Inovasi_Pembelajaran_IPA_di_Sekolah_Dasar.pdf

download Inovasi_Pembelajaran_IPA_di_Sekolah_Dasar.pdf

of 6

Transcript of Inovasi_Pembelajaran_IPA_di_Sekolah_Dasar.pdf

  • 7/26/2019 Inovasi_Pembelajaran_IPA_di_Sekolah_Dasar.pdf

    1/6

    JURNAL,Pendidikan Dasar Nomor: 9 - April 2008

    Inovasi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

    Sri Wuryastuti

    PENDAHULUAN

    Sudah lama orang menyadari danmempertimbangkan tentang rendahnyamutu pendidikan IPA. Diantara indikator

    yang digunakan untuk menunjukkan rendahnya mutupendidikan IPA adalah laporan United Nation DevelopmentProject(UNDP) yang menunjukkan bahwa dalam HumanDevelopment Index(HDI), Indonesia menduduki peringkat

    ke 110 diantara berbagai negara di dunia. (Hinduan, 2005: 1).

    Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitaspendidikaan IPA adalah melalui proses pembelajarandi kelas, baik pada jenjang Pendidikan Dasar danMenengah. Sebelum membahas tentang bagaimanaseharusnya proses pembelajaran IPA dilaksanakankhususnya di Sekolah Dasar, kita perlu mengkaji beberapapermasalahan pembelajaran IPA yang terjadi di lapangansaat ini, antara lain:

    1. Dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini

    tidak atau belum memberi kesempatan maksimal

    kepada siswa untuk mengembangkan kreatitasnya.

    Hal ini disebabkan gaya belajar guru yang selalu

    mendrill siswa untuk menghafal berbagai konsep

    tanpa disertai pemahaman terhadap konsep tersebut.

    2. Bahan ajar yang diberikan disekolah masih terasa

    lepas dengan permasalahan pokok yang timbul

    di masyarakat, terutama yang berkaitan dengan

    perkembangan teknologi dan kehadiran produk-

    produk teknologi di tengah-tengah masyarakat,

    serta akibat-akibat yang ditimbulkannya.

    Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk

    mengembangkan dan menyelaraskan bahan ajar

    sains dengan perkembangan teknologi setempat dan

    permasalahnnya yang berkaitan dengan bahan kajian

    yang tercantum dalam kurikulum.

    3. Keterampilan proses belum nampak dalam

    pembelajaran di sekolah dengan alasan untuk

    mengejar target kurikulum.

    4. Pelajaran IPA yang konvensional hanya menyiapkan

    peserta didik untuk melanjutkan studi yang lebih

    tinggi, bukan menyiapkan SDM yang kritis, peka

    terhadap lingkungan, kreatif, dan memahami teknologi

    sederhana yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Dengan melihat masalah pembelajaran IPA dilapangan, maka siswa tidak terbiasa menggunakan dayanalarnya, tetapi justru terbiasa dengan cara menghafal,hanya terpaku pada buku sumber serta terasa ada jurangpemisah antara pembelajaran di kelas dengan lingkungankehidupan sehari-hari siswa. Untuk itu perlu diupayakanpembelajaran IPA yang menekankan budaya berpikirkritis yang memberi nuansa teknologi, lingkungan danmasyarakat serta pembelajaran IPA yang mengacu padamasa depan, sehingga di hasilkan peserta didik kompeten.

    Pembelajaran IPA yang demikian sudah memenuhiharapan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,yaitu pembelajaran di Sekolah Dasar hendaknya bersifat

    mendidik, mencerdaskan, membangkitkan aktivitasdan kreativitas anak, efektif, demokratis, menantang,menyenangkan, dan mengasyikkan.

    Hakekat Anak Menurut Pandangan Teori Belajar

    Konstruktivisme

    Salah satu teori atau pandangan yang sangatterkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivismeadalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasajuga di sebut teori perkembangan intelektual atau teoriperkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaandengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalamtahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.Setiap tahap perkembangan intelektual yang di maksud

    dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi

    Abstrak

    Pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan salah satu sektor Program Pembangunan Nasional, oleh

    karena itu pembangunan pendidikan dengan segala perluasan lahannya harus mendapat prioritas yang utama demi

    meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri serta meminimalkan permasalahan-permasalahan didalamnya.

    Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Hal tersebut tercemin antara lain dari hasil studi

    kemampuan membaca untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) yang dilaksanakan oleh organisasi International Educational

    Achievement (IEA) yang menunjukkan bahwa siswa SD di Indonesia berada diurutan ke 38 dari 39 negara peserta studi.

    Sementara untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), studi untuk kemampuan siswa matematika untuk

    siswa SLTP di Indonesia hanya berada pada urutan ke 39 dari 42 negara dan untuk kemampuan Ilmu Pengetahuan

    Alam (IPA) hanya berada pada urutan ke 40 dari 42 negara peserta. (www.diknas.net).

    Kata Kunci:pembelajaran IPA, kualitas pembelajaran, teori belajar konstruktivisme

  • 7/26/2019 Inovasi_Pembelajaran_IPA_di_Sekolah_Dasar.pdf

    2/6

    JURNAL,Pendidikan Dasar Nomor: 9 - April 2008

    ilmu pengetahuan. Misalnya pada tahap sensor motoranak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendidalam Hamzah, 2004).

    Selanjutnya menurut pandangan konstruktivisme,belajar khususnya dalam pemahaman pengetahuanmerupakan suatu proses yang aktif serta melaluipengalaman. Pandangan ini dikembangkan dari teoriPiaget tentang perkembangan kognitif, biasa dikenal

    dengan Intelektual Development. Jadi belajar menurutpandangan konstuktivisme didenisikan sebagai belajaryang menunjuk pada pandangan yang menyatakanbahwa pengetahuan itu dibangun di dalam pikiran siswa.

    Pengkonstruksian pengetahuan menurut Piagetmelalui dua proses persepsi yaitu asimilasi danakomodasi. Asimilasi adalah perpaduan data baru denganstruktur kognitif yang sudah ada. Asimilasi terjadi bila adakesesuaian antara informasi baru dengan struktur kognitifyang sudah ada sehingga terjadi equilibrasi. Akomodasiadalah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasibaru. Jadi equilibrasi adalah penyesuaian kembali yangterus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Tomo,1995: 19). Apabila dengan asimilasi seseorang tidak dapatmengadakan adaptasi dengan lingkungannya, terjadilah

    ketidakseimbangan (diliquibrasi).seseorang tidak dapatmengadakan adaptasi dengan lingkungannya, terjadilahketidakseimbangan (diliquibrasi). Perkembanganintelektual pada dasarnya merupakan proseskeseimbangan ketidakseimbangan. Jadi seseorangdengan mengalami equilibrasi, maka ia mengalamiperubahan intelektual yang lebih tinggi. Demikianlahproses perolehan pengetahuan menurut Piaget (Dakar,1996 : 25).

    Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa belajaradalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktifantara faktor intern pada diri pembelajar dengan faktoreksternatau lingkungan sehingga melahirkan perubahantingkah laku.

    Proses perolehan pengetahuan tersebut akan terjadiapabila kita dapat menciptakan kondisi pembelajaranyang ideal. Kondisi pembelajar yang ideal yang dimaksuddisini adalah suatu proses belajar mengajar yang sesuaidengan karakteristik IPA dan memperhatikan perspektif

    siswa Sekolah Dasar. Pembelajaran yang dimaksud diatasadalah pembelajaran yang mengutamakan keaktifansiswa, menekankan pada kemampuan minds-on danhands-on serta terjadi interaksi dan mengakui adanyakonsepsi awal yang dimiliki siswa melalui pengalamansebelumnya.

    Dalam upaya mengimplementasikan teori belajarkonstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa

    saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaransebagai berikut :

    1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    mengemukakan pendapatnya dengan bahas sendiri.

    2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir

    tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih

    kreatif dan imajinatif.

    3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba

    gagasan baru.

    4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan

    gagasan yang telah dimiliki siswa.

    5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan

    gagasan mereka.

    6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

    Dari beberapa pandangan diatas dapat disimpulkanbahwa pembelajaran yang mengacu pada pandangankonstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesansiswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka,dengan kata lain siswa lebih berpengalaman untukmengkonstruksikan sendiri pengetahuan mereka melaluiasimilasi dan akomodasi.

    Secara umum pembelajaran berdasarkan teoribelajar konstruktivisme meliputi 4 tahap :

    1. Tahap Persepsi, Mengungkapkan konsepsi awal dan

    membangkitkan motivasi belajar siswa.

    2. Tahap Eksplorasi.

    3. Tahap Diskusi dan penjelasan konsep.

    4. Tahap Pengembangan dan aplikasi konsep.

    (Horsley dalam Hamzah, 2004)

    Sejalan dengan perkembangan di atas, Tobin dan

  • 7/26/2019 Inovasi_Pembelajaran_IPA_di_Sekolah_Dasar.pdf

    3/6

    JURNAL,Pendidikan Dasar Nomor: 9 - April 2008

  • 7/26/2019 Inovasi_Pembelajaran_IPA_di_Sekolah_Dasar.pdf

    4/6

    JURNAL,Pendidikan Dasar Nomor: 9 - April 2008

    Timon (Dalam Hamzah, 2004) mengatakan bahwapembelajaran dengan teori belajar kontuktivisme meliputi4 kegiatan, antara lain :

    1. Berkaitan denganprior knowledgesiswa

    2. Mengandung kegiatan pengalaman nyata

    (experience)

    3. Terjadi interaksi sosial (social interaction)

    4. Terbentuknya kepekaan (sense making)

    Contoh dari pembelajaran sains di SD dengan pendekatankonstruktivisme adalah sebagai berikut :

    Menumbuhkan Literasi Sains dan Teknologi Siswa SD

    Melalui Pendekatan STS (Science Technology Society)

    Pada Mata Pelajaran IPA

    Era globalisasi dan informasi dewasa ini ditandai

    oleh adanya ketergantungan antar bangsa. Kemajuandi bidang teknologi tinggi (Hi Tech) yakni teknologi yangdidukung oleh produk-produk sains yang mutakhir yangmakin melanda pasar dunia. Produk-produk teknologitersebut antara lain adalah komputer dengan generasimutakhir, internet, alat-alat transportasi, mesin-mesinindustri, serta produk-produk canggih lainnya.

    Produk-produk teknologi tersebut memberikemudahan dan kenyamanan bagi kehidupanmanusia. Sebagai contoh, sekarang orang tidak perlumenghabiskan waktu berbulan-bulan untuk pergi darisatu negara ke negara lain dibelahan bumi ini. Denganpesawat terbang hal itu akan menjadi kenyataan. Orangyang berada pada jarak yang sangat berjauhan dapatberkomunikasi dengan mudah dengan adanya pesawattelepon dan internet. Perkembangan mesin-mesin industri

    memudahkan kita untuk memproduksi berbagai barangkebutuhan sehari-hari dalam waktu yang relatif cepat biladengan menggunakan tenaga manusia.

    Namun, kemajuan teknologi tidak selamanyamenguntungkan dan selalu berdampak positif bagikehidupan manusia. Perkembangan teknologi ternyatajuga bisa berdampak negatif bagi kehidupan manusia.Alat-alat transportasi seperti mobil, pesawat terbang dankereta api mengakibatkan pencemaran udara dikota-kotabesar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan danBalikpapan. Kemajuan teknologi juga dapat berdampaknegatif jika digunakan untuk tujuan-tujuan yang tidak baikseperti penggunaan senjata biologi, penyalahgunaaninternet, dsb.

    Untuk mengantisipasi kemajuan sains dan teknologiserta dampaknya, negara-negara berkembang telahmelaksanakan upaya-upaya peningkatan kualitas sumber

    daya manusianya antara lain melalui kualitas pendidikanterutama pendidikan sains. Sehingga diharapkanpengetahuan umum masyarakat Indonesia dapatditingkatkan sehingga mampu secara kritis menyikapiproduk-produk teknologi yang kian pesat.

    Kaitan antara sains, teknologi dan masyarakat

    Mengapa pendidikan sains dapat digunakan untukmengantisipasi kemajuan teknologi dan dampaknya?Jawabannya adalah karena sains, teknologi, danmasyarakat saling berkaitan. Perkembangan sainsmengakibatkan perkembangan teknologi. Penemuantentang struktur atom dan elektron digunakan digunakanoleh orang untuk memperbaiki suatu alat produk teknologi

    yaitu mikroskop. Mikroskop elektron yang merupakan

  • 7/26/2019 Inovasi_Pembelajaran_IPA_di_Sekolah_Dasar.pdf

    5/6

    JURNAL,Pendidikan Dasar Nomor: 9 - April 2008

    hasil perkembangan teknologi ini berperan penting dalamperkembangan berbagai cabang ilmu pengetahuanmisalnya anatomi, biologi, geologi, metalurgi, patologi,dll. Jadi perkembangan sains menunjang perkembanganteknologi sebaliknya perkembangan teknologi jugamenunjang perkembangan sains.

    Kaitan antara teknologi dan masyarakat sudahterlihat jelas, karena teknologi lahir oleh adanya kebutuhan

    masyarakat. Tidak dapat kita bayangkan andaikata padawaktu ini orang tidak dioperbolehkan menggunakanproduk teknologi seperti listrik, telepon, radio dan televisi,mobil atau sepeda motor. Penggunaan produk teknologimemerlukan kesiapan mayarakat pengguna produktersebut. Apabila masyarakat pengguna kurang siapmaka kegunaan atau manfaat suatu produk teknologiakan kurang optimal. Hal ini berarti tujuan diciptakannyaproduk teknologi tersebut tidak tercapai.

    Kesiapan yang harus dimiliki oleh pengguna produkteknologi ialah pengetahuan tentang produk tersebutdan kesiapan mental untuk tidak menggunakan produkteknologi untuk tujuan yang dampaknya merugikan oranglain atau masyarakat. Penyalahgunaan suatu produkteknologi dapat menimbulkan dampak negatif. Dengan

    demikian bermanfaat atau tidaknya penggunaan suatuproduk teknologi tergantung pada moral orang yangmenggunakannya. Sebagai ilustrasi pesawat terbangadalah produk teknologi yang canggi yang amat bergunadalam bidang transportasi. Namun demikian pesawatterbang dapat pula digunakan untuk menghancurkangedung World Trade Centredi kota New York. Oleh karenaitu, dampak positif atau negatif kemajuan teknologiperlu diantisipasi oleh masyarakat yang menggunakanproduknya.

    Bagaimana kaitan antara sains dengan masyarakat?Tidak seperti teknologi, sains kurang dipahami ataudihayati secara langsung oleh masyarakat. Apakah sainsitu juga ada gunanya bagi produk teknologi, apakah sainsitu juga ada gunanya bagi masyarakat? Bila dikaitkandengan kesiapan masyarakat pengguna produk teknologi,maka sains merupakan komponen yang dapat membantumeningkatkan kesiapan pengetahuan masyarakat tentangproduk teknologi. Disamping itu sains juga dapat berperandalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentangpenggunaan sumber daya alam atau meningkatkanpemahaman masyarakat tentang gejala alam dalamkehidupan sehari-hari mereka. (Poedjiadi, 2005: 64).

    Untuk menyesuaikan antara sains, teknologiserta hubungannya ditengah-tengah masyarakat makasebaiknya para guru, khususnya guru mata pelajaran IPAsebaiknya menerapkan pembelajaran yang dinamakanContectstual Teaching and Learning (CTL) ataupembelajaran dan pengajaran konstektual.

    Pendekatan CTL adalah suatu pendekatanpembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antaramateri yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswadan mendorong siswa membuat hubungan antarapengetahuan yang dimilikinya dengan perumpamaannyadalam kehidupan mereka sebagai individu, anggotakeluarga, masyarakat dan bangsa (Poedjiadi, 2005 : 98).

    Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untukmelaksanakan pembelajaran dalam konteks masyarakatadalah pendekatan sains teknologi masyarakat atauSciene Technology Society. Pembelajaran sainsdengan pendekatan Science Technology Society berartimenggunakan teknologi sebagai penghubung antarasains dan masyarakat.

    Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan

    STS dimunculkan isu atau masalah lebih dahulu yangdigali dari pendekatan peserta didik. Terlatih dalammelakukan kegiatan ini menyebabkan peserta didik lebihpeduli terhadap lingkungan, sadar terhadap dampakpositif dan negatif suatu teknologi, menyadari adanya nilaiyang dianut dalam masyarakat, kreatif dalam mencarimasalah dan penyelesaian masalah. Kemampuan inisering dikatakan merupakan efek iringan dalam belajar

    sains. Segi positif dari pendekatan STS ini dapat digunakanuntuk mengantisipasi hasil pendidikan IPA disekolah dariberbagai kejadian atau gejala dalam kehidupa masyarakatkita sehari-hari seperti yang diungkapkan oleh Hinduan(2005 : 1) yaitu Banyak tingkah laku anggota masyarakatkita yang menunjukkan seakan-akan mereka belummenerima pendidikan IPA, atau pendidikan IPA disekolah-sekolah di Indonesia seakan-akan tidak ada dampaknyadalam cara hidup dan cara berpikir sebagian besarmasyarakat Indonesia.

    Literasi Sains dan Teknologi

    Secara harah dikatakan bahwa seseorang yang

    memiliki literasi (literat) dalam sains dan teknologi adalahorang yang tahu dan sadar sains jadi tidak sekedarmelek saja. Untuk Indonesia pengertian literasi sainsdan teknologi adalah kemampuan menyelesaikanmasalah menggunakan konsep-konsep yang salahmengenal teknologi beserta dampaknya yang adadisekitar kita mampu menggunakan produk teknologidan memeliharanya. Kreatif membuat hasil teknologiyang disederhanakan dan mampu mengambil keputusanberdasarkan nilai (Poedjiadi, 2005 : 3).

    Menumbuhkan dan mengembangkan literasi sainsdapat dilakukan sejak dini ketika peserta didik masihdi Sekolah Dasar melalui pendidikan sains atau lebihtepatnya yaitu pendidikan sains dengan pendekatan

    STS supaya merupakan kebiasaan untuk cepat tanggapterhadap situasi lingkungan dan terampil menyelesaikanmasalah menggunakan pengetahuan dan konsep-konsepyang telah dipelajarinya melalui pendidikan.

    Pendekatan STS memiliki karakteristik sebagaiberikut: identikasi masalah (oleh siswa) di dalammasyarakat yang mempunyai dampak negatif;mempergunakan masalah yang ada di dalam masyarakatyang di temukan siswa yang ada hubungannya denganilmu pengetahuan alam sebagai wahana; menggunakansumber daya yang terdapat di dalam masyarakat baikmateri maupun manusia sebagai nara sumber untukinformasi ilmiah maupun informasi teknologi yangdapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyatadari kehidupan sehari-hari; meningkatkan pelajaran

    IPA melampaui jam pelajaran dalam kelas, ruang kelasdan gedung sekolah; meningkatkan kesadaran siswaakan dampak ilmu pengetahuan alam dan teknologi;memperluas wawasan siswa mengenai ilmu pengetahuanalam lebih dari sesuatu yang perlu dikuasai untuk lulusujian (tes mata); mengikutsertakan siswa untuk mencariinformasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapatditerapkan dalam pemecahan masalah nyata yangdiangkat dalam kehidupan sehari-hari; meningkatkankesadaran siswa akan tanggung jawabnya sebagaiwarga negara dalam menyelesaikan masalah yang timbuldi dalm masyarakat terutama masalah-masalah yangerat hubungannya dengan iptek; ilmu pengetahuan alammerupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa;ilmu pengetahuan alam yang mengacu masa depan

    (Iskandar, 1994). Tiga landasan penting dari pendekatan STS yaitu

  • 7/26/2019 Inovasi_Pembelajaran_IPA_di_Sekolah_Dasar.pdf

    6/6

    JURNAL,Pendidikan Dasar Nomor: 9 - April 2008

    adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologidan masyarakat; proses belajar menganut pandangankonstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkanbahwa siswa membentuk atau membangunpengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungandan dalam pengajarannya terkandung lima ranah yangterdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah prosessains, ranah kreatitas, ranah hubungan dan aplikasi.

    Implementasi pendekatan STS dalam pembelajaranmeliputi 4 tahapan yaitu :

    1. Invitasi

    2. Eksplorasi

    3. Penjelasan dan Solusi

    4. Pengambilan tindakan

    Tahap Invitasi, siswa didorong agar mengemukakanpengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas.Bila perlu guru memancing dengan memberikanpertanyaan yang problematik tentang fenomena alamyangditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep-konsep yang dibahas. Siswa diberi kesempatan untukmengkomunikasikan, mengikutsertakan pemahamantentang konsep tersebut.

    Tahap Eksplorasi, siswa diberi kesempatanuntuk menyelidiki dan menemukan konsep melaluipengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasiandata dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru.Secar berkelompok atau individu siswa melakukankegiatan. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhirasa keingintahuan siswa tentang fenomena alamsekelilingnya.

    Tahap Penjelasan dan Solusi, Siswa melakukandiskusi bersama-sama guru yang di dasarkan pada hasilobservasinya di tambah dengan penguatan guru, makasiswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model,membuat rangkuman dan kesimpulan.

    Tahap Pengambilan Tindakan, Siswa dapat membuatkeputusan menggunakan pengetahuan dan keterampilanberbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaanlanjutan, mengajukan saran baik bagi individu maupunmasyarakat yang berhubungan dengan pemecahanmasalah (Margaretha, 2004 : 32)

    Sebagai contoh pendekatan STS dalam

    pembelajaran sains di SD adalah sebagai berikut:

    DAFTAR PUSTAKA

    Dahar, 1986. Teori-teori Belajar, Bandung : Tiga Serangkai

    Depdiknas 2004.Pendidikan Dasar dan Permasalahannya,www.google.co.id, diakses tgl 9 Agustus 2007

    Hamzah 2004. Pembelajaran Matematika denganPendekatan Konstrukturisme, www.google.co.id,diakses tgl 9 Agustus 2007

    Iskandar 2004. Pembelajaran Kimia dengan PendekatanSTM di Kotamadya Banjarmasin, www. www.google.co.id, diakses tgl 9 Agustus 2007

    Poedjiadi, Ana. 2004 Sains Teknologi Masyarakat,Bandung, Bina Aksara