investasi

download investasi

of 7

description

tulisan ini diambil dari blog

Transcript of investasi

Investasi Pariwisata Indonesia Masih Menjadi Primadona di Asia07 Mei 2014 15:05:07Dibaca :Indonesia saat ini memasuki tahun politik. Tapi tahun politik ternyata tidak menyurutkan minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor pariwisata nasional. Investasi di bidang perhotelan menjadi yang paling diminati di sektor pariwisata.

Berdasarkan data Badan Kordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi pariwisata pada kuartal I (Januari-Maret 2014) mencapai angka USD 130,13 juta atau meningkat 256,43% dibandingkan kuartal I /2013 sebesar USD 36,51 juta. Dari angka tersebut, investasi penanaman modal asing (PMA) mendominasi yaitu senilai USD 117,24 juta dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai 12,86 juta.

Pemerintah Indonesia terus berupaya menarik investor untuk berinvestasi di 16 kawasan strategis pariwisata, yaitu Mandalika (Nusa Tenggara Barat) dan Anambas (Kepulauan Riau). Pemerintah terus menawarkan investasi kepada para investor diantaranya investor Dubai, meski diakui juga masih ada kendala terutama terkait infrastruktur.

Menguatnya daya saing pariwisata Indonesia menambah keyakinan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Data The Travel adn Tourism Competitiveness Index yang dilansir World Economic Forum (WEF) 2013 menyatakan, daya saing pariwisata Indonesia mampu naik empat peringkat. Pada tahun 2012 berada di peringkat 74, pada 2013 berada di peringkat 70 dengan keunggulan daya saing dalam harga, sumber daya alam, maupun prioritas kebijakan pariwisata.

Berdasarkan hasil survey terbaru Japan Bank International Corporation (JBIC), menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat tertinggi dalam persepsi pelaku bisnis global sebagai negara tujuan investasi dalam jangka menengah atau sekitar tiga tahun kedepan. Hasil survey dengan hasil 219 responden (44,9%) membuat peringkat Indonesia naik dari peringkat tiga ke peringkat pertama yang sebelumnya diduduki oleh China.

Industri pariwisata sektor perhotelan Indonesia merupakan yang terbaik diantara negara Asia. Sektor pariwisata Indonesia telah tumbuh berkembang menjadi primadona di Asia.

Pemerintah harus menjaga trend positif lonjakan investasi pariwisata. Ada beberapah hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan investasi pariwisata di Indonesia antara lain :

1. Menyediakan infrastruktur pariwisata yang memadai

2. Menjaga stabilitas ekonomi dan stabilitas politik nasional

3. Mempermudah investor pariwisata di Indonesia seperti yang dituangkan dalam PP Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional.

4. Pemberian insentif investasi di bidang pariwisata yang akan diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Mengembangkan mekanisme keringanan fiskal untuk menarik investasi modal asing di bidang pariwisata

6. Melaksanakan debirokratisasi investasi di bidang pariwisata dan deregulasi peraturan yang menghambat perizinan investasi.

7. Meningkatkan promosi di bidang pariwisata di dalam maupun di luar negeri sekaligus meningkatkan sinergi promosi investasi di bidang pariwisata dengan sektor terkait.

Demikian yang dapat saya share terkait investasi pariwisata di Indonesia. Semoga bermanfaat. Salam kompasianer.

sumber berita : koran sindo

ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani saat memberikan keterangan terkait perkembangan investor Tiongkok dan Jepang, Jakarta, Rabu, 1 April 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Jakarta, CNN Indonesia -- World Investment Report 2015 milik United Nations Conference Trade and Development (UNCTAD) menyatakan penanaman modal asing (PMA) di Indonesia tumbuh 20 persen, tertinggi di Asia Tenggara. Menyikapi kabar tersebut, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) berjanji akan membuka pintu lebih luas bagi pemilik modal dengan menjanjikan kemudahan berusaha.

"Data World Investment Report ini memberikan optimisme bahwa Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi potensial di Asean bahkan Asia. Terlebih pemerintah saat ini sedang memperbaiki indikator kemudahan berusaha (doing business) di Indonesia sehingga daya saing investasi Indonesia semakin meningkat," ujar Kepala BKPM, Franky Sibarani melalui siaran pers dikutip Senin, (6/7).

Franky optimistis pertumbuhan PMA Indonesia meningkat seiring dengan upaya perbaikan iklim investasi. Untuk itu, Franky mengatakan BKPM tengah bekerjasama dengan kementerian dan lembaga lain guna memperbaiki tujuh dari sepuluh indikator indikator kemudahan berusaha.

Ketujuh indikator tersebut meliputi proses memulai usaha, izin mendirikan bangunan, pendaftaran properti, penyambungan listrik, pembayaran pajak, penegakan kontrak, dan penyelesaian perkara kepailitan.

"Kita telah mempresentasikan perbaikan yang dilakukan kepada Bank Dunia, sehingga diharapkan peringkat daya saing investasi Indonesia semakin meningkat," tuturnya.

Menyadari bahwa indeks kemudahan berusaha Indonesia masih di bawah rata-rata negara Asia Tenggara lain, Franky berharap pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan guna menarik investasi asing ke Indonesia. Salah satunya adalah kebijakan perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement) dengan sejumlah negara termasuk Uni Eropa, seperti yang telah dilakukan Vietnam.

Menurutnya, kebijakan tersebut sangat efektif karena investor asing yang menanamkan modal ke Vietnam diberikan kemudahan dalam memperoleh lahan untuk kegiatan usaha, sehingga investasi bisa bertumbuh pesat.

"Vietnam harus kita akui akan menjadi salah satu pesaing terberat kita. Saat ini, Indonesia masih berada di bawah Vietnam dalam menarik investasi dari Korea Selatan. Samsung dan LG adalah dua perusahaan Korsel yang memilih Vietnam sebagai basis produksinya di Asean," jelas Franky.

Seperti diketahui, World Bank Group menempatkan Indonesia pada peringkat 114 dari 189 negara yang disurvei dalam indeks kemudahan berusaha 2015, di mana posisi ini membaik dibanding tahun sebelumya dengan peringkat 120. Meskipun demikian, peringkat Indonesia jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia (peringkat 18) atau Filipina (peringkat 95).

Pada bulan lalu, BKPM mengatakan bahwa salah satu kebijakan yang dinilai mampu meningkatkan peringkat Indonesia di indeks kemudahan berusaha adalah amandemen terkait ketentuan minimum modal disetor pada pembentukan Perseroan Terbatas (PT) pada pasal 33 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dengan mengandemen pasal tersebut, BKPM berharap salah satu indikator indeks kemudahan berusaha, starting a business, bisa sejajar dengan negara-negara lainnya.

Sedangkan laporan World Investment Report 2015 sendiri menunjukkan bahwa pertumbuhan PMA Indonesia mencapai 20 persen. Angka ini merupakan yang tertinggi diantara negara Asean lainnya, di mana pertumbuhan Singapura sendiri mencapai 4,2 persen meskipun jumlah PMA-nya sebesar US$ 67,5 miliar, atau tiga kali lipat lebih besar dari Indonesia.

Di sisi lain, Thailand mengalami penurunan pertumbuhan investasi sebesar 10,3 persen. Sedangkan Vietnam hanya berhasil membukukan investasi asing senilai 3 persen akibat kebijakan peningkatan upah minimum.

Srategi Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah

Investasi adalah motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi, sementara itu pembangunan di dalam era otonomi daerah sekarang ini, pada intinya adalah berupa pemberdayaan daerah. Dimana dalam hal ini daerah harus mampu mengatur, mengurus, dan mengelola kepentingan serta aspirasi masyarakat di wilayahnya.Selama ini seringkali terlihat, bahwa posisi tawar yang dimiliki daerah terasa kurang, baik itu terhadap pusat maupun terhadap pihak ketiga (dunia usaha). Karena itulah pemberdayaan daerah perlu dilakukan terhadap semua komponen, yaitu pemerintah, masyarakat, dan swasta.

Melalui penerapan otonomi daerah diharapkan muncul pusat-pusat kekuatan baru di daerah dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik. Namun mengingat keterbatasan dari pihak pemerintah, maka dalam hal ini diperlukan peran serta swasta, dimana salah satu aspeknya adalah di bidang investasi.Diperlukan suatu iklim invetasi yang ramah bagi investor (business friendly), karena dengan demikian akan mampu menarik investor-investor dalam dan luar negeri untuk masuk ke suatu daerah yang secara tidak langsung akan mampu meningkatkan daya beli masyarakat dan aktivitas perekonomian, yang pada akhirnya juga akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Komponen utama yang membentuk iklim investasi di daerah terdiri dari; Kelembagaan pelayanan penanaman modal (16,9%), Promosi investasi daerah (15,6%), Komitmen Pemerintah Daerah (20%), Infrastruktur (9,8%), Akses lahan usaha (2,4%), Tenaga kerja (6%), Keamanan usaha (10,7%), Kinerja ekonomi daerah (3,1%), dan Peranan dunia usaha dalam perekonomian daerah (3,6%).Sedangkan komponen-komponen yang menjadi hambatan bagi para pelaku usaha di dalam menjalankan usahanya adalah; infrastruktur, perijinan oleh pemerintah pusat, peraturan daerah, kenaikan tariff BBM/ listrik dan lain-lain, pajak/retribusi, kelangkaan bahan baku, invisible cost, kelangkaan modal, stabilitas dan hankam, upah minimum regional, pemasaran, kapasitas bisnis, memproses perijinan, bom/ terorisme, biaya pengapalan, dan ketepatan waktu.

Faktor-faktor yang menjadi daya tarik bagi dunia usaha dalam melakukan investasi, diantaranya adalah; ketersediaan infrastruktur, kepastian hukum, potensi yang dimiliki oleh suatu daerah/ wilayah, kebijakan investasi, SDM, serta jaminan kepastian keamanan.

Informasi yang dibutuhkan oleh investor, pada umumnya berupa kebutuhan investasi di suatu daerah, kebijakan investasi, potensi yang dimiliki, peluang usaha, sumber dan proyek investasi, serta contoh proyek investasi yang ada di suatu daerah.

Untuk mendorong dan menarik investasi ke daerah, diperlukan Profil Potensi Daerah yang berisi tentang informasi peluang usaha yang layak bagi investor. Profil Potensi Daerah ini dimaksudkan agar investor dapat lebih cepat menangkap peluang investasi dan mengambil keputusan untuk berinvestasi. Dengan adanya Profil Potensi Daerah, UKM juga dapat mengidentifikasi peluang usaha yang ada.

Dengan Profil Potensi Daerah yang telah memenuhi kriteria, maka diharapkan daerah dapat mempunyai prospek usaha dengan pasar yang jelas serta sesuai dengan prioritas Pembangunan Daerah (Renstrada). Disamping itu profil proyek investasi di daerah juga dapat digunakan sebagai materi utama dalam berbagai kegiatan untuk mempromosikan potensi daerah.

Pemilihan potensi daerah ini dibagi dalam tiga sektor, yaitu sektor primer (perkebunan, pertanian, dan perikanan), sektor sekunder (pengolahan dan industri), serta sektor tersier (perdagangan, jasa, hotel dan sebagainya).

Penyusunan Profil Potensi Daerah dilakukan dengan menggunakan metode 3W1H (What, Why, Where dan How). Profil Potensi Daerah adalah bagian dari upaya pengembangan potensi investasi daerah yang meliputi; identifikasi seluruh potensi yang ada (what), alasan-alasan yang menjadikan potensi-potensi dimaksud dijadikan sebagai unggulan (why), lokasi investasi yang ditetapkan (where), dan bagaimana kebijakan-kebijakan pusat dan daerah (who).

Rencana Pembangunan Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang; Kebijakan Propinsi/Kabupaten/Kota; Visi dan Misi Propinsi/Kabupaten/Kota; Daftar Panjang/Pendek potensi daerah, seluruhnya merupakan bagian dari potensi unggulan daerah.

Perencanaan potensi daerah dan hasil riset pengumpulan data existing kemudian di analisa untuk mengetahui bagaimana analisis pasarnya, potensi bahan baku, keuntungan komparatif dan kompetitif, serta kebutuhan calon industrinya.

Hasil analisa terhadap lokasi, luas lahan dan harga, infrastruktur dan kelengkapannya, jenis industri dan asal investor, daya dukung industri, serta ketersediaan tenaga kerja digunakan untuk menetapkan lokasi.

Untuk pengembangannya, hasil analisis kebijakan existing dan kebijakan yang masih diperlukan baik di Pusat maupun di Daerah, dapat diajukan sebagai usulan kebijakan untuk pengembangan investasi, baik itu berupa insentif, maupun berbagai fasilitas serta kemudahan yang ditawarkan.

Melalui strategi pengembangan potensi ekonomi daerah kemudian dapat ditetapkan pasar bagi produk-produk yang dihasilkan dan juga masuknya investasi ke daerah. Dari analisis pasar kemudian dapat ditetapkan strategi apakah untuk pasa lokal atau pasar ekspor. Dari analisis pasar ekspor, kemudian ditetapkan strategi untuk pasar tradisional, pasar non tradisional atau pasar alternatif.

Untuk pasar tradisional, sasarannya adalah negara tujuan/ mitra dagang utama, dan pada umumnya adalah negara-negara yang sudah maju dan memiliki ekonomi serta teknologi yang kuat. Selain itu biasanya juga merupakan anggota dari WTO.

Untuk pasar non tradisional dan pasar alternatif, sasarannya adalah negara-negara yang ekonominya kuat atau menengah dan berpotensi menjadi mitra dagang.

Srategi pengembangan potensi ekonomi daerah ini harus dibuat berdasarkan peluang serta potensi yang dimiliki oleh suatu daerah dengan menonjolkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh suatu daerah dan kebijakan-kebijakan pemerintah setempat yang ramah terhadap dunia usaha.

Dengan pengelolaan yang baik dan profesional, tentunya akan berdampak positif bagi perekonomian di daerah, yaitu dengan semakin banyaknya usaha-usaha baru yang berdiri, tenaga kerja yang semakin mudah terserap, pendapatan asli daerah semakin bertambah, dan meningkatnya indeks perekonomian daerah. []