INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI...

73
INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI KESENIAN JATHILAN (Studi Pada Kelompok Jathilan Sekar Manunggal Mudho, Padukuhan Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Ilmu Komunikasi Disusun oleh : Noor Haliemah 12730026 PRODI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016

Transcript of INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI...

Page 1: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI

KESENIAN JATHILAN

(Studi Pada Kelompok Jathilan Sekar Manunggal Mudho, Padukuhan

Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Strata Satu Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :

Noor Haliemah

12730026

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2016

Page 2: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
Page 3: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
Page 4: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
Page 5: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

v

MOTTO

Belajarlah mengucap syukur dari hal-hal baik di hidupmu. Belajarlah menjadi kuat dari hal-hal buruk di hidupmu

“B.J. Habibie”

People with good heart are the ultimate winners

“Seohyun”

바보처럼공부하고, 천재처럼꿈꿔라

Study like a fool, Dream like a genius

“Ban Ki Moon”

Petualangan terbesar dalam hidupmu adalah perjuangan meraih mimpi

“Hoshizora”

Make a lot of friends, then your life will go easier

“Haliemah”

Page 6: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

Almamater Tercinta,

Program Studi Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Kedua malaikat tanpa sayapku, Bapak dan Ibu

Perantaraku mengenal Tuhan, Perantaraku mengenal kata, Alasanku

menakhlukan dunia

Page 7: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah,

rahmat, dan nikmatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa

shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

menuntun umatnya dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang dengan

bendera Agama Islam.

Dalam proses menyelesaikan skripsi ini, peneliti telah dibantu oleh berbagai

pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Mochamad Sodik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Bono Setyo, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

3. Bapak Rama Kertamukti, M.Sn, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu menyempatkan waktunya untuk sharing berbagai hal.

4. Bunda Rika Lusri Virga, S.IP., MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah meluangkan waktu untuk peneliti dan membimbing peneliti dengan sabar

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak Mokhamad Mahfud, Sos.I., M.Si dan Bapak Alip Kunandar,

S.Sos.,M.Si selaku penguji sidang skripsi yang tidak henti-hentinya membagi

ilmunya kepada peneliti.

Page 8: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

viii

6. Bapak Ibu Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah berbagi ilmu

dengan para mahasiswa komunikasi. Semoga ilmu yang diberikan dapat

bermanfaat bagi peneliti dan mahasiswa yang lainnya.

7. Kedua orangtua, Ayahanda Muslich Effendi dan Ibunda Na’imah, yang telah

memberikan doa dan dukungan baik secara moral maupun finansial, serta

memberikan kasih sayang yang tidak terhingga untuk keberhasilan peneliti.

8. Trio masku, Mas Noor Hamid Effendi, Mas Noor Kholis Effendi dan Mas

Muhammad Mansur Effendi yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat bagi peneliti. Juga mbak-mbakku, Mbak Yanti, Mbak Nur dan Mbak

Dinda.

9. K-POPret (Intan, Widya, Cahya) yang saling memberikan support, thankyou

for being my best of the bestfriend of mine. SARANGHAE

10. Teman-teman Ilmu Komunikasi Angkatan 2012, khususnya IKOM A (Mba

Tiwi, Thea, Cahya,Widya, Erlin, Azmi, Dian, Intan, Mba Aida), terima kasih

banyak untuk semua kisah yang telah kita rajut bersama selama hampir 4

tahun ini.

11. Seluruh warga Kayubalung yang telah membantu peneliti selama pengambilan

data skripsi hingga segalanya dipermudah.

12. Teman-teman KKN 190 Padukuhan Mendak, Gunung Kidul : Jeng Nofi dan

Jeng Hanik yang telah meluangkan waktunya membantu peneliti dalam proses

wawancara, Jeng Tika, Jeng Desi, Jeng Indah, Mas Ngar, Syafik, Dimas dan

Muham.

Page 9: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

ix

13. Semua teman-teman kos : Rinda, Mba Via, Tanti, Eva, Riana, Esta, Mba Aris,

Layung, Ade, Mba Fitri, Marissa, Uyun yang menemani hari-hari peneliti dan

selalu memberikan semangat dan dukungan seperti keluarga sendiri

14. Seluruh staf Departemen Program Research and Development RCTI, tempat

peneliti melaksanakan magang.

15. Bank Indonesia yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk

mendapatkan beasiswa dan bergabung dalam komunitas GenBI dimana

peneliti mendapat pelajaran banyak mengenai pengembangan diri.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat membantu

untuk perbaikan kedepan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 2 Agustus 2016

Best Regards,

Noor Haliemah

NIM. 12730026

Page 10: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

x

DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................. i

SURAT PERNYATAAN ................................................................................. ii

NOTA DINAS PEMBIMBING ...................................................................... iii

PENGESAHAN ................................................................................................ iv

MOTTO ............................................................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

ABSTRACT ...................................................................................................... xvi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11

D. Manfaat ........................................................................................ 11

E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 12

F. Landasan Teori ............................................................................. 15

G. Kerangka Berfikir ......................................................................... 33

H. Metode Penelitian ......................................................................... 34

BAB II : GAMBARAN UMUM

A. Jathilan ......................................................................................... 43

B. Kelompok Jathilan Sekar Manunggal Mudho .............................. 44

C. Unsur-Unsur Dalam Kesenian Jathilan ....................................... 51

Page 11: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

xi

BAB III: PEMBAHASAN

A. Data Individu Informan ................................................................... 63

B. Aspek-Aspek Interaksi Simbolis Masyarakat Dalam Memaknai

Kesenian Jathilan ............................................................................. 67

BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 136

B. Saran ............................................................................................... 138

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Data Individu Informan ........................................................................... 64

Page 13: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Kerangka Berpikir ................................................................................ 33

Gambar 2: Pemain Jathilan Putra Kelompok Jathilan Sekar Manunggal Mudho 46

Gambar 3: Pemain Jathilan Putri Kelompok Jathilan Sekar Manunggal Mudho . 47

Gambar 4: Gelar Budaya Kayubalung ................................................................... 48

Gambar 5: Pawai Budaya di Pagelaran Budaya Pakualaman ................................ 48

Gambar 6: Mewakili Desa Girisekar Untuk Tampil Di Acara Dinas Kebudayaan DIY

............................................................................................................. 49

Gambar 7: Latihan Rutin Kelompok Jathilan Sekar Manunggal Mudho ............. 49

Gambar 8: Pemain Jathilan Putri Bernama Widya Saat Mengikuti Latihan Rutin 50

Gambar 9: Agenda Rutin Arisan Jathilan ............................................................. 50

Gambar 10: Penari Jathilan Putri Menggunakan Properti Kuda ........................... 52

Gambar 11: Penari Jathilan Putri Menggunakan Properti Kuda ........................... 52

Gambar 12: Adegan Pawang Memecut Penari Jathilan Putra ............................... 54

Gambar 13: Penari Jathilan Putra Mengupas Kelapa Dengan Giginya ................ 54

Gambar 14: Penari Jathilan Putra Memakan Dupa Yang Dibakar ....................... 55

Gambar 15: Kostum Penari Jathilan Putra Dan Putri............................................ 56

Gambar 16: Properti Kuda Yang Digunakan Kelompok Jathilan Sekar Manunggal

Mudho ................................................................................................. 57

Gambar 17: Sesajen Yang Digunakan Saat Pertunjukan Jathilan ......................... 58

Gambar 18: Tata Rias Kelompok Jathilan Sekar Manunggal Mudho .................. 59

Gambar 19: Tokoh Barong Dengan Tata Rias Yang Berbeda Dari Penari Jathilan

Yang Lain ............................................................................................ 59

Page 14: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

xiv

Gambar 20: Kepala Dukuh Menghadiri Pembukaan Gelar Budaya Kayubalung . 76

Gambar 21: Pawang Jathilan Menebar Bunga Sebagai Tanda Pemanggilan Roh

Halus ................................................................................................... 77

Gambar 22: Pemain Jathilan Putra Kerasukan Roh Halus Berwujud Wanita ...... 79

Gambar 23: Pemain Jathilan Putra Kerasukan Roh Halus Berwujud Babi .......... 80

Gambar 24: Pemain Jathilan Putra Kerasukan Roh Halus Berwujud Pocong ...... 81

Gambar 25: Pawang Jathilan Mulai Membakar Kemenyan ................................. 83

Gambar 26: Sesajen Dalam Kesenian Jathilan ...................................................... 89

Gambar 27: Kostum Penari Jathilan Putra Dan Putri............................................ 90

Gambar 28: Tata Rias Kelompok Jathilan Sekar Manunggal Mudho .................. 93

Gambar 29: Tokoh Barong Dengan Tata Rias Yang Berbeda Dari Penari Jathilan

Yang Lain ............................................................................................ 93

Gambar 30: Syair Lagu Pepeling ........................................................................... 96

Gambar 31: Syair Lagu Sewu Siji ......................................................................... 98

Gambar 32: Properti Kuda Yang Digunakan Saat Pertunjukan Kesenian Jathilan102

Gambar 33: Antusias Masyarakat Menyaksikan Pertunjukan Jathilan .............. 106

Gambar 34: Pemain Jathilan Putra Kehilangan Kendali Ketika Adegan Ndadi . 110

Gambar 35: Penonton Pertunjukan Jathilan Terbawa Ndadi .............................. 124

Gambar 36: Kismo Sebagai Pengiring Kesenian Jathilan ................................... 134

Page 15: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Interview Guide

Lampiran 2 : Dokumentasi Kegiatan Kelompok Jathilan Sekar Manunggal Mudho

Page 16: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

xvi

ABSTRACT

In this research, researcher tried to explain how the symbolic interaction of

public give a meaning of jathilan arts. Jathilan arts has always been synonymous

with extreme scenes and contain elements of magic, was interpreted differently by

people who frequently interact with the jathilan group. Public can take positive

values and apply them in the life of society.

This research uses qualitative descriptive method. The data was collected

using observation, in-depth interview and documentation. To check the validity of

the data, the researcher uses a triangualtion of sources. The results of this research

showed that people interpret jathilan art in Padukuhan Mendak through verbal and

non-verbal communication carried by jathilan arts’s actors, both within each

performance or in everyday life. Verbal and non-verbal communication are done by

the jathilan arts’s actors through the elements contained in jathilan arts. These

elements include the form of motion, costumes, properties and music accompaniment

of jathilan arts. Public can interpret jathilan art because they continously to watch

the show of jathilan arts. In addition, the values that contained in jathilan arts in

Padukuhan Mendak delivered to public through the introduction (socialization). This

was the first step so that the values embodied in jathilan arts activities in Padukuhan

Mendak then can be interpreted and implied by public in their life.

Keywords: Symbolic Interaction, Jathilan Arts

Page 17: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, memiliki naluri

untuk hidup dengan orang lain dan saling membutuhkan. Kebutuhan

individu akan individu lain tersebut mendorong dirinya untuk

berkomunikasi. Keberadaan komunikasi didalam kehidupan manusia

sangatlah penting, karena dengan komunikasi dapat membentuk

sebuah relasi dengan individu maupun kelompok lainnya, dan relasi

tersebut dibutuhkan dalam kehidupan sosial yang pasti dimiliki oleh

masyarakat.

Menjalin relasi dengan individu maupun kelompok lainnya

dalam agama Islam disebut hablumminannas (hubungan dengan

manusia). Hablumminannas sangat ditekankan dalam Islam karena

manusia diciptakan Allah sebagai makhluk sosial yang saling

berhubungan, saling butuh membutuhkan dan tidak dapat hidup

normal tanpa mengenal satu sama lain.

Di dalam Alqur’an, Allah telah menekankan betapa pentingnya

mengenal satu sama lain, seperti firman Allah dalam surat AL-Hujurat

ayat 13 :

Page 18: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

2

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu

di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

(Q.S Al-Hujurat – 13)

Allah SWT menegaskan dalam ayat 13 bahwa dijadikannya

manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah untuk saling

mengenal satu sama lain dan dimaksudkan agar setiap orang dapat

mengenali dekat atau jauhnya nasabnya dengan pihak lain, bukan

untuk saling mengingkari.

Di dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang akan sangat

dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya. Lingkungan sekitar

merupakan sarana di mana manusia berada sekaligus wadah untuk

dapat mengembangkan diri. Oleh karena itu, antara manusia dengan

lingkungan mereka tinggal terdapat hubungan yang saling

mempengaruhi. Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1982:55)

menyatakan bahwa hubungan-hubungan sosial yang terjadi yang

menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu

dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dan berhubungan

satu dengan yang lain disebut dengan interaksi sosial. Ketika

berinteraksi, seorang individu atau kelompok sosial sebenarnya

Page 19: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

3

sedang berusaha memahami tindakan sosial seorang individu atau

kelompok sosial lain.

Di dalam masyarakat juga terdapat komponen penting yaitu

kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan

karena masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang

menghasilkan kebudayaan. Seperti yang dijelaskan Soekanto

(1982:149) bahwa tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai

kebudayaan dan sebaliknya, tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat

sebagai wadah dan pendukungnya. Dalam pengertian sehari-hari,

istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian, terutama

seni suara dan seni tari.

Yogyakarta sebagai representasi kota budaya di Indonesia masih

melestarikan berbagai macam budaya yang berkembang di

masyarakat, khususnya budaya jawa. Mulai dari ritual kejawen,

pakaian adat, seni musik dan seni tari. Salah satu kesenian yang masih

berkembang di masyarakat dan terus dilestarikan adalah kesenian

jathilan. Untuk menjaga kelestarian jathilan, pemerintah menggelar

festival jathilan di beberapa daerah. Seperti yang diberitakan oleh

www.krjogja.com yang diakses pada tanggal 7 April 2016 :

GUNUNGKIDUL (KRjogja.com) - Ribuan pasang mata baik

dari lokal Gunungkidul maupun dari luar daerah terpesona

menyaksikan kebolehan group-group jathilan dari seluruh

pelosok Gunungkidul. Dinas Kebudayaan dan kepariwistaan

setempat sedang menggelar Festival reog dan jathilan 2015

yang dilangsungkan di Pantai Sarangan Desa Ngestirejo,

Kecamatan Tanjungsari. Festival dibuka oleh Kepala Dinas

Page 20: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

4

Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunungkidul Saryanto ST

mewakili bupati, Sabtu (18/04//2015).

Kesenian tradisional baik jathilan dan reog di Kabupaten

Gunung Kidul terus berkembang, dari catatan yang

teridentifikasi di Dinas Kebudayaan dan Kepariwisatana

Gunung Kidul tidak kurang dari 1.200 group kesenian jathilan

dan reog yang tersebar di 144 desa atau1431 sdusun. Apalagi

sejak diundangkannya Keistimewaan DIY, masyarakat memiliki

semangat untuk mengambangkan potensi kesenian lokal, kata

Saryanto ketika membuka festival.

Jathilan adalah kesenian yang sering ditampilkan untuk

keperluan menyambut tamu yang dihormati. Dalam penampilannya

kesenian jathilan menggunakan properti kuda képang. Dikutip dari

kebudayaanindonesia.net yang diakses pada tanggal 10 April 2016

bahwa jathilan merupakan salah satu cabang kesenian yang sudah

lama tumbuh dan berkembang di berbagai daerah kabupaten di Jawa

Tengah dan DIY. Menurut Data Seksi Kesenian Dinas Kebudayaan

Propinsi DIY tahun 2008 yang dikutip dari penelitian berjudul “Seni

Jathilan: Bentuk, Fungsi dan Perkembangannya (1986-2013)”,

kelompok kesenian jathilan di DIY jumlahnya mencapai ratusan. Data

tahun 2008 menunjukkan persebaran kelompok jathilan aktif di

Yogyakarta :

1. Kabupaten Kulon Progo terdapat 114 kelompok,

2. Kabupaten Gunung Kidul terdapat 133 kelompok,

3. Kabupaten Bantul terdapat 141 kelompok,

4. Kabupaten Sleman terdapat 158 kelompok,

5. Kota Yogyakarta terdapat 48 kelompok

Page 21: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

5

Salah satu daerah di Yogyakarta yang masih melestarikan

kesenian jathilan adalah Desa Girisekar. Desa Girisekar yang terletak

di Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul merupakan desa

yang kaya akan adat istiadat, kesenian dan kebudayaan. Julukan Desa

budaya untuk Desa Girisekar sudah melekat sejak lama . Seperti yang

peneliti kutip dari laman resmi Desa Girisekar yaitu http://girisekar-

gunungkidul.sid.web.id yang diakses tanggal 27 Januari 2016,

menyebutkan bahwa:

“Di Desa Girisekar banyak sekali situs peninggalan

bersejarah, kuliner, kerajinan dan seni budaya yang beraneka

ragam. Situs ataupun peninggalan bersejarah antara lain, Tempat

Pertapan Kembanglampir (Padukuhan Blimbing) dan Cupu Kyai

panjolo (Padukuhan Mendak) merupakan tempat yang selalu

dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara, situs ini

mempunyai sejarah tentang berdirinya Kerajaan Mataram yang

ada di Yogyakarta. kuliner yang ada di Girisekar banyak sekali

macamnya baik tradisional seperti Cucur, Lempeng dan lain-

lain. Sedangkan kesenian yang ada di Girisekar antara lain

Kethoprak, Pedalangan, Seni Kanuragan Jangkrik Ngethir,

Shalawatan, Kethek Ogleng, Gejok Lesung, Hadroh, Reog,

Jathilan, Keroncong, Mocopat, Karawitan”

Di Desa Girisekar terdapat kelompok kesenian jathilan bernama

Sekar Manunggal Mudho. Kesenian jathilan bagi masyarakat

Padukuhan Mendak adalah salah satu aktivitas kemasyarakatan yang

penuh dengan makna simbolik. Tiap tiap individu tentunya memiliki

identitas-identitas dalam karakter pribadinya. Bagi para pelaku

kesenian jathilan di Padukuhan Mendak, memungkinkan mereka

untuk dapat berinteraksi baik antar anggota kelompok kesenian

jathilan maupun dengan masyarakat sekitar sehigga kelompok

Page 22: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

6

jathilan tersebut masih bisa bertahan hingga kini dan hidup beriringan

dengan masyarakat

Menurut penggemar pertunjukan jathilan, yang menjadi daya

tarik di setiap pertunjukan jathilan adalah apapun cerita yang

disajikan, selalu ada bagian yang sama yaitu adegan ndadi atau para

pemain mengalami kerasukan. Seperti yang diungkapkan Lenny

Lestyani, pengurus Komunitas Pecinta Jathilan yang dikutip dari

sorotgunungkidul.com yang diakses pada tanggal 8 April 2016, bahwa

alasan berdirinya Komunitas Pecinta Jathilan adalah karena suka akan

fenomena adanya pemain jathilan yang kerap ndadi (kerasukan)

"Awalnya kita penasaran lihat pemain kesurupan, asyik saja.

Ternyata ada juga lho pemain jathil yang ndadi bukan karena

kerasukan, tapi mabuk. Ya hanya sekedar prihatin saja

sebenarnya. Karena sering nonton, lama-lama kita tahu dan

bisa bedakan antara ndadi mabuk dan yang kerasukan," ungkap

Lenny didampingi suaminya.

Berdasarkan hasil survei peneliti, para pemain jathilan bisa

melakukan hal-hal yang di luar nalar ketika sedang kerasukan.

Misalnya makan beling, mengupas kelapa dengan gigi-giginya,

menghirup asap kemenyan, dan hal-hal lainnya. Adegan ndadi

tersebut menjadi identitas yang sangat melekat pada kesenian jathilan.

Dalam kesenian jathilan juga terdapat prosesi-prosesi yang harus

dilalui sebelum pertunjukan, yaitu pawang jathilan melakukan ritual

pemanggilan makhluk halus yang nantinya akan masuk ke tubuh para

pelaku kesenian jathilan. Lalu untuk kelangsungan ikatan yang kuat

Page 23: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

7

diantara anggota kelompok kesenian jathilan, diadakan ritual

Khataman Jathilan.

Unsur magis atau supranatural yang terkandung dalam kesenian

jathilan tersebut membuat orang-orang memiliki pemaknaan yang

berbeda-beda terhadap kesenian jathilan. Seperti yang dikutip dari

http://sains.me/jathilan-pertunjukan-kolaborasi-unsur-tari-dan-magis

yang diakses pada tanggal 10 April 2016, menyebutkan bahwa ada

beberapa orang yang beranggapan pertunjukan jathilan dilarang

agama karena dianggap memuja roh makhluk gaib.

Hal lain yang menjadi kekhawatiran setelah menyaksikan

atraksi-atraksi pada kesenian jathilan dimana para penarinya mulai

bertingkah aneh, menari tak kenal lelah hingga makan pecahan kaca

atau beling adalah adanya dampak negatif terhadap penonton.

Penonton kesenian jathilan tersebut berasal dari berbagai kalangan,

dari anak-anak hingga dewasa. Anak-anak adalah penonton yang

paling antusias ketika melihat para pemain jathilan beraksi. Dikutip

dari www.adirafacesofindonesia.com yang diakses pada tanggal 10

April 2016 bahwa pernah dalam suatu kejadian di Bantul, Yogyakarta,

seorang anak terluka akibat meniru atraksi jathilan. Diceritakan oleh

penggiat jathilan disana bahwa usai menonton pertunjukan jathilan,

anak tersebut menceritakan atraksi yang ditontonnya itu kepada

rekannya sambil memeragakan aksi makan beling. Setelah kejadian

tersebut ia mengalami luka di bagian mulut.

Page 24: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

8

Kesenian jathilan kini juga telah mengalami perubahan demi

tuntutan kebutuhan pasar. Menurut Drs. Kuswarsantyo, M.Hum dalam

disertasinya berjudul “Perkembangan Kesenian Jathilan Di Daerah

Istimewa Yogyakarta Dalam Era Industri Pariwisata (1986-2013)”

yang dikutip dari ugm.ac.id menyebutkan bahwa permasalahan dalam

kesenian jathilan muncul terkait upaya memakasakan kehendak demi

untuk menuruti kebutuhan pasar yang sesungguhnya tidak sesuai

dengan esensi kesenian jathilan. Penyimpangan adegan trance atau

ndadi, misalnya menjadi adegan mabuk yang menimbulkan

konsekuensi serta masalah sosial baru terhadap image kesenian

jathilan.

Kesenian jathilan selalu identik dengan trance, atraksi yang

mengerikan dan mabuk. Masyarakat juga menganggap jathilan

sebagai sarana hiburan semata. Padahal dibalik itu terdapat makna-

makna lain dari kesenian jathilan yang belum banyak masyarakat

yang mengetahuinya. Misalnya dari lagu-lagu yang dinyanyikan

dalam pertunjukan jathilan yang justru menghimbau manusia untuk

berbuat kebaikan. Seperti yang peneliti kutip dari

www.adirafacesofindonesia.com yang menyebutkan bahwa dalam

setiap lagu yang dinyanyian oleh pelantun lagu saat pagelaran jathilan

berlangsung, ternyata mempunyai makna yang adiluhung dan

mengajak segala sesuatu yang sifatnya pada kebaikan.

Page 25: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

9

Nilai-nilai positif yang dibawa oleh kesenian jathilan tersebut

seharusnya menjadi alasan pemerintah untuk terus melestarikan

kesenian yang telah lama tumbuh dan berkembang di tengah-tengah

masyarakat kecil tersebut. Namun beberapa waktu lalu, tepatnya tahun

2012 terdapat pernyataan dari Gubernur Jawa Tengah yang menjadi

perdebatan di tengah masyarakat. Seperti yang peneliti kutip dari

www.itoday.co.id:

Itoday – Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo

memberikan pernyataan yang kontroversi dengan menyebut

jathilan adalah kesenian terjelek sedunia.

“Kesenian jathilan adalah kesenian yang paling jelek

sedunia,” ungkap Bibit dalam acara The 14th Merapi and

Borobudur Senior’s Amateur Golf Tornament Competing The

Hamengku Buwono X Cup di Borobudur International Golf and

Country Club Kota Magelang. Minggu (9/9)

Menurut Bibit, Walikota Magelang sangat memalukan

dengan menampilkan kesenian Jathilan dalam sebuah acara

internasional yang dihadiri beberapa negara. “Memalukan,

walikota Magelang menampilkan kesenian itu untuk acara

seperti ini,” ujarnya.

Pernyataan dari seorang pemimpin daerah tersebut lantas

menuai protes dari masyarakat khususnya para pelaku kesenian

jathilan. Pemerintah yang seharusnya memberikan support terhadap

kesenian jathilan baik berupa moril atau materil, namun malah

memandang sebelah mata dan meremehkannya. Berdasarkan uraian

tersebut, maka peneliti tertarik meneliti bagaimana masyarakat

Padukuhan Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten

Gunung Kidul memaknai kesenian jathilan yang tumbuh dan

berkembang di daerah tersebut. Dalam teori interaksi simbolis

Page 26: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

10

mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi diantara

manusia baik secara verbal maupun nonverbal. Melalui aksi dan

respons yang terjadi, kita memberikan makna ke dalam kata-kata atau

tindakan, dan karenanya kita dapat memahami suatu peristiwa dengan

cara cara tertentu (Morissan, 2013: 110).

Menurut Soekanto (1982: 8), teori interaksi simbolis berasumsi

bahwa dasar dari kehidupan bersama dari manusia adalah komunikasi,

terutama lambang-lambang yang merupakan kunci untuk memahami

kehidupan sosial manusia. Suatu lambang merupakan tanda, benda

atau gerakan yang secara sosial dianggap mempunyai arti-arti tertentu.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengambil judul

penelitian INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM

MEMAKNAI KESENIAN JATHILAN (Studi Pada Kelompok

Jathilan Sekar Manunggal Mudho, Padukuhan Mendak, Desa

Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti

paparkan sebelumnya, peneliti mengambil rumusan masalah

“Bagaimana Interaksi Simbolis Masyarakat Dalam Memaknai

Kesenian Jathilan Pada Kelompok Jathilan Sekar Manunggal Mudho,

Padukuhan Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten

Gunung Kidul?

Page 27: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

11

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan

bagaimana interaksi simbolis masyarakat dalam memaknai kesenian

jathilan pada Kelompok Jathilan Sekar Manunggal Mudho,

Padukuhan Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten

Gunung Kidul.

D. Manfaat Penelitian

1. Akademis

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan, wawasan,

serta informasi terhadap kajian pengembangan ilmu pengetahuan

pada umumnya dan pada bidang komunkasi pada khususnya.

2. Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sumber informasi dan pengetahuan, serta dapat memberikan

pemahaman yang luas tentang kesenian jathilan yang tumbuh dan

berkembang di tengah-tengah masyarakat, khususnya yang terkait

dengan interaksi simbolis masyarakat dalam memaknai kesenian

jathilan. Manfaat lain yaitu menjadi bahan pertimbangan untuk

mengembangkan dan membuat kebijakan-kebijakan pelestarian

kesenian tradisional, khususnya Jathilan dan dapat memberikan

masukan yang bermanfaat untuk berbagai pihak.

Page 28: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

12

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dalam penelitian diperlukan untuk

mengidentifikasi penelitian-penelitian serupa yang telah dilakukan

sebelumnya, sehingga peneliti dapat melakukan pembedaan antara

penelitiannya dengan penelitian-penelitian tersebut. Berikut ini adalah

beberapa penelitian yang digunakan peneliti sebagai tinjauan pustaka.

1. Skripsi berjudul Konstruksi Identitas Diri Murid DI Lembaga

Pendidikan Non Formal (Studi Kasus Pada Pusat Kegiatan

Belajar Mengajar Masyarakat (PKBM) Emphaty Medan), ditulis

oleh Roselina Santi Siahaan, Mahasiswa Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara Medan, ditulis tahun 2011.

Penelitian diatas bertujuan untuk mengetahui proses

perubahan identitas informan sebelum dan sesudah bergabung di

lembaga PKBM Emphaty Medan, dan juga mengenai proses

interaksi keempat informan pada saat berada di PKBM Emphaty

Medan. Terdapat persamaan antara penelitian ini dengan

penelitian yang akan dilakukan peneliti, yaitu menggunakan teori

interaksi simbolis. Penelitian diatas menggunakan metode analisis

kualitatif dimana data kualitatif yang dikumpulkan berupa

katakata, kalimat-kalimat, atau narasi-narasi yang diperleh dari

wawancara mendalam dan observasi. Penelitian diatas merupakan

penelitian kualitatif dengan menggunakan studi kasus sedangkan

Page 29: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

13

penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan studi

deskriptif kualitatif.

2. Skripsi berjudul Pemaknaan Simbol Komunikasi Sebagai

Identitas Pada Komunitas Vespa Antique Club Bandung Raya

(Studi Interaksi Simbolik Mengenai Pemaknaan Simbol Sebagai

Identitas Kelompok Di Kota Bandung), ditulis oleh Gema

Mahendra, Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung, ditulis tahun

2013

Tujuan penelitian diatas adalah untuk mengetahui simbol

komunikasi verbal, nonverbal dan makna simbol pada komunitas

Vespa Antique Club Bandung Raya. Berbeda dengan tujuan

penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu untuk

menggambarkan interaksi simbolis pelaku kesenian jathilan.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti terletak pada metode penelitian yang sama-

sama menggunakan metode kualitatif. Penelitian diatas

merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif. Persamaan lain yaitu teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi

partisipan, wawancara dan studi dokumentasi. Analisis data

dilakukan dengan cara mereduksi, mengklarifikasi,

Page 30: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

14

mendiskripsikan, menyimpulkan dan mengiterpretasikan semua

informasi secara selektif.

3. Jurnal berjudul Laesan Sebuah Fenomena Kesenian Pesisir:

Kajian Interaksi Simbolik Antara Pemain Dan Penonton, ditulis

oleh Eny Kusumastuti, Staf Pengajar Jurusan Sendratasik FBS

UNNES, ditulis tahun 2006.

Penelitian di atas berfokus pada bagaimana proses

terjadinya interaksi simbolik antara pelaku kesenian Laesan

dengan penonton dan simbol-simbol apakah yang dapat

membentuk terjadinya proses interaksi simbolik antara pelaku

kesenian Laesan dengan penonton. Hasil dari penilitan tersebut

menunjukkan bahwa proses interaksi simbolik terjadi pada setiap

bagian pertunjukan dan simbol-simbol yang membentuk proses

interaksi simbolik meliputi dupa, sesaji, nyanyian pengiring,

makna trance dalam Laesan.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti terletak pada objek penelitian yaitu sama sama

mengkaji interaksi simbolis pelaku kesenian, hanya saja kesenian

yang diangkat disini adalah kesenian Laesan sedangkan penelitian

yang akan dilakukan peneliti mengangkat kesenian jathilan.

Penelitian ini juga menggunakan teori interaksi simbolis untuk

menggambarkan bagaimana proses terjadinya interaksi simbolik

antara pelaku kesenian Laesan dengan penonton.

Page 31: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

15

F. Landasan Teori

1. Interaksionisme Simbolik

Interaksionisme simbolik merupakan suatu aktivitas

komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna (Mulyana,

2001: 68). Interaksionisme simbolik mengajarkan bahwa manusia

berinteraksi satu sama lain sepanjang waktu, mereka berbagi

pengertian untuk istilah-istilah dan tindakan-tindakan tertentu dan

memahami kejadian-kejadian dalam cara-cara tertentu pula

(Littlejohn, 2009: 121). Elvinaro Ardianto dan Bambang Q-Anees

(2009: 40) menyebutkan bahwa manusia dalam dirinya memiiki

esensi kebudayaan, bersosialisasi dengan masyarakat, dan

menghasilkan buah pikiran tertentu. Tiap bentuk interaksi sosial itu

dimulai dan berakhir dengan mempertimbangkan diri manusia.

Inilah karakteristik utama dari seluruh perspektif interaksi simbolis.

Pendekatan sosiokultural terhadap teori komunikasi

menunjukan cara pemahaman kita terhadap makna, norma, peran

dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi.

Teori teori tersebut mengeksplorasi dunia interaksi yang dihuni

oleh manusia, menjelaskan bahwa realitas bukanlah seperangkat

susunan di luar kita, tetapi dibentuk melalui proses inetraksi di

dalam kelompok, komunitas dan budaya (Littlejohn, 2009: 65).

Tradisi Sosiokultural memfokuskan diri pada bentuk-bentuk

interaksi antarmanusia daripada karakteristik individu atau model

Page 32: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

16

mental. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran,

peraturan, serta nilai budaya yang dijalankan (Littlejohn, 2009: 65)

Teori-teori dalam tradisi sosiokultural berhubungan dengan

bagaimana makna diciptakan dalam interaksi sosial dalam situasi

nyata (Littlejohn, 2009: 66). Banyak teori teori sosiokultural juga

memfokuskan pada bagaimana identitas-identitas dibangun melalui

interaksi dalam kelompok sosial dan budaya-budaya juga dilihat

sebagai bagian penting atas apa yang dibuat dalam interaksi sosial.

Pada gilirannya, budaya membentuk konteks bagi tindakan dan

interpretasi. Komunikasi merupakan sesuatu yang terjadi diantara

manusia, sehingga komunitas dianggap sangat penting dalam

banyak teori tersebut (Littlejohn, 2009: 66).

Konteks secara explisit diidentifikasikan dalam tradisi ini

karena penting bagi bentuk-bentuk komunikasi dan makna yang

ada. Simbol simbol yang penting dalam interaksi apa pun dianggap

memiliki makna yang berbeda ketika pelaku komunikasi berpindah

dari satu situasi ke situasi lainnya. Simbol dan makna yang penting

bagi kelompok sosial serta budaya tertentu sangat menarik bagi

para peneliti sosiokultural (Littlejohn, 2009: 66).

Layaknya semua tradisi, sosiokultural memiliki beragam

sudut pandang yang berpengaruh, salah satunya adalah paham

interaksi simbolis yang merupakan sebuah cara berpikir mengenai

Page 33: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

17

pikiran, diri sendiri dan masyarakat yang telah memberi kontribusi

besar terhadap tradisi sosiokultural dalam teori komunikasi

Teori interaksi simbolis berasumsi bahwa dasar dari

kehidupan bersama dari manusia adalah komunikasi, terutama

lambang-lambang yang merupakan kunci untuk memahami

kehidupan sosial manusia. Suatu lambang merupakan tanda, benda

atau gerakan yang secara sosial dianggap mempunyai arti-arti

tertentu (Soekanto, 1982: 8).

Ritzer dalam bukunya yang berjudul “Teori Sosiologi: Dari

Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern”

mengungkapkan bahwa beberapa interaksionis simbolik telah

menyebutkan satu demi satu prinsip-prinsip dasar teori Interaksi

Simbolis (Ritzer, 2012: 625-632). Prinsip-prinsip tersebut

mencakup hal-hal berikut ini:

a. Manusia diberkahi dengan kemampuan untuk berpikir

Para individu di dalam masyarakat manusia tidak

dilihat sebagai unit-unit yang dimotivasi oleh kekuatan-

kekuatan eksternal dan internal di luar kendali mereka, atau di

dalam batas-batas suatu struktur yang kurang atau lebih tetap.

Lebih tepatnya, mereka dipandang sebagai unit-unit reflektif

atau berinteraksi yang membentuk entitas masyarakat.

Kemampuan untuk berpikir memampukan orang

bertindak secara reflektif daripada hanya berperilaku secara

Page 34: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

18

tidak reflektif. Orang harus sering menyusun dan memandu

apa yang mereka lakukan, daripada sekedar melepaskannya

begitu saja. Pikiran dihubungkan ke hampir segala aspek

interaksionisme simbolik lainnya, termasuk sosialisasi, makna-

makna, simbol-simbol, diri, interaksi dan bahkan masyarakat.

b. Kemampuan untuk berpikir dibentuk oleh interaksi sosial

Orang hanya memiliki kemampuan umum untuk

berpikir. Kemampuan itu harus dibentuk dan diperbaiki di

dalam proses interaksi sosial. Kemampuan manusia untuk

berpikir dikembangkan sejak dini dalam sosialisasi masa

kanak-kanak dan diperbaiki selama sosialisasi masa dewasa.

Bagi para interaksionis simbolik, sosialisasi adalah proses yang

lebih dinamis yang memungkinkan orang mengembangkan

kemampuan untuk berpikir, untuk berkembang di dalam cara-

cara yang khas manusia. Selanjutnya, sosialisasi bukan sekedar

tempat sang aktor menerima informasi, tetapi adalah suatu

proses dinamis ketika sang aktor membentuk dan meyesuaikan

informasi bagi kebutuhan-kebutuhannya sendiri.

Pentingnya berpikir bagi interaksionis simbolik

tercermin dalam pandangan-pandangan mereka mengenai

objek-objek. Para individu mempelajari makna obek-objek

selama proses sosialisasi. Sebagian besar dari kita mempelajari

sekumpulan umum makna-makna, tetapi dalam banyak kasus,

Page 35: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

19

kita mempunyai definisi-definisi yang berbeda atas objek-

objek yang sama.

c. Dalam interaksi sosial orang mempelajari makna dan simbol

yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan

berpikir tersebut

Manusia mempelajari simbol-simbol dan juga makna-

makna di dalam interaksi sosial. Sementara manusia merespon

tanda-tanda tanpa pikir panjang, mereka merespons simbol-

simbol di dalam cara yang penuh pemikiran. Orang sering

menggunakan simbol-simbol untuk mengomunikasikan

sesuatu tentang diri mereka sendiri.

Para interaksionis simbolik memahami bahasa sebagai

suatu sistem luas simbol-simbol. Kata-kata adalah simbol-

simbol karena digunakan untuk melambangkan benda-benda

lain. Kata-kata membuat semua simbol lain menjadi mungkin.

Tindakan-tindakan , objek-objek dan kata –kata lain ada dan

mempunyai makna hanya karena mereka ada dan dapat

dilukiskan melalui penggunaan kata-kata.

d. Makna dan simbol memungkinkan orang melakukan tindakan

dan interaksi khas manusia

Perhatian para interaksionis simbolik yang terutama

tertuju pada dampak makna dan simbol pada tindakan dan

interaksi manusia. Makna dan simbol-simbol memberi

Page 36: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

20

karakteristik yang khas pada tindakan sosial (yang meliputi

suatu aktor tunggal) dan interaksi sosial (yang meliputi dua

atau lebih aktor yang terlibat di dalam tindakan sosial bersama)

manusia. Tindakan sosial adalah tindakan ketika para individu

bertindak bersama orang lain yang dipikirkan. Dengan kata

lain, di dalam melaksanakan suatu tindakan, orang berusaha

mengukur sekaligus dampaknya pada aktor-aktor lain yang

terlibat.

Di dalam proses interaksi sosial, orang

mengomunikasikan secara simbolis makna-makna kepada

orang-orang yang terlibat. Orang-orang lain menafsirkan

siimbol –simbol itu dan mengorientasikan tindakan mereka,

merespons berdasarkan penafsiran mereka.

e. Manusia mampu memodifikasi atau mengubah makna dan

simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi

berdasarkan tafsir mereka terhadap situasi tertentu

f. Manusia mampu melakukan modifikasi dan perubahan,

sebagian karena kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan

diri mereka sendiri

g. Pola-pola tindakan dan interaksi yang terangkai kemudian

menciptakan kelompok-kelompok dan masyarakat-masyarakat.

Page 37: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

21

Ritzer dalam bukunya juga mengungkapkan ide-ide dari

George Herbert Mead mengenai teori interaksionisme simbolik.

Aspek-aspek interaksionisme simbolik yang diusung oleh George

Herbert Mead yaitu :

a. Tindakan

Mead menganggap tindakan sebagai “unit paling primitif”

di dalam teorinya. Mead mengenali empat tahap dasar dan

saling berhubungan di dalam tindakan. Empat tahap tersebut

yaitu impuls (dorongan hati), persepsi, manipulasi,

penyelesaian

1) Impuls

Tahap pertama adalah impuls yang melibatkan

“rangsangan pancaindra seketika” dan reaksi aktor terhadap

rangsangan, kebutuhan untuk melakukan sesuatu

terhadapnya. Secara keseluruhan, seperti semua unsur lain

dari teori Mead, impuls melibatkan aktor maupun

lingkungannya (Ritzer, 2012: 603-604)

2) Persepsi

Tahap selanjutnya yaitu persepsi. Pada tahap ini

seorang individu mengartikan situasi yang mereka hadapi

ke arah gerak organisme manusia. Pada dasarnya manusia

diarahkan untuk mencari atau mencapai suatu objek,

manusia dan peristiwa. Persepsi itu pada mulanya

Page 38: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

22

merupakan respon indrawi terhadap stimulus luar (Nina,

2009: 103-104)

3) Manipulasi

Tahap ketiga adalah manipulasi. Ketika impuls telah

mewujudkan diri dan objek telah dirasakan, langkah

selanjutnya adalah memanipulasi objek atau secara lebih

umum , mengambil tindakan berkenaan dengannya (Ritzer,

2012: 607-608). Manusia memanipulasi lingkungan

mereka, berbuat di dalamnya, menanganinya, lalu tiba pada

kontak tertentu dengan aspek-aspek yang relevan. Melalui

manipulasi manusia berusaha memakai objek untuk

diarahkan kepada tujuan yang telah diberi arti tertentu.

4) Penyelesaian

Tahap terakhir adalah penyelesaian (consummation)

, yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan impuls,

persepsi dan manipulasi, sang aktor akan mengambil

keputusan akhir, atau lebih umum mengambil tindakan

yang memuaskan impuls semula.

b. Gesture (Gerak Isyarat)

Herbert Mead mendefinisikan gerak isyarat (gesture)

adalah gerakan-gerakan dari organisme pertama yang bertindak

sebagai stimuli spesifik yang membangkitkan (secara sosial)

Page 39: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

23

respons-respons yang tepat pada organisme kedua (Ritzer:

2012: 609)

c. Simbol-Simbol Signifikan

Mead menyebut simbol signifikan sebagai simbol yang

maknanya secara umum disepakati oleh orang banyak (West &

Turner, 2008 : 104). Makna simbol penting dalam komunikasi

bagi seseorang dan bagi orang lain. Seseorang menggunakan

lambang atau simbol untuk memberikan pengertian kepada

orang lain. Manusia hidup dalam suatu lingkungan simbol-

simbol. Manusia memberikan tanggapan simbol-simbol itu

seperti juga ia memberikan tanggapan terhadap rangsangan

yang bersifat fisik. Pengertian dan penghayatan terhadap

simbol-simbol yang tak terhitung jumlah itu merupakan hasil

pelajaran dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Simbol

mengacu pada setiap objek sosial (misalnya benda fisik,

isyarat, atau kata)

d. Mind (Pikiran)

Mead mendefinisikan pikiran (mind) sebagai

kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol yang

mempunyai makna sosial yang sama, dan Mead percaya bahwa

manusia mengembangkan pikiran melalui interaksi dengan

orang lain (West & Turner, 2008 : 104).

Page 40: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

24

Dengan demikian pikiran dapat dibedakan dari konsep

logis lain seperti konsep ingatan dalam karya Mead melalui

kemampuannya menanggapi komunitas secara menyeluruh dan

mengembangkan tanggapan terorganisir. Mead juga melihat

pikiran secara pragmatis. Yakni, pikiran melibatkan proses

berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah (Ritzer &

Goodman, 2004:280).

e. Self (diri)

Mead mendefinisikan diri (self) sebagai kemampuan

untuk merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang lain.

Ketika Mead berteori mengenai diri, ia mengamati bahwa

manusia mempunyai kemampuan untuk menjadi subjek dan

objek bagi dirinya sendiri. Mead menyebut subjek atau diri

yang bertindak sebagai “I”, sedangkan objek atau diri yang

mengamati adalah “Me” (West & Turner, 2008 : 107).

f. Society (Masyarakat)

Mead berargumen bahwa interaksi mengambil tempat di

dalam sebuah struktur sosial yang dinamis – budaya,

masyarakat, dan sebagainya. Mead mendefinisikan masyarakat

(society) sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan

manusia. Individu-individu terlibat di dalam masyarakat

melalui perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela

(West & Turner, 2008 : 107).

Page 41: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

25

Masyarakat terdiri atas individu-individu dan Mead

berbicara mengenai dua bagian penting masyarakat yang

mempengaruhi pikiran dan diri. Pemikiran Mead mengenai

orang lain secara khusus (Particular Other) merujuk pada

indiviu-individu dalam masyarakat yang signifikan bagi kita.

Sedangkan orang lain secara umum (Generalized Other)

merujuk pada cara pandang dari sebuah kelompok sosial atau

budaya sebagai suatu keseluruhan (West & Turner, 2008 : 107-

108).

2. Kesenian

Kesenian berasal dari kata seni yang dalam KBBI diartikan

sebagai karya yang diciptakan dengan keahlian dan perasaan yang

luar biasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanpa tahun: 750).

Semua kebudayaan meliputi gagasan dan perilaku yang

menampilkan pula segi-segi estetika untuk dinikmati dan itu yang

seringkali disebut dengan seni (Liliweri, 2007: 125)

Sedangkan kesenian adalah keseluruhan sistem yang

melibatkan proses penggunaan imajinasi manusia secara kreatif di

dalam sebuah kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu

(Yuni Pare, 2007: 27).

Page 42: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

26

Kesenian terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

a. Seni Musik

Musik adalah seni suara/ bunyi yang didasarkan pada

indera pendengaran (Jazuli, 2014: 40). Seni Musik misalnya

yang terwakili dalam suara/ pantun yang umumnya secara

internal dan eksternal tidak saja mengandung hiburan tetapi

juga berceritera, mendidik, mengajarkan bagi anggota nilai-

nilai kebudayaan tertentu maupun bagi komunitas budaya yang

lain (Liliweri, 2007: 126).

b. Seni Tari

Selain seni musik, maka dalam kesenian ada tarian.

Tarian selalu dikaitkan dengan musik. Tarian dan musik dapat

menggambarkan suasana atau konteks kegembiraan dan

kesedihan (pesta panen, perkawinan, kematian dan lain lain)

(Liliweri, 2003: 127). Sebagian orang menari adalah untuk

aktivitas sosial, sebagian untuk perayaan keagamaan, dan

sebagian lainnya untuk hiburan (Jazuli, 2014: 39).

c. Drama

Dalam drama, seseorang dapat memperagakan kejadian

yang nyata maupun tidak nyata dalam kehidupan. Sebuah

peran dramatis seseorang dapat melibatkan orang lain yang

menikmati dalam permainan dramatis. Drama melibatkan

Page 43: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

27

penciptaan makna melalui aksi dan bahasa tubuh (Jazuli, 2014:

39).

d. Seni Permainan

Permainan dikategorikan sebagai bagian dari seni yang

dimiliki oleh setiap masyarakat yang berbudaya. Apabila seni

musik dikatakan sebagai “wahana” untuk menghaluskan

perasaan, maka permainan dianggap sebagai melatih sikap

suportif, permainan sehat / kompetitif (Liliweri, 2003: 128).

e. Teknologi Seni

Ada beberapa aspek teknologi kebudayaan yang dapat

digolongkan dalam seni, yakni menurut Taylor (1988)

misalnya, teknologi artefak dan teknologi makanan. Yang

termasuk dalam teknologi artefak antara lain kerajinan tangan,

pakaian dan ornamen, perumahan, transportasi dan memelihara

api. Sedangkan termasuk teknologi makanan antara lain teknik

mengumpulkan makanan, berburu dan meramu, menangkap

ikan, bercocok tanam, memelihara ternak (beternak), dan

mengolah/ menyimpan makanan (Liliweri, 2003: 129).

3. Kesenian Jathilan

Jathilan adalah salah satu dari sekian banyak jenis kesenian

tradisional yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY). Dalam penampilannya kesenian jathilan menggunakan

properti kuda képang. Pertunjukan jathilan ditampilkan dengan

Page 44: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

28

mengambil cerita roman Panji. Namun dalam perkembangannya,

kini jathilan tidak hanya bertumpu pada cerita roman Panji, tetapi

dapat pula mengambil setting cerita wayang (Mahabarata atau

Ramayana) dan legenda rakyat setempat. (Kuswarsantyo dalam

penelitian berjudul “Seni Jathilan: Bentuk, Fungsi Dan

Perkembangannya (1986-2013: 2)”.

Kesenian jathilan mempunyai fungsi :

a. Ritual sakral dalam upacara bersih desa

b. Pertunjukan

c. Hiburan

Mencermati kata ritual, akan terbayang adanya suasana magis

dalam pelaksanaan kesenian itu. Kesenian jathilan merupakan bagian

dari kesenian yang sejak dulu digunakan sebagai sarana untuk

melibatkan masyarakat secara langsung dalam pertunjukan. Kesenian

jathilan dapat dengan cepat dilingkungan masyarakat dan

lingkungannya melalui gending-gending jawa serta gerak tari para

jatilan dengan menunggangi kuda dari anyaman bambu. (Setyorini

dalam jurnal “Kesenian Kuda Lumping Ditinjau Dari Perspektif

Norma-Norma Masyarakat”: 2)

Menurut Gandung Djatmiko, Dosen Jurusan Tari Fakultas

Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, seperti

dikutip dari harian Kompas (17 November 2007), kesenian jathilan

berkembang secara sporadis di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI

Yogyakarta. Tidak ada satu wilayah khusus yang dijadikan panutan

Page 45: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

29

bagi wilayah lain. Adapun kesamaan kemasan tarian disebabkan

para seniman lokal memang mengacu pada satu cerita yang sama.

Berdasarkan tulisan dari beberapa literatur, tari jathilan memang

menggambarkan sitausi prajurit yang tengah berperang naik kuda

dan bersenjatakan pedang. Pada awalnya tari ini hanya dibawakan

dua orang secara berpasangan.

Kesenian jathilan banyak tumbuh dan berkembang di

pelosok desa yang sering dikaitkan atau dihubungkan dengan

kepercayaan animistik. Hal ini dapat dilihat dari pementasan

jathilan yang secara umum, pada bagian akhir pertunjukannya

menghadirkan adegan trance (ndadi).

Nugraheni dalam penelitiannya berjudul “Sosiologi Budaya

Dalam Kesenian Tradisional Jathilan Tri Tunggal Muda Budaya

Dusun Gejiwan Desa Krinjing Kecamatan Kajoran Kabupaten

Magelang” mengungkapkan bahwa pertunjukan Jathilan terdiri

dalam tiga tahap, yaitu :

a. Pra pertunjukan kesenian Jathilan Tri Tunggal Muda Budaya

diawali dengan gladi bersih, kepung tumpeng, membaca do’a,

tetabuhan, dan obong menyan.

b. Pertunjukan kesenian tradisional Jathilan Tri Tunggal Muda

Budaya disajikan dalam bentuk tarian-tarian yang dibedakan

menjadi empat tahap, yaitu:

Page 46: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

30

1) Tarian pembuka, tarian ini diawali tarian sesembahan,

tarian sesembahan digunakan sebagai gerak untuk memulai

pentas

2) Tarian inti, tarian inti dalam penelitian ini adalah tarian

dayak yang dikreasikan dengan tarian bebas, mereka menari

sambil menaiki kuda kepang, pada tarian inti juga

disuguhkan atraksi-atraksi yang menarik, seperti barongan,

dll

3) Tarian puncak, pada tarian puncak penari mengalami

kemasukan roh atau intrance, dalam gerakan intrance

banyak menggunakan gerak murni dan gerak maknawi

4) Tarian penyembuhan penari yang mengalami kesurupan, ini

merupakan tarian penutup. Tugas seorang pawang adalah

menyembuhkan penari yang mengalami kesurupan.

c. Pasca pertunjukan dengan pembenahan dan acara do’a

bersama sebagai pertanda bahwa pertunjukan telah selesai.

Pratiwi dalam jurnal penelitiannya berjudul “Makna Simbolik

Bentuk Penyajian Tari Jathilan Dalam Kesenian Reog”

mengungkapkan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam

Kesenian Jathilan yaitu:

a. Bentuk Gerak Tari Jathilan

Seorang penari Jathilan sebagai media utama dalam

pengungkapan gerak adalah tubuh. Gerak tari Jathilan

Page 47: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

31

bercerita tentang segerombolan prajurit berkuda yang sedang

melakukan perjalanan dan mengemban suatu tugas berat.

Dalam medan perang, seorang prajurit harus mengenal siapa

kawan dan lawan. Persatuan menjadi salah satu kunci

keberhasilan dalam suatu peperangan.

b. Bentuk Busana Tari Jathilan

Busana yang dipergunakan oleh penari Jathilan,

menunjukkan busana seorang prajurit. Sementara itu secara

struktur busana tari Jathilan antara lain: celana kepanjen, kain

parang barong warna putih, bara-bara samir, sampur, epek,

stagen cinde, baju hem lengan panjang, gulon ter, kalung kace,

srempang, cakep, iket, binggel.

c. Bentuk Properti Tari Jathilan

Properti yang digunakan oleh penari Jathilan adalah

Eblek atau Jaranan yang dikenakan penari sebagai alat bantu

waktu menari.

d. Bentuk Tata Rias Tari Jathilan

Makna tata rias wajah putra alus lanyap adalah

gambaran seorang prajurit yang gagah dan pemberani. Pada

tata riasnya tajam yang mengandung makna pemberani.

Makna alis gagah merupakan penekanan dari tata rias putra

alus lanyap penggambaran keprajuritan. Sementara itu makna

godheg (athi-athi) adalah penggambaran kematangan dan

Page 48: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

32

seseorang, kegagahan, kemampuan berilmu, jiwa

kepemimpunan dan kewibawaan.

e. Bentuk Iringan Tari Jathilan

Bentuk iringan tari Jathilan hanya menggunakan iringan

gendhing obyog dengan iringan pembuka gendhing

panaragan, namun seiring perkembangan saat ini tari Jathilan

menggunakan tiga macam gendhing, yaitu gendhing sampak

dan gendhing obyog dengan iringan pembuka gendhing

panaragan.

Kesenian Jathilan

1. Bentuk gerak kesenian

Jathilan

2. Bentuk busana kesenian

Jathilan

3. Bentuk properti kesenian

Jathilan

4. Bentuk tata rias kesenian

Jathilan

5. Bentuk iringan kesenian

Jathilan

Page 49: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

33

G. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Sumber: Olahan Peneliti

Kesenian jathilan merupakan aktivitas

kemasyarakatan yang penuh dengan

makna simbolik dan memiliki nilai

positif

Simbol-Simbol Dalam Kesenian

Jathilan

Interaksi Simbolik Masyarakat

Terhadap Kesenian Jathilan

Kesenian Jathilan

6. Bentuk gerak kesenian

Jathilan

7. Bentuk busana kesenian

Jathilan

8. Bentuk properti kesenian

Jathilan

9. Bentuk tata rias kesenian

Jathilan

10. Bentuk iringan kesenian

Jathilan

Aspek-Aspek Dalam

Interaksi Simbolik

1. Tindakan

2. Gesture (Gerak

Isyarat)

3. Simbol Signifikan

4. Mind (Pikiran)

5. Self (Diri)

6. Society (Masyarakat)

Kesenian Jathilan

16. Bentuk gerak kesenian

Jathilan

17. Bentuk busana kesenian

Jathilan

18. Bentuk properti kesenian

Jathilan

19. Bentuk tata rias kesenian

Jathilan

20. Bentuk iringan kesenian

Jathilan

Kesenian Jathilan

11. Bentuk gerak kesenian

Jathilan

12. Bentuk busana kesenian

Jathilan

13. Bentuk properti kesenian

Jathilan

14. Bentuk tata rias kesenian

Jathilan

15. Bentuk iringan kesenian

Jathilan

Unsur-Unsur Kesenian

Jathilan

1. Bentuk gerak kesenian

Jathilan

2. Bentuk busana kesenian

Jathilan

3. Bentuk properti kesenian

Jathilan

4. Bentuk tata rias kesenian

Jathilan

5. Bentuk iringan kesenian

Jathilan

Masyarakat Memaknai Kesenian

Jathilan

Page 50: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

34

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian

kualitatif, yaitu penelitian yang memiliki hasil deskripsi berupa

kata dan tulisan dari informan. Metode ini disebut juga sebagai

metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang

terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil

penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang

ditemukan di lapangan (Sugiyono, 2014: 7). Menurut Rachmat

Kriyantono, penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan

fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data

sedalam-dalamnya (Kriyantono, 2006: 56).

Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan deskriptif dimana peneliti mencari fakta-

fakta, fenomena tentang interaksi simbolis pelaku kesenian jathilan

di Padukuhan Mendak, baik interaksi dengan sesama anggota

kelompok jathilan maupun interaksi dengan masyarakat sekitar

dalam kehidupan sehari-hari.

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Menurut Arikunto (2007:152), Subjek penelitian

merupakan sesuatu yang sangat penting kedudukannya

didalam penelitian, subjek penelitian harus ditata sebelum

Page 51: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

35

peneliti siap mengumpulkan data. Subjek penelitian dapat

berupa benda, hal atau orang. Tapi subjek penelitian pada

umumya manusia atau apa saja yang menjadi urusan manusia”

Dalam penelitian ini, penentuan subjek digunakan untuk

memperoleh informasi secara jelas dan mendalam. Subjek

penelitian dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik

purposive sampling. Menurut Sugiyono (2014: 218)

purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut

dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,

atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi obyek / situasi sosial

yang diteliti

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat

Padukuhan Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang,

Kabupaten Gunung Kidul. Namun tidak semua masyarakat

dijadikan informan penelitian, melainkan hanya beberapa

warga yang dianggap dapat memberikan informasi terkait

permasalahan penelitian, diantaranya adalah beberapa tokoh

masyarakat (tokoh agama dan tokoh seni budaya) yang

dipandang memiliki kompetensi dan memahami permasalahan

penelitian.

b. Objek Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian

adalah interaksi simbolis masyarakat dalam memaknai

Page 52: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

36

kesenian jathilan pada Kelompok Jathilan Sekar Manunggal

Mudho, Padukuhan Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan

Panggang, Kabupaten Gunung Kidul.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara

yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Menurut

Sugiyono (2014: 224)., teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standart yang ditetapkan.

a. Jenis Data

Ada dua jenis data yang dibutuhkan peneliti untuk

mendapatkan hasil penelitian , yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari

hasil penelitian di lapangan berupa observasi dan hasil

wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder

diperoleh dari literatur-literatur maupun sumber bacaan lain

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan memberikan

gambaran secara umum bagi peneliti. Seperti data-data yang

diperoleh dari buku, artikel, dan media internet

Page 53: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

37

b. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

“Marshall (1995) menyatakan bahwa “through

observation, the researcher learn about behavior and the

meaning attached to those behavior”. Melalui observasi,

peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku

tersebut” (dalam Sugiyono, 2014: 226). Menurut Burhan

Bungin (2008:115) yang dimaksud dengan metode

observasi adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui

pengamatan dan pegindraan.

2) Wawancara Mendalam

Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2014:

232), mengemukakan interviewing provide the researcher

a means to gain a deeper understanding of how the

participant interpret a situation or phenomenon than can

be gained through observation alon. Jadi dengan

wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang

lebih mendalam tentang partisipan dalam

menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi,

dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Penelitian ini menggunakan metode wawancara

mendalam yang menurut Burhan Bungin (2008: 108)

Page 54: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

38

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman

(guide) wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan

wawancara dengan informan yang mempunyai data-data

yang sesuai dengan tujuan penelitian.

3) Dokumentasi

“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk lisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang.” (Sugiyono,

2014: 240). Pada intinya metode dokumenter adalah

metode yang digunakan untuk menelusuri data historis

(Burhan Bungin, 2008: 121).

4. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2014: 244) mendefinisikan analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

Page 55: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

39

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun

orang lain.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis Miles dan

Huberman. Dalam Sugiyono (2014: 246), Miles dan Huberman

(1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas

dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan

conclusion drawing/ verification.

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2014:

247).

Dalam hal ini peneliti akan membuang bagian data yang

tidak diperlukan serta mengorganisasi data yang diperoleh dari

hasil wawancara dan observasi yang di lakukan di kelompok

jathilan Sekar Manunggal Mudho, sehingga memudahkan

untuk analisis data berikutnya.

Page 56: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

40

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

menyajkan data. Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono

(2014: 249) menyatakan “the most frequent form of display

data for qualitative research data in teh past has been

narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks

yang bersifat naratif.

Dengan melihat penyajian data, maka akan memudahkan

peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Conclusion Drawing/ Verification (Penarikan Kesimpulan)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut

Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya (Sugiyono, 2014: 252)

Peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat

keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi

yang mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi. Kesimpulan

juga dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung,

Page 57: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

41

makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya,

kekuatannya dan kecocokannya yang merupakan validitasnya.

5. Metode Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, metode keabsahan data yang peneliti

gunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah

teknik untuk membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang didapat melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong,

2010: 330). Peneliti akan menguji data dari satu sumber dan

kemudian dibandingkan dengan data dari sumber lain. Dengan cara

ini, peneliti dapat menjelaskan masalah secara lebih komprehensif.

Peneliti akan melakukan triangulasi data sumber data dari

observasi, wawancara dan dokumentasi.

Untuk mencapai keabsahan data, peneliti akan melakukan

beberapa langkah sebagai berikut:

a. Membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang

waktu

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,

Page 58: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

42

orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,

orang pemerintahan

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan

Page 59: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

136

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian tentang interaksi simbolis masyarakat dalam memaknai

kesenian jathilan pada kelompok jathilan Sekar Manunggal Mudho,

Padukuhan Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten

Gunung Kidul, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa :

1. Tindakan

Masyarakat menerima dengan baik kehadiran kesenian jathilan

di tengah-tengah mereka karena membawa dampak positif bagi

masyarakat. Kesenian jathilan di Padukuhan Mendak juga mendapat

dukungan dari pemerintah setempat. Wilayah RT 12 dan RT 13

Padukuhan Mendak dahulu terkenal sebagai daerah tertinggal, namun

semenjak berdirinya kelompok kesenian jathilan menjadi kegiatan

positif untuk masyarakat dan kini daerah tersebut semakin maju.

2. Gesture (Gerak Isyarat)

Masyarakat memaknai adegan ndadi dari gerakan-gerakan

penari jathilan saat kerasukan roh halus. Kesenian jathilan dahulu

menyajikan alur cerita di setiap pertunjukannya dan jika pertunjukan

tersebut hanya untuk hiburan, maka para pelaku kesenian jathilan

hanya berpura-pura melakukan adegan ndadi. Sedangkan kesenian

Page 60: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

137

jathilan di Padukuhan Mendak yang sekarang tidak menyajikan alur

cerita karna murni untuk menghibur masyarakat.

3. Simbol Signifikan

Simbol-simbol yang terdapat dalam kesenian jathilan yaitu

terlihat dari unsur-unsur kesenian jathilan. Kesenian jathilan dahulu

adalah kesenian jathilan klasik yang hanya menggunakan gendang

untuk pengiringnya, sedangkan kesenian jathilan di Padukuhan

Mendak tergolong kesenian jathilan modern karena menggunakan

alat-alat musik modern dan lagu-lagu yang dibawakan mengikuti tren

sekarang.

4. Mind (Pikiran)

Kesenian jathilan di Padukuhan Mendak sangat identik dengan

adegan ndadi yang disajikan saat pertunjukan. Masyarakat pada jaman

dahulu menempatkan kesenian jathilan sebagai ritual sakral.

Masyarakat mempercayai jika kesenian tersebut tidak dipersembahkan

dalam upacara adat maka akan menimbulkan bencana. Namun pada

akhirnya fungsi hiburan lebih mendominasi aktivitas kesenian tersebut.

5. Self (Diri)

Para pelaku kesenian jathilan sangat bertanggungjawab dan

menerima segala konsekuensi ketika telah memutuskan bergabung

dalam kelompok jathilan Sekar Manunggal Mudho. Sedangkan ketika

berada di luar panggung pertunjukan, para pelaku kesenian jathilan

Page 61: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

138

memposisikan dirinya sebagai anggota masyarakat dan menjalin

komunikasi yang baik dengan masyarakat.

6. Society (Masyarakat)

Pihak internal kelompok jathilan Sekar Manunggal Mudho

selalu mengikutsertakan pihak keluarga dan masyarakat setempat

dalam setiap pengambilan keputusan. Meskipun terdapat kelompok

masyarakat yang pro dan kontra terhadap kesenian jathilan, namun

tidak menyebabkan perpecahan diantara masyarakat. Masyarakat

Padukuhan Mendak selalu mengutamakan sikap saling menghargai.

Interaksi simbolik masyarakat Padukuhan Mendak dalam

memaknai kesenian jathilan pada kelompok jathilan Sekar Manunggal

Mudho menunjukkan hasil bahwa fungsi kesenian jathilan yang pada

jaman dahulu digunakan untuk ritual, kini telah mengalami perubahan

demi tuntutan kebutuhan pasar. Kesenian jathilan di Padukuhan

Mendak merupakan kesenian jathilan modern dan memiliki nilai

ekonomi bagi masyarakat. Beberapa simbol-simbol lama dari kesenian

jathilan mengalami pergeseran hingga kesenian jathilan di Padukuhan

Mendak berfungsi sebagai hiburan semata.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengkaji lebih

mendalam lagi mengenai interaksi simbolik masyarakat dalam

memaknai kesenian tradisional, tidak hanya kesenian jathilan saja.

Page 62: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

139

Penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk melakukan penelitian

lanjutan yang sifatnya lebih mendalam dalam melakukan wawancara

serta observasi dan dokumentasi lebih lengkap lagi.

2. Bagi Kebijakan Pemerintah

Dalam penelitian ini, menunjukan bahwa kesenian jathilan

sebagai identitas Padukuhan Mendak ternyata tidak hanya sebagai

hiburan semata, kesenian jathilan dapat berfungsi lebih penting lagi

yaitu sebagai ruang interaksi simolik yang digunakan masyarakat

untuk memaknai nilai-nilai yang terdapat dalam kesenian jathilan.

Berdasarkan pentingnya fungsi kesenian jathilan tersebut, maka

diharapkan Dinas Kebudayaan Yogyakarta dapat lebih peka dengan

fenomena ini dan dapat lebih memperhatikan nilai-nilai kandungan

yang terdapat dalam setiap aktivitas kesenian jathilan agar tidak luntur

karena perkembangan jaman.

Page 63: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

DAFTAR PUSTAKA

Kitab

Al Qur’an dan Terjemahannya. 2009. Diterjemahkan oleh Yayasan

Penyelenggara Penerjemah/ Penafsir Al-Qur’an Revisi Terjemah oleh

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama Republik

Indonesia. Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema

Buku

Abdulsyani. 1994. Sosiologi: Skematika, Teori, Dan Terapan. Jakarta: Bumi

Aksara

Ardianto, Elvinaro, Bambang Q-Anees. 2009. Filsafat Ilmu Komunikasi.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Prenada Media Group:

Jakarta

Gerungan, WA, 2000. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama

Gie, The Liang. 1996. Filsafat Seni Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pusat

Belajar Ilmu Berguna (PUBIB)

Jazuli, M. 2014. Sosiologi Seni: Pengantar Dan Model Studi Seni.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Jazuli. 2014. Manajemen Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai

Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising,

Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Prenada

Media

Liliweri, Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Littlejohn, Stephen W, Karen A Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta:

Salemba Humanika

Page 64: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya

Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group

Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru

Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai

Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

________________. 1982. Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam

Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Syam, Nina W. 2009. Sosiologi Komunikasi. Bandung: Humaniora

Umiarso dan Elbadiansyah. 2014. Interaksionisme Simbolik Dari Era Klasik

Hingga Modern. Jakarta: Rajawali Pers

West, Richard, Lynn H Turner . 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis

Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika

Skripsi dan Jurnal

Kusumastuti, Eny. 2006. “Laesan Sebuah Fenomena Kesenian Pesisir: Kajian

Interaksi Simbolik Antara Pemain Dan Penonton”. Jurnal. Fakultas

Bahasa dan Sastra. Universitas Negeri Semarang, Semarang

Kuswarsantyo. 2013. “Seni Jathilan: Bentuk, Fungsi Dan Perkembangannya

(1986-2013)”. Laporan Penelitian. Fakultas Bahasa dan Seni.

Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

Mahendra, Gema. 2013. “Pemaknaan Simbol Komunikasi Sebagai Identitas

Pada Komunitas Vespa Antique Club Bandung Raya (Studi Interaksi

Simbolik Mengenai Pemaknaan Simbol Sebagai Identitas Kelompok

Di Kota Bandung)”. Skripsi. Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas

Padjadjaran, Bandung

Page 65: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

Nugraheni , Martina Catur Analisis. “Sosiologi Budaya Dalam Kesenian

Tradisional Jathilan Tri Tunggal Muda Budaya Dusun Gejiwan

Desa Krinjing Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang”. Jurnal.

Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa. Universitas

Muhammadiyah Purworejo

Setyorini, Indra Yunita. “Kesenian Kuda Lumping Ditinjau Dari Perspektif

Norma-Norma Masyarakat”. Jurnal. Prodi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan. Universitas Negeri Malang, Malang

Siahaan, Roselina Santi. 2011. “Konstruksi Identitas Diri Murid Di Lembaga

Pendidikan Non Formal (Studi Kasus Pada Pusat Kegiatan Belajar

Mengajar Masyarakat (PKBM) Emphaty Medan)”. Skripsi. Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sumatera Utara, Medan

Website

http://girisekar-gunungkidul.sid.web.id yang diakses pada tanggal 7 April

2016, pukul 16.30

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/964/jatiran-jaran-kepang yang

diakses pada tanggal 10 April 2016, pukul 15.00

http://sains.me/jathilan-pertunjukan-kolaborasi-unsur-tari-dan-magis yang

diakses pada tanggal 10 April 2016, pukul 16.00

http://sorotgunungkidul.com/berita-gunungkidul-12131-link-.html yang

diakses pada tanggal 8 April 2016, pukul 10.00

http://ugm.ac.id/id/berita/8576industri.pariwisata.memacu.kualitas.dan.kuanti

tas.kesenian.jathilan yang diakses pada tanggal 10 April 2016, pukul

16.30

http://www.adirafacesofindonesia.com/articles/jathilan-kini-tak-lagi-makan-

belingubeknegeri-copadeflores yang diakses pada tanggal 10 April

2016, pukul 15.30

http://www.krjogja.com/web/news/read/257055/festival_jathilan_sedot_ribua

n_wisatawan yang diakses pada tanggal 7 April 2016, pukul 16.00

http://e-journal.uajy.ac.id/2374/3/2TA12077.pdf Taman Budaya Kalimantan

Tengah yang diakses pada tanggal 7 April 2016, pukul 15.00

Page 66: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

https://www.itoday.co.id/sosial-budaya/gubernur-jawa-tengah-anggap-

kesenian-jatilan-terjelek-sedunia yang diakses pada tanggal 1 Juni 2016,

pukul 11.00

Page 67: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

LAMPIRAN

A. Lampiran Daftar Pertanyaan Wawancara

Prinsip-Prinsip Interaksi Simbolik

1. Bagaimana pendapat anda mengenai kesenian jathilan?

2. Apa yang anda ketahui tentang adegan dan gerakan dalam kesenian

jathilan?

3. Apa yang anda ketahui tentang busana atau kostum yang dikenakan

dalam kesenian jathilan?

4. Apa yang anda ketahui tentang properti yang digunakan dalam

kesenian jathilan, seperti kuda kepang dan sesaji?

5. Apa yang anda ketahui tentang iringan dan lagu-lagu yang dilantunkan

untuk mengiringi kesenian jathilan?

6. Apa yang anda ketahui tentang jalan cerita dalam kesenian jathilan?

7. Apakah anda aktif mencari tahu tentang jathilan dari orang lain?

8. Bagaimana kesan anda terhadap kesenian Jathilan? Positif atau negatif?

Jika positif, apakah anda berinteraksi langsung dengan pelaku kesenian

jathilan?

Jika negatif, bagaimana anda menanggapi adanya kelompok kesenian

jathilan?

9. Apakah anda mampu menerima semua unsur kesenian jathilan dalam

kehidupan anda?

Page 68: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

10. Apakah anda pernah secara langsung mempelajari arti dari unsur-unsur

dalam kesenian jathilan?

11. Apa yang paling anda ingat dari kesenian jathilan?

12. Apakah dengan melihat kesenian jathilan, anda mendapatkan

pemahaman baru tentang kesenian tersebut?

13. Apakah anda mampu menerima keberadaan pelaku kesenian jathilan?

14. Apakah unsur-unsur dalam kesenian jathilan memiliki makna secara

magis? bagaimanakah bentuknya?

15. Menurut anda, adakah dampak yang dihasilkan dari unsur-unsur

kesenian jathilan yang ditampilkan ?

Jika Ya, seperti apa bentuknya? Apakah negatif atau positif

16. Bagaimana pendapat anda terhadap kelompok jathilan Sekar

Manunggal Mudho?

17. Apakah anda menerima keberadaan kelompok tersebut?

18. Bagaimana dampak di masyarakat setelah adanya kelompok kesenian

jathilan?

19. Apakah di masyarakat terdapat kelompok yang kontra terhadap

kesenian jathilan?

Page 69: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

B. Dokumentasi Kelompok Jathilan Sekar Manunggal Mudho

1. Pemain Jathilan Putra Bersama Pawang Sesaat Sebelum

Melakukan Pertunjukan Untuk Acara Gelar Budaya Kayubalung

Sumber: Dokumentasi Peneliti

2. Pemain Jathilan Putra Bernama Dhani dan Hendra Saat

Melakukan Pertunjukan

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Page 70: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

3. Adegan Ndadi Atau Kerasukan Roh Halus

Sumber: Dokumentasi Peneliti

4. Gelar Budaya Kayubalung

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Page 71: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

5. Pemain Jathilan Putri Ketika Melakukan Pertunjukan

Sumber: Dokumentasi Peneliti

6. Latihan Rutin Kelompok Jathilan Sekar Manunggal Mudho

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Page 72: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

Curriculum Vitae

Nama Lengkap : Noor Haliemah

Tempat & Tgl Lahir : Purworejo, 11 Februari 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Krandegan, RT 01/02, Kecamatan Bayan,

Purworejo

Tb/Bb : 169 cm/60 kg

Email : [email protected]

Telepon : 0853-2663-5143

2012-2016 : S1 Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta

2009-2012 : SMA N 1 Purworejo

2006-2009 : SMP N 3 Purworejo

2000-2006 : SD N Krandegan

1998-2000 : TK Tunas Harapan Krandegan

Program Content Viewer di Departement Program Research And

Development RCTI

Asisten Kreatif di Proyek Dokumenter “Serial Kampung”

kerjasama Oranye Production dengan Dinas Kebudayaan

Yogyakarta

Reporter Rubrik Akademia Harian Joglo Semar

Page 73: INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM MEMAKNAI …digilib.uin-suka.ac.id/22187/2/12730026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

Komunitas Srawoong

Hoshizora Foundation

GENBI (Komunitas Penerima Beasiswa

Bank Indonesia)

Pelangi Event Organizer

Komunitas Jurnalistik Idekata

Akademia Joglosemar

Forum Komunitas Komunikasi (FOKASI)

Ikom Radio Fishum

PKS SMA Negeri 1 Purworejo

Sanggar Tari SMA Negeri 1 Purworejo

Majalah Gamma SMA Negeri 1 Purworejo

Karang Taruna Persatuan Remaja Krajan Dua (PRKD) Krandegan