Internal Control Issues
-
Upload
james-cameron -
Category
Documents
-
view
230 -
download
12
Transcript of Internal Control Issues
INTERNAL CONTROL ISSUES
A. Sejarah Terbentuknya Internal Kontrol
Konsep Internal Control telah bergulir sejak tahun 1930-an. Untuk pertama
kali, George E. Bennet menyebutkan definisi Internal Control. Namun istilah
tersebut baru dinyatakan secara institutional oleh AICPA pada tahun 1949
melalui laporan khusus yang berjudul “Pengendalian Internal – Elemen-elemen
Sistem yang Terkoordinasi dan Pentingnya Pengendalian bagi Manajemen dan
Akuntan Independen”. Selanjutnya konsep tersebut berkembang pesat dengan
yang kita kenal delapan unsur Pengendalian Internal.
Perkembangan berikutnya, pada awal tahun 80-an konsep tersebut dinilai
banyak pihak sudah tidak aplicabel lagi. Semakin kompleksnya dunia bisnis dan
teknologi membuat konsep pengendalian internal tersebut tidak efektif dalam
mendorong tercapainya tujuan perusahaan. Semakin banyak keluhan dari
perusahaan dan institusi yang telah menerapkan konsep internal control
sebagaimana dikembangkan oleh American Institute of Certified Public
Accountant (AICPA), namun masih mengalami kegagalan.
Pada tahun 1992, The Commitee of Sponsoring Organization of The Treadway
Commission (COSO) menerbitkan laporan yang berjudul “Internal Control-
Integrated Framework”. Laporan COSO tersebut memberikan suatu
pandangan baru tentang konsep Internal Control yang lebih luas dan
terintegrasi serta sesuai dengan perkembangan dunia usaha untuk mencegah
terjadinya penyimpangan. Jika pada konsep sebelumnya hanya menekankan
pada proses penyusunan laporan keuangan saja, maka konsep COSO memiliki
pandangan yang lebih luas yaitu dengan melakukan pengendalian atas perilaku
seluruh komponen organisasi. Konsep ini mendapat akseptasi yang luas dari
berbagai pihak.
Di Indonesia, perkembangan menarik terjadi dengan terbitnya Undang-undang
nomor 1 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2006. Pada
ketentuan tersebut, ditetapkan bahwa setiap instansi pemerintah harus
mengembangkan Sistem Pengendalian Intern. Penjelasan dan ketentuan lain
yang menjabarkan menyebutkan bahwa Sistem Pengendalian Intern terdiri
dari 5 komponen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi serta monitoring. Hal ini mengandung
arti bahwa konsep Internal Control versi COSO diterapkan pada sektor
pemerintahan di Indonesia. Sebuah langkah maju dan berani serta menjadi
tantangan yang tidak mudah bagi para auditor internal pemerintah.
B. Pengertian Internal Control
Melalui Statement of Auditing Standar (SAS), AICPA mendefinisikan Internal
Control sama dengan definisi COSO, yaitu suatu proses yang dipengaruhi oleh
aktivitas Dewan Komisaris, Manajemen dan Pegawai, yang dirancang untuk
memberikan keyakinan yang wajar atas (a) keandalan pelaporan keuangan, (b)
efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) ketaatan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku. Berbeda dengan definisi pertama yang hanya
mengaitkan pengendalian hanya dengan perencanaan, metode dan
pengukuran, pada definisi berikutnya terkait dengan “proses yang dipengaruhi
oleh aktivitas seluruh komponen organisasi”. Definisi ini mengandung makna
yang lebih luas dari definisi sebelumnya.
Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian intern atau internal
controldidefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya
manusia dan sistemteknologi informasi, yang dirancang untuk membantu
organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern
merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan
mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah
dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi
baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak
(seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang).
Untuk menjaga agar sistem internal control ini benar-benar dapat
dilaksanakan, maka sangat diperlukan adanya internal auditor atau bagian
pemeriksaan intern. Fungsi pemeriksaan ini merupakan upaya tindakan
pencegahan, penemuan penyimpangan-penyimpangan melalui pembinaan
dan pemantauan internal control secara berkesinambungan. Bagian ini harus
membuat suatu program yang sistematis dengan mengadakan observasi
langsung, pemeriksaan dan penilaian atas pelaksanaan kebijakan pimpinan
serta pengawasan sistem informasi akuntansi dan keuangan lainnya.
C. Tujuan Internal Control
Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan adanya pengendalian intern
adalah sbb:
Menjaga kekayaan organisasi.
Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.
Mendorong efisiensi.
Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
D. Sistem Internal Control
Sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu :
· Pengendalian Intern Akuntansi (Preventive Controls)
Pengendalian Intern Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya
inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan dan
memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh : adanya pemisahan fungsi
dan tanggung jawab antar unit organisasi.
· Pengendalian Intern Administratif (Feedback Controls)
Pengendalian Administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi
dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (dikerjakan setelah
adanya pengendalian akuntansi). Contoh : pemeriksaan laporan untuk
mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.
E. Unsur-Unsur Internal Control
Struktur Pengendalian Intern terdiri atas lima (5) unsur atau elemen yaitu:
1. a. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalain orang-orangnya. Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian
intern, menyediakan disiplin dan struktur.
Beberapa faktor yang berpengaruh di dalam lingkungan pengendalian
antara lain:
Integritas dan Nilai Etik
Merupakan etika entitas yang dimiliki dan standar perilaku yang berlaku
serta bagaimana mereka mengkomunikasikan dan mengaplikasikan dalam
praktik.
Komitmen terhadap kompetensi
Kompetensi merupakan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk menyelesaikan tugas.
Dewan Direksi dan Komite Audit
Jajaran direktur yang efektif adalah yang independen terhadap manajemen.
Komite audit bertanggung jawab sebagai komunikator, baik bagi internal
auditor maupun eksternak auditor.
Gaya Manajemen dan Gaya Operasi
Pemahaman dan aspek-aspek tentang filosofi manajemen dan gaya operasi
memberi auditor suatu pemahaman mengenai sikap manajemen terhadap
pengendalian intern.
Struktur Organisasi
Pemahaman struktur organisasi memberi gambaran bagi auditor mengenai
manajemen dan elemen-elemen fungsional dari bisnis dan bagaimana
pengendalian diimplementasikan.
Pemberian Wewenang dan Tanggung Jawab
Memberi pemahaman mengenai pengendalaian dan cara-cara yang
digunakan untuk pengendalian, perencanaan formal organisasi dan operasi,
penugasan karyawan dan kebijakan yang dimiliki entitas
Praktek dan Kebijakan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan aspek penting dalm pengendalian intern.
Pengendalian intern yang dikembangkan entitas berusaha untuk mengatur,
menjaga tindakan-tindakan yang dilakukan manusia dalam entitas.
1. b. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko
yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk
menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Penetuan risiko tujuan
laporan keuangan adalah identifikasi organisasi, analisis, dan manajemen
risiko yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan yang disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan sebagai berikut:
Perubahan dalam lingkungan operasi
Personel baru
Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
Teknologi baru
Lini produk, produk, atau aktivitas baru
Restrukturisasi korporasi
Operasi luar negeri
Standar akuntansi baru
Semua entitas memiliki risiko tergantung dari ukuran, struktur, sifat, atau
jenis dari perusahaan. risiko tersebut dapat berupa risiko eksternal dan
internal dan semua harus bisa dikendalikan. Perubahan ekonomi, industri,
regulasi serta kondisi operasi memungkinkan timbulnya risiko berbeda yang
harus segera dapat diatasi oleh manajemen.
Auditor berkepentingan untuk memahami mengenai pengetahuan tentang
penilaian risiko yang dilakukan oleh manajemen, seperti pengidentifikasian
risiko terhadap laporan keuangan, pengevaluasian kemungkinan terjadinya,
keputusan manajemen atas tindakan yang akan dilakukan.
1. c. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Umumnya aktivitas
pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan
sebagai kebijkan dan prosedur yang berkaitan dengan berikut ini:
Review terhadap kinerja
Pengolahan informasi
Pengendalian fisik
Pemisahan tugas
Aktivitas pengendalian dapat dikategorikan sebagai berikut:
Pengendalian Pemrosesan Informasi
Hal ini berkaitan dengan proses otorisasi, kelengkapan dan keakuratan data
keuangan. Pengendalian pemrosesan informasi digolongkan menjadi dua
(2), yaitu:
1. Pengendalian umum
2. Pengendalian aplikasi
Pengendalian yang ditujukan untuk pemrosesan tipe-tipe transaksi baik di
lingkungan komputer maupun manual dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Otorisasi yang tepat (setiap bukti transaksi diotorisasi secara tepat
sehingga tidak ada bukti yang melewati prosedur otorisasi)
2. Pencatatan dan dokumentasi (semua bukti transaksi telah dicatat dan
didokumentasikan dan bila akan diperiksa, dapat dilacak kembali)
3. Pemeriksaan independen
4. Pemisahan tugas
5. Pengendalian fisik
6. Telaah kinerja
Pengembangan atas aktivitas pengendalian berkaitan dengan kebijakan dan
prosedur dapat dijabarkan dalam lima (5) aktivitas pengendalian berikut:
1. 1. Pemisahan tugas
2. 2. Otorisasi yang jelas atas transaksi dan aktivitas
3. 3. Pendokumentasian dan pencatatan
4. 4. Pengendalian fisik atas assets dan catatan
5. 5. Pengecekan secara independen atas kinerja
1. d. Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan
pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan
orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem
informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan
keuangan
Bagaimana transaksi tersebut dimulai
Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam
laporan keuangan yang tercakupalam pengolahan dan pelaporan transaksi
Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak transaksi dimulai sampai
dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik
(seperti komputer dan electronic data interchange) yang digunkan untuk
mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi
1. e. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan
operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.
Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus
menerus (ongoing activities), evaluasi secara terpisah (separate periodic
evaluations), atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya.
Auditor perlu memahami mengenai pemantauan untuk mengetahui
aktivitas pemantauan seperti apakah yang digunakan perusahaan dan
bagaimana aktivitas tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan
pengendalian internal bila dibutuhkan.
F. Mengidentifikasi Entity Level Controls
Tujuan mendapatkan pemahaman awal dari setiap komponen
pengendalian internal,Sementara mengevaluasi entitas tingkat kontrol,
auditor mungkin mengidentifikasi kontrol yang mampu mencegah atau
mendeteksi salah saji dalam laporan keuangan. Itu periode-end proses
pelaporan keuangan dan pemantauan manajemen terhadap hasil operasi
merupakan sumber potensial dari kontrol tersebut.
Proses identifikasi yang relevan entitas-tingkat kontrol dapat dimulai
dengan pemantauan, dan informasi dan komunikasi).diskusi antara auditor
dan karyawan yang sesuai untuk atas pelaporan keuangan (yaitu,
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas
pengendalian,pemantauan, dan informasi dan komunikasi).
Sementara mengevaluasi entitas tingkat kontrol, auditor mungkin
mengidentifikasi kontrol yang mampu mencegah atau mendeteksi salah saji
dalam laporan keuangan. Itu periode-end proses pelaporan keuangan dan
pemantauan manajemen terhadap hasil operasi merupakan sumber
potensial dari kontrol tersebut.
Pengaruh Entity-Level Controls pada Pengujian Kontrol Lain
Evaluasi auditor entitas tingkat kontrol dapat menghasilkan peningkatan
atau mengurangi pengujian bahwa auditor jika tidak mungkin dilakukan
pada lain kontrol. Sebagai contoh, jika auditor telah merancang pendekatan
audit dengan harapan tertentu entitas tingkat kontrol (misalnya, kontrol
dalam lingkungan pengendalian) akan efektif dan mereka kontrol tidak
efektif, auditor dapat mengevaluasi kembali merencanakan pendekatan
audit dan memutuskan untuk memperluas prosedur audit nya.
G. KASUS
Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril (40) ditahan polisi. Ia
terbukti melakukan transfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa dokumen laporan
keuangan. Perbuatan tersangka diketahui oleh tim penilik/pemeriksa dan pengawas
dari BRI Cabang Bangkinang pada hari Rabu 23 Februari 2011 Tommy saat melakukan
pemeriksaan di BRI Unit Tapung. Tim ini menemukan kejanggalan dari hasil
pemeriksaan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang. Setelah
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan cermat, diketahui adanya transaksi gantung
yaitu adanya pembukuan setoran kas Rp 1,6 miliar yang berasal BRIUnit Pasir
Pengaraian II ke BRI Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011 yang dilakukanMasril,
namun tidak disertai dengan pengiriman fisik uangnya.Kapolres Kampar AKBP MZ
Muttaqien yang dikonfirmasi mengatakan, Kepala BRI Tapung Raya ditetapkan sebagai
tersangka dan ditahan di sel Mapolres Kampar karenamentransfer uang Rp1,6 miliar
dan merekayasa laporan pembukuan.Kasus ini dilaporkan oleh Sudarman (Kepala BRI
Cabang Bangkinang dan Rustian.
Martha pegawai BRI Cabang Bangkinang. “Masril telah melakukan tindak
pidana membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan
atau laporan maupun dalam dokumen laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau
rekening Bank (TP Perbankan). Tersangka dijerat pasal yang disangkakan yakni pasal
49 ayat (1) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atasUU No. 7 tahun 1992
tentang Perbankan dangan ancaman hukuman 10 tahun,” kata Kapolres.
Polres Kampar telah melakukan penyitaan sejumlah barang bukti dokumen BRI serta
melakukan koordinasi dengan instansi terkait, memeriksa dan menahan tersangka dan
6 orang saksi telah diperiksa dan meminta keterangan ahli.
PENYELESAIAN MASALAH
yaitu :
1. Skills Kemampuan yang diberikan harus sesuai dengan bidang kerja yang ia
lakukan.Kemudian kemampuan tersebut dikembangkan lebih lanjut untuk
meningkatkankontribusi karyawan pada perusahaan.Perusahaan melakukan pelatihan
pendidikan secara periodik kepada karyawan sesuaidengan perkembangan teknologi yang
berkembang.
Pembinaan ini sangatlah penting karena setiap karyawan memiliki kepribadian
yangberbeda jadi attitude ini harus ditekankan kepada karyawan. Dalam hal ini
karyawandiharapkan dapat memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat memperkecil
resikoterjadinya penyimpangan dari karyawan itu sendiri.
2. Prosedur Otoritas Yang Wajar
a) Harus ada batas transaksi untuk masing-masing teller dan head teller.
b) Penyimpanan uang dalam khasanah harus menggunakan pengawasan ganda.
c) Teller secara pribadi tidak diperkenankan menerima kuasa dalam bentuk
apapundari nasabah untuk melaksanakan transaksi atas nasabah tersebut.
d) Teller secara pribadi dilarang menerima titipan barang atau dokumen
pentingmilik nasabah.
3.Dokumen dan catatan yang cukup
a) Setiap setoran/penarikan tunai harus dihitung dan dicocokan dengan
buktisetoran/ penarikan. Setiap bukti setoran/ penarikan harus diberi cap
identifikasiteller yang memproses.
b) Setiap transaksi harus dibukukan secara baik dan dilengkapi dengan
buktipendukung seperti Daftar Mutasi Kas,
Cash Register (daftar persediaan uang tunai berdasarkan kopurs/masing-masing pecahan)
4.Kontrol fisik atas uang tunai dan catatan
a)Head teller harus memeriksa saldo kas, apakah sesuai dengan yang dilaporkanoleh
teller.
b)Head teller harus menghitung saldo uang tunai pada box teller sebelum teller
yangbersangkutan cuti atau seteleh teller tersebut absen tanpa pemberitahuan.
c)Setiap selisih harus diindentifikasi, dilaporkan kepada head teller dan
pemimpincabang, diinvestigasi dan dikoreksi.
d) Selisih uang tunai yang ada pada teller ataupun dalam khasanah harus
dibuatkanberita acara selisih kas.
e) Area teller/ counter/khasanah adalah area terbatas dalam arti selain petugas
ataupejabat yang berwenang, tidak diperbolehkan masuk.
f) Teller dilarang membawa tas, makanan, ataupun perlengkapan pribadi ke
counterarea.
5. Pemeriksaan yang dilakukan oleh unit yang independen
a) Setiap hari Unit Kontrol Intern harus memeriksa transaksi-transaksi yang berasal
dari unit kas.
b) Secara periodik saldo fisik harus diperiksa oleh SKAI.
c) Pemimpin Cabang melakukan pemeriksaan kas dadakan.
DAFTAR PUSTAKA
http://sutrisno-amsir.blogspot.com/2013/01/beberapa-contoh-kasus-
audit.html
http://ovioktaviadewi.wordpress.com/2012/06/27/internal-control/