Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

13
INSTRUMEN EKONOMI DALAM PERSPEKTIF PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN Oleh: Nadia Astriani Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran [email protected] Disampaikan dalam Seminar Nasional Perkembangan Hukum Lingkungan Kini dan Masa Depan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung 28 Mei 2013

description

ekonomi

Transcript of Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

Page 1: Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

INSTRUMEN EKONOMI DALAM PERSPEKTIF PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN

Oleh: Nadia Astriani Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran [email protected] Disampaikan dalam Seminar Nasional Perkembangan Hukum Lingkungan Kini dan Masa Depan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung 28 Mei 2013

Page 2: Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

ABSTRAK Periode awal pembangunan di Indonesia dilakukan dengan cara mengunakan sumber daya alam sebagai sumber pembangunan, kondisi ini menyebabkan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pengelolaan lingkungan bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pengelolaan lingkungan tidak bisa dipisahkan dari pengelolanya sendiri. Instrumen ekonomi adalah suatu cara untuk mengubah sikap dan perilaku manusia terhadap lingkungan, tujuan penggunaan instrument ini ialah mendorong perilaku ramah lingkungan dengan memberikan insentif-disinsentif ekonomi bagi pelaku. Metode penelitian yang digunakan pada makalah ini adalah metode penelitian yuridis normatif, dengan menganalisis kedudukan instrument ekonomi dalam penaatan hukum lingkungan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun instrumen ekonomi menempati posisi strategis dalam penaatan hukum lingkungan, tetapi penerapan instrument ini mensyaratkan beberapa hal, yaitu dukungan pemerintah melalui pembentukan peraturan pelaksana, mekanisme dan penentuan organisasi pelaksana yang jelas dan sosialisasi yang baik mengenai bentuk-bentuk instrument ekonomi. Kata Kunci : Instrumen Ekonomi, Penaatan Hukum Lingkungan ABSTRACT In the first period of development in Indonesia, natural resources used as a development source, this condition cause environment damages and pollution. Environmental management purposes to prevent environment damages and pollution, the management can’t be separate from human itself. Economic instrument is an instrument to change human attitude and behavior to environment, the purpose of this instrument is support green act by human with economic insentive and disinsentive for stakeholder. This paper use juridical normative approach with analyze position of economic instrument in environmental law preventive based of regulation. This reseach conclution, despite economic instrument had strategic position in environmental law compliance, implementation of this instrument require few condition such as government support through regulation drafting, clear organizationand mechanisme and proper socialization related to economic instrument. Keywords : Economic Instrument, Environmental Compliance

I. PENDAHULUAN

Page 3: Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

Manusia membutuhkan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di

negara seperti Indonesia yang masih mengandalkan sumber daya alam sebagai alat utama pemenuhan kebutuhan manusianya, pencemaran dan kerusakan lingkungan rentan terjadi karena pembangunan dilakukan dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam yang bernilai ekonomi tinggi. Periode awal pembangunan di Indonesia dilakukan dengan cara mengunakan sumber daya alam sebagai sumber pembangunan, cara berpikir pemerintah yang memandang suber daya alam sebagai alat ini baru dirasakan akibatnya sekarang dalam bentuk kerusakan dan degradasi hutan, pencemaran lingkungan serta terancamnya keanekaragaman hayati.

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.1 Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum2.

Sistem Pengelolaan Lingkungan Hidup tidak dapat dipisahkan dari faktor pengelolanya yaitu manusia. Manusia pada dasarnya bersifat mementingkan dirinya sendiri (egoistis). Sikap dan tindakan manusia terhadap lingkungannya sangat dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi, baik ekonomi perorangan maupun ekonomi Negara. Tujuan ekonomi yang berlebihan ini menyebabkan over-ekploitasi tanpa perlindungan yang memadai. Untuk mengubahnya maka sikap dan tindakan manusia harus diubah menjadi ramah lingkungan.3

Pada dasarnya sikap dan perilaku manusia yang menyebabkan kerusakan lingkungan disebabkan oleh dua hal, yaitu pertimbangan ekonomi dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat lingkungan bagi manusia. Sikap dan perilaku ini bisa diubah melalui 3 cara yaitu melalui instrument pengaturan dan pengawasan, instrument ekonomi dan instrument suasif. Ketiga instrument ini diberikan tempat dalam UUPPLH. “Dalam masyarakat yang kehidupannya didominasi oleh ekonomi pasar, instrument ekonomi menjadi sarana yang sangat ampuh dalam pengelolaan lingkungan”4. Hukum Lingkungan bertujuan mengatur perilaku manusia terhadap lingkungannya, dengan demikian pengaturan instrument ekonomi diatur didalamnya. Hukum Lingkungan bersifat preventif, oleh karena itu instrument penaatan

mendapatkan perhatian khusus. Tujuan Penaatan hukum lingkungan adalah mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan dengan menerapkan persyaratan lingkungan terhadap kegiatan usaha dan/atau perorangan. Instrumen ekonomi menurut UUPPLH adalah salah satu dari instrument pencegahan pencemaran dan/atau

1 Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut UUPPLH

2 Pasal 1 angka (2) UUPPLH 3Bandingkan dengan Otto Soemarwoto, Atur Diri Sendiri, Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan

Hidup, hlm.87, 92 dan 134 4 Otto Soemarwotto, Atur Diri Sendiri, Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup, hal 134.

Page 4: Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

kerusakan lingkungan yang merupakan bagian dari pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Dengan demikian, instrument ekonomi merupakan instrument penaatan. Berdasarkan latar belakang ini, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai instrument ekonomi dalam perspektif penaatan hukum lingkungan,

II. METODE PENELITIAN Hukum lingkungan berpandangan, semua komponennya senantiasa saling

berhubungan dan mempengaruhi dan segenap unsur memperlihatkan kemacamragaman. 5 Oleh karena itu mendekati permasalahan dalam hukum lingkungan harus menggunakan pendekatan terpadu atau utuh menyeluruh. Penelitian dan pengkajian terapan (applied study) terhadap hukum dan lingkungan bertujuan untuk mengetahui dan memahami kebijaksanaan dalam tata pengaturan masalah-masalah lingkungan secara hukum. Penelitian utuh menyeluruh terhadap hukum lingkungan secara khusus memperhatikan dan memperhitungkan kondisi serta persyaratan khas perikehidupan di Indonesia, baik dilihat dari segi lingkungan fisik alamiahnya maupun ditinjau dari aspek lingkungan buatannya (sosio-politiknya), hal ini dilakukan guna menemukan bentuk dan corak hukum lingkungan yang secara khusus cocok dengan keperluan Indonesia, hingga dapat bertegak menjadi sistem nasional Indonesia di bidang hukum lingkungan.6 Penelitian dalam makalah ini ini menggunakan pendekatan penelitian hukum normatif. 7 Dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan sistemik. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis kualitatif dengan metode penafsiran hukum terhadap data dan informasi yang diperoleh dengan mengacu kepada asas dan norma yang berlaku dalam masyarakat.8

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Konstitusi negara Indonesia menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum.9

Fungsi hukum menjamin keteraturan (kepastian) dan ketertiban, sedangkan tujuan hukum tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai dan falsafah hidup yang menjadi dasar hidup masyarakat yang bermuara kepada keadilan.10 Pengertian hukum yang memadai harus tidak hanya mamandang hukum itu sebagai suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tapi pula mencakup lembaga (institution) dan proses (process) yang diperlukan untuk mewujudkan hukum

5 Munadjat Danusaputro, Op. Cit, hlm. 86. 6 Ibid, hlm.2. 7 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, , 2007

Jakarta, hlm.4, lihat juga Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke – 20, Alumni, Bandung, 1994, hlm. 139.

8 Sunaryati Hartono, Penelitian hukum di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, Alumni Bandung, Cetakan Kedua 2006., hlm 152.

9 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Amademen Ketiga 10 Mochtar Kusumaatmadja dan B Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum : Suatu Pengenalan Pertama

Ruang Lingkup berlakunya Ilmu Hukum, PT Alumni Bandung, 2000, hlm.4.

Page 5: Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

itu dalam kenyataan.11 Dalam masyarakat berlaku aturan-aturan yang menentukan hubungan antara manusia. Hukum mengambil tempat yang penting dalam aturan itu terutama untuk menjaga agar kepentingan dapat dirumuskan menjadi kesatuan yang harmonis.12

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) alinea keempat menyatakan bahwa negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia, seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum.13 Negara mempunyai tanggung jawab terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya budaya). Lebih lanjut Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 Amandemen Kedua menegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Dalam upaya mencapai tujuan nasional, dilakukanlah kegiatan pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.14 Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas ataupun kualitas tidak merata, sedangkan kegiatan pembangunan membutuhkan sumber daya alam yang semakin meningkat. Kegiatan pembangunan juga mengandung risiko terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kondisi ini dapat mengakibatkan daya dukung, daya tampung, dan produktivitas lingkungan hidup menurun yang pada akhirnya menjadi beban sosial. Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas keadilan. Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan kemanfaatan ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan lokal dan kearifan lingkungan15.

Hukum Lingkungan adalah hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam dalam arti seluas-luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan. Dengan demikian hukum lingkungan merupakan instrument yuridis bagi pengelolaan lingkungan.16 Hukum lingkungan modern menetapkan ketentuan dan norma-norma guna mengatur tindak perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestarian agar dapat secara langsung dan terus menerus digunakan oleh generasi sekarang dan generasi yang akan datang.17

Pembangunan berkelanjutan dipopulerkan melalui laporan Komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan pada tahun 1987. Perspektif keberlanjutan diartikan

11 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Bina Cipta, 1976.

hlm.15. 12 Bandingkan dengan N.E. Algra, K. Van Duyvendijk, dkk, Mula Hukum : Beberapa bab mengenai hukum

dan ilmu untuk pendidikan hukum dalam pengantar ilmu hukum, Bina Cipta, 1983, hlm.15. 13 Lihat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea keempat 14 Lihat Ketentuan Umum, Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025. 15 Penjelasan Undang-Undang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup 16 Drupsteen dalam Koenadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, hlm. 38 Ibid, 17 Munadjat dalam Koesnadi Hardjasoemantri, Ibid

Page 6: Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

sebagai kapasitas pembaruan dan evolusi dalam ekosistem, serta inovasi dan kreativitas dalam sistem sosial.18 Konsep ini muncul dari kesepakatan bersama diantara anggota komisi bahwa banyak kegiatan pembangunan yang mengakibatkan kemiskinan dan kemerosotan serta kerusakan lingkungan, sehingga perlu ditempuh jalan baru bagi pembangunan yang membawa kemajuan bagi manusia tidak hanya untuk sementara waktu melainkan untuk jangka waktu yang lebih panjang.19 Dua konsep kunci yang jarang dikutip adalah bahwa pembangunan berkelanjutan berkaitan dengan pertama, kebutuhan manusia di negara berkembang untuk memenuhi kebutuhannya dan kedua, keterbatasan teknologi dan organisasi social yang berkaitan dengan kapasitas lingkungan untuk mencukupi kebutuhan generasi sekarang dan masa depan.20Hal ini menyebabkan perbedaan penekanan dalam penerapan pembangunan berkelanjutan di negara maju dan negara berkembang. Negara berkembang memberikan prioritas pembangunan berkelanjutan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia saat ini, serta menjamin kelangsungan pembangunan ekonomi.21 Penekanan ini menempatkan keterpaduan pertimbangan ekonomi dan lingkungan sebagai strategi pembangunan berkelanjutan.

Penerapan konsep Pembangunan Berkelanjutan tercermin dalam Kebijakan Pembangunan Pemerintah Indonesia. Kebijakan Pembangunan Pemerintah mengenai Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup tercantum dalam Buku II Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, Bab X Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Sumber daya alam dan lingkungan hidup (SDA dan LH) memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan nasional, baik sebagai penyedia bahan baku bagi pembangunan ekonomi maupun sebagai pendukung sistem kehidupan. Sesuai dengan fungsinya tersebut, SDA dan LH perlu dikelola dengan bijaksana agar pembangunan serta keberlangsungan kehidupan manusia dapat terjaga dan lestari saat ini dan di masa yang akan datang. Lingkup pembangunan bidang SDA dan LH meliputi revitalisasi pertanian dan perbaikan pengelolaan SDA dan perbaikan fungsi LH.22

Pelaksanaan dari kebijakan ini memberikan hasil terhadap meningkatnya peran SDA dan LH dalam perkembangan perekonomian nasional. Hal ini dicerminkan dengan semakin meningkatnya kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor-sektor yang berbasis SDA dan LH terhadap pembentukan PDB nasional selama periode tersebut. Selain itu, sektor-sektor yang berbasis SDA dan LH juga menjadi tumpuan utama bagi sebagian besar tenaga kerja, terutama di perdesaan dan pesisir.

Sementara itu, pengelolaan SDA dan LH terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup. Upaya ini dilakukan melalui peningkatan kualitas sumber daya air, rehabilitasi dan konservasi hutan dan lahan, pengelolaan sumber daya kelautan, serta peningkatan kualitas daya dukung lingkungan hidup.

18 Bandingkan dengan Bruce Mitchell dkk, Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan, hlm.33 19 Bandingkan dengan Bruce Mitchell dkk, Ibid, hlm.32 20 Ibid 21 Op cit, hlm 46 22 Nadia Astriani, The Environmental Law Compliance Through Economic Instrument on the Sustainable

Development

Page 7: Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

Dengan semakin meningkatnya isu perubahan iklim global, upaya adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim terus meningkat selama periode tersebut.23

Pembangunan SDA dan LH 2010-2014 masih terus diarahkan kepada dua kelompok (cluster), yaitu pemanfaatan SDA yang mendukung pembangunan ekonomi dan peningkatan kualitas dan kelestarian LH. Pemanfaatan SDA dalam mendukung pembangunan ekonomi dijabarkan pada tiga prioritas, yaitu:

1. Peningkatan Ketahanan Pangan, Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan;

2. Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi; dan 3. Peningkatan pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan.

Kemudian pembangunan SDA dan LH untuk meningkatkan kualitas dan kelestarian LH ditekankan pada empat prioritas, yaitu

1. Perbaikan kualitas lingkungan hidup; 2. Peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan; 3. Peningkatan pengelolaan sumber daya kelautan; 4. Peningkatan kualitas informasi iklim dan bencana alam serta kapasitas adaptasi

dan mitigasi perubahan iklim Penaatan dalam hukum lingkungan diartikan sebagai “penerapan sepenuhnya persyaratan lingkungan. Penaatan dapat dikatakan tercapai apabila semua persyaratan lingkungan terpenuhi atau terlaksana oleh subjek hukum lingkungan”.24 Perancangan persyaratan lingkungan menjadi sangat signifikan dalam penaatan hukum lingkungan karena persyaratan lingkungan mempengaruhi keberhasilan program pengelolaan lingkungan. Perancangan persyaratan lingkungan yang baik untuk menghasilkan penaatan yang efektif dan efisien dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain : pendekatan atur dan awasi, pendekatan atur diri sendiri, pendekatan ekonomi, pendekatan perilaku dan pendekatan tekanan public.25 Teori pendekatan ekonomi sangat dipengaruhi oleh asumsi-asumsi dasar ilmu ekonomi yang memandang masalah-masalah lingkungan bersumber dari dua hal yaitu : Kelangkaan Sumber Daya Alam dan Kegagalan Pasar. Kelangkaan Sumber Daya alam menjadi sumber permasalahan karena sumber daya alam tidak mampu menopang dan memenuhi semua keinginan manusia. Oleh karena itu diperlukan kebijakan alokasi pemanfaatan sumber daya alam dengan criteria Pareto Optimal, yaitu sebuah kebijakan pemanfaatan sumber daya alam yang dapat meningkatkan kesejahteraan sejumlah orang tanpa memperburuk kesejahteraan kelompok lainnya26. Kegagalan pasar disebabkan karena barang-barang yang disebut barang public, seperti ruang udara, sungai dan danau tidak dapat menjadi objek hak perorangan sehingga setiap orang dapat memanfaatkan barang-barang itu untuk kepentingan masing-masing. Artinya orang tidak bisa diminta membayar barang-barang public karena tidak mungkin mencegah pihak lain yang tidak ikut membayar ikut serta menikmati manfaat dari

23 Ibid 24 Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, hlm.139 25 Ibid, 26 Stewart dan Kriel dalam Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, hlm.31

Page 8: Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

barang public tersebut. Kegagalan pasar semestinya diatasi dengan kebijakan dan hukum yang dibangun berdasarkan prinsip efisiensi. Pendekatan ekonomi adalah “ suatu pendekatan yang menekankan kepada keuntungan ekonomis yang diperoleh oleh pemilik kegiatan bila dia mematuhi persyaratan lingkungan sebagaimana diatur oleh undang-undang dan peraturan lingkungan. Pendekatan ekonomi sangat diperlukan karena dia merupakan faktor yang merangsang penaatan sebab setiap pemilik kegiatan akan :

a. terhindar dari membayar penalti b. terhindar dari membayar ganti rugi yang mungkin harus ditanggungnya di masa

yang akan datang dan c. menghemat pengeluaran karena menggunakan praktik efisiensi biaya dan praktik

yang bersahabat dengan lingkungan” 27 Instrumen ekonomi adalah suatu cara untuk mengubah sikap dan perilaku

manusia terhadap lingkungan, tujuan penggunaan instrument ini ialah mengubah nilai untung relatif terhadap rugi bagi pelaku dengan memberikan insentif-disinsentif ekonomi. Insentif disinsentif itu mencakup instrument pasar yang menghasilkan untung rugi berupa uang, jadi bersifat tangible. Pertimbangan tangible merupakan dorongan yang kuat untuk kelakuan pro lingkungan hidup dan hambatan untuk kelakukan anti lingkungan.

Prinsip instrument ekonomi ialah usaha penangulangan kerusakan lingkungan secara preventif dengan cara membatasi penggunaan sumberdaya atau/dan membuatnya lebih mahal dengan tujuan untuk mendorong pelaku menggunakan sumber daya dengan lebih hemat. Pungutan biaya merupakan disinsentif untuk berkelakukan anti-lingkungan hidup dan sebaliknya keuntungan ekonomi insentif untuk berkelakuan pro lingkungan hidup. Dengan demikian masyarakat dipacu untuk mengembangkan pola hidup dan teknologi hemat bahan baku dan energi.28

Beberapa bentuk instrument ekonomi yang banyak digunakan adalah : 1. Pajak Lingkungan, kelangkaan sumber daya menyebabkan penerapan

pajak yang tinggi bagi sumber daya alam yang terbatas, dengan harga yang tinggi diharapkan konsumsi terhadap barang tersebut berkurang.

2. Performance Bond merupakan suatu instrument penaatan hokum lingkungan yang banyak dikembangkan. Performance bond ini merupakan semacam uang jaminan yang harus diserahkan oleh pemilik kegiatan dan/atau usaha kepada pemerintah29

3. Treadable permit, pada mekanisme ini pemerintah memberikan alokasi

izin untuk “mencemari” kepada jenis kegiatan tertentu. Izin yang dimiliki perusahaan ini dapat diperjualbelikan antar pelaku kegiatan tersebut.

Sedangkan yang disebut instrumen ekonomi lingkungan hidup dalam peraturan lingkungan hidup di Indonesia meliputi:

4. Perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi;

27 US EPA dalam Sukanda Husin, ibid, hal 149 28 Ibid, hlm.134. 29 Kartodihardjo dalam Sukanda Husin, Ibid, hlm 153

Page 9: Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

Instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi meliputi: a. neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup, yaitu gambaran

mengenai cadangan sumber daya alam dan perubahannya, baik dalam satuan fisik maupun dalam nilai moneter;

b. penyusunan produk domestik bruto dan produk domestik regional bruto yang mencakup penyusutan sumber daya alam dan kerusakan lingkungan hidup;

c. mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antardaerah yaitu cara-cara kompensasi/imbal yang dilakukan oleh orang, masyarakat, dan/atau pemerintah daerah sebagai pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa lingkungan hidup.

d. internalisasi biaya lingkungan hidup yaitu memasukkan biaya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dalam perhitungan biaya produksi atau biaya suatu usaha dan/atau kegiatan.30

5. Pendanaan lingkungan hidup Pendanaan lingkungan adalah suatu sistem dan mekanisme penghimpunan dan pengelolaan dana yang digunakan bagi pembiayaan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pendanaan lingkungan berasal dari berbagai sumber, misalnya pungutan, hibah, dan lainnya.31 Pendanaan lingkungan terdiri atas : a. Dana jaminan pemulihan lingkungan hidup adalah dana yang disiapkan

oleh suatu usaha dan/atau kegiatan untuk pemulihan kualitas lingkungan hidup yang rusak karena kegiatannya. Dana ini dapat dikembalikan kepada pengusaha apabila kinerja perusahaan untuk mengelola lingkungan dinilai baik atau memenuhi persyaratan lingkungan.

b. Dana penanggulangan adalah dana yang digunakan untuk menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang timbul akibat suatu usaha dan/atau kegiatan.

c. Dana amanah/bantuan adalah dana yang berasal dari sumber hibah dan donasi untuk kepentingan konservasi lingkungan hidup.

6. Insentif dan/atau disinsentif Pemberian insentif ekonomi pada pemilik kegiatan yang taat kepada persyaratan lingkungan dapat merangsang penaatan, terutama bagi perusahaan milik negara. Sebaliknya kegiatan/atau usaha yang tidak taat akan dikenakan disinsentif berupa pungutan.32 Bentuk insentif/disinsentif

berdasarkan undang-undang antara lain: a. pengadaan barang dan jasa yang ramah lingkungan hidup adalah

pengadaaan yang memprioritaskan barang dan jasa yang berlabel ramah lingkungan hidup;33

30 Bandingkan dengan Pasal 42-43 UUPPLH beserta penjelasannya 31 Penjelasan Pasal 43 UUPPLH 32 Bandingkan dengan Sukanda Husin, op cit, hlm149 33 Op cit

Page 10: Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

b. pajak lingkungan yaitu pungutan oleh pemerintah dan pemerintah daerah terhadap setiap orang yang memanfaatkan sumber daya alam, seperti pajak pengambilan air bawah tanah, pajak bahan bakar minyak, dan pajak sarang burung walet34. Termasuk juga pajak pencemaran yaitu pajak yang dikenakan pada kegiatan yang menimbulkan pencemaran tersebut dan insentif pajak bagi kegiatan yang sudah melakukan perbaikan kualitas lingkungan.35

c. Retribusi lingkungan hidup adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap setiap orang yang memanfaatkan sarana yang disiapkan pemerintah daerah seperti retribusi pengolahan air limbah.36 Bentuk pungutan lain adalah pungutan untuk tindakan pencemaran yang dikenakan pada kegiatan yang mencemarkan lingkungan, sifatnya seketika.37

d. Subsidi lingkungan hidup adalah kemudahan atau pengurangan beban yang diberikan kepada setiap orang yang kegiatannya berdampak memperbaiki fungsi lingkungan hidup.38 Subsidi juga dapat diberikan pada kegiatan yang mematuhi persyaratan lingkungan.

e. Sistem lembaga keuangan ramah lingkungan hidup adalah sistem lembaga keuangan yang menerapkan persyaratan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam kebijakan pembiayaan dan praktik sistem lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank.39 Misalnya adalah bank memperhatikan hasil PROPER yang dikeluarkan oleh kementerian lingkungan hidup dalam memberikan kredit usaha. Kegiatan usaha yang mendapatkan rapor merah dan hitam tidak dapat mengajukan pinjaman ke bank.

f. Pasar modal ramah lingkungan hidup adalah pasar modal yang menerapkan persyaratan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bagi perusahaan yang masuk pasar modal atau perusahaan terbuka, seperti penerapan persyaratan audit lingkungan hidup bagi perusahaan yang akan menjual saham di pasar modal.40 Pemerintah juga dapat mendorong pasar modal untuk menyaring industry yang masuk ke pasar modal dengan persyaratan tambahan yaitu bahwa industri tersebut ramah lingkungan karena memiliki program penyelamatan lingkungan.41

g. Perdagangan izin pembuangan limbah dan/atau emisi adalah jual beli kuota limbah dan/atau emisi yang diizinkan untuk dibuang ke media

lingkungan hidup antarpenanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.42

34 Ibid 35 Op cit, hal 150 36 Op cit 37 Op cit 38 Penjelasan Pasal 43 UUPPLH 39 Ibid 40 Ibid 41 Sukanda Husin, op cit, hal 154 42 Op cit

Page 11: Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

Melalui instrument ini, penangungjawab usaha yang kinerja lingkungannya telah lebih baik dari persyaratan lingkungan yang harus dicapainya, dapat membeli izin pencemaran dari industry lain. Tentu saja hal ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu ditetapkan oleh pemerintah alokasi izin dan jenis kegiatan yang diperbolehkan melakukan jual beli izin.43

h. Pembayaran jasa lingkungan hidup adalah pembayaran/imbal yang diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa lingkungan hidup.44 Instrument ini tidak hanya dikenakan kepada kegiatan usaha tapi juga pada perorangan, misalnya diinternalisasikan dalam tiket masuk kawasan ekowisata.

i. Asuransi lingkungan hidup adalah asuransi yang memberikan perlindungan pada saat terjadi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.45 Wajib dilakukan oleh kegiatan usaha yang menggunakan atau melibatkan Bahan Berbahaya Beracun (B3) dalam kegiatannya.

j. Sistem label ramah lingkungan hidup adalah pemberian tanda atau label kepada produk-produk yang ramah lingkungan hidup.46 Apabila produk tidak diberi label ramah lingkungan diharapkan produk ini tidak dibeli oleh konsumen. Perusahaan yangmendapatkan sertifikasi untuk dapat memberikan label ramah lingkungan ini adalah PT TUV Internasional Indonesia, PT SUCOFINDO dan PT SGS International Certification Services Indonesia. Sistem Label ramah lingkungan ini walaupun sudah mulai diperkenalkan sejak tahun 1999, baru diberlakukan untuk pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL).47

k. Sistem penghargaan kinerja di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Bentuknya dapat berupa bonus untuk operator kegiatan usaha atau promosi ke jabatan yang lebih tinggi bagi pejabat dalam perusahaan milik Negara.48

Secara teori, instrument ekonomi menjanjikan hasil yang baik terhadap penaatan hukum lingkungan. Dalam prakteknya, belum adanya peraturan pelaksana terkait instrument ekonomi menyebabkan kegagapan pemerintah dalam penerapannya dan keengganan pelaku usaha untuk melaksanakannya. Dari sekian banyak bentuk instrument ekonomi yang diatur dalam UUPPLH, hanya 4 bentuk instrument ekonomi yang mulai dapat dilihat penerapannya di Indonesia, yaitu:

1. Pajak dan subsidi Lingkungan. Bentuk ini yang paling mudah dipahami dan diterapkan, walaupun tidak diatur secara khusus beberapa peraturan pemerintah

dan peraturan daerah, memasukkan instrument ini sebagai bentuk insentif dan disinsentif dalam peraturan terkait. Contohnya adalah dalam peraturan mengenai pajak bumi dan bangunan, diberikan insentif pemotongan pajak bagi bangunan

43 Op cit, hal 152-153 44 Penjelasan Pasal 43 UUPPLH 45 Ibid 46 Ibid 47 Sukanda Husin, op cit, hal 151 48 Ibid, hal 150

Page 12: Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

ramah lingkungan, juga dalam peraturan mengenai pajak kendaraan diberikan subsidi bagi kendaraan ramah lingkungan.

2. Perdagangan Izin pembuangan limbah dan/atau emisi. Mekanisme ini diwujudkan dalam bentuk mekanisme REDD yang masih menghadapi berbagai kendala dalam pelaksanaannya.

3. Pembayaran Jasa Lingkungan. Mekanisme imbal jasa lingkungan antar pemerintah daerah telah dilakukan terutama terkait dengan pengelolaan sampah di kota-kota besar. Contohnya Pemerintah Kota Bandung memberikan imbal jasa bagi Pemerintah Kabupaten Bandung yang menyediakan Tempat Pembuangan Sampah Akhir bagi sampah Kota Bandung. Pembayaran jasa lingkungan juga mulai diinternalisasikan dalam retribusi kawasan wisata alam seperti yang dilakukan di kawasan wisata Kawah Putih, Kabupaten Bandung.

4. Label Ramah lingkungan. Sudah banyak produk-produk yang menggunakan label ramah lingkungan, tetapi hal ini belum menjadi pertimbangan utama masyarakat Indonesia dalam membeli suatu produk. Meskipun demikian, penggunaan label ini cukup menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan besar di Indonesia mulai menempatkan pertimbangan lingkungan sebagai poin penting dalam manajemen perusahaannya.

Dari ke-empat bentuk instrument ekonomi tersebut diatas. Jasa lingkungan dan Label Ramah Lingkungan masih diperdebatkan posisinya apakah bagian dari instrument ekonomi atau bukan. Beberapa kalangan berpendapat bahwa instrument ekonomi, sebagaimana teori-teori yang disebutkan diatas hanya terdiri atas Pajak, Deposit Refund System, Treadable permit dan Subsidi, sisanya adalah praktek ekonomi yang diberi label ramah lingkungan. Di luar perdebatan yang terjadi, dari sudut pandang penaatan hukum yang tujuannya adalah diterapkannya persyaratan lingkungan oleh para pemangku kepentingan, instrument ekonomi memiliki peran yang signifikan.

IV. KESIMPULAN Instrumen ekonomi menempati posisi strategis dalam penaatan hukum

lingkungan, tetapi penerapan instrument ini mensyaratkan beberapa hal, yaitu : 1. Dukungan pemerintah melalui pembentukan peraturan pelaksana 2. Mekanisme dan penentuan organisasi pelaksana yang jelas 3. Sosialisasi yang baik mengenai bentuk-bentuk instrument ekonomi Ketiga hal ini hanya bisa didapat jika paradigma pembangunan berkelanjutan

tidak hanya menjadi slogan, melainkan telah menjadi arus utama dalam pengambilan keputusan. Hal paling mendesak yang harus dilakukan adalah menetapkan Peraturan Pemerintah mengenai Instrumen ekonomi. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah mengenai Instrumen Ekonomi ini dapat memberikan panduan bagi penerapan instrument ekonomi di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Instrumen Ekonomi Dalam Perspektif Penaatan Hukum Lingkungan.docx-libre

Bruce Mitchell, B. Setiawan dan Dwita Hadi Rahmi, Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Cetakan Kedua, Gadjah Mada University Press, 2003.

Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Edisi ketujuh Cetakan Keenam Belas, Gadjah Mada Univesity Press, 1999.

Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Bina Cipta, 1976.

Mochtar Kusumaatmadja dan B Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum : Suatu Pengenalan Pertama Ruang Lingkup berlakunya Ilmu Hukum, PT Alumni Bandung, 2000.

Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan Buku I: Umum, Cetakan Ketiga, Putra A Bardin 2001.

N.E. Algra, K. Van Duyvendijk, dkk, Mula Hukum : Beberapa bab mengenai hukum dan ilmu untuk pendidikan hukum dalam pengantar ilmu hukum, Bina Cipta, 1983.

Nadia Astriani, The Environmental Law Compliance Through Economic Instrument on the Sustainable Development, Makalah pada International Conference Universitas Ahmad Dahlan, Desember, 2012.

Otto Soemarwoto, Atur Diri Sendiri : Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup, Cetakan Ketiga, Gadjah Mada University Press, 2004.

Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, , Jakarta, 2007.

Sunaryati Hartono, Penelitian hukum di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, Cetakan Kedua, Alumni Bandung, 2006.

Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.