dengan baik.

Untuk itulah penelitian mengenai “Penyusunan Profil Presfektif Investasi KabupatenAceh Tenggara” ini dilaksanakan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui potensi investasi di Kabupaten Aceh Tenggara2. Untuk mengetahui sektor-sektor perekonomian yang dapat dikembangkan menjadi

sebuah potensi investasi di Kabupaten Aceh Tenggara3. Untuk mengetahui langkah-langkah yang tepat dalam memajukan investasi di

Kabupaten Aceh TenggaraDemikian laporan ini dibuat untuk dapat ditindak lanjuti.

Tim Penyusun

CV. Exis Kreasindo

i

Page 9: INVESTASI ACEH TENGGARAN

HalamanKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiDAFTAR TABEL iv

BAB I - PENDAHULUAN 1A. Latar Belakang Masalah 2B. Pokok Permasalahan 4C. Tujuan dan Sasaran Penelitian 4D. Hasil dan Keluaran (Output) Penelitian 4

BAB II - URAIAN TEORITIS 5A. Dasar Hukum 6B. Teori Investasi 7C. Faktor Penentu Investasi Daerah 12

BAB III - KERANGKA KEBIJAKAN INVESTASI PEMERINTAH DAERAH 14A. Pengertian 15B. Bentuk Investasi Pemerintah Daerah 15C. Sumber Dana Investasi Pemerintah Daerah 16D. Pengelolaan Investasi dan Kerja Sama Pemerintah Daerah 17

BAB IV - METODE PENELITIAN 20A. Tempat dan Waktu Penelitian 21B. Jenis Penelitian 21C. Teknik Pengumpulan Data 21D. Teknik Analisis Data 21

BAB V - DESKRIPSI DATA 26A. Gambaran Umum Kabupaten Aceh Tenggara 27B. Letak dan Geografis 27C. Luas Daerah/Wilayah 27D. Tanah dan Topografi 27E. Iklim 29F. Hidrologi 29G. Kemiringan Lereng dan Struktur Tanah 29H. Keadaan Penduduk dan Pencaharian 30

BAB VI - ANALISIS DATA 33A. Keadaan Umum Perekonomian Daerah 34B. Sektor Investasi 46

1. Sektor Pertanian 472. Sektor Pertambangan, Industri Perdagangan dan Jasa 473. Sektor Peternakan 484. Sektor Perikanan 49

BAB VII - ANALISIS KUALITATIF KEBIJAKAN INVESTASI 50A. Kualitas Lingkungan 51B. Keterkaitan Wilayah dan Aglomerasi 52C. Manajemen Pembangunan Daerah yang Pro-Bisnis 53D. Mendorong Sektor Jasa dan Perdagangan 54E. Meningkatkan Daya Saing Pengusaha Daerah 54F. Membentuk Ruang yang Mendorong Kegiatan Ekonomi 55G. Dana Pembangunan Daerah 56H. Sikap dan Mentalitas Aparatur Pemerintah Daerah 58I. Hubungan Antara Kemajuan Daerah Dengan Sumber Daya Manusia 59J. Kebijakan dan Strategis Pola Ruang 59

DAFTAR ISIii

Page 10: INVESTASI ACEH TENGGARAN

iii

Page 11: INVESTASI ACEH TENGGARAN

BAB VIII - KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 61A. Kesimpulan 62B. Rekomendasi 66C. Penutup 71

DAFTAR PUSTAKA 72

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 4.1. Matrik Indikatir Sub Sektor Tanaman Pangan 24Tabel 4.2. Matrik Indikator Variabel Perkebunan 24Tabel 5.1. Keadaan Penduduk di Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2012 31Tabel 6.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten 34

Aceh Tenggara Menurut Lapangan Usaha Atas DasarHarga Konstan (ADHK)) Tahun 2010-2012

Tabel 6.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten 35Aceh Tenggara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun 2010-2012

Tabel 6.3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 36Kabupaten Aceh Tenggara Menurut Lapangan UsahaAtas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun 2010-2012

Tabel 6.4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) Kabupaten Aceh Tenggara Menurut LapanganUsaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2010-2012 37

Tabel 6.5. Laju Pertumbuhan Indeks Implisit Produk DomestikRegional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh TenggaraMenurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2012 38

Tabel 6.6. Pendapatan Regional dan Angka Perkapita KabupatenAceh Tenggara Tahun 2010-2012 40

Tabel 6.7. Potensi Lahan Pertanian di Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2012 41Tabel 6.8. Luas Lahan Sawah di Kabupaten Aceh Tenggara Tenggara Tahun 2012 43Tabel 6.9. Produktifitas Sektor Pertanian tahun 2012 45Tabel 6.10. Populasi Ternak 45Tabel 6.11. Potensi Investasi 46Tabel .6.12. Hasil Produksi Untuk Sektor Pertanian 47 6.13. Sektor Pertambangan, Industri, Perdagangan dan Jasa 47 6.14. Sektor Peternakan 47 6.15. Data Statistik Luas Lahan, Hasil Produksi dan RTP Perikanan Tahun 2012 48Tabel 6.16. Produksi Sektor Perkebunan Tahun 2012 49

iv

Page 12: INVESTASI ACEH TENGGARAN

BAB – IPENDAHULUAN

Page 13: INVESTASI ACEH TENGGARAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah masa krisis ekonomi pada akhir tahun 1997, iklimpenanaman modal (Investasi) di Indonesia secaraberangsur-angsur mulai menunjukkan pertumbuhan yangcukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh letakgeografis dan potensi demografis Indonesia yang cukupstrategis tetapi juga didukung juga oleh kebijakan-kebijakanpemerintah pusat yang bersahabat dengan pasar, sehinggamenciptakan iklim dan lingkungan penanaman modal yangsemakin kondusif dari waktu ke waktu.

Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional maupunregional pada umumnya bertujuan untuk mencapaikemakmuran masyarakat secara menyeluruh.Kemakmuranmasyarakat hanya dapat dicapai melalui pembangunanekonomi.Langkah-langkah proaktif dan inovasi yang ditempuh,dengan mengembangkan kemitraan strategik diantara sesamapelaku usaha, kenyataanya secara signifikan mampumenumbuhkan minat berinvestasi para pemilik modal untukmenanamkan modalnya di Indonesia, diberbagai bidanglapangan usaha potensial. Hal ini juga tidak terlepas dari persepsiyang sama dari seluruh Stakeholders, tentang perlunya menarikinvestasi lebih besar untuk menggerakkan roda perekonomiandalam volume yang lebih besar, sehingga mampu menciptakanlapangan kerja lebih banyak, sekaligus memperbaiki tingkatpendapatan masyarakat.

Investasi diyakini banyak orang mampu meningkatkanperekonomian dari suatu negara.Salah satu upaya PemerintahIndonesia untuk keluar dari krisis ekonomi yang terjadi sejakpertengahan 1997 yang lalu adalah meningkatkaninvestasi.Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah yangdimulai sejak 1 Januari 2001, kewenangan untuk menanganiinstansi dilimpahkan kepada Pemerintah kabupaten/kota.Olehkarenanya, adalah hal yang wajar apabila pemerintah kabupaten/kota berusaha untuk menarik investor agar bersediamenanamkan modalnya di wilayah kabupaten/kota yangdikelolanya.Berbagai strategi diterapkan pemerintah kabupaten/kota untuk menarik minat investor, seperti penyediaan lahan,kemudahan perijinan, dan penyediaan infrastruktur, namun upayatersebut belum memberikan hasil yang menggembirakan. Halini semua dibuat dalam rangka mendorong pelaksanaanpengelolaan keuangan daerah dengan berbagai aktifitas ekonomi.

Seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, telah merubah

paradigma penyelenggaraan pemerintahan di daerah dimanakekuasaan yang bersifat sentralistik berubah menjadidesentralistik dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnyadisingkat dengan sebutan UU No. 22/1999, kemudiandiganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004selanjutnya disingkat dengan sebutan UU No. 32/ 2004.

Perubahan kebijakan pengaturan pemerintahan daerahtersebut diselaraskan dengan adanya perubahan kebijakanterhadap pajak dan retribusi daerah sebagai landasan bagidaerah dalam menggali potensi pendapatan daerah khususnyapendapatan asli daerah, yakni Undang-undang Nomor 18Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerahselanjutnya disingkat dengan sebutan UU No. 18/1987,kemudian dirubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,selanjutnya disingkat dengan sebutan UU No. 34/2000.

Perubahan berbagai kebijakan nasional sebagaimanadimaksud membawa harapan besar bagi daerah untukmembangun daerahnya dengan menggali potensi daerahnyamasing-masing sebagai sumber pendapatan daerah, khususnyapendapatan asli daerah. Harapan dari daerah tersebutmerupakan hal yang wajar, karena diberikannya berbagai urusanpemerintahan sebagai urusan rumah tangganya dibarengi denganmuatan kewenangan untuk mengurus keuangannya secaraotonom dalam membiayai penyelenggaraan otonomi, baikdalam menggali sumber-sumber keuangan, pemanfaatannya sertapertanggungjawabannya.

Fokus perhatian berkenaan dengan pembiayaan dalampenyelenggaraan otonomi daerah bertumpu pada persoalanpendapatan daerah yang berasal dari berbagai jenis sumber.Artinya pendapatan daerah merupakan cerminan darikemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonomidaerah. Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 menyatakan:

“Sumber pendapatan daerah terdiri atas:a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD,yaitu:

1) hasil pajak daerah;2) hasil retribusi daerah;3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan4) lain-lain PAD yang sah;

b. dana perimbangan; dan

2

Page 14: INVESTASI ACEH TENGGARAN

3c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.”

Selanjutnya diantara komponen Pendapatan Asli Daerah,perlu dicermati komponen pajak daerah dan retribusidaerah aspek yuridis yang berimplikasi terhadapperanannya dalam memberikan kontribusi terhadappendapatan asli daerah (PAD).Dasar hukumdilaksanakannya pengelolaan keuangan daerah olehpemerintah daerah adalah telah dikeluarkannya Undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah yakniUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan pusat danpemerintah daerah dan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentangpajak daerah dan retribusi daerah. Tentunya untukmeningkatkan pajak dan retribusi daerah harus didorongdengan kegiatan investasi daerah.

Diluncurkannya Undang-undang Nomot 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah diharapkan mampu mendukung terciptanyadaerah Kabupaten/Kota yang maju dan mandiri. Sehingga dapatmendorong perumbuhan ekonomi daerah, akan tetapi otonomidaerah juga membawa konsekuensi lain atas pengelolaanpemerintahan pada level daerah. Setiap kepala daerah dimintautnuk dapat melakukan pengelolaan daerhanya/rumah tangganyamasing-masing. Masing-masing kepala daerah memilikikewenangan yang luas dan utuh dalam menyelenggarkaanpemerintahan di deaerah mulai dari proses perencanaan,pelaksanaan, pengawasan dan proses evaluasi (PenjelasanUndang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Bagian I-Umum).

Dewasa ini, daerah merupakan magnet besar untukberinvestasi. Seperti halnya di Kabupaten Aceh Tenggaradenyut investasi harus digerakkan. Dan jika dana investasidi masukkan di daerah ini maka salah satu masalah besardaerah yakni pengangguran dan kemiskinan diyakini bisadiatasi. Salah satu aspek yang perlu diberdayakan diKabupaten Aceh Tenggara saat ini adalah investasi.

Investasi yang dimaksud adalah investasi yang dilakukanoleh komponen pemerintah, masyarakat dan swasta.Investasioleh pemerintah dapat dilihat dari segi (1) investasi fisik dan(2) investasi non fisik. Investasi fisik yang dilakukan olehPemerintah Daerah antara lain berupa pembangunaninfrastruktur yang bertujuan menyediakan sarana dan prasaranabagi peningkatan pertumbuhan perekonomian sertapeningkatan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkaninvestasi non fisik adalah pengembangan kapasitas Sumber

Daya Manusia di Daerah berupa penyediaan layanankesehatan dan peningkatan gizi masyarakat, penyediaankesempatan pendidikan bagi anak usia sekolah, serta jaminansosial lainnya.

Investasi ini dikenal juga dengan human investment.Disamping kedua bentuk investasi tersebut, pemerintahKabupaten Aceh Tenggara juga mengadakan investasimelalui penyertaan modal pada dunia usaha dengan tujuanmemperoleh keuntungan untuk meningkatkan PAD yangakan digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan,pembangunan dan pelayanan masyarakat.

Kemudian dalam rangka menghadapi era globalisasi dan pasarbebas, persaingan antar Daerah dalam menjual potensinya danmerebut investor akan semakin terbuka tidak hanya terhadapinvestor nasional tetapi juga internasional. Kesiapan Daerahterutama SDM pengelola dan infrastruktur yang tersedia akansangat mendukung dalam merebut para investor untuk bersediamenanamkan investasinya di Daerah.

Persaingan antar Daerah dalam merebut Investor harusdikembangkan dalam suasana persaingan dan kompetisiyang positif dan sehat. Walau bagaimanapun pastilah suatuDaerah tidak akan mampu berdiri sendiri tanpa bantuanatau kerjasama dengan Daerah lainnya. Oleh sebab itudiharapkan setiap Daerah dapat bekerjasama dan salingmendukung dalam merebut investor dengan menonjolkanpotensi atau produk unggulan masing-masingdaerah.Sebagai contoh suatu Daerah yang mempunyaipotensi SDA dan SDM tentu saja membutuhkaninfrastruktur seperti pelabuhan, bandara udara atau jalanraya untuk mengirim produknya keluar.

Hal ini akan sangat berhubungan dengan Daerah lain yangmemiliki fasilitas tersebut. Tanpa adanya kerjasama antar Daerahmaka bukan tidak mungkin terjadi pengenaan retribusi ataupungutan yang berlebihan atau pemboikotan dari Daerah yangdilalui. Tentu saja kondisi akan mengakibatkan hilangnyakepercayaan investor terhadap Daerah. Dalam merebut InvestorDaerah diharapkan tidak hanya memfokuskan kepada kalanganpengusaha kuat saja dan tidak menciptakan dikotomi penanamanmodal asing (PMA) dan penanaman modal dalam Negeri(PMDN).Hendaknya para Investor diberikan kesempatan untukmenanamkan modal sesuai dengan kapasitasnya tanpa adanyadiskriminasi yang bersifat subyektif. Diharapkan juga para inves-tor besar harus bersedia melibatkan dan menggandeng investorlokal sehingga sekaligus mereka dapat diberdayakan.

Page 15: INVESTASI ACEH TENGGARAN

4Dengan banyak investasi dunia usaha di Kabupaten Aceh

Tenggara maka diharapkan semakin bertambahnya lapangankerja yang dapat menampung angkatan kerja. Salah satu daerahotonom di Propinsi Aceh adalah Kabupaten Aceh Tenggara.Kabupaten ini merupakan suatu daerah yang sangat potensialuntuk berinvestasi, berdasarkan Sejarah Kabupaten AcehTenggara berada dilembah alas.

Berdasarkan Kebijakan otonomi daerah, makaPemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tenggara jugaberkewajiban untuk membina dan mengembangkan duniausaha sebagai pilar pertumbuhan perekonomian di daerah.

Untuk itu langkah penting yang dilakukan pemerintahKabupaten Aceh Tenggara lima tahun kedepan adalahmendorong investasi Daerah. suatu upaya harus dilakukansecara sistematis untuk mendorong peningkatanpertumbuhan ekonomi di kabupaten ini.

Peningkatan investasi di Kabupaten Aceh Tenggara diyakiniakan dapat terwujud karena besarnya potensi yang dapat “dijual”kepada para investor, berupa potensi sumber daya alam.Selanjutnya hal yang sangat penting adalah kegiatan usaha promosipotensi yang dimiliki. Usaha promosi tersebut akan didukung olehterciptanya iklim yang kondusif dan jaminan keamanan dankepastian hukum bagi investasi di Daerah.

Dengan Kebijakan sebagai berikut : a. Penciptaan kondisi produk unggulan daerah yang maju dan berdaya saing yang memiliki nuansa daerah serta bentuk-bentuk kerjasama investasi; b. Pelibatan pemerintah dalam kegiatan investasi swasta sebagai bentuk pelayanan prima bagi kondisi investasi; c. Penyiapan data dan informasi serta promosi iklim investasi daerah.

Beberapa sektor potensial Investasi dapat dilakukan antaralain sektor pertanian, sektor pertambangan dan energi, sektorpariwisata dan alam, sektor industri, sektor perdagangan danjasa serta sektor keuangan. Jika potensi ini dapat digali danditangani pemerintah dengan baik dan maksimal, maka bukantidak mungkin Kabupaten Aceh Tenggara menjadi kota yangsangat maju pesat dengan memiliki sistem berbasis informasidan teknologi serta pembangunan ekonomi tinggi yang dapatmengungguli kabupaten lain di Indonesia.

Salah satu cara untuk memperkenalkan Kabupaten AcehTenggara, baik secara nasional maupun internasional adalahmelalui reklame/iklan, baik itu lewat majalah, buku, brosur

dan malalui media internet. Namun masyarakat cenderungtidak tertarik untuk melihat informasi yang terlalu sistematisdan terlalu kaku. Untuk mengatasi permasalahan ini dapatdipecahkan melalui penyusunan profil prospektif investasiyang memuat informasi secara keseluruhan, singkat, padatdan informatif mengenai Kabupaten Aceh Tenggara, sehinggainformasi yang mengenai Kabupaten Aceh Tenggara secarakeseluruhan dapat diketahui oleh publik. Berdasarkanpaparan diatas maka perlu dilakukan suatu Penyusunanmengenai Profil Prospektif Investasi Kabupaten AcehTenggara, sehingga dapat dikenal ditengah-tengahmasyarakat, baik secara nasional maupun internasional.

B. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan,adapun pokok permasalahan penelitian untuk penyusunanprofil investasi ini adalah:

1. Potensi investasi apa sajakah yang dimiliki oleh daerahKabupaten Aceh Tenggara?

2. Sektor apa sajakah yang dapat dikembangkan menjadi sebuahpotensi Investasi yang unggul di Kabupaten Aceh Tenggara?

3. Langkah - Langkah apa sajakah untuk memajukaninvestasi di Kabupaten Aceh Tenggara?

C. Tujuan dan Sasaran Penelitian

Adapun tujuan dan sasaran penelitian adalah1. Untuk mengetahui potensi investasi di Kabupaten Aceh Tenggara;2. Untuk mengetahui sektor-sektor perekonomian yang

dapat dikembangkan menjadi sebuah potensi investasi diKabupaten Aceh Tenggara;

3. Untuk mengetahui langkah-langkah yang tepat dalammemajukan investasi di Kabupaten Aceh Tenggara.

D. Hasil dan Keluaran (Output) Penelitian

Adapun hasil dan keluaran penelitian ini adalah1. Data dan informasi tentang profil investasi di

Kabupaten Aceh Tenggara;2. Selayang pandang prospektif investasi interaktif

Kabupaten Aceh Tenggara;3. Peluang Investasi yang tersebar di seluruh kecamatan

di Kabupaten Aceh Tenggara.

Page 16: INVESTASI ACEH TENGGARAN

BAB - IIBAB - IIBAB - IIBAB - IIBAB - II

URAIAN TEORITIS

Page 17: INVESTASI ACEH TENGGARAN

6A. DASAR HUKUM

1. Undang-UndangAdapun dasar hukum pelaksanaan kegiatan ini adalah :1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh;2) Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;3) Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;4) Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam

Hayati dan Ekosistemnya;5) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran

NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

7) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

9) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4421);

2. Peraturan PemerintahSedangkan peraturan pemerintah yang terkait adalah :1) Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun

2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;2) Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi da Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;3) Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan;4) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;5) Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Pengelolaan Hutan;6) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4574);

Page 18: INVESTASI ACEH TENGGARAN

77) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);8) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4577);

9) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4578);

B. TEORI INVESTASI

1. Definisi InvestasiAda beberapa Definisi terkait investasi, menurut beberapa ahli ekonomi, investasi adalah komitmen

sejumlah dana saat ini sampai periode waktu tertentu, untuk menghasilkan pengembalian di akhir periodesebagai kompensasi atas penundaan konsumsi selama dana tersebut ditempatkan (Reilly dan Brown,2001).

Stephen (2001) menyebutkan bahwa investasi merupakan sebuah kegiatan penanaman modal/pemasukan sumber daya ekonomis dalam sebuah aktifitas tertentu untuk tujuan memperoleh keuntungan.Sedangkan Sharpe (1987) mendefinisikan investasi adalah, suatu pengorbanan harta pada saat ini, untukmendapatkan harta pada masa yang akan datang.

Dalam perhitungan pendapatan nasional, menurut Sukirno (1994), investasi meliputi seluruh nilai pembelianpengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri-industri, pengeluaranmasyarakat untuk mendirikan rumah-rumah dan tempat tinggal, pertambahan dalam nilai stok barang-barang berupa bahan mentah, barang yang belum selesai diproses dan barang jadi.

Dalam kaitanya dengan perusahaan, investasi merupakan pengeluaran perusahaan secara keseluruhanyang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku/material, mesin-mesin dan peralatan pabrik sertasemua modal lain yang diperlukan dalam proses produksi. Pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor,pabrik tempat tinggal karyawan dan bangunan kontruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang cadangansebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga (Deliarnov, 1995).

Dalam pengertian lebih luas yang dikaitkan dengan perkembangan pasar modal sekarang, definisi investasiadalah setiap kegiatan yang hendak menanamkan uang dengan aman (Dj. A Simarmata, 1984). Padadasarnya investasi merupakan penundaan konsumsi atas sejumlah dana yang dilakukan pada saat iniuntuk digunakan dalam produksi atau ditanam dalam bidang tertentu selama suatu periode waktu, dengantujuan memperoleh keuntungan yang akan diterima di masa mendatang. Contohnya, seorang investormembeli saham pada saat ini dengan perkiraan di masa yang akan datang akan memperoleh keuntunganatau manfaat yang lebih besar melalui penerimaan dividen atau kenaikan harga saham (capital gain).Keuntungan ini merupakan imbalan atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi, akibatketidakpastian aliran dana pada masa yang akan datang.

Didalam ilmu ekonomi, tabungan pribadi (personal saving) dapat diartikan sebagai total penghasilandikurangi dengan total pengeluaran seseorang. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa penghasilan yangtidak digunakan untuk membeli barang maupun jasa, dapat ditabung untuk memenuhi kebutuhan di masa

Page 19: INVESTASI ACEH TENGGARAN

8yang akan datang.

Tabungan sangat berhubungan dengan investasi. Dengan tidakmenghabiskan penghasilan untuk konsumsi barang dan jasa, maka adakemungkinan menggunakan dana tersebut untuk diinvestasikan pada assettetap, seperti membeli mesin dan pabrik. Tabungan juga berperan pentingdalam meningkatkan modal kerja yang ada, yang secara langsungmemberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi suatu negara.Bagaimanapun juga, meningkatkan tabungan tidak selalu berartimeningkatkan investasi.

Jika tabungan hanya disimpan dibawah ranjang atau dengan kata lain tidakdisimpan pada lembaga perantara keuangan seperti bank, maka tidak akanmuncul kesempatan bagi dana tersebut untuk dikembangkan dalam investasipada suatu bisnis / usaha. Itu berarti bahwa tabungan dapat meningkat tanpameningkatnya investasi, yang dapat mengakibatkan menurunnya performaekonomi pada sektor riil sehingga jika berkepanjangan akan mengakibatkanmenurunnya perekonomian suatu negara.

Pada teori ekonomi klasik memposisikan suku bunga akan menyamakantabungan dan investasi. Dimana kenaikan dari tabungan akan menyebabkanjatuhnya tingkat suku bunga, yang menstimulasi kegiatan investasi. TetapiKeynes menyatakan bahwa tidak ada pengaruh tabungan maupun investasiterhadap tingkat suku bunga, sehingga perubahan tingkat suku bunga yangsignifikan sangat diperlukan. Pada akhirnya muncul kesimpulan bahwapermintaan dan supply uang yang beredar yang menentukan perubahantingkat bunga untuk jangka pendek.

Pada keuangan pribadi seseorang, menabung ditujukan untukmemperoleh sejumlah dana cadangan pada nominal yang cukupuntuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan dimasa datang, walaupun inflasi dapatmengurangi nilai riil dana

Page 20: INVESTASI ACEH TENGGARAN

9

Page 21: INVESTASI ACEH TENGGARAN

10tersebut di masa datang.

Dalam keuangan pribadi, jika uang digunakan untuk membeli kepemilikan yang memberikankemungkinan dan resiko kehilangan atau berkurangnya nilai modal, dapat disebut sebagai investasi. MenurutBodie, Kane dan Markus, 2008, investasi dapat diartikan sebagai komitmen sekarang terhadap uangataupun sumber lainnya dengan pengharapan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang.

Dalam hal ini, komitmen mengindikasikan adanya pengorbanan sesuatu dengan nilai sekarang,dengan mengharapkan keuntungan dari pengorbanan tersebut nantinya. Pengorbanan (kehilanganmodal) tersebut dapat disebut sebagai resiko investasi saat investasi tersebut direalisasikan. Tidakseperti tabungan pada bank, yang memiliki profil resiko yang lebih rendah, walaupun nilainya jugatergerus karena inflasi, atau dalam kasus yang ekstrim yaitu pailitnya bank tersebut.

2. Tujuan dan Hambatan InvestasiMenurut tim studi bapepam mengenai “Tipologi Investor Reksa Dana di Pasar Modal Indonesia”, 2007,

resiko dan return merupakan dua karakteristik investasi yang penting bagi investor.Dua hal ini menjadi tujuan investasi dalam kerangka kebijakan investasi. Karena tahapan awal akan

mempengaruhi proses secara keseluruhan, identifikasi dan spesifikasi tujuan investasi merupakan hal krusialbagi keberhasilan investasi.

Bagi para investor, dan khususnya investor pasar modal, sebelum mereka berinvestasi harus terlebihdahulu menetapkan resiko dan return yang ingin dicapai sebagai tujuan investasi.

3. Permasalahan investasia. Resiko Elemen pertama tujuan investasi adalah resiko karena sangat menentukan tujuan lain berupa return.

Portofolio yang disusun untuk mencapai tujuan resiko dan return harus selaras dengan hambatan investasi yang tercantum dalam pernyataan kebijakan investasi.

Dalam merumuskan tujuan resiko, investor harus memperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut:1. Bagaimana cara mengukur resiko? Pengukuran resiko merupakan isu kunci dalam investasi yang terus

berubah dari waktu kewaktu.Salah satu paradigma dalam teori portofolio modern menggunakan varian (atau standar deviasi) return

sebagai ukuran resiko. Faktor-faktor resiko yang lain mungkin juga relevan digunakan.2. Bagaimana kemauan investor untuk mengambil resiko? Kemauan mengambil resiko seringkali

sangat berbeda antara investor individual dan investor institusional. Kita dapat mencoba memahami faktorperilaku dan kepribadian di balik kemauan untuk mengambil resiko.

3. Bagaimana kemampuan investor untuk mengambil resiko? Meskipun investor memiliki kemauanmengambil resiko tertentu, seringkali terdapat batasan-batasan dalam tataran praktis atau pun finansialuntuk mencapai resiko dimaksud.

4. Berapa tingkat resiko dimana investo mau dan mampu untuk mengambilnya? Dalam hal initerdapat toleransi resiko (risktolerance), yaitu kapasitas untuk menerima resiko serta merupakan irisandari kemauan dan kemampuan mengambil resiko. Dalam terminologi lain terdapat versi resiko (riskaversion), yaitu tingkat ketidakmauan dan ketidakmampuan mengambil resiko. Penasihat investasi perlumembantu investor yang bersangkutan untuk mengkonversi kemauan dan kemampuan mengambilresiko menjadi toleransi resiko yang mencerminkan keduanya secara tepat. Dalam banyak kasus, inves-

Page 22: INVESTASI ACEH TENGGARAN

11tor mungkin memerlukan pendidikan atau penjelasan mengenai prinsip-prinsip dasar investasi.

5. Apakah tujuan resiko spesifik dari investasi yang dilakukan? Kita dapat menspesifikasi tujuanresiko absolut maupun tujuan resiko relatif dari investasi. Salah satu contoh tujuan resiko absolutadalah level standar deviasi tertentu dari total return. Sedangkan salah satu tujuan resiko relatifadalah level tracking risk tertentu. Trackingrisk adalah standar deviasi dari selisih antara total returnsuatu portofolio dengan benchmark yang digunakan.

b. ReturnElemen kedua dari kerangka kebijakan investasi adalah return. Tujuan return harus selaras dengan

tujuan resiko. Hal-hal berikut perlu diperhatikan dalam menentukan tujuan return :a. Bagaimana cara mengukur return ? Ukuran yang biasa digunakan adalah total return, yang

merupakan penjualan antara return dari kenaikan harga dan return dari pendapatan investasi; Return dapat dinyatakan dalam angka absolut (seperti 10% pertahun), atau dalam angka

relatif terhadap return dari benchmark (seperti benchmark return plus 2% per tahun);b. Berapa return yang diinginkan oleh investor? Hal ini disebut pernyataan keinginan return

(stated return desire). Keinginan return ini mungkin realistis atau tidak realistis. Berapa return rata-rata yang diperlukan oleh investor? Hal ini disebut required return.

Return sering didefinisikan sebagai level arus kas tertentu, dimana tingkat return yang di perlukan akan dihitung dari arus kas tersebut. Hal-hal lain yang dipertimbangkan meliputi tingkat pengeluaran, kebutuhan pada masa yang akan datang, dan tingkat inflasi.

c. Bagaimana tujuan return ditetapkan ? Tujuan return mencakup required return, stated returndesire, dan tujuan resiko, yang kemudian menjadi return tahunan yang dapat diukur. Return dariportofolio ditujukan untuk memenuhi tujuan kemakmuran investor (wealth objectives) atau untukmendukung kemampuan investor dalam membayar utang. Untuk investor yang memilikikebutuhan akan pendapatan investasi, tujuan return ditujukan untuk membiayai pengeluaran yangdibutuhkan, baik dari kenaikan modal maupun pendapatan investasi. Apabila tujuan return yangtelah ditetapkan tidak sesuai dengan toleransi resiko, perlu dilakukan penyesuaian tertentu, sepertimeningkatkan tabungan dan memodifikasi tujuan kemakmuran (wealth objectives).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi InvestasiTerdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi investor dalam menanamkan modalnya di suatu

negara. Penanaman modal yang mempunyai tujuan primer untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya (profil oriented dan tujuan sekunder untuk memproduksi barang, ‘selalu mempertimbangkanberbagai hal sebelum memutuskan untuk berinvestasi).

Untuk itu pemerintah harus berusaha memfalisitasi agar tercipta suasana yang baik dan kondusifagar investor tertarik menanamkan modalnya.Dengan demikian, pemerintah (daerah) perlu memahamihal-hal yang sangat berpengaruh dalam investasi. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhiinvestasi untuk masuk ke suatu negara antara lain (Rosyidah, 2004 : 166)

1. Bagaimana daerah mampu membangun dan menciptakan iklim yang kondusif yang memungkinkaninvestor merasa aman untuk menanamkan investasinya di daerah.

2. Mutu dan kualitas pelayanan aparatur pemerintah daerah terutama yang berkenan denganpengurus izin, yang tidak bertele-tele dan tidak terlampau birokratis.

3. Kemampuan daerah untuk membangun pemerintahan yang bersih (good governance), terbuka

Page 23: INVESTASI ACEH TENGGARAN

12dan transparan.

4. Kemampuan daerah untuk membangun jaringan infrastruktur yang akan memudahkan lalu lintasorang, barang dan jasa.

Kemampuan daerah untuk memberikan jaminan kepastian (hukum) berusaha bagi investor.

C. FAKTOR PENENTU INVESTASI DAERAH

1. Perkembangan Penduduk dan UrbanisasiPertumbuhan penduduk merupakan faktor utama pertumbuhan ekonomi, yang mampu menyebabkan

suatu wilayah berubah cepat dari desa pertanian menjadi agropolitan dan selanjutnya menjadi kotabesar. Pertumbuhan penduduk terjadi akibat proses pertumbuhan alami dan urbanisasi. Petumbuhanalami penduduk menjadi faktor utama yang berpengaruh pada ekonomi wilayah karena menciptakankebutuhan akan berbagai barang dan jasa. Penduduk yang bertambah membutuhkan pangan. Rumahtangga baru juga membutuhkan rumah baru atau renovasi rumah lama berikut perabotan, alat-alatrumah tangga dan berbagai produk lain. Dari sini kegiatan pertanian dan industri berkembang.

2. Sektor PertanianDi setiap wilayah berpenduduk selalu terjadi kegiatan pembangunan, namun ada beberapa wilayah

yang pembangunannya berjalan di tempat atau bahkan berhenti sama sekali, dan wilayah ini kemudianmenjadi wilayah kelas kedua dalam kegiatan ekonomi. Hal ini mengakibatkan penanam modal danpelaku bisnis keluar dari wilayah tersebut karena wilayah itu dianggap sudah tidak layak lagi untukdijadikan tempat berusaha. Akibatnya laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu menjadi semakin lambat.

Upaya pengembangan sektor agribisnis dapat menolong mengembangkan dan mempromosikanagroindustri di wilayah tertinggal. Program kerjasama dengan pemilik lahan atau pihak pengembanguntuk mau meminjamkan lahan yang tidak dibangun atau lahan tidur untuk digunakan sebagai lahanpertanian perlu dikembangkan. Dari jumlah lahan pertanian yang tidak produktif ini dapat diciptakanpendapatan dan lapangan kerja bagi penganggur di perdesaan. Program kerjasama mengatasiketerbatasan modal, mengurangi resiko produksi, memungkinkan petani memakai bahan baku impordan produk yang dihasilkan dapat mampu bersaing dengan barang impor yang sejenis serta mencarikandan membuka pasaran yang baru.

Faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi dapat berasal dari dalam wilayah maupun dari luarwilayah. Globalisasi adalah faktor luar yang dapat menyebabkan merosotnya kegiatan ekonomi disuatu wilayah. Sebagai contoh, karena kebijakan AFTA, maka di pasaran dapat terjadi kelebihan stokproduk pertanian akibat impor dalam jumlah besar dari negara ASEAN yang bisa merusak sistem danharga pasar lokal. Untuk tetap dapat bersaing, target pemasaran yang baru harus segera ditentukanuntuk menyalurkan kelebihan hasil produksi pertanian dari petani lokal. Salah satu strategi yang harusdipelajari adalah bagaimana caranya agar petani setempat dapat mengikuti dan melaksanakan prosesproduksi sampai ke tingkat penyaluran. Namun daripada bersaing dengan produk impor yang masukdengan harga murah, akan lebih baik jika petani setempat mengolah komoditi yang spesifik wilayahtersebut dan menjadikannya produk yang bernilai jual tinggi untuk kemudian disebarluaskan di pasaransetempat maupun untuk diekspor.

Page 24: INVESTASI ACEH TENGGARAN

133. Sektor PariwisataPariwisata memberikan dukungan ekonomi yang kuat terhadap suatu wilayah. Industri ini dapat

menghasilkan pendapatan besar bagi ekonomi lokal. Kawasan sepanjang pantai yang bersih dapat menjadidaya tarik wilayah, dan kemudian berlanjut dengan menarik turis dan penduduk ke wilayah tersebut. Sebagaisalah satu lokasi rekreasi, kawasan pantai dapat merupakan tempat yang lebih komersial dibandingkan

kawasan lain, tergantung karakteristiknya. Sebagai sumberalam yang terbatas, hal penting yang harus diperhatikan adalahwilayah pantai haruslah menjadi aset ekonomi untuk suatuwilayah.

Wisata ekologi memfokuskan pada pemanfaatanlingkungan. Kawasan wisata ekologi merupakan wilayahluas dengan habitat yang masih asli yang dapat memberikan

landasan bagi terbentuknya wisata ekologi. Hal ini merupakanpeluang unik untuk menarik pasar wisata ekologi. Membangun

tempat ini dengan berbagai aktivitas seperti berkuda, surfing,berkemah, memancing dll. akan dapat membantu perluasan

pariwisata serta mengurangi kesenjangan akibat pengganguran.***

Page 25: INVESTASI ACEH TENGGARAN

14

BAB - III

KERANGKA KEBIJAKAN

INVESTASI PEMERINTAH DAERAH

Page 26: INVESTASI ACEH TENGGARAN

15A. Pengertian

Sementara itu, berdasarkan peraturan perundang-undangan pengertian investasi antaralain :a. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis, sepertibunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapatmeningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat(PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah).b. Investasi Pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalamjangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan Investasi Langsung

untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya (PP 1/2008 tentang Investasi Pemerintah).

B. Bentuk Investasi Pemerintah Daerah

Berdasarkan jangka waktu, investasi daerah terdiri dari :a. Investasi Jangka Pendek, merupakan investasi yang dapat segera diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangkamanajemen kas dan beresiko rendah serta dimiliki selama kurang dari 12 (dua belas) bulan. Contoh: Pemda membelideposito berjangka maksimal 12 (dua belas) bulan, dan pembelian SUN, SBI atau SPN.b. Investasi Jangka Panjang, yaitu investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasijangka panjang terdiri dari:

1) Investasi permanen : investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untukdiperjualbelikan atau tidak ditarik kembali. Contohnya antara lain : kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalambentuk penggunausahaan/pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dan/atau Badan Usahalainnya maupun investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk menghasilkan pendapatan ataumeningkatkan pelayanan kepada masyarakat;

2) Investasi non permanen: investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niatuntuk diperjual belikan atau ditarik kembali, contohnya pembelian obligasi, surat utang jangka panjang, bantuan modalkerja, dana bergulir, fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.Berdasarkan jenis, investasi Daerah terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Investasi Surat BerhargaInvestasi surat berharga terdiri dari :1) Pembelian Saham;2) Pembelian Surat Utang berupa Surat Utang Negara yang terdiri atas SPN dan Obligasi.

b. Investasi LangsungInvestasi langsung terdiri dari:1) Penyertaan ModalPenyertaan modal adalah investasi Pemerintah pada Badan Usaha dengan mendapat hak kepemilikan, termasuk pendirianPerseroan Terbatas dan/atau pengambilalihan Perseroan Terbatas.2) Pemberian PinjamanPemberian pinjaman adalah bentuk Investasi Pemerintah pada Badan Usaha, Badan Layanan Umum (BLU), PemerintahPropinsi/Kabupaten/Kota, dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan hak memperoleh pengembalian berupapokok pinjaman, bunga, dan/atau biaya lainnya.

Page 27: INVESTASI ACEH TENGGARAN

16C. Sumber Dana Investasi Pemerintah

Sumber dana Investasi Daerah dapat berasal dari:a. Surplus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);b. Keuntungan investasi terdahulu;c. Sumber-sumber lainnya yang sah.Penggunaan surplus APBD untuk investasi daerah harus memperoleh persetujuanterlebih dahulu dari DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda).

D. Pengelolaan Investasi dan Kerja Sama pemerintah Daerah

1. Pengelolaan Investasi DaerahPengelolaan keuangan Investasi Daerah adalah sebagai berikut:a. Penganggaran :

1) Investasi pemerintah daerah dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan, sementara untuk Divestasipemerintah daerah dianggarkan dalam penerimaan pembiayaan pada jenis hasil penjualan kekayaan daerah yangdipisahkan.

2) Penerimaan dari hasil atas investasi pemerintah daerah dianggarkan dalam kelompok pendapatan asli daerahpada jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

3) Investasi daerah jangka pendek dalam bentuk deposito pada bank umum dianggarkan dalam pengeluaranpembiayaan pada jenis penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, sementara pendapatan bunga atas depositopada bank umum dianggarkan dalam kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lain pendapatan asli daerahyang sah.

4) Pengelolaan anggaran investasi daerah dilakukan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dansemua penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dilakukan melalui Rekening Kas Umum Daerah (RKUD).b. Pelaksanaan :

1) Penyertaan modal Pemda dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaranberkenaan telah ditetapkan dalam Perda tentang penyertaan modal daerah berkenaan. Dalam perkembangan usahadan investasi bila diperlukan penambahan penyertaan modal dilakukan melalui mekanisme pembahasan APBD danditetapkan dalam Perda ABPD tahun anggaran berkenaan dimana pertimbangan maupun jumlah penyertaan modalnyaditambahkan dalam diktum/pasal tertentu pada Perda APBD dimaksud.

2) Pelaksanaan pengeluaran pembiayaan penyertaan modal pemerintah daerah dilakukan berdasarkan SPMyang diterbitkan oleh PPKD.

3) Uang milik pemerintahan daerah yang sementara belum digunakan dapat didepositokan dan/atau diinvestasikandalam investasi jangka pendek sepanjang tidak mengganggu likuiditas keuangan daerah.c. Pelaporan

1) PPKD menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana, termasuk transaksipembiayaan dan perhitungannya.

2) PPKD menyusun laporan keuangan Pemda yang terdiri dari LRA, Neraca, Laporan Arus Kas, CatatanAtas Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah. Laporan keuangan tersebut dilampiri denganlaporan ikhtisar laporan keuangan BUMD.

2. Kerjasama Pemerintah Daerah

Page 28: INVESTASI ACEH TENGGARAN

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Pemda dapat bekerja sama dengan Pemdalain dan pihak ketiga dalam rangka penyediaan layanan umum, kesejahteraanmasyarakat, dan peningkatan PAD. Pihak ketiga yang dapat melakukan kerjasamadengan Pemda antara lain Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerianatau sebutan lain, perusahaan swasta yang berbadan hukum, Badan Usaha MilikNegara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Yayasan, dan lembaga di dalamnegeri lainnya yang berbadan hukum.

Kerjasama yang dilakukan oleh Pemda meliputi seluruh urusan yang menjadikewenangan daerah, aset daerah, potensi daerah, dan penyediaan layanan umum.Kerjasama tersebut dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama denganmemperhatikan prinsip efisiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan,

kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia, persamaan kedudukan, transparansi, keadilan serta kepastian hukum.

Dalam rangka pelaksanaan kerjasama daerah, Gubernur atau Bupati/walikota membentuk Tim Koordinasi KerjaSama Daerah (TKKSD) untuk membantu Kepala Daerah menyiapkan kerja sama daerah. Struktur TKKSD terdiridari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Anggota tetap dan Anggota tidak tetap. TKKSD beranggotakan perangkatdaerah yang terkait dengan pelaksanaan kerjasama yang akan dilakukan oleh daerah. Kerja sama daerah yang membebaniAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan masyarakat serta anggarannya belum tersedia dalam APBDtahun anggaran berjalan harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Secara garis besar tahapan kerjasama daerah yaitu : persiapan, penawaran, penyiapan kesepakatan, penandatanganankesepakatan, penyiapan perjanjian, penandatanganan perjanjian dan pelaksanaan.

terdapat beberapa bentuk/model kerja sama yang dapat dilakukan, yaitu :a. Bentuk/Model Kerja Sama Antar Daerah (KSAD).

1) Kerja Sama Pelayanan Bersama adalah kerja sama antardaerah untuk memberikan pelayanan bersama kepadamasyarakat yang bertempat tinggal di wilayah yang merupakan jurisdiksi dari daerah yang bekerjasama, untuk membangunfasilitas dan memberikan pelayanan bersama.

2) Kerja Sama Pelayanan Antar Daerah adalah kerja sama antardaerah untuk memberikan pelayanan tertentu bagisuatu wilayah masyarakat yang merupakan jurisdiksi daerah yang bekerjasama, dengan kewajiban bagi daerah yangmenerima pelayanan untuk memberikan suatu kompensasi tertentu kepada daerah yang memberikan pelayanan.

3) Kerja Sama Pengembangan Sumberdaya Manusia adalah kerja sama antardaerah untuk meningkatkan kapasitassumber daya manusia dan kualitas pelayanannya melalui alih pengetahuan dan pengalaman, dengan kewajiban bagidaerah yang menerima pelayanan untuk memberikan suatu kompensasi tertentu kepada daerah yang memberikanpelayanan.

4) Kerja Sama Pelayanan dengan pembayaran Retribusi adalah kerja sama antardaerah untuk memberikan pelayananpublik tertentu dengan membayar retribusi atas jasa pelayanan.

5) Kerja Sama Perencanaan dan Pengurusan adalah kerja sama antardaerah untuk mengembangkan dan/ataumeningkatkan layanan publik tertentu, dengan mana mereka menyepakati rencana dan programnya, tetapi melaksanakansendiri-sendiri rencana dan program yang berkait dengan jurisdiksi masing-masing; Kerja sama tersebut membagikepemilikan dan tanggungjawab atas program dan kontrol atas implementasinya.

6) Kerja Sama Pembelian Penyediaan Pelayanan adalah kerja sama antardaerah untuk menyediakan layanan kepadadaerah lain dengan pembayaran sesuai dengan perjanjian.

7) Kerja Sama Pertukaran Layanan adalah kerja sama antardaerah melalui suatu mekanisme pertukaran layanan(imbal layan).

17

Page 29: INVESTASI ACEH TENGGARAN

188) Kerja Sama Pemanfaatan Peralatan adalah kerja sama antar daerah untuk

pengadaan/penyediaan peralatan yang bisa digunakan bersama.9) Kerja Sama Kebijakan dan Pengaturan adalah kerja sama antar daerah untuk

menselaraskan kebijakan dan pengaturan terkait dengan suatu urusan atau layananumum tertentu.

10) Kerja sama dalam bentuk Asosisasi, contoh: APKASI (Asosiasi PemerintahanKabupaten Seluruh Indonesia), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia(APEKSI).b. Bentuk/Model Kerja Sama Pemerintah Daerah dengan Departemen/LPND:

1) Kerja Sama Kebijakan dan Pengaturan, yaitu kerja sama daerah denganDepartemen/LPND untuk merumuskan tujuan bersama berkait dengan suatu urusanatau layanan umum tertentu yang dilakukan dengan menyelaraskan kebijakan, rencana strategis, peraturan untukmendukung pelaksanaannya, serta upaya implementasinya.

2) Kerja Sama Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Teknologi, yaitu kerja sama daerah dengan Departemen/LPND untuk meningkatkan kapasitas SDM dan kualitas pelayanannya melalui alih pengetahuan, pengalaman dan teknologidengan suatu kompensasi tertentu.

3) Kerjasama Perencanaan dan Pengurusan, yaitu kerja sama daerah dengan Departemen/LPND untukmengembangkan dan/atau meningkatkan layanan publik tertentu, dengan mana mereka menyepakati rencana danprogramnya, tetapi melaksanakan sendiri-sendiri rencana dan program yang berkait dengan kewenangannya masing-masing.c. Bentuk/Model Kerja Sama Pemerintah Daerah dengan badan hukum :

1) Kontrak Pelayanan Kontrak Operasional/Pemeliharaan;

Pemerintah daerah mengontrakan kepada badan usaha untuk mengoperasikan/memelihara suatu fasilitas pelayananpublik;

Kontrak Kelola;Pemerintah daerah mengontrakan kepada badan hukum untuk mengelola suatu sarana/prasarana yang dimiliki pemerintahdaerah.

Kontrak SewaBadan hukum menyewakan suatu fasilitas infrastruktur tertentu atas dasar kontrak kepada pemerintah daerah untukdioperasikan dan dipelihara oleh pemerintah daerah selama jangka waktu tertentu

Kontrak KonsesiBadan hukum diberi hak konsesi atau tanggung jawab untuk menyediakan jasa pengelolaan atas sebagian atau seluruhsistem infrastruktur tertentu, termasuk pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas serta pemberian layanan kepadamasyarakat dan penyediaan modal kerjanya.

2) Kontrak Bangun Kontrak Bangun Guna Serah

Badan u saha memperoleh hak untuk mendanai dan membangun suatu fasilitas/infrastruktur, yang kemudian dilanjutkandengan pengelolaannya dan dapat menarik iuran selama jangka waktu tertentu untuk memperoleh pengembalian modalinvestasi dan keuntungan yang wajar.Setelah jangka waktu itu berakhir badan usaha menyerahkan kepemilikannyakepada pemerintah daerah.

Kontrak Bangun Serah Guna

Page 30: INVESTASI ACEH TENGGARAN

19Badan usaha bertanggung jawab untuk membangun infrastruktur/fasilitas, termasukmembiayainya dan setelah selesai pembangunannya lalu infrastruktur/fasilitas tersebutdiserahkan penguasaan dan kepemilikannya kepada pemerintah daerah. Selanjutnya,pemerintah daerah menyerahkan kembali kepada badan usaha untuk dikelola selamawaktu tertentu untuk pengembalian modal investasinya serta memperoleh keuntunganyang wajar.

Kontrak Bangun Sewa SerahBadan hukum diberi tanggung jawab untuk membangun infrastruktur termasukmembiayainya. Pemerintah daerah kemudian menyewa infrastruktur tersebut melaluiperjanjian sewa beli kepada badan hukum selama jangka waktu tertentu dan setelahjangka waktu kontrak berakhir, maka pemerintah menerima penguasaan dan

kepemilikan infrastruktur tersebut.3) Kontrak Rehabilitasi Kontrak Rehabilitasi Kelola dan Serah

Pemerintah daerah mengontrakan kepada badan hukum untuk memperbaiki suatu fasilitas publik yang ada, kemudianbadan usaha mengelolanya dalam waktu tertentu sesuai dengan perjanjian selanjutnya diserahkan kembali kepadapemerintah apabila badan usaha tersebut telah memperoleh pengembalian modal dan profit pada tingkat yang wajar.

Kontrak Bangun Tambah Kelola dan SerahBadan hukum diberi hak atas dasar kontrak dengan pemerintah daerah untuk menambah suatu fasilitas tertentu padafasilitas publik yang ada.Kemudian badan hukum diberikan hak untuk mengelola bangunan tambahan sampai badanhukum dapat memperoleh pengembalian modal dan profit pada tingkat yang wajar.

Kontrak PatunganPemerintah daerah bersama-sama badan usaha membentuk suatu badan hukum patungan dalam bentuk perseroanuntuk membangun atau/dan mengelola suatu aset yang dimiliki oleh perusahaan patungan tersebut, termasuk segalakegiatan yang menjadi lingkup usaha perusahaan patungan.Adapun contoh proyek kerjasama pemerintah daerah dengan badan hukum (swasta) :

1) Proyek Instalasi Air Minum Sepatan, yang merupakan kerja sama antara Pemda Kabupaten Tangerang dengan PTAetra Air Tangerang.

2) Pengelolaan operasional bus Trans Yogya, yang merupakan kerja sama antara Pemerintah Propinsi Yogyakarta denganbeberapa koperasi angkutan perkotaan di Yogyakarta (Kopata, Puskopkar, Pemuda, Aspada dan DAMRI UBK).

3) Proyek pembangunan jembatan selat sunda, yang merupakan kerja sama antara Propinsi Banten, Propinsi Lampungdan PT. Bangun Graha Sejahtera Mulia (Artha Graha Network).

Page 31: INVESTASI ACEH TENGGARAN
Page 32: INVESTASI ACEH TENGGARAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh dan dilaksanakan pada bulanSeptember s/d Nopember 2014.

B. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian kualitatif, penelitian ini berupaya untuk merangkum danmenggambarkan keadaan potensi investasi Kabupaten Aceh Tenggara secara keseluruhan, kemudiandata diolah secara kuantitatif.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara berupa:a. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada: pihak-pihak yang terkait yaitu Satuan Kerja Perangkat Kabupaten(SKPK)

b. Studi DokumentasiStudi dokumentasi merupakan sarana untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data maupuninformasi. Dokumen yang dikumpulkan berupa arsip-arsip yang berhubungan dengan keadaan umumKabupaten Aceh Tenggara dan data-data yang terkait dengan investasi dari BPS Kabupaten AcehTenggara dan BPS Provinsi Aceh.

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Data dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun teknis analisis yang dilakukan yaitu analisisdeskriptif berisi gambaran umum mengenai profil prospektif investasi Kabupaten Aceh Tenggara.Untuk mendapatkan skor setiap sektor yang akan dijadikan investasi unggulan yaitu dengan modelAnalisis Faktor, yaitu dengan menghitung indeks skor loading tertinggi yang menjadi indikator potensiinvestasi.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif denga alat uji stastistik.Pengujian dan analisis data dilakukan pada beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Uji Kualitas Datab. Statistic Deskriptifc. Uji Factor Loading Dengan Alat Uji Factor Analysisd. Uji Kategorikal Denga Alat Uji Big Fourth Analysis (Berdasarkan Nilai Skor)

Teknik pengolahan data dilakukan dengan menggun akan software statistical program for social sci-ence (SPSS) versi 15 dan program aplikasi microsof excel, stastistik deskriptif akan menjelaskan tentangkualitas data yang menyangkut tentang distribusi normal.Distribusi frekuensi dapat dibuat dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mengurutkan Data Dari Yang Terkecil Ke Yang Terbesar2. Menentukan Jangkauan (Range) Dari Data/ Jangkauan = Data Terbesar – Data Terkecil3. Menentukan Banyaknya Kelas (K)

21

Page 33: INVESTASI ACEH TENGGARAN

Banyaknya kelas ditentukan dengan rumus sturgess

Hasilnya dibulatkan, biasanya ke atas.4. Menentukan panjang interval kelas.

5. Menentukan batas bawah kelas pertama.Batas bawah kelas pertama biasanya dipilih dari data terkecil atau data terkecil yang berasal dari pelebaran jangkauan

( data yang lebih kecil dari terkecil ) dan selisihnya harus kurang dari panjang interval kelas.6. Menuliskan frekuensi kelas secara melihat dalam kolom turus atau tally (system turus) sesuai banyaknya data.

22

Page 34: INVESTASI ACEH TENGGARAN

23Dalam penyusunan distribusi frekuensi terdapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian yaitu:1. Pada pembuatann distribusi frekuensi, perlu dijaga jangan sampai ada data yang tidak dimasukkan ke dalam kelasatau ada data yang masuk ke dalam dua kelas yang berbeda.2. Titik tengah kelas diusahakan bilangan bulat/tidak pecahan3. Nilai frekuensi diusahakan tidak ada yang nol4. Dalam menentukan banyaknya kelas (k), diusahakan

a. Tidak terlalu sedikit, sehingga pola kelompok kaburb. Banyaknya kelas berkisar 5 sampai 15 buahc. Jika jangkauan terlalu besar maka banyaknya kelas antara 10 sampai 20

5. Cara lain dalam menetapkan banyaknya kelas adalah :a. Memilih atau menetapkannya sesuai dengan kebutuhan yang diinginkanb. Menggunakan rumus

Dimana:R = jangkauanI = panjang interval kelas

Page 35: INVESTASI ACEH TENGGARAN

24Untuk mendapatkan nilai proksi dan indicator dari setiap variabel, maka akan dibuatkan matriks dengan skala nominalsehingga vaariasi dan variabel yang dinilai skornya akan teridentifikasi dengan sendirinya. Simulasi matriks dari salahsatu variabel dapat dicontohkan sebagai berikiut:

1. Sektor Unggulan1.1. SEKTOR PERTANIAN

1.1.1. VARIABEL PERTANIAN BAHAN MAKANAN (XI)Proksi: 1. Jenis tanaman (skala nominal)Proksi: 2. Permodalan (slaka nominal)Proksi: 3. Pemasaran (skala nominal)

Proksi: 4. Sarana produksi (skala nominal)

Matriks korelasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 36: INVESTASI ACEH TENGGARAN

25

Matrik Korelasi dibuatkan skor jawaban responden dalam skala nominal sesuai dengan pertanyaan yang tertuangdalam Instrumen.

Contoh Pertanyaan : Kemana Hasil Kebun Bpk/Ibu dipasarkan ?Jawaban : 1. Pasar Lokal 4. Antar Pulau

2. Antar Kabupaten 5. Ekspor3. Antar Propinsi

Sehingga skor indikator tabulasi data mentah dapat dijelaskan :

Aspek Pemasaran 1 2 3 4 5

Contoh pertanyaan : sumber modal usaha?Jawaban : 1. Modal sendiri 4. Pemerintah daerah

2. Kredit koperasi 5. Kredit bank 3. Pinjaman kelompok tani 6. Tengkulak/rentenir

Sehingga skor indikator tabulasi data mentah dapat dijelaskan:

Aspek permodalan: 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Berdasarkan nilai formulasi loading yang tertinggi maka dianggap yang potensial untuk menjadi sebuah kelompokinvestasi. Kemudian variabel yang menjadi kelompok investasi tersebuat diuji dengan anasila big fourth dengan perhitunganbatas nilai mininal Du-DI, dengan perhitungan nilai bobot dan nilai skor batasan acceptable (keberterimaan) investasi.

Adapun beberapa asfek yang di kuantifikasikan adalah:1. Pasar dan Pemasan2.Teknologi/Mesin/Alat

3. SDM4. Sarana dan Prasarana Penunjang

5. Ketersadiaan Bahan6. Ketersediaan Lahan

7. Jaminan Kelangsungan Usaha

Page 37: INVESTASI ACEH TENGGARAN

BAB –V

DESKRIPSI DATA

Page 38: INVESTASI ACEH TENGGARAN

A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN ACEH TENGGARA

Sebuah hikayat menyebutkan bahwa tanah alas dulunya adalah sebuah danau besar yang terbentuk pada masaKwartnaire. Secara faktual hal ini dapat dilihat dari banyaknya nama desa atau daerah yang masih menggunakan katapulo (pulau), ujung, dan tanjung, seperti pulo piku, pulonas, pulo kuta gerat, kuta ujung, dan ujung barat. Selain itu,ditemukan banyak kuburan yang berada di atas gunung, seperti kuburanRaja Dewa diatas gunung lawe sikap, kuburan Panglima Saridane diatas Gunung Bantu Bergoh dan kuburan Panglima Panjang di atasGunung Panjang. Nama Alas sendiri diyakini berasal dari kata alasyang bermakna tikar atau landasan karena berbentuk lapangan yangsangat luas.

B. LETAK GEOGRAFIS

Kabupaten Aceh Tenggara merupakan salah satu Kabupaten di ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam yang terletak di garis 20.55– 40.16LintangUtara, 960.45 – 980.00Bujur Timur yang dikelilingi pegunungan BukitBarisan dan Gunung Leuser memanjang dari Utara ke Selatan denganbatas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gayou Lues2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Subulussalam dan

provinsi Sumatera Utara3. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara4. Sebelah Barat berbatasandengan Kabupaten Aceh Barat Daya

dan Kabupaten Aceh Barat

C. LUAS DAERAH/WILAYAH

Luas wilayah Kabupaten Aceh Tenggara adalah 423.141 Ha, denganluas lahan untuk budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikulturaadalah 42.349 (10.00 %). Jumlah Kecamatan 16, dengan 51Pemukiman dan 385 Desa.

D. TANAH DAN TOPOGRAFI

Kabupaten Aceh Tenggara struktur atau jenis tanahnya pada umumnyaadalah Podsolit Merah Kuning, Regosol dan Litosol.Jenis tanah yangdominan adalah regosol yng terletak di daerah-daerah berbukit yangmencapai ±150.130 Ha atau bergelombang sampai datarantinggi.Derajat keasaman (pH) tanah di Kabupaten Aceh Tenggarasangat bervariasi pada setiap daerah/wilayah kecamatan.

27

Page 39: INVESTASI ACEH TENGGARAN

28

Page 40: INVESTASI ACEH TENGGARAN

29E. IKLIM

Iklim di daerah ini adalah iklim hujan tropis. Berdasarkan curah hujannya iklim di daerah kabupaten Aceh Tenggaratermasuk Tipe A menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Curah hujan pada tipe iklim A cukup tinggi berkisar antara2500 – 3000 mm per tahun dan berlangsung dalam dua musim yaitu pada bulan Maret hingga Mei dan pada bulanOktober hingga Desember. Sehingga kurun waktu antara bulan Maret hingga Mei dan bulan September hingga bulanDesember disebut bulan basah.Berdasarkan pengukuran di Stasiun Penelitian Ketambe tercatat temperature udara berkisar antara 21 - 280C.Kelembaban udara cukup tinggi, pada keadaan normal kelembaban nisbi berkisar antara 60 – 100%. Angin bertiupdengan kecepatan sedang dan kadang bertiup dengan kencang disertai badai dalam waktu singkat yang dapatmenyebabkan kerusakan pohon-pohon di hutan. Di Daerah ini setiap kenaikan ketinggian sebesar 100 m akan diikutidengan penurunan suhu sebesar 0,60C.

F. HIDROLOGI

Keadaan topografi yang berbukit dan bergunung mengakibatkan banyak sungai di wilayah ini mempunyai aliran yangcukup deras. Hidrologi di Kabupaten Aceh Tenggara dicirikan oleh sungai yang panjang, yaitu sungai Lawe Alas dananak-anak sungai (ratusan jumlahnya) yang berhulu dari banyak gunung, diantaranya Gunung Leuser, Gunung Kemiri,Gunung Bendahara dan Gunung Perkison. Umumnya anak-anak sungai tersebut selalu berair sepanjang tahun. Kondisitopografi yang demikian juga menyebabkan air sungai mengalir melalui celah-celah bukit dan lereng yang terjal terkadangdapat pula membentuk kantong-kantong air kecil diperbukitan yang diakibatkan oleh penyumbatan pada aliran sungai.Kawasan Tangkapan air di Kabupaten Aceh Tenggara antara lain di Gunung Perkison dan Gunung Bendahara yangmerupakan sumber air bagi sungai-sungai yang mengalir ke pantai Timur. Selain untuk pengairan dan fasilitas perhubungan,sungai juga dipakai sebagai saluran pembuangan air kotor dan air hujan.

G. KEMIRINGAN LERENG DAN STRUKTUR TANAH

Kemiringan lereng di Kabupaten Aceh Tenggara bervariasi dari 0% hingga kemiringan 40% atau lebih. Berdasarkankelas kemiringan lereng, wilayah Kabupaten Aceh Tenggara dapat dibagi ke dalam 4 wilayah, yaitu :a. Kelas kemiringan 0 – 8%b. Kelas kemiringan 8 – 15%c. Kelas kemiringan 15 – 40%d. Kelas kemiringan > 40%Wilayah datar dengan kelas kemiringan 0–8% ini tersebar di wilayah Kuta Panjang, Kutacane dan Bambel Jenistanahyang terdapat pada kelas lereng ini adalah podsolik merah kuning dan litosol. Pada kelas kemiringan 8–15%ditandai dengan daerah yang bergelombang sampai agak berbukit.Wilayah ini tersebar di pinggir Lembah Alas bagianselatan kabupaten.Jenis tanah di daerah ini adalah podsolik merah kuning dan litosol. Wilayah agak berbukit dengankemiringan 15–40% tersebar merata di wilayah kecamatan Ketambe, Kecamatan Badar dan di sebelah selatanKecamatan Lawe Alas. Jenis tanah di wilayah ini adalah podsolik merah kuning, komplek podsolik cokelat, podsolitosol serta andosol.Untuk wilayah dengan kelas kemiringan lebih dari 40% ini hamper meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten AcehTenggara. Daerah ini ditandai dengan daerah yang berbukit sampai bergunung.Jenis tanah di wilayah ini adalah podsolikmerah kuning, andosol dan komplek podsolik merah kuning.

Page 41: INVESTASI ACEH TENGGARAN

30

H. KEADAAN PENDUDUK DAN PENCAHARIAN

Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2012 sebesar 184.150 jiwa yang teridri dari 91.880 pria dan92.270 wanita, serta terdiri dari 51 mukim, 385 desa dan kepala keluarga (KK). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat adatabel 4.6 berikut ini :

Page 42: INVESTASI ACEH TENGGARAN

31I. TATA RUANG LAHAN

Fungsi dari PKL, PPK dan PPL di Kabupaten Aceh Tenggara dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 43: INVESTASI ACEH TENGGARAN

32

Page 44: INVESTASI ACEH TENGGARAN
Page 45: INVESTASI ACEH TENGGARAN

A. KEADAAN UMUM PEREKONOMIAN DAERAH

Keadaan perekonomian daerah sangat mempengaruhi keputusan investor untuk menanamkan modalnya di suatu daerah,oleh karena itu perlu dijelaskan tentang keadaan perekonomian daerah Kabupaten Aceh Tenggara sebagai berikut :

34

Page 46: INVESTASI ACEH TENGGARAN

35

Page 47: INVESTASI ACEH TENGGARAN

36

Page 48: INVESTASI ACEH TENGGARAN

37

Page 49: INVESTASI ACEH TENGGARAN

38

Page 50: INVESTASI ACEH TENGGARAN

39

Page 51: INVESTASI ACEH TENGGARAN

40

Page 52: INVESTASI ACEH TENGGARAN

411. Potensi LahanPotensi Lahan untuk pengembangan komoditas tanaman Pangan dan holtikultura Kabupaten Aceh Tenggara untuklahan sawah dan bukan sawah dapat dilihat pada tabel 6.7 berikut ini :

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Agara

Page 53: INVESTASI ACEH TENGGARAN

42

Page 54: INVESTASI ACEH TENGGARAN

43Dari tabel tersebut diatas terllihat bahwa lahan pertanian tanaman pangan yang berpotensi di Kabupaten Aceh Tenggara

seluas pada tahun 2012 lahan sawah yang sangat potensi untuk ditanami padi sawah 16.865 hektare. Sedangkan yangselebihnya 18.442 hektare .sangat potensi untuk di kembangkan tanaman palawija ( jagung/kedele).

Pada saat musim rending peluang lahan sawah yang mungkin untuk dikembangkan tanaman padi seluas 14.384Ha(93, 93 %), dengan produksi 50 ton. Sedangkan untuk musim gadu peluang yang mungkin dikembangkan untuk menanampadi sawah seluas Ha dengan produksi 30,05 ton yang berada pada Kecamatan Lawe Alas, Lawe Bulan DelengPokhison, Lawe Sigala-gala, Babul Makmur, dan Semadam. Pada musim gadu lahan sawah banyak dimanfaatkanuntuk mengembangkan tanaman palawija yaitu seluas : 4.367 Ha yang tersebar di beberapa kecamatan antara lain :Kecamatan Lawe Sigala-gala, Babul Makmur, Semadam, Deleng Pokhison, Tanoh Alas, Bukit Tusam, dan Bambeldengan Produksi rata-rata 6,75 ton/Ha sehingga total produksi 29.477,25 Ton.

Untuk lahan tegalan dan ladang banyak dimanfaatkan untuk mengembangkan tanaman palawija (jagung) dengan luaslahan sebesar 17.625 Ha dengan intensitas pertanaman (1P) sebesar 150%-200% pertahun untuk lahan seluaas ±3.752 Ha (78, 02%) dengan luas pertanaman seluas 20.130 Ha, produksi sebesar 113. 935,80 ton. Dari data peluanguntuk lahan tegalan dan ladang seluas 3.873 Ha (21,97%) dimanfaatkan untuk tanaman buah-buahan, sayur-sayurandan obat-obatan serta bunga-bungaan.

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Agara

Page 55: INVESTASI ACEH TENGGARAN

44

Dari tabel tesebut di atas dapat kita lihat bahwa irigasi teknis di Kabupaten Aceh Tenggara belum ada, sedangkanuntuk irigasi ½ teknis dapat ditanami padi dengan intensitas pertanaman (1 P) = 150-200 % pertahun. Irigasi sederhana1 P = 100-150 % pertahun, irigasi desa 1 P = = 100 % pertahun dan untuk daerah tadah hujan = 100 % pertahun.

Pada musim gadu untuk irigasi desa / non PU dan tadah hujan dimanfaatkan utnuk pengembangan tanaman palawija(jagung / kedelai).

Page 56: INVESTASI ACEH TENGGARAN

45

Page 57: INVESTASI ACEH TENGGARAN

46

B. SEKTOR INVESTASI

Adapun sektor Investasi yang akan di analisisdalam penelitian ini untuk dibuatkan profilprospektif investasinya adalah :1) Sektor Pertanian meliputi :

a. Sub sektor pertanian;b. Sub sektor perkebunan;c. Sub sektor perikanan air tawar;d. Sub sektor peternakan

2) Sektor Perdagangan, Keuangan dan Jasa;3) Sektor Industri;4) Sektor Pertambangan.

Adapun potensi investasi di Kabupaten AcehTenggara dapat dilihat seperti tabel 6.11dibawah ini :

1. Se ktor Pertanian

Dalam sektor pertanian kabupaten aceh tenggara memiliki enamkomoditi yaitu padi sawah, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu,dan ubi jalar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik KabupatenAceh Tenggara tahun 2013, komoditi terbesar yang dihasilkan olehkabupaten aceh tenggara adalah Jagung yaitu sebanyak 179.435,77ton pada tahun yang sama. Meskipun demikian ternyata Komoditilainnya juga merupakan komoditi yang potensial untuk dikembangkankarena dilihat dari letak geografis dan sumber daya alam yang tersedia.

Page 58: INVESTASI ACEH TENGGARAN

2. Sektor Pertambangan, Industri,perdagangan dan jasa

Untuk sektor pertambangan, Industri,Perdagangan dan jasa, responden diajukan jenisusaha yang menurut persepsi responden sangatlayak dipertimbangkan untuk investasidikabupaten aceh tenggara berdasarkankebutuhan rasional masyarakat. Padasektor ini diberikan beberapagambaran yang berkenaan dengansektor pertambangan, industri,perdagangan dan jasa, dan masing-masing sub sektor tidak dijabarkansecara rinci. Adapun hasil potensiuntuk keseluruhannya dapat dirincipada tabel 6.13 dibawah.

3. Sektor Peternakan

Hasil Perhitungan untuk potensisektor Peternakan dirinci sebagai berikut :

Berdasarkan hasil analisis data sektorpeternakan, adalah sektor yang sangat potensialuntuk dikembangkan di Kabupaten AcehTenggara. Hal ini dikarenakan dipengaruhibeberapa faktor seperti budaya atau kebiasaanmasyarakat Kabupaten Aceh Tenggara yangmana sering menggunakan hewan ternak dalamacara kebudayaan maupun dalam acara harikebesaran agama.

47

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan tabel 6.12 terlihat bahwa sektor selain Jagung merupakansektor yang potensial untuk dikembangkan.dari enam komoditi tersebutdiatas merupakan komoditi yang potensial untuk dikembangkan. Mulaidari pengolahan hasil tani sampai kepada realisasi penjualan hasilpertanian.

Page 59: INVESTASI ACEH TENGGARAN

4. Sektor Perikanan

Sebagai Kabupaten yang memiliki potensi yang luar biasa di sektor perikanan, Kutacane tak boleh lepas dari perhatian.Kawasan ini merupakan pintu gerbang manuju kawasan pariwisata Taman Nasional Gunung Leuser yang menjadikannyabernilai strategis.

Oleh karena itu Perikanan bisa menjadi ciri khas dalam meningkatkan para pengujung wisatawan aceh tenggara.Dikarenakan salah satu kabupaten yang membudayakan ikan mas dengan nilai produksi cukup tinggi di Indonesia. Daridata diatas jumlah keberhasilan sektor perikanan sangat menjanjikan dengan hasil produksi 6800 ton lebih di tahun2012.

48

Page 60: INVESTASI ACEH TENGGARAN

5. Sektor Perkebunan

Aceh tenggara merupakan kawasan perkebunan dan kehutanan yang cukup luas oleh karena itu potensi perkebunandi aceh tenggara sangat berpotensi dimana kekayaan alamnya yang terus dapat dikelola dengan baik, hal ini dibuktikannya, cukup besarnya hasil produksi perkebunan pada tahun 2012 seperti yang terlihat pada tabel dibawahini :

49

Page 61: INVESTASI ACEH TENGGARAN
Page 62: INVESTASI ACEH TENGGARAN

A. Kualitas LingkunganPersepsi atas suatu wilayah, apakah memiliki kualitas

hidup yang baik, merupakan hal penting bagi dunia usahauntuk melakukan investasi. Investasi pemerintah daerahyang meningkatkan kualitas hidup masyarakat sangatpenting untuk mempertahankan daya saing. Jika masyarakatingin menarik modal dan investasi, maka haruslah siap untukmemberi perhatian terhadap: keanekaragaman, identitasdan sikap bersahabat. Pengenalan terhadap fasilitas untukmendorong kualitas hidup yang dapat dinikmati olehpenduduk suatu wilayah dan dapat menarik bagi investorluar perlu dilakukan.

Kawasan bersejarah adalah pembentuk kualitaslingkungan yang penting. Pelestarian kawasan bersejarahberkaitan dengan berbagai aspek ekonomi lokal sepertikeuangan daerah, permukiman, perdagangan kecil, danpariwisata dengan menciptakan pekerjaan yang dapatsignifikan. Kegiatan ini memberikan kontribusi terhadapkualitas hidup, meningkatkan citra masyarakat dan menarikkegiatan ekonomi yang menghasilkan pendapatan bagipenduduk. Pelestarian kawasan bersejarah memberikanperlindungan kepada warisan budaya dan membuatmasyarakat memiliki tempat yang menyenangkan untukhidup. Investor dan developer umumnya menilai kekuatanwilayah melalui kualitas dan karakter dari wilayahnya, salahsatunya adalah terpeliharanya kawasan bersejarah.

Selain aset alam dan budaya, sarana umum merupakanpenarik kegiatan bisnis yang penting. Untuk melihat danmengukur tingkat kenyamanan hidup pada suatu wilayahdapat dilihat dari ketersediaan sarana umum di wilayahtersebut. Sarana umum merupakan kerangka utama daripembangunan ekonomi dan sarana umum ini sangat pentingbagi aktivitas masyarakat. Sarana umum yang palling dasar

adalah jalan, pelabuhan, pembangkit listrik, sistim pengairan,sarana air bersih, penampungan dan pengolahan sampahdan limbah, sarana pendidikan seperti sekolah, tamanbermain, ruang terbuka hijau, sarana ibadah, dan masihbanyak fasilitas lainnya yang berhubungan dengan kegiatansehari-hari masyarakat.

Kepadatan, pemanfaatan lahan dan jarak merupakantiga faktor utama dalam pengembangan sarana umum yangefektif. Semakin padat dan rapat penduduk, biaya yangdikeluarkan untuk pengadaan sarana umum jauh lebihmurah jika dilihat daya tampung per unitnya. Polapembangunan yang padat, kompak dan teratur, berbiayalebih murah daripada pembangunan yang linier atauterpencar-pencar. Semakin efisien biaya yang dikeluarkanuntuk pemeliharaan dan pengadaan sarana umum makaakan semakin memperkokoh dan memperkuatpembangunan ekonomi wilayah tersebut.

Sarana umum yang baru perlu dibangun sejalan denganpertambahan jumlah penduduk. Idealnya fasilitas saranaumum yang ada harus dapat menampung sesuai dengankapasitas maksimalnya, sehingga dapat memberikan waktuuntuk dapat membangun sarana umum yang baru.Penggunaan lahan dan sarana umum haruslah salingberkaitan satu sama lainnya. Perencana pembangunanseharusnya dapat memprediksikan arah pembangunan yangakan berlangsung sehingga dapat dibuat sarana umum yangbaru untuk menunjang kegiatan masyarakat pada wilayahtersebut. Penyediaan sarana dapat juga dilakukan denganmemberikan potongan pajak dan ongkos kompensasiberupa pengelolaan sarana umum kepada sektor swastayang bersedia membangun fasilitas umum.

Wilayah pinggiran biasanya memiliki karakter sebagai

51

Page 63: INVESTASI ACEH TENGGARAN

wilayah yang tidak direncanakan, berkepadatan rendahdan tergantung sekali keberadaannya pada penggunaanlahan yang ada. Tempat seperti ini akan membuatpenyediaan sarana umum menjadi sangat mahal. Dalamsuatu wilayah antara kota, desa dan tempat-tempat lainnyaharus ada satu kesatuan. Pemerintah daerah perlu mengenalipola pengadaan sarana umum di suatu wilayah yang efektif,baik di wilayah lama maupun di wilayah pinggiran.

B. Keterkaitan Wilayah dan Aglomerasi

Kemampuan wilayah untuk mengefisienkan pergerakanorang, barang dan jasa adalah komponen pembangunanekonomi yang penting. Suatu wilayah perlu memiliki aksestransportasi menuju pasar secara lancar. Jalur jalan yangmenghubungkan suatu wilayah dengan kota-kota lebihbesar merupakan prasarana utama bagi pengembanganekonomi wilayah. Pelabuhan laut dan udara berpotensiuntuk meningkatkan hubungan transportasi selanjutnya.Pemeliharaan jaringan jalan, perluasan jalur udara, jalur airdiperlukan untuk meningkatkan mobilitas penduduk danpergerakan barang. Pembangunan prasarana diperlukanuntuk meningkatkan daya tarik dan daya saing wilayah.Mengenali kebutuhan pergerakan yang sebenarnya perludilakukan dalam merencanakan pembangunan tarsnportasi.

Umumnya usaha yang sama cenderung beraglomerasidan membentuk kelompok usaha dengan karakter yangsama serta tipe tenaga kerja yang sama. Produk dan jasayang dihasilkan juga satu tipe. Sumber daya alam danindustri pertanian biasanya berada di tahap awalpembangunan wilayah dan menciptakan kesempatan yangpotensial untuk perkembangan wilayah. Pengelompokan

usaha (aglomerasi) berarti semua industri yang salingberkaitan saling membagi hasil produk dan keuntungan.Pengelompokan itu juga menciptakan potensi untukmenciptakan jaringan kerjasama yang dapat membangunkegiatan pemasaran bersama dan untuk menarik kegiatanlainnya yang berkaitan ke depan atau ke belakang.

Pertumbuhan ekonomi yang sehat sangat penting jikasuatu wilayah ingin bersaing di pasar lokal dan nasional.Untuk mencapai tujuan ini, pendekatan kawasan yangterpadu diperlukan untuk mempromosikan pembangunanekonomi. Prioritas utama adalah mengidentifikasi kawasan-kawasan yang menunjukkan tanda-tanda aglomerasidengan seluruh kegiatan dan institusi yang membentuknya.Kemungkinan kawasan ini menjadi pusat usaha danperdagangan tergantung pada jaringan transportasi yangbaik, prasarana yang lengkap, tempat kerja yang mudahdicapai, dukungan modal, dan kesempatan pelatihan/pendidikan.

C. Manajemen Pembangunan Daerah Yang Pro-Bisnis

Pemerintah daerah dan pengusaha adalah dua kelompokyang paling berpengaruh dalam menentukan corakpertumbuhan ekonomi daerah. Pemerintah daerah,mempunyai kelebihan dalam satu hal, dan tentu sajaketerbatasan dalam hal lain, demikian juga pengusaha.Sinergi antara keduanya untuk merencanakan bagaimanaekonomi daerah akan diarahkan perlu menjadi pemahamanbersama. Pemerintah daerah mempunyai kesempatanmembuat berbagai peraturan, menyediakan berbagaisarana dan peluang, serta membentuk wawasan orang

52

Page 64: INVESTASI ACEH TENGGARAN

banyak. Tetapi pemerintah daerah tidak mengetahui banyakbagaimana proses kegiatan ekonomi sebenarnyaberlangsung. Pengusaha mempunyai kemampuanmengenali kebutuhan orang banyak dan dengan berbagaiinsiatifnya, memenuhi kebutuhan itu. Aktivitas memenuhikebutuhan itu membuat roda perekonomian berputar,menghasilkan gaji dan upah bagi pekerja dan pajak bagipemerintah. Dengan pajak, pemerintah daerahberkesempatan membentuk kondisi agar perekonomiandaerah berkembang lebih lanjut.

Pemerintah daerah dalam mempertahankankeberlanjutan pembangunan ekonomi daerahnya agarmembawa dampak yang menguntungkan bagi pendudukdaerah perlu memahami bahwa manajemen pembangunandaerah dapat memberikan pengaruh yang baik gunamencapai tujuan pembangunan ekonomi yang diharapkan.Bila kebijakan manajemen pembangunan tidak tepatsasaran maka akan mengakibatkan perlambatan lajupertumbuhan ekonomi. Maka manajemen pembangunandaerah mempunyai potensi untuk meningkatkanpembangunan ekonomi serta menciptakan peluang bisnisyang menguntungkan dalam mempercepat laju pertumbuhanekonomi daerah. Prinsip-prinsip manajemen pembangunanyang pro-bisnis adalah antara lain sebagai berikut :a. Menyediakan Informasi kepada Pengusaha

Pemerintah daerah dapat memberikan informasi kepadapara pelaku ekonomi di daerahnya ataupun di luardaerahnya kapan, dimana, dan apa saja jenis investasi yangsesuai dengan kebutuhan pembangunan yang akan datang.Dengan cara ini maka pihak pengusaha dapat mengetahuiarah kebijakan pembangunan daerah yang diinginkanpemerintah daerah, sehingga dapat digunakan sebagai dasarpertimbangan dalam menentukan dalam kegiatan apa

usahanya akan perlu dikembangkan. Pemerintah daerahperlu terbuka mengenai kebijakan pembangunannya, daninformasi yang diterima publik perlu diupayakan sesuaidengan yang diinginkan.b. Memberikan Kepastian dan Kejelasan Kebijakan

Salah satu kendala berusaha adalah pola serta arahkebijakan publik yang berubah-ubah sedangkan pihak in-vestor memerlukan ada kepastian mengenai arah sertatujuan kebijakan pemerintah. Strategi pembangunanekonomi daerah yang baik dapat membuat pengusaha yakinbahwa investasinya akan menghasilkan keuntungan dikemudian hari. Perhatian utama calon penanam modal olehsebab itu adalah masalah kepastian kebijakan. Pemerintahdaerah akan harus menghindari adanya tumpang tindihkebijakan jika menghargai peran pengusaha dalammembangun ekonomi daerah. Ini menuntut adanya salingkomunikasi diantara instansi-instansi penentuperkembangan ekonomi daerah. Dengan cara ini, suatuinstansi dapat mengetahui apa yang sedang dan akandilakukan instansi lain, sehingga dapat mengurangi terjadinyakemiripan kegiatan atau ketiadaan dukungan yangdiperlukan.

Pengusaha juga mengharapkan kepastian kebijakanantar waktu. Kebijakan yang berubah-ubah akan membuatpengusaha kehilangan kepercayaan mengenaikeseriusannya membangun ekonomi daerah. Pengusahadaerah umumnya sangat jeli dengan perilaku pengambilkebijakan di daerahnya. Kerjasama yang salingmenguntungkan mensyaratkan adanya kepercayaanterhadap mitra usaha. Membangun kepercayaan perludilakukan secara terencana dan merupakan bagian dariupaya pembangunan daerah.

53

Page 65: INVESTASI ACEH TENGGARAN

D. Mendorong Sektor Jasa dan Perdagangan

Sektor ekonomi yang umumnya bekembang cepat dikota-kota adalah sektor perdagangan kecil dan jasa. Sektorini sangat tergantung pada jarak dan tingkat kepadatanpenduduk.

Persebaran penduduk yang berjauhan dan tingkatkepadatan penduduk yang rendah akan memperlemahsektor jasa dan perdagangan eceran, yang mengakibatkanpeluang kerja berkurang. Semakin dekat penduduk, makainteraksi antar mereka akan mendorong kegiatan sektorjasa dan perdagangan.

Seharusnya pedagang kecil mendapat tempat yangmudah untuk berusaha, karena telah membantu pemerintahdaerah mengurangi pengangguran. Pada waktunyapengusaha kecil akan membayar pajak kepada pemerintahdaerah.

Dengan menstimulir usaha jasa dan perdaganganeceran, pertukaran ekonomi yang lebih cepat dapatterjadi sehingga menghasilkan investasi yang lebih besar.Adanya banyak pusat-pusat pedagang kaki lima yangefisien dan teratur akan menarik lebih banyak investasibagi ekonomi daerah dalam jangka panjang.

Sebagian besar lapangan kerja yang ada dalam suatuwilayah diciptakan oleh usaha kecil dan menengah.Namunusaha kecil juga rentan terhadap ketidakstabilan, yangterutama berkaitan dengan pasar dan modal, walaupunsecara umum dibandingkan sektor skala besar, usaha kecildan menengah lebih tangguh menghadapi krisis ekonomi.

Pemerintah daerah perlu berupaya agar konjungturekonomi tidak berpengaruh negatif terhadap kelangsunganusaha kecil.

E. Meningkatkan Daya Saing Pengusaha Daerah

Kualitas strategi pembangunan ekonomi daerah dapatdilihat dari apa yang akan dilakukan pemerintah daerahdalam menyiapkan pengusaha-pengusaha di daerahnyamenghadapi persaingan global. Globalisasi (ataupenduniaan) akan semakin mempengaruhi perkembanganekonomi daerah dengan berlakunya perjanjian AFTA,APEC dan lain-lain. Mau tidak mau, siap atau tidak siapperdagangan bebas akan menjadi satu-satunya pilihan bagimasyarakat di semua daerah. Upaya untuk menyiapkanpengusaha daerah oleh sebab itu perlu dilakukan.Pengusaha dari negara maju telah siap atau disiapkan sejaklama. Pengusaha daerah juga perlu diberitahu konsekuensilangsung dari ketidaksiapan menghadapi perdaganganbebas. Saat ini, pengusaha lokal mungkin masih dapatmeminta pengertian manajer supermarket untukmendapatkan tempat guna menjual produksinya. Tahundepan, bisa tidak ada toleransi untuk produksi lokal yangtidak lebih murah, tidak lebih berkualitas dan tidak lebihtetap pasokannya.

Meningkatkan daya saing adalah dengan meningkatkanpersaingan itu sendiri. Ini berarti perlakuan-perlakukankhusus harus ditinggalkan. Proteksi perlu ditiadakan segeraataupun bertahap. Pengembangan produk yang suksesadalah yang berorientasi pasar, ini berarti pemerintah daerahperlu mendorong pengusaha untuk selalu meningkatkanefisiensi teknis dan ekonomis. Peraturan perdaganganinternasional harus diperkenalkan dan diterapkan. Perlu adaupaya terencana agar setiap pejabat pemerinah daerahmengerti peraturan-peraturan perdagangan internasional ini,untuk dapat mendorong pengusaha-pengusaha daerah

54

Page 66: INVESTASI ACEH TENGGARAN

menjadi pemain-pemain yang tangguh dalam perdaganganbebas, baik pada lingkup daerah, nasional maupuninternasional.

F. Membentuk Ruang yang Mendorong Kegiatan Ekonomi

Membentuk ruang khusus untuk kegiatan ekonomi akanlebih langsung menggerakkan kegiatan ekonomi.Pemerintah daerah perlu berusaha mengantisipasikawasan-kawasan mana yang dapat ditumbuhkan menjadipusat-pusat perekonomian wilayah. Kawasan-kawasanyang strategis dan cepat tumbuh ini dapat berupa kawasanyang sudah menunjukkan tanda-tanda aglomerasi, sepertisentra-sentra produksi pertanian tanaman pangan,hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan; klasterindustri, dsb. Kawasan cepat tumbuh juga dapat berupakawasan yang sengaja dibangun untuk memanfaatkanpotensi SDA yang belum diolah, seperti yang duludikembangkan dengan sistim permukiman transmigrasi.Kawasan-kawasan ini perlu dikenali dan selanjutnyaditumbuhkan dengan berbagai upaya pengembangankegiatan ekonomi, seperti pengadaan terminal agribisnis,pengerasan jalan, pelatihan bisnis, promosi dsb.Pengembangan kawasan-kawasan strategis dan cepattumbuh ini perlu dilakukan bersamaan dengan upayapeningkatan keterampilan, pengembangan usaha, danpenguatan keberdayaan masyarakat.

Beberapa karakteristik legal yang tampaknya perludipahami oleh masyarakat luas dengan adanya otonomidaerah antara lain adalah : (Desi Fernanda,2002)Meletakkan otonomi daerah sebagai wujudpengakuan kedaulatan rakyat sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas daerah tertentu dan memilikikewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentinganmasyarakat berdasarkan prakarsa sendiri sesuai denganaspirasi masyarakat setempat.

Daerah Otonom Kabupaten dan Kota tidak lagimerangkap sebagai wilayah administrasi pusat, sehinggatidak lagi ada perangkapan jabatan Kepala Daerah dansekaligus Kepala Wilayah.

Menempatkan seluruh kewenangan pemerintahan padaDerah Kabupaten dan Kota yang lebih dekat denganmasyarakat, kecuali kewenangan-kewenangan tertentuyang ditetapkan sebagai kewenangan Propinsi dankewenangan Pusat. Kewenangan Propinsi terbatas padabidang-bidang yang bersifat lintas Daerah Kabupatan/Kota,atau kewenangan yang belum dapat dilaksanakan olehDaerah/Kota. Kewenangan Pusat antara lain meliputi limabidang strategis, yaitu politik luar negeri, agama, ekonomimoneter, pertahanan dan keamanan, dan hukum/peradilan.

Tidak ada hubungan hirearki antara daerah otonomKabupaten dan Kota dengan daerah otonom Propinsi. JadiDaerah otonom Kabupaten/Kota bukanlah bawahandaerah otonom Propinsi.

Kepala Daerah ditetapkan oleh DPRD setempat.Artinya Kepala Daerah wajib mempertanggungjawabkanpelaksanaan tugasnya kepada DPRD pada setiap akhirtahun anggaran, dan akhir masa jabatan.

Kedudukan keuangan daerah otonom menjadi lebihkuat dengan adanya desentralisasi fiskal, di mana daerahtidak lagi mendasarkan pengelolaan keuangannya kepadaketentuan alokasi dari Pusat, melainkan memilki otonomipenuh untuk mengelola keuangan daerah , dengankewajiban melaporkannya kepada DPRD, sebagai bentukakuntabilitas.

55

Page 67: INVESTASI ACEH TENGGARAN

Struktur perangkat pemerintahan daerah tidak lagiseragam, melainkan boleh bervariasi sesuai dengan potensidan keanekaragaman daerah. Sedangkan Kecamatan danKelurahan tidak lagi merupakan perangkat pemerintahanwilayah tetapi menjadi perangkat daerah otonom.

Pengawasan oleh Pusat lebih bersifat preventif daripadarepresif, sehingga terdapat keleluasaan bagi daerah untukmelaksanakan otonominya tanpa campur tangan Pusat,kecuali jika ternyata terdapat kebijakan daerah yangbertentangan dengan kebijakan nasional atau yang lebihtinggi.

G. Dana Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah mustahil bisa dilaksanakandengan baik tanpa adanya dana yang mencukupi. Dalampasal 27 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 telahdiatur bahwasanya dalam rangka pembiayaan pelaksanaandesentralisasi, daerah akan mengandalkan pada sumber-sumber penerimaan yang terdiri atas : (1) Pendapatan AsliDaerah – PAD; (2) Dana Perimbangan; (3) Dana Pinjaman;dan (4) lain-lain Penerimaan yang sah.

Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yangdihasilkan dari upaya daerah sendiri yang berasal dariberbagai sumber, antara lain adalah dari pajak daerah,retribusi, hasil keuntungan perusahaan daerah, dan dariberbagai hasil usaha lainnya yang sah menurut peraturan.Kemampuan daerah untuk memperoleh PAD rata-ratasangat rendah, bahkan untuk menutupi biaya rutin punsangat kekurangan. Untuk daerah otonomi Kabupaten danKota dana yang diperoleh dari PAD hanya sekitar 13%dari dana yang dimiliki, sedangkan di daerah otonomiPropinsi sebanyak 30%. (Deddy Supriadi B. , 2002).

Dana Perimbangan adalah dana yang diperolehpemerintah Daerah dari pemerintah Pusat, baik yangberasal dari PBB, Bea Perolehan Hak atas tanah danBangunan, Penerimaan Sumber Daya Alam, Dana AlokasiUmum, dan Dana Alokasi Khusus. Penerimaan dari PBBdibagi dengan imbangan 10% untuk Pemerintah Pusat dan90% untuk Daerah; penerimaan dari BPHTB dibagi denganimbangan 20% untuk Pusat, dan 80% untuk Daerah;penerimaan dari Sumber Daya Alam dibagi denganimbangan 20% bagi pemerintah Pusat dan 80% untukDaerah. Satu hasil penelitian yang dilakukan oleh SMERUdan hasilnya diseminarkan di Bali pada bulan Juni 2002,menunjukan bahwa dalam UU Nomor 25 Tahun 1999tentang Perimbangan Keuangan Pusat –Daerah tidak diaturpenerimaan dari sektor perkebunan, sehingga daerah yangmemiliki areal perkebunan merasa dirugikan karena daerahtidak memperoleh pendapatan dari sektor tersebut. “ Inaddition, those regions with established industries that makea significant contribution to state revenue, such as the to-bacco industry in Kabupaten Kudus, do not receive a shareof the profits despite the fact that the natural resourcesupon which the industries are based lies within their terri-tory. As a result, these regions feel that they have beentreated unfairly by regional autonomy laws”.Perlu diketahuiyang diatur dalam undang-undang tersebut hanyamencakup penerimaan dari sektor minyak bumi, gas alam,kehutanan, pertambangan umum, dan perikanan.

Berdasarkan data APBD tahun anggaran 2001 untuk82 Kabupaten/Kota di Indonesia, dapat diketahui bahwadana perimbangan menempati porsi terbesar yaitu rata-rata 77% (Sadu Wasistiono, 2002). Yang terkecil adalahKabupaten Badung yakni 32% sedangkan yang terbesarKabupaten Kutai Kertanegara sebesar 99%.Khusus untukKota Palu, mencapai 90%.

56

Page 68: INVESTASI ACEH TENGGARAN

Melihat lebih besarnya pendapatan daerah Kabupaten/Kota yang diperoleh dari Dana Perimbangan dibandingkandengan Pendapatan Asli Daerah, maka dapat dikatakandaerah masih belum bisa otonomi secara sepenuhnya.Artinya desentralisasi dalam aspek ekonomi, politik, dansosial, belum diimbangi dengan desentralisasi aspek fiskal,dan akibatnya ketergantungan Daerah kepada Pusat masihsangat dirasakan.

Sebagian besar upaya yang dilakukan daerah untuk bisamengurangi dana yang diperoleh dari pemerintah pusatadalah dengan memacu uapaya memperoleh PendapatanAsli Daerah sebesar mungkin. Metode yang paling populersampai dengan saat ini adalah dengan mengesploitasiSumber Daya Alam daerah yang ada, dan melalui Pajakdan Retribusi Daerah.

Cara pertama sangat mungkin dilakukan apabila didaerah SDA nya memang berlimpah, namun bagi daerahyang miskin akan SDA umumnya mengambil jalan lain yaitumeningkatkan penerimaan dengan cara kedua . Terlepasdengan cara daerah memperoleh PADnya, yang menjadipertanyaan “mampukah daerah menggali denganbermodalkan sumber daya manusia yang ada di daerahnyasendiri?”

Ada slogan yang cukup terkenal dalam dunia industri “Assets make things possible, people make things happen”. Artinya kekayaan alam, modal, bahan baku, dan asset-aset lainnya membuat sesuatu itu mungkin, namun hanyamelalui tangan-tangan manusialah membuat semuanya ituterjadi.

Indonesia boleh mempunyai laut yang luas penuh denganikan, namun tanpa nelayan yang baik, ikan tersebutakantetap menjadi ikan yang ramai berenang-renang didalam lautan. Daerah bisa punya modal sendiri atau modalasing, atau hasil penarikan pajak dan retribusi, namun tanpa

manusia yang akhli dan bermoral dalam mengelola uangtadi, dapat kita bayangkan bagaimana jadinya.Demikianpula, daerah boleh mempunyai kekayaan alam yangberlimpah, namun tanpa ada sumber daya manusia yangmengolahnya secara benar, kekayaan alam tersebutbukannya menjadi sumber yang bermanfaat, melainkan lebihbanyak mudharatnya.

Berdasarkan laporan-laporan tertulis maupun lisan,ternyata semangat reformasi yang di dalamnya adalah jugapelaksanaan otonomi daerah, masih belum sepenuhnya bisaditerjemahkan menjadi tindakan. Dalam salah satulaporannya Ahmad Subagya (2002) salah satu anggotaDewan Konsultasi Otonomi Daerah Kabupaten Bantulmengemukakan beberapa kendala pelaksanaan otonomidaerah, yang antara lain adalah :

Partisipasi masyarakat rendah.Sebagian besar masyarakat kabupaten/kota mempunyai

persepsi bahwa otonomi daerah merupakan persoalanpemerintah daerah.Kondisi seperti ini berakibat padarendahnya partisipasi masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah daerah menjadi rendah.

Salah satu akibatnya adalah, dalam perencanaan danpersiapan lainnya pemerintah kabupaten sibuk sendirian,dan kurang mendapat dukungan atau kontrol darimasyarakat.

Masyarakat tidak perduli pemerintah siap atau tidak,cenderung menunggu dan melihat apa yang akan dilakukanoleh pemerintah daerah. Bagi masyarakat, yang pentingada perubahan pada kinerja pemerintah sehinggamasyarakat memperoleh pelayanan yang lebih baik danmurah. Sikap menunggu ini akan sangat mengganggupelaksanaan otonomi daerah karena sesungguhnyapelaksanaan otonomi daerah akan sangat diuntungkandengan adanya partisipasi masyarakat.

57

Page 69: INVESTASI ACEH TENGGARAN

Permasalahan ini juga ditemukan oleh penelitian yangdilakukan oleh SMERU, yang antara lain berbunyi :“Theimplementation of regional autonomy must include the in-volvement of wider circle of participation outside the bound-ary of government and the bureaucracy. The responsibilityof local communities in each autonomous region must alsotaken into account, so that government and the communityshare responsibility for successful implementation of re-gional autonomy. This implies that the implementation ofregional autonomy will be a long-term process, which mustbe widely understood not only by local government butalso by civil society”

H. Sikap dan Mentalitas Aparatur Pemerintah Daerah

Sikap mentalitas aparatur pemerintahan daerahmerupakan salah satu kunci penting keberhasilanpelaksanaan kebijakan otonomi daerah, karena merekalahujung tombak dan eksekutor program tersebut.

Ada gejala cukup menonjol pada hampir semuapemerintah kabupaten bahwa sikap dan mentalitas aparaturbaik eksekutif maupun legislatif masih menyisakan pengaruhpemerintah yang sentralistik, sehingga mereka lebih baikmenunggu dan kurang berani mengambil inisiatif danprakarsa untuk melaksanakan fungsi keotonomiandaerahnya.Kondisi ini sudah tentu tidak menguntungkanpelaksanaan otonomi daerah, karena kepeloporan aparaturpemerintahan daerah mutlak diperlukan.

Di samping itu, ada dua pandangan lain yang tampaknyajuga mendukung dua hasil penelitian tersebut di atas, yangdatangnya dari Muadim Bisri, SH, Sag. Dalam makalahnyayang berjudul “Melacak Problematika Otoda” . Pertama,otonomi daerah dicurigai sebagai proses transformasi

kolusi, korupsi, dan nepotisme ke tingkat daerah, ini jugaternyata terbukti. Banyaknya anggaran belanja daerah yangtidak jelas serta melimpahnya permintaan fasilitaskesejahteraan para eksekutif maupun legislatif tingkat daerahmerupakan bukti yang nyata.

Kedua, kendala yang muncul berikutnya adalahrendahnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia(SDM). Perda-perda yang ditelorkan sebagai konsekuensidari perubahan pola anggaran proyek dan program telahmenimbulkan kekhawatiran baru, karena ternyata di daerahtingkat I dan II masih minim staf akhli di bidang keuangandan manajemen yang diperlukan (Bisri, 2002).

Mencermati permasalahan di atas, maka apa yangsekiranya harus dilakukan oleh daerah dalam menghadapiotonomi ini. Adhitya Wardono dan Asep Mulyana dalammakalah yang yang disampaikan di Frankrut, berjudul“Sumberdaya Padat Otak dan Otonomi Daerah” mengutipbuah pikiran seorang ekonom Friedrich List yangmengemukakan konsep Pendekatan Tenaga Produktif.Rekomendasinya adalah kemakmuran suatu daerah(bangsa) bukan disebabkan oleh akumulasi harta dankekayaan, melainkan dengan cara membangun lebihbanyak tenaga yang produktif.

Dengan pendekatan ini akan terjadi kekuatan swadayasetempat yang mampu menunjang kemakmuran ekonomisuatu daerah atau bangsa. Yang dimaksud oleh FriedrichList dengan Tenaga Produktif adalah karya kreatif, inovatif,pemahaman atas kekuasaan dan hokum, hak dan kewajibanmasyarakat, efektivitas penyelenggaraan pemerintah, ilmudan kebudayaan, dan sikap terhadap hak asasi manusiaserta mentaati norma agama. (Wardono dan Mulyana,2001).

58

Page 70: INVESTASI ACEH TENGGARAN

I. Hubungan Antara Kemajuan Daerah Dengan Sumber Daya Manusia

Dari apa yang dikemukakan oleh Fredrich List tersebutdi atas maka uraian berikutnya berupaya menjelaskansejauh mana hubungan antara kemakmuran daerah yangindkatornya adalah kemakmuran ekonomi dengan variabelsumber daya manusia. Dengan mengetahui hubungan yangterjadi di antara kedua variabel tersebut penulis ingin lebihmeyakinkan kepada pembaca betapa pentingnyapemerintah Daerah/Kota/Propinsi untuk memfokuskanupayanya pada peningkatan kualitas sumber daya manusiadi daerahnya masing-masing.

Data yang digunakan dalam mencari hubungan tersebutberdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PusatPendidikan dan Studi Kebanksentralan pada tahun 2001terhadap 26 Propinsi dari 30 Propinsi yang ada di Indone-sia. Judul penelitiannya adalah Daya Saing Daerah : Konsepdan Pengukurannya di Indonesia. Penelitian dilakukan olehPiter Abdulah, SE., MA, Dr. Armida S. Alisjahbana, Dr.Nurry Effendi, dan Dr. Budiono.Secara umum, penelitiantersebut bertujuan memberikan gambaran tentang dayasaing dari 26 Propinsi. Variabel-variabel penelitian utamameliputi Perekonomian Daerah, Keterbukaan, SistemKeuangan, Infrastruktur dan Sumber Daya Alam, Ilmupengetahuan dan Teknologi, Sumber Daya Manusia,Kelembagaan, Governance dan Kebijakan Pemerintah,serta Manajemen dan Ekonomi Mikro. Analisis dari kesembilan variabel tersebut menganghasilkan Daya Saingdari setiap Propinsi di Indonesia.

Dalam penelitian tersebut variabel PerekonomianDaerah didefinisikan sebagai ukuran kinerja secara umum

dari perekonomian makro (daerah) yang meliputipenciptaan nilai tambah, akumulasi kapital, tingkatkonsumsi, kinerja sektoral perekonomian, serta tingkatbiaya hidup.

Indikator kinerja ekonomi makro mempengaruhi dayasaing daerah melalui prinsip-prinsip berikut:1. Nilai tambah merefleksikan produktivitas perekonomian,setidaknya dalam jangka pendek.2. Akumulasi modal mutlak diperlukan untuk meningkatkandaya saing dalam jangka panjang.3. Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerjaekonomi di masa lalu.4. Kompetisi yang didorong mekanisme pasar akanmeningkatkan kinerja ekonomi suatu daerah.5. Semakin ketat kompetisi pada suatu perekonomiandaerah, maka akan semakin kompetitif perusahaan-perusahaan yang akan bersaing secara internasional maupundomestik

J. KEBIJAKAN DAN STRATEGIS POLA RUANG

Kebijakan pengembangan Pola Ruang Kabupaten AcehTenggara meliputi :

a. Pertahanan dan peningkatan kelestarian lingkunganhidup melalui pengelolaan dan pelestarian kawasanberfungsi lindung dan pengendalian kegiatan budidaya diKabupaten Aceh Tenggara

Untuk mewujudkan kebijakan tersebut diperlukanbeberapa strategi yaitu :1) Mendeliniasi kawasan hutan di Kabupaten AcehTenggara sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan;2) Memantapkan fungsi kawasan lindung berdasarkan hasil

59

Page 71: INVESTASI ACEH TENGGARAN

60

analisis fisik wilayah;3) Memantapkan kawasan penyangga sehingga berfungsiuntuk mengamankan kawasan lindung dan kawasandibawahnya;4) Memanfaatkan kawasan lindung menjadi priortitasutama karena sebagai penyangga banjir yang dapatmelanda wilayah hilir Kabupaten Aceh Tenggara;5) Merelokasi permukiman dan kegiatan budidayalainnya dikawasan lindung;6) Membatasi perkembangan penduduk kearahkawasan-kawasan yang terkena pemantapan kawasanlindung.

Peningkatan produktifitas peternakan yangberorientasi pada peningkatan pendapatan. Untukmewujudkan kebijakan tersebut diperlukan beberapastrategi yaitu :1) Mengembankag peternakan dengan efisiensi usahadalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi;2) Meningkatkan ekspor ternak;3) Mengembangkan peternakan rakyat;4) Meningkatkan peranan koperasi serta keikutsertaanswasta;5) Mendatangkan ternak bibit unggul untukmeningkatkan kualitas produksi ternak;6) Melakukan vaksinasi ternak dalam mencegah

menyebarnya penyakit hewan.Perkuatan basis perekonomian menurut sector/

komoditi unggulan di masing-masing WilayahPelayanan (WP), termasuk memperluaskeanekaragaman sumber daya alam yang dapatdimanfaatkan dalam meningkatkan kesejahteraanmasyarakat dan menjadi sumber pendapatandaerah.Untuk mewujudkan kebijakan tersebutdiperlukan beberapa strategi yaitu :

1) Mengembangkan keterkaitan industry pertanianmulai dari hulu (produksi), distribusi dan pengolahanair;

2) Meningkatkan produksi tanaman pangan untukmempertahankan/memantapkan swasembada pangandi kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi dalamkesesuain lahan tanaman pangan;

3) Mengembangkan sector industry yang berbasispada pengolahan hasil pertanian;

4) Mengembangkan kepariwisataan secaramenyeluruh dan terpadu baik obyek wisata budaya,alam;

5) Mengembangkan industry agro baik perkebunanmaupun perikanan secara selektif dalam pengertian berorientasipada pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasanlingkungan.

Page 72: INVESTASI ACEH TENGGARAN
Page 73: INVESTASI ACEH TENGGARAN

Bidang investasi di Kabupaten Aceh Tenggara adalah sebagai berikut :

1. Perdagangan 2. Pelayanan Jasa

a. Dagang Besar a. Skala Besar

b. Dagang Menengah b. Skala Menengah

c. Dagang Kecil c. Skala Kecil

3.Pabrikasia. Industry Besarb. Industry Menengah Dan Kecil

c. Industry Rumah Tangga

Kemudian Dirinci Potensi Investasi Kabupaten Aceh Tenggara Di Berbagai

Sektor:a. Sektor Utama/Primer

a. Tanaman Bahan Makanan

b. Tanaman Perkebunan

c. Tanaman Lain-Lain

d. Hasil Hutane. Peternakanf. Hasil Tambang Dari Hewan Ternak

g. Perikanan Kolam Ikan Air Tawar

h. Hasil Tambang Dari Ikan Air Tawar

A. KESIMPULAN

62

Page 74: INVESTASI ACEH TENGGARAN

b. Sektor Sekunder1. Potensi Bangunan Prasaranaperumahan/Permukiman

a. Pembangunan Rumah Murah Bagi Masyarakat

b. Pembenahan Rumah Kumuh Menjadi Layak Huni

c. Pembangunan Komplek Perumahan Skala Menengah

d. Pembangunan Komplek Perumahan Mewah

e. Pembangunan Gudang Penyimpanan Hasil Pertanian/Perkebunan

f. Pembangunan Gudang Penyimpanan Alat-Alat Produksi Pertanian

g. Pembangunan Lapangan Jemur Hasil Pertanian/Perkebunan

h. Pembangunan Rumah Sewa/Rumah Kontrakan

i. Pembangunan Rumah Kos

j. Pembangunan Komplek Pertokoan

2. Potensi Bahan Tambang/Bahan Galian

a. Pasir Bahan Bangunan

b. Batu Bahan Bangunan

c. Tanah Timbund. Emas/Dan Kelompok Logam Mulia Lainnya

e. Timahf. Timah Hitamg. Batu Barah. Kapuri. Dolomitej. Tembagak. Biji Besi/Bajal. Minyakm. Gas

63

Page 75: INVESTASI ACEH TENGGARAN

3. Pabrik/Industry Kecil/Kilang Yang Ada Di Desa Kami:a. Pabrikasi Hasil Pertanian/Perkebunan/Hutan Skala Kecil: Kilang Padi Penggilingan Jagung Pengilingan Kopi Penggilingan Coklat Fermentasi Coklat Pengolahan Minyak Nilam Pengolahan Minyak Serai Kilang Kayu Pabrik Batu Barab. Pabrik Makanan Skala Kecil/Home Industry Tempe Tahu Kecap Kerupuk Keripik Emping Makanan Jajanan Tepung Tapioca Gula Merah Bumbu Makanan

c. Pabrik/Industry Lain-Lain Yang Ada Didesa KamiBengkel Bubut Pabrik Perabot/Furniture Pengolahan Daur Ulang SampahPengolahan Sampah/Pupuk Kompos Pengolahan Hasil HutanKebutuhan Rumah Tangga Kebutuhan Pertanian IjukSapu Lidi Atap Rumbia Bahan Plastic Air MinumKemasan

d. Potensi Kerajinan/Pengrajin/Sandangbamboo Rotan KulitKayu Kaca dan Kristal Ijuk Tikar pandan4. Potensi Panas Bumi Dan Energy Listrik Tenaga Aira. Air Terjun

b. Panas Bumic. Air Deras

64

Page 76: INVESTASI ACEH TENGGARAN

5. Potensi Sumber Daya Aira. Potensi Mata Air Pegunungan b. Potensi Mata Air Alam

c. Potensi Air Danau d. Potensi Air Telaga Dan Kawah

e. Potensi Air Sungai

c. Sektor Tersier1. Jenis Angkutan Transportasi Yang Tersedia

a. Angkutan Pedesaan Jenis Minibus

b. Angkutan Tradisional/Kereta Lembu

c. Pick Up/Truk Minid. Traktor/Jetore. Truk Besarf. Sampan/Getek Penyeberangan

g. Perahu Bermotorh. Ojek/Sepeda Motor

2. Lembaga Perbankan Dan Lembaga Keuangan

a. Bank Asingb. Bank Umum Pemerintah

c. Bank Umum Swastad. Bank Pemerintah Daerah

e. Bank Perkreditan Rakyat

f. Koperasi Simpan Pinjam

g. Modal Venturah. Koperasi /BMTi. Asuransi

3. Objek Dan Potensi Pariwisata Yang Ada

Potensi Adat, Seni Dan Budaya

4. Potensi Pelayanan Pendidikan Dan Kesehatan

65

Page 77: INVESTASI ACEH TENGGARAN

Salah satu alasan penerapan kebijakan otonomi daerah adalah untukmemperbaiki kinerja pemerintahan daerah dalam melakukanpembangunan ekonomi. Setelah pelaksanaan otonomi daerah.Pembangunan ekonomi tiap daerah menunjukkan hasil yang beragam.Beberapa daerah telah mengalami kemajuan dan perbaikan, sementaradi beberapa daerah lain masih dijumpai akibat kebijakan yang tumpangtindih,rumit,dan tidak konsisten. Kondisi tersebut tergambar dalamlaporan tahunan studi pemeringkatan daya saing investasi daerah yangdilakukan oleh KPPOD.Hasil studi ini memperlihatkan perlunya upaya untuk mendorongtumbuhnya kegiatan usaha baru untuk menciptakan lapangan pekerjaanbagi masyarakat di daerah dan dengan sendirinya penerimaan daerahdan dengan sendirinya penerimaan daerah dari pajak akanmeningkatkan yang dapat digunakan untuk pembiayaan pelayananpublik, sperti untuk pendidikan, kesehatan dan sarana transportasi.Berkenan dengan kesimpulan studi ini maka kepada PemerintahKabupaten Aceh Tenggara disarankan bahwa salah satu aspek sumberpendapatan dan pembiayaan daerah yang dipandang prospektif adalahkegiatan yang berkaitan dengan penanaman modal (investasi)Aktifitas penanaman modal didaerah yang sedang berlangsung maupunpenanaman modal baru sangat diharapkan menjadi penopang utamapendapatan, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi untuk daerah.Namun Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara harus dapat memberikan

B. REKOMENDASI

66

Page 78: INVESTASI ACEH TENGGARAN

suatu kebijakan khusus tentang :

1. Kepastian Hukuma. Konsisten Peraturanb. Penegakan Keputusan Peradilan

c. Kecepatan Aparat Keamanan

d. Pungutan Liar di Luar Birokrasi

2. Aparatur & Pelayanana. Respon Pemda terhadap Permasalahan Dunia Usaha

b. Birokrasi Pelayanan Dunia Usaha

c. Informasi Potensi Ekonomi Daerah

d. Penyalahgunaan Wewenang oleh aparat

3. Keamanana. Keamanan Usahab. Keamanan Masyarakat

c. Dampak Unjuk Rasa

4. Politika. Hubungan Eksekutif-Legeslatif

b. Hubungan Antar Partai Politik

5. Potensi Ekonomia. PDRB Perkapitab. Pertumbuhan Ekonomi

c. Indeks Kemahatan Konstruksi

6. Kualitas Tenaga Kerjaa. Produktivitas Tenaga Kerja

b. Pendidikan Tenaga Kerja

7. Ketersedian Infrastruktur

67

Page 79: INVESTASI ACEH TENGGARAN

a. Ketersediaan Jalanb. Ketersediaan Jpelabuhan Lautc. Ketersediaan Pelabuhan Udarad. Ketersediaan Sambungan Telepone. Ketersediaan Pasokan Listrik

8. Kebijakan Daerah Dan Perdaa. Kejalasan Tarifb. Kejelasan Prosedurc. Proses Perumusan Perdad. Kebujakan Ketenaga Kerjaan

9. Kepemimpinan Lokala. Kepemimpinan Kepala Daerahb. Hubungan Kepala Daerah Dengan Pengusaha

10. Sosial Budayaa. Keterbukaan Mayarakat Terhadap Dunia Kerjab. Keterbukaan Masyarakat Terhadap Tenaga Kerja Dari Luar Daerahc. Etos Kerja Masyarakatd. Kemudahan Memperoleh Hak Penguasaan Tanahe. Potensi Konplik Di Masyarakat

11. Struktur Ekonomi 12. Biaya Tenaga Kerjaa. Pertumbuhan Sektor Primer a. Biaya Tenaga Kerja Formalb. Pertumbuhan Sektor Sekunder b. Biaya Tenaga Kerja Aktualc. Pertumbuhan Sektor Tersier c. Kualitas Infrasturukturd. Kualitas Jalan Darate. Kualitas Pelabuhan Lautf. Kualitas Pelabuhan Udara13. Kualitas Tegangan Listrik

68

Page 80: INVESTASI ACEH TENGGARAN

Untuk itu sudah saatnya pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara membuat suatu kebijakan yang

pro pada Investasi dengan langkah-langkah dalam rangka menarik investor ke daerah, sebagai

berikut :1. Menggali dan mengidentifikasikan untuk menentukan potensi keunggulan daerah yang bisa

ditawarkan kepada investor;

2. Melakukan promosi atau proad show ataupun pubilikasi lain pada industri, terutama investor

asing;3. Menetapkan kebijaksanaan pemerintah daerah dan pengaturan hukum yang mendukung

penciptaan iklim kondusif bagi investor;

4. Melakukan penyesuaian kebijakan pemerintah daerah dan pengaturan hukum yang tidak

sesuai dengan ketentuan penanaman modal baik internasional maupun nasional;

5. Mempersiapkan peningkatan sumber daya manusia, aparat pemerintah daerah dalam

memberikan pelayanan yang baik dengan investor;

6. Mendukung partisipasi aktif masyarakat atau publik pada aktifitas dan pengawasan kegiatan

penanaman modal;7. Perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pendukung bagi kelancaran modal;

8. Perbaikan pelayanan perijinan bagi penanaman modal secara sederhana, cepat, mudah, murah

dan memuaskan;9. Mengupayakan keamanan, kenyamanan, ketertiban, lingkungan agar tercipta iklim murah dan

memuaskan;10. Mendukung pemberian fasilitas untuk peningkatan sumber daya masyarakat agar dapat

menduduki jabatan strategis dan terjadi alih teknologi;

11. Memperdayakan potensi daerah : dari luas lahan yang produktif menjadi lahan yang

produktif dari keseluruhan lahan dari segi :

a. Penggarapannyab. Pasarnya (Pemasarannya)

c. Trasnportasinyad. Kualitas SDMnya

69

Page 81: INVESTASI ACEH TENGGARAN

Misalnya :a. Meningkatan Dari Sektor Komoditi Unggulanb. Pemasarannya Lebih Luas Lagic. Jalur Trasnportasi Yang Harus Memadai (Cepat Sampai Ketujuan Pasar)d. Peningkatan SDMnya bagaimana ?12. Dengan memberdayakan seluruh elemen masyarakatnya di bidang masing-masing potensi yang

mereka miliki,misalnya :a. Pertanian b. Perkebunan c. Perikanand. Peternakan e. Pemukiman (Dari Sektor Penyedian Perumahan/KPR, Apa Sudah Ada Pihak-Pihak Ketiga (Deplover)f. Kehutanan g. Perdagangan

Untuk itu kebijakan pembangunan daerah harus mengarah kepada Investasi daerah dengan menempuhkebijakan :Kebijakan ini akan ditempuh melalui Program :1. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama InvestasiTujuan : Meningkatkan promosi dan mendorong peningkatan kerjasama penanaman modal, dengan melakukan antara lain Kebijakan dan koordinasi, yang dapat meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya didaerah.Sasaran : Meningkatnya kerjasama investasi dan penanaman modal di daerah.

2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi InvestasiTujuan : Berusaha menciptakan ruang yang seluas-luasnya bagii investor baik dalam negeri maupun investor asing untuk berinvestasi di daerah dengan cara menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan investasi.Sasaran : Terciptanya iklim investasi kondusif dan meningkatnya minat investor untuk menanamkan modalnya di daerah, yang dapat mendorong peningkatan realisasi investasi didaerah.

70

Page 82: INVESTASI ACEH TENGGARAN

3. Program Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana dan Prasarana Daerah

Tujuan : Menyiapkan data potensi, sarana dan prasarana daerah dalam menunjang

peningkatan investasi didaerah.

Sasaran : Tersedianya informasi tentang potensi dan tersedianya sarana dan prasarana

daerah yang mendukung kegiatan investasi di daerah.

Demikianlah kajian ini dilakukan denganberbagai upaya dan kerja keras Tim penelitiuntuk dapat mengidentifikasi seluruh potensiinvestasi dan diharapkan hasil studi ini dapatmenjadi dasar acuan untuk studi kelayakan

dari potensi-potensi investasi yang ada.Untuk kesempurnaan studi diharapkanmasukan dan saran dari berbagai pihak.

C. PENUTUP

71

Page 83: INVESTASI ACEH TENGGARAN

72DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan, Edisi Keempat. Sekolah Tinggi IlmuEkonomi.Yogyakarta.

Bambang, S. 2004. Peran Usahatani Ternak Ruminansia dalam PembangunanAgribisnisBerwawasan Lingkungan. Fakultas Peternakan UniversitasDiponegoro. Semarang.

Bendavid. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practioners. NewYork. Praeger Pub-lisher Inc.

Djojohadikusumo, S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar TeoriEkonomi, Pertumbuhan danEkonomi Pembangunan, Cetakan Kedua.Lembaga Penelitian, Pendidikan danPenerangan Ekonomi & Sosial.Jakarta.

Dwijatmiko, S dan S. Surtini. 2006. Pengaruh Frekwensi Penyuluhan TerhadapPenerapan Adopsi Sapta Usaha SapiPerah. Jurnal Sosial EkonomiPeternakan Volume 2 Nomer 1. Januari 2006. ProgramStudi SosialEkonomi Peternakan Fakultas Peternakan. UniversitasDiponegoro.Semarang.

Gaynor, G H. 1991. Achieving The Competitive Edge through IntegratedTecnology Management.McGraw Hill. New York.Iksan Semaoen. 1996. Teori Mikro Ekonomi: Pendekatan Matematik.

ProgramPasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.Kuncoro, M. 2000. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan, EdisiKedua. Yayasan

Keluarga Pahlawan Negara. Yogyakarta.Lembaga Pengkajian dan PengembanganSumberdaya Pembangunan. 2003. ProfilKabupaten Aceh Tenggara. Semarang

Marini. 2004. Analisis Unggulan Komoditi Pertanian di Kabupaten Donggala.Tesis S-2 Pro-gram Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.Mawardi, I. 1997. DayaSaing Indonesia Timur Indonesia dan PengembanganEkonomi Terpadu. LembagaPenelitian, Pendidikan dan PeneranganEkonomi & Sosial. Jakarta.

Ricardson, H.W. 2002. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi dan Regional. FakultasEkonomi Unversitas Indo-nesia. Jakarta.

Rochmiyati, H. 2003. Analisis Unggulan Komoditi Pertanian di KabupatenPontianak. Tesis S-2 Pro-gram Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Rusmadi, R. 2002. Analisis Sektor Unggulan Pertanian dan Sektor Lainnya diProvinsiKalimantanTengah. Tesis S-2. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sa’id G, Rachmiyanti dan M Z Muttaqin. 2001. Manajemen Teknologi Agribisnis.Ghalia Indonesia. JakartaShafaat N dan Supena F. 2000. Analisis Dampak ekonomi terhadap KesempatanKerja dan Identifikasi

Komoditas Andalan Sektor Pertanian di WilayahSulawesi: Pendekatan Input – Output. Ekonomi dan Keuangan Indonesia Vol. XLVIII. Vol.

Saharan. 2003. Sektor Unggulan dan Kontribusi Pertanian di Kabupaten Barito.Selatan. TesisS-2 Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional WilayahIndonesia BagianBarat. Prisma Lembaga Penelitian, Pendidikan danPenerangan Ekonomi & Sosial. No.3, 27-38.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Boduose Media. Padang.Sumatera Barat.Subiyakto. 1996. Manajemen Agribisnis. Kanisius, Jakarta.Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah dan DasarKebijaksanaan. Bima Grafika.

Jakarta.Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional. PT Bumi Aksara. JakartaTumenggung, S. 1996. Gagasan dan Kebijaksanaan Pembangunan EkonomiTerpadu (Kawasan Timur

Indonesia). Direktorat Bina Tata Perkotaan danPedesaan Dirjen Cipta Karya Departemen PU. Jakarta.Wijaya, F. 1992. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Ketiga. Badan PenerbitanFakultas Ekonomi.

Yogyakarta.

Page 84: INVESTASI ACEH TENGGARAN
Page 85: INVESTASI ACEH TENGGARAN