interaksi obat minggu 1

14
PENGERTIAN DASAR INTERAKSI OBAT DEFENISI DAN TERMINOLOGI Kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Modifikasi efek suatu obat lain yang diberikan bersamaan. Bila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan suatu obat berubah. Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama, interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang kedua, interaksi obat dapat menyebabkan gangguan

description

PENGERTIAN DASAR INTERAKSI OBATDEFENISI DAN TERMINOLOGI• Kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. • Modifikasi efek suatu obat lain yang diberikan bersamaan.Bila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan suatu obat berubah.

Transcript of interaksi obat minggu 1

Page 1: interaksi obat minggu 1

PENGERTIAN DASAR INTERAKSI OBAT

DEFENISI DAN TERMINOLOGI

Kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas

obat.

Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi

aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak

dimiliki sebelumnya.

Modifikasi efek suatu obat lain yang diberikan

bersamaan.

Bila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa

sehingga keefektifan suatu obat berubah.

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat

akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau

oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia

lain.

Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua

atau lebih obat digunakan bersama-sama

Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal

penting. Yang pertama, interaksi obat dapat mengurangi atau

bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang kedua, interaksi

obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan

yang serius, karena meningkatnya efek samping dari obat- obat

tertentu. Resiko kesehatan dari interaksi obat ini sangat

bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun

bisa pula fatal.

Page 2: interaksi obat minggu 1

Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya

interaksi bila tercampur dengan bahan kimia lain baik yang

berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi

juga terjadi pada berbagai kondisi kesehatan seperti diabetes,

penyakit ginjal atau tekanan darah tinggi. Dalam hal ini

terminologi interaksi obat dikhususkan pada interaksi obat

dengan obat.

Dalam interaksi obat-obat, obat yang mempengaruhi disebut

presipitan, sedangkan obat yang dipengaruhi disebut objek.

Contoh presipitan adalah aspirin, fenilbutazon dan sulfa. Object

drug biasanya bersifat mempunyai kurva dose-response yang

curam (narrow therapeutic margin), dosis toksik letaknya dekat

dosis terapi (indeks terapi sempit). Contoh : digoksin,

gentamisin, warfarin, dilantin, obat sitotoksik, kontraseptif oral,

dan obat-obat sistem saraf pusat.

Berdasarkan jenis atau bentuknya interaksi obat

diklasifikasikan atas:

1. Interaksi secara kimia atau farmasetis

2. Interaksi secara farmakokinetik

3. Interaksi secara fisiologi

4. Interaksi secara farmakodinamik

Interaksi secara kimia / farmasetis terjadi apabila secara fisik atau kimia suatu obat inkompatibel dengan obat lainnya. Pencampuran obat yang inkompatibel akan mengakibatkan inaktivasi obat. Interaksi ini sering terjadi pada cairan infus yang mencampurkan berbagai macam obat .

Page 3: interaksi obat minggu 1

Interaksi secara farmakokinetik terjadi apabila suatu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, biotransformasi / metabolisme, atau ekskresi obat lain.

Secara fisiologi interaksi terjadi apabila suatu obat merubah aktivitas obat lain pada lokasi yang terpisah dari tempat aksinya.

Sedangkan interaksi secara farmakodinamik terjadi apabila suatu obat mempengaruhi aktivitas obat lain pada atau dekat sisi reseptornya.

Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau

merugikan. Interaksi yang menguntungkan, misalnya (1)

Penicillin dengan probenesit: probenesit menghambat sekresi

penicillin di tubuli ginjal sehingga meningkatkan kadar penicillin

dalam plasma dan dengan demikian meningkatkan efektifitas

dalam terapi gonore; (2) Kombinasi obat anti hipertensi:

meningkatkan efektifitas dan mengurangi efek samping: (3)

Kombinasi obat anti kanker: juga meningkatkan efektifitas dan

mengurangi efek samping (4) kombinasi obat anti tuberculosis:

memperlambat timbulnya resistansi kuman terhadap obat; (5)

antagonisme efek toksik obat oleh antidotnya masing-masing.

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila

berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi

efektifitas obat yang berinteraksi, jadi terutama bila

menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit,

misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat

sitotastik. Demikian juga interaksi yang menyangkut obat-obat

yang biasa digunakan atau yang sering diberikan bersama

tentu lebih penting daripada obat yang dipakai sekali-kali.

Page 4: interaksi obat minggu 1

FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG INTERAKSI OBAT

Insidens interaksi obat yang penting dalam klinik sukar

diperkirakan karena :

1. Dokumentasinya masih sangat kurang;

2. Seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya

pengetahuan para dokter akan mekanisme dan

kemungkinan terjadinya interaksi obat sehingga interaksi

obat berupa peningkatan toksisitas seringkali dianggap

sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat

sedangkan interaksi berupa penurunan efektifitas seringkali

diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit; selain itu,

terlalu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit

untuk diingat;

3. Kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi

individual (populasi tertentu lebih peka misalnya penderita

lanjut usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan

kapasitas metabolisme antar individu ), penyakit tertentu

( terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan

faktor- faktor lain ( dosis besar, obat ditelan bersama-sama,

pemberian kronik).

1. USIAFisiologi tubuh, metabolisme dan eliminasi pada bayi, anak dan orang dewasa berbeda.

2. BOBOT BADANPerbandingan dosis obat – bobot badan menentukan konsentrasi obat yang mencapai sasaran.

Page 5: interaksi obat minggu 1

3. KEHAMILANPengosongan lambung↑, metabolisme ↑, ekskresi/filtrasi glomerolus ↑.

4. OBAT DALAM ASIAmpisilin, eritromisin, kanamisin, linkomisin, kloramfenikol, rifampisin, streptomisin sulfat, tetrasiklin, dll.

5. VARIASI DIURENALHormon kortikosteroid dari korteks adrenal pada pagi hari ↑, mlm hari ↓

6. TOLERANSIMK : Induksi enzim

7. SUHU TUBUHDistribusi ekskresi, ikatan, aktivitas enzim

8. KONDISI PATOLOGIKGangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal.

9. GENETIKDefisiensi enzim

10. WAKTU PEMBERIAN Sesudah makan/ sebelum makan 4 X y mg ≠ 2 X 2y mg

Sekarang ini, potensi efek yang tidak terduga sebagai akibat

dari interaksi antara obat dan obat lain atau makanan telah

ditetapkan. Risiko interaksi obat akan meningkat seiring

dengan peningkatan jumlah obat yang digunakan oleh individu.

Hal ini juga menyiratkan risiko yang lebih besar pada orang tua

dan mengalami penyakit kronis, karena mereka akan

menggunakan obat-obatan lebih banyak daripada populasi

umum. Risiko juga meningkat bila rejimen pasien berasal dari

beberapa resep. Peresepan dari satu apotek saja mungkin

dapat menurunkan risiko interaksi yang tidak terdeteksi

Page 6: interaksi obat minggu 1

(McCabe, et.al., 2003). Interaksi obat potensial seringkali

terjadi pada pasien rawat inap yang diresepkan banyak

pengobatan. Prevalensi interaksi obat meningkat secara linear

seiring dengan peningkatan jumlah obat yang diresepkan,

jumlah kelas obat dalam terapi, jenis kelamin dan usia pasien

MEKANISME DASAR INTERAKSI OBAT

Pada kenyataanya banyak obat yang berinteraksi obat terjadi

tidak hanya dengan satu mekanisme tetapi melibatkan dua

atau lebih mekanisme. Akan tetapi secara umum mekanisme

interaksi obat dalam tubuh dapat dijelaskan atas dua

mekanisme utama, yaitu interaksi farmakokinetik dan interaksi

farmakodinamik.

Pemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi aksi obat

lainnya (B) dengan mekanisme berikut:

1. Modifikasi efek farmakologi obat B tanpa mempengaruhi

konsentrasinya di cairan jaringan (interaksi

farmakodinamik).

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi

antara obat yang memiliki efek farmakologis, antagonis atau

efek samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi

karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-obat

yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini

biasanya dapat diprediksi dari pengetahuan tentang

farmakologi obat-obat yang berinteraksi

Interaksi farmakodinamik meliputi aditif , potensiasi,

sinergisme dan antagonisme. Mekanisme yang terlibat

Page 7: interaksi obat minggu 1

dalam interaksi farmakodinamik adalah perubahan efek pada

jaringan atau reseptor.

2. Mempengaruhi konsentrasi obat B yang mencapai situs

aksinya (interaksi farmakokinetik).

a. Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena indeks

terapi obat B sempit (misalnya, pengurangan sedikit saja

efek akan menyebabkan kehilangan efikasi dan atau

peningkatan sedikit saja efek akan menyebabkan

toksisitas).

b. Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena kurva

dosis-respon curam (sehingga perubahan sedikit saja

konsentrasi plasma akan menyebabkan perubahan efek

secara substansial).

c. Untuk kebanyakan obat, kondisi ini tidak ditemui,

peningkatan yang sedikit besar konsentrasi plasma obat-

obat yang relatif tidak toksik seperti penisilin hampir

tidak menyebabkan peningkatan masalah klinis karena

batas keamanannya lebar.

d. Sejumlah obat memiliki hubungan dosis-respon yang

curam dan batas terapi yang sempit, interaksi obat dapat

menyebabkan masalah utama, sebagai contohnya obat

antitrombotik, antidisritmik, antiepilepsi, litium, sejumlah

antineoplastik dan obat-obat imunosupresan

Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat

mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi

obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi

Page 8: interaksi obat minggu 1

jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek

farmakologisnya

Interaksi farmakokinetik ditandai dengan perubahan kadar

plasma obat, area di bawah kurva (AUC), onset aksi, waktu

paruh dsb

Salah satu faktor yang dapat mengubah respon terhadap

obat adalah pemberian bersamaan dengan obat-obat lain.

Ada beberapa mekanisme dimana obat dapat berinteraksi,

tetapi kebanyakan dapat dikategorikan secara farmakokinetik

(absorpsi, distribusi, metabolisme, eksresi), farmakodinamik,

atau toksisitas kombinasi.

Pengetahuan tentang mekanisme dimana timbulnya interaksi

obat yang diberikan sering bermanfaat secara klinik, karena

mekanisme dapat mempengaruhi baik waktu pemberian obat

maupun metode interaksi. Beberapa interaksi obat yang

penting timbul akibat dua mekanisme atau lebih.

Akibat interaksi obat dapat terjadi keadaan :

a) Sumasi (adiktif).

b) Sinergisme, contoh : Sulfonamid mencegah bakteri untuk

mensintesa dihidrofolat, sedangkan trimetoprim

menghambat reduksi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat.

Kedua obat ini bila diberikan bersama-sama akan memiliki

efek sinergistik yang kuat sebagai obat anti bakteri.

c) Antagonisme, contoh : Antagonis reseptor beta (beta bloker)

mengurangi efektifitas obat-obat bronkhodilator seperti

salbutamol yang merupakan agonis beta reseptor.

Page 9: interaksi obat minggu 1

d) Potensiasi, contoh :

1) banyak diuretika yang menurunkan kadar kalium

plasma, dan yang akan memperkuat efek glikosid

jantung yang mempermudah timbulnya toksisitas

glikosid.

2) Penghambat monoamin oksidase meningkatkan jumlah

noradrenalin di ujung syaraf adrenergik dan karena itu

memperkuat efek obat-obat seperti efedrin dan tiramin

yang bekerja dengan cara melepaskan noradrenalin.

INTERAKSI OBAT BERMAKNA KLINIS

1. OBAT YANG RENTANG TERAPINYA SEMPIT

Contoh: antiepilepsi, digoksin, lithium, siklosporin, warfarin

2. OBAT YANG MEMERLUKAN PENGATURAN DOSIS TELITI

Contoh: antihipertensi

3. PENGINDUKSI ENZIM

Contoh: asap rokok, barbiturat, fenitoin, griseofulvin,

karbamzepin, rifampisin.

4. PENGHAMBAT ENZIM

Contoh: amiodaron, diltiazem, eritromisin, ketokonazol,

metronidazol, simetidin, siprofloksasin,    verapamil

Page 10: interaksi obat minggu 1

HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN INTERAKSI OBAT

1. Tidak semua obat yang berinteraksi signifikan scr klinik

2. Interaksi tidak selamanya merugikan.

3. Jika dua obat berinteraksi tidak berarti tidak boleh diberikan

4. Interaksi tidak hanya untuk terapi yang berbeda tetapi

kadang untuk mengobati penyakit yang sama.

5. Interaksi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

pengobatan.

GUNA INTERAKSI OBAT

1. MENINGKATKAN KERJA OBAT

Contoh : sulfametoksasol, analgetik dan kafein

2. MENGURANGI EFEK SAMPING

Contoh : anestetika dan adrenalin

3. MEMPERLUAS SPEKTRUM

Contoh : kombinasi antiinfeksi

4. MEMPERPANJANG KERJA OBAT

Probenesid dan penisilin.

PASIEN YANG RENTAN TERHADAP INTERAKSI OBAT

  Pasien lanjut usia

  Pasien yang mengkonsumsi lebih dari satu macam obat

  Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati

  Pasien dengan penyakit akut

  Pasien dengan penyakit yang tidak tidak stabil (kadang

kambuh)

Page 11: interaksi obat minggu 1

  Pasien dengan karakteristik genetik tertentu

  Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter.