Interaksi obat

28
INTERAKSI OBAT Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan Bersamaan.

Transcript of Interaksi obat

INTERAKSI OBAT

Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat

diubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan

Bersamaan.

Interaksi Obat :

a. Bermanfaat (ex interaksi antara probenesid

dengan penisilin, di mana probenesid akan

menghambat sekresi penisilin di tubuli

ginjal, sehingga akan memperlambat

ekskresi penisilin dan mempertahankan

penisilin lebih lama dalam tubuh)

b. Efek yang merugikan (terjadinya efek samping

dan tidak tercapainya efek terapi)

OBAT YANG TERLIBAT DALAM PERISTIWA

INTERAKSI

a. Obat objek

b. Obat presipitan

1. Obat obyekObat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau efeknya dipengaruhi oleh obat lain, Umumnya adalah obat-obat yang mempunyai indek terapi sempit (narrow therapeutic range) yaitu : a. Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) akanmenyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul

b. Obat-obat dengan rasio toksis terapik

yang rendah (low toxic:therapeutic ratio),

artinya antara dosis toksik dan dosis

terapetik tersebut perbandinganya (atau

perbedaanya) tidak besar.

Contoh obat indek terapi sempit Antikoagulansia: warfarin, Antikonvulsi (antikejang): antiepilepsi, Hipoglikemika: antidiabetika oral seperti

tolbutamid, klorpropamid dll, Anti-aritmia: lidokain,prokainamid dll, Glikosida jantung: digoksin, Antihipertensi, Kontrasepsi oral steroid, Antibiotika aminoglikosida, obat-obat sitotoksik, obat-obat susunan saraf pusat, dan lain-lain

2. Obat presipitanObat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk dapat mempengaruhi aksi/efek, :

a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, akan menggusur ikatan-ikatan yang protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang tergusur ini (displaced) kemudian kadar bebasnya dalam darah akan meningkat dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek toksik, misalnya aspirin, fenilbutazon, dan sulfa

b. Obat-obat yang punya sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer)misalnya rifampisin, karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain akan mempercepat eliminasi (metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih cepat hilang. Sedangkan obat-obat yang dapat menghambat metabolisme (enzyme inhibator) termasuk kloramfenikol, fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-lain,akan meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi efek toksik.

c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi

/merubah fungsi ginjal sehingga eliminasi

obat-obat lain dapat dimodifikasi.

Misalnya probenesid, obat-obat golongan

diuretika dan lain-lain.

Interaksi obat berdasarkan mekanismenya

dapat dibagi menjadi 3 golongan besar,

1. Interaksi farmasetik,

2. Interaksi famakokinetik,

3. Interaksi farmakodinamik.

1. Interaksi farmasetik

Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi di

mana terjadi reaksi fisiko-kimiawi antara obat-

obat sehingga mengubah (menghilangkan)

aktifitas farmakologik obat. Yang sering terjadi

reaksi antara obat-obat yang dicampur dalam

cairan secara bersamaan, misalya dalam infus.

Beberapa tindakan (precaution) untuk menghindari interaksi farmasetik :

Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa tidak ada interaksi antar masingmasing obat.

Menghindari pemberian obat bersama-sama lewat infus.

Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer leaflet), untuk melihat peringatanperingatan pada pencampuran dan cara pemberian obat.

Sebelum memakai larutan , perhatikan

bahwa tidak terjadi perubahan warna,

kekeruhan, presipitasi dan lain-lain dari

larutan.

Siapkan larutan hanya kalau diperlukan

saja. Jangan menyimpan terlalu lama

larutan yang sudah dicampur, kecuali untuk

obat-obat yang memang sudah tersedia

dalam bentuk larutan seperti metronidazol ,

lidakoin .

Botol ifus harus selalu diberi label tentang jenis

larutannya, obat-obat yang sudah dimasukkan,

termasuk dosis dan dan waktunya.

·Jika harus memberi per infus dua macam obat,

berikan lewat 2 jalur infus, kecuali kalau yakin

tidak ada interaksi.

2. Interaksi farmakokinetik Interkasi farmakokinetik terjadi bila obat

presipitan mempengaruhi atau mengubah proses absorpsi, distribusi (ikatan protein), metabolisme, dan ekskresi dari obat-obat obyek. Sehingga mekanisme interaksi inipun dapat dibedakan sesuai dengan proses-proses biologik (kinetik) tersebut

Interaksi dalam proses absorpsi

Interaksi ini dapat terjadi dengan berbagai cara

misalnya,

- Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal

oleh obat-obat seperti morfin atau senyawa-

senyawa antikolinergik dapat mengubah absorpsi

obat-obat lain.

Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu

oleh senyawa logam sehingga absorpsi akan

dikurangi, oleh karena terbentuk senyawa kompleks

yang tidak diabsorpsi. Misalnya kelasi antara

tetrasiklin dengan senyawa senyawa logam berat

akan menurunkan absorpsi tetrasiklin.

Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat

tertentu, misalnya: umumnya antibiotika akan

menurun absorpsinya bila diberikan bersama dengan

makanan

2. Interaksi distribusi Interaksi ini terjadi terutama bila obat-obat

dengan ikatan protein yang lebih kuat menggusur obat-obat lain dengan ikatan protein yang lebih lemah dari tempat ikatannya pada protein plasma. Akibatnya kadar obat bebas yang tergusur ini akan lebih tinggi pada darah dengan segala konsekuensinya, terutama terjadinya peningkatan efek toksik. misalnya meningkatnya efek toksik dari antikoagulan warfarin atau obat-obat hipoglikemik (tolbutamid, kolrpropamid) karena pemberian bersamaan dengan fenilbutason, sulfa atau aspirin

3. Interaksi dalam proses metabolisme

Dapat terjadi dengan dua kemungkinan,

Pemacuan enzim (enzyme induction) Suatu

obat (presipitan) dapat memacu

metabolisme obat lain (obat obyek)

sehingga mempercepat eliminasi obat

tersebut. Kenaikan kecepatan eliminasi

pembuangan atau inaktivasi) akan diikuti

dengan menurunnya kadar obat dalam

darah dengan segala konsekuensinya.

Obat yang bekerja menginduksi enzim

contohnya :

- Rifampisin,

- Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin,

fenobarbital.

Dari berbagai reaksi metabolisme obat, maka

reaksi oksidasi fase I yang dikatalisir oleh

enzim sitokrom P-450 dalam mikrosom hepar

yang paling banyak dan paling mudah dipicu.

Penghambatan enzim (enzyme inhibitor). Metabolisme suatu obat juga dapat dihambat oleh obat lain sehingga meningkatnya kadar obat dalam darah dengan segala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses eliminasi obat. Obat-obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas enzim metabolisme obat adalah:

kloramfenikol isoniazid simetidin propanolol eritromisin fenilbutason alopurinol, dll.

4. Interaksi dalam proses ekskresi

Interaksi obat atau metabolitnya melalui

organ ekskresi terutama ginjal dapat

dipengaruhi oleh obat-obat lain. Contoh

probenesid dengan penisilin melalui

kompetisi sekresi tubuli akan menghambat

sekresi penisilin , maka kadar penisilin

dapat dipertahankan dalam tubuh.

3. Interaksi farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik berbeda dengan

interaksi farmakokinetik. Disini tidak terjadi

perubahan kadar obat obyek dalam darah.

Tetapi yang terjadi adalah perubahan efek

obat obyek yang disebabkan oleh obat

presipitan karena pengaruhnya pada

tempat kerja obat.

Interaksi farmakodinamik dapat dibedakan

menjadi,

Interaksi langsung (direct interaction)

Interaksi tidak langsung (indirect interaction)

1. Interaksi langsung

Interaksi ini terjadi apabila dua obat atau lebih

bekerja pada tempat atau reseptor yang sama,

atau bekerja pada tempat yang berbeda tetapi

dengan hasil efek akhir yang sama atau hampir

sama

Interaksi langsung dibedakan menjadi :a. Antagonisme pada tempat yang samamisalnya: Pembalikan (penetralan) efek opiat oleh

obat nalokson. Pengobatan aritma yang disebabkan

intoksikasi antidepresan triklisik dengan obat fisotigmin.

Pengobatan keracunan pestisida organofosfat dengan sulfas atropin untuk menetralisir efek-efek kolinergik yang terjadi.

b. Sinergisme pada tempat yang samamisalnya: Efek obat pelemas otot

depolarisasi(depolarizing muscle relaxants) akan diperkuat oleh antibiotika aminoglikosida, kolistin dan polimiksin karena keduanya bekerja pada tempat yang sama yakni pada motor end plate otot serat lintang.

Kombinasi obat beta-blocker dan Ca channel blocker seperti verapamil dapat menyebabkan aritmia/asistole. Keduanya bekerja pada jaringan konduksi otot jantung yang sama.

c. Sinergisme pada tempat yang berbeda dari efek yang sama atau hampir sama.

Obat-obat dengan efek akhir yang sama atau hampir sama, walaupun tempat kerja ata reseptornya berlainan, kalau diberikan bersamaan akan memberikan efek yang saling memperkuat. Misalnya,

-Alkohol dan obat-obat yang berpengaruh terhadap susunan saraf pusat,

Antara berbagai obat yang punya efek yang sama terhadap susunan saraf pusat, misalnya depresi susunan saraf pusat.

Kombinasi antibiotika, misalnya penisilin dan aminoglikosida

Kombinasi beberapa obat antihipertensi

2. Interaksi tidak langsung

Interkasi ini terjadi bila obat presipitan

punya efek yang berbeda dengan obat

obyek, tetapi efek obat presipitan tersebut

akhirnya dapat mengubah efek obat obyek.