Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya dengan masalah ‘sehat sakit’ atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom (1974) ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status kesehatan bergeser di bawah optimal. 1

description

inspeksi jamban dan pengolahan limbah cair

Transcript of Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

Page 1: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang

saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian

pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi

kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

dengan masalah ‘sehat sakit’ atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom

(1974) ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu

maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan

pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana

keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal

pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status

kesehatan bergeser di bawah optimal.

Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran

lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah, bahwasanya lingkungan

berpengaruh pada terjadinya penyakit. Interaksi manusia dengan lingkungan

hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan

sampai ia meninggal, hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya

dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

1

Page 2: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

Hubungan antara manusia dengan lingkungannya selanjutnya dapat

meningkatkan kualitas lingkungan dapat pula menghasilkan sesuatu yang dapat

merugikan lingkungan, sesuatu yang merugikan lingkungan disebut sebagai

“environmental hazard” dan hal tersebut dapat mempengaruhi aktivitas manusia.

Segala aktivitas manusia dapat saling timbal balik dengan sistem penunjang

kehidupan dan sumber daya serta sisa-sisa aktivitas manusia (sampah).

Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada jamban

keluarga dan pengelolaan air limbah merupakan masalah kesehatan yang perlu

mendapatkan prioritas. Fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di

masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut

peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku,

tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.

Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama

kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit

berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh

bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan

kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Data Susenas 2001).

Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari

semakin besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan

masalah sanitasi, cakupan air bersih dan jamban keluarga yang masih rendah,

perumahan yang tidak sehat, pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan

bahan kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum memenuhi syarat

2

Page 3: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan

lain-lain), pemaparan akibat kerja (penggunaan pestisida di bidang pertanian,

industri kecil dan sektor informal lainnya), bencana alam, serta perilaku

masyarakat yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat.

Para ahli kesehatan masyarakat sebetulnya sudah sangat sepakat dengan

kesimpulan H.L. Bloom yang mengatakan bahwa kontribusi terbesar terhadap

terciptanya peningkatan derajat kesehatan seseorang berasal dari kualitas

kesehatan lingkungan dibandingkan faktor yang lain. Namun energi dan kebijakan

anggaran agaknya masih sangat cenderung kepada program yang bersifat kuratif.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba untuk melakukan

penelitian mengenai sanitasi lingkungan khususnya masalah fasilitas jamban

keluarga dan pengelolaan air limbah di di RW 013, Desa Sungai Rengas,

Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan  latar belakang  masalah yang telah dikemukakan di atas maka

rumusan  masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana keadaan jamban keluarga di RW 013, Desa Sungai Rengas,

Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya?

2. Bagaimana pengelolaan air limbah di RW 013, Desa Sungai Rengas,

Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya?

3

Page 4: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui distribusi fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air

limbah di di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap,

Kabupaten Kubu Raya

2. Untuk mengetahui gambaran fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air

limbah di di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap,

Kabupaten Kubu Raya

1.4. Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan  bagi Kantor Wilayah

Departemen Kesehatan Pontianak dalam menerapkan berbagai kebijakan

untuk mewujudkan suatu pemukiman yang sehat.

2. Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat dan menjadi sumbangan ilmiah

bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

3. Penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka

mengembangkan ilmu pengetahuan serta pengembangan diri khususnya

dalam bidang penelitian.

4

Page 5: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jamban

Jamban adalah fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas

tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa

(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya.

2.1.1.   Jenis-Jenis Jamban

1. Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang

yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam

tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban

cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

a. Keuntungan yaitu :

a.Mudah dibuat

b.Bentuk sederhana

c. Bahan-bahan dapat dicari didaerah setempat

d. Air yang dibutuhkan untuk menggelontor sedikit

e. Murah

b. Kerugian Yaitu :

5

Page 6: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

a. Gangguan bau yang ditimbulkan

b. Memungkinkan serangga atau tikus untuk bersarang

c. Bila sudah penuh tidak dapat dibuat lubang disebelahnya

2. Jamban tangki septik/leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa

yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi

sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang

dilengkapi dengan resapannya. Lantrin jenis septic tank ini merupakan

cara yang paling memenuhi syarat, septic tank terdiri dari tangki

sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk dan

mengalami dekomposisi. Didalam tanki ini tinja akan berada selama

beberapa hari, dan mengalami dua proses, yakni :

1. Proses Kimia

a. 60 – 70 % zat – zat padat akan mengendap di dalam tanki Sludge.

b. Zat – zat yang tidak dapat hacur bersama lemak dan busa akan

mengapung dan membentuk lapisan yang menututp permukaan air

dalam tangki scum.

c. Scum berfungsi : mempertahankan suasana anaerob dari cairan

dibawahnya, yang memungkinkan bakter – bakteri anaerob dan

fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang berfungsi pada proses

berikutnya.

2. Proses Biologis

6

Page 7: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

Terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob melalui

fakultatif anaerob yang memakan zat – zat organik alam sludge dan scum.

Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, juga pengurangan

volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh.

Cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian – bagian tinja dan

mempunyai BOD yang relative rendah. Cairan ini akhirnya dialirkan

keluar melalui pipa dan masuk kedalam tempat perembesar. Sampah dan

pengelolaannya sampah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak

dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi

dalam suatu kegiatan manusia dandibuang.

3. Jamban Plasegan

Plasegan dari bahasa jawa yaitu melengsengkan, yang berarti miring.

Nama ini dipakai dari lubang tempat jongkok ke tempat penampungan

kotorannya dihubungkan menggunakan saluran yang miring, jadi tempat

jongkok dari jamban tidak dibuat persis diatas tempat penampungan

kotoran, melainkan jauh ke sampingnya.

1. Keuntungannya

a. Aman pemakaian bagi anak – anak dan orang tua.

b. Dapat bertahan lama karena proses penguraiannya mudah.

2. Kerugiannya

a. Kurang cocok untuk daerah yang kurang air.

b. Kurang cocok untuk daerah yang tanahnya jenuh atau tidak

menyerap air.

7

Page 8: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

c. Biaya pembuatan relative mahal, sehingga tidak cocok untuk

masyarakat yang kurang mampu.

3. Jenis leher angsa mempunyai dua cara yaitu

1. Dimana tempat jongkok leher angsa berada langsung diatas galian

penampungan kotoran.

2. Dimana tempat jongkok tidak berada langsung diatas lubang galian

penampungan.

Dalam hal ini, lubang penampungan dapat dibuat dua buah untuk

dipergunakan secara bergantian, jika salah satu lubang sudah

penuh, untuk daerah pasang surut dapat pula dibangun jamban lain.

Jamban Cemplung / Kakus

i. Sering dijumpai di daerah pedesaan di Jawa. Sering

dijumpai jamban cemplung kurang sempurna, missal :

tanpa rumah jamban dan tanpa tutup, sehingga serangga

mudah masuk dan bau.

ii. Dalamnya 1,5 – 3 agar tidak mengotori air tanah

dibawahnya.

iii. Jarak dari sumber air sekurang – kurangnya 15 m dan

atap dapat terbuat dari daun kelapa.

4. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improved Pit Latrine = VIP

Latrine) hampir mirip dengan jamban cemplung tetapi jamban ini lebih

lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa, rumah jamban tersebut

dapat dibuat dari bamboo atau jerami.

8

Page 9: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

5. Jamban Empang (Fishpond Latrine), Jamban ini dibangun diatas

empang ikan, didalam system jamban ini terjadi daur ulang : Tinja

dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan seterusnya. Berfungsi

mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja menambah protein bagi

masyarakat menghasilkan ikan.

6. Jamban Pupuk (the compost privy), pada prinsipnya jamban ini seperti

kakus cemplung, jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang,

sampah dan daun – daunan.

1. Mula – mula membuat jamban cemplung biasa.

2. Di lapisan bawah sendiri ditaruh daun – daun.

3. Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran binatang (bila ada)

tiap – tiap hari.

4. Setelah kurang lebih 20 inchi, ditutup lagi dengan daun –

daunan sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi.

5. Demikian selanjutnya sampai penuh.

6. Setelah penuh ditimbun tanah, dan membuat jamban baru.

7. Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakan pupuk

tanaman.

2.1.2.   Tujuan Penggunaan Jamban

Dapat mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang

berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia serta dapat

9

Page 10: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan

lingkungan sekitarnya.

2.1.3.   Tujuan Program JAGA (jamban keluarga)

Tidak membuang tinja ditempat terbuka melainkan membangun jamban

untuk diri sendiri dan keluarga.

2.1.4.   Syarat-Syarat Jamban Sehat

1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum

dengan lubang penampungan minimal 10 meter

2. Tidak berbau

3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus

4. Tidak mencemari tanah di sekitamya

5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan

6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung

7. Penerangan dan ventilasi cukup

8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai

9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih

2.2. Air Limbah dan Pengolahannya

Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang

dibuang tanpa pengolahan ke dalam suatu badan air. Menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari

10

Page 11: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari

rumah tangga (domestic) maupun industri (industry).

2.2.1.  Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting:

1. Tinja (feces), berpotensi mengandung mikroba pathogen

2. Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen dan Fosfor, serta

kemungkinan kecil mikroorganisme.

3. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar

mandi. Grey water sering juga disebut dengan istilah sullage.

Campuran feces dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan campuran

excreta dengan air bilasan toilet disebut sebagai black water. Mikroba patogen

banyak terdapat pada excreta. Excreta ini merupakan cara transport utama bagi

penyakit bawaan air.

2.2.2. Dampak Buruk Air Limbah

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak

buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Gangguan Kesehatan

Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan

penyakit bawaan air (waterborne disease). Selain itu di dalam air limbah mungkin

juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan

11

Page 12: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah

yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit

(misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).

2. Penurunan Kualitas Lingkungan

Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai dan

danau) dapat mengakibatkan pencemaran air tersebut. Sebagai contoh, bahan

organik yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai dapat

menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut (Dissolved Oxygen) di

dalam sungai tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam

air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi

perkembangannya.

Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke dalam air tanah, sehingga

menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasnya

akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai peruntukkannya

3. Gangguan Terhadap Keindahan

Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu

kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh yang sederhana

adalah air limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan

perubahan warna pada badan air penerima.

12

Page 13: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

Kadang-kadang air limbah dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila

terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari

badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut.

4. Gangguan Terhadap Kerusakan Benda

Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh

bakteri anaerobic menjadi gas yang agresif seperti . Gas ini dapat mempercepat

proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (misalnya pipa saluran air

limbah) dan bangunan air kotor lainnya

Untuk pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari

perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan

air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta

pengoperasian yang cermat.

2.2.3.  Parameter Kualitas Air Limbah

Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter

kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan

spesifik. Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat

dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical

oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak

(O&G), dan total petrolum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air

limbah dapat dilihat dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur,

13

Page 14: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

warna, bau, dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air

limbah dapat berupa senyawa organik atau inorganik.

2.2.4.  Tujuan Utama Pengolahan Air Limbah

Untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama

senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik

yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam.

2.2.5.      Tahap-Tahap Pengolahan Air Limbah

1. Pengolahan Awal (Pretreatment)

Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk

menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.

Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen

and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.

2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang

sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses

yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama

ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation,

sedimentation, dan filtration.

3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

14

Page 15: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut

dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa.

Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini

ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon,

stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor

and filter.

4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)

Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah

coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,

membrane separation, serta thickening gravity or flotation.

5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan

sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet

combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation,

lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.

2.3. Tinja

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan tubuh manusia melalui anus

sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang system saluran

pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan

buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2)

15

Page 16: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan, keringat, lender dari

ekskresi kelenjar, dan sebagainya.

2.3.1 Syarat pembuangan tinja

Adapun syarat pembuangan tinja yaitu :

a. Tidak menyebabkan kontaminasi pada sumber air minum

b. Tidak menyababkan pencemaran pada permukaan tanah

c. Tidak menyebabkan pencemaran pada badan air

d. Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vector

e. Tidak terbuka/berhubungan dengan udara luar

f. Tidak menimbulkan bau yang dapat mengganggu

g. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan/septic tank 10

meter

2.3.2 Proses dekomposisi tinja

Aktivitas utama dalam proses dekomposisi tinja yaitu :

1. Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea,

menjadi bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil. Proses

penguraian pada tinja secara alamiah akan berlangsung, sehingga

akan berubah mejadi tidak berbau, stabil, dan tidak mengganggu.

2. Pengurangan volume dan massa (kadang-kadang sampai 80%) dari

bahan yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan,

karbon dioksida, ammonia, dan nitrogen yang di lepaskan ke

16

Page 17: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

atmosfer, bahan-bahan yang terlarut dalam keadaan tertentu

meresap ke dalam tanah di bawahnya.

3. Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak

mampu hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh

banyak jasad renik di dalam massa yang tengah mengalami

dekomposisi.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian

survey deskriptif dengan maksud  untuk  mengetahui gambaran fasilitas

jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di. Data yang diperoleh dari

17

Page 18: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

hasil survey ini selanjutnya digambarkan berdasarkan tujuan penelitian

yang akan dicapai.

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang diterapkan pada penulisan ini adalah

metode survey dengan pendekatan deskriptif.

3.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RW 013, Desa Sungai Rengas,

Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.

3.4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yaitu pada Hari Jum’at, 22 Juni 2012.

3.5. Populasi dan Sampel

3.5.1.   Populasi

Populasi adalah semua masyarakat yang bermukim di Penelitian ini

dilakukan di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap,

Kabupaten Kubu Raya.

3.5.2.   Sampel

Sampel adalah rumah tangga yang berada di RW 013, Desa Sungai

Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Penarikan

18

Page 19: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

sampel dilakukan secara simple random sampling. Di terdiri dari RW di

setiap RW diambil masing-masing 6 KK secara simple random sampling.

Jadi, jumlah responden yang diambil adalah 35 orang. Responden adalah

kepala keluarga atau salah seorang keluarga yang dewasa dan sadar. 

3.6. Pengumpulan Data

Data yang  dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dengan

melakukan wawancara langsung ke rumah-rumah dan menggunakan daftar

pertanyaan yang telah disediakan. 

3.7. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan program

komputer Microsoft Excel kemudian disajikan dalam bentuk tabel secara

deskriptif.

19

Page 20: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Identifikasi Responden

Dari hasil penelitian dilakukan identifikasi responden berdasarkan jenis kelamin,

tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.

4.1.1. Jenis Kelamin

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di RW 013, Desa Sungai

Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Tahun 2012

Jenis kelamin Jumlah Persen

Laki-laki 13 37%

Perempuan 22 63%

Jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer

 Grafik 1 . Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di RW 013, Desa Sungai

Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Tahun 2012

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin

mayoritas adalah perempuan sebanyak 22 responden (63%) dan laki-laki sebanyak

13 responden (37%).

20

Page 21: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

4.1.2. Tingkat Pendidikan

Tabel 2. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Di RW 013, Desa Sungai

Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Tahun 2012.

Tingkat pendidikan Jumlah Persen

Tidak pernah sekolah 10 29%

Tamat SD 17 49%

Tamat SMP 4 11%

Tamat SMA 1 3%

Tamat perguruan tinggi 3 8%

jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer 

Data di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mayoritas responden adalah

tamat SD sebanyak 49%.

4.1.3. Jenis Pekerjaan

Tabel 3. Distribusi Jenis Pekerjaan Responden Di RW 013, Desa Sungai Rengas,

Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Tahun 2012

Jenis pekerjaan jumlah Persen

PNS 1 3%

Karyawan Swasta 4 11%

21

Page 22: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

Buruh 10 29%

Petani 15 43%

Pedagang 5 14%

Tidak bekerja - -

Jumlah 35 100%

 Sumber : Data Primer

Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas jenis pekerjaan responden di RW 013,

Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, adalah petani

sebanyak 43%.

4.2.  Fasilitas Jamban Keluarga

Tabel 4. Distribusi Jamban Keluarga Di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan

Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.

Jamban keluarga Jumlah Persen

Ada 33 94 %

Tidak ada 2 6 %

Jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer

22

Page 23: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

Berdasarkan data di atas bahwa di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai

Kakap, Kabupaten Kubu Raya, yang memiliki jamban memenuhi syarat sebesar

94%,sedangkan yang tidak memiliki jamban memenuhi syarat sebesar 6%.

4.3. Pengelolaan Air Limbah

Tabel 5. Distribusi Pengelolaan Air Limbah Di RW 013, Desa Sungai Rengas,

Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.

Pengolahan air limbah Jumlah Persen

Ada 16 46%

Tidak ada 19 54%

Jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer

Data di atas menunjukkan bahwa di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai

Kakap, Kabupaten Kubu Raya, mayoritas masyarakatnya masih tidak memiliki

saluran pengolahan air limbah yaitu sebanyak 54%.

4.4 Sumber Air di Dekat Pembuangan Air Limbah

23

Page 24: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

Tabel 6. Distribusi Sumber Air di Dekat Pembuangan Air Limbah Di RW 013,

Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.

Penilaian Jumlah Persen

Ada 21 60 %

Tidak ada 14 40 %

Jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa di RW 013, Desa Sungai

Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Mayoritas

masyarakatnya terdapat sember air di dekat pembuangan air limbah sebanyak

60%.

4.5 Sarana Air Bersih

Tabel 7. Distribusi Sarana Air Bersih di RW 013, Desa Sungai Rengas,

Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya

Sumber air bersih Jumlah Persen

Ada 25 71 %

Tidak ada 10 29 %

Jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer

24

Page 25: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa di RW 013, Desa Sungai

Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Mayoritas

masyarakatnya sudah memiliki sarana air bersih yaitu 71%.

4.5 Sumur Resapan Septic Tank

Tabel 8. Distribusi Sumur Resapan Septic Tank di RW 013, Desa Sungai

Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya

Penilaian Jumlah Persentasi

Ada - -

Tidak ada - -

Total - -

Sumber : Data Primer

Berdasarkan data di atas bahwa di RW 013, Desa Sungai Rengas,

Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya tidak terdapat satupun

masyarakat yang memiliki sumur resapan septic tank.

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi Responden

25

Page 26: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

Jumlah sampel yang digunakan adalah 35 orang, dimana jumlah

responden laki-laki sebanyak 13 orang (37%) dan perempuan sebanyak 22

orang (63%) Mayoritas jumlah responden adalah perempuan.

Pada penilaian tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah tamat

Sekolah Dasar (SD) sebanyak 17 responden (49%) dan untuk jenis

pekerjaan responden mayoritas adalah petani sebanyak 15 responden

(43%). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi

masyarakat di lokasi penelitian masih rendah sehingga dapat

mempengaruhi kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat.

5.2. Fasilitas Jamban Keluarga

Berdasarkan data yang diperoleh di RW 013, Desa Sungai Rengas,

Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya mayoritas masyarakat

sudah memilki jamban keluarga yaitu sebanyak 94%. Namun, masih ada

juga yang tidak memiliki jamban keluarga yaitu sebanyak 6 %. Mereka

yang tidak memiliki jamban keluarga ada yang menggunakan WC milik

tetangga, di tanah, bahkan ada pula yang buang air besar di hutan terutama

bagi masyarakat yang rumahnya dekat dengan hutan.

Walaupun dilihat dari tingkat pendidikan responden mayoritas hanya

sampai tamat SD akan tetapi pada umumnya masyarakat sudah mengerti

akan pentingnya memiliki jamban buat keluarga yang menjadi kendalanya

26

Page 27: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

ialah rendahnya pendapatan masyarakat sehingga belum bisa menyediakan

fasilitas jamban keluarga.

5.3. Pengelolaan Air Limbah

Pengelolaan air limbah di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan

Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya mayoritas dilakukan dengan

pembuangan langsung ke got/sungai. Adapula yang melalui penampungan

di luar pekarangan serta yang tanpa penampungan atau langsung di tanah

karena menurut mereka air limbahnya akan meresap ke dalam tanah. Hal

ini terjadi karena pendapatan masyarakat yang rendah serta pengetahuan

masyarakat mengenai air limbah masih kurang. Padahal, pembuangan air

limbah di sembarang tempat dapat mengganggu kesehatan, menurunkan

kualitas lingkungan, mengganggu keindahan, serta dapat menyebabkan

kerusakan benda. Namun demikian adapula yang sudah memilki SPAL

yang memenuhi syarat kesehatan akan tetapi hanya 21%.

Data ini menunjukkan bahwa pengelolaan air limbah di RW 013, Desa

Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya masih

banyak yang tidak memenuhi syarat-syarat pengelolaan air limbah yang

baik.

5.4. Sumber Air di Dekat Pembuangan Air Limbah

27

Page 28: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

Berdasarkan data yang di peroleh masyarakat yang memiliki sumber air di

dekat pembuangan air limbah adalah sebanyak 60%, data ini menunjukkan

kurangnya pengetahuan warga bahaya sumber air di dekat tempat

pengolahan air limbah. Sedangkan menurut standar jangkauan maksimum

yang diperbolehkan jarak sumber air dengan pengolahan ail limbah adalah

adalah 10m untuk bahaya pencemaran biologis, dan 95m untuk bahaya

pencemaran bahan kimia.

5.5. Sumber Air Bersih

Menurut data yang di peroleh di RW 013, Desa Sungai Rengas,

Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu mayoritas masyarakatnya

sudah memiliki sarana air bersih yaitu sebanyak 71%, hal ini menunjukkan

kesadaran masyarakat akan pentinngnya kebutuhan air, air merupakan

kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Adapun air yang di

gunakan semua masyarakat untuk memasak adalah air hujan, karena

PDAM sendiri belum ada untuk daerah ini.

5.6. Sumur Resapan

Menurut data yang di peroleh di RW 013, Desa Sungai Rengas,

Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Tidak ada satupun

masyarakat yang memiliki sumur resapan, hal ini di karenakan untuk

mebuat fasilitas tesebut memerlukan dana yang cukup besar, sedangkan

pengahasilan masyarakat sangat kecil.

28

Page 29: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

a. Fasilitas jamban keluarga di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan

Sungai Kakap, Kabupaten Kubu masih kurang.

b. Pengelolaan air limbah di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan

Sungai Kakap, Kabupaten Kubu sebagian besar tidak dikelola dengan baik

atau belum memiliki SPAL permanen karena mayoritas dibuang langsung

ke got/sungai sehingga belum bisa memenuhi syarat kesehatan.

6.2. SARAN

a. Perlu kerja sama berbagai pihak dalam hal ini pemerintah daerah, instansi-

instansi terkait dan seluruh masyarakat dalam meningkatkan keadaan

sanitasi lingkungan menjadi lebih baik.

b. Kegiatan penyuluhan yang disertai dengan praktek dan pembinaan

langsung di lapangan perlu ditekankan secara khusus pada masalah

29

Page 30: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

sanitasi lingkungan terutama mengenai jamban keluarga dan pengelolaan

air limbah.

c. Dibutuhkan kesadaran semua pihak di lokasi penelitian mengenai

pentingnya kepemilikan jamban keluarga dan pengelolaan air limbah yang

baik dan benar.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2009. Karekteristik dan Dekomposisi Tinja. Dalam

http://environmentalsanitasion.wordpress.com/2009/09/02/karekter

istik-dan-dekomposisi-tinja/ di akses 20 Juni 2012.

2. Anonim. 2010. Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat. Dalam

http://sanitasi.or.id/index.php?

option=com_conten&view=article=255:tujuh-syarat-membuat-

jamban sehat&catid=55:berita&itemid= 125 / di akses tanggal 20

juni 2012

30

Page 31: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

3. Notoatmodjo,S. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

PT.Rieneka Cipta.

4. Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti.

5. http://datinkessulsel.wordpress.com/2009/06/26/pengetahuan-dan-

tindakan-masyarakat-dalam-pemanfaatan-jamban-keluarga/  

6. http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/07/sanitasi-

lingkungan.html

7. Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

8. http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=6

9. http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/sanitasi-lingkungan/

10. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta:

UI-Press

11. http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-air-

limbah/

31

Page 32: Inspeksi Jamban Dan Pengolahan Limbah Cair

32