introduction
-
Upload
a-nanda-dian -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of introduction
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat mamiliki peran
yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Rekam medis
merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan tindakan medis, dan
pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan
(Depkes RI, 1997).
Salah satu bagian terpenting dari suatu instansi pelayanan
kesehatan adalah manajemen pengolahan arsip-arsip dokumennya.
Arsip pasien disimpan dalam suatu berkas yang dinamakan berkas
rekam medis. Menurut Permenkes No. 269 / MENKES / PER / III /
2008 rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah
mengeluarkan peraturan Menteri Kesehatan nomor 269 / MENKES /
2
PER / III / 2008 tentang rekam medis yang bertujuan agar terciptanya
keseragaman dalam persepsi dan pelaksanaan rekam medis disetiap
institusi pelayanan kesehatan, dalam hal tata cara penyelenggaraan,
pemilikan dan pemanfaatan isi, pengorganisasian, dan sanksi jika
terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan. Pimpinan sarana pelayanan
kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan, dan/atau
penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap rekam
medis (Permenkes No. 269 / MENKES / PER / III / 2008 tentang
kepemilikan, pemanfaatan, dan tanggung jawab Pasal 14).
Menurut Huffman (1994) rekam medis yang baik adalah
memiliki data yang continue (berkesinambungan), sejak awal hingga
akhir perawatan diberikan, maupun sejak pasien mendaftar pertama
kali hingga pasien menjadi pasien inaktif. Kesinambungan data rekam
medis merupakan satu hal yang mutlak dipenuhi dalam menjaga nilai
rekam medis yang baik untuk mendukung kesehatan yang maksimal.
Ketersediaan berkas rekam medis secara cepat dan tepat pada
saat dibutuhkan akan sangat membantu mutu pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada pasien, maka dari itu masalah penyimpanan
berkas rekam medis merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
Jika sistem penyimpanan berkas rekam medis yang dipakai kurang baik
maka akan timbul masalah-masalah yang dapat mengganggu.
Sistem penyimpanan berkas yang baik merupakan salah satu
kunci keberhasilan atau kebaikan manajemen dari suatu pelayanan
3
kesehatan, tentunya jika didukung dengan sistem yang baik, sumber
daya manusia yang bermutu dan proses tata kerja yang baik serta
sarana atau fasilitas yang memadai.
Dalam mempermudah penyimpanan dan pengembalian berkas,
map berkas rumah sakit harus disimpan dengan bertumpu pada
punggung atau spine map sehingga nomor rekam medis jelas terlihat
dan pada map berkas rekam medis harus terdapat nama lengkap
pasien, nomor rekam medis pasien, dan tahun kunjungan terakhir.
Informasi medis seharusnya tidak tercantum pada map (WHO, 2002) .
Berdasarkan studi pendahuluan di bulan Juni 2014 di Rumah
Sakit DKT Dr. Soetarto Yogyakarta diperoleh informasi bahwa pada
bagian penyimpanan petugas masih merasa kesulitan dalam
melakukan pengambilan berkas rekam medis karena desain map
berkas yang pada saat ini digunakan tidak mempunyai lidah seperti
pada umumnya ada pada map berkas rekam medis, jadi nomor rekam
medis hanya ada pada muka map, sehingga saat pengambilan map
berkas rekam medis petugas harus terlebih dahulu melihat muka tiap
map untuk meyakinkan bahwa berkas yang diambil tepat. Pengambilan
berkas dengan cara seperti itu membuat berkas pada rak tertata tidak
rapi. Pengambilan yang masih susah membuat waktu pencarian
bertambah lama. Jumlah kotak untuk pengisian nomor rekam medis
berjumlah delapan, sedangkan jumlah nomor rekam medis yang
dipakai ada tujuh digit, sehingga diketemukan kasus ada yang mengisi
4
nomor rekam medis dengan delapan digit pada map. Terdapat banyak
item-item pengisian pada map, sehingga menyebabkan pemberian
map pada pasien baru menambah waktu di bagian pendaftaran yang
harusnya, jika terdapat sedikit item bisa lebih mempercepat proses
pendaftaran. Map berkas rekam medis yang digunakan sekarang
masih mudah rusak untuk digunakan di Rumah Sakit DKT Dr. Soetarto
Yogyakarta, bahan kertas yang digunakan adalah kertas dupleks
karton yang biasanya digunakan untuk kardus makanan dan obat.
Dengan dilatarbelakangi masalah diatas, maka peneliti terdorong
untuk mengangkat judul “Desain Ulang Map Berkas Rekam Medis di
Rumah Sakit DKT Dr. Soetarto Yogyakarta”.
B. Rumusan Ide Perancangan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dalam perancangan ini yaitu “Bagaimana desain ulang map berkas
rekam medis yang baik untuk digunakan di Rumah Sakit DKT Dr.
Soetarto Yogyakarta”.
C. Tujuan Rancangan
Menghasilkan desain ulang map berkas rekam medis sesuai
kebutuhan dan lebih mempermudah petugas rekam medis dalam
melakukan pekerjaan pada bagian penyimpanan di Rumah Sakit DKT
Dr. Soetarto Yogyakarta.
5
D. Keaslian Rancangan
1. Rancangan Anjumi (2012), dengan judul “Rancangan map (folder)
Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di RSU Rizki Amalia Kulon
Progo”.
Tujuan rancangan Anjumi (2012) adalah merancang map berkas
rekam medis pasien rawat inap yang kuat secara fisik dan dapat
menjaga keutuhan isi berkas rekam medis di RSU Rizki Amalia
kabupaten Kulon progo, serta mempermudah pekerjaan perekam
medis dalam proses penyimpanan dan pengembalian kembali
berkas rekam medis. Hasil adalah ukuran map alternatif terpilih
adalah 24x19 cm dengan kertas buffalo 150 gr warna hijau.
Persamaan dengan penelitian Anjumi (2012) adalah sama-sama
membahas rancangan map berkas rekam medis. Perbedaanya
adalah penulis merancang ulang map berkas rekam medis rawat
jalan dan rawat inap dalam satu map yang sebelumnya sudah ada
dengan menyesuaikan kebutuhan yang ada di Rumah sakit DKT
Dr. Soetarto Yogyakarta yang juga melayani pasien umum dengan
merancang tiga map alternatif, sedangkan pada penelitian Anjumi
(2012) adalah khusus merangcang map rekam medis rawat jalan
yang sebelumnya belum ada dan hanya merancang dua map
alternatif.
6
2. Rancangan Agustina (2011), denagn judul “Rancangan Map
(folder) Rekam Medis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten”.
Tujuan rancangan Agustina (2011) adalah merancang map rekam
medis rawat jalan dan rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
klaten yang kuat secara fisik dan dapat menjaga keutuhan berkas
rekam medis. Sedangkan hasil dari rancangan Agustina (2011)
adalah rancangan map yang kuat secara fisik. Map rekam medis
terbuat dari kertas buffalo 150gr ukuran 35x25 cm. Persamaan
penelitian dengan Agustina (2011) dengan peneliti adalah sama-
sama tentang rancangan map berkas rekam medis rawat jalan dan
rawat inap. Perbedaanya adalah pada rancangan Agustina (2011)
merancang map berkas rekam medis rawat jalan dan rawat inap
yang sebelumnya belum ada di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
klaten, pemilihan warna yang ditentukan oleh perancang, dua
rancangan alternatif dan menggunakan teori unsur rancanagn
Barry (2006), sedangkan pada rancangan penulis mendesain ulang
map yang sudah ada dengan memberikan tiga rancangan alternatif,
menggunakan teori unsur rancangan Wijarnoko (2009), dan warna
rancangan ditentukan oleh pihak Rumah Sakit DKT Dr. Soetarto
Yogyakarta.
7
3. Rancanagn Trinugroho (2008) “Rancangan Map (folder) Berkas
Rekam Medis di Poliklinik SLB Negeri 3 Yogyakarta”.
Tujuan rancangan : merancang map berkas rekam medis yang
sebelumnya belum pernah ada untuk menjaga keutuhan isi berkas
rekam medis dan mempermudah pekerjaan perekam medis pada
sistem penyimpanan dan pengelolaan berkas rekam medis.
Hasil rancangan : map berkas rekam medis terbuat dari kertas ivori
230 gr ukuran 35 x 22 cm yang disatukan dengan penjepit. Map
berkas rekam medis digunakan untuk disimpan dengan posisi
bertumpu pada punggung map.
Persamaan rancangan Trinugroho (2008) denagn penulis adalah
sama-sama tentang rancanagn map berkas rekam medis rawat
jalan dan rawat inap. Perbedaan rancangan Trinugroho (2008)
dengan penulis adalah pada rancangan Trinugroho (2008)
merancang map berkas rekam medis rawat jalan dan rawat inap
yang sebelumnya belum ada di Poliklinik SLB Negeri 3 Yogyakarta
dengan dua rancangan alternatif dan menggunakan teori unsur
rancangan Berry (2006). Sedangkan penulis menggunakan teori
unsur rancangan Wijarnoko (2009), tiga rancangan alternatif, dan
marancang ulang map berkas rekam medis yang sudah ada,
bertujuan memperbaiki dan mempermudah pekerjaan pada bagian
penyimpanan di Rumah Sakit DKT Dr. Soetarto Yogyakarta.
8
E. Manfaat Rancangan
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain :
1. Manfaat praktis
a. Bagi rumah sakit
Memberikan masukan bagi rumah sakit untuk bahan
pertimbangan melakukan strategi pengambilan keputusan,
khususnya manajemen rekam medis mengenai map berkas
rekam medis apakah sudah baik dan mampu mencakup seluruh
isi rekam medis sehingga pada akhirnya dapat membantu
peningkatan mutu pelayanan khususnya dalam penyajian data.
b. Bagi perancang
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta
pengalaman tentang bagaimana upaya yang diterapkan untuk
merancang map berkas rekam medis yang baik dan sesuai
dengan tujuan maupun kebutuhan dari penggunaanya.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan masukan dan perbandingan penemuan
perancangan terdahulu tentang map yang baik dan tepat sesuai
dengan tujuan dan penggunaanya.
b. Bagi Analisis Lain
Sebagai referensi untuk pengembangan perancangan dan
dasar atau acuan perancangan lainya.