Inovasi Teknologi 2011

143
Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011 1 Pengantar S ebagai institusi publik, Badan Litbang Pertanian dituntut untuk menghasilkan inovasi yang mampu mengatasi masalah yang dihadapi petani dalam berproduksi. Hal ini semakin penting mengingat beragam dan makin beratnya ancaman terhadap keberlanjutan sistem produksi pertanian dewasa ini. Perubahan iklim, misalnya, kini telah melanda berbagai negara di dunia. Kekeringan dan banjir yang datang silih berganti dengan intensitas yang makin sering akibat perubahan iklim telah merusak sebagian area pertanian, termasuk di Indonesia. Pengalaman empiris membuktikan, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) diperlukan dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi. Pengalaman itu menguatkan keyakinan peneliti Badan Litbang Pertanian untuk terus bekerja menghasilkan inovasi teknologi untuk masyarakat pertanian. Dengan inovasi teknologi yang dihasilkan, Badan Litbang Pertanian telah memberikan kontribusi yang nyata dalam mengatasi berbagai masalah di lapangan. Ledakan hama wereng batang coklat (WBC) yang terjadi di beberapa sentra produksi padi akhir-akhir ini, misalnya, dapat diredam dengan menerapkan teknologi, antara lain pengembangan varietas Inpari 13 yang tahan terhadap WBC dan ditanam secara serempak. Melalui penelitian dari berbagai aspek, Badan Litbang Pertanian pada tahun 2011 juga telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang diharapkan segera meluas pengembangan- nya untuk meningkatkan daya saing produk pertanian di pasar global. Untuk dapat diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat pertanian, inovasi teknologi tersebut disosialisasikan melalui berbagai media diseminasi. Laporan tahunan ini memuat kinerja Badan Litbang Pertanian pada tahun 2011. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan ini disampaikan penghargaan dan terima kasih. Jakarta, Januari 2012 Kepala Badan, Dr. Haryono Pengantar

Transcript of Inovasi Teknologi 2011

Page 1: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Teknologi 2011

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20111

Pengantar

Sebagai institusi publik, Badan Litbang Pertanian dituntut untuk menghasilkan inovasi yang mampu mengatasi masalah yang

dihadapi petani dalam berproduksi. Hal ini semakin penting mengingatberagam dan makin beratnya ancaman terhadap keberlanjutan sistemproduksi pertanian dewasa ini. Perubahan iklim, misalnya, kini telahmelanda berbagai negara di dunia. Kekeringan dan banjir yang datangsilih berganti dengan intensitas yang makin sering akibat perubahaniklim telah merusak sebagian area pertanian, termasuk di Indonesia.

Pengalaman empiris membuktikan, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) diperlukandalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi. Pengalaman itu menguatkan keyakinanpeneliti Badan Litbang Pertanian untuk terus bekerja menghasilkan inovasi teknologi untukmasyarakat pertanian.

Dengan inovasi teknologi yang dihasilkan, Badan Litbang Pertanian telah memberikankontribusi yang nyata dalam mengatasi berbagai masalah di lapangan. Ledakan hama werengbatang coklat (WBC) yang terjadi di beberapa sentra produksi padi akhir-akhir ini, misalnya,dapat diredam dengan menerapkan teknologi, antara lain pengembangan varietas Inpari 13yang tahan terhadap WBC dan ditanam secara serempak.

Melalui penelitian dari berbagai aspek, Badan Litbang Pertanian pada tahun 2011 jugatelah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang diharapkan segera meluas pengembangan-nya untuk meningkatkan daya saing produk pertanian di pasar global. Untuk dapat diketahuidan dimanfaatkan oleh masyarakat pertanian, inovasi teknologi tersebut disosialisasikan melaluiberbagai media diseminasi.

Laporan tahunan ini memuat kinerja Badan Litbang Pertanian pada tahun 2011. Kepadasemua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan ini disampaikan penghargaandan terima kasih.

Jakarta, Januari 2012

Kepala Badan,

Dr. Haryono

Pengantar

Page 2: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Teknologi 2011

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20112

Inovasi Teknologi 2011Krisis ekonomi dunia tampaknya belum akan berakhir. Sebagian negara bahkanterjebak dalam krisis yang makin berat dan beberapa di antaranya di ambangkebangkrutan. Indonesia termasuk beruntung yang ditandai oleh pertumbuhanekonomi makro sebesar 6,5% pada tahun 2011. Hal ini tentu tidak terlepas darikeyakinan dan kerja keras berbagai pihak.

Di Indonesia, sektor pertanian relatif tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi duniadan menjadi tumpuan bagi jutaan penduduk di perdesaan. Oleh karena itu,Kementerian Pertanian tetap optimistis untuk meraih “empat sukses” yang meliputi(1) swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2) peningkatan diversifikasipangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor; serta (4) peningkatankesejahteraan petani.

Hal mendasar yang tetap menjadi perhatian utama pemerintah adalah ketahananpangan nasional karena berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutamasosial, ekonomi, dan bahkan politik. Untuk itu, Kementerian Pertanian senantiasaberupaya meningkatkan produksi padi yang menjadi pangan utama sebagian besarpenduduk hingga mencapai 70,6 juta ton. Dalam lima tahun ke depan, pemerintahmenargetkan surplus beras 10 juta ton. Selain beras, pemerintah juga meng-garisbawahi pentingnya melanjutkan swasembada jagung dan meraih swasembadakedelai, daging, dan gula yang dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat.

Page 3: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Teknologi 2011

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20113

Diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor produkpertanian perlu pula direalisasikan dalam upaya mendorong pemanfaatan potensisumberdaya dan keberagaman pangan lokal serta peningkatan pendapatan petani.

Di sisi lain, sektor pertanian menghadapi berbagai tantangan yang makin berat.Selain jumlah penduduk yang terus meningkat dengan laju yang masih tinggi,perubahan iklim telah dan akan terus pula mengancam keberlanjutan usaha pertanian.Perubahan iklim tidak hanya meningkatkan suhu udara yang mengancam kehidupan,tetapi juga berdampak terhadap anomali iklim yang ditandai oleh seringnya terjadikemarau panjang yang menyebabkan tanaman terancam kekeringan dan tingginyacurah hujan yang tidak jarang merendam area pertanian, terutama di kawasanpesisir. Perkembangan hama dan penyakit tanaman dalam beberapa tahun terakhirjuga tidak terlepas dari dampak perubahan iklim. Ledakan hama wereng batangcoklat di beberapa daerah akhir-akhir ini, misalnya, telah merusak sebagianpertanaman padi yang tentu saja berdampak terhadap penurunan produksi.Fragmentasi dan konversi lahan pertanian yang masih berlangsung di beberapadaerah, lemahnya modal petani untuk operasionalisasi usaha, dan makin ketatnyapersaingan produk pertanian di pasar dunia juga merupakan masalah yang perludicarikan upaya pemecahannya.

Pengalaman lebih dari tiga dekade terakhir membuktikan bahwa sebagianmasalah yang dihadapi petani dalam berproduksi dapat diatasi dengan penerapaninovasi teknologi. Oleh karena itu, Badan Litbang Pertanian terus berupayamenghasilkan inovasi dan terobosan peningkatan produksi dan kesejahteraan petaniyang menjadi basis pembangunan pertanian dewasa ini.

Page 4: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Teknologi 2011

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20114

Didukung oleh segenap unit kerja penelitian dan pengkajian di hampir semuaprovinsi di Indonesia, Badan Litbang Pertanian pada tahun 2011 telah menghasilkanberbagai inovasi teknologi. Di beberapa daerah telah teridentifikasi potensi lahanyang dapat dikembangkan untuk pertanian. Sejumlah varietas unggul baru padi,jagung, dan kedelai yang dilepas oleh Menteri Pertanian dalam tahun 2011 diharap-kan dapat mempercepat upaya peningkatan produksi pangan menuju swasembadaberkelanjutan.

Berbagai varietas unggul sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias telahdihasilkan dalam upaya meningkatkan daya saing di pasar global yang makinkompetitif. Ketersediaan benih unggul hortikultura merupakan keharusan untukmengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan pada pasokan benih dari luarnegeri.

Perkebunan yang memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasionalterus pula dipacu daya saingnya melalui peningkatan produktivitas, mutu produk,dan efisiensi usaha dengan tetap memerhatikan kelestarian lingkungan. Sejumlahvarietas unggul maupun teknologi proses yang dihasilkan diharapkan dapat segeradimanfaatkan dalam upaya meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomiannasional maupun kesejahteraan para pelaku usaha.

Upaya mencapai swasembada daging sapi pada 2014 memerlukan komitmenberbagai pihak terkait untuk membangun usaha peternakan yang efisien, produktif,dan berbasis sumberdaya lokal. Dukungan kebijakan pemerintah menjadi bagianpenting dalam meraih swasembada daging dan meningkatkan kesejahteraanpeternak.

Page 5: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Teknologi 2011

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20115

Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan teknologi diversifikasi pangan,peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian. Diversifikasi pangandengan memanfaatkan sumber pangan lokal menjadi pilar penting dalammempertahankan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Pemanfaatan lahanpekarangan untuk memproduksi berbagai bahan pangan keluarga juga ditingkatkanmelalui pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Sejumlah inovasiteknologi spesifik lokasi yang dihasilkan diharapkan pula dapat meningkatkanproduktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan dalammengakses informasi, teknologi, dan modal untuk mengembangkan agribisnis dankemitraan dengan sektor swasta.

Agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pertanian, inovasi hasil penelitiandisosialisasikan melalui kegiatan diseminasi dengan memanfaatkan berbagai media,baik di tingkat pusat maupun daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, Badan LitbangPertanian memanfaatkan spektrum diseminasi multichannel untuk mempercepat aruspenyampaian inovasi teknologi kepada pengguna, terutama petani.

Page 6: Inovasi Teknologi 2011

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20116

Sumberdaya LahanSalah satu kegiatan utama Balai Besar Penelitian danPengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian untuk men-dukung Program Penciptaan Teknologi Varietas Unggul BerdayaSaing adalah melakukan inventarisasi dan evaluasi potensisumberdaya lahan pertanian, meliputi pemetaan tanahsistematis seperti pemetaan tinjau skala 1:250.000 di seluruhwilayah Indonesia, dan pemetaan tematik seperti pemetaansumberdaya lahan untuk mendukung pengembanganhortikultura dan P2BN di lokasi terpilih. Untuk meningkatkanproduktivitas dan efisiensi pemupukan, BBSDLP telahmenghasilkan formulasi pupuk dan pembenah tanah. Untukmengoptimalkan penggunaan air dan meminimalkan dampakbencana alam terhadap sektor pertanian telah disusun strategiantisipasi dan mitigasi. Melalui kerja sama dengan Pemdasetempat, telah dikembangkan sistem pertanian terpadu lahankering beriklim kering di Nusa Tenggara Timur dan NusaTenggara Barat.

Page 7: Inovasi Teknologi 2011

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20117

Informasi Spasial SumberdayaLahan Pertanian

Pemetaan Sumberdaya Lahan di Gorontalodan Sulawesi Tengah

Pada tahun 2011 telah dilakukan pemetaan sumber-daya lahan tingkat tinjau di sebagian wilayahGorontalo bagian barat dan Sulawesi Tengah bagianutara. Dari kegiatan pemetaan ini telah dihasilkan:(1) Peta sumberdaya tanah tingkat tinjau, skala 1:250.000 wilayah Gorontalo dan Sulawesi Tengah; (2)Peta arahan penggunaan lahan untuk pengembanganpertanian (intensifikasi dan ekstensifikasi) skala1:250.000; dan (3) informasi penggunaan lahansekarang (present landuse). Peta-peta tersebut dapatdigunakan untuk perencanaan tata ruang di tingkatprovinsi.

Berdasarkan hasil penelitian, daerah yangdisurvei mempunyai iklim bervariasi dari keringsampai basah dengan curah hujan rata-rata tahunanantara 760 mm (daerah lembah Palu) sampai 3.486mm (daerah Marisa/Popayato), termasuk zonaagroklimat A, B1, C1, D1, E1, E2, dan E3. Daerah inididominasi oleh batuan tersier dan pratersier. Bahaninduk tanah berupa endapan aluvium, batuan intrusi,batuan metamorfik, batuan sedimen, dan batuanvolkan tua. Berdasarkan bentuk wilayahnya, daerahpenelitian dibedakan menjadi datar sampai agak datardengan luas 418.815 ha (11,9%) dan berombak/agaklandai 64.105 ha (1,8%). Sebagian besar lahanpotensial telah dimanfaatkan untuk pertanian yangrelatif intensif, seperti sawah, tegalan/kebun tanamanpangan dan sayuran, tanaman tahunan kakao,kelapa, cengkih, kopi, dan buah-buahan, sertatambak. Oleh karena itu, praktis hampir tidak tersedialahan untuk perluasan area, bahkan sebagian lahanperbukitan berlereng curam sudah digarap untukpertanian.

Tanah di daerah ini terdiri atas ordo Histosols,Entisols, Inceptisols, Mollisols, Ultisols, dan Alfisols.Tanah terbentuk dari endapan aluvium, batuan sedi-men, batuan volkan tua, batuan intrusi, dan batuanmetamorfik. Penampang tanah bervariasi dari dalamsampai dangkal (berkerikil, berbatu), tekstur halus

sampai kasar, konsistensi gembur sampai teguh, dandrainase baik sampai terhambat. Tanah bereaksimasam sampai netral, kadar bahan organik rendahsampai tinggi, kapasitas tukar kation tanah rendahsampai sedang, dan kejenuhan basa sedang sampaitinggi. Dari kegiatan pemetaan dihasilkan 94 satuanpeta tanah (SPT), yang terdiri atas grup aluvial 35SPT, fluvio-marin dua SPT, marin empat SPT, karstlima SPT, tektonik 28 SPT, volkan tua enam SPT,intrusi volkan 12 SPT, dan lain-lain.

Hanya sebagian kecil lahan yang tergolong sesuai(kelas S) dan sesuai bersyarat (CS) untuk pengem-bangan tanaman pangan/semusim dan tanamantahunan/perkebunan. Sebagian besar lahan tidaksesuai (N) dengan faktor penghambat lereng curam/bahaya erosi dan retensi hara. Arahan penggunaanlahan untuk intensifikasi pertanian adalah: (1) padisawah 76.989 ha; (2) tanaman pangan lahan kering/sayuran 173.007 ha; (3) tanaman tahunan atauperkebunan/buah-buahan 74.870 ha; dan (4) per-ikanan tambak 6.690 ha. Arahan penggunaan lahanuntuk perluasan area pertanian adalah: (1) padi

Peta arahan penggunaan lahan untukpertanian daerah Gorontalo dan SulawesiTengah.

Page 8: Inovasi Teknologi 2011

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20118

Tabel 1. Arahan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian di Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Tengah.

Kode UraianLuas

ha %

Lahan untuk intensifikasi LB-i Tanaman pangan lahan basah (padi sawah) 76.989 2,19LK-i Tanaman pangan lahan kering (palawija/sayuran) 173.007 4,92TT1-i Tanaman tahunan (kebun campuran/buah-buahan) 3.822 0,11TT2-i Tanaman perkebunan (kakao, kelapa, cengkih, kelapa sawit) 71.048 2,02

Lahan untuk ekstensifikasi LB-e Tanaman pangan lahan basah (padi sawah) 34.536 0,98LK-e Tanaman pangan lahan kering (palawija/sayuran) 140.075 3,98TT2-e Tanaman perkebunan (kakao, kelapa, cengkih, kelapa sawit) 92.762 2,64TB Tambak/perikanan air payau 6.690 0,19

Kawasan konservasi/hutan produksi Kv Hutan konservasi/lahan tidak berpotensi untuk pertanian 650.426 18,48HL Hutan lindung 674.876 19,18HP Hutan produksi 191.258 5,43HPK Hutan produksi konversi 17.454 0,50HPT Hutan produksi terbatas 904.282 25,70KSA+CA Hutan suaka alam, taman nasional, cagar alam, dan lain-lain 445.020 12,65

Penggunaan lain X Pemukiman, tubuh air, bandar udara, pulau karang, dan lain-lain 40.493 1,18

sawah 34.536 ha; (2) tanaman pangan lahan keringdan sayuran 140.075 ha; dan (3) tanaman tahunan/perkebunan 92.762 ha (Tabel 1). Penerapan teknikkonservasi tanah diperlukan untuk mengurangi erosi/longsor, sedangkan penerapan teknik pengelolaansumber air pengairan, bahan organik, dan pemupuk-an penting untuk memperbaiki dan meningkatkanproduktivitas lahan.

Sumberdaya Lahan untuk PengembanganHortikultura di Sulawesi Utara

Identifikasi dan evaluasi sumberdaya lahan untukpengembangan hortikultura telah dilakukan dikawasan Modasi, di lereng Pegunungan Ambang(1.830 m dpl) – Tudutalong (1.680 m dpl) – Sinsingon(1.424 m dpl) – Molibut (1.565 m dpl). Dari kegiatanini telah dihasilkan: (1) Peta wilayah potensial/sesuaiuntuk pengembangan tanaman hortikultura diSulawesi Utara skala 1:50.000 sampai 1:100.000;(2) Peta wilayah rawan erosi skala 1:50.000 sampai

1:100.000 di Sulawesi Utara, terutama wilayah sentraproduksi hortikultura; (3) data dan informasi sumber-daya lahan Sulawesi Utara untuk pengembangantanaman hortikultura; dan (4) peta arahan/rekomen-dasi pengembangan tanaman hortikultura secaraberkelanjutan di Sulawesi Utara.

Kawasan ini ideal untuk pengembangan kentangdan sayuran dataran tinggi lainnya, seperti bawangdaun, wortel, kubis, sawi, cabai, dan tomat. Curahhujan di atas 2.000 mm/tahun diperlukan tanamanuntuk tumbuh optimal. Namun, curah hujan denganintensitas yang tinggi berdampak terhadap tingginyalaju erosi di daerah berlereng, yang akan memper-cepat penurunan produktivitas tanah.

Tanah di kawasan Modasi dengan ketinggiantempat >700 m dpl didominasi oleh Andisols,Inceptisols, dan Alfisols. Pada kawasan denganketinggian di bawah 700 m dpl didominasi olehInceptisols dan Alfisols. Sifat fisik tanah umumnyabaik, struktur remah sampai lepas, solum tebal (>75

Page 9: Inovasi Teknologi 2011

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20119

cm), berdrainase baik, dan mempunyai porositasyang tinggi. Kesuburan tanah umumnya cukup baik.

Hasil evaluasi kesesuaian lahan menunjukkankawasan Modasi cukup sesuai (kelas kesesuaianlahan S2) untuk tanaman kentang, wortel, bawangdaun, cabai, sawi, dan kubis dengan luas area 1.628ha dan faktor pembatas kandungan hara rendah danerosi. Lahan yang diindikasi sesuai marginal (kelaskesesuaian lahan S3) seluas 10.958 ha.

Produktivitas kentang yang diusahakan petani dikawasan tersebut berkisar antara 15-18 t/ha. Angkaini masih dapat ditingkatkan menjadi 25 t/ha melaluipenerapan inovasi, pemupukan berimbang, dankonservasi lahan.

Komoditas buah-buahan dan perkebunan yangdiusahakan petani di dataran tinggi (>700 m dpl)antara lain adpokat, jeruk, markisa, apel, pisang,pepaya, kopi, cengkih, aren, kelapa, kakao, dan jahe.

Selain bernilai ekonomi cukup tinggi, komoditas inidapat berfungsi sebagai konservasi lahan. Luas lahanrawan erosi dengan tingkat kerawanan rendah (R),sedang (S1), sedang - tinggi (S2), dan tinggi (T) dikawasan ini berturut-turut adalah 4.012 ha (7,4%),24.673 ha (36,4%), 16.489 ha (24,4%), dan 21.547ha (31,8%).

Pengembangan Sistem Pertanian TerpaduLahan Kering Beriklim Kering

Badan Litbang Pertanian pada tahun 2009 telahmenginisiasi konsorsium pengembangan SistemPertanian Terpadu Lahan Kering Beriklim Kering(SPTLKIK). Kegiatan ini diimplementasikan pada tahun2010 di Kebun Percobaan (KP) Naibonat, BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur.Kegiatan mencakup penerapan pola integrasitanaman - ternak (padi, jagung, kacang hijau, dan

Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kentang daerah Modasi, Sulawesi Utara.

Page 10: Inovasi Teknologi 2011

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201110

tanaman pakan - sapi), optimalisasi pemanfaatanlahan dan air (zero waste dan clean run-off) denganpeningkatan daya tampung embung dan pemanfaatanair tanah dan aliran permukaan, serta peningkatanproduktivitas lahan dan tanaman.

Penerapan model SPTLKIK mampu meningkatkanpemanfaatan sumberdaya lahan dan air serta pro-duktivitas tanaman, khususnya padi, jagung, dankacang hijau melalui peningkatan luas tanam, indekspertanaman, dan produktivitas tanaman, masing-masing sebesar 300%, 200-300%, dan 120-150%.Berdasarkan hasil penelitian superimpose, produkti-vitas jagung masih dapat ditingkatkan sebesar 20%dan efisiensi pemupukan 25% dengan pengelolaanbahan organik secara in situ.

Pada tahun 2011 pengembangan SPTLKIK di NTTmeliputi: (1) peningkatan kapasitas dan pembuatan

Peta desain optimalisasi pengelolaan sumberdaya air dari mata air Oelbeba, Desa Oebola, NTT.

Ilustrasi bangunan intake dan bak penampungair dari mata air Oelbeba, Desa Oebola, NTT.

Page 11: Inovasi Teknologi 2011

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201111

Klaster B : kawasan usaha tanaman pangan berbasiskonservasi

Klaster C: kawasan konservasi di daerah penyanggadan resapan air (hulu)

Identifikasi dan Delineasi Lahan KawasanRumah Pangan Lestari di Pacitan, Jawa Timur

Untuk mendukung Model Pengembangan KawasanRumah Pangan Lestari (M-KRPL) di lokasi percontoh-an Dusun Jelok, Desa Kayen, Kecamatan Pacitan,Jawa Timur, BBSDLP telah melakukan identifikasi dandelineasi lahan di kawasan ini. Identifikasi dan deli-neasi dilakukan secara detail menggunakan petadasar citra satelit ALOS, dilanjutkan dengan verifikasidetail di lapangan. Posisi setiap obyek di lapanganditetapkan menggunakan GPS.

Hasil identifikasi dan delineasi berupa dataspasial. Di lokasi percontohan, telah diidentifikasi dan

embung baru bantuan Dinas PU NTT dan penambahanternak sesuai dengan daya dukung pakan in situ; (2)replikasi SPTLKIK di Fatuleu, Kabupaten Kupang danidentifikasi potensi sumberdaya lahan dan air untukmendukung penyusunan rancang bangun SPTLKIK dilokasi baru; dan (3) pengembangan daerah rembesansebagai tindak lanjut komitmen Badan LitbangPertanian dengan Pemerintah Provinsi NTT dalampengembangan sistem perbenihan padi dan jagungseluas 2.000 ha di lahan petani.

Pada tahun 2011 SPTLKIK mulai dikembangkandi Lombok Timur, NTB. Kegiatan ini bersinergi denganprogram Pemerintah Provinsi NTB, antara lain prog-ram PIJAR (sapi, jagung, dan rumput laut) danprogram Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.Rancangan disusun secara terpadu dengan tigaklaster wilayah pengembangan, yaitu:

Klaster A: kawasan inti sistem usaha tani (SUT) ber-basis lahan pekarangan dengan integrasiternak

Peta Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Kayen, Pacitan, Jawa Timur.

Page 12: Inovasi Teknologi 2011

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201112

Si, dan formulasi pupuk organik untuk meningkatkanproduksi tanaman dan efisiensi pemupukan; (2)pengembangan formula pembenah tanah berbahanbaku organik dan anorganik dengan dosis <1 t/ha;dan (3) pengembangan dan validasi perangkat uji(test kit) PUPO, PUTR, PUTS digital, dan perangkatlunak teknologi pengelolaan lahan.

Hasil penelitian menunjukkan efektivitas pupukorganik granul dan curah relatif sama. Namun, peng-gunaan pupuk organik curah lebih menguntungkandibandingkan dengan pupuk organik granul yangharganya lebih mahal karena proses granulasi danfiller (pengisi). Perbedaan filler memengaruhikelarutan pupuk organik di dalam tanah. Filler liatdan gipsum memberi daya rekat dan lebih kuat di-bandingkan filler yang lain sehingga pupuk dapatbertahan lebih lama di dalam tanah.

Formula pupuk NPK lepas lambat 1 dan 2 (NPKSL-1 dan NPK SL-2) perlu disempurnakan karena NPK15:10:10 yang diharapkan baru mencapai 10:10:10.Bahan pelapis kitosan + zeolit pada NPK SL-1 lebihbaik dibandingkan dengan zeolit saja (NPK SL-2).Pupuk NPK yang dilapisi kitosan + zeolit lebih lambatmelepas unsur hara dan lebih konstan dibandingkandengan yang dilapisi zeolit. Pemberian pupuk silikameningkatkan pertumbuhan tanaman padi. Jika pupuksilika diberikan, penggunaan pupuk N lebih efisien.

didelineasi tiga strata model. Strata 1 adalah rumahpenduduk yang mempunyai halaman sempit, halamanditanami sayuran dalam rak tanaman. Strata 2 adalahrumah penduduk yang mempunyai halaman sedangdan dapat ditanami dengan beberapa jenis tanaman.Strata 3 adalah rumah penduduk dengan pekarangancukup luas, sehingga selain tanaman pangan/hortikultura juga dapat dikembangkan ternak atauikan. Selain itu diidentifikasi penggunaan lain,terutama infrastruktur yang mendukung pengem-bangan model ini, di antaranya kebun bibit desa(KBD), lumbung pangan, jalan desa, dan lahanpesawahan.

Teknologi Pengelolaan SumberdayaTanah dan Pupuk

Formulasi Pupuk dan Pembenah Tanah

Untuk meningkatkan produktivitas tanaman danefisiensi pemupukan, telah dilakukan penelitian: (1)formulasi pupuk anorganik lengkap bersifat lepaslambat, formulasi pupuk anorganik yang mengandung

Pupuk organik granul (POG) dan pupukorganik curah (POCr) hasil formulasi.

POG Standar POG 1

POG 2 POG 3 POG A

POCr 1 POCr 2 POCr 3

Pupuk NPK lepas lambat dan pupuk silika.

NPK SL-1 NPK SL-215:10:10 15:10:10

NPK Si NPK Si SiO2 30%15:10:10:10 15:10:10:5

Page 13: Inovasi Teknologi 2011

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201113

Penelitian di laboratorium menunjukkan formulapembenah tanah berukuran < 100 µm mempunyaikemampuan memegang air lebih tinggi dibandingkanformula pembenah tanah melalui proses ballmill satukali dan dua kali. Pada pengujian di rumah kaca, peng-gunaan formula pembenah tanah BetaHumat < 100µm dan SP50Humat < 100 µm dengan dosis lebihrendah (0,75-1,00 t/ha) mampu memperbaiki sifatfisik tanah dan berpotensi meningkatkan hasil jagung.

Pengendalian Keracunan Besi denganPemberian Bahan Organik

Ekstensifikasi dan intensifikasi tanaman padi di lahanrawa pasang surut belum optimal karena kendalabiofisik lahan dan produktivitas tanah yang rendah.Lahan rawa pasang surut termasuk lahan suboptimal,tanah bereaksi masam, miskin hara makro dan mikro,dan mengandung zat beracun (Al, Fe, H2S). Keracun-an besi (Fe) merupakan penyakit fisiologis tanamanpadi yang berasosiasi dengan kelebihan besi terlarut.Bahan organik dapat mempertahankan suasanareduktif dan menekan oksidasi pirit di tanah. Lajureduksi bergantung pada kandungan bahan organiktanah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberianjerami 5 t/ha + purun tikus 5 t/ha lebih baik dibandingperlakuan lainnya. Indeks bronzing daun dan skorkeracunan besi lebih baik dibandingkan dengan carapetani dan pemberian dolomit 2 t/ha. Varietas Inpara1 dan Inpara 2 menunjukkan indeks dan skor yanglebih baik dibandingkan dengan IR64 (Gambar 1).

Pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlahanakan maksimum, dan bobot kering tanaman) lebihbaik dibanding perlakuan lainnya. Hasil gabah berbeda

Pertumbuhan tanaman padi dengan dan tanpapupuk NPK silika.

75% N100% K, P, Si

NPK 100%

Gambar 1. Indeks bronzing daun dan skor keracunan besi tiga varietas padi pada lima kondisi bahanamelioran (jerami, purun tikus, dolomit) pada tanah sulfat masam tipe luapan B,Belandean, Barito Kuala, MK 2011.

Indeks bronzingdaun

Skor keracunanbesi

6

5

4

3

2

1

0Kontrol Dolomit Cara Jerami Jerami

2 t/ha petani 2,5 t/ha + 5 t/ha +purun tikus purun tikus

2,5 t/ha 5 t/ha

Inpara 1Inpara 2IR64

Inpara 1Inpara 2IR64

0,8

0,6

0,4

0,2

0Kontrol Dolomit Cara Jerami Jerami

2 t/ha petani 2,5 t/ha + 5 t/ha +purun tikus purun tikus

2,5 t/ha 5 t/ha

Page 14: Inovasi Teknologi 2011

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201114

sangat nyata dibandingkan dengan kontrol, perlakuanpetani, dan pemberian dolomit 2 t/ha (Tabel 1).

Antisipasi Perubahan Iklim

Strategi Antisipasi dan Mitigasi

Air merupakan faktor utama penentu kelangsunganproduksi pertanian. Namun, pengelolaannya meng-hadapi banyak kendala dan bahkan memunculkanmasalah baru, seperti kelangkaan air dan banjir.Kondisi ini diperparah oleh kompetisi penggunaan airoleh sektor pertanian dengan sektor lain.

Dalam upaya mengoptimalkan penggunaan airdan meminimalkan dampak bencana alam terhadapsektor pertanian, diperlukan strategi antisipasi danmitigasi, antara lain melalui kegiatan: (1) pemetaandaerah rawan banjir DAS Jeneberang, DAS Saddang,dan DAS Walanae; (2) penelitian pengelolaan air padaDAS mikro untuk meningkatkan produktivitas tanamandi DAS mikro Selopamioro dan DAS Citanduy; dan(3) pengembangan model pembagian air secaraoptimal untuk keberlanjutan ketersediaan sumberdaya air di DAS Citarum, Jawa Barat. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa perubahan iklim di daerah tropisdiperkirakan akan meningkatkan dampak dari ke-jadian iklim ekstrem, seperti banjir dan kekeringan.

Tabel 1. Pertumbuhan dan hasil tiga varietas padi pada lima kondisi bahan amelioran (jerami, purun tikus, dan dolomit) padatanah sulfat masam tipe luapan B, Belandean, Barito Kuala, MK 2011.

PerlakuanTinggi tanaman Anakan Bobot kering Hasil

(cm) maksimum jerami (g) (t/ha)

Bahan organikKontrol 77,68 13,99 20,93 2,95Cara petani 82,87 16,09 25,44 3,73Dolomit 2,0 t/ha 83,86 16,31 26,12 3,83Jerami 2,5 t/ha + purun tikus 2,5 t/ha 88,81 17,38 29,45 4,34Jerami 5,0 t/ha + purun tikus 5,0 t/ha 91,61 18,33 33,61 4,78

VarietasInpara 1 86,57 17,49 30,05 4,50Inpara 2 90,73 16,77 28,48 4,34IR64 77,59 15,00 22,80 2,93

Wilayah banjir DAS Jeneberang, Saddang, danWalanae didelineasi melalui dua pendekatan, yaituberdasarkan aplikasi model hidrodinamik HEC-RASdan analisis data citra radar ALOS PALSAR. Hasilpenelusuran menginformasikan ketersediaan datacitra radar ALOS PALSAR untuk perekaman 24 April2008 yang merepresentasikan kejadian banjir pada19 April 2008 dan perekaman 9 September 2008untuk kondisi musim kemarau. Data citra yang terpilihmelingkupi lokasi banjir di DAS Saddang.

Profil melintang sungai diidentifikasi mengguna-kan dua pendekatan, yaitu pengukuran elevasibantaran sungai dengan total station dan pengukurankedalaman sungai dengan river survey. Hasil analisisperiode ulang banjir menunjukkan bahwa debitpuncak Sungai Saddang untuk periode ulang 100tahun mencapai 5,108 m3/detik. Pengukuran sesaatdebit sungai Saddang pada 2 Juli 2011 menggunakanriver survey menunjukkan debit 49,8 m3/detik. Padakondisi tersebut, perbedaan elevasi antara permuka-an air dan tanggul alami Sungai Saddang pada titikpengukuran profil melintang sungai mencapai 2,9 m.

Pengelolaan DAS mikro Progo menggunakanbasis sungai dan lahan. Pengelolaan DAS berbasissungai sudah cukup banyak dilakukan oleh pemerintahmaupun swasta, terutama berkaitan dengan sistempanen air, pembuatan sumur resapan, dan pembuatan

Page 15: Inovasi Teknologi 2011

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201115

embung. Pengelolaan mengintegrasikan teknologikonservasi tanah dan air pada lahan budi daya.Teknologi ini sudah diterapkan oleh masyarakat didaerah hulu, tengah, dan hilir, berupa penanamantanaman budi daya searah kontur disertai denganteras gulud yang dikombinasikan dengan tanamanrumput gajah dan atau tanaman pohon penguat teras.Persepsi masyarakat dalam pengelolaan DAS Progocenderung positif. Mereka berupaya untuk tetapmenjaga lingkungan DAS secara lestari. Hal iniditunjukkan oleh keterlibatannya secara aktif dalamperbaikan lingkungan dan penerapan teknik konser-vasi tanah dan tata guna air melalui konsep watersharing dan kelembagaan pengelolaan air.

Penggunaan mulsa sebagai penutup tanah dapatmengubah hidrologi dengan menurunkan debitpuncak, koefisien aliran permukaan, dan mem-perpanjang waktu respons pada episode hujan kurangdari 22 mm. Untuk episode hujan di atas 22 mm,perubahan karakteristik hidrologi baru terlihat padapenurunan nilai koefisien aliran permukaan. Duaepisode hujan terpilih tahun 2001-2002 dan 2010-2011 yang memiliki curah hujan yang sama adalah

pasangan hujan 24 Oktober 2001 dengan 23 Mei 2010dan 30 Januari 2002 dengan 8 Juni 2010. Pada duapasang episode hujan tersebut, debit puncak berturut-turut menurun dari 88,3 menjadi 27,1 l/detik, dandari 91 menjadi 33,2 l/detik. Perpanjangan wakturespons selama 6 menit hanya terjadi pada pasanganhujan 24 Oktober 2001 dengan 23 Mei 2010. Nilaikoefisien aliran permukaan menurun dari 8,7% men-jadi 2,3% dan dari 11,9% menjadi 3,3%.

DAS Citarum memiliki luas 1.739,97 km2. Debitmaksimum Sungai Citarum pada stasiun pengamatanhidrologi Nanjung mencapai 329,9 m3/detik padaperiode ulang dua tahun dan 644,9 m3/detik padaperiode ulang 100 tahun. Potensi air tersedia DASCitarum pada musim hujan 53.304.804.892 m3/detikdan pada musim kemarau 35.737.145.744 m3/detik.Kebutuhan air DAS Citarum merupakan jumlah dariproyeksi kebutuhan domestik, industri, dan pertaniansebesar 19.904.421.950 m3/tahun. Proyeksikebutuhan pada tahun 2020 adalah 20.195.790.207m3. Status neraca ketersediaan dan kebutuhan airDAS Citarum menunjukkan bahwa neraca tahunansurplus, kecuali Kota Cimahi. Secara umum, neraca

Rekontruksi jaringan hidrologi dan cakupan wilayah DAS Citarum hulu.

Page 16: Inovasi Teknologi 2011

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201116

ketersediaan dan kebutuhan air pada musim kemaraupositif, kecuali di Kabupaten Cianjur, Bandung,Sumedang, Bekasi, dan Kota Cimahi.

Teknologi Remediasi Lahan PertanianTercemar

Penggunaan insektisida golongan organoklorin padatahun 1970-an masih meninggalkan residu dalamtanah karena sifatnya yang persisten. Residuorganoklorin dapat terbawa dalam produk pertaniansehingga berdampak negatif terhadap kesehatankonsumen. Sebagian besar insektisida organoklorinmerupakan senyawa persistent organic pollutants(POPs) yang masih ditemukan di lahan pertaniansayuran dan padi. Indikasi cemaran residu beberapainsektisida POPs di DAS Citarum telah dilaporkan,namun masih bersifat spot. Peta residu insektisidaPOPs di lahan pertanian di DAS Citarum dapat diguna-kan sebagai acuan dalam penanggulangannya.

Bioremediasi dan biokemoremediasi merupakanalternatif penanggulangan yang dapat dilakukan.Penelitian pada Januari - Desember 2011 di JawaBarat dan Jawa Tengah menunjukkan bahwaberdasarkan sifat fisik air (suhu, TDS, TSS) dan kimiaair (pH, DO, COD, DHL), air Sungai Citarum hulu danCitarum tengah sesuai untuk pengairan tanaman.Beberapa lokasi air sungai dan air sawah DAS Citarumhulu dan tengah memiliki konsentrasi aldrin, DDT, Pb,dan Cd melebihi batas maksimum baku air minum.Untuk pengairan tanaman, satu lokasi konsentrasi DDTdan beberapa lokasi logam Pb melebihi batasmaksimum yang ditetapkan. Senyawa POPsendosulfan terdeteksi di semua lokasi tanah sawahDAS Citarum hulu dan tengah, sedangkan lindan, DDT,dan aldrin terdeteksi di beberapa lokasi.

Upaya penanggulangan melalui bioremediasitelah dilakukan. Telah ditemukan isolat bakteriPseudomonas mallei dan jamur Trichoderma sp. yangmampu mendegradasi senyawa POPs. Aplikasiteknologi bioremediasi dengan menggunakan cam-puran bakteri P. mallei dan jamur Trichoderma sp.dapat menurunkan residu POPs (DDT, heptaklor,dieldrin, endosulfan) pada tanaman caisim sampai

di bawah batas maksimum residu (BMR) danmemberikan hasil yang tinggi.

Upaya remediasi melalui teknologi pengkayaanurea berlapis arang aktif dengan mikroba memper-oleh tujuh isolat yang mampu mendegradasi senyawaPOPs. Lima isolat bersifat gram positif (BOB1, BOB2,BOB3, BOB4, BOB5) dan efektif mendegradasi POPsberbahan aktif lindan, heptaklor, DDT, dan dieldrin.Dua isolat bersifat gram negatif (BOB6 dan BOB7),efektif mendegradasi POPs berbahan aktif aldrin.Teknologi pelapisan pupuk urea dengan arang aktifyang diperkaya dengan mikroba pendegradasisenyawa POPs (BOB1, BOB2, BOB3, BOB4, BOB5,BOB6, dan BOB7) dapat meningkatkan efisiensi pupukN sebesar 24% dan menurunkan residu POPs. Ureaberlapis arang aktif tempurung kelapa + mikrobamenurunkan residu lindan hingga 94%. Urea berlapisarang aktif tongkol jagung + mikroba menurunkanresidu heptaklor hingga 71% dan dieldrin 83%. Ureaberlapis arang aktif tongkol jagung menurunkan residualdrin 88% dan DDT 94%.

Dinamika Emisi Gas Rumah Kaca dari LahanPertanian

Ekstensifikasi dan pemupukan selain mendongkrakproduktivitas juga meningkatkan kapasitas rosotkarbon sehingga dapat memitigasi laju perubahaniklim. Hasil penelitian perlakuan berbagai jenis ame-lioran menunjukkan bahwa nilai Global WarmingPotential (GWP) tertinggi (8,124 kg CO2-C/ha) diper-oleh dari perlakuan dolomit. Penurunan emisi tertinggiterjadi pada perlakuan abu vulkan sebesar 45,9%.Fungsi amelioran dalam mempertahankan stabilitastanah gambut adalah melalui penekanan lajukehilangan karbon dalam bentuk CH4 dan CO2.Peningkatan stabilitas tanah gambut akan tercapaimelalui penurunan emisi CH4 karena berkaitandengan terbentuknya senyawa kompleks antara asamorganik dari tanah gambut dengan kation logam Fe3+

dari bahan amelioran.

Total kandungan karbon tertinggi terdapat padaperlakuan pugam (5.557 kg C/ha). Selisih tertinggiyang dihasilkan dari pengurangan total kandungan

Page 17: Inovasi Teknologi 2011

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201117

karbon dengan GWP (net karbon) terdapat padaperlakuan kontrol, yaitu 3.785 kg C/ha. Perlakuan abuvulkan menghasilkan net karbon -72 kg C/ha, yangmenunjukkan emisi GRK dapat diserap seluruhnya.Ini berarti penggunaan abu vulkan pada tanaman padidi tanah gambut mampu menyerap karbon lebih ba-nyak dibandingkan dengan jumlah karbon yang dilepaske atmosfer sehingga mampu menekan emisi GRK.

Kandungan karbon organik terendah terdapatpada perlakuan kontrol, baik dengan pengairan terus-menerus maupun pada pengairan terputus, berturut-turut sebesar 2.538,3 kg dan 2.285,4 kg C/ha. NilaiGWP pada perlakuan pengairan terus-menerus lebihtinggi dibanding pengairan terputus, berkisar antara41-59%. Hal ini menunjukkan pengairan terus-menerus memberikan kontribusi yang lebih besarterhadap potensi pemanasan global. Meskipun

menghasilkan emisi GRK yang tinggi, pengairan terus-menerus mampu menyerap emisi GRK kembali,walaupun serapan karbon pada perlakuan tersebutlebih rendah dibanding perlakuan pengairan terputus.

Serapan karbon tertinggi terdapat pada perlaku-an pengairan terputus + 100% NPK + NI, yaitu 2.642,4kg C/ha. Serapan karbon semakin tinggi dengan me-ningkatnya takaran pupuk NPK. Perlakuan pengairanterus-menerus menghasilkan rasio yang lebih tinggidibanding perlakuan pengairan terputus, berkisarantara 36-50%. Rasio terendah terdapat padaperlakuan pengairan terputus + 75% NPK. Perlakuanpengairan terus-menerus dengan penambahan pupukmenghasilkan gabah yang lebih tinggi (3,9-6,2 t/ha).Jika dilihat dari upaya penurunan emisi GRK, perlakuanpengairan terputus lebih ramah lingkungan dan lebihefisien dalam penggunaan air.

Analisis emisi gas CH4, N2O, dan CO2 di laboratorium gas rumah kaca.

CG system dihubungkan oleh sebuah CBMdengan komputer untuk interpretasi data

Perangkat komputer untukmemperlihatkan puncak hasil

pembacaan

Puncak hasil pembacaan

Page 18: Inovasi Teknologi 2011

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201118

Tanaman PanganKetersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjangwaktu merupakan suatu keniscayaan. Oleh sebab itu,Kementerian Pertanian memberikan prioritas yang tinggiterhadap upaya peningkatan produksi pangan, sebagaimanatercermin dalam program pembangunan pertanian 2010-2014yang dikenal dengan Empat Sukses Kementerian Pertanian.Di satu sisi, kebutuhan pangan masyarakat yang terusmeningkat sejalan dengan pertambahan jumlah pendudukharus dipenuhi dari produksi dalam negeri. Di sisi lain, masalahyang dihadapi petani dalam berproduksi makin berat dankompleks. Perubahan iklim global, misalnya, telah dan akanterus mengancam keselamatan tanaman pangan. Dengansumberdaya yang dimiliki, Badan Litbang Pertanian senantiasaberupaya menghasilkan inovasi demi inovasi untuk mencapaiketahanan pangan dan kelestarian lingkungan.

Page 19: Inovasi Teknologi 2011

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201119

Varietas Unggul Baru

Selama ini keberhasilan upaya peningkatan produksisebagian terletak pada penggunaan varietas ungguloleh petani. Mereka menyadari bahwa varietasunggul merupakan komponen teknologi yang dapatdiandalkan dalam meningkatkan produksi karenaberdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakitutama, dan toleran terhadap kondisi lingkungantertentu. Untuk mempercepat upaya peningkatanproduksi, Badan Litbang Pertanian pada tahun 2011telah melepas sejumlah varietas unggul padi, jagung,kedelai, kacang tanah, dan ubi jalar.

Dari 17 varietas unggul padi yang dilepas padatahun 2011, 11 di antaranya sesuai dikembangkanpada lahan sawah irigasi yang masih menjadi tulangpunggung produksi padi nasional, tiga varietas untuklahan kering (gogo), dan tiga varietas sesuai untuklahan sawah tadah hujan (Tabel 1). Sebelas dari 17varietas padi yang dilepas adalah jenis inbrida.Pengembangan varietas unggul baru ini diharapkandapat mengatasi masalah yang terjadi di lapangan.Varietas Inpari Sidenuk hasil dari konsorsium padi,misalnya, agak tahan terhadap hama wereng batangcoklat biotipe 1, 2, dan 3 yang diharapkan dapatmenangkal perkembangan hama yang berbahaya itu.Untuk memberikan banyak pilihan bagi petani, Badan

Litbang Pertanian juga melepas sembilan varietasunggul baru padi hibrida dengan potensi hasil di atas10 t/ha (Tabel 1).

Lima dari tujuh varietas jagung yang dilepasadalah jenis hibrida, masing-masing bernama Bima12 Q, Bima 13 Q, Bima 14 Batara, Bima 15 Sayang,dan Bima 16. Dua lainnya adalah jenis bersari bebas,masing-masing dilepas dengan nama Provit A1 danProvit A2.

Bima 12 Q dan Bima 13 Q memiliki mutu proteinyang lebih baik, tahan terhadap bercak daun, danpotensi hasil berkisar antara 9,3-9,8 t/ha. VarietasBima 12 Q lebih genjah, dapat dipanen pada umur98 hari. Bima 14 Batara dan Bima 15 Sayang berdayahasil lebih tinggi, masing-masing 12,9 dan 13,2 t/ha.Varietas Bima 16 memiliki potensi hasil 12,4 t/ha danmampu beradaptasi pada lingkungan suboptimal.Jagung bersari bebas Provit A1 dan Provit A2 lebihgenjah, dapat dipanen pada umur 96-98 hari denganpotensi hasil 7,4-8,8 t/ha (Tabel 2).

Varietas unggul baru kedelai diberi nama Gema,yang sebelumnya di lapangan diberi kode SHR/W-C-60. Kedelai ini mampu berproduksi hingga 2,47 t/ha,lebih tinggi daripada varietas Burangrang (3,06 t/ha)dengan ukuran biji lebih besar (11,9 g/100 biji). Selainuntuk tempe, varietas Gema juga sesuai untuk bahan

Keragaan jagung Bima 14 Batara di lapangan,potensi hasil 12,9 t/ha dan tahan bulai.

Keragaan padi varietas Inpari 19 di lapangan,potensi hasil 9,5 t/ha dan tahan werengbatang coklat.

Page 20: Inovasi Teknologi 2011

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201120

Tabel 1. Varietas unggul padi yang dilepas pada tahun 2011.

VarietasUmur Potensi hasil

Sifat penting lainnyaAgroekosistem

(hari) (t/ha) pengembangan

Inpari 14 Pakuan 113 8,2 Agak tahan HDB III, agak Lahan sawah tadah hujantahan blas ras 033 dan 133

Inpari 15 Parahyangan 117 7,5 Agak tahan WBC 1 Lahan sawah tadah hujanInpari 16 Pasundan 118 7,6 Tahan HDB III, tahan blas ras 033 Lahan sawah tadah hujanInpari 17 111 7,9 Tahan HDB III, IV, VIII, tahan Lahan sawah irigasi

blas ras 033 dan 133, agaktahan WBC 1 dan 2

Inpari 18 120 9,5 Tahan WBC 1 dan 2 Lahan sawah irigasi dantadah hujan

Inpari 19 104 9,5 Tahan WBC 1 dan 2, tahan Lahan sawah irigasi danHDB III tadah hujan

Inpari 20 104 8,8 Tahan HDB III, agak tahan WBC 1 Lahan sawah irigasiInpari Sidenuk 103 9,1 Agak tahan WBC 1, 2, 3, agak Lahan sawah irigasi

tahan HDB IIIHipa 12 SBU 105 10,5 Agak tahan WBC 3, agak Lahan sawah irigasi

tahan HDB IIIHipa 13 105 10,5 Agak tahan WBC 2, agak Lahan sawah irigasi

tahan HDB IIIHipa 14 SBU 112 12,1 Agak tahan WBC 2, agak Lahan sawah irigasi

tahan HDB IIIHipa Jatim 1 119 10,0 Agak rentan WBC 1, 2 dan pulen Lahan sawah irigasiHipa Jatim 2 116 10,9 Agak rentan WBC 3, agak Lahan sawah irigasi

tahan HDB IIIHipa Jatim 3 117 10,7 Agak tahan HDB III Lahan sawah irigasiInpago 8 119 8,1 Tahan blas ras 033, 133, 073, Lahan kering

173, toleran kekeringan,agak toleran Al

Inpago Unram 1 108 7,6 Tahan blas ras 033, 133, Lahan keringagak toleran Al dan Fe Lahan kering

Inpago Unsoed 1 110 7,2 Tahan blas ras 133, toleran Fe,agak toleran kekeringan

HDB III, IV, VIII = hawar daun bakteri strain III, IV, dan VIIIWBC 1, 2, 3 = wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3Al= aluminium; Fe = besi

baku tahu. Rendemen tahu dari 8 kg biji kedelaivarietas Gema mencapai 267%, lebih tinggi dibandingkedelai impor yang hanya 235%, masing-masingdengan kadar protein 39% dan 37%. Varietas Gemaberumur super genjah, sudah dapat dipanen padaumur 73 hari.

Dua varietas unggul baru kacang tanah dilepasmasing-masing dengan nama Hypoma-1 dan Hypoma-

2. Hypoma-1 adaptif pada lingkungan optimal denganpotensi hasil 3,70 t/ha polong kering, cukup tahanterhadap penyakit bercak dan karat daun, dan agaktahan penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum).Varietas Hypoma-2 mempunyai daya adaptasi yangbaik terutama di lingkungan tercekam kekeringan,agak tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun,potensi hasil 3,50 t/ha polong kering.

Page 21: Inovasi Teknologi 2011

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201121

Hypoma-1 dan Hypoma-2 berumur 90-91 hari,atau 4-5 hari lebih genjah dari varietas Jerapah dan14-15 hari lebih genjah dari varietas Singa. Keduanyapotensial dikembangkan dalam pola tanam padi-padi-kacang tanah pada lahan tadah hujan yang memilikibulan basah terbatas. Hasil Hypoma-1 dan Hypoma-2 masing-masing 1,3% dan 36% lebih tinggi darivarietas Jerapah (Gambar 1).

Tabel 2. Varietas unggul jagung yang dilepas pada tahun 2011.

VarietasPotensi hasil Umur Reaksi terhadap Reaksi terhadap

Keunggulan lainnya(t/ha) (hari) bulai bercak daun

HibridaBima 12 Q 9,3 98 Peka Tahan Mutu protein lebih baik,

lisin 0,52%, triptofan 0,11%Bima 13 Q 9,8 103 Agak peka Tahan Mutu protein lebih baik,

lisin 0,46%, triptofan 0,09%Bima 14 Batara 12,9 95 Tahan -Bima 15 Sayang 13,2 100 Agak tahan -Bima 16 12,4 100 Tahan - Sesuai di lahan suboptimal

Bersari bebasProvit A1 7,4 96 Peka - Kandungan beta karotin

0,081 ppmProvit A2 8,8 98 Peka - Kandungan beta karotin

0,144 ppm

Kedelai varietas Gema, di lapangan diberikode SHR/W-60 dengan potensi hasil 3,06 t/ha.

Dua varietas unggul ubi jalar yang dilepasmasing-masing diberi nama Antin-1 dan Antin-2.Keduanya memiliki kandungan antosianin yangtinggi. Dalam pengujian multilokasi, varietas Antin-1mampu berproduksi 33,2 t/ha, toleran kekeringan,dan kandungan antosianin 33,89 mg/100 g. VarietasAntin-2 berpotensi hasil 27,3 t/ha dan memilikikandungan antosianin 156 mg/100 g umbi.

Gambar 1. Hasil polong kering kacang tanahvarietas Hypoma-1 dan Hypoma-2 dibandingvarietas Singa dan Jerapah.

2,5

2,0

1,5 Hyp 1 Hyp 2 Singa JerapahVarietas

Polong kering(t/ha)

Page 22: Inovasi Teknologi 2011

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201122

Tingkat Adopsi Varietas UnggulBaru Padi

Survei di daerah pengembangan pengelolaantanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi pada tahun2011 dilakukan di Kabupaten Landak dan Sambas,Kalimantan Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara danPenajam Paser Utara, Kalimantan Timur, danKabupaten Pidie dan Aceh Jaya, Nanggroe AcehDarussalam. Di Kalimantan Barat, varietas Ciherangmasih ditanam oleh hampir 50% petani responden.Varietas unggul yang mulai diadopsi adalah Inpara 1dan Inpara 3 yang ditanam oleh 20% petani, sesuaidengan kondisi lahan pertanian mereka berupa rawagambut. Di Kalimantan Timur, varietas Ciherang danIR64 ditanam masing-masing dengan proporsi 25%dan 16%. Varietas Cibogo, Mekongga, Cigeulis, danInpari 13 diusahakan oleh 10% petani. Di Aceh,penggunaan varietas unggul baru belum bervariasi,dalam tiga tahun terakhir masih menggunakanvarietas Ciherang dengan proporsi 70%. Beberapavarietas lokal bahkan masih ditanam petani, terutamadi daerah pegunungan.

Di Kalimantan Barat, 71% petani telah meng-gunakan benih bersertifikat. Di Kalimantan Timurhanya 37% petani yang menanam benih bermutu,sementara di Aceh 60% petani sudah menggunakanbenih bersertifikat.

Pemetaan Ketahanan Varietas Paditerhadap Tungro

Tungro merupakan penyakit virus pada tanaman padiyang ditularkan oleh hama wereng hijau. Penyakit iniperlu terus diwaspadai karena pernah merusakpertanaman padi dalam area yang luas, terutama diSulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat,dan Kalimantan Selatan dengan kerugian yang cukupbesar. Salah satu cara yang dianjurkan untukmengendalikan tungro adalah penggunaan varietastahan.

Varietas tahan tungro digolongkan menjadivarietas tahan wereng hijau dan tahan tungro.Varietas tahan virus tungro digolongkan pula menjadi:V1 dengan tetua Utri Merah (varietas Tukad Petanudan Inpari 7 Lanrang); V2 dengan tetua tahan TKM6(varietas Tukad Balian dan Kalimas); V3 dengan tetuaTKM6 + Gampai (varietas Bondoyudo, Inpari 8, danInpari 9 Elo); dan V4 dengan tetua tahan BalimauPutih (varietas Tukad Unda). Varietas tahan werenghijau digolongkan menjadi: T1 dengan gen tahantetua Glh1 (varietas IR20, 30, 26, 46, Citarum,Serayu); T2 dengan gen tahan tetua Glh6 (varietasIR32, 36, 38, 47, Semeru, Asahan, Ciliwung, KruengAceh, Bengawan Solo); T3 dengan gen tahan tetuaGlh3 (varietas IR48, 50, 52, 54, 64); dan T4 dengangen tetua tahan Glh 4 (varietas IR66, 70, 72, 68, Klara,dan Barumun).

Kemampuan penularan wereng hijau me-nularkan virus bervariasi, begitu pula virulensi virustungro, sehingga perlu dilakukan uji kesesuaianvarietas terhadap populasi wereng hijau dan virustungro di berbagai daerah endemis tungro. Hinggatahun 2011, pengujian kesesuaian varietas telahdilakukan di 15 provinsi endemis tungro dengan ujiefisiensi penularan virus oleh wereng hijau padavarietas tahan dan uji virulensi inokulum tungroterhadap varietas tahan virus tungro.

Varietas tahan virus V1 agak tahan di SulawesiTenggara dan tahan di DI Yogyakarta, Banten,Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Lampung, SulawesiBarat, Sulawesi Tengah, Papua, Jawa Tengah, Bali,Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, dan Sulawesi

Ubi jalar ungu varietas Antin-2, potensi hasiltinggi dan kaya antosianin.

Page 23: Inovasi Teknologi 2011

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201123

Selatan. Varietas V2 agak tahan di Jawa Barat,Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, DI Yogyakarta,dan tahan di Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Barat,Sulawesi Tengah, Papua, Jawa Tengah, dan NusaTenggara Barat. Varietas V3 agak tahan di Bali, NusaTenggara Barat, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara,Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan dan tahan diSulawesi Utara, Jawa Timur, Lampung, SulawesiBarat, Sulawesi Tengah, Papua, dan Sulawesi Selatan.Varietas V4 agak tahan di Sulawesi Tenggara,Kalimantan Selatan, dan tahan di Sulawesi Utara,Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Barat, SulawesiTenggara, Papua, Jawa Tengah, Bali, Nusa TenggaraBarat, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.

Varietas tahan wereng hijau T1 agak tahan diJawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Lampung,Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Varietas T2agak tahan di DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Papua.Varietas T3 bereaksi peka di semua provinsi. VarietasT4 agak tahan di Banten, Sulawesi Barat, Jawa Barat,Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan tahan di JawaTimur, Lampung, Sulawesi Tengah, Papua, SulawesiTenggara, Sulawesi Utara, DI Yogyakarta, danKalimantan Selatan.

Pemetaan Strain Penyakit HawarDaun Bakteri di Sentra ProduksiPadi

Penelitian untuk mengetahui penyebaran dankomposisi kelompok patotipe bakteri Xanthomonasoryzae pv. oryzae (Xoo), penyebab penyakit hawardaun bakteri (HDB) di sentra produksi padi telahdilakukan di Kabupaten Maros, Bone, Sopeng, Wajo,Sidrap, Barru, Pangkep, Pinrang, Luwu, dan Palopo,Sulawesi Selatan, dan Kabupaten Deli Serdang, Binjai,Langkat, Serdang Bedagi, Simalungun, Batubara,Asahan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan TobaSamosir, Sumatera Utara pada MT 2011. Daun paditertular HDB diisolasi untuk memperoleh isolat bakteriXoo, menggunakan metode pencucian.

Di Sulawesi Selatan, dari 210 sampel diperoleh176 isolat bakteri Xoo dan ditemukan tiga kelompok

Xoo, yaitu strain III 50%, strain IV 23%, dan strainVIII 19%. Di Sumatera Utara, dari 255 sampeldiperoleh 188 isolat bakteri Xoo dan ditemukan tigakelompok Xoo, yaitu strain III 59%, strain IV 32%,dan strain VIII 9%. Dari data tersebut dibuat petapenyebaran bakteri Xoo di kedua provinsi yang dapatdigunakan sebagai dasar rekomendasi dalampenanaman varietas tahan HDB di daerah setempat.Hingga saat ini, pengendalian penyakit HDB denganpenggunaan varietas tahan merupakan cara yangefektif dan ramah lingkungan.

Mutu Beras Beberapa Varietas Padi

Sebanyak 22 varietas dan 10 galur padi yang diperolehdari petani di Sumatera Utara, Sumatera Selatan,Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Timur,serta dari BB Padi dipelajari karakteristik fisik,fisikokimia, gizi, protein, dan nilai indeks glikemiknya.Sampel gabah diproses menjadi beras giling yangselanjutnya diamati karakter fisik (rendemen berasgiling, persentase beras kepala, beras patah, ukurandan bentuk, butir kapur, serta kebeningan beras); sifatfisikokimia dan gizi beras (kadar amilosa, sifatkonsistensi gel, suhu gelatinisasi, dan kadar protein);dan nilai indeks glikemik beras.

Hasil penelitian menunjukkan, seluruh varietasdan galur padi yang diuji memiliki rendemen berasgiling relatif tinggi (62,4-71,5%), dengan persentaseberas kepala >70%, ukuran butiran berkisar darisedang (5,51-6,60 mm) hingga panjang (6,61-7,50mm), bentuk beras medium (rasio P/L 2,1-3,0) danramping (rasio P/L >3,0). Hampir semua varietas dangalur memiliki tingkat kebeningan beras yang baikdengan nilai >1,3%, dan memiliki butir kapurrendah/kecil (0-10%). Tingkat kepulenan nasi semuavarietas/galur padi termasuk sedang sampai tinggidengan kadar amilosa 20,7-24,9%, tekstur nasiberagam dari keras sampai lunak, suhu gel rendahsampai tinggi (skor 1-7), dan kadar protein beras7,3-9,6%.

Nilai indeks glikemik beras varietas Hipa 7, Inpari12, dan Inpari 13 termasuk rendah, sedangkan beras

Page 24: Inovasi Teknologi 2011

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201124

varietas Hipa 6 dan Inpara 5 termasuk sedang. Berasdengan nilai indeks glikemik rendah dapat disarankanuntuk dikonsumsi oleh penderita diabetes dalammenjalankan program diet.

Tanam Legowo pada Jagung IP 400

Penelitian menggunakan jagung komposit (varietasSukmaraga dan Bisma) dan hibrida (varietas Bima 3dan Bisi-2) yang ditanam dengan populasi 66.666tanaman/ha (jarak tanam normal) dan 71.428tanaman/ha (tanam legowo). Pada pertanaman I,hasil varietas Bisma yang ditanam secara legowomeningkat 7,6%, mencapai 10,63 t/ha, sementarahasil varietas Sukmaraga 10,69 t/ha. Padapertanaman II, hasil kedua varietas menurundibanding pertanaman I. Hasil varietas Bisma yangditanam secara legowo hanya 9,19 t/ha dan hasilvarietas Sukmaraga 9,50 t/ha. Pada pertanaman I,varietas Bima 3 yang ditanam secara legowo memberihasil 8,68 t/ha dan varietas Bisi-2 hanya memberihasil 8,39 t/ha. Pada pertanaman II, dengan caratanam yang sama dengan pertanaman I, hasil Bima3 adalah 8,81 t/ha, sedangkan hasil Bisi-2 hanya 8,49t/ha.

Pengelolaan Pengairan PertanamanJagung

Pengairan tanaman jagung dengan interval 10 harisekali sebanyak enam kali selama masa pertumbuhantidak berbeda nyata dengan cara pengairan tanamanberdasarkan titik layu (empat kali pengairan).Pengairan pada setiap alur tanaman memberikanhasil lebih tinggi dibanding pemberian air padasetiap dua alur, baik yang ditanam dengan populasi66.666 tanaman (jarak tanam normal) maupun71.428 tanaman/ha (legowo). Pemberian air secaraterjadwal (enam kali selama pertumbuhan tanaman)di setiap alur, hasil jagung yang ditanam secaralegowo adalah 7,26 t/ha dan yang ditanam denganjarak tanam normal 7,36 t/ha. Jika pengairantanaman dilakukan berdasar titik layu di setiap alur,hasil jagung yang ditanam secara legowo 7,40 t/ha

dan yang ditanam dengan jarak tanam normal 7,54t/ha. Dengan demikian, pengairan tanaman jagungpada musim kemarau sebaiknya berdasarkan titik layuuntuk meningkatkan efisiensi pengairan tanaman.

Budi Daya Kedelai di Hutan Jati

Salah satu cara untuk mempercepat peningkatanproduksi kedelai menuju swasembada adalahmemperluas area tanam dengan memanfaatkanlahan kosong di kawasan hutan. Melalui GerakanPeningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi(GP3K), Badan Litbang Pertanian mengembangkanteknologi budi daya kedelai di kawasan hutan jati diNgawi, Jawa Timur, seluas 8,5 ha. Di kawasantersebut, tinggi tanaman jati pada saat itu berkisarantara 2-3 m, jarak tanam 3 m x 4 m, dan tingkatnaungan sekitar 25%.

Selain mempercepat upaya peningkatan produksimelalui perluasan area tanam, pengembangankedelai di lorong tanaman jati juga memberibeberapa keuntungan: (1) optimalisasi pemanfaatanlahan; (2) produk panen beragam; (3) lebih cepatmemperoleh tambahan penghasilan karena kedelaisudah dapat dipanen pada umur 85-90 hari; (4)memperbaiki kesuburan tanah karena tambahan

Kedelai yang dikembangkan di sela tanamanjati di Ngawi, Jawa Timur, mampuberproduksi di atas 2 t/ha.

Page 25: Inovasi Teknologi 2011

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201125

hara N dari Rhizobium dan bahan organik dariserasah tanaman kacang-kacangan; (5) mencegaherosi; dan (6) menyediakan pakan ternak.

Iletrisoy: Pupuk Hayati Kedelai diLahan Masam

Iletrisoy adalah pupuk hayati yang mampu meng-gantikan pupuk urea untuk tanaman kedelai di lahanmasam. Dalam Iletrisoy terkandung bakteri Rhizobiumasal tanah masam yang efektif memacu pembentukanbintil akar pada tanaman kedelai. Di tanah masam,populasi bakteri Rhizobium di tanah umumnya sangatrendah sehingga tanaman tidak mampu membentukbintil akar. Pada kondisi lingkungan tumbuh yang baik,bintil akar kedelai dapat berfungsi sebagai penghasilpupuk nitrogen alami yang mampu mencukupikebutuhan pupuk nitrogen lebih dari 75%. Oleh karenaitu, dalam budi daya kedelai di lahan masam, benihnyaperlu diinokulasi dengan Rhizobium toleran masamagar tanaman mampu membentuk bintil akar denganbaik dan memenuhi sebagian besar kebutuhan haranitrogennya.

Iletrisoy berisi tiga jenis bakteri Rhizobium yangdikemas dalam bahan pembawa berkualitas denganpopulasi bakteri 108-109 sel/g bahan. Bakteri yangdigunakan berasal dari tanah masam dan telah diujitoleransinya terhadap tanah dengan pH 4,5 danberkadar Fe dan Mn tinggi, serta keefektifannya dilahan masam pada kejenuhan Al tanah di atas 20%.Kenaikan hasil kedelai dengan perlakuan Iletrisoy padalahan masam Lampung Timur berkisar antara 63-117% (Tabel 3).

Cara penggunaan Iletrisoy: benih kedelaidimasukkan ke dalam wadah (ember), kemudiandibasahi dengan air secukupnya. Inokulan ditaburkanke wadah benih dengan dosis 0,5 kg/50 kg benih/ha,lalu diaduk sampai rata. Benih ditanam secara tunggaldan ditutup dengan tanah atau pupuk organik.

Bioinsektisida Pengendali HamaDaun dan Penggerek Polong Kedelai

Biopestisida ini berbahan aktif isolat JTM 97 C yangberasal dari agens hayati Spodoptera litura NuclearPolyhedrosis Virus (Sl NPV), virus dari ulat grayak.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sl NPV berpotensidikembangkan untuk mengendalikan ulat grayak,

Tabel 3. Hasil kedelai dengan dan tanpa penggunaan Iletrisoy di tanah masam, Lampung Timur.

LokasiSifat tanah Hasil biji (t/ha)

KenaikanpH Kejenuhan Al Tanpa Dengan (%)

(%) Iletrisoy Iletrisoy

Sukadana 4,35 41,82 1,70 2,77 63Bumi Ayu 5,25 11,52 0,72 1,56 117Ponorogo 3,65 44,60 1,28 2,14 67

SlNPV yang dikemas dalam botol plastik.

Page 26: Inovasi Teknologi 2011

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201126

dapat diformulasikan dan diproduksi secara in vivo.Isolat Sl NPV yang ditemukan di Banyuwangi (Sl NPV-JTM 97C) memiliki potensi yang tinggi sebagaibiopestisida untuk mengendalikan ulat grayak padatanaman kedelai di lapangan. Aplikasi Sl NPV-JTM97C dengan takaran 1,5 x 1011 PIBs/ha atau setaradengan 500 g/ha menyebabkan kematian S. litura80-100%.

Virus pada umumnya bersifat spesifik, yaitu padatingkat genus saja, tetapi strain JTM 97C selain dapatmematikan ulat grayak juga dapat membunuh ulathama penggulung daun, ulat jengkal, perusak polongkedelai, dan Maruca testulalis, perusak polong kacanghijau. Penelitian ini membuktikan bahwa Sl NPV-JTM97C mampu membunuh serangga sampai ke tingkatordo Lepidoptera. Keuntungan Sl NPV sebagai bio-insektisida untuk mengendalikan ulat grayak adalahbersifat spesifik dan selektif terhadap hama sasaransehingga aman bagi manusia, hewan, dan musuhalami; persisten di alam, tidak menimbulkan residuberacun; efektif terhadap inang yang sudah resisteninsektisida kimia; dan kompatibel dengan teknikpengendalian lain.

Biopestisida untuk PengendalianHama Utama Kedelai

Bio-Lec merupakan biopestisida yang diformulasi kedalam bentuk tepung, mengandung bahan aktifkonidia cendawan entomopatogen Lecanicilliumlecanii. Produk Bio-Lec dapat membunuh berbagaijenis hama utama kedelai, terutama pengisap polong(kepik coklat) Riptortus linearis. Kelebihan produkBio-Lec adalah mampu membunuh semua stadiakepik coklat, mulai dari telur hingga nimfa maupunimago. Mekanisme pengendalian hama kepik coklatdengan aplikasi Bio-Lec adalah dengan menggagalkanpenetasan telur (ovicidal) hingga mencapai 80%.Produk Bio-Lec juga toksik terhadap seluruh stadianimfa maupun imago kepik coklat.

Bio-Lec juga efektif mengendalikan kutu kebul(Bemisia tabaci) yang juga merupakan hama pentingkedelai dalam lima tahun terakhir. B. tabaci

merupakan vektor cowpea mottle mozaic virus(CMMV). Pengendalian dengan insektisida kimiasering menimbulkan resistensi, resurjensi, danterbunuhnya serangga berguna sebagai pemangsaB. tabaci, baik pada stadia telur, nimfa maupunimago. Bahan aktif senyawa insektisida juga dapatmemicu hormon reproduksi serangga lebih aktifsehingga dapat memproduksi telur dalam jumlahyang lebih banyak pada waktu singkat. Bio-Lec yangmengandung kumpulan konidia, jika dicampur denganair dan setelah berkecambah akan memproduksiberbagai jenis toksin yang dapat menolak prosespeletakan telur serangga (deterent oviposition). Jenistoksin yang dihasilkan Bio-Lec adalah dipicolinic acid,hydroxycarboxylic acid, bassionalide, beauvericin, dancyclosporin.

Kelebihan lain dari cendawan L. lecanii adalahmampu memparasitasi spora cendawan penyebabpenyakit karat Phakopsora pachyrhizi, downy mildewPeronospora manshurica, dan powdery mildewMicrosphaera diffusa. Cendawan P. pachyrhizi, P.manshurica, dan M. diffusa merupakan mikro-organisme yang bersifat obligat dan termasuk penyakitutama pada kedelai. Kemampuan L. lecanii dalammenekan perkecambahan spora ketiga penyakittersebut masing-masing 29,6%; 36,4%; dan 21,4%.

Bio-Lec, biopestisida berbahan aktif konidiacendawan entomopatogen Lecanicilliumlecanii.

Page 27: Inovasi Teknologi 2011

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201127

Bio-Lec dapat dikombinasikan dengan carapengendalian lain, antara lain predator. Aplikasicendawan L. lecanii pada kerapatan konidia hingga1011/ml tidak menyebabkan kematian predatorhingga 30 hari setelah aplikasi (HSA). Oxyopesjavanus merupakan predator generalis yang banyakditemukan di pertanaman kedelai di Indonesia dengankemampuan mangsa 3-13 ekor. Bio-Lec juga dapatdikombinasikan dengan pestisida nabati, terutamaserbuk biji srikaya dan serbuk biji jarak, untukmeningkatkan efikasi pengendalian telur kepik coklatdi lapangan.

Produksi Benih Sumber

Padi

Selama musim tanam 2011, penyediaan benihvarietas unggul baru padi melalui kegiatan produksibenih sumber untuk mendukung SL-PTT sebanyak41,7 ton, yang terdiri atas 25,6 ton benih BS dan16,1 ton benih FS. Di samping itu, juga telahdiproduksi 231,6 ton benih sumber, terdiri atas 27,0ton benih BS dan 204,6 ton benih FS untukmendukung program SL-PTT di 18 provinsi di seluruhIndonesia.

Jagung

Pada tahun 2011 telah diperbanyak benih sumberjagung bersari bebas kelas penjenis (BS) dari varietasLamuru, Sukmaraga, Bisma, Srikandi Kuning-1,Srikandi Putih-1, dan Anoman-1. Benih yangdihasilkan dari kegiatan ini adalah 5.340 kg denganrincian Lamuru 890 kg, Sukmaraga 730 kg, Bisma1.125 kg, Srikandi Kuning-1 865 kg, Srikandi Putih-1830 kg, dan Anoman-1 900 kg. Jika benih sumberkelas BS tersebut diperbanyak oleh penangkarmenjadi benih sumber kelas BP (benih pokok), maka

diperkirakan akan diperoleh benih kelas BP sebanyak80.100 ton. Jumlah ini dapat memenuhi kebutuhanarea pertanaman jagung bersari bebas seluas lebihdari 4,0 juta ha.

Perbanyakan benih sumber kelas BD jugamenggunakan varietas Lamuru, Sukmaraga, Bisma,Srikandi Kuning-1, Srikandi Putih-1, dan Anoman.Masing-masing varietas ditanam pada lahan 1,0 ha.Empat dari enam varietas menghasilkan benih BDsebanyak 8,7 ton.

Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian

Hasil pertanaman kedelai untuk penyediaan benih NShingga Oktober 2011 tercatat 756 kg yang meliputi10 varietas (Grobogan, Burangrang, Detam 1, Detam2, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Ijen,dan Wilis). Pertanaman kacang tanah untukpenyediaan benih NS dari delapan varietas (Tuban,Bima, Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, Kancil, danBison) menghasilkan 1.569 kg benih. Benih NS kacanghijau telah dihasilkan pula sebanyak 344 kg daridelapan varietas (Kutilang, Murai, Betet, Perkutut,Sriti, Kenari, Vima 1, dan Walet).

Dari kegiatan penyediaan benih BS kacang tanah(varietas Tuban, Bima, Domba, Jerapah, Gajah,Kelinci, Kancil, dan Bison) diperoleh benih sebanyak3.292 kg. Selain itu dihasilkan pula 4.144 kg benihBS kacang hijau (varietas Kutilang, Murai, Betet,Perkutut, Sriti, Kenari, Vima 1, dan Walet).

Hasil kedelai untuk penyediaan benih FS darivarietas Grobogan, Burangrang, Kaba, Tanggamus,Anjasmoro, Argomulyo, Sinabung, Wilis, danPanderman mencapai lebih dari 14 ton. Penyediaanbenih BS ubi kayu sedang diupayakan pula darivarietas Darul Hidayah, Adira-1, Adira-4, Malang-1,Malang-6, Malang-4, Uj-3, dan UJ-5.

Page 28: Inovasi Teknologi 2011

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201128

HortikulturaUpaya peningkatan daya saing, nilai tambah, dan pe-ngembangan sistem usaha yang sesuai dengan kondisilingkungan ekstrem membutuhkan inovasi yang berkelanjutandengan memanfaatkan sumberdaya lokal, mengadaptasikandengan perubahan iklim, mengembangkan komoditasunggulan dan potensi wilayah, serta memanfaatkan lahansuboptimal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikulturabeserta Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), BalaiPenelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu), Balai PenelitianTanaman Hias (Balithi), dan Balai Penelitian Tanaman Jerukdan Buah Subtropika (Balitjestro) telah menyediakan inovasiteknologi yang bermanfaat bagi stakeholder. Penerapan inovasiteknologi dalam pengembangan hortikultura diharapkan dapatmewujudkan sistem usaha industrial unggul yang berkelanjutandan berbasis sumber daya lokal untuk meningkatkankemandirian pangan, daya saing, nilai tambah, ekspor, dankesejahteraan petani.

Page 29: Inovasi Teknologi 2011

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201129

Varietas Unggul

Upaya meningkatkan daya saing komoditashortikultura sebagai syarat utama merebut pasarglobal perlu di dukung dengan pengembangankomoditas unggulan yang mampu berkompetisidengan produk serupa dari negara lain. Ketersediaanvarietas unggul dalam negeri diharapkan dapatmenandingi varietas serupa dari negara lain sehinggadapat menghilangkan ketergantungan pada varietasdan benih dari luar negeri. Berkaitan dengan haltersebut, Puslitbanghorti telah menghasilkan berbagaivarietas unggul sayuran, buah-buahan, dan tanamanhias.

Kentang

Varietas kentang yang ditanam petani masih terbatas,yaitu Granola dan Atlantik. Penggunaan varietas yangsama secara terus-menerus dapat menyebabkanterjadinya erosi genetik sehingga jika terjadi ledakanhama atau penyakit akan berdampak buruk terhadapmata rantai produksi kentang. Balitsa telah meng-hasilkan tiga varietas unggul baru (VUB) kentang, yaituAndina, Kastanum, dan Vernei dengan daya hasil lebihtinggi daripada varietas Granola. Varietas Andina danKastanum cocok untuk bahan baku keripik kentang.Masing-masing varietas tersebut dapat dipanen padaumur 100-110 hari setelah tanam, beradaptasidengan baik di dataran tinggi (1.250-1.500 m dpl),tahan terhadap penyakit busuk daun, berdaya hasiltinggi, cocok untuk kentang olahan, dan toleran

terhadap suhu panas sehingga dapat menunjangindustri kentang olahan dan diversifikasi pangan.Produktivitas varietas Kastanum berkisar antara24,50-34,03 t/ha, Vernei 21,10-35,60 t/ha, danAndina 20,40-34,10 t/ha.

Cabai Merah

Produktivitas tanaman cabai sangat dipengaruhi olehmusim. Serangan penyakit sangat dominan terjadipada musim hujan. Untuk mengatasi masalah tersebutBalitsa telah menghasilkan tiga VUB cabai merahbesar dan keriting, yaitu Lingga, Ciko, dan Kencana.Ketiganya beradaptasi dengan baik di dataran medium(510-550 m dpl) pada musim hujan maupun kemaraubasah. Produktivitasnya tinggi, berkisar antara 13,40-20,50 t/ha.

Buncis

Balitsa juga menghasilkan tiga VUB buncis tegakBalitsa 1, Balitsa 2, dan Balitsa 3. Ketiganya berbungaserempak, berumur genjah, dan beradaptasi baik didataran medium (400-500 m dpl). Varietas Balitsa 1dan Balitsa 2 bersifat menyerbuk sendiri dan meru-pakan hasil introduksi dari Perancis. Produktivitasnyaberkisar antara 20,0-23,8 t/ha. Varietas Balitsa 3 jugamenyerbuk sendiri dan merupakan hasil introduksidari Amerika dengan keunggulan produktivitas tinggi(20-24 t/ha). Varietas baru buncis tegak Balitsa 1 danBalitsa 2 telah dilisensikan ke PT Fajar Seed untukpengembangannya.

Umbi varietas unggul baru kentang Andina (kiri), Kastanum (tengah), dan Vernei (kanan).

Page 30: Inovasi Teknologi 2011

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201130

Bawang Merah

Empat varietas unggul baru bawang merah Pikatan,Trisula, Pancasona, dan Mentes memiliki keunggulanumur genjah dan beradaptasi dengan baik di dataranrendah (6-85 m dpl). Varietas Pikatan merupakanhasil persilangan antara B 2558 x B 3155 denganproduktivitas 6,20-23,31 t/ha. Varietas Trisula adalahhasil persilangan antara B 2558 x B 4127 dengankeunggulan produktivitasnya tinggi (6,50-23,21 t/ha).Varietas Pancasona merupakan hasil persilanganantara B 2275 x B 4127 dengan produktivitas berkisarantara 6,90-23,70 t/ha, sedangkan varietas Mentesadalah hasil persilangan antara B 3117 x B 3155dengan produktivitas tinggi (7,10-27,58 t/ha).

Tomat

Balitsa telah menghasilkan tiga varietas hibrida tomatTosca, Ruby, dan Topaz yang mempunyai keunggulanumur genjah, daya simpan buah lama, buah lebat,

beradaptasi dengan baik di dataran tinggi (850-1.300m dpl), dan produktivitasnya tinggi. ProduktivitasTosca dan Ruby berkisar antara 30-40 t/ha,sedangkan Topaz 40-50 t/ha.

Jamur

Jamur merupakan sayuran yang diminati konsumenkarena kandungan gizinya tinggi. Balitsa telahmenghasilkan tiga VUB jamur yang beradaptasidengan baik di dataran medium sampai tinggi (700-1.250 m dpl) dan masa produksinya panjang (3,8bulan). Produktivitas varietas Emas berkisar antara54,33-91,08 t/ha, Ratu 54,22-81,94 t/ha, dan Zafira50,48-78,70 t/ha.

Semangka dan Melon

Balitbu Tropika telah menghasilkan dua calon varietashibrida semangka dan melon unggul baru yang sta-bil ditanam di semua lokasi dan diminati konsumen.

Varietas unggul baru sayuran (dari kiri ke kanan), cabai merah Lingga, Ciko, dan Kencana; buncistegak Balitsa 1, Balitsa 2, dan Balitsa 3; tomat Tosca, Ruby, dan Topaz; bawang merah Pikatan,Trisula, Pancasona, dan Mentes; serta jamur Emas, Ratu, dan Zafira.

Page 31: Inovasi Teknologi 2011

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201131

Calon varietas semangka BT1 dan BT2 memilikidaging buah masir dan sangat manis. Daging buahvarietas BT1 merah menyala, bobot buah 7-8 kg, danumur tanaman 80-85 hari, sedangkan BT2 buahnyaberwarna kuning pekat dengan bobot buah 6,5-7,0kg, dan umur tanaman 75-80 hari.

Calon varietas melon MB1 memiliki buah ber-bentuk lonjong, tekstur daging buah renyah, rasamanis, aroma buah sedang, dan bobot buah 1,8-2,0kg. Melon MB2 disukai konsumen karena warna dagingbuahnya oranye, aromanya sangat kuat, rasa manis,dan bobot buah 1,6-1,8 kg. Kedua calon varietastersebut memiliki umur tanaman 55-60 hari.

Jeruk

Indonesia memiliki jeruk unggulan yaitu siam, keprok,dan pamelo. Kualitas buahnya memuaskan, tetapibijinya cukup banyak sehingga sulit bersaing denganbuah jeruk impor yang sebagian tanpa biji (seedless).

Upaya memperoleh buah jeruk tanpa biji melaluipenembakan sinar gama menghasilkan jeruk keprokSoE, garut, dan pamelo nambangan tanpa biji. Padatahun 2011, Balitjestro menghasilkan calon VUB jerukkeprok SoE dan jeruk pamelo tanpa biji, daya hasiltinggi, rasa manis, dan warna kulit menarik.

Anggrek

Anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, dan Vandamemiliki nilai ekonomi tinggi. VUB anggrek sangatdiperlukan agar pengembangan varietas anggrek

Calon varietas semangka BT1 dan BT2.

Calon varietas melon MB1 dan MB2.

Buah jeruk keprok SoE (kiri) dan pamelo(kanan) tanpa biji.

Page 32: Inovasi Teknologi 2011

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201132

bermanfaat bagi produsen maupun konsumen.Produsen akan mendapat manfaat dengan adanyaalternatif pilihan varietas anggrek unggul, sedangkankonsumen dapat memperoleh benih yang terjaminmutunya.

Perakitan varietas unggul anggrek Dendrobium,Phalaenopsis, dan Vanda telah dilakukan Balithimelalui persilangan konvensional. Hasil persilangankemudian diseleksi dan yang terpilih dilepas sebagaivarietas unggul, yang meliputi 10 varietas Den-drobium, 10 varietas Phalaenopsis, dan dua calonvarietas Vanda.

Kesepuluh varietas Dendrobium memilikikeunggulan warna bunga cerah dengan dasar warnaungu dan kemerahan. Bunganya berbentuk setengah

bintang dan bentuk kelinci dengan ukuran sedang.Sepuluh varietas Phalaenopsis terdiri atas satuvarietas Phalaenopsis standar, tujuh varietasPhalaenopsis tipe multiflora, dan dua varietasPhalaenopsis tipe novelti. Calon varietas Vandamemiliki keunggulan bunganya beraroma wangi.

Calon varietas baru anggrek Vanda.

Varietas unggul baru anggrek Phalaenopsis.

Phal. Balithi MF001 Phal. Balithi MF002 Phal. Balithi ST005 Phal. Balithi MF003

Phal. Balithi MF004 Phal. Balithi MF005 Phal. Balithi MF006 Phal. Balithi MF007

Phal. Balithi NV001 Phal. Balithi NV002

Page 33: Inovasi Teknologi 2011

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201133

Teknologi Produksi

Perbanyakan Benih Phalaenopsis

Perbanyakan cepat anggrek Phalaenopsis dapatdilakukan melalui organogenesis. Eksplan yangdigunakan adalah irisan daun yang berasal dari matatunas tangkai bunga. Mata tunas akan membentuktunas berdaun selama 2-4 bulan, bergantung padagenotipenya.

Perbanyakan Benih Dendrobium

Teknologi perbanyakan cepat Dendrobium dapatmelalui pembentukan protocorm like body (plb) padamedia cair Vacin dan Went. Mata tunas yang telahdiinisiasi akan membentuk plb dalam waktu 3-6bulan, bergantung genotipenya. Regenerasi plbmembutuhkan waktu sekitar 6 bulan sampai akhirnyaplanlet dapat diaklimatisasi.

Perbanyakan Benih Vanda

Perbanyakan anggrek Vanda adalah yang paling sulitdibandingkan dengan Dendrobium dan Phalaenopsis.Perbanyakannya dapat melalui organogenesis danembriogenesis. Eksplan yang paling sesuai adalahirisan tangkai bunga yang masih muda. Pembentukan

Varietas unggul baru anggrek Dendrobium.

Mata tunas yang tumbuh dari tangkai bungapada perbanyakan anggrek Phalaenopsis: (a)kultur mata tunas tangkai bunga dan (b)perkembangan tunas setelah empat bulantanam.

kalus membutuhkan waktu 2-5 bulan, namunproliferasi kalus cukup sulit karena sering terjadipencoklatan.

Efektivitas Formula Bakteri Antagonisterhadap Penyakit Busuk Lunak padaAnggrek

Gejala penyakit busuk lunak (PBL) atau Pecto-bacterium carotovorum pv dapat muncul pada seluruhbagian tanaman anggrek, tetapi umumnya pertama

Den. Balithi CF001-10 Den. Balithi CF001-31 Den. Balithi CF002-45 Den. Balithi CF003-21 Den. Balithi CF003-23

Den. Balithi CF003-27 Den. Balithi CF003-28 Den. Balithi CF003-58 Den. Balithi CF003-62 Den. Balithi PP001-374

Page 34: Inovasi Teknologi 2011

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201134

Proses induksi kalus organogenik danembriogenik pada Vanda: (a) eksplan padaawal kultur dan (b) kalus embriogenik yangberegenerasi 2,5 bulan setelah kultur inisiasi.

kali terlihat pada daun. Pada awalnya, daun berwarnahijau pucat dan kemudian berkembang menjadibercak basah berwarna hijau tua dan akhirnyaseluruh daun membusuk. Penyakit selanjutnyaberkembang ke arah batang. Daun dan batang yangtertular berbau busuk karena bakteri PBL menyekresi-kan enzim maupun isoenzim dalam jumlah banyaksehingga mampu mendegradasi kompleksitas polimerdinding sel tanaman.

Intensitas penularan PBL pada tanaman anggrekPhalaenopsis bervariasi antara 0,82-92% denganwaktu inkubasi satu hari. Pada pengamatan 1-7 harisetelah inokulasi, perlakuan bakteri antagonis nomorisolat 30 (B30) yang disuspensikan dalam air sulingdan diaplikasikan satu hari setelah inokulasi, dapatmenekan tingkat penularan PBL pada Phalaenopsishingga 41,6%. Hal ini berarti perlakuan tersebutbersifat kuratif, dapat menekan penyakit padatanaman yang terinfeksi. Mekanisme penekananmikroba antagonis terhadap patogen dapat terjadimelalui hiperparasitisme, kompetisi ruang dan hara,antibiosis, dan lisis.

Efektivitas formulasi biopestisida berbahan aktifbakteri antagonis nomor isolat B30 terhadap intensitaspenularan PBL pada tanaman anggrek Phalaenopsisdipengaruhi oleh derajat kolonisasi bakteri antagonispada daun. Derajat kolonisasi pada tiga hari setelahaplikasi paling tinggi dibandingkan sebelum aplikasi.Populasi sebelum aplikasi sebanyak (7 + 2)102 cfumeningkat menjadi (6 + 3)105 cfu/g daun pada tigahari setelah aplikasi.

Tahap pembentukan kalus dari daun padaperbanyakan anggrek Phalaenopsis: (a) daunyang telah dilukai dan (b) pembentukan plb didalam ruang cahaya.

Optimasi Kultur dan Bioreaktor padaProliferasi Embrio Somatik Dendrobium

Balithi memiliki beberapa informasi penting yangterkait dengan pengembangan teknik somatikembriogenesis (SE) pada perbanyakan klonalbeberapa klon harapan Dendrobium. Informasitersebut yaitu: (1) teknik sterilisasi mata tunas; (2)sistem kultur dan media potensial untuk inisiasi tunaspada media padat (TBN2); (3) jenis eksplan untukinisiasi kalus (mata tunas dan daun planlet); (4) teknikdan media potensial untuk induksi dan regenerasikalus (PC1); (5) teknik dan media potensial untukproliferasi kalus (Pro-D5 dan D7); (6) teknik danmedia potensial untuk konversi kalus menjadi embrio

Gejala penyakit busuk lunak pada anggrekPhalaenopsis.

Page 35: Inovasi Teknologi 2011

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201135

Alur perbanyakan benih anggrek Dendrobium: (1) sumber eksplan tunas anakan, (2 dan 3) tunas yangsudah dikupas, (4) sterilisasi menggunakan kloroks, (5) mata tunas samping dan ujung, (6) mata tunassteril yang telah diiris, (7) inisiasi plb dari mata tunas pada media cair, (8 dan 9) plb yang telahterbentuk, (10 dan 11) plb yang diregenerasi pada media padat, dan (12) planlet yang terbentuk.

somatik/plbs (PCB dan D1); (7) kepadatan eksplanyang optimal untuk proliferasi kalus (2-3 g/25 mlmedia); (8) periode subkultur yang sesuai untukmasing-masing tahapan; (9) studi pendahuluanpenggunaan sistem kultur thin film of liquid; dan (10)studi pendahuluan penggunaan sistem bioreaktor(kepadatan eksplan 5-10 g, media 1/2 MS dan VWdengan penambahan BA 0,5 mg/l, dan oksigen

terlarut 5-10 vvm). Hasil penelitian sebelumnyamemperlihatkan bahwa pengembangan teknologi SEpada Dendrobium harus melalui beberapa tahap dandiawali dengan pembentukan kalus. Saat ini beberapaklon harapan Dendrobium dapat diinisiasi dandiproliferasi kalusnya, yaitu klon NS001/10, NS001/31, NS022/21, NS22/62, NS22/58, NS22/28, danNS009/45.

Page 36: Inovasi Teknologi 2011

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201136

Eksplan dan Oksigen Terlarut pada SistemBioreaktor

Perbedaan kepadatan eksplan dan oksigen terlarutmemberikan respons yang bervariasi terhadappertumbuhan dan perkembangan plbs Dendrobiumklon NS022/62. Respons terbaik terdapat padaperlakuan kepadatan inokulum 10 g/l yang di-kombinasikan dengan oksigen terlarut 15 vvm (K2O3).Aplikasi bioreaktor untuk perbanyakan klonal plbsDendrobium tidak memberikan hasil yang signifikandalam proliferasi plbs karena plbs mengalami klorosisdan akhirnya mati. Namun, penggunaan sistem iniuntuk perbanyakan klonal plbs Dendrobium Fatahilahmemberikan hasil yang signifikan. Kecepatan peng-gandaan plbs mencapai dua kali lipat dalam waktu15 hari, dengan pertumbuhan plbs yang vigor dantanpa klorosis.

Mikoparasit Penyakit Karat pada Krisan

Terdapat empat genus cendawan mikoparasitpenyakit karat (Puccinia horiana) yang ditemukan padatanaman krisan di Kabupaten Cianjur dan Bandung.Dari 55 isolat mikoparasit, 92,7% merupakan genusCladosporium, selebihnya adalah genus Fusarium,Trichoderma, dan Penicillium. Berdasarkan identifikasisecara molekuler, isolat Cladosporium mempunyaihubungan filogenetik terdekat dengan C. clado-sporioides. Dari 20 isolat Cladosporium sp. yang diujiefektivitasnya sebagai mikoparasit, hanya 11 isolatyang mempunyai efektivitas > 50% dan signifikansebagai mikoparasit penyakit karat.

Teknologi Produksi Benih Bawang Merahuntuk Meningkatkan Pembuahan

Pembungaan dan hasil biji bawang merah antara laindipengaruhi oleh varietas, pemupukan, dan keber-hasilan polinasi dan tanaman atraktan, yaitu caisimdan tagetes. Untuk mengetahui pengaruh ketigafaktor tersebut terhadap pembungaan dan hasil bijibawang merah dilakukan penelitian menggunakanvarietas bawang merah Maja dan Bima yang diberipupuk P dan K, yaitu P2O5 100 kg + K2O 120 kg/ha

dan P2O5 150 kg + K2O 180 kg/ha. Hasilnya me-nunjukkan bahwa varietas Bima yang mendapat pupukP2O5 100 kg + K2O 120 kg/ha menghasilkan jumlahtanaman berbunga paling banyak (35,2%). Jumlahumbel bunga paling banyak dihasilkan varietas Bimayang dipupuk P2O5 100 kg + K2O 120 kg/ha dantanaman atraktan caisim, yaitu 301,15 umbel bungaper petak (18 m2). Pembuahan paling banyak terdapatpada varietas Bima dan tanaman atraktan caisim,yang menghasilkan 22,77 buah per umbel bunga.Jumlah biji paling banyak terdapat pada varietas Bima,yaitu 71,21 biji per umbel bunga. Hasil biji bawangmerah terbanyak diperoleh varietas Bima denganpemupukan P2O5 100 kg + K2O 120 kg/ha, yaitu 28,65g/18 m2 atau setara 15,92 kg/ha.

Mikroba Potensial untuk Pembuatan PupukMajemuk Hayati

Penggunaan pupuk kimia sintetis secara terus-menerus pada suatu ekosistem memberi dampakburuk bagi lingkungan. Residu pupuk akan mengalamipencucian, penguapan, dan terikat oleh mineralsehingga unsur hara tidak dapat dimanfaatkan olehtanaman. Salah satu cara memperbaiki tingkatefisiensi penggunaan pupuk adalah dengan inokulasimikroba potensial.

Percobaan lapangan produksi benih bawangmerah melalui biji.

Page 37: Inovasi Teknologi 2011

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201137

Seleksi mikroba potensial menghasilkanbeberapa isolat bakteri yang memiliki kemampuancukup baik sebagai pelarut fosfat, antara lain isolatCw-19, Cr-13, Br-14, dan Lg-10 dengan indekskemampuan melarutkan fosfat masing-masing 7,58;5,83; 4,26; dan 4,26. Seleksi dengan menggunakandua media bebas nitrogen memperoleh 20 isolat yangdiduga termasuk ke dalam kelompok Azotobacter spp.dan Azospirillum spp. Dari 20 isolat yang dikoleksiterdapat kelompok yang menghambat pertumbuhantanaman dan kelompok yang memperbaiki per-tumbuhan tanaman. Isolat-isolat mikroba yangmemberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhankecambah adalah isolat nomor 7, 6, 12, 15, dan 18.Isolat nomor 6, 7, 12, dan 18 memacu pertumbuhanakar, sedangkan isolat nomor 15 merangsangperakaran dan tinggi tanaman.

Pengendalian Hama Penggerek Buah ManggaMenggunakan Minyak Serai Wangi

Produksi mangga menempati peringkat nomor duasetelah pisang, yaitu 180.840 ton/tahun. Namun,kualitas buah relatif rendah sehingga manggaIndonesia sulit bersaing dengan mangga negara lain.Salah satu penyebabnya adalah serangan hamapenggerek buah mangga (Noorda albizonalis).Pengendalian hama tersebut perlu mempertim-bangkan keamanan lingkungan dan konsumen. Untukitu, dilakukan pengujian efektivitas pestisida botanidalam mengendalikan hama N. dorsalis.

Koloni mikroba yang diseleksi pada media pelarut fosfat (kiri), isolat kelompok Azotobacter spp.(tengah), dan Azospirillum spp. (kanan).

Serangan Noorda albizonalis pada buahmangga.

Salah satu bahan alami yang memiliki potensisebagai pestisida botani adalah minyak serai wangi.Pengendalian penggerek buah mangga denganminyak serai wangi konsentrasi 2, 4, dan 6 cc/ldengan interval penyemprotan enam hari sekalimampu menurunkan serangan hama N. albizonalispada mangga Arumanis antara 30-40%. N. albizonalismenyerang semua fase pertumbuhan buah, termasukbuah masak. Efektivitas minyak serai wangi dalammenekan serangan N. albizonalis pada periodepemasakan buah lebih rendah dibandingkan padafase buah muda.

Page 38: Inovasi Teknologi 2011

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201138

Buah mangga gedong gincu setelah disimpandua hari (kiri) dan empat hari (kanan) setelahdipetik.

Bahan Organik untuk Substitusi Pupuk NPK

Beberapa petani mangga mulai menggunakan pupukorganik dan serasah daun dikombinasi dengan pupukNPK. Berkaitan dengan hal tersebut, Balitbu Tropikatelah meneliti kandungan nutrisi pupuk organiktersebut dan kontribusi penggunaan pupuk organikdalam menurunkan dosis pupuk NPK tanpamengurangi hasil dan kualitas buah. Hasil penelitianmenunjukkan penggunaan pupuk organik 50 kg/tanaman dapat mengurangi penggunaan pupuk NPKhingga 50% dari dosis yang biasa digunakan petani,yaitu 5 kg/tanaman umur 10 tahun. Substitusi pupuksintetis dengan pupuk organik secara langsung dapatmendukung program pengurangan emisi gas rumahkaca akibat penggunaan pupuk sintetik sehinggateknologi ini dapat mendukung program mengatasiperubahan iklim.

Penentuan Saat Petik OptimumMangga Gedong Gincu

Berdasarkan karakter nutrisi, kadar air, dan rasamanis, fase gedong gincu pada panen keempatmerupakan saat petik optimum untuk mangga gedonggincu. Pada fase ini, mangga gedong gincu memilikikarakter terbaik untuk kandungan vitamin C (> 70mg/100 g), TSS (> 19° Brix), dan kadar air lebihrendah dibanding saat petik lainnya (78-80%).Namun, umumnya petani kurang menyukai panenpada fase gedong gincu karena risikonya tinggi,seperti pencurian, buah matang tidak serempak,rawan rontok, serangan OPT, dan tambahan biaya.Petani mangga di Cirebon dan daerah lain menyukaipanen pada fase gedong (panen pertama) karenalebih menguntungkan. Hasil penelitian menunjukkansaat petik optimum adalah fase gedong ditambah limahari (panen kedua) karena pada fase ini kandunganvitamin C lebih tinggi dibanding pemetikan pada fasegedong (panen pertama) dan fase gedong ditambah10 hari (panen ketiga). Untuk karakter lain (TSS, totalasam, dan kadar air), ketiga fase gedong ini relatifsama.

Hasil uji organoleptik menunjukkan, konsumenmemberi respons terbaik pada buah yang dipetik pada

fase gedong gincu dengan nilai rata-rata > 5,4 atautermasuk kategori cukup suka hingga suka. Untuksaat petik fase gedong, nilai respons konsumen relatifsama. Untuk penerimaan konsumen terhadap buah,nilai tertinggi dimiliki oleh buah yang dipetik pada fasegedong ditambah lima hari. Bila parameter nutrisidan organoleptik digabungkan maka saat petikoptimum untuk mangga gedong gincu adalah fasegedong ditambah lima hari. Untuk lama penyimpananterkait dengan kelayakan konsumsi, buah yangdisimpan dua dan empat hari setelah petik lebihdisukai konsumen dibanding buah yang disimpanenam hari setelah petik.

Produksi Massal Benih JerukBebas Virus

Status Penyakit Jeruk Hasil SomatikEmbriogenesis

Pengujian status penyakit dimulai dengan pencarianpohon induk positif yang akan diperbanyak denganteknik SE. Pada varietas jeruk yang bijinya berasaldari induk yang positif terinfeksi penyakitHuanglongbing (CVPD), semua varietas yang diuji(Japanche Citroen/JC, keprok Batu 55, dan siemPurworejo) tidak terinfeksi CVPD pada semua stadiapertumbuhan (kalus, embrio, dan planlet) pada lamaperbanyakan 5-14 bulan.

Pada beberapa varietas jeruk yang bijinya berasaldari induk yang terinfeksi citrus tristeza virus (CTV),varietas keprok Kino, siem Kintamani, dan nipis

Page 39: Inovasi Teknologi 2011

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201139

Tulungagung pada stadia kalus, embrio, dan planletbebas dari CTV, tetapi pada varietas JC dari Tlekung,pada fase embrio 40% dari sampel masih terinfeksiCTV. Oleh karena itu, biji sebagai bahan perbanyakandengan teknik SE harus berasal dari tanaman indukyang bebas dari penyakit sistemik, terutama CTV.

Evaluasi Keragaan Benih Hasil SambungEmbrio dan Planlet

Untuk mengevaluasi pertumbuhan benih hasilsambung embrio atau planlet pada batang bawahJC, benih sambungan umur satu tahun ditanam dilapang. Hasil pengamatan menunjukkan, sampaiumur empat bulan di lapangan, tanaman belumberkembang ke fase generatif. Hal ini tampak daritanaman yang belum berbunga dan duri masihtumbuh. Pertumbuhan vegetatif sampai empat bulansangat baik. Pertumbuhan jeruk kalamondin yangdisambung dengan batang bawah JC asal semaianlebih baik dibandingkan dengan batang bawah JC asallainnya. Pada umur delapan bulan setelah tanam,tanaman mulai berubah ke fase generatif, yangditandai dengan munculnya bunga. Secara umumbatang atas yang berasal dari planlet menghasilkanbunga yang lebih banyak dibanding yang berasal dariembrio. Dengan demikian, jeruk kalamondin yangdiperbanyak dengan teknik SE dapat berbunga padaumur delapan bulan setelah benih sambunganditanam di lapangan.

Konsistensi Sifat Tanpa Biji, DayaHasil, dan Kualitas Jeruk HasilMutasi

Karakter yang ingin dicapai pada pemuliaan jerukadalah vigor tanaman baik, buah tanpa biji, warnamenarik, rasa enak (TSS tinggi), dan tahan hamapenyakit utama. Sampai akhir 2011 telah dilakukankarakterisasi buah pada 64 tanaman M1V2 keprokyang ditanam di pot, 68 tanaman M1V2 keprok yang

ditanam di lapangan, dan 10 tanaman M1V2 pamelo.Hasil pengamatan menunjukkan bahwa karaktertanpa biji (jumlah biji < 5) terdapat pada 28 aksesiM1V2 keprok dan tujuh aksesi M1V2 pamelo. Melaluiobservasi selama beberapa tahun, diperolehbeberapa kandidat tanaman yang memiliki karakteryang diinginkan. Namun untuk memenuhi persyaratanpelepasan varietas, perlu dilakukan pengamatanterhadap daya hasil, stabilitas karakter, kesesuaiandengan beberapa batang bawah, dan ketahanannyaterhadap hama dan penyakit.

Sertifikasi Perbenihan Jeruk

Pada tahun 2011 telah dilakukan pembersihan 10varietas jeruk dari penyakit sistemik dengan teknologipenyambungan tunas pucuk pada varietas KeleleAceh, P. Kasua, P. Baco, lemon lokal tanpa biji,Genensa Aceh, P. Pasaviki, Sanggul I, M. Komun,Lebong, dan Fremon. Pembersihan varietas melaluitahap STG, regrafting, indeksing, dan perbanyakanpohon induk. Varietas yang selesai diindeksing dandinyatakan bebas penyakit kemudian diperbanyaksebagai benih.

Indeksing pada pohon induk jeruk dilakukanterhadap penyakit CTV dan CVPD, yaitu pada blokfondasi 46 sampel, blok penggandaan mata tempel(BPMT) 90 sampel, dan pohon induk 197 pohon.Ditemukan 61 pohon induk yang positif CVPD dan 61pohon induk yang tidak layak sebagai induk.

Pada tahun 2011, produksi benih sumber jerukkelas benih blok fondasi sebanyak 906 pohon dankelas benih BPMT 5.710 pohon. Benih tersebut telahdidistribusikan kepada pengguna, seperti DinasPertanian Provinsi dan Kabupaten, Balai BenihHortikultura, kelompok tani, dan pihak swasta.Kegiatan asistensi pengelolaan blok fondasi dan BPMTtelah dilakukan di Kecamatan Eban Kabupaten TimurTengah Utara, Nusa Tenggara Timur, di Mataram NusaTenggara Barat, dan di Balai Benih Induk LubukMinturun, Padang, Sumatera Barat.

Page 40: Inovasi Teknologi 2011

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201140

PerkebunanPerkebunan mempunyai peran cukup strategis dari aspekekonomis, ekologis, dan sosial budaya dalam pembangunannasional. Secara ekonomi, perkebunan berkontribusi terhadappeningkatan kesejahteraan masyarakat dan penguatan ekonomiwilayah melalui sumbangannya terhadap pendapatan petani,wilayah maupun devisa negara. Secara ekologi, perkebunanberfungsi dalam perbaikan konservasi tanah dan air, penyerapkarbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung,dan secara sosial budaya sebagai perekat dan pemersatubangsa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan terusberupaya untuk menghasilkan inovasi teknologi yang mudahditerapkan, efektif, efisien, dan berdaya saing. Penelitian danpengembangan telah menghasilkan cukup banyak inovasiteknologi yang terkait dengan upaya peningkatan biodiversitasdan jumlah bahan tanaman, produktivitas dan mutu hasil, tek-nologi pengolahan hasil, benih sumber, dan sintesis kebijakan.

Page 41: Inovasi Teknologi 2011

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201141

Perakitan Varietas Unggul

Varietas Unggul Tanaman Perkebunan

Pada tahun 2011 telah dilepas 13 varietas ungguluntuk komoditas dan tanaman obat, masing-masingsatu varietas akar wangi, kunyit, sambiloto, pegagan,kelapa, aren, dan jambu mete serta dua varietaskemiri minyak dan empat varietas tembakau. Varietasunggul kunyit dilepas dengan nama Curdonia 1.Keunggulan varietas ini terletak pada kandungankurkumin (7,05%), minyak atsiri (4,77%), dan pati(35,77%), selain agak tahan terhadap penyakit bercakdaun. Varietas ini beradaptasi baik pada dataranmenengah (ketinggian 425-484 m dpl).

Varietas sambiloto yang dihasilkan yaitu Sambina1. Keunggulan varietas ini adalah produksi ternanyatinggi 5,08-10,37 t/ha dan beradaptasi dengan baikpada dataran rendah sampai medium (ketinggian120-500 m dpl).

Varietas unggul akar wangi yang dilepas diberinama Verina 1 dan Verina 2. Verina 1 memiliki kadarvetiverol tinggi (50,80% + 1,41%), produktivitas akar

basah 10,38 + 4,44 t/ha, dan produktivitas minyak66,38 kg/ha. Verina 2 mempunyai kadar vetiverol55,48% + 3,17% dengan produksi akar basah 10,64+ 4,52 t/ha dan produktivitas minyak 60,46 kg/ha.Keduanya beradaptasi baik pada dataran tinggi.

Kelapa Dalam unggul Adonara memiliki buahberukuran sedang sampai besar, jumlah buahberkisar antara 84-105 butir/pohon/tahun atau 8.400-10.500 butir/ha, kadar minyak 66,83%, dan sabuttipis. Tanaman toleran kekeringan sampai 5-7 bulanberturut-turut sehingga sesuai dikembangkan padalahan kering dengan ketinggian tempat < 500 m dpl,curah hujan < 1.000 mm/tahun dengan bulan kering< 6 bulan.

Aren genjah yang dihasilkan yaitu Kutai Timurdengan potensi produksi benih 4.000 butir/pohon dantahan terhadap hama dan penyakit. Wilayah pengem-bangannya adalah daerah kering iklim basah, air tanahdangkal, dan curah hujan 1.000-1.500 mm/tahundengan bulan kering < 6 bulan.

Keunggulan kemiri Sunan 1 dan Sunan 2 adalahtoleran terhadap hama daun (ulat kantung) dan tahan

Varietas unggul kunyit Curdonia 1 dengan kadar kurkumin 7,05%.

Page 42: Inovasi Teknologi 2011

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201142

m dpl dengan tipe iklim B dan C. Kedua varietas inidapat diperbanyak melalui biji dan sambung. Empatvarietas unggul tembakau yang dihasilkan pada tahun2011 yaitu tembakau bondowoso Maesan 1 danMaesan 2 serta tembakau probolinggo Paiton 1 danPaiton 2.

Tanaman, bunga, dan buah sambiloto unggulSambina 1.

Akar wangi varietas Verina 1 (atas) danVerina 2 (bawah).

Tanaman aren genjah Kutai Timur.

terhadap penyakit/tanaman pengganggu. Produksi bijivarietas Sunan 1 adalah 110,0 + 16,9 butir/pohon/tahun dan Sunan 2 sebanyak 76,0 + 18,2 kg. VarietasSunan 1 dapat dikembangkan pada daerah denganketinggian 500-700 m dpl dengan tipe iklim B,sedangkan kemiri Sunan 2 pada ketinggian 50-400

Kelapa Dalam Adonara, buah berukuransedang hingga besar dengan produksi buah84-105 butir/pohon/tahun.

Page 43: Inovasi Teknologi 2011

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201143

Perakitan Varietas Tebu Toleran Iklim BasahIn Vitro

Kultur in vitro dapat dimanfaatkan untuk merakitvarietas unggul baru. Salah satu metode kultur invitro yang efektif dan efisien untuk merakit varietasunggul adalah seleksi in vitro. Untuk mendapatgenotipe baru yang toleran iklim basah, populasi selsomatik yang telah diiradiasi sinar gama atau diberimutagen kimia EMS dikulturkan pada kondisi in vitroyang kelembapannya sangat tinggi. Kombinasi mutasifisik maupun kimiawi dengan seleksi in vitro dapatmeningkatkan keragaman genetik pada sel-selsomatik. Regenerasi dari sel-sel somatik diharapkanmempunyai sifat unggul toleran terhadap iklim basah.Somaklon kemudian diuji di rumah kaca maupun dilapangan sampai generasi M2 untuk mengetahuikarakter agronomi dan rendemen gulanya.

Perakitan varietas unggul tebu toleran iklim basahmelalui seleksi in vitro menunjukkan bahwa tingkatpembentukan kalus dan regenerasi varietas PS 864lebih besar dibandingkan dengan varietas Bululawang.Induksi mutasi dengan iradiasi sinar gama dosis LD50

memperoleh kisaran dosis 20-30 Gy, sedangkan

persentase regenerasi kalus PS 864 setelah per-lakuan iradiasi sinar gama dan perendaman dalammedia cair lebih besar dibandingkan denganBululawang. Semakin tinggi dosis iradiasi sinar gamadan waktu perendaman kalus dalam media cair, dayaregenerasi kalus dan jumlah tunas yang diperolehmakin menurun. Induksi mutasi dengan perlakuanEMS 1% dan waktu perendaman 5 jam memperlihat-kan adanya peluang mendapatkan LD50. Kemampuanhidup kalus dan beregenerasi membentuk tunassetelah perlakuan EMS bervariasi.

Penambahan 2,4-D dalam media dapat meng-induksi kalus dari eksplan daun muda tanaman tebu.Peningkatan konsentrasi 2,4-D hingga 3 mg/l tanpapenambahan ZPT lain cenderung menurunkan jumlaheksplan berkalus. Penambahan kasein hidrolisat padamedia induksi kalus tidak memengaruhi jumlah kalusyang dihasilkan, tetapi sangat berpengaruh terhadapkualitas kalus. Regenerasi kalus menjadi planletmemerlukan formulasi media yang berbeda untukmasing-masing varietas. Penggunaan auksin (NAA danIBA) pada media perakaran dapat menginduksi pem-bentukan akar. Metode perbanyakan ini telah diaplika-sikan untuk memproduksi bibit tebu secara massal.

Keragaan kemiri Sunan 1 (kiri) dan Sunan 2 (kanan).

Page 44: Inovasi Teknologi 2011

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201144

Pengujian Ketahanan Klon Tebu terhadapPenyakit Streak Mosaic

Streak mosaic adalah penyakit baru pada tanamantebu dengan tingkat sebaran yang cukup luas, khusus-nya di Jawa. Penyakit ini disebabkan oleh sugarcanestreak mosaic virus (SCSMV). Rekomendasipengendaliannya masih terbatas pada penggunaanbibit sehat dan pembatasan penanaman varietas PS864 yang berdasarkan pengamatan di lapanganterindikasi rentan. Penanaman varietas tahan me-rupakan cara pengendalian yang efektif, namuninformasi tentang ketahanan varietas belum ada.

Pengujian ketahanan klon tebu terhadap penyakitstreak mosaic telah dilakukan di Kebun Percobaan(KP) Bugul di Pasuruan. Sebanyak 30 klon tebu darivarietas/klon unggul komersial, klon unggulnonkomersial, dan klon harapan diuji ketahanannyaterhadap SCSMV. Hasil pengujian menunjukkan, dari30 klon yang diuji tidak satupun yang tergolongsangat tahan. Enam klon termasuk tahan, 11 klonterklasifikasi sedang, delapan klon rentan, dan limaklon sangat rentan. Klon yang tahan adalah PS 851,

BL, GMP 1, VMC 76-16, PS 04-526, dan PS 06-181.Klon yang bereaksi sedang adalah PS 862, PS 882,PSBM 901, Kidang Kencana, Kentung, PS 951, PSCO902, PS 92-750, VMC 73-229, PS 05-130, dan PS 06-155. Klon rentan adalah PS 863, PS 865, PS 881, PS921, PSJT 941, GMP 2, PS 05-317, dan PS 06-346,serta klon yang sangat rentan adalah PS 92-752, PS05-382, PS 06-156, PS 06-196, dan PS 06-326.

Perakitan Sistem Genetik PembungaanKelapa Sawit

Dalam siklus pembungaan tanaman kelapa sawit,proses diferensiasi seksual diawali dengan ter-bentuknya primordia bunga dari jaringan meristembunga. Setelah itu terjadi diferensiasi seksual, yaituprimordia bunga berkembang menjadi bunga jantanatau betina, bergantung pada kondisi lingkungan.Proses pembungaan hingga menjadi buah di-kendalikan terutama oleh kelompok gen MADSBOX.Pada banyak spesies tanaman, MADSBOX memilikistruktur dan fungsi yang terkonservasi (highlyconserved). Setidaknya ada tiga gen MADSBOX yang

Visual kalus varietas tebu PS 864 setelah diiradiasi sinar gama dengan dosis (a) 50Gy, (b) 40 Gy, (c) 30 Gy, (d) 20 Gy, dan (e) 10 Gy.

Page 45: Inovasi Teknologi 2011

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201145

berperan dalam pembungaan kelapa sawit, yaituEgSQUA1, EgAG, dan EgAGL. Satu dari ketiga gentersebut diduga kuat berperan pula dalam prosesdiferensiasi seksual pada pembungaan kelapa sawit.

Pada penelitian sebelumnya telah dirakitkonstruk genetik PEgAG2::GFP dan PEgAGL2::GFPmenggunakan teknologi Gateway (dari Invitrogen).Selain itu telah diidentifikasi sumber-sumber bio-regulator lokal yang berpotensi besar dapat me-ningkatkan pertumbuhan vegetatif maupun generatifkelapa sawit. Pada 2011 dilakukan konfirmasikonstruk yang diperoleh sebelumnya dan regenerasikultur tanaman yang membawa konstrukPEgAG2::GFP dan PEgAGL2::GFP serta inventarisasibioregulator penginduksi pembungaan tanaman,dan yang paling mudah didapat dan digunakan.

Perakitan dan analisis sistem genetik memper-oleh konstruk genetik PEgAG2::GFP danPEgAGL2::GFP dan telah berhasil disubkloning keAgrobacterium tumefaciens. Kedua konstruk tersebutjuga telah berhasil ditransformasi ke dalam eksplantanaman tembakau. Planlet yang membawa konstruktersebut berhasil diregenerasi. Pada media MS yangdiberi BAP 0,5 ppm dan sukrosa 30-40 g/l, planletyang beregenerasi menunjukkan struktur yangberbeda dengan planlet yang tidak ditransformasi dandiregenerasikan pada media baku. Fenomena inimengindikasikan bahwa kedua konstruk gen reportertersebut diekspresikan pada kondisi in vitro, atausistem genetik yang dirakit berfungsi dengan baik.Pada percobaan rekonfirmasi pada padi gogo dirumah kaca, bioregulator (bahan) alami mampumeningkatkan pertumbuhan vegetatif dan jumlahanakan sehingga meningkatkan produktivitas dankualitas hasil.

Klon Kakao Unggul dan PengelolaanPertanaman di Lahan Kering Iklim Kering

Produktivitas tanaman kakao di Nusa Tenggara Timurtergolong rendah, hanya 526 kg/ha, bahkan menurutdata Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2009hanya 228 kg/ha. Rendahnya produktivitas antara laindisebabkan bahan tanaman yang digunakan ber-kualitas rendah dan kondisi lahan yang marginal.

Curah hujan hanya sekitar 1.200 mm/tahun dengan6-8 bulan kering (curah hujan <60 mm/bulan). Dilain pihak, dewasa ini telah ditemukan klon barudengan potensi hasil 2,0-3,0 ton biji kering/ha, yaituICCRI 03, ICCRI 04 serta klon Sulawesi 01, Sulawesi02, dan Sca 6 dengan produktivitas 1,5 t/ha. Batangbawah yang toleran cekaman lengas juga sudahditemukan, yakni Sca 6 dan Sca 12.

Puslitbangbun telah memperoleh teknologi budidaya kakao lindak spesifik lahan kering iklim keringdi NTT serta klon unggul yang adaptif. Bahan tanamandalam bentuk tanaman hasil sambung pucuk di-siapkan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember.Pertumbuhan bibit sambungan yang dicerminkan olehtinggi tunas, diameter, jumlah daun, dan luas dauntidak menunjukkan perbedaan antarklon.

Teknologi Budi Daya

Teknologi Perbanyakan Bibit Tebu

Salah satu teknologi yang potensial untuk memper-banyak bibit secara cepat, dalam jumlah banyak, danseragam adalah teknologi kultur jaringan. Penyediaanbibit tebu melalui kultur jaringan melalui empattahapan penting, yaitu induksi kalus, proliferasi kalus,diferensiasi kalus, dan regenerasinya membentukplanlet. Untuk itu dilakukan penelitian untuk mendapatpaket teknologi mikropropagasi dalam usahapengadaan bibit tebu unggul yang murah, cepat, danteruji dalam skala luas.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan mediauntuk induksi kalus dengan penambahan 2,4-D dapatmenginduksi kalus dari eksplan daun muda tanamantebu. Peningkatan konsentrasi 2,4-D hingga 3 mg/ldalam media tanpa penambahan ZPT lain cenderungmenurunkan jumlah eksplan berkalus. Penambahankasein hidrolisat pada media induksi kalus tidakmemengaruhi jumlah kalus yang dihasilkan, tetapisangat berpengaruh pada kualitas kalus. Regenerasikalus menjadi planlet memerlukan formulasi mediayang berbeda untuk masing-masing varietas. Peng-gunaan auksin (NAA dan IBA) pada media perakarandapat menginduksi pembentukan akar. Metode

Page 46: Inovasi Teknologi 2011

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201146

perbanyakan bibit tebu yang dihasilkan dari penelitianini telah diaplikasikan untuk memproduksi bibit tebusecara massal. Benih tebu kultur jaringan yangdihasilkan pada tahun 2011 mencapai 100 ribu planletyang berpotensi menghasilkan 2,8 juta budset G2pada akhir 2012.

Teknologi Pengembangan Budi Daya Tebu-Ternak Terpadu

Tebu potensial diintegrasikan dengan ternak. Selainmenghasilkan gula, tebu juga berpotensi sebagaisumber pakan. Produksi limbah tanaman berupabatang dan daun cukup tinggi dan dapat dimanfaatkansebagai pakan. Limbah tanaman, limbah pengolahantebu, dan limbah ternak juga berpotensi sebagaisumber energi baru dan terbarukan, berupa etanoldan biogas, sehingga berpotensi menekan emisi gasrumah kaca.

Pengembangan model perkebunan tebu-ternakterpadu dilaksanakan di sentra tebu Desa Lambur,Kecamatan Mrebet, Purbalingga, Jawa Tengah, padalahan tebu milik kelompok tani Mugilestari seluas 5ha. Hasil pengamatan menunjukkan, pengawalan danaplikasi pupuk organik 5 t/ha, penerapan klentekandan rawis, dan pemeliharaan saluran meningkatkanproduktivitas lebih dari 100 t/ha. Estimasi produksipucuk, klentekan, dan rawis diperkirakan 28 t/ha yangberpotensi sebagai pakan yang mengandung proteintinggi. Dua unit instalasi biogas berkapasitas 5 m3

limbah ternak mampu memproduksi 2,16 m3 biogasyang cukup untuk memenuhi kebutuhan memasakbagi dua keluarga petani selama masing-masing 3jam. Pengukuran emisi gas rumah kaca padapertanaman tebu umur satu bulan menunjukkan emisiCO2 sebesar 0,66 t/ha/bulan dan emisi N2O 3,63 t/ha/bulan. Gas metana dari limbah 16 ekor sapimencapai 3,24 m3/hari atau 1.083 m3/tahun. Nilai tam-bah dari emisi metana sebagai bahan bakar untuk

Penyediaan bibit tebu melalui kultur jaringan: induksi dan proliferasi kalus (1-2), diferensiasi/regenerasi tunas (3-4), dan pembentukan planlet (5-6).

Page 47: Inovasi Teknologi 2011

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201147

rumah tangga yang diperoleh dari dua instalasibiogas diperkirakan Rp912.000/KK.

Peningkatan Efisiensi Pemupukan padaKelapa Sawit

Telah diperoleh beberapa isolat unggul yang aktifmenguraikan lignin, selulosa, dan mempunyai aktivitasenzim lipase. Pembuatan kompos tandan kosongkelapa sawit dengan formula dekomposer yangmengandung isolat tersebut dapat meningkatkankualitas kompos.

Penggunaan formula pupuk hayati dapat me-ningkatkan efisiensi penggunaan pupuk pada pem-bibitan kelapa sawit. Pemberian bioamelioranmeningkatkan serapan hara N kelapa sawit padatanah berpasir, memperbaiki sifat fisik tanah danefisiensi pemupukan, dan meningkatkan hasil tandahbuah segar. Pemberian bioamelioran juga me-ningkatkan efisiensi pemupukan dan hasil tandahbuah segar pada tanah gambut.

Pengendalian Terpadu Penyakit Jamur AkarPutih pada Karet

Penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan olehpatogen Rigidoporus microporus merupakan penyakitpenting pada karet karena sering mengakibatkankematian tanaman dan biaya pengendaliannya mahal.Oleh karena itu, teknologi pengendalian JAP yangefektif dan murah sangat diperlukan.

Pengendalian penyakit JAP dapat dilakukanmelalui tindakan pencegahan sebelum terjadiserangan dan pengobatan terhadap tanaman yangterserang. Hasil penelitian menunjukkan, pencegahanpenyakit yang efektif adalah melalui pengurangansumber infeksi dengan mempercepat pelapukantunggul karet dengan pembakaran atau inokulasijamur pelapuk. Perlindungan tanaman sebelumterserang penyakit dilakukan dengan menanamtanaman antagonis lidah mertua di sekeliling pangkalbatang pada awal penanaman karet. Pengobatantanaman yang terserang JAP yang paling efisien danefektif adalah dengan aplikasi fungisida berbahan aktiftriadimefon.

Pengendalian OPT pada Tanaman Teh

Residu pestisida pada produk teh akibat penggunaanpestisida perlu mendapat perhatian untuk meng-amankan dan meningkatkan ekspor teh Indonesia.Upaya untuk meminimalkan penggunaan pestisida danresidu yang diakibatkannya dapat dilakukan melaluitiga pendekatan, yaitu pengendalian nonkimiawi,perbaikan lingkungan, dan penggunaan pestisidasecara bijaksana. Untuk mendukung upaya ini,dilakukan penelitian untuk menghasilkan teknologipengendalian yang ramah lingkungan untuk OPTutama teh, seperti tungau jingga (Brevipalpusphoenicis), penyakit cacar (Exobasidium vexans),Empoasca flavescens, dan gulma picisan (Polypodiumnummularifoliums).

Aplikasi fungisida kimia, biofungisida Trichoderma koningii + belerang, dan penanaman tumbuhanantagonis lidah mertua untuk mengendalikan penyakit jamur akar putih pada karet.

Page 48: Inovasi Teknologi 2011

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201148

Penggunaan jamur entomopatogenik Paecilo-myces fumosoroseus efektif untuk mengendalikantungau jingga. Di laboratorium, P. fumosoroseus padakonsentrasi 108 spora/ml efektif mengakibatkankematian tungau jingga mulai hari keempat setelahaplikasi. Di lapangan, P. fumosoroseus pada mediumberas pada dosis 3 kg/ha efektif mengendalikantungau jingga setelah enam kali aplikasi. Empat jeniscompost tea, yaitu CT1 (pupuk kandang kambing25%, hijauan 45%, bahan berkayu 30%); CT2 (pupukkandang sapi 25%, hijauan 45%, bahan berkayu30%); CT3 (pupuk kandang kambing 25%, hijauan30%, bahan berkayu 45%); dan CT4 (pupuk kandangkambing 50%, hijauan Arachis pintoi 50%), potensialmengendalikan penyakit cacar.

Formulasi insektisida nabati marigold efektifterhadap E. flavescens. Di laboratorium, formulasimarigold 15% lebih efektif dibandingkan denganformulasi 10%, dan dosis 1 l/ha lebih efektif dibandingdosis 0,5 l/ha. Di lapangan, efektivitas formulasimarigold 10% pada dosis 0,5 l/ha sama denganformulasi marigold 15% dosis 0,5 dan 1,0 l/ha, dansebanding dengan insektisida kimia.

Pemangkasan memengaruhi perkembangangulma picisan. Pangkasan bersih dan pangkasantengah bersih lebih efektif mengendalikan gulmapicisan dibandingkan dengan pangkasan meja.Pengendalian gulma picisan dengan herbisida setaradengan pengendalian secara manual, kecuali 2,4-Dmurni. Kombinasi glifosat dan pikloram menghasilkanjumlah tunas primer teh terbanyak.

Pengembangan Formula PupukHayati Berbasis Bakteri Endofit

Penggunaan pupuk buatan takaran tinggi dan dalamwaktu lama dapat menurunkan populasi mikrofloratanah. Oleh karena itu, pemanfaatan pupuk hayatisangat diperlukan.

Pupuk hayati yang berkembang umumnyamenggunakan bakteri endofit. Enam isolat bakteripenambat N endofitik telah diuji daya hidupnya dalamformula pupuk hayati dan diuji efikasinya pada

tanaman tebu. Hasilnya menunjukkan bahwaformulasi pupuk hayati yang dibuat dengan campuranblotong 50%, zeolit 30%, dan tanah lempung 20%,jumlah bakteri endofit pada hari ke-0 sampai ke-15sebesar 8-6 x 106. Pada bulan ketiga, jumlah bakteridalam pupuk mencapai 6,33 x 102. Setiap bakteriendofit memiliki pola yang spesifik yang meng-gambarkan keberadaan dan persistensinya dalamjaringan tebu. Bakteri tersebut mampu bertahanselama 3 bulan dalam jaringan tanaman. Dalamjaringan daun tebu, bakteri endofit membentukmikrokoloni. Hasil pengamatan menunjukkan bahwaaplikasi bakteri endofit cenderung menurunkankeragaan tebu.

Pelestarian Plasma Nutfah

Perakitan genotipe unggul karet sangat bergantungpada ketersediaan plasma nutfah. Koleksi klon-klonunggul karet merupakan sumber keanekaragamangenetik yang sangat bermanfaat dalam programpemuliaan karet. Indonesia memiliki sumber ke-ragaman plasma nutfah karet yang penting, berupakoleksi klon-klon unggul hasil introduksi maupunperakitan di dalam negeri. Oleh karena itu, Kebun

Warna bakteri endofit yang telah berpenandagen gfp dilihat di bawah sinar ultraviolet.

Page 49: Inovasi Teknologi 2011

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201149

koleksi klon-klon unggul karet perlu dibangun sebagaikebun konservasi plasma nutfah, kebun induk benih,dan kebun persilangan buatan untuk merakit klonkaret unggul.

Kebun koleksi karet telah dibangun di KPPakuwon, Sukabumi, Jawa Barat seluas 0,5 ha untuk10 klon, yaitu AVROS 2037, GT 1, RRIC 100, BPM 1,BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, IRR 5, dan IRR104. Pembangunan kebun koleksi dimulai denganpenyiapan bibit stum mata tidur di Balai PenelitianSungei Putih, Sumatera Utara, pembangunan pem-bibitan stum mata tidur dalam polibeg di KP Pakuwon,penyiapan lahan, dan penanaman di lapangan. Kebunkoleksi ditata secara blok klonal. Tiap plot terdiri atassatu klon dengan jumlah tanaman 25 pohon sehinggaseluruhnya terdapat 10 plot. Penyiapan lahan dilaku-kan secara mekanis dan penanaman mengacu kepadastandar manajemen pembangunan kebun karet.Bahan tanaman berupa bibit satu payung daun dalampolibeg. Deskripsi tiap klon didasarkan pada ciri-ciritanaman, yang meliputi helaian daun, anak tangkaidaun, tangkai daun, payung daun, mata tunas, kulitbatang, dan potensi hasil lateks.

Untuk plasma nutfah tanaman tebu, eksplorasidi Jawa Tengah memperoleh 34 nomor koleksi (UBd1 sampai UBd 34) dan di Jawa Timur mendapat 70

nomor koleksi (UBd 35 sampai UBd 105). Telahdilakukan penanaman bagal mikro G1 tahap I dan II.Varietas tebu yang dikoleksi memperlihatkankeragaman genetik yang tinggi dan dapat digunakandalam perakitan varietas unggul baru.

Guna menunjang kebutuhan informasi dalampengembangan komoditas perkebunan, khususnyakopi, kakao, karet, teh, tebu, dan kelapa sawit,diciptakan sarana yang dapat memberikan informasimengenai deskripsi varietas/klon unggul. Ketersediaansarana tersebut diharapkan dapat membantu parapemulia dalam memilih gen-gen yang dikehendakiuntuk mempercepat penemuan klon-klon unggul baru.Sarana dilengkapi dengan informasi mengenai teknisbudi daya dan pascapanen agar pengguna dapatmemahami suatu komoditas secara lengkap. Saranatersebut dibuat dalam bentuk perangkat lunak denganpemrograman berbasis HTML (Hypertext MarkupLanguage) yang dipadukan dengan penggunaanbahasa pemrograman PHP (Hypertext Preprocessor).Data dan informasi yang tersedia pada pangkalan datameliputi deskripsi morfologi 10 klon karet, lima varietaskopi arabika, lima varietas/klon kopi robusta, limavarietas/klon kakao, 16 klon teh, 23 varietas/klontebu, dan 13 varietas kelapa sawit serta data teknisbudi daya dan pascapanen komoditas karet, kopi,kakao, teh, tebu, kina, dan kelapa sawit.

Pembibitan karet dengan naungan paranet.

Page 50: Inovasi Teknologi 2011

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201150

Sintesis Kebijakan

Sistem Beli Putus Tebu

Salah satu bentuk kemitraan antara petani tebu rakyat(PTR) dan pabrik gula (PG) adalah bagi hasil gulayang didasarkan pada angka rendemen akhir tebupetani. Di lapangan, masalah penetapan rendemensering menjadi potensi konflik karena PTR tidakpercaya dengan hasil yang diperoleh karena sangatbergantung pada efisiensi dan kinerja PG. Sesuaidengan rekomendasi Panja Gula Komisi VI DPR RI,rendemen tebu petani harus diukur sebelum prosespengolahan sehingga petani memperoleh rendemensesuai dengan mutu tebu yang dihasilkan.

Alternatif pola kemitraan antara petani dan PGadalah sistem beli putus tebu sehingga petani tidakmenanggung risiko tingkat efisiensi pabrik danketidaklancaran proses pengolahan. Untuk itu diperlu-kan suatu rumus penetapan rendemen dan harga belitebu yang menguntungkan kedua belah pihak. Rumusharga tebu ditetapkan berdasarkan bagi hasil,rendemen tebu (R), HPP gula, bagi hasil tetes, danharga tetes (Tabel 1). Rumus tersebut secara umumadalah:

Harga tebu/ton = 1.000 x {(gula bagian petani x R xHPP gula) + ( tetes bagian petani x harga tetes)}.

Pengukuran rendemen dilakukan pada contoh tebuyang diambil dengan alat yang mudah dioperasikan,akurat, dan transparan, antara lain Core Sampler.

Keuntungan ekonomi sistem beli putus tebu ter-hadap pendapatan petani adalah: (1) penilaian

Tabel 1. Proporsi bagi hasil gula dan tetes untuk petani.

Rendemen Bagian gula Bagian tetes(%) petani (%) petani (%)

s/d 7 66,0 3,00> 7-8 70,0 2,75> 8-9 72,5 2,50> 9 75,0 2,50

kualitas tebu secara individu memberi dampak positifterhadap peningkatan produktivitas dan petanimenerima pembayaran harga tebu yang sesuai danoptimal; (2) petani tidak dibebani dengan kondisi PGyang kurang efisien; (3) pembayaran di muka akanmembantu petani untuk memenuhi kebutuhan primerdan sekunder; dan (4) PG akan terdorong untuk me-ningkatkan efisiensi pabrik.

Peluang Swasembada Gula 2014

Penerapan inovasi teknologi dalam peningkatanproduktivitas dan rendemen berperan penting dalammewujudkan swasembada gula 2014. Target produksigula tahun 2011 sebesar 2,73 juta ton diperkirakantidak akan tercapai karena rendemen turun dari rata-rata 7,6% menjadi 7,4%. Permasalahan yang dihadapidari hulu hingga hilir untuk mencapai target swa-sembada gula sangat sulit diatasi. Namun, denganadanya revisi target, perluasan lahan tidak perludilakukan atau dapat dikurangi, tetapi dibarengidengan perbaikan varietas, budi daya, dan komitmendalam proses penggilingan tebu di pabrik gula.

Tabel 2 memperlihatkan simulasi produktivitas,rendemen, dan produksi gula tanpa perluasan lahanatau tetap dengan luas 437.000 ha. Jika alternatif iniyang dijalankan maka varietas yang digunakan harusyang mempunyai produktivitas 110 t/ha denganrendemen 12%. Apabila target diturunkan menjadi3,6-4,3 juta ton maka produktivitas aktual tebu yangdiperlukan 90-100 t tebu/ha dengan rendemen 9-10%.

Rata-rata produktivitas tebu pada Juni 2011 hanya78 t/ha dengan rendemen 6,9%. Untuk meningkatkanproduksi sampai 3,7 juta ton pada 2014, Badan LitbangPertanian telah menghasilkan calon varietas ungguldengan rendemen 9-12%, seperti PS 881, PS 882,PS 862, dan VNC 766. Apabila benih ini diuji adaptasipada 2012 maka pada 2013 sudah dapat dikem-bangkan. Calon varietas yang paling menjanjikanadalah PS 89-20961 dan POJ 3016 serta varietasintroduksi dari Filipina dengan rendemen masing-masing 9,5%, 14%, dan 16% dan produktivitas 140,150, dan 150 t/tahun.

Page 51: Inovasi Teknologi 2011

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201151

Tabel 2. Simulasi produktivitas, rendemen, dan produksi gula menunjang swasembada tanpa perluasan area tanam.

Penunjang swasembadaSimulasi

I II III IV V VI

Produktivitas (t/ha) 70 80 90 100 110 110Rendemen (%) 7 8 9 10 11 12Luas (000 ha) 437 437 437 437 437 437Produksi gula nasional (000 t) 2.141,3 2.796,8 3.539,7 4.370 5.287,7 5.768,4

Untuk mengatasi senjang potensi hasil dan hasilaktual, perlu perbaikan budi daya yang meliputi: (1)penerapan program berbantuan bongkar ratunseperti pada tahun 2004, dan ratun hanya bisa dipakaisampai tiga tahun; (2) penggunaan komposisi varietasmasak awal, masak tengah, dan masak akhir; (3)pemupukan berimbang antara pupuk organik dananorganik, seperti pupuk kandang 5 t/ha atau BBA(blotong, bagas dan abu) 80 t/ha atau 40 t/ha kalausudah menjadi kompos; (4) aplikasi zat pengaturtumbuh (etepon 400 mg/liter) pada tanaman tebuumur lima bulan; (5) penerapan PHT terutama denganmenggunakan varietas toleran/tahan; (6) pengelola-an air dengan alur atau sprinkler sesuai dengankebutuhan tanaman; dan (7) sistem tanam yangsesuai untuk bibit kultur jaringan.

Seluruh perlakuan budi daya disusun dalamsuatu demfarm (show window) di tiga lokasi(Lampung, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan) yangakan menjadi lokasi pelaksanaan uji multilokasi calonvarietas POJ 3016 dan PS 86-10029 serta klon

introduksi dan klon unggul harapan. Melalui demfarmini akan dihasilkan standar operasional prosedur (SOP)pengembangan tebu berbasis kultur jaringan sertavarietas unggul.

Peta jalan pencapaian swasembada gula 2014diusulkan sebagai berikut: (1) pada tahun pertamademfarm di tiga lokasi diharapkan mulai tanam padaNovember 2011 dan dilakukan sosialisasi ke pihak-pihak terkait seperti Dewan Gula Indonesia, DirektoratJenderal Perkebunan, pabrik gula, dan PTPN; (2) padatahun kedua, SOP yang dihasilkan pada tahunpertama disosialisasikan dan mulai dikembangkan;dan (3) pada tahun ketiga (2014) diharapkan semuasentra produksi tebu sudah menerapkan SOP danmenggunakan varietas unggul berproduksi tinggi.

Pengembangan tebu berbasis kultur jaringandengan dukungan teknologi budi daya memerlukankerja sama semua pihak yang terkait. Diasumsikandi luar perlakuan yang diaplikasikan semua berjalanoptimal, seperti pengukuran rendemen dan efisiensipengolahan di PG.

Page 52: Inovasi Teknologi 2011

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201152

PeternakanDalam mewujudkan swasembada daging sapi 2014, PusatPenelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak)beserta Unit Pelaksana Teknisnya berupaya menghasilkaninovasi teknologi peternakan serta deteksi penyakit danpengendaliannya. Beberapa kegiatan yang dilakukan padatahun 2011 adalah analisis kebijakan pemanfaatan bungkilinti sawit, keamanan pangan, dan penghentian ekspor sapidari Australia, vaksin bivalen avian influenza, uji diagnostikcepat FELISA toksoplasma, bibit induk itik pedaging,konsorsium sapi potong, hijauan pakan ternak, danbiofermentasi limbah pengolahan tebu.

Page 53: Inovasi Teknologi 2011

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201153

Perspektif Pemanfaatan Bungkil IntiSawit

Salah satu kendala dalam, meningkatkan populasi,produktivitas, dan daya saing peternakan adalahterbatasnya lahan dan sumber pakan. Volume imporbahan baku pakan mencapai lebih dari Rp10 triliun/tahun sehingga menguras devisa negara dan tidakkondusif bagi pengembangan usaha peternakan.Bungkil inti sawit (BIS) berpotensi sebagai bahanpakan, namun sebagian besar diekspor. Pabrik pakandi dalam negeri masih enggan menggunakan BISkarena berbagai alasan dan kendala dalam aspekteknis maupun ekonomis. Produksi BIS diperkirakan2,7 juta ton/tahun, 0,3 juta ton di antaranya digunakansebagai bahan baku pakan unggas dan 0,4 juta tonuntuk pakan pada usaha penggemukan sapi. Dengandemikian, masih tersisa sekitar 2 juta ton yang belumdimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2010,ekspor BIS mencapai 2,5 juta ton dengan nilai USD216,9 juta. Volume ekspor BIS pada kurun waktu2006-2010 meningkat 13,9%.

Rencana pemerintah untuk menetapkan beakeluar (BK) untuk ekspor BIS mendapat perhatian parastakeholders. Kebijakan penetapan BK akanberdampak terhadap area, produksi, konsumsi,ekspor, impor, harga domestik, lapangan kerja, nilai

tambah, pendapatan petani, dan kesejahteraankonsumen-produsen karena cukup besarnyakontribusi penerimaan dari ekspor BIS. Memper-timbangkan hal tersebut, pada 5 April 2011,Puslitbangnak menyelenggarakan round tablediscussion (RTD) untuk menelaah pemanfaatan BIS.RTD dilaksanakan dengan mengundang beberapanarasumber dan pakar di bidang perkebunan kelapasawit dan pakan ternak dari Kementerian Per-dagangan, Kementerian Pertanian, pelaku usaha, danpengamat persawitan maupun peternakan.

Berdasakan penelaahan terhadap kekuatan,kelemahan, peluang, dan tantangan maka langkah-langkah pemanfaatan BIS meliputi:

a. Memantau perkembangan harga domestik daninternasional produk kelapa sawit dan turun-annya.

b. Melakukan exercise penerapan tarif secaraprogresif maupun satuan unit terhadap seluruhturunan produk kelapa sawit yang bermanfaatsebagai pakan ternak.

c. Mengkaji daya saing dan efisiensi produk turunankelapa sawit.

d. Memutakhirkan analisis keputusan berkaitandengan adanya teknologi penggunaan turunanproduk kelapa sawit sebagai sumber pakanternak.

e. Mengkaji peraturan/kebijakan yang mampumemberikan nilai tambah bagi setiap subsektorlingkup pertanian maupun daya saing secaranasional.

f. Melakukan road show ke sentra-sentra kelapasawit untuk menjaring opini dan membangunsinergi penciptaan nilai tambah dengan semangatnasionalisme.

g. Mendorong kegiatan penelitian konsorsium pe-manfaatan turunan produk kelapa sawit sebagaipakan ternak dan pembangunan pabrik pakankonsentrat, terutama bagi ternak ruminansia. Dari52 pabrik pakan di Indonesia, 80% adalah pabrikpakan unggas yang sudah mapan, padahal peng-gunaan BIS dalam ransum unggas baru 2-3%.Bungkil inti sawit potensial untuk pakan ternak.

Page 54: Inovasi Teknologi 2011

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201154

Rekomendasi kebijakan yang diusulkan:

a. Perlu sinkronisasi perolehan data dari instansiterkait, dalam hal ini Badan Pusat Statistik.

b. Perlu adanya pemisahan kode HarmonizedSystems (HS) untuk produk BIS yang diekspordengan yang diimpor.

c. Perlu kajian lintas institusi dalam estimasi efisiensidan daya saing produk BIS sebagai pakan ternak.

d. Perlu dilakukan beberapa skenario analisis untukmensimulasi penerapan BK yang efektif dandampaknya bagi produsen, konsumen maupunpenerimaan pemerintah.

e. Perlu konsorsium penelitian untuk merumuskanmodel integrasi yang ideal, selanjutnya diuji cobadi lapangan dengan mitra BUMN atau swastadengan memanfaatkan dana insentif riset dariKementerian Ristek.

Keamanan Pangan, Regulasi danImpor Daging Sapi dan Jeroan

Pada 28 April 2011 Puslitbangnak melaksanakan RTDbersama para stakeholders yang berperan dalamperumusan kebijakan, penelitian, keamanan pangan,pemasukan dan penggunaan daging sapi dan jeroan.Kesimpulan dari RTD tersebut sebagai berikut:

1. Kebutuhan bahan baku industri pengolahandaging sudah memadai sehingga biaya produksidapat ditekan tanpa mengurangi nilai gizinya.Jeroan (jantung) digunakan sebagai bahan bakupangan olahan daging (bakso) pada industrikecil, menengah maupun besar.

2. Berkaitan dengan impor daging, perlu dicermatiapakah produksi dalam negeri yang kurangsehingga perlu impor atau impor yang berlebihansehingga produksi dalam negeri cenderungmenurun. Untuk meningkatkan produksi dagingdalam negeri perlu perbaikan manajemen budidaya sehingga dapat menghasilkan sapi yangberkualitas dengan persentase karkas yangbaik.

3. Rumah potong hewan (RPH) perlu diperbaikisehingga memenuhi standar internasional. Upayaini sedang ditempuh Pemerintah Provinsi JawaTimur bekerja sama dengan Asosiasi DistributorDaging Indonesia.

4. Daging dan jeroan yang beredar di Indonesiamengandung residu obat hewan, termasuktrenbolon asetat (TBA) dan senyawa toksik(pestisida, aflatoksin, dan logam berat), walaumasih di bawah batas maksimum residu (BMR).Pemeriksaan terhadap residu hormon perludiperketat. Daging sapi, jeroan maupun sapibakalan yang mengandung hormon TBA dilarangmasuk ke Indonesia.

5. Kewenangan pemberian izin pemasukan dagingberada pada Menteri Perdagangan. Oleh karenaitu, Surat Persetujuan Pemasukan (SPP) akandisempurnakan menjadi Rekomendasi Perse-tujuan Pemasukan (RPP). Untuk meningkatkankualitas pengawasan pemasukan daging danjeroan dari luar negeri perlu dilakukan revisipenggolongan jenis daging sehingga ada HSnumber yang berbeda untuk masing-masing jenisdaging dan jeroan.

6. Pemasukan daging dan jeroan ke Indonesia harusmemenuhi syarat halal. Saat ini telah ada halalapproved establishment yang dapat menjadisumber daging halal bagi Indonesia dari Australia.Kebijakan baru dari LP-POM MUI ini akanmemungkinkan adanya fully dedicated halalestablishment di luar negeri.

Posisi Industri Sapi Potong DalamNegeri Menghadapi PenghentianEkspor Sapi Hidup dari Australia

Kapasitas produksi daging sapi dalam negeri barumencapai 65% dari kebutuhan sehingga 35%dipenuhi melalui impor. Pada tahun 2011, Indonesiadiperkirakan mengimpor sapi hidup 650 ribu ekor dariAustralia dan 72 ribu ton daging sapi beku (setaradengan 220 ribu ekor sapi).

Page 55: Inovasi Teknologi 2011

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201155

Pada 30 Mei 2011, salah satu media elektronisAustralia menayangkan praktik pemotongan sapi dibeberapa RPH di Indonesia yang diduga tidak sejalandengan kaidah kesejahteraan hewan (animalwelfare). Selanjutnya, pada 8 Juni 2011 PemerintahAustralia berencana menghentikan ekspor sapi hidupke Indonesia dalam jangka waktu enam bulan.

Puslitbangnak telah mengkaji permasalahantersebut dan menghasilkan tiga skenario kebijakansebagai respons dari keputusan Pemerintah Australia.Rekomendasi kebijakan untuk masing-masingskenario adalah sebagai berikut:

Skenario 1: Penghentian ekspor sementara (enambulan) tanpa kompensasi peningkatan volume ekspordaging sapi beku.

a. Perlu diperhitungkan jumlah sapi yang telahdiekspor dan yang mendapat persetujuan dariAQIS (health certificate) sehingga dapat diketahuijumlah sapi yang tidak akan diekspor keIndonesia. Dengan demikian, kapasitas produksisapi potong dan komoditas penghasil daginglainnya di dalam negeri perlu ditingkatkan untukmengkompensasi kekurangan tersebut.

b. Perlu peningkatan mobilitas pasokan sapi potongdari sentra produksi ke wilayah konsumen. Halini memerlukan kebijakan kemudahan trans-

portasi dan penghapusan sementara retribusi danpungutan (selama penghentian enam bulan) daripemerintah daerah yang wilayahnya dilaluisarana transportasi sapi potong hidup.

c. Kebijakan pemasukan daging sapi beku keIndonesia tidak perlu direvisi dan harus tetapsejalan dengan sasaran tahunan volume impordaging beku, sesuai dengan Cetak Biru PSDS2014 (72 ribu ton pada 2011).

d. Untuk mengantisipasi meningkatnya permintaandaging sapi pada hari besar keagamaan, kebijak-an pemenuhan kebutuhan daging sapi nasionaltetap menggunakan data skenario tahunansebagaimana tercantum dalam Cetak Biru PSDS2014.

Skenario 2: Penghentian sementara (enam bulan)dengan antisipasi pernyataan Menteri Perdagangandan Menteri Koordinator Perekonomian tentang tindaklanjut penanganan impor daging sapi ke Indonesia.

a. Kewenangan Kementerian Pertanian dalampengaturan pemasukan hewan dan produkhewan tetap didasarkan kepada UU No. 18/2009tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan danUU No. 16/1992 tentang Karantina Hewan, Ikan,dan Tumbuhan.

b. Seluruh kebijakan yang berkaitan dengan peng-awasan pemasukan karkas, daging, dan jeroanharus tetap dilaksanakan sesuai denganPermentan No. 20/2009 tentang Pemasukan danPengawasan Peredaran Karkas Daging dan/atauJeroan dari Luar Negeri.

Skenario 3: Penghentian sementara ekspor sapihidup ke Indonesia diduga dapat merugikan industrisapi potong terutama di wilayah Northern Territory.

a. Kebijakan stabilisasi harga pangan, termasukpangan asal hewan, harus menciptakan iklimusaha yang kondusif bagi para pelaku industripeternakan penghasil daging nonsapi. Hal inidimaksudkan agar pelaku usaha tidak membuatperencanaan produksi yang berlebihan sebagairespons terhadap peningkatan permintaan dagingsapi sebelum diperoleh keputusan yang tetap.

Impor sapi hidup sebagai salah satu sumberpasokan daging dalam negeri.

Page 56: Inovasi Teknologi 2011

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201156

b. Kebijakan ini juga berlaku bagi para pelaku industrihulu yang berkaitan dengan sistem budi dayapeternakan penghasil daging dan para pelakuusaha di bidang industri pengolahan daging.

c. Pemerintah harus memiliki strategi untukmeredam gejolak harga daging sapi di dalamnegeri sebagai akibat ulah para spekulan.

Kebijakan mendorong industri sapi potong dalamnegeri sebagai pemasok utama daging sapi nasionalmemerlukan perencanaan jangka panjang yangdidukung oleh: (1) penyediaan dan produksi pakandi dalam negeri, termasuk pembatasan ekspor bahanbaku pakan; (2) penyelamatan sapi betina produktif;(3) penataan pola pengembangan peternakan sapirakyat; (4) perbaikan sistem IB untuk menyelamatkansumberdaya genetik lokal; dan (5) akselerasi kerjasama dengan industri dan lintas sektor dalampemanfaatan sumberdaya alam (sistem integrasi).Pemerintah pusat dan daerah agar memastikanpelaksanaan pemotongan sesuai kaidah kesejah-teraan hewan.

Pengembangan Kampung DombaTerpadu

Pengembangan Kampung Domba Terpadu (KDT)dimulai pada pertengahan 2009 untuk meng-introduksikan teknologi budi daya domba unggulkomposit Sumatera dan Garut. Kegiatan dilaksanakandi Kampung Cinyurup, Kelurahan Juhut, KecamatanKarang Tanjung, Pandeglang, Banten.

Kelurahan Juhut berbatasan dengan kawasanhutan lindung Gunung Karang, terletak pada ketinggi-an 250-700 m dpl. Luas wilayah Juhud 402,86 hadan sebagian besar bertopografi lereng. Sebagianbesar penduduk bermata pencaharian sebagai kulibangunan dan buruh tani.

Pengembangan KDT merupakan model pem-berdayaan masyarakat dengan memanfaatkanpotensi sumberdaya lokal melalui integrasi dombadan tanaman hortikultura sebagai sumber pendapatanbaru petani (diversifikasi usaha). Di samping itu, KDTdapat mendukung pelestarian lingkungan karenawilayah tersebut berbatasan dengan kawasan hutankonservasi, serta sebagai show window pengem-bangan ternak domba oleh pemerintah setempatmelalui model “replikasi” sesuai dengan kondisi agro-ekosistem.

Penerapan teknologi budi daya ternak dombaunggul memperlihatkan hasil yang memuaskan bagimasyarakat. Populasi domba meningkat dari 275 ekorpada awal kegiatan menjadi lebih dari 1.500 ekorpada September 2011 karena bertambahnya tingkatkelahiran dan adanya bantuan ternak dari berbagaiinstansi (lembaga pemerintah, swasta, perbankan)yang menaruh kepercayaan pada kelompok peternak.Masyarakat yang sebelumnya merambah hutan untukmencukupi kebutuhannya, berbalik menjadimelestarikannya dengan adanya ternak. Masyarakatmemanfaatkan hijauan tanaman sebagai pakanternak dan kotoran sebagai pupuk organik.

Kampung domba terpadu di Kelurahan Juhut, Pandeglang, Banten.

Page 57: Inovasi Teknologi 2011

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201157

Seiring dengan pesatnya perkembangan KDT,pada 23 Mei 2011 Kepala Badan Litbang Pertanianmengunjungi lokasi KDT dan menetapkannya sebagailaboratorium lapangan Badan Litbang Pertanian.Keistimewaan laboratorium lapangan Juhut sebagaimedia diseminasi multi-spektrum adalah: (1) terdapatintegrasi kelembagaan, komoditas, program, danprofesi; (2) dapat menjadi tempat pelatihan budidaya berbagai komoditas pertanian; (3) sebagailaboratorium komoditas unggulan Badan LitbangPertanian seperti ternak, tanaman pangan, horti-kultura, dan perkebunan; dan (4) dapat menjadiacuan untuk mereplikasi kegiatan KDT ke daerah lainsesuai potensi masing-masing daerah.

Vaksin Bivalen Avian InfluenzaIsolat Lokal Terbaru

Avian influenza (AI) merupakan salah satu penyakityang mematikan pada unggas (ayam). Virus AI diIndonesia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1)virus AI yang mirip dengan progeny virus tahun 2003;(2) virus antigenic drift tahun 2006 dan beberapa virusturunannya; dan (3) virus ekstensif antigenic drifttahun 2007-2008. Master seed vaksin A/ck/Wj/Smi-M6/2008 (H5N1) yang merupakan kelompok virusekstensif antigenic drift telah digunakan sebagai seedvaksin. Vaksin tersebut mampu memberikan proteksi90-100% dan menurunkan virus shedding berbagaikarakter genetik virus AI.

Vaksin inaktif komersial AI A/Ck/West Java/Pwt-Wij/2006 serupa dengan virus antigenic drift darivirus-virus AI subtipe H5N1 tahun 2010, namun tidakmampu memberikan proteksi yang baik terhadap virusekstensif antigenic drift seperti A/ck/Wj/Smi-M6/2008. Agar mampu memberikan proteksi tinggiterhadap virus yang mempunyai antigenic drift danekstensif antigenic drift, diperlukan vaksin inaktifbivalen AI.

Untuk mengetahui efikasi vaksin inaktif bivalenAI isolat lokal A/ck/Wj/Smi-M6/2008 (H5N1) yangtelah mengalami mutasi ekstensif antigenic drift danisolat lokal A/ck/Wj/PWT-D10-39/2010 (H5N1) yangmerupakan virus terbaru dan juga telah mengalamimutasi antigenic drift, dilakukan uji efikasi di lapangandi Sukabumi dan Cianjur, Jawa Barat. Hasilnyamemperlihatkan respons yang baik setelah vaksinasipada ayam ras petelur umur empat minggu, ayamburas petelur (ayam arab) dewasa, ayam pelungdewasa, dan ayam ras potong pejantan (Tabel 1).Pada ayam buras umur empat minggu dan ayam raspotong umur 10 hari, responsnya setelah vaksinasirendah. Respons titer antibodi yang baik dapat dicapaipada ayam buras muda setelah vaksinasi ulang padaumur delapan minggu.

Vaksin bivalen AI isolat lokal memberi perlindung-an 100% pada ayam ras petelur terhadap berbagaivirus AI tantang, yaitu A/ck/WJ/Smi-Part/2006, A/ck/WJ/Subang-JAPFA/2007, dan A/ck/WJ/Smi-Rahm2/2011. Pada ayam ras potong pejantan, vaksinmemberi perlindungan 100% terhadap virus tantang

Tabel 1. Respons berbagai jenis ayam setelah empat minggu vaksinasi dengan vaksin bivalen AI isolat lokal.

Jenis ayam Umur vaksinasiRespons titer antibodi (geometric mean titer)

Ag A/ck/WJ/Smi-M6/ 2008 Ag A/ck/WJ/PWT-D10-39/2010

Ras petelur 4 minggu 23,122 18,615Buras arab dewasa 69,792 72,882Buras pelung dewasa 71,202 60,677Buras 4 minggu 8,915 7,025Ras petelur jantan 4 minggu 28,715 30,643Ras potong 10 hari 5,656 6,349

Page 58: Inovasi Teknologi 2011

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201158

Infeksi pada manusia dapat melalui berbagaimekanisme, yang paling sering adalah tertelannyaookista melalui makanan seperti buah dan sayur, sertaair minum yang terkontaminasi kotoran kucingpenderita toksoplasmosis. Infeksi juga bisa melaluimakanan (daging hewan) yang mengandung kista(bradizoit) atau takizoit yang tidak dimasak secarasempurna.

Toksoplasmosis pada manusia umumnya me-nyebabkan keguguran pada ibu hamil atau bayi lahircacat (cacat kongenital). Kasus toksoplasmosis padamanusia di Indonesia dilaporkan berkisar antara 43-88%, kecuali di NTB hanya 28% pada 2003. Padahewan, khususnya sapi dan ayam, data terakhirmenunjukkan seroprevalensi toksoplasmosis padasapi di Garut, Sukabumi, dan Lembang masing masing62%, 74%, dan 53,68%. Pada ayam buras di Jawakasusnya mencapai 24%.

Berbagai teknik diagnosis toksoplasmosis padamanusia maupun hewan telah dikembangkan, baikberbasis biosensor maupun molekuler. Teknikdiagnosis dengan isolasi dan identifikasi, khususnyapada manusia dan hewan bukan bangsa kucing(Felidae), kurang banyak membantu dan lebih banyaknegatif palsunya. Salah satu keunggulan diagnosisbiosensor dibanding molekuler adalah interpretasinyacukup luas dengan akurasi yang sangat baik.

Balai Besar Penelitian Veteriner telah mengem-bangkan perangkat diagnostik cepat yang disebutFELISA (Field Enzyme-Linked Immunosorbent Assay,Field ELISA). FELISA merupakan modifikasi dari ELISAyang didesain untuk dapat diaplikasikan di lapanganmaupun laboratorium, dapat digunakan untukmendeteksi beberapa penyakit yang berbeda sekaligusatau mendeteksi dua spesies yang berbeda untuk satupenyakit yang sama dalam satu stik.

Penelitian dan pengembangan FELISA diarahkanagar mampu mendeteksi beberapa penyakit secaraserologis (4-8 jenis penyakit) dalam satu perangkatimunostik dengan waktu reaksi sekitar 23 menit, bilamenggunakan ELISA harus dikerjakan di laboratoriumyang membutuhkan waktu 3-4 jam. Kesesuaianantara hasil uji ELISA dan FELISA berkisar antara95-100%.

A/ck/WJ/Smi-Part/2006 dan A/ck/WJ/Smi-Rahm2/2011, namun terhadap virus AI tantang A/ck/WJ/Subang-JAPFA/2007 memberikan perlindungan 90%.Hasil efikasi vaksin terhadap ayam ras potong kurangbaik, yaitu hanya 20% terhadap virus tantang A/ck/WJ/Smi-Part/2006 dan 0% terhadap virus tantangA/ck/WJ/Subang-JAPFA/2007 dan A/ck/WJ/Smi-Rahm2/2011. Hal ini karena adanya pengaruhmaternal antibodi dan belum sempurnanya sistemimun pada anak ayam. Hasil efikasi vaksin bivalen AIisolat lokal terbaru mampu memberikan responssetelah vaksinasi dan perlindungan dari berbagaikarakter genetik virus AI tantang pada ayam raspetelur dan ayam potong pejantan, tetapi tidakmampu memberikan respons setelah vaksinasi danperlindungan yang baik pada ayam ras potong darivirus AI tantang.

Uji Diagnostik Cepat FELISAToksoplasmosis, Trypanosomiasis,dan Fasciolosis

Toksoplasmosis merupakan penyakit parasit zoonosisyang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler(mutlak harus hidup dalam sel), yaitu Toxoplasmagondii. Induk semang T. gondii adalah bangsa kucing(Felidae), sedangkan induk semang antaranya cukupluas, meliputi berbagai jenis hewan liar maupundomestikasi (ternak dan piaraan) serta manusia.

Kasus flu burung pada ayam ras potong.

Page 59: Inovasi Teknologi 2011

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201159

Hasil uji validasi FELISA toksoplasmosis denganmenggunakan sampel serum kambing terseleksimemperoleh akurasi 100%. Hasil uji komparasiFELISA toksoplasmosis dengan ELISA memperolehkesamaan uji 95,9-100,0%. Kekuatan kesesuaian(strength of agreement) antara FELISA dengan ELISAsangat baik (very good agreement), sedangkan LATdengan FELISA maupun ELISA hanya moderat. Biayadeteksi penyakit dengan FELISA juga lebih murah(Rp27.500-Rp27.900) dibanding dengan ELISA(Rp22.500-Rp88.000) untuk mendeteksi satu sampaidelapan penyakit tiap kali uji.

Pembentukan Bibit Induk ItikPedaging untuk Bibit Niaga

Itik serati merupakan hasil persilangan antara entokdengan berbagai jenis itik, namun belum ada upayauntuk mengembangkan galur tertentu untuk meng-hasilkan itik serati yang mantap. Salah satu jenis itik

yang dapat dikembangkan sebagai bibit induk itikserati adalah itik mojosari putih. Itik mojosari putihmampu menghasilkan telur rata-rata 224 butir/tahun,dengan rata-rata botot telur 65 g. Hasil persilanganantara itik peking dan itik mojosari putih (itik PM)dapat dikembangkan sebagai galur bibit induk dengantingkat produksi yang cukup baik, yaitu produksi telursetahun 51,85% + 13,18% dengan fertilitas 74,77%dan daya tetas 51,26%. Hasil silang itik betina PMdengan pejantan entok (EPM) memiliki pertambahanbobot badan yang cukup tinggi sehingga berpotensidikembangkan sebagai itik potong. Keunggulan itikserati EPM adalah anak banyak dengan warna buludominan putih. Warna bulu putih sangat penting untukitik pedaging karena dapat memberikan warna kulitkarkas yang bersih.

Guna memantapkan bibit induk itik seratidilakukan seleksi untuk meningkatkan produktivitasdan menghasilkan itik berbulu putih polos. Setelahmelalui beberapa generasi seleksi diharapkan dapatdihasilkan parent stock (PS) yang dapat digunakanuntuk produksi bibit niaga itik serati unggul. Silangtiga bangsa untuk menghasilkan itik serati terbukticukup efektif.

Hasil perkawinan inter se itik PM, yang disebutPMp, mempunyai bobot tetas yang cukup tinggi yaitu48,3 g dan bobot badan umur 18 minggu di atas 2kg. Produksi telur enam bulan itik PMp sebagaipopulasi dasar seleksi adalah 68,0% + 21,9% padagenerasi P0 dan dari kelompok terseleksi (G0) 84,6%+ 8,6%, sehingga memberikan diferensial seleksi24,5%.

Seleksi yang diterapkan pada itik PMp sebagaicalon bibit induk itik pedaging adalah seleksi dalamgalur. Dengan potensi produksi itik PM dan PMp sertapenyebaran warna bulu putih, seleksi diharapkandapat memperbaiki kinerja dan meningkatkankeseragamannya sebagai bibit induk. Proses seleksisecara terarah selama beberapa generasi diharapkandapat meningkatkan konsistensi dan produktivitasbibit induk.

Ditinjau dari respons seleksi pada generasi F1,umur pertama bertelur menurun 5,4% dari 184,5 harimenjadi 174,6 hari dan produksi telur enam bulan

Hasil uji dengan FELISA pada serum sapi; 1 =seropositif toksoplasmosis, 2 = seropositifIBR, 3 = seropositif trypanosomiasis, 4 =seropositif fasciolosis.

Page 60: Inovasi Teknologi 2011

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201160

Itik peking (kiri), itik mojosari putih (tengah), dan itik silangan peking dan mojosari putih (kanan).

meningkat dari 68,0% menjadi 78,2%. Namun bobotbadan pertama bertelur menurun dari 2,14 kg menjadi2,08 kg dan bobot telur pertama menurun dari 61,2g menjadi 56,7 g. Namun, pada generasi selanjutnya(F2), umur pertama bertelur meningkat 180,2 hariakibat faktor lingkungan.

Produksi telur itik PMp bulan ke-1 sampai ke-6lebih baik dari induknya (itik PM) maupun dari itikPMp generasi P0. Itik PM memiliki rata-rata produksitelur satu tahun 51,8% dengan kisaran 27,7-66,2%.Rata-rata tertinggi produksi telur itik PMp adalah82,6% dan cukup stabil sampai bulan ke-6 sehingga

Betina mojosari putih

Jantan/betina peking mojosari

Perkawinan inter se

Jantan/betina peking mojosari putih(populasi dasar)

Seleksi hingga stabil(5-6 generasi)

Peking mojosaribetina

X

Jantan peking X Betina mojosari putih

Entok jantan Serati

Program pemuliaan itik serati.

Page 61: Inovasi Teknologi 2011

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201161

pejantan unggul dan pengembangan wilayah pem-bibitan serta terbangunnya wilayah breeding stocksebagai penyedia sapi potong berkualitas.

Bentuk kerja sama antara Lolit Sapi dan PTBerau Coal meliputi sistem pengembangan ternak sapidi Kampung Birang dalam bentuk Integrated VillageBreeding Center, dengan kegiatan utama pemuliaanuntuk menghasilkan bibit sapi, pemeliharaan induksecara semiintensif, dan perkawinan dengan sistemclose nucleus breeding system (CNBS) atau pejantankhusus. Juga dilakukan pengolahan limbah ternakmenjadi pupuk organik cair, pupuk organik padatbentuk granul sehingga mudah diaplikasikan, dansumber energi (biogas-listrik) serta penerapanformulasi pakan sederhana dengan memanfaatkansumberdaya pakan lokal. Sampai 2011, telah ter-laksana pemetaan potensi dan sosialisasi, pembuatansketsa landscape dan desain bangunan, pemantapanlahan, pembangunan pusat hijauan makanan ternakdan padang penggembalaan, serta kandang danbangunan penunjang. Kegiatan lainnya akan di-laksanakan pada 2012, yang meliputi pengadaaninduk dan pejantan, pembentukan dan penguatanBadan Usaha Milik Kampung (BUMK), dan pemeli-haraan ternak.

Peningkatan Produksi dan NilaiNutrisi Hijauan Pakan

Hijauan rumput yang ditanam bercampur denganleguminosa dapat meningkatkan pengikatan nitrogendari udara oleh tanaman leguminosa. Produksi rumputPanicum maximum, Setaria spachelata, danPaspalum macrophylum pada pertanaman campurandengan Arachis glabrata cv. florigraze lebih tinggidibandingkan yang ditanam secara monokultur.

Loka Penelitian Kambing Potong telah me-laksanakan penelitian peningkatan produksi dankualitas padang penggembalaan melalui pertanamancampuran rumput dan leguminosa. Spesies rumputyang ditanam yaitu rumput bede (Brachiariadecumbens) dan notatum (Paspalum notatum),sedangkan spesies leguminosa adalah Arachis pintoi

itik PMp sangat potensial dikembangkan sebagai bibitinduk itik pedaging. Oleh karena itu, program seleksiterhadap itik PMp bukan hanya untuk memperbaikiproduktivitas, tetapi juga untuk meningkatkankonsistensi produksinya.

Rata-rata bobot bagian tubuh itik serati ber-variasi dengan perlakuan ransum yang berbeda.Umur potong (10 dan 12 minggu) dan tingkat nutrisiransum berpengaruh sangat nyata terhadap bobothidup, bobot karkas, dan bobot dada, tetapi tidakberpengaruh nyata terhadap bobot paha atas danpaha bawah. Bobot potong dan bobot karkas padaumur 10 minggu masing-masing adalah 1,80 kg dan1,04 kg, dan meningkat menjadi 2,17 kg dan 1,31 kgpada umur 12 minggu. Namun, bobot potong padaumur 12 minggu masih lebih rendah dibandingkandengan target bobot potong yang ingin dicapai, yaitu3 kg pada umur 12 minggu. Hal ini berarti seleksiperlu dilanjutkan untuk menghasilkan itik serati yangpertumbuhannya cepat.

Birang Integrated Village BreedingCentre

Loka Penelitian Sapi Potong (Lolit Sapi) mengadakankerja sama konsorsium sapi potong dengan PT BerauCoal di Kalimantan Timur untuk memperbaiki mutugenetik sapi bali melalui penyediaan bibit pejantanunggul dan mengembangkan wilayah pembibitan sapipotong. Kegiatan penelitian diharapkan juga dapatmenjadi pusat pembelajaran budi daya ternak sapisecara terpadu dan pembentukan wilayah breedingstock penghasil sapi potong (sapi bali).

Populasi sapi bali di PT Berau Coal mencapai8.150 ekor yang dipelihara oleh 2.152 KK, sedangkanpopulasi kerbau 139 ekor yang dipelihara 65 KK. Budidaya sapi bali masih bersifat konvensional sehinggamutu genetik sapi makin menurun. Melalui konsor-sium ini diharapkan dapat terbentuk kelompokpeternak penghasil bibit dan penggemukan sapi baliuntuk mendukung program pemuliabiakan danproduksi daging. Produktivitas sapi potong lokaldiharapkan juga meningkat melalui penyediaan

Page 62: Inovasi Teknologi 2011

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201162

Selain meningkatkan produksi, penanamancampuran juga memperbaiki nilai nutrisi rumput.Kandungan protein kasar rumput bede dan notatummeningkat masing-masing 3,83% dan 3,52% padapertanaman campuran dengan S. guianensis.Peningkatan yang lebih tinggi masing-masing 29,7%dan 14,1% diperoleh pada pertanaman campurandengan A. pintoi.

Limbah Pengolahan Tebu sebagaiPakan Basal Kambing

Salah satu alternatif pakan pengganti hijauan yaitulimbah perkebunan tebu (ampas/bagase dan pucuktebu). Proporsi ampas dan pucuk tebu berkisar antara40-45% dari bobot tanaman tebu segar. Jikaproduktivitas tebu per hektare per tahun 50-60 ton,dengan luas perkebunan tebu Indonesia 450 ribuhektare pada 2009, maka jumlah bagase dan pucuktebu yang dihasilkan cukup besar. Limbah tebu belumdimanfaatkan secara optimal, hanya dibiarkanmenumpuk di lokasi pengolahan tebu sehinggamencemari lingkungan.

Limbah tanaman tebu cukup potensial sebagaibahan pakan ternak ruminansia, termasuk kambing.Bagase tebu mengandung protein kasar 3,1%, seratkasar 34,9%, lemak kasar 1,5%, abu 8,8%, dan BETN51,7%. Pucuk tebu mengandung protein kasar 5,6%,serat kasar 29,0%, lemak kasar 2,4%, dan TDN55,3%. Faktor pembatas penggunaan bagase danpucuk tebu sebagai pakan ternak ruminansia adalahtingginya kandungan serat. Bagase tebu mengandungserat kasar dan lignin masing-masing 46,5% dan14,0%. Kandungan nutrisi kedua limbah pengolahantebu tersebut sebanding dengan rumput. Dengandemikian, bagase dan pucuk tebu hanya mampumemenuhi kebutuhan hidup pokok ternak. Untuk per-tumbuhan, bunting dan laktasi, ternak memerlukanpakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan proteindan energi.

Teknologi biokonversi dapat meningkatkan nilaigizi limbah pengolahan tebu, aman bagi ternak danlingkungan, dan biaya relatif murah. Biokonversi

dan Stylosanthes guianensis. Rumput dan legumditanam secara monokultur maupun campurandengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Kombinasipenanaman yaitu rumput bede + arachis, rumputbede + stylosanthes, rumput notatum + arachis, danrumput notatum + stylosanthes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secaraumum terjadi penurunan tinggi tanaman, lebar daun,dan panjang daun rumput yang ditanam campurandengan leguminosa dibanding monokultur. Hal inikarena adanya persaingan dalam memperoleh haradan air.

Hasil rumput yang ditanam secara campurandengan leguminosa meningkat 13-60% dibandingmonokultur. Produksi segar rumput bede padamonokultur 1,66 kg/m2/panen meningkat menjadi1,88 kg/m2/panen jika ditanam secara campurandengan A. pintoi, sedangkan hasil rumput notatummeningkat 60,3% pada pertanaman campurandengan S. guianensis. Peningkatan hasil rumput bedemaupun notatum lebih tinggi jika ditanam denganleguminosa S. guianensis.

Budi daya rumput unggul dengan tanamanlegum.

Page 63: Inovasi Teknologi 2011

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201163

tersebut dapat digunakan dalam biofermentasi bagasedan pucuk tebu. Inokolum jamur tiram putih dapatdiperbanyak dengan menggunakan media serbukgergaji. Bagase dan pucuk tebu dicacah dengan mesinpencacah kemudian ditambahkan inokulum jamurtiram putih 25 g/kg dan difermentasi dalam ruanginkubasi dengan suhu 22°C dan kelembapan 80%selama 40 hari, dengan ketebalan tumpukan 20 cm.

Uji biologis bagase dan pucuk tebu yang telahdibiokonversi dilakukan pada 20 ekor kambing jantanBoerka fase pertumbuhan (umur 9-10 bulan) denganbobot badan 12-14 kg. Ternak secara acakdikelompokkan ke dalam empat perlakuan pakan.Masing-masing kelompok ternak mendapat pakankonsentrat 60%, sedangkan 40% rumput lapangandiganti dengan bagase dan pucuk tebu yangdibiofermentasi dengan proporsi 0-30%. Hasilpenelitian menunjukkan, teknologi biofermentasimenggunakan jamur tiram putih dapat meningkatkankandungan protein dan energi sekaligus menurunkankandungan serat bagase dan pucuk tebu. Berdasarkankonsumsi bahan kering, pertambahan bobot hidupdan efisiensi penggunaan pakan (Tabel 2), bagasedan pucuk tebu yang dibiofermentasi dapat digunakansampai 30% sebagai pengganti rumput dalam pakankambing, sehingga dapat menjadi pakan alternatifpada musim paceklik rumput.

Tabel 2. Rata-rata pertambahan bobot hidup kambing Boerka yang mendapat berbagai formula pakan.

Perlakuan pakanUraian

R0 R1 R2 R3

Bobot hidup awal (kg) 12,93 12,95 12,97 12,94Bobot hidup akhir (kg) 17,58 17,33 17,01 16,82Pertambahan bobot hidup (g/ekor/hari) 66,43 62,57 57,71 55,43Efisiensi penggunaan pakan 0,13 0,12 0,11 0,11

R0 = konsentrat 60% + rumput 40%; R1 = konsentrat 60% + rumput 30% + bagase dan pucuk tebu10%; R3 = konsentrat 60% + rumput 20% + bagase dan pucuk tebu 20%; R3 = konsentrat 60% +rumput 10% + bagase dan pucuk tebu 30%.

adalah proses fermentasi oleh mikroba untuk me-ningkatkan kandungan nutrisi bahan pakan (proteindan energi), menurunkan kandungan serat terutamalignin, meningkatkan palatabilitas, dan memper-panjang daya simpan.

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) termasukjamur pembusuk yang dapat mendegradasi lignin danmeningkatkan kecernaan pakan sehingga jamur

Limbah tebu yang dibiofermentasi denganjamur tiram putih.

Page 64: Inovasi Teknologi 2011

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201164

Bioteknologi danSumberdaya GenetikBioteknologi merupakan teknologi baru yang berkembangpesat, mulai dari teknologi kultur jaringan, sekuensing, markamolekuler, rekayasa genetik hingga teknologi nano.Pemanfaatan teknologi ini diharapkan dapat mendukung upayapenciptaan inovasi teknologi, khususnya dalam menghadapiperubahan iklim dan mempertahankan ketahanan pangan.Teknologi kultur jaringan dapat dimanfaatkan untukmenghasilkan bibit tanaman dalam jumlah besar, cepat, danbebas penyakit serta untuk menghasilkan mutan atau klonaltanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit ataupuntoleran terhadap cekaman abiotik. Pemanfaatan teknologirekayasa genetik memberi peluang baru bagi pemulia untukmemperbaiki sifat maupun kualitas tanaman. Konservasi dankarakterisasi sumberdaya genetik sangat berguna dalampemanfaatan dan pengembangan sumber daya genetik.

Page 65: Inovasi Teknologi 2011

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201165

Rekayasa Genetik

Perakitan Kedelai Transgenik Umur Genjahdan Produktivitas Tinggi

Kedelai merupakan tanaman pangan penting ketigasetelah padi dan jagung. Di Indonesia, kedelaiterutama digunakan sebagai bahan baku pembuatantahu dan tempe yang mencapai lebih dari 80% darikebutuhan total. Produksi kedelai nasional masihbelum mencukupi kebutuhan sehingga diperlukanusaha untuk meningkatkan produktivitasnya.

Varietas kedelai yang ada umumnya berumur80-95 hari. Perakitan varietas kedelai unggul berumurgenjah merupakan salah satu upaya untuk me-ningkatkan produksi kedelai nasional. Varietas kedelaiumur genjah (< 75 hari) terutama ditujukan padapola tanam padi-padi-kedelai atau padi-padi-padi-kedelai, di mana waktu yang tersedia untuk tanamankedelai relatif pendek.

Waktu pembungaan merupakan salah satukarakter penting bagi tanaman untuk beradaptasiterhadap pola tanam dan musim yang berbeda.Beberapa studi genetik mengenai waktu pembungaantelah dilakukan dan beberapa gen yang mengontrolfotoperiodisitas telah diidentifikasi dan diisolasi dariArabidopsis. Salah satu gen yang berperan dalammengontrol fotoperiodisitas adalah gen CONSTANS(AtCO). Gen ini dapat dimanfaatkan untuk merakit

tanaman kedelai dengan umur berbunga yang lebihpendek.

Melalui interaksi simbiosis dengan bakteriRhizobium, tanaman kedelai membentuk bintil akaryang berperan dalam proses penambatan nitrogendari biosfer. Nodulasi dan fiksasi nitrogen merupakanfaktor penting yang memengaruhi produktivitaskedelai. Isolasi gen yang berkaitan dengan nodulasidan fiksasi nitrogen dari tanaman kedelai kemudianmengover-ekspresikan gen tersebut memberi peluanguntuk meningkatkan produktivitas tanaman kedelai.Salah satu gen yang berkaitan dengan nodulasi danfiksasi nitrogen adalah Gen GmNFR1a.

Hasil transformasi kedelai varietas Wilis danAnjasmoro secara in planta menggunakan gen AtCOdan GmNFR1a melalui vektor A. tumefaciensmenghasilkan tanaman transforman (Tabel 1). Hasilanalisis molekuler terhadap transforman kedelaiAnjasmoro dengan gen AtCO menunjukkan terdapatsatu tanaman yang positif PCR, yaitu A-COIP-2,sementara transforman Wilis tidak ada yang positifPCR. Galur AiP-CO-2 menghasilkan 13 benih T1 dansetelah di-PCR kembali menghasilkan enam galurAiP-CO-2-T1 yang positif PCR. Analisis PCR terhadaptransforman dengan gen GmNFR1a pada Anjasmoromaupun Wilis sedang dilakukan. Hasil pengamatanfenotipik menunjukkan tanaman A-COIP-2 memilikiumur lebih genjah (lebih cepat berbunga) dibandingkedelai nontransgenik.

Tabel 1. Transformasi kedelai secara in planta dengan gen AtCO dan GmNFR1amenggunakan vektor Agrobacterium tumefaciens.

VarietasGen yang Jumlah eksplan Jumlah transformandigunakan yang ditransformasi diaklimatisasi

Anjasmoro AtCO 101 45 (44,6%)GmNFR1a 96 15 (15,6%)

Wilis AtCO 88 33 (37,5%)GmNFR1a 92 15 (16,3%)

Page 66: Inovasi Teknologi 2011

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201166

pada larutan EMS. Hasilnya menunjukkan adanyavariasi peningkatan kemampuan pelarutan fosfat,aktivitas nitrogenase, dan produksi IAA setelahdimutasi. Isolat mutan AzM1.7.2.12 dan AzM 3.7.1.14dipilih untuk uji stabilitas dengan disubkultur selama10 hari dibandingkan dengan isolat alam Aj Bandung6.4.1.2. Berdasarkan pengukuran indeks P, kemam-puan melarutkan fosfat, aktivitas nitrogenase, danproduksi IAA, kedua mutan tersebut bersifat stabilsampai hari ke-10 untuk ketiga sifat yang diuji.

Pada tahun 2011 dilakukan optimasi metodetransformasi isolat terpilih dengan elektroporasi,pembentukan populasi mutan secara gene knockoutdengan menggunakan transposon EZ-Tn5<kan-2>Tnp, dan pengujian pengaruh Azospirillum mutanhasil tahun 2010 terhadap pertumbuhan vegetatiftanaman padi. Hasil optimasi elektroporasi untukAzospirillum Aj Bandung 6.4.1.2 menunjukkan bahwapencucian dengan bufer gliserol 10% lebih baikdibanding pencucian dengan air miliQ steril dilihatdari viabilitas sel. Penggunaan kejutan listrik 3 volt/cm pada proses elektroporasi lebih baik dibandingvoltase lain, yaitu 1,5; 3,0; 8,0; dan 15,0 volt/cm.Pembentukan populasi mutan dengan EZ-Tn5<kan-2>Tnp memperoleh 22 mutan dengan kemampuanpelarutan fosfat yang bervariasi, yaitu tinggi (IP 2-7), sama dengan tetua (IP = 2) atau lebih rendah

Rekayasa Genetik Azospirillum Unggul untukMenurunkan Penggunaan Pupuk N dan P padaPadi Sawah

Pertanian modern di Indonesia sangat bergantungpada penggunaan pupuk kimia N, P, dan K. Peng-gunaan Azospirillum sp. yang berfungsi ganda sebagaipenambat nitrogen dan pelarut fosfat akan sangatmembantu menurunkan penggunaan pupuk N dan P.Oleh karena itu, penelitian peningkatan mutu genetikAzospirillum yang memiliki sifat unggul dalampenambatan nitrogen dan pelarutan fosfat sangatdiperlukan.

Penelitian pada tahun 2009 berhasil mengisolasidan menyeleksi 22 isolat Azospirillum yang berfungsiganda sebagai penambat nitrogen dan pelarut fosfatberdasarkan aktivitas nitrogenase, produksi IAA(indole acetic acid), dan kemampuan melarutkanfosfat. Tiga isolat terpilih, yaitu Aj 18.3.1, Aj 5.2.5.1,dan Aj Bandung 6.4.1.2 dengan kemampuanmelarutkan fosfat, aktivitas nitrogenase, dan produksiIAA tertinggi dipantau kemampuannya dalam melarut-kan fosfat secara kuantitatif, dan sedang diidentifikasisecara molekuler dengan 16s rDNA. Pada tahun 2010diperoleh 138 isolat mutan berdasarkan zona bening-nya dan dilakukan penentuan killing curve dari isolatterpilih terhadap konsentrasi EMS dan lama inkubasi

Hasil analisis PCR transforman kedelai Anjasmoro dengan primer AtCO;M =1 Kb plus ladder (invitrogen). Sampel A-COIP-2 positif mengandunggen AtCO (1.400 bp), sampel lainnya negatif (tidak mengandung genAtCO).

1.400 bp

A-CO

IP-1

A-CO

IP-2

A-CO

IP-3

A-CO

IP-4

A-CO

IP-5

A-CO

IP-6

A-CO

IP-7

A-CO

IP-8

A-CO

IP-9

A-CO

IP-1

0

A-CO

IP-1

1

A-CO

IP-1

2

A-CO

IP-1

3

Air Plasm

id

M Anjas

moro

Page 67: Inovasi Teknologi 2011

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201167

Kemampuan pelarutan fosfat Azospirillum hasil transformasi pada mediaPikovskaya; A1-A6, B1-B6, C1-C6, D1-D4 = mutan Azospirillum dengan berbagaikemampuan pelarutan fosfat; A6, B3, B5, B6 = mutan yang kehilangan kemampuanmelarutkan fosfat; D5 = strain tetua (Azospirillum Aj Bandung 6.4.1.2); D6 =kontrol negatif (air).

dari tetua (IP<2), serta mutan yang kehilangankemampuan melarutkan fosfat (gene knockout).Populasi ini selanjutnya digunakan untuk identifikasigen pelarutan fosfat.

Inokulasi Azospirillum lokal Aj Bandung 6.4.1.2dan isolat mutan AJM 3.7.1.14 pada tahap pembibitanterhadap pertumbuhan dan hasil padi varietasCiherang menunjukkan tidak ada pengaruh nyataantara pemberian inokulan mutan AjM 3.7.1.14dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian)maupun pemberian Azospirillum tetua Aj Bandung6.4.1.2 terhadap perkecambahan benih umur satuminggu maupun dua minggu. Perbedaan nyata terlihatpada fase generatif, yaitu pada jumlah malai perrumpun, bobot gabah per rumpun, dan bobot gabahkering per rumpun.

Inokulasi Azospirillum pada waktu tanamansudah dipindahkan ke pot umur satu minggumenunjukkan perbedaan yang nyata pada rata-ratatinggi tanaman dan jumlah anakan pada umur tigaminggu. Perbedaan yang sangat nyata terdapat padatinggi tanaman umur sembilan minggu dan jumlahanakan pada umur 6 dan 9 minggu. Pada fasegeneratif, pemberian Azospirillum memberikanpengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman,jumlah malai per rumpun, bobot kering gabah perrumpun, bobot basah jerami, dan bobot kering akar.Hasil pengamatan visual terhadap perakaran bibit padiCiherang umur satu minggu yang diinokulasiAzospirillum Aj Bandung 6.4.1.2 maupun mutan AjM3.7.1.14 menunjukkan bibit mempunyai akar yanglebih banyak dan lebih panjang.

Page 68: Inovasi Teknologi 2011

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201168

Induksi Mutan Tanaman

Karakterisasi Agronomi dan Uji Daya HasilGalur Mutan Dihaploid Padi TurunanFatmawati

Fatmawati merupakan varietas unggul padi tipe baru(VUTB) perdana yang dilepas pada akhir 2003.Varietas ini memiliki tingkat pengisian biji yangrendah sehingga persentase gabah hampa sangattinggi (25%). Namun, hasil Fatmawati tergolong tinggi(6-9 t/ha, rata-rata 7,5 t/ha) karena jumlah bulir tiapmalainya banyak (200-300 butir) dan indeks bijinya

besar (bobot 1.000 butir 29 g). Varietas Fatmawatiagak tahan terhadap wereng batang coklat (WBC)biotipe 2 dan 3, tahan hawar daun bakteri (HDB) strainIII dan agak tahan terhadap strain IV.

Untuk mendapatkan varietas baru Fatmawatiyang tahan penyakit blas dan berumur genjahdilakukan perbaikan genetik melalui induksi mutasimenggunakan sinar gama dosis 1.000-5.000 rad dandiperoleh galur-galur mutan (galur M) yang tahanblas daun. Selanjutnya teknik kultur antera diaplikasi-kan untuk mempercepat perolehan galur homozigotdari mutan-mutan tersebut. Sebanyak 119 galurhaploid ganda yang bersifat homozigot (galur MDH)

Pertumbuhan padi Ciherang dengan perlakuan inokulasi Azospirillum dan pupuk pada 6 dan 9 minggusetelah inokulasi.

Pertumbuhan mutan Fatmawati pada fase generatif di Pusakanagara, Jawa Barat(kiri), dan malai mutan Fatmawati dengan gabah hampa lebih sedikit (kanan).

Page 69: Inovasi Teknologi 2011

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201169

diregenerasikan melalui kultur antera dan galur-galuryang hasilnya tinggi diuji daya hasilnya di lapangan.Uji daya hasil pendahuluan di Sukabumi danPusakanagara, Jawa Barat pada 2010 memperolehgalur-galur yang hasilnya lebih tinggi dibandingtetuanya dan varietas pembanding. Galur-galurtersebut digunakan sebagai bahan untuk uji dayahasil.

Delapan galur terpilih dan dua galur Fatmawatihasil kultur antera dan varietas pembanding Ciherangdan Inpari 13 dievaluasi karakter agronomi dan dayahasilnya di Pusakanagara. Hasil penelitian menunjuk-kan adanya karakter agronomi yang berubah, yaitujumlah anakan pada galur F-104 dan Fat 1, denganrata-rata jumlah anakan masing-masing 10,5 dan10,2 serta panjang malai pada galur F-125, F-130,F-133, dan F-151 yang berkisar antara 29,2-30,7 cm.Galur-galur tersebut menghasilkan gabah isi lebihbanyak. Tiga galur menghasilkan gabah kering lebihtinggi dibandingkan Fatmawati, yaitu F-130, F-133,dan Fat-1, masing-masing 7,8, 8,4, dan 7,7 t/ha.Galur-galur tahan blas daun dan berproduksi tinggiperlu diuji ketahanannya terhadap HDB serta ujiadaptasi dan stabilitas hasil di berbagai lokasi.

Uji Daya Hasil dan Keragaman GenetikPatogen Blas pada Galur Padi Gogo

Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan kendalautama dalam produksi padi, terutama padi gogo. Olehkarena itu, program pemuliaan padi gogo tahan blasmenjadi prioritas dalam upaya menanggulangipenyakit tersebut. Penyakit blas bersifat dinamis,mudah membentuk ras baru, sehingga programpemuliaan harus melahirkan galur harapan yangketahanannya bertahan lama (durable), antara laindengan merakit galur multigenik tahan blas.

Dalam rangka mendukung program perakitanpadi gogo tahan blas, telah dilakukan pembentukanpopulasi haploid ganda (HG) multigen (Pi1, Pi2, Pi33,Pi9, Pir4, dan Pir7) yang berasal dari persilanganCT13432 (japonica) dengan galur haploid gandaturunan IR64 (indica)/Oryza rufipogon (spesies padiliar, Acc.IRGC 105491), yaitu Bio 46. Penelitian tahun2009 telah memperoleh beberapa galur dari populasi

CT13432/Bio 46 yang memiliki karakter agronomiseperti galur harapan padi gogo dan memiliki 5-6gen ketahanan terhadap penyakit blas. Pada tahun2011 dilakukan uji daya hasil lanjutan dan penelitiankeragaman genetik patogen blas menggunakanmarka SSR.

Uji daya hasil lanjutan di Subang, Jawa Baratmenunjukkan, galur Bio 177-AC-Blas mempunyaipotensi hasil 5,55 t/ha, setara hasil Situ Bagendit(5,25 t/ha) dan lebih tinggi dari Batutegi (4,79 t/ha),tetapi lebih rendah dibanding Inpago 8 (6,02 t/ha).Tiga galur lainnya, Bio 178-Ac-Blas, Bio 172-AC-Blas,dan Bio 173-AC-Blas mempunyai potensi hasil masing-masing 4,95, 4,93, dan 4,81 t/ha.

Di Banyumas, Jawa Tengah, dari 11 galur yangdiuji, satu galur mampu berproduksi 5,4 t/ha, yaituBio 170-AC-Blas dan satu galur berdaya hasil 4,75 t/ha yaitu Bio 171-AC-Blas, lebih tinggi dari Inpago 8(3,38 t/ha), Situ Bagendit (2,96 t/ha), dan Batutegi(4,30 t/ha). Lima galur (Bio 169-AC-Blas, Bio 172-AC-Blas, Bio 173-AC-Blas, Bio 174-AC-Blas, dan Bio163-AC-Blas) mempunyai hasil yang sepadan denganInpago 8.

Keragaman patogen blas pada galur-galur multi-genik sesuai dengan tipe introgresi sekuen gen-genketahanan terhadap penyakit blas yang dimiliki galur-

Pertanaman galur padi gogo tahan blas diBanyumas, Jawa Tengah.

Page 70: Inovasi Teknologi 2011

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201170

galur tersebut sebagai tanaman inang. Galur yangmemiliki introgresi indica - O. rufipogon - japonicaserta tahan terhadap isolat blas dengan genotipePH14-MAT1.1 atau CM28-MAT1.1 lebih cocok ditanamdi Sukabumi dan Banyumas. Galur-galur denganintrogresi japonica - O. rufipogon serta tahan ter-hadap isolat blas dengan genotipe CM28-MAT1.2 lebihcocok ditanam di Lampung.

Konservasi, Karakterisasi, danDokumentasi Sumberdaya Genetik

Sumberdaya Genetik Tanaman

Pada tahun 2010-2011, Bank Plasma Nutfah BB Biogenmengoleksi 10.710 aksesi tanaman pangan, yaitu4.274 aksesi padi, 754 aksesi jagung, 216 aksesisorgum, 800 aksesi kedelai, 65 aksesi gandum, 648aksesi kacang tanah, 1.036 aksesi kacang hijau, 137aksesi kacang potensial, 560 aksesi ubi kayu, 1.802aksesi ubi jalar, dan 451 aksesi ubi potensial. Koleksiplasma nutfah tersebut dikelola dan dipelihara denganbaik sehingga berdaya guna bagi para pengguna.

Hasil pemantauan viabilitas benih 1.250 aksesiplasma nutfah tanaman pangan (padi, jagung,sorgum, gandum, kacang tanah, kacang hijau,kedelai, dan kacang tunggak) yang disimpan duatahun menunjukkan bahwa 3-99% aksesi memilikidaya kecambah < 85%. Plasma nutfah kacang hijaumemiliki daya kecambah yang tinggi, yaitu >97%.

Sebagian benih terinfeksi jamur Aspergillus sp.,Penicillium sp., Xanthomonas sp., Pseudomonas sp.atau Rhizopus sp. dengan intensitas 1-6%. Sebagiankecil (1-8%) benih terserang hama gudangCallosobruchus chinensis, Sitophilus oryzae, dan S.zeamais yang menurunkan daya kecambah ataumenyebabkan kematian benih.

Karakterisasi telah dilakukan pada 400 aksesipadi budi daya untuk karakter morfologi danagronomi, seperti persentase gabah hampa, jumlahgabah isi, dan panjang malai. Dari 94 aksesi padiliar, hanya 88 aksesi yang tumbuh baik. Lima aksesimemiliki umur berbunga kurang dari 60 hari, yaituOryza minuta (dua aksesi), O. nivara (satu aksesi),dan O. punctata (dua aksesi).

Sebanyak 100 aksesi jagung telah diperbaruibenihnya dan dikarakterisasi 14 karakter morfologidan agronominya. Karakter agronomi penting meliputitinggi tanaman 76-175 cm, panjang tongkol 8,6-19,4cm, diameter tongkol 2,0-4,3 cm, jumlah baris bijiper tongkol 9,3-15,6 baris, bobot biji 31,8-77,2 g/300 biji, dan umur masak 80-102 hari. Delapan aksesiberumur genjah (80 hari), yaitu Reg. 3793, Reg.3810, Reg. 3818, Reg. 3819, Reg. 3836, Reg. 3838,Reg. 3846, dan Reg. 3882. Rejuvenasi 200 aksesisorgum menghasilkan benih 489,3-2.627,5 g/aksesi.Lima aksesi menghasilkan biji (benih) > 1 kg, yaituaksesi No. 8309/199026 (Reg. 13), M-3 (Reg. 728),ICSV-LM-90541 (Reg. 759), ICSR 91026 (Reg. 861),dan Red Ochuli (Reg. 878) (Tabel 2). Kelima aksesitersebut perlu dipelajari potensi hasilnya.

Tabel 2. Aksesi sorgum yang memiliki karakter unggul.

Karakter Aksesi

Tinggi tanaman < 85 cm Keris (Reg. 730), K.905 (Reg. 750), KSB II (Reg. 884), ICSV-LM-90502(Reg. 758), ICSR 89028 (Reg. 881)

Umur berbunga < 40 HST 867.226 (Reg. 626), Keris (Reg. 730)Umur panen genjah, Keris (Reg. 730), Keris M-3 (Reg. 731), 867.086 (Reg. 501), Badik (Reg. 732), < 80 HST Hegari Genjah (Reg. 154), TU B7 (Reg. 875), RGV (Reg. 909), Demak 2 Gajah

(Reg. 886), Gadam Human (Reg. 737)Bobot 100 butir > 3,5 g No. 14 Kaltim (Reg. 914), Entry 15 SDAC (Reg. 745), IS 23509 (Reg. 874),

ICSV 89102 (Reg. 775)

Page 71: Inovasi Teknologi 2011

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201171

Rejuvenasi 200 aksesi gandum menghasilkanbenih baru masing-masing 1 kg/9 m2 dari masing-masing aksesi dan selanjutnya disimpan sebagaikoleksi aktif dan koleksi dasar. Delapan aksesiberbunga genjah (<50 hari), yaitu Highrainfall 018,Highrainfall 023, Highrainfall 085, Highrainfall 113,V003, V009, V013, dan V090 serta empat aksesiberbatang pendek (<50 cm), yaitu Madona, Kauz/Rayon, Fanggo/Seki, dan Selayar.

Karakter kualitatif dan agronomi 233 aksesikedelai telah diperoleh. Rejuvenasi memperoleh benihbaru 20,0-601,3 g/aksesi. Terdapat 56 aksesi yangmenghasilkan bobot biji <100 g. Delapan aksesimemiliki daya hasil relatif tinggi (>1,6 t/ha). Varietaslokal Pasuruan memiliki hasil paling tinggi (950,4 gatau 2,64 t/ha), yakni 31% lebih tinggi dari Wilis,48% lebih tinggi dari Rajabasa, dan 62% lebih tinggidari Tanggamus. Sebanyak 66 aksesi kedelaiedamame dan enam populasi F4 (persilanganedamame x kedelai budi daya), satu populasi F5(kedelai budi daya x edamame), dan tiga populasi F5(edamame x edamame) telah ditanam di KP Pacet,Cianjur. Rejuvenasi memperoleh benih baru 40-495g/aksesi. Aksesi kedelai China dan B10428diidentifikasi sebagai aksesi terbaik dengan bobot 100biji berturut-turut 31,0 dan 34,3 g serta bobot bijiper tanaman 9,33 dan 13,89 g.

Rejuvenasi 250 aksesi kacang tanah memperolehbenih baru serta karakter morfologi dan agronomi.

Aksesi Mlg 7525 memiliki bobot polong tertinggi (44g/tanaman). Sebanyak 18 aksesi menghasilkanpolong 700-860 g/3,6 m2 atau 1,94-2,39 t/ha, umurberbunga 25-31 hari, tinggi tanaman 21-68 cm,jumlah cabang 3-7 buah, jumlah polong isi 6-50polong/tanaman, dan bobot polong 4-44 g/tanaman.Tujuh aksesi memiliki polong banyak (>39 polong/tanaman), yaitu Pop Y- 6, Pop Galur Gajah, Cinem,RR 1, MLG 7511, MLG 7512, dan Ckp-11.

Sebanyak 227 nomor aksesi kacang hijau yangmemiliki daya tumbuh rendah (< 70%) diperbaruibenihnya. Aksesi VR 200 berpotensi hasil tinggi (2,2t/ha) dan toleran terhadap lahan suboptimal. Sebelaskarakter morfologi dan agronomi juga telah diamatidan 115 aksesi kacang tunggak telah direjuvenasi.Rejuvenasi kacang potensial memperoleh enamaksesi koro pedang (Vigna ensiformis), 11 aksesikacang bogor (Vigna subterranea), delapan aksesikacang gude (Cajanus cajan), delapan aksesi korobenguk (Mucuna pruriens), dan tujuh aksesi kacangkomak (Dolichos lablab). Delapan karakter morfologidan agronominya telah diamati.

Sebanyak 1.820 aksesi ubi jalar telah dikonser-vasi di lapangan dan 137 aksesi hasil koleksi terbarutelah dikarakterisasi daun, batang, dan umbinya.Konservasi di lapangan dan karakterisasi karaktermorfologi dan agronomi juga telah dilakukan pada520 aksesi ubi kayu. Bobot umbi bervariasi antara0,50-8,33 kg/tanaman. Aksesi BIC 00848 mempunyai

Pelestarian/rejuvenasi plasma nutfah kedelai di lapangan (kiri), konservasi plasma nutfah ubi kayu, ubijalar, dan talas secara in vitro (tengah), dan penyimpanan jangka pendek benih plasma nutfahtanaman pangan (kanan).

Page 72: Inovasi Teknologi 2011

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201172

bobot umbi terbesar dan 23 aksesi lainnya mempunyaiberat umbi di atas 4,0 kg/tanaman, dengan jumlahumbi 3,0 (BIC 00793) sampai 12,3 (BIC 00765).

Sebanyak 238 aksesi plasma nutfah ubi potensial(dioscorea 106 aksesi, ganyong 67 aksesi, garut 30aksesi, kentang hitam 9 aksesi, suweg 26 aksesi, dantalas 220 aksesi) telah dikonservasi. Delapan aksesigarut menghasilkan bobot umbi rata-rata di atas 1kg, yaitu aksesi No. 625, 626, 667, 705, 705a, 773,774, dan 787. Aksesi garut yang menghasilkan umbiberukuran besar (10 umbi/rumpun) adalah No. 380,667, 705, 772, 773, 774, dan 787.

Konservasi in vitro plasma nutfah umbi-umbianmencakup sterilisasi dan penumbuhan pada mediapertumbuhan lambat. Diperoleh 25 aksesi ubi jalarsteril, 15 aksesi ubi kayu steril, dan 50 aksesi talassteril yang ditanam dalam media pertumbuhanlambat. Sebanyak 300 aksesi ubi jalar, ubi kayu, dantalas dipelihara dan subkultur secara terus-menerusdalam media pertumbuhan lambat.

Sampai Desember 2011, pangkalan data plasmanutfah tanaman pangan telah menampung 10.449record dengan 12-41 deskriptor/komoditas. Padatahun 2011, data baru plasma nutfah padi telahdimasukkan ke dalam pangkalan data.

Sumberdaya Genetik Mikroba dan SpesimenSerangga Pertanian

Konservasi mikroba pertanian dalam jangka panjangbertujuan untuk mengkoordinasi kultur koleksi BB-Biogen dengan koleksi mikroba pertanian yang adadi Indonesia, baik berupa patogen, pupuk hayati,perombak, mikroba biokontrol, bioremediasi lahanpertanian, dan agens bioindustri. Sebanyak 26 aksesimikroba entomopatogen dari kelompok fungi danbakteri telah dikoleksi dan disimpan untuk dikarak-terisasi lebih lanjut. Beberapa isolat fungi telahdiidentifikasi berdasarkan struktur morfologi dansekuen ITS-nya. Dua isolat bakteri merah di-identifikasi dengan amplifikasi gen 16s rRNA dantergolong ke dalam kelompok Seratia marcescensyang efektif terhadap wereng batang coklat. Satuisolat bakteri endofitik yang potensial (E 76)

diidentifikasi sebagai Burkholderia sp. yang efektifterhadap fungi patogen padi (Rhizoctonia solani danPyricularia oryzae). Tiga puluh aksesi mikrobapertanian yang berupa agens biokontrol dan patogentelah direjuvenasi dan diuji patogenisitasnya sertadisimpan dalam jangka pendek (agar miring) danjangka panjang (liofilisasi).

Prototipe database plasma nutfah mikroba(bakteri, kapang, fungi, dan virus) dengan deskriptor-nya telah memuat 500 record mikroba pertanian dandata peralihan materi. Informasi mengenai koleksiserangga hama pertanian disimpan dalam databaseserangga hama pertanian.

Sebanyak 25 mikroba entomopatogen seranggayang telah dikoleksi, terdiri atas 16 kelompok jamur(Paecilomyces sp., Beauveria bassiana, Metarhiziumanisopliae, Hirsutella citriformis, dan Cordycep sp.).Bakteri entomopatogen yang dikoleksi adalah Serratiamarcescens dan Bacillus thuringiensis. S. marcescensbersifat patogenik terhadap wereng batang coklat.Pigmen merah yang dihasilkan S. marcescens telahdiidentifikasi sebagai prodigiosin. Semua isolat B.thuringiensis telah diidentifikasi dengan PCR dan diujipatogenisitasnya terhadap Ostrinia furnacalis.

Potensi mikroba kitinolitik cukup besar dalammendegradasi kitin dan glukan sehingga dapatmenjadi pengendali hayati yang baik. Potensi ini dapatdiaplikasikan dalam bidang pertanian sebagai produkfungisida hayati. Berdasarkan hasil uji karakteristik,beberapa isolat mempunyai aktivitas kitinase danglukanase yang tinggi, yang ditunjukkan dengan

Hasil ujiglukanase.

Page 73: Inovasi Teknologi 2011

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201173

terbentuknya zona bening yang besar. Isolat yangmempunyai aktivitas kitinase tinggi yaitu 11 UJ,sedangkan yang mempunyai aktivitas glukanasetinggi yaitu 11 UJ dan C1D. Isolat yang mempunyaiaktivitas kitinase maupun glukanase yang tinggidapat menghambat pertumbuhan jamur sepertiPyricularia oryzae dan Ganoderma boninense. Isolatyang sangat baik dalam menghambat jamur ini ada-lah isolat C33C dan C1D.

Isolat E76 menghasilkan enzim kitinase yangdapat menghambat pertumbuhan R. solani dan P.oryzae. Rata-rata zona bening yang dibentuk isolatE76 adalah 0,98 cm. Hasil sekuensing 16S rDNAmenunjukkan bahwa isolat E76 tergolong Burkholderiasp. namun memiliki kekerabatan yang cukup jauhdengan spesies Burkholderia lainnya, sepertiBurkholderia cepacia dan Burkholderia lata.

Hasil karakterisasi dan pemurnian enzim beta-glukanase dari Burkhorderia sp. menunjukkan enzimtersebut memiliki tiga isozim yang berbeda, tetapibelum dapat dimurnikan secara optimal. Aktivitasbeta-glukanase menunjukkan optimal pada suhu 40°Cdan pH 5-11. Tiga isolat menghasilkan AIA terbanyak,yaitu isolat 1.2 KM, 8 KM, dan 10 J.

Data koleksi mikroba pertanian yang telahdikonservasi dan diampulkan dimasukkan ke databaseuntuk melengkapi koleksi yang ada. Tambahan koleksimikroba terutama berasal dari institusi lingkup BadanLitbang Pertanian. Pada tahun 2011, jumlah koleksiserangga bertambah 500 spesimen. Prototipedatabase serangga masih perlu disempurnakansehingga dapat menampilkan informasi koleksi secaralengkap dan detail serta mudah diakses pengguna.

Page 74: Inovasi Teknologi 2011

Pascapanen

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201174

PascapanenAplikasi teknologi pascapanen untuk meningkatkan nilai tambahdan daya saing produk pertanian sangat diperlukan dalammeningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa teknologipascapanen yang sangat penting dan strategis untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah teknologiproduksi beras jagung termodifikasi, teknologi penggunaanair panas untuk menekan kerusakan buah mangga, teknologiproduksi susu fermentasi kering probiotik dan produksi kejurendah lemak, serta teknologi produksi starter mikroba untukmeningkatkan mutu biji kakao. Aplikasi teknologi pascapanendi bidang agribisnis memberi peluang bagi peningkatankesejahteraan pelaku agribisnis, seperti petani dan pengusahaagribisnis.

Page 75: Inovasi Teknologi 2011

Pascapanen

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201175

Pembuatan Beras JagungTermodifikasi

Jagung merupakan sumber kalori dan dapat menjadipengganti atau suplemen pangan pokok beras. Berasjagung menjadi bahan makanan pokok bagi sebagianmasyarakat perdesaan, khususnya di Jawa Tengah,Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan seluruhprovinsi di Sulawesi. Akhir-akhir ini, penderita penyakitdiabetes dianjurkan untuk mengonsumsi beras jagungkarena ada indikasi dapat menstabilkan glukosa dalamdarah.

Di pasar tradisional, jagung dijual dalam bentukpipilan dan grit (jagung pipilan yang sudah dipecah).Hasil observasi di Gorontalo menunjukkan, konsumsiberas jagung oleh masyarakat baru mencapai 30%.Hal ini antara lain karena mengonsumsi beras jagungdapat menimbulkan rasa sebah di perut.

Di Jawa Tengah, masyarakat membuat berasjagung dengan cara merendam jagung grit dalamair atau disebut fermentasi spontan. Perendamanakan menyebabkan mikroba tumbuh secara spontandan tidak terkendali sehingga sering kali beras jagungberasa asam. Untuk menghasilkan beras jagungterstandar dengan mutu yang konsisten, Balai BesarPenelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian(BB Pascapanen) telah menghasilkan teknologi prosesberas jagung termodifikasi melalui fermentasimenggunakan bakteri asam laktat (BAL). Beras jagunggrit hasil fermentasi tidak menyebabkan sebah, waktutanaknya lebih cepat, dan tidak berasa masam.Keunggulan ini diharapkan dapat meningkatkankonsumen beras jagung, terutama penderitadiabetes.

Jagung yang dapat diolah menjadi beras jagungtermodifikasi yaitu varietas Srikandi Putih, Anoman,Bisi 2, lokal Tretep, lokal Kodok, lokal Tlogomulyo,lokal Sili, dan Pulut. Isolasi mikroba dari rendamanjagung selama 72 jam memperoleh 10 koloni kapang,lima koloni khamir, dan lima jenis bakteri. Kapangtersebut teridentifikasi sebagai Aspergillus, Mucor,Fusarium, dan Rhizopus yang bersifat amilolitik,sedangkan jenis khamir teridentifikasi sebagaiTorulopsis sp. dan Candida sp. Candida guilliermondii

adalah khamir yang sering berasosiasi dengan jagung.Bakteri yang tumbuh selama perendaman jagungdidominasi oleh BAL, yang terdiri atas Bacillus cereus,Pseudomonas flourescens, Staphylococcus sapro-phyticus, Leifsonia aquatica, dan Staphylococcushaemolyticus. Kelima BAL tersebut tidak bersifatamilolitik. Starter terbaik adalah campuran dari semuaisolat tanpa Aspergillus niger.

Penggunaan starter terbaik menghasilkan berasjagung dengan kadar air 3,38-6,05% atau sangatkering, sehingga dapat mencegah pertumbuhanmikroba dan aflatoksin dan memperpanjang umursimpan beras jagung menjadi lebih dari satu tahun.Kadar abu berkisar antara 0,29-0,45%, lemak 0,009-0,011%, protein 5,18-9,60%, dan karbohidrat 84,73-89,92%. Waktu tanak berkisar antara 15-20 menit.Proses beras jagung termodifikasi dengan mikrobadan perebusan awal mempercepat waktu tanak dari2-3 jam menjadi hanya kurang dari 20 menit.

Jagung pipilan

Pemecahan dan penyosohan

Pengayakan dan penampian Dedak

Starter Perendaman

Pemasakan

Pendinginan

Pengeringan dan pengemasan

Beras jagung

Tahapan pembuatan beras jagungtermodifikasi.

Page 76: Inovasi Teknologi 2011

Pascapanen

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201176

Daya cerna pati beras jagung termodifikasiberkisar antara 64,32-81,36%, sedangkan daya cernapati beras jagung tanpa modifikasi (fermentasispontan) 59,73-66,68%. Kandungan serat tak larut5,02-6,60% dan kadar serat pangan larut menjadi1,19-1,42%, terendah pada beras jagung Sili dantertinggi pada Bisi 2 dan lokal Tretep. Jagung yangmengandung kadar serat terlarut rendah mempunyainilai daya cerna pati yang lebih tinggi. Dengandemikian, jika bahan pangan mempunyai kadar seratterlarut rendah maka daya cerna patinya akan tinggi.

Indeks glikemik beras jagung sangat rendah,berkisar antara 28,66-41,74, tertinggi pada SrikandiPutih. Namun, nilai tertinggi tersebut masih lebihrendah dibandingkan dengan indeks glikemik pangansumber karbohidrat lain. Dengan demikian, berasjagung sangat baik bagi penderita diabetes.

Proses fermentasi dapat menurunkan kandunganaflatoksin dari 9,21-10,79 ppb menjadi kurang dari0,5 ppb. Setelah penyimpanan 3 bulan, kandunganaflatoksin beras jagung masih di bawah 0,5 ppb,tetapi pada jagung tanpa proses fermentasi, aflatoksinmeningkat menjadi 12,59-26,36 ppb. Dengandemikian, proses modifikasi dengan mikroba padapembuatan beras jagung dapat menekan kandunganaflatoksin dan memperpanjang waktu simpan.

Keunggulan beras jagung termodifikasi adalah:

• Daya simpan lama, tidak mudah terkontaminasiaflatoksin.

• Nilai cerna lebih tinggi sehingga tidak menimbul-kan rasa sebah di perut.

• Indeks glikemik rendah sehingga baik bagipenderita diabetes.

Beras jagung termodifikasi selama proses.

Jagung pipilan Jagung pecah kulit Perendaman jagung pecah kulit

Jagung sosoh pratanak varietas lokal dan Bisi 2

Page 77: Inovasi Teknologi 2011

Pascapanen

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201177

• Cita rasa tidak asam, sebagaimana yang seringterjadi pada pengolahan beras jagung secarakonvensional.

• Waktu tanak lebih cepat, hanya 15 menit (denganpenanak nasi) atau sama seperti beras, sehinggabila memasaknya dicampur beras akan masaksecara bersamaan.

Bekerja sama dengan Dinas Pertanian danPerkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur, padatahun 2012 akan diadakan alat penyosoh jagung 10unit dan sosialisasi di Kabupaten Timor TengahSelatan, Timor Tengah Utara, di Belu. Teknologiproduksi beras jagung termodifikasi sangat prospektifdikembangkan karena sebagian besar masyarakat dikabupaten tersebut mengonsumsi jagung sebagaimakanan pokok. BB Pascapanen juga melakukannegosiasi kerja sama pengolahan tepung dan berasjagung dengan PT Bombana Bumi Lestari di KonaweSelatan, Sulawesi Tenggara.

Teknologi proses jagung sosoh pratanak membe-rikan beberapa alternatif bagi pelaku bisnis, yaituindustri jagung sosoh pratanak (rendemen 57,6%),industri starter mikroba (ragi) untuk fermentasi berasjagung, dan industri pakan ternak dengan bahan bakulimbah sosoh jagung (rendemen 34%). Harga bahanpokok jagung berkisar antara Rp3.500-Rp7.000/kgdan harga beras jagung di tingkat konsumenRp10.000/kg. Teknologi pembuatan starter denganbahan baku tepung jagung menghasilkan rendemen92,34%. Produksi 1 kg starter memerlukan modalRp12.500 yang akan kembali menjadi Rp100.000.

Teknologi Iradiasi dan Air Panasuntuk Menekan Lalat Buah danKerusakan Buah Mangga untukEkspor

Mangga merupakan salah satu buah-buahan Indo-nesia yang memiliki peluang ekspor cukup besar. Padatahun 2008 volume ekspor mangga mencapai 1.908ton dengan nilai US$1.645.948. Pangsa pasar utamamangga segar Indonesia adalah Timur Tengah, Hong-kong, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Pengiriman mangga ke negara tujuan ekspormelalui transportasi laut lebih ekonomis, tetapimemerlukan waktu lama (28-30 hari) sehinggamangga banyak yang rusak atau busuk. Biayapengiriman dengan pesawat 10 kali lebih tinggidibanding biaya pengiriman melalui jalan darat ataukapal laut. Hal ini menyebabkan harga jual manggaIndonesia sulit bersaing dengan mangga dari negaralain.

Selain itu, adanya kebijakan ekspor-impornontarif terkait dengan sanitary and phytosanitary(SPS) menjadi kendala dalam ekspor mangga karenamangga Indonesia belum terbebas dari permasalahanlalat buah. Perlakuan buah dengan air panas telahbanyak digunakan untuk pengendalian hama danpenyakit pascapanen setelah adanya pelarangan

Kerusakan buah mangga selama transportasi;antraknosa (atas) dan busuk pangkal buah(bawah).

Page 78: Inovasi Teknologi 2011

Pascapanen

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201178

penggunaan bahan kimia seperti dalam fumigasi.Teknik ini dianggap aman dan efektif untukmengendalikan lalat buah dan penyakit sepertiantraknosa dan busuk pangkal buah, tanpa me-nyebabkan kerusakan pada buah. Berkaitan denganhal tersebut telah dilakukan pengkajian perlakuan airpanas dan iradiasi pada berbagai buah manggaIndonesia untuk mencapai tingkat mortalitas lalat buahyang diinginkan tanpa menyebabkan kerusakan buah.

Perendaman buah mangga dalam air panas(suhu 53°C selama 3-5 menit) dapat menundamunculnya gejala antraknosa dan busuk pangkal buahmasing-masing 9,4 dan 9,2 hari lebih lama dibandingtanpa perendaman. Perendaman buah manggavarietas Irwin pada air panas (suhu 46,5°C) selama30 menit efektif menekan serangan penyakitantraknosa dan busuk pangkal, dengan masakesegaran hingga 21 hari pada suhu 13°C. Buahmangga gedong dan arumanis yang direndam dalamair panas (suhu 53°C selama 5 menit), kemudiandikemas dalam kotak karton dan disimpan pada suhukamar (27-29°C), tetap segar setelah disimpan satuminggu, sedangkan buah mangga gedong tanpaperlakuan mulai terserang busuk pangkal danantraknosa.

Hasil uji coba statis ekspor buah mangga Gedongdalam kontainer 20 feets menunjukkan, setelah

disimpan dua minggu pada suhu 9°C, buah manggagedong tetap segar, matang sempurna, dan tidakterserang busuk pangkal maupun antraknosa. Buahmangga juga aman dikonsumsi sehingga berpeluangmeningkatkan volume ekspor. Penelitian juga dilaku-kan dengan menggunakan fasilitas pada laboratoriumdi Balai Besar Peramalan Organisme PenggangguTumbuhan untuk pengamatan lalat buah, sedangkanuntuk perlakuan iradiasi menggunakan fasilitaskomersial pada PT Rel-Ion (Cibitung, Bekasi).

Teknologi Produksi Susu FermentasiKering Probiotik dan Keju RendahLemak

Harga susu sapi segar ditentukan berdasarkan kadarlemak, padatan tanpa lemak, dan total plate count(TPC). Susu sapi dengan nilai TPC lebih dari 1 jutacfu/ml termasuk berkualitas rendah sehinggaharganya pun rendah. Untuk meningkatkan nilaijualnya, susu sapi berkualitas rendah dapat diolahmenjadi produk fungsional, seperti produk sumberprobiotik, protein, vitamin, dan mineral atau produkrendah lemak. Dengan harga bahan baku yangrendah, harga jual produk olahannya akan dapatbersaing dengan produk yang ada di pasaran. Padaprinsipnya, susu sapi berkualitas rendah tidak me-

Mangga gedong tanpa perlakuan (kiri) dan dengan perlakuan perendaman dalam air panas (kanan).

Page 79: Inovasi Teknologi 2011

Pascapanen

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201179

ngandung patogen karena patogen dapat dimatikandengan pemanasan.

Proses Pembuatan Susu Fermentasi KeringProbiotik

Untuk membuat susu fermentasi kering probiotik, sususapi segar dipasteurisasi pada suhu 72°C hinggavolumenya berkurang 25%. Susu pasteurisasi laludiinokulasi bakteri Streptococcus lactis 0,5% danbakteri probiotik pada suhu 37°C lalu dibiarkanterfermentasi selama 24 jam (kadar asam 1%).Selanjutnya, suhu susu fermentasi dinaikkan secarabertahap setiap 10°C dan dipertahankan selama 10menit hingga suhu akhir mencapai 80°C. Whey (air)dibuang dengan penyaringan, lalu gumpalan susudipres agar air keluar sempurna. Gumpalan lalu dibericita rasa dan pemanis, dicetak dengan ketebalan ±1,5cm kemudian dioven pada suhu ±50°C selama 39-41jam. Susu fermentasi kering kemudian dikeringangin-kan dan dikemas menggunakan aluminum foil atauplastik polipropilen (PP).

Proses Pembuatan Keju Rendah Lemak

Untuk membuat keju rendah lemak, susu segarditurunkan kandungan lemaknya atau lemak digantidengan lemak nabati, kemudian dipasteurisasi padasuhu 72°C selama 2 menit agar patogen mati. Susupasteurisasi lalu ditambah 0,15% CaCl2 dan di-inokulasi S. lactis pada suhu 37°C. Kemudianditambahkan 0,005% rennet dan dibiarkan 30 menithingga susu menggumpal. Gumpalan susu kemudiandipotong-potong kecil agar airnya keluar lalu disaringuntuk membuang 80% air. Gumpalan ditambah 2-4% garam, dicetak, dipres, dan dibiarkan ±15 jam.Keju segar lalu dilayukan (aging) selama tujuh haripada suhu 5-10°C, kemudian dilapisi denganpengental yang sesuai, misalnya karagenan. Agarteksturnya lebih keras, pelayuan dilanjutkan sampai3, 6 atau 12 bulan untuk menghasilkan keju muda,medium, dan keju tua. Keju segar juga dapat dikemasdengan aluminum foil kemudian dilayukan.

Teknologi untuk memproduksi susu fermentasikering dan keju rendah lemak cukup mudah dan

Susu fermentasi kering.

Keju rendah lemak dalam kemasan dan dengan edible coating.

Page 80: Inovasi Teknologi 2011

Pascapanen

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201180

sederhana sehingga dapat diaplikasikan pada skalarumah tangga dan usaha kecil menengah (UKM).Susu fermentasi kering memiliki nilai fungsionalsebagai sumber probiotik, kaya kalsium dan fosfor.Keju rendah lemak yang teruji secara in vivo (padatikus) dapat menyeimbangkan kadar kolesterol lowdensity lipids (LDL) darah sehingga dapat mencegahpenyakit degeneratif seperti stroke dan jantung.

Teknologi Produksi Starter Mikrobauntuk Meningkatkan Mutu BijiKakao

Biji kakao Indonesia sebagian besar (85-90%)diekspor dalam bentuk biji kakao kering tanpafermentasi dan bermutu sangat rendah. Biji kakaosegar mempunyai bau dan rasa yang tidakmenyenangkan sehingga harus difermentasi,

dikeringkan, dan disangrai untuk mendapatkankarakteristik aroma dan cita rasa kakao.

Waktu fermentasi yang relatif lama merupakansalah satu alasan petani enggan melakukanfermentasi biji kakao. Alasan lainnya, petani tidakmemperoleh tambahan harga yang memadai untukbiji kakao fermentasi dan alasan yang paling pentingadalah ingin cepat memperoleh uang tunai. Peng-olahan biji kakao nonfermentasi relatif singkat. Bijiberpulp cukup dijemur 3-4 hari dan bisa langsungdijual ke pedagang pengumpul. Biji kakao non-fermentasi tidak memiliki cita rasa, aroma, dan warnayang diharapkan pada produk coklat olahannya.Walaupun demikian, biji ini tetap laku karena di-gunakan sebagai bahan campuran atau diolahmenjadi produk coklat bermutu rendah.

Fermentasi biji kakao dengan menambahkan ragiSaccharomyces cerevisiae dapat meningkatkan kadarlemak menjadi dua kalinya dibandingkan kondisi awal,

Diagram alir proses fermentasi biji kakao.

Penimbanganbiji kakao

Inokulasi starter Pengadukan biji kakao

Pemasukan ke dalamkotak fermentasi

Inkubasi/fermentasi

Penjemuran Biji kakao kering

Pencucian biji kakao fermentasi

Page 81: Inovasi Teknologi 2011

Pascapanen

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201181

sedangkan komponen asam menurun cukupsignifikan. Biji kakao yang difermentasi alami (carapetani) memiliki kadar lemak, gula reduksi, kafein,dan mineral yang rendah.

Nilai pH selama proses fermentasi meningkatpada hari pertama sampai hari kedua, kemudianmenurun pada hari ketiga sampai ketujuh. Kadar airdan kadar abu biji kakao masing-masing berkisar2,57% dan 4,00% meningkat menjadi 3,95% dan4,50% setelah disangrai. Kadar lemak, protein, dangula pereduksi cenderung meningkat. Komponenasam, yaitu asam laktat, asam asetat, dan asam sitratmenurun, demikian juga kadar etanol. Komposisimedia kultur mikroba terbaik adalah fruktosa : glukosa: sukrosa : asam sitrat pada perbandingan 61,99 :41 : 32 : 22,49 dengan kandungan 2, 3, 5, 6 tetrametilpirazin, 2,5 dimetil pirazin, dan teobromin masing-masing 1,57; 6,34; dan 0,76 mg/g dan nilaidesirability 0,76.

Kemampuan mikroba dalam proses fermentasidapat dilihat dari kadar biomassa, etanol, gulareduksi, gula total, asam asetat, dan asam laktat yang

dihasilkan. Jumlah biomassa meningkat seiringbertambahnya jumlah mikroba dalam prosesfermentasi.

Aplikasi kultur mikroba dalam fermentasi bijikakao menunjukkan bahwa komposisi starter,substrat, dan lama fermentasi memengaruhi kadarlemak dan protein. Hasil optimasi komposisi mediaterbaik adalah starter 22,5 mg dan substrat 1.200mg untuk fermentasi 3 kg biji kakao dengan lamafermentasi lima hari. Kadar protein, lemak, air, abu,gula reduksi, dan gula total masing-masing 16,28%,48,10%, 3,95%, 4,10%, 6,52%, dan 5,13%. Dari hasiltersebut, kadar terendah untuk protein adalah14,13%, lemak 23,79%, air 1,81%, abu 2,36%, gulareduksi 4,31%, dan gula total 1,68%, sedangkankadar tertingginya masing-masing adalah 18,43%,72,41%, 6,09%, 5,84%, 8,73%, dan 8,58%.

Mutu biji kakao hasil fermentasi lebih baik di-bandingkan biji kakao nonfermentasi. Dengandemikian, teknologi fermentasi meningkatkan nilai jualbiji kakao 40-50%.

Page 82: Inovasi Teknologi 2011

Mekanisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201182

MekanisasiInovasi teknologi mekanisasi pertanian memiliki kontribusipenting dalam peningkatan produktivitas, efisiensi, mutu, dannilai tambah produk pertanian. Berkaitan dengan hal tersebut,Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBPMP) telahmerekayasa dan mengembangkan alat dan mesin pertanianyang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengembangan alatdan mesin pengolah bahan pangan skala rumah tangga dikawasan rumah pangan lestari di Pacitan, misalnya, berperanpenting dalam meningkatkan pendapatan keluarga sertamendorong upaya diversifikasi pangan. Demikian pulapengembangan mesin grading kentang, mangga, dan benihkedelai serta mesin fermentasi biji kakao dapat meningkatkanproduktivitas, efisiensi, serta nilai tambah dan daya saingproduk. Penerapan alat dan mesin pertanian secara luas akanlebih meningkatkan kontribusinya dalam peningkatankesejahteraan para pelaku usaha.

Page 83: Inovasi Teknologi 2011

Mekanisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201183

Penerapan Alat Mesin PertanianMendukung Kawasan RumahPangan Lestari di Pacitan

Untuk menggerakkan kembali budaya menanam dilahan pekarangan, baik di perkotaan maupun diperdesaan, Kementerian Pertanian menyusun konsepModel Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL).Pada tahun 2011, M-KRPL dilaksanakan di Desa Kayen,Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan. Melalui M-KRPL diperkenalkan cara memanfaatkan pekaranganuntuk budi daya tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, tanaman obat, ternak, dan ikan sehinggadapat mendukung penyediaan bahan pangan keluargasecara lestari. Untuk menyediakan benih tanaman dikebun bibit desa, BBPMP memberi dukungan dalamtata air mikro berupa peralatan irigasi tetes dansprinkler mikro untuk bibit serta mesin penggiling danpencampur pupuk organik.

Selain budi daya tanaman pekarangan, petanijuga digerakkan untuk meningkatkan diversifikasipangan lokal dengan mengembangkan usahapengolahan hasil tanaman yang ada di sekitarlingkungan rumah tangganya, antara lain pengolahantepung ubi kayu untuk mensubstitusi terigu, kedelaimenjadi tempe maupun susu kedelai, dan pisangmenjadi keripik pisang. Untuk mendukung diversifikasipangan dan industri rumah tangga petani di KRPL,BBPMP menerapkan hasil perekayasaan alat danmesin pengolah bahan pangan skala rumah tangga,meliputi alat dan mesin pengolah ubi kayu ter-fermentasi menjadi tepung dan pengupas kulit ariuntuk industri tempe skala rumah tangga. Dalammenerapkan alat dan mesin tersebut, petanimendapat pendampingan dan pelatihan untukmemproduksi tepung ubi kayu fermentasi, susukedelai, dan keripik pisang. Diharapkan upaya inidapat meningkatkan pendapatan petani dan menjadi

Ubi kayu dikupas Penyawutan

Penepungan

Fermentasi

PenirisanPengeringan

Alat dan mesin untuk pengolahan tepung ubi kayu fermentasi.

Page 84: Inovasi Teknologi 2011

Mekanisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201184

rujukan model pengembangan KRPL di desa danprovinsi lain.

Mesin Grading Kentang BerdasarDiameter

Harga kentang selain ditentukan oleh mutunya jugabergantung pada ukurannya. Oleh karena itu, kentangperlu dikelompokkan berdasarkan ukurannya.Umumnya grading dilakukan secara manual sehinggamemerlukan waktu lama dan tenaga kerja yangbanyak. Mesin grading kentang yang ada masihdiimpor dengan harga cukup mahal (di atas Rp300juta) dan dioperasikan oleh delapan orang tenagakerja. Untuk mengatasi masalah tersebut, BBPMPtelah merekayasa mesin grading kentang berdasarkandiameter.

Kentang varietas Granola mempunyai bentukyang tidak beraturan, namun umumnya mendekatibulat. Oleh karena itu, grading kentang dapatdidasarkan pada diameternya. Mekanisme kerja mesinini adalah berdasarkan perbedaan jarak antara pipa-pipa yang dipasang sesuai dengan kelas yangdisyaratkan. Kentang ditumpahkan pada pengumpan(hopper) yang dibuat miring, kemudian akan turunmelalui pipa-pipa yang bergerak mengikuti putaransproket. Kentang akan jatuh dari sela-sela pipa sesuaidengan ukuran diameternya ke wadah penampung.

Hasil pengujian di lapangan menunjukkan mesinini mampu mengelompokkan kentang ke dalam empatkelas (AL, AB, C, dan D) dengan kapasitas 1,8 t/jamdengan menggunakan tiga orang tenaga kerja. Tingkatkesalahan kelas rata-rata 9-10%, lebih besardibanding mesin eks Belanda, yaitu kurang dari 5%.Namun, mesin ini harganya kurang dari separuhharga mesin impor tersebut.

Mesin Grading Buah Berdasar Berat

Proses awal penanganan buah segar yaitu pe-ngelompokan berdasarkan mutu (sortasi) dan ukuran(grading). Buah yang seragam ukurannya (diameter,berat, bentuk) mempunyai harga yang lebih tinggi.Buah yang akan diekspor harus memenuhi standarukuran yang mengacu pada Standar NasionalIndonesia (SNI) atau yang ditetapkan negara peng-impor. Pengkelasan buah biasanya dilakukan secaramanual dengan mengandalkan tenaga manusia.Beberapa mesin pengkelas telah tersedia, namunmempunyai kelemahan, antara lain kapasitasnya kecil(kurang dari 1 t/hari), tingkat akurasinya rendah, danfleksibilitas terhadap jenis buah sangat terbatas.

Untuk mengatasi masalah tersebut, BBPMPmerekayasa mesin grading buah berdasar berat.Mesin dapat digunakan untuk mengelompokkanberbagai jenis dan bentuk buah. Mesin terdiri atastiga komponen, yaitu hopper, feeder, dan unit pe-nimbang. Mekanisme kerjanya adalah penimbangansecara mekanis otomatis. Buah ditumpahkan dalamhopper yang dibuat miring sehingga akan meng-gelinding masuk ke feeder. Dalam feeder tumpukan

Mesin grading kentang berdasarkan diameter.

Page 85: Inovasi Teknologi 2011

Mekanisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201185

buah akan bergerak satu per satu mengikuti conveyorke ujung feeder, kemudian jatuh ke mangkuk. Tiapmangkuk akan melewati timbangan yang telah diatursesuai berat masing-masing kategori kelas buah.Apabila berat buah masuk dalam kelas timbangan 1maka mangkuk akan menjatuhkan buah ke dalamwadah kelas 1 dan seterusnya. Kelas buah dapatdiatur melalui beban timbangan.

Pengujian pada mangga gedong menghasilkankapasitas mesin 600 kg/jam. Persentase salah sortir5,6% karena posisi mangga gedong yang tidak tepatdi titik pusat beratnya.

Pemanfaatan Alat dan Mesin padaIndustri Mocaf di Sumatera Barat

Pengembangan alat dan mesin pengolahan dan reka-yasa kelembagaan merupakan alternatif pemecahanmasalah dan kendala pengembangan industri Mocaf

dari ubi kayu di Sumatera Barat. Berkaitan denganhal tersebut, BBPMP mengintroduksikan mesinpenyawut serta melakukan rekayasa kelembagaanberupa klaster – inti. Kelompok tani penghasil ubikayu berperan sebagai klaster dan Koperasi MocalSubur Jaya sebagai inti. Koperasi melakukanpengolahan lebih lanjut berupa penepungan, pe-ngemasan, dan pemasaran. Hasil tepung Mocafdipasarkan ke CV Cakrawala Mandiri.

Hasil uji kinerja mesin penyawut menunjukkankapasitas kerja mesin 1.022 kg/jam pada putaranporos pisau 450 rpm dan celah pisau 3,5 mm,sedangkan kapasitas kerja mesin sawut lokal hanya54 kg/jam. Pada pengolahan ubi kayu di KoperasiMocal Subur Jaya, mesin penyawut tersebut bekerjadengan kapasitas 1 t/jam. Untuk tahap awal, klaster(kelompok tani) berfungsi sebagai penghasil ubi kayukupas, sedangkan Koperasi Mocal Subur Jaya sebagaiinti yang melakukan penyawutan, pengeringan, pe-nepungan, pengemasan, dan pemasaran. Hasil

Buah bergerak dari hopperke feeder

Buah berada dalam mangkukpenimbang

Buah jatuh dalam wadah sesuai kelasnya

Mesin grading buah berdasarkan berat.

Page 86: Inovasi Teknologi 2011

Mekanisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201186

analisis ekonomi memperlihatkan biaya operasionalmesin penyawut Rp19.305/jam atau Rp19,31/kg ubikayu, sedangkan biaya mesin penyawut lokal men-capai Rp343,48/kg ubi kayu. Dengan demikian, selaindapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mesinpenyawut rekayasa BBPMP dapat menekan biayapenyawutan sampai 1.679%. Kesepakatan telahdibuat antara Koperasi Mocal Subur Jaya sebagaiprodusen tepung Mocaf dengan CV Cakrawala Mandiriuntuk menampung tepung Mocaf sebanyak 2 t/minggu.

Rekayasa Mesin Grading BenihKedelai

Kebutuhan benih kedelai nasional hingga 2014mencapai 31.000 t/tahun. Penggunaan benih bermutudi tingkat petani masih rendah, meskipun pemerintahtelah melepas lebih dari 20 varietas unggul kedelai.Peningkatan produksi benih kedelai melalui pem-binaan penangkar benih memiliki nilai strategis. Untukmenjamin mutu benih sebar (daya tumbuh minimal70%) dengan ukuran benih yang seragam, pemerintahtelah menetapkan standar mutu benih kedelai.

Untuk menjamin mutu benih kedelai, BBPMP telahmerekayasa mesin pemilah (grading) benih kedelaibekerja sama dengan Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). Mesin meng-gunakan tipe saringan lonjong (ukuran lubang 6, 5,dan 4 mm) dan tipe saringan bulat sebagai pem-

Alsin penyawut ubi kayu dan hasil sawutan.

Modifikasi alsin grading benih kedelai hasilrekayasa BBPMP – Balitkabi dan mesin saatberoperasi.

Page 87: Inovasi Teknologi 2011

Mekanisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201187

banding (ukuran lubang 6, 5, dan 4 mm) sesuai sifatfisik varietas unggul kedelai. Hasil uji fungsionalkinerja menunjukkan, mesin dengan tipe saringanlonjong dapat meningkatkan kapasitas alat dan kelasmutu benih (mayoritas dari satu grade menjadi duagrade), baik untuk kedelai biji besar maupun sedang,dibandingkan dengan menggunakan tipe saringanbulat. Kapasitas mesin dengan tipe saringan lonjongberkisar antara 437-656 kg/jam, atau dengan waktukerja 8 jam/hari, kapasitas rata-rata sebesar 4,372t/hari. Tingkat keseragaman benih hasil grading diatas 90% atau tergolong cukup tinggi dan daya tumbuhbenih lebih besar dari standar mutu benih sebar(70%). Pada tingkat harga alat Rp16 juta/unit danupah dua orang operator Rp150.000/hari, biaya pokokpengoperasian alat sebesar Rp54/kg, titik impas 107t/tahun, dan nisbah keuntungan dengan biaya (B/C)1,59. Keunggulan lain alsin pengkelas benih kedelaiadalah perbaikan sistem per pada mekanismepemisahan cukup baik dan mempunyai prospek cukupbesar diterapkan di tingkat penangkar benih.

Rekayasa Alat Mesin Semprot Semi-Otomatis untuk Mengendalikan OPTJeruk secara Sistemik pada Batang

Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)jeruk oleh petani umumnya menggunakan insektisidadengan mengaplikasikan penyemprotan volume tinggi(high volume spraying technique = HVST) dengan

knapsack sprayer maupun power sprayer. Kelemahanalat semprot tersebut adalah boros insektisida, mes-kipun cukup praktis dan mudah digunakan. Aplikasialsin semprot yang lebih efektif dan efisien dalampenggunaan air dan tenaga serta kompatibel untukberbagai kondisi tanaman perlu dipertimbangkan.

BBPMP bekerja sama dengan Balai PenelitianTanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro)telah merekayasa alat aplikasi pestisida sistemikmelalui batang untuk meningkatkan efisiensipengendalian OPT, selain aman bagi musuh alamidan ramah lingkungan. Prototipe alat yang disebutBark Pesticide Applicator (BPA) telah diuji dilaboratorium BBPMP, Serpong dan di Balitjestro, Batu.Hasil pengujian menunjukkan, aplikasi insektisidasecara sistemik pada batang tanaman jeruk denganmenggunakan BPA lebih efisien dan efektif dalammengendalikan kutu loncat jeruk Diaphorina citri dankutu daun Toxoptera sp. Aplikasi insektisida 4 ml/batang secara murni dengan BPA mampu me-ngendalikan kutu loncat jeruk hingga 28 hari dan kutudaun sampai 16 hari. Aplikasi insektisida dengan alatsemprot hanya mampu menekan kutu loncat dan kutudaun selama enam hari. Aplikasi insektisida padapertanaman jeruk umur 5 tahun seluas 1 ha denganalat BPA memerlukan waktu 2 jam, sedangkandengan alat semprot 5 jam. Pengendalian OPT denganBPA bersifat ramah lingkungan karena populasi musuhalami dari famili Coccinellidae lebih banyakdibandingkan dengan aplikasi insektisida secarasemprot pada kanopi tanaman.

Alsin penyemprot insektisidahasil rekayasa BBPMP –Balitjestro.

Page 88: Inovasi Teknologi 2011

Mekanisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201188

Pengujian prototipe nozzle dengan cairan insektisida pada batang tanaman jeruk.

Aplikasi insektisida secara sistemik pada batangdapat menekan kehilangan cairan insektisida hingga30% dan waktu aplikasinya lebih cepat sehinggasecara langsung menurunkan biaya produksi. BPAdigolongkan ke dalam alsin untuk pertanian presisi.Alsin ini berpotensi untuk dipatenkan dengan hargalebih murah Rp1 juta/unit.

Pengembangan Proses dan MesinFermentasi Biji Kopi

Biji kopi Indonesia dikenal sebagai “kopi asalan”karena mutunya rendah dan banyak biji cacat.Fermentasi merupakan salah satu tahap pengolahanbiji kopi yang memengaruhi mutu dan cita rasa kopi.Petani kopi biasanya melakukan fermentasi secaraalami dalam karung plastik selama 12 jam, sambilmenunggu penjemuran pada esok harinya. Prosesfermentasi kopi dalam perut luwak selama 4-6 jamdapat menghasilkan biji kopi dengan mutu, aroma,dan cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen.Oleh karena itu, perlu dilakukan rekayasa proses danmesin fermentasi biji kopi yang dapat menyerupaiproses fermentasi dalam perut luwak.

BBPMP bekerja sama dengan Pusat PenelitianKopi dan Kakao (Puslitkoka) telah merekayasa prosesdan mesin fermentasi biji kopi secara terkendali.Prototipe mesin fermentasi berkapasitas 50 kg/batch.Mesin terdiri atas empat komponen utama, yaitureaktor fermentasi berbentuk silinder, sumberpemanas menggunakan elemen listrik, tenaga peng-gerak dan sistem transmisi, dan kotak pengendali.

Tenaga penggerak menggunakan motor listrik, dankendali suhu menggunakan thermocontrol dan jamkendali. Kendali putaran menggunakan jam kendalikarena jumlah putaran per satuan waktu telah diaturpada rasio puli dan gigi reduksi.

Proses fermentasi kopi dalam fermentor dipacudengan menambahkan aktivator organik berupakotoran luwak dan Rhizopus sp. dan berlangsung pada

Prototipe mesin fermentasi biji kopi secaraterkendali dan uji coba mesin fermentasi kopi.

Page 89: Inovasi Teknologi 2011

Mekanisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201189

Buah kopi hasil panen dan biji kopi HS hasilproses pengupasan.

suhu 30-40°C. Melalui proses tersebut, waktufermentasi lebih singkat dan konsistensi mutu akhirproduk lebih baik dibandingkan dengan prosesfermentasi konvensional. Limbah cair yang dihasilkandapat terlokalisasi dan termanfaatkan dengan baik.

Fermentor kopi terkendali memiliki kinerja yangbaik dan dapat digunakan untuk fermentasi biji kopiarabika. Penggunaan aktivator organik dapat mem-percepat proses peluruhan lapisan lendir yangmenempel pada permukaan biji kopi. Suhu prosesfermentasi yang baik dengan menggunakan aktivatorkotoran luwak dan Rhizopus sp. adalah 30°C.

Model Pengembangan PertanianPedesaan melalui Inovasi SITTSawit-Sapi

Pengembangan Model Pembangunan PertanianPedesaan Melalui Inovasi (MP3MI) bertujuan untukmendapatkan model pembangunan pertanianpedesaan yang komprehensif berbasis sumberdayalokal, inovasi pertanian, dan kemandirian masyarakatserta dilaksanakan secara partisipatif dengan pe-rencanaan bersama melalui musyawarah dan pem-berdayaan masyarakat petani dan pemangkukepentingan di daerah. Pemilihan komoditas daninovasi pertanian didasarkan pada kesepakatanmasyarakat, permasalahan, dan potensi pengem-bangan. Pengembangan infrastruktur dan kelembaga-an menjadi tanggung jawab pemerintah daerah/dinas

terkait/petani. Bantuan hanya diberikan pada tahapawal penerapan inovasi teknologi sebagai modalkelompok.

BBPMP bersama dengan BPTP Riau, DinasPeternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau, danDinas Perkebunan Provinsi Riau telah menerapkankonsep MP3MI pada sistem integrasi tanaman -ternak (SITT) sawit dengan dukungan alat mesinpertanian. Dalam kegiatan tersebut, BBPMP berperandalam menyediakan inovasi alat mesin pertanianuntuk mendukung subsistem pakan, pupuk organik,dan energi limbah bio. Hasil-hasil kegiatan MP3MISITT sawit di Provinsi Riau diinformasikan melalui“Diskusi Teknis dan Temu Lapang Inovasi dan Pem-belajaran SITT Berbasis Mektan” yang diselenggara-kan di Pekanbaru pada 5 Juli 2011. Pada kesempatantersebut diserahkan fasilitas pabrik pakan skala kecilpendukung SITT sawit.

Serah terima paket alat mesin pengolahpakan ternak berbasis sawit oleh KepalaBBPMP kepada Ketua Koperasi Bhirawa Bhakti.

Page 90: Inovasi Teknologi 2011

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201190

Sosial Ekonomi danKebijakanPengembangan inovasi teknologi dan kelembagaan untukmeningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petanimemerlukan modal usaha yang mudah diakses. Untuk itu,pemerintah telah memberikan bantuan langsung kepadamasyarakat (BLM) melalui program Pengembangan UsahaAgribisnis Perdesaan (PUAP). Selain mengkaji program dankinerja PUAP, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian(PSE-KP) pada tahun 2011 juga telah meneliti dampakpembangunan pertanian dan perdesaan melalui Panel PetaniNasional (PATANAS), peluang swasembada daging sapi, dandampak pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari(M-KRPL) di Pacitan, Jawa Timur, serta pengembangan usahaDiversifikasi Pangan.

Page 91: Inovasi Teknologi 2011

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201191

Penentuan Desa Calon Lokasi PUAPdan Evaluasi Pelaksanaannya

Petani umumnya menghadapi kendala dalampenyediaan modal maupun akses ke lembagapermodalan. Oleh karena itu, sejak tahun 2000pemerintah memberikan bantuan modal finansialdalam bentuk bantuan langsung masyarakat (BLM)ke kelompok tani atau gabungan kelompok tani(gapoktan). Sejak 2008, BLM diperkenalkan melaluiprogram Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan(PUAP). Untuk menyempurnakan pelaksanaanprogram PUAP 2011, Badan Litbang Pertanian me-lakukan identifikasi untuk menyusun calon penerimaBLM PUAP serta mengevaluasi program dankinerjanya. Evaluasi dilakukan di empat provinsi, yakniBanten, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan NusaTenggara Barat, yang meliputi 32 desa/gapoktan yangtersebar di delapan kabupaten.

Evaluasi difokuskan pada program secarakeseluruhan dan pengembangan agribisnis dalamkaitannya dengan sumber permodalan mikro sertamengusulkan alternatif model lembaga keuanganmikro agribisnis (LKM-A) yang tepat untuk diterapkandi desa penerima BLM PUAP. Untuk jangka pendek,LKM-A dapat bekerja sama dengan lembaga yangsudah memiliki badan hukum seperti koperasi, BankPerkreditan Rakyat (BPR), dan lembaga keuanganmikro lainnya.

Penyusunan Calon Penerima PUAP

Dalam kurun waktu 2008-2010, Kementerian Per-tanian telah merealisasikan pencairan dana BLMPUAP untuk 29.013 gapoktan yang tersebar di 33provinsi, yakni 10.542 gapoktan pada 2008, 9.884gapoktan pada 2009, dan 8.587 gapoktan pada 2010.Hingga November 2011, dari target 10.000 gapoktan,

Salah satu tahapan kegiatan dalam identifikasi calon penerima PUAP.

Page 92: Inovasi Teknologi 2011

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201192

dana BLM PUAP mencakup 6.697 gapoktan dengannilai lebih dari Rp669 miliar. Hal ini berarti sampai2011, dari seluruh desa di Indonesia (lebih dari 70.000desa), separuhnya telah menerima dana BLM PUAP.

Sumber usulan calon penerima BLM PUAP adalahpemerintah daerah, aspirasi masyarakat, dan unitkerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian.Mekanisme pengusulannya selalu mengikutiperubahan yang terjadi karena adanya penyesuaianpelaksanaan PUAP. Demikian pula kriteria desa calonpenerima BLM PUAP, berubah karena berdasarkankondisi di lapangan, sulit untuk menemukan desa-desa miskin karena sebagian besar telah memperolehBLM PUAP pada tahun sebelumnya.

Pada 2011, di Kementerian Pertanian juga ter-jadi perubahan struktur organisasi. Ketua PokjaIdentifikasi Desa Tim PUAP Pusat yang awalnyaPSE-KP beralih ke Direktorat Pembiayaan Pertanian,Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. Oleh karenaitu, pada tahun 2011 PSE-KP hanya membantuDirektorat Pembiayaan Pertanian dalam melak-sanakan tugasnya.

Evaluasi Kinerja PUAP

Evaluasi terhadap aspek input menunjukkan, penyu-sunan juklak dan juknis bervariasi, bergantung padakepentingan masing-masing pemerintah daerah.Provinsi Sumatera Utara membuat juklak dan juknisuntuk menampung dana dari APBD, sedangkanKabupaten Lombok Barat, NTB, tidak menyusun juklakdan juknis karena pedoman umum yang disusun TimPUAP Pusat telah sesuai dan mudah dipahami. Materipelatihan penyelia mitra tani (PMT) telah dilengkapipraktik, namun sebagian materi praktik perlu di-sempurnakan agar mudah diterapkan, yaitu e-formdan kelembagaan petani.

Jumlah bantuan modal masih kurang dibanding-kan dengan kebutuhan anggota, kelompok sasarankurang tepat, sosialisasi program kurang, namunperencanaan sudah baik. Masalah atau kendala utamadalam pelaksanaan program PUAP adalah dalam halsosialisasi, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

Penyaluran dana BLM PUAP masih dilakukan olehpengurus gapoktan atau unit usaha di bawahgapoktan. LKM-A masih jarang ditemui, kecuali diJawa Timur dan Kabupaten Karo, walaupun masihberupa unit usaha di bawah gapoktan dan pengurus-nya masih merangkap sebagai pengurus gapoktan.Dana PUAP di masing-masing gapoktan umumnyasudah disalurkan ke anggota, hanya 12,5-37,5%yang belum menyalurkan dana awal ke anggota.Perputaran dana PUAP rata-rata pada perputarankedua hingga keempat, meskipun masih ada ga-poktan penerima BLM PUAP tahun 2009 di Bantendan Jawa Timur baru pada putaran pertama.Operasionalisasi kegiatan LKM-A membutuhkanpembinaan kepengurusan dan supervisi untukkegiatan administrasi maupun usaha ekonomiprodukif.

Dana BLM PUAP umumnya digunakan untukkegiatan budi daya dan hanya sebagian kecil untuknonbudi daya. Dana BLM PUAP dapat mendukungusaha agribisnis, yakni untuk pengadaan saranaproduksi pertanian, dan sebagian kecil untuk bibitternak.

Introduksi inovasi teknologi dan rekayasakelembagaan lebih menekankan pada pendekatanbudaya material (bantuan dana, alsintan, saranaproduksi) dibanding nonmaterial (membangun sistemnilai). Peran BPTP dalam menyediakan inovasiteknologi cukup menonjol. Pembinaan kelembagaangapoktan dan LKM-A menggunakan pendekatankelompok, namun pendekatan partisipatif belumdilakukan secara maksimal. Pengembangankelembagaan gapoktan dan LKM-A cenderungmenggunakan pendekatan struktural.

Secara umum dana PUAP berpengaruh terhadappeningkatan pendapatan petani, meskipun relatifkecil. Hal tersebut terlihat dari kemampuan untukmengembalikan pinjaman PUAP, memenuhi kebutuh-an modal untuk musim tanam berikutnya maupunkebutuhan rumah tangga, seperti pendidikan bagianggota keluarga. Sebelum PUAP, petani seringmenunda masa tanam karena kekurangan modal.

Di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, BLM PUAPtelah meningkatkan serapan tenaga kerja. Dengan

Page 93: Inovasi Teknologi 2011

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201193

lebih intensifnya petani dalam mengelola usaha tani,seperti pemupukan dan pemberantasan hamapenyakit maka tenaga kerja yang dicurahkan pun lebihbanyak, baik yang bersumber dari dalam maupunluar keluarga.

Unit usaha simpan pinjam pada gapoktan diKabupaten Karo sudah diberi nama LKM-A, hanyabelum sepenuhnya berfungsi sebagai lembagakeuangan mikro agribisnis. Kepengurusan LKM-Amasih merangkap sebagai pengurus gapoktan.Struktur organisasi pengelola LKM-A juga bervariasi.Oleh karena itu, perlu dibuat standar baku strukturorganisasi LKM-A sehingga setiap daerah yang akanmembentuk LKM-A dapat menyesuaikannya dengankondisi dan situasi di daerah masing-masing.

Evaluasi Program PUAP

Kelembagaan pengelola Program PUAP merupakanfaktor pendorong keberhasilan program. Hal ini jugamemberikan indikasi pentingnya efisiensi lembagadengan perangkat administratifnya (peraturan,pendanaan, dan pengelola/manajemen) untukmencapai keberhasilan program.

Komponen utama pendorong keberhasilanprogram PUAP, yakni SDM dan fasilitasi usaha,mempunyai tingkat kepentingan tertinggi dibandingdua komponen lainnya, manajemen dan infrastrukturdan dukungan finansial. Hal ini merupakan indikasiyang cukup kuat untuk meningkatkan kinerja programPUAP, dengan menata ulang kelembagaan yangterlibat dalam penyelenggaraan kegiatan untukmemperoleh manfaat yang optimal. Tiga unsur yangperlu didorong dalam komponen utama adalah: (1)keanggotaan gapoktan yang aktif dengan usahaproduktif; (2) pendampingan dalam kegiatan usahaekonomi; dan (3) penyediaan sarana dan prasaranaoperasional kegiatan.

Transformasi kelembagaan gapoktan/LKM-Aagar lebih efektif melaksanakan kegiatannyamembutuhkan adanya: (1) kompatibilitas antarastruktur organisasi dengan peran dan fungsi yangharus dijalankan; (2) aturan yang jelas dantransparan; (3) keterampilan teknis dan kapabilitas

manajerial pengurus; (4) jiwa kewirausahaanpengurus dan anggota; dan (5) jaringan kerja yangsemakin luas. Transformasi kelembagaan menjadikelembagaan hukum dapat berupa gapoktan denganakta notaris atau Badan Usaha Milik Petani. Unit usahasimpan pinjam atau LKM-A dapat ditransformasimenjadi koperasi simpan pinjam atau koperasi serbausaha.

Panel Petani Nasional (PATANAS)

Untuk mengetahui hasil dan dampak pembangunanpertanian, khususnya terhadap peningkatankesejahteraan petani, pemerintah membutuhkaninformasi dalam bentuk indikator-indikator pem-bangunan ekonomi untuk mempertajam tujuan,kebijakan, dan program pembangunan pertanian.Dalam rangka menyediakan informasi tersebut, sejak1983 PSE-KP melakukan penelitian Panel PetaniNasional (PATANAS) secara periodik dalam intervalwaktu tertentu pada lokasi (desa) dan rumah tanggayang sama.

Pada tahun 2006, penelitian Patanas disem-purnakan dari segi tipologi desa dan indikatorpembangunan yang dianalisis. Sebelum 2006, tipologidesa lokasi penelitian Patanas adalah desa sawahirigasi berbasis padi. Namun sejak 2007, tipologi desalokasi penelitian Patanas meliputi desa sawah irigasiberbasis padi, desa lahan kering berbasis palawijadan sayuran, dan desa lahan kering berbasisperkebunan. Indikator pembangunan yang dianalisismencakup distribusi pemilikan/penguasaan lahan,produktivitas tenaga kerja, produktivitas lahan,struktur pengeluaran rumah tangga, dan distribusipendapatan. Selain indikator-indikator tersebutditambahkan indikator nilai tukar petani, persentasependuduk miskin, dan kecukupan energi dan protein.

Pada tahun 2011, survei dilakukan pada rumahtangga di agroekosistem lahan kering berbasissayuran dan palawija. Penelitian bertujuan untukmenyajikan sejumlah indikator yang merefleksikandinamika hasil dan dampak pembangunan pertaniandan perdesaan di wilayah tersebut, khususnya ditingkat usaha tani dan rumah tangga.

Page 94: Inovasi Teknologi 2011

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201194

Pada desa-desa lokasi penelitian, luas lahantegalan relatif tetap namun jumlah penduduk terusmeningkat sehingga tekanan penduduk terhadaplahan pertanian pun makin berat, yang diindikasikanoleh rata-rata luas lahan tegalan per rumah tanggayang makin sempit. Konsekuensinya, daya serapsubsektor tanaman pangan terhadap pertambahantenaga kerja makin terbatas. Fenomena setengahpengangguran dijumpai di desa-desa lokasi pe-nelitian, yang diindikasikan terjadinya migrasipenduduk yang memiliki tingkat pendidikan danketerampilan yang rendah serta tingkat dan lajukenaikan upah tenaga kerja yang relatif rendah selama2008-2010. Fenomena ini mengisyaratkan pemerintahperlu segera membuka seluas-luasnya lapangan kerjadi sektor nonpertanian.

Kapasitas produksi usaha tani komoditas utamamasih berpotensi ditingkatkan melalui penggunaan

benih unggul berlabel dan pemupukan berimbang.Dalam kaitan ini, pemerintah perlu memberikansubsidi pupuk anorganik serta benih palawija dansayuran untuk mengurangi beban biaya usaha taniyang harus ditanggung petani.

Diversifikasi sumber pendapatan perlu dilakukanrumah tangga petani sebagai konsekuensi ter-batasnya pendapatan dari usaha tani. Dengan meng-gunakan pangsa pengeluaran pangan sebagaipetunjuk tingkat kesejahteraan, selama 2008-2011secara agregat kesejahteraan rumah tangga petanilahan kering berbasis palawija meningkat, yangditunjukkan oleh penurunan pangsa pengeluaranuntuk pangan dari 62% pada 2008 menjadi 57% pada2011. Namun tingkat kesejahteraan rumah tanggapetani lahan kering berbasis sayuran menurun, yangditunjukkan oleh kenaikan pangsa pengeluaran untukpangan dari 47% pada 2008 menjadi hampir 57%pada 2011.

Mengacu pada garis kemiskinan BPS 2010,jumlah rumah tangga miskin di lokasi contoh menurunselama periode 2008-2011. Namun bila dilihat dariprofitabilitas usaha tani cenderung menurun, demikianhalnya dengan tingkat dan laju upah tenaga kerjapertanian relatif rendah. Oleh karena itu, programraskin akan tetap bermanfaat untuk meringankanbeban pengeluaran, khususnya untuk pangan bagipenduduk miskin, selektif sesuai sasaran.

Akselerasi Swasembada DagingSapi

Senjang permintaan dan penawaran daging sapiterus melebar dan ketergantungan pada impor dagingsapi makin meningkat. Kondisi ini mendorongpemerintah melakukan upaya terobosan untukberswasembada daging sapi dan kerbau melaluiProgram Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014.PSE-KP melakukan analisis terhadap konsep PSDS,serta mengevaluasi implementasi dan dampaknya.Penelitian dilakukan di DKI Jakarta, Nanggroe AcehDarussalam, Riau, Jawa Barat, dan Nusa TenggaraBarat.

Penelitian PATANAS untuk memperolehinformasi mengenai indikator-indikatorpembangunan ekonomi.

Page 95: Inovasi Teknologi 2011

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201195

Dinamika dan Konsepsi PSDS

Secara umum konsep PSDS 2014 lebih baik dan lebihlengkap dibanding konsep swasembada dagingsebelumnya, baik dari sisi instrumen kebijakan,dukungan dana, maupun tata kelola program/manajemen. Namun, dengan mempertimbangkantenggang waktu capaian swasembada, konsep PSDS2014, dan ketidakberhasilan program swasembadadaging sebelumnya, perlu penajaman kegiatan yangmencakup (1) pengembangan usaha pembiakan danpenggemukan sapi lokal; (2) optimalisasi inseminasibuatan (IB) dan intensifikasi kawin alam (INKA); (3)penyediaan dan pengembangan pakan dan air; (4)penanggulangan gangguan reproduksi danpeningkatan pelayanan kesehatan hewan; (5)penyelamatan sapi betina produktif (SPB); dan (6)pengaturan stok sapi bakalan dan daging di antaranyamelalui pengendalian impor.

Implementasi Dasar Pendukung PSDS 2014

Kegiatan PSDS 2014 yang didanai Ditjen Peternakandan Kesehatan Hewan hanya sebagai pengungkit.Dalam operasionalnya, PSDS 2014 mendapatdukungan berbagai pihak lingkup Kementan,kementerian lain, Pemda, dan pihak swasta. Di tingkatpusat, peran Unit Manajemen dalam operasionalisasiPSDS 2014 masih sangat lemah karena yang berpe-ran dominan adalah masing-masing Direktorat danSekretariat lingkup Ditjen Peternakan dan KesehatanHewan. Di tingkat provinsi dan kabupaten, kegiatanPSDS 2014 dilaksanakan oleh pejabat strukturalkarena terbatasnya jumlah tenaga terampil. ProgramPSDS 2014 didukung cetak biru sebagai pedomanpelaksanaan kegiatan. Berdasarkan Permentan No.19/2010, telah disusun pedoman umum, pedomanteknis, dan petunjuk pelaksanaan, namun sosiali-sasinya di berbagai daerah belum memadai.

Penyediaan Sapi Bakalan/Daging Sapi Lokal

Peningkatan populasi sapi potong tidak cukup denganmerelokasi sapi dari sentra produksi ke daerahpengembangan baru, tetapi juga perlu mendatangkan

sapi bibit impor. Sapi bibit impor disebar ke kelompokyang berpengalaman atau ke usaha sapi potong skalamenengah. Peningkatan populasi dan produksi ternakdan daging sapi berpengaruh positif terhadapkelompok peternak. Namun demikian perlu juga adadorongan agar BUMN dan pihak swasta skalamenengah untuk dapat berinvestasi pada usahasapi potong.

Sebagian kelompok peternak dan sarjanamembangun desa (SMD) mengalami kesulitan dalammenjalankan usaha ternak sapi karena kurangnyapengalaman, sehingga perlu binaan Dinas dan kerjasama dengan SMD maju. Pupuk organik dan biogassebagai produk samping usaha ternak belummemberikan kontribusi yang signifikan terhadappeningkatan pendapatan peternak.

Integrasi sawit-sapi berpotensi meningkatkanpopulasi dan produksi ternak dan daging sapi. Riauyang memiliki kebun sawit terluas di Indonesia dapatmenjadi daerah pertumbuhan baru industri sapipotong melalui pola integrasi sawit-sapi.

Kondisi rumah potong hewan (RPH) di Indonesia,terutama bangunan, fasilitas, higienitas, sanitasi, danjumlahnya masih jauh dari standar internasional.Kondisi ini menyebabkan banyaknya praktikpemotongan ternak di luar RPH pemerintah. Pem-bangunan RPH berstandar internasional sulit danmemerlukan biaya besar, namun secara bertahapperlu dilakukan.

Integrasi sawit-sapi untuk meningkatkanpopulasi dan produksi daging sapi.

Page 96: Inovasi Teknologi 2011

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201196

Peningkatan Produktivitas danReproduktivitas Sapi Lokal

Pelaksanaan inseminasi buatan (IB) mengalamiberbagai hambatan. Service per conception (S/C) 2,7,conception rate (CR) 38%, dan jarak beranak berkisar18 bulan. Di tingkat peternak, masalah yang dijumpaiadalah rendahnya kemampuan dalam mendeteksiberahi sehingga peternak terlambat melapor kepetugas. Hal tersebut dipersulit oleh terbatasnyatenaga dan sarana transportasi petugas. Faktor yangtidak kalah pentingnya adalah rendahnya nutrisiternak. Dengan adanya kelemahan tersebut makaperkawinan secara alami perlu dioptimalkan, ter-utama pada daerah yang memiliki padang peng-gembalaan, yang dibarengi dengan penyediaanpejantan unggul.

Ketersediaan pakan murah, bergizi, dan mudahdidapat merupakan prasyarat untuk keberlanjutanusaha peternak. Upaya tersebut dapat dilakukandengan introduksi teknologi pakan dari BPTP. Peranpemerintah dan swasta sangat diperlukan untukmenindaklanjuti teknologi tersebut agar dapatdiaplikasikan secara massal, sehingga harganyaterjangkau.

Gangguan reproduksi yang paling utama adalahhypufungsi ovary dan repeat breeder. Pada sebagiandaerah juga terdapat gangguan penyakit bruselosisdan cacingan yang dapat menurunkan produktivitasdan reproduktivitas ternak. Pemberian pakan yangberkualitas baik dapat menghindarkan ternak darigangguan penyakit tersebut.

Pencegahan Pemotongan Sapi BetinaProduktif

Pencegahan pemotongan sapi betina produktif (SPB)memerlukan komitmen seluruh komponen terkait,tidak saja peternak dan pedagang, tetapi juga petugaspemerintah. Peternak menjual SPB karena tidakmempunyai alternatif lain untuk memperoleh uangtunai, sedangkan sebagian pedagang hanya memburukeuntungan. Penegakan hukum yang dibarengidengan edukasi diharapkan dapat mengatasi masalahtersebut secara bertahap.

Penyelamatan SPB dapat dilakukan dengan caramembeli sapi dengan harga di bawah harga pasarsebagai bantuan pinalti dan memberikan peringatankeras kepada pedagang. Oleh karena itu, diperlukandana talangan untuk menyelamatkan SPB. Skim usahakelompok peternak penyelamat SPB perlu dievaluasidan diperbaiki agar hasilnya efektif.

Penyediaan Bibit Sapi

Pengembangan sapi dengan IB melalui produksisemen beku pejantan unggul sudah tercapai sesuaitarget. Agar efisien, fungsi BIB lebih diarahkan untukmenjaring pejantan-pejantan unggul lokal.

Dalam mendukung PSDS 2014, Balai PembibitanTernak Unggul (BPTU) diperkirakan hanya mampumenghasilkan sekitar 2.500 ekor bibit sapi, jauh daritarget 17.745 ekor. Untuk mencapai target tersebut,peran BPTU lebih diarahkan untuk membina VillageBreeding Center (VBC) bekerja sama dengan Disnaksetempat. Peran utama yang perlu ditingkatkanadalah melakukan sertifikasi bibit jantan dan betinadengan menggunakan kriteria bobot lahir, tinggigumba, panjang badan, lingkar dada, dan kondisieksterior lain.

Kegiatan VBC sebaiknya tidak dimasukkan dalamkegiatan mendukung PSDS 2014. Dana yang ada dapatdigunakan untuk kegiatan lain yang memperkuatusaha pengembangbiakan sapi. Kegiatan VBC hanyadilakukan pada daerah-daerah yang memiliki sumber-daya bibit sapi potensial dan mudah melakukanpengawasan kegiatan pemurnian, seperti diKabupaten Aceh Besar untuk sapi aceh; di Bali, NTBdan Kupang untuk sapi bali; di Sumba untuk sapi SO;dan di Madura untuk sapi madura.

Realisasi KUPS untuk memperbanyak sapi bibitmenghadapi berbagai kendala terkait aturanperbankan. Pada beberapa daerah, peran bankdaerah sangat positif sehingga ke depan dapat lebihditingkatkan. Realisasi KUPS harus memerhatikanpengguna. Jika kredit lebih banyak dimanfaatkanswasta besar tanpa melibatkan kelompok peternakdikhawatirkan misi PSDS 2014 untuk mensejahterakanpeternak tidak dapat tercapai.

Page 97: Inovasi Teknologi 2011

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201197

Pengaturan Stok Daging Sapi Dalam Negeri

Koordinasi penyusunan prognosa kebutuhan dagingsapi menjadi kunci penyempurnaan pengaturan stokdaging sapi di dalam negeri, disertai revitalisasi fungsiBadan Karantina Pertanian guna meningkatkanpendapatan peternak sapi lokal dan menjaga stabilitasharga daging sapi di pasar domestik. Impor hanyauntuk menutupi kekurangan produksi dalam negeri.

Distribusi dan pemasaran sapi dan daging sapiperlu memerhatikan aspek kesehatan ternak danmasyarakat. Pencegahan penyakit menular dariternak ke ternak atau dari ternak ke manusia perlumenjadi agenda semua pihak yang terlibat dalamdistribusi dan pemasaran. Kesadaran masyarakatakan pentingnya memperoleh daging ASUH perluditingkatkan. Pedagang perlu pula memerhatikanaspek kesehatan ternak dalam mendistribusikanternak dari sentra produksi hingga ke RPH.

Pengembangan Usaha DiversifikasiPangan

Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategiuntuk mencapai ketahanan pangan. Salah satu upayauntuk meningkatkan diversifikasi pangan adalahmelalui percepatan penganekaragaman konsumsi

pangan pokok berbasis sumberdaya lokal. Dalamupaya mendukung program percepatan diversifikasikonsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal. BadanLitbang Pertanian menghasilkan inovasi teknologipengolahan makanan dan alat mesin. Upaya tersebutsekaligus untuk meningkatkan substitusi aneka tepunglokal terhadap terigu, seperti tepung kasava danMocaf, tepung ubi jalar, dan tepung jagung.

Indonesia memiliki keanekaragaman panganyang sangat besar, baik dari kelompok umbi-umbian,serealia, buah-buahan maupun pangan lainnya.Berkaitan dengan hal tersebut, pengembangansumber pangan lokal didasarkan pada pertimbanganberikut: (1) merupakan sumber karbohidrat, sepertiubi jalar, padi, jagung, dan ubi kayu; (2) mempunyaipotensi produktivitas yang tinggi; (3) memiliki potensidiversifikasi produk yang beragam; (4) memilikikandungan zat gizi yang beragam; dan (5) memilikipotensi permintaan pasar lokal, regional, maupunekspor yang terus meningkat. PSE-KP telah melakukanpenelitian pengembangan diversifikasi konsumsipangan di tujuh lokasi, yaitu: (1) Jawa Barat (BadanKetahanan Pangan); (2) Kota Bogor (pusat penelitian,balai penelitian, dan BB penelitian lingkup wilayahBogor); (3) Kabupaten Bandung (Dinas Pertaniandan kelompok tani); (4) Kabupaten Bandung Barat(kelompok tani); (5) Kabupaten Gunung Kidul, DIYogyakarta (BP2KP); (6) Kabupaten Malang (Balitkabi);

Distribusi dan pemasaran sapi dan daging sapi perlu memerhatikan kesehatan ternak dan masyarakat.

Page 98: Inovasi Teknologi 2011

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201198

dan (7) Kabupaten Trenggalek (Badan KetahananPangan).

Preferensi Konsumen terhadap Pangan Pokokdan Kudapan

Dari 471 responden, 41,2% di antaranya memilih ubikayu sebagai bahan pangan pokok pengganti beras,lainnya memilih ubi jalar (27,8%), kombinasi ubi kayudan ubi jalar (9,3%), serta sorgum dan hanjelimasing-masing 6,6 dan 1,3%. Sorgum dan hanjelimemiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingubi kayu dan ubi jalar.

Sebanyak 45,9% responden tidak terlalumenuntut bentuk olahan, cukup direbus, dikukus ataudigoreng, tetapi sebagian (19-21%) mengharapkanbentuk olahan berupa mi, beras sorgum, berasjagung, dan beras singkong. Responden lebih banyakyang memilih rasa asli (70,3%), sedangkan sebagianlainnya memilih cita rasa pandan, stroberi, ataukombinasi. Untuk kandungan gizi, respondenmengharapkan kandungannya minimal sama denganberas (39,3%), lebih baik dari beras (36,5%) atausesuai dengan pangan pokok yang digunakan(22,3%). Untuk bahan pangan kudapan penggantiterigu, responden cenderung memilih ubi kayu(37,8%), ubi jalar (35,7%), sorgum (4,3%), danhanjeli (1,9%), sedangkan yang memilih kombinasihampir 16%. Dengan demikian, bahan kudapan dapatmenggunakan ubi kayu yang diubah menjadi tepungubi kayu atau Mocaf.

Permintaan Pasar

Berdasarkan kajian, jenis pangan pokok sebagaipengganti beras yang disarankan adalah berassorgum, beras jagung, dan beras singkong (RaSi).Jika program diversifikasi pangan dengan polamengganti pangan pokok beras dengan ketiga jenisberas tersebut di Badan Litbang Pertanian, makadiperlukan beras sorgum, jagung, dan beras singkongmasing-masing sebanyak 12 ton/tahun. Jika programdiversifikasi dilaksanakan di Bogor, diperlukan berassorgum, jagung, dan ubi kayu masing-masing 3.734ton/tahun. Jenis pangan kudapan yang layak untukmengurangi penggunaan terigu adalah kue keringalmon, getuk, brownies, dan bolu kukus.

Model Pengembangan Diversifikasi Pangan

Model pengembangan diversifikasi pangan di wilayahBogor dengan konsumen karyawan Satuan Kerja(Satker) Badan Libang Pertanian di wilayah Bogoradalah model alternatif-I, yakni bahan baku,pengolahan, teknologi, dan pemasaran ditangani olehBadan Litbang Pertanian. Alternatif-I membutuhkaninfrastruktur seperti: (1) lahan seluas 6,60 ha untukpengadaan bahan baku; (2) ruang kerja dan produksi;(3) alat untuk menyediakan bahan baku, pengolahan,dan transportasi; (4) modal awal untuk benihpenyediaan bahan baku dan pengolahan; (5)kelembagaan pengelola; dan (6) instrumen berupalaw enforcement dan power enforcement. Dukungan

Beras jagung dan tepung mocaf untuk mendukung diversifikasi pangan.

Page 99: Inovasi Teknologi 2011

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 201199

satker dan peranannya dalam pengembanganprogram diversifikasi pangan adalah: (1) BadanLitbang Pertanian sebagai penanggung jawab,pengarah, dan pengawas; (2) BB Biogen dan Balittrosebagai penyedia lahan 6,60 ha; (3) BBPMP sebagaisumber teknologi alat pengolahan pangan; (4) BBPascapanen sebagai koordinator dan sumberteknologi pengolahan pangan; (5) unit KP mem-produksi bahan baku pangan (sorgum, jagung, danubi kayu); (6) unit pengolah bahan baku mengeringkandan sebagian mengolah menjadi beras sorgum,jagung, dan ubi kayu; (7) unit showroom menyimpanproduk bahan pangan dan pangan jadi dan men-distribusikannya ke satker di sekitar Bogor; (8) seluruhsatker di wilayah Bogor selain memiliki peran utamajuga sebagai pasar untuk kegiatan rapat dan makansiang; dan (9) outlet, SKPD, serta tempat wisatasebagai alternatif pengembangan pasar.

Pada model alternatif-II, bahan baku danpengolahan ditangani oleh pihak swasta (pemasok),sedangkan teknologi dan pemasaran ditangani olehBadan Litbang Pertanian. Alternatif-II memerlukandukungan infrastruktur seperti: (1) ruang kerja; (2)alat dan sarana transportasi; (3) modal awal untukpembelian pangan jadi; (4) kelembagaan pengelola;dan (5) instrumen berupa law enforcement danpower enforcement. Dukungan satker dan perananutamanya dalam pengembangan program diversifi-kasi pangan adalah: (1) Badan Litbang Pertaniansebagai penanggung jawab, pengarah, danpengawas; (2) BBPMP sebagai sumber teknologi alatpengolahan pangan; (3) BB Pascapanen sebagaikoordinator dan sumber teknologi pengolahanpangan; (4) unit showroom berfungsi sebagaipengadaan pangan, menyimpan produk bahanpangan dan pangan jadi yang siap didistribusikan kesatker di sekitar Bogor; (5) seluruh satker di wilayahBogor selain memiliki peran utama juga sebagai pasaruntuk kegiatan rapat dan makan siang; dan (6) outlet,SKPD, serta tempat wisata sebagai alternatifpengembangan pasar baru.

Untuk menjalankan model alternatif-II perlu adapenekanan kegiatan, di antaranya: (1) pengawasandan kontrol secara rutin dari pimpinan pusat terhadappelaksanaan kegiatan tiap bulan, seperti yang

dilaksanakan oleh Sekwilda Jawa Barat; dan (2) perluada pengelola khusus yang dibebaskan dari tugasadministrasi, terutama pada unit vital seperti unitpengolahan, pemasaran, dan distribusi.

Dengan memerhatikan sifat produk yangdiprogramkan pada pengembangan diversifikasipangan, kedua model ini memungkinkan untukdilaksanakan. Titik kritis terletak pada penyediaanlahan dan peralatan pengolahan bahan baku danpengolahan pangan itu sendiri.

Pengembangan Model KawasanRumah Pangan Lestari

Luas lahan pekarangan Indonesia mencapai 10,3 jutahektare atau 14% dari luas lahan pertanian. Lahanpekarangan mempunyai berbagai fungsi, antara lainmelestarikan sumberdaya alam dan lingkungan,mengonservasi plasma nutfah, serta fungsi ekonomi,sosial, dan estetika. Namun, umumnya masyarakatbelum memanfaatkan lahan pekarangan secaraoptimal. Pemanfaatan lahan pekarangan untukkomoditas pangan lokal dan komoditas yang bernilaiekonomi tinggi dapat mencukupi sebagian kebutuhanpangan, menghemat pengeluaran, dan meningkatkanpendapatan rumah tangga. Pada tahun 2011 BadanLitbang Pertanian mengembangkan pemanfaatanlahan pekarangan melalui Model Kawasan RumahPangan Lestari (M-KRPL). Pengembangan M-KRPLdiinisiasi di Dusun Jelok, Desa Kayen, KabupatenPacitan, Jawa Timur. Berkaitan dengan hal tersebut,PSE-KP melakukan penelitian untuk mengevaluasidampak pengembangan M-KRPL terhadap kesejah-teraan rumah tangga dan ekonomi di perdesaan.

Hasil evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan M-KRPL menunjukkan tahapan pengembangan M-KRPLperlu melalui proses sosial yang matang. Kelem-bagaan pengelola KRPL belum terbentuk sehinggadistribusi bantuan menggunakan kelembagaanpemerintah di tingkat lokal (RT, RW/Kepala Dusun,dan pamong desa). Pembinaan melalui pendekatanindividual dan kelompok perlu diperkuat dalammeningkatkan partisipasi masyarakat. Introduksi lebihmengarah melalui budaya material, menggunakan

Page 100: Inovasi Teknologi 2011

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011100

teknologi atau intensifikasi sebagai entry point, namunmasih lemah dalam pengembangan kelembagaandan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif.Kelembagaan pengelola M-KRPL harus segeradikembangkan melalui kelembagaan lokal yang telahada. Kelembagaan pendukung perlu dikembangkandan mengintegrasikan M-KRPL dengan program-program pembangunan pertanian dan pemberdayaanmasyarakat pada pemerintah daerah.

Dampak M-KRPL

Pengembangan M-KRPL memberikan dampak positifterhadap pola konsumsi pangan dan pola panganharapan (PPH). Melalui M-KRPL, skor PPH meningkatdari 65,6% menjadi 77,5% atau sudah di atas targetPPH Kabupaten Pacitan 2012-2014, namun masih dibawah target 2015 sebesar 80,9%.

Kontribusi produksi yang bersumber dari lahanpekarangan terhadap total konsumsi rumah tanggaberkisar antara 1-15% atau rata-rata 6,8%. Kontribusiterbesar secara berturut-turut adalah dari sayuran,umbi-umbian, ternak, dan buah-buahan. PenerapanM-KRPL dapat mengurangi pengeluaran rumah tanggauntuk konsumsi pangan, berturut-turut untuk sayuran,umbi-umbian, produk ternak (telur), dan ikan.

Dampak M-KRPL terhadap tingkat pendapatanrumah tangga relatif masih kecil dan bervariasi sesuailuas lahan pekarangan. Sumbangan lahan pekarang-an terhadap total pendapatan rumah tangga setelahmenerapkan M-KRPL mencapai 6,8%. Untukpekarangan dengan luas < 100 m2, sumbangannyaterhadap pendapatan berkisar antara 1-4%. Peka-rangan dengan luas 100-300 m2 memberi sumbanganpendapatan 4-8%, dan yang luasnya lebih dari 300m2 (kategori luas) berkisar antara 8-15%.

Dampak M-KRPL terhadap pengembanganekonomi produktif di perdesaan masih terbatas,dalam bentuk usaha pembibitan, pengolahan hasilpertanian, dan usaha dagang. Untuk meningkatkannilai tambah umbi-umbian, masyarakat telah me-ngembangkan pengolahan tepung ubi kayu dan garut,pembuatan keripik pisang, mbote, dan ubi kayu,serta susu kedelai. Produksi cabai rawit dipasarkanke luar wilayah kabupaten, seperti Wonogiri, GunungKidul, dan Ponorogo.

Pengembangan M-KRPL untuk mendukung penyediaan pangan keluarga secara lestari.

Page 101: Inovasi Teknologi 2011

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011101

Pengembangan M-KRPL

Ke depan, pengembangan M-KRPL dapat meng-gunakan dua pola. Pola pertama, secara integratifmelibatkan beberapa kelembagaan, seperti gapoktanuntuk memasok sarana produksi (bibit, pupuk, danobat-obatan) dan pemasaran hasil, PKK dankelompok dasa wisma untuk mengelola M-KRPL,serta kelembagaan pemerintah pusat, daerah,maupun desa yang berfungsi dalam mediasi dan

fasilitatif. Pola kedua, kelembagaan secara terpadudari hulu hingga hilir dikelola PKK dan kelompok dasawisma, dengan melibatkan Koperasi Wanita(KOPWAN) sebagai lembaga keuangan dan unitpemasaran dari produk-produk yang dihasilkan olehpetani peserta M-KRPL. Membangun kelembagaankemitraan usaha yang bersifat saling membutuhkan,saling memperkuat dan saling menguntungkan antarapetani dan perusahaan pengolah hasil pertanian jugasangat penting.

Page 102: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011102

Inovasi Spesifik LokasiInovasi pertanian spesifik lokasi merupakan salah satukomponen penting dalam pembangunan pertanian. Adanyarespons terhadap perubahan strategi pembangunan pertaniannasional, menuntut ketersediaan inovasi pertanian yangsemakin meningkat. Dengan demikian, Balai Besar Pengkajiandan Pengembangan Teknologi Pertanian sebagai institusi yangmendapat tugas untuk melaksanakan pengkajian danpengembangan teknologi pertanian, memiliki ruang yang besaruntuk berkiprah dalam mendukung pembangunan pertanian.Kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi pertaniantersebut dilaksanakan di 31 Balai Pengkajian TeknologiPertanian (BPTP) dan dua Loka Pengkajian Teknologi Pertanian(LPTP) di Sulawesi Barat dan Kepulauan Riau, untuk mendukungpencapaian empat target sukses Kementerian Pertanian.

Page 103: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011103

Percepatan Adopsi Varietas UnggulBaru Padi Sawah dan Padi RawaPengganti IR64 dan Ciherang

Dalam rangka mendukung Program PeningkatanProduksi Beras Nasional (P2BN), BPTP Bengkulumelaksanakan pengkajian dan introduksi VUB padisehingga petani tidak lagi menanam varietas unggullama, varietas lokal, atau VUB secara terus-menerus,seperti IR64 dan Ciherang. Mengingat karakteristikpetani yang beragam maka pemahaman terhadapkarakteristik mereka merupakan suatu keharusandalam mengintroduksikan inovasi teknologi. Kepu-tusan petani dalam memilih teknologi yang akanditerapkan, selain dipengaruhi pandangannya ter-hadap risiko usaha, juga akan ditentukan olehketersediaan sumberdaya petani dan kelembagaanpendukung yang ada di perdesaan.

Pengkajian dilaksanakan di enam kabupatendengan jumlah responden 152 petani. Hasil peng-kajian menunjukkan 118 petani (77,63%) telahmenggunakan VUB padi. Sebanyak 139 petani(91,45%) memiliki persepsi yang baik terhadap VUBpadi. Hal ini berarti tidak semua petani yang memilikipersepsi baik terhadap VUB menggunakan VUB dilahan mereka. Kondisi ini dipengaruhi oleh pengalam-

an petani dalam berusaha tani padi, luas lahan, danintensitas ke lahan sawah. Faktor penghambat adopsiadalah benih kurang tersedia (49,34% responden),pemeliharaan VUB lebih sulit (42,11% responden),dan harga benih lebih mahal dibanding benih lokal(61,18% responden). Faktor-faktor yang mendorongpetani menggunakan VUB adalah penggunaan pupuklebih sedikit, umur tanaman lebih genjah, produk-tivitas lebih tinggi, tahan terhadap OPT, penampakangabah lebih baik, dan daya adaptasi baik.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untukmeningkatkan produktivitas dan produksi padi diBengkulu adalah penggunaan VUB yang memilikipotensi hasil tinggi dan benihnya tersedia. Untukmempercepat adopsi VUB padi, kegiatan diseminasiseperti demfarm, visitor plot, dan M-P3MI perludikembangkan di setiap kabupaten, khususnya disentra produksi padi.

Pengembangan Varietas UnggulPadi dengan Hasil Tinggi dari Ratun

Produktivitas padi di lahan pasang surut dapatditingkatkan antara lain dengan memanfaatkantanaman ratun, yaitu tunggul tanaman padi yang

Hamparan padi varietas unggul baru di lahan pasang surutKabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.

Page 104: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011104

tumbuh kembali setelah dipanen. Teknologi ini telahdikenal masyarakat, khususnya di lahan pasang surutpada usaha tani padi lokal. Namun, petani hanyamelakukannya seadanya dengan membiarkantanaman tumbuh kembali setelah dipanen danmemanennya jika ratun telah siap dipanen. Perbaikanteknologi budi daya ratun dengan menggunakanvarietas unggul, pemupukan, pengaturan tinggipemotongan, dan pemberian air dapat meningkatkanhasil panen.

Hasil pengkajian di lahan pasang surut tipe B diKabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah denganmenggunakan varietas IR42, Batanghari, Ciherang,Intani-2, dan Batang Samo menunjukkan, varietasBatang Samo yang dipupuk setengah dari dosistanaman utama menghasilkan gabah total dari ratuntertinggi (rata-rata 127,11 butir/malai), meskipuntidak berbeda dengan varietas Ciherang dan IR42.Pemberian pupuk seperempat dosis tanaman utamapada varietas Batang Samo menghasilkan gabah totaldan gabah isi terendah. Sebaliknya varietas Intani-2yang dipupuk stengah dosis tanaman utama meng-hasilkan gabah total dan gabah isi terendah, tetapibila dipupuk seperempat dosis tanaman utama,menghasilkan gabah total dan gabah isi tertinggi. Haltersebut mengindikasikan ratun varietas Batang Samoresponsif terhadap takaran pemupukan lebih tinggi,sedangkan ratun varietas Intani-2 lebih responsterhadap dosis pemupukan rendah

Fase pertumbuhan tanaman ratun pada semuavarietas lebih pendek dibandingkan tanaman utama.Rata-rata selisih antara umur berbunga dan umurpanen hanya 27,30 hari. Keluarnya tunas ratun seringdiikuti keluarnya bunga sehingga ratun hanyamengalami dua fase pertumbuhan, yaitu fasereproduktif dan pemasakan.

Usaha tani padi dengan sistem ratun melaluipengelolaan pemupukan dan air layak diusahakan dilahan pasang surut. Penerapan teknologi ini mampumemberikan tambahan pendapatan Rp7.022.500/hauntuk ratun yang diberi pupuk setengah dosis tanamanutama dan Rp6.287.250/ha untuk ratun yang dipupukseperempat dosis tanaman utama, dengan nilai MBCRmasing-masing 11,4 dan 13,9.

Caplak Beroda untuk PertanamanPadi

Caplak yang biasa digunakan petani dalam menanampadi belum optimal. Oleh karena itu, dirancang caplakberoda untuk mempermudah dan mempercepatpembuatan garis tanam padi pada lahan sawahsehingga menghemat tenaga kerja. Ukuran diameterroda 19,1 cm dan jarak antarroda 20 cm dan 40 cm,yang akan membentuk pola garis tanam padi (20 cmx 20 cm) x 40 cm sesuai rekomendasi padapenanaman yang optimal. Tangkai caplak berodadapat digeser 10-12 cm sehingga sejajar dengan rodauntuk membentuk lorong.

Keunggulan caplak beroda dibandingkan dengancaplak biasa yaitu: (1) menghemat tenaga kerja untukpembuatan pola garis tanam hingga 50%, seperti yangditerapkan petani di Kabupaten Seluma; biaya mem-buat garis tanam menurun dari Rp400.000 menjadiRp200.000 bila menggunakan caplak beroda; (2)membentuk pola garis tanam padi untuk sistemlegowo 4:1 dengan jarak tanam dalam barisanmaupun antarbarisan yang lurus; (3) bidang tanamtidak terinjak pada saat pembuatan garis tanamsehingga mempermudah penanaman; (4) sesuaidigunakan pada petakan sawah yang luas maupunsempit dan berkelok; dan (5) menggunakan sistem

Caplak beroda mempermudah danmempercepat pembuatan garis tanam padalahan sawah.

Page 105: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011105

bongkar-pasang sehingga menghemat tempatpenyimpanan dan mudah dibawa. Penerapan tekno-logi caplak beroda mempermudah dan mempercepatpetani untuk mengadopsi sistem tanam legowo 4:1yang memiliki populasi tanaman optimal, sehinggaberpotensi meningkatkan hasil padi. Jarak tanam yangtepat menjadikan pertanaman lebih teratur sehinggamempermudah pembuatan petak ubinan gunamemperkirakan hasil padi.

Kontribusi SL-PTT Kedelai terhadapPeningkatan Produksi

Program Sekolah Lapang Pengelolaan TanamanTerpadu (SL-PTT) kedelai sudah berjalan tiga tahundan terbukti mampu memacu peningkatan produk-tivitas kedelai nasional. Namun, pelaksanaan SL-PTTmemerlukan kondisi dan persyaratan pendukung.Unsur “bantuan” masih belum dapat dilepaskan daripendekatan ini, khususnya penyediaan saranaproduksi dan biaya pelatihan.

Hasil pengkajian di Jawa Tengah menunjukkan,penerapan PTT meningkatkan produksi dan produk-tivitas kedelai masing-masing 39% dan 30%, dengankontribusi SL-PTT terhadap produktivitas sebesar569,65 kg/ha. Kenaikan produksi dan produktivitas diNusa Tenggara Barat (NTB) masing-masing 33,7%dan 21,7%, dengan kontribusi SL-PTT 498,67 kg/ha.Di Jawa Tengah, total biaya adopsi yang harusdikeluarkan petani sekitar Rp1.174,54/kg sedangkandi NTB Rp1.050,68/kg. PTT juga mampu memberikankeuntungan usaha tani yang cukup menarik, yangditunjukkan oleh nilai B/C di Jawa Tengah dan NTBberturut-turut 1,21 dan 1,34, serta MBCR masing-masing 3,73 dan 4,55. Dengan demikian, usaha tanikedelai dengan menerapkan PTT layak untuk di-kembangkan.

Tingkat pengetahuan dan penerapan petaniterhadap komponen teknologi PTT tergolong tinggi,khususnya pada komponen teknologi utama. Faktorutama yang mendorong petani menerapkan PTT yaituteknologinya diyakini meningkatkan hasil, mudahditerapkan, dan sudah tersedia. Tingkat adopsi PTT

SL-PTT kedelai di Nusa Tenggara Barat dengan peningkatan hasil 21,7% atau rata-rata 0,5 t/hadibanding non-SL-PTT.

Page 106: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011106

berkaitan erat dengan karakteristik petani. Di JawaTengah, variabel yang berpengaruh positif dansignifikan terhadap adopsi semua komponen teknologiPTT adalah tingkat pendidikan formal, sedangkan diNTB adalah tingkat pendidikan formal, umur, danfrekuensi mengikuti pembelajaran sekolah lapang.Kelembagaan kelompok tani, penyuluh, dan pengamathama memiliki kontribusi terbesar dalam memper-kenalkan dan mendorong petani menerapkan inovasiPTT.

Penyelenggaraan SL-PTT di kedua lokasi cukupbaik dan memberi kontribusi terhadap peningkatanproduksi. Namun ke depan, berbagai upaya perbaikanperlu dilakukan, yang meliputi: (1) pemilihan CP-CLsebagai salah satu faktor kunci terselenggaranyasekolah lapang harus dilakukan dengan baik; (2)pembelajaran perlu dilakukan secara optimal denganpendampingan intensif dari penyuluh lapangan; (3)adopsi PTT setelah selesai mengikuti sekolah lapangperlu diungkap untuk mengetahui keberlanjutannya;dan (4) pemahaman bahwa PTT merupakan“program bagi-bagi bantuan” memengaruhi kemauanpetani dalam mengadopsi teknologi, khususnyavarietas unggul baru, pupuk, dan obat-obatan,termasuk keberlanjutan adopsinya setelah sekolahlapang berakhir.

Sistem Usaha Tani Kedelai padaLahan Kering dan Sawah

Salah satu wilayah pengembangan kedelai diIndonesia adalah Provinsi Banten dengan potensilahan sawah 134.558 ha dan lahan kering 9.000 ha,sedangkan yang baru dimanfaatkan 4.975 ha denganproduktivitas 1,10-1,38 t/ha. Pengembangan kedelaidi lahan kering dihadapkan pada kondisi tanah yangkurang subur, kemasaman tanah tinggi, kandunganaluminium tinggi, bahan organik rendah, ketersediaanhara N, P, K, Ca, dan Mg rendah, serta kemampuantanah mengikat air juga rendah. Masalah tersebutdapat diatasi melalui penerapan teknologi ameliorasilahan, seperti penggunaan pupuk organik dan pupukhayati, pemupukan sesuai status hara tanah, danpenggunaan kapur. Di lahan sawah setelah padi,permasalahannya lebih kompleks terkait dengantingginya kejenuhan air, kepadatan tanah dan strukturtanah, pengendalian lengas tanah, pengelolaan hara,pengendalian OPT, dan penanganan pascapanen yangharus tepat. Berdasarkan keadaan tersebut BPTPBanten melakukan pengkajian untuk mengidentifikasikondisi biofisik lahan serta mengetahui daya adaptasidan produktivitas beberapa varietas unggul kedelai

Kedelai varietas Burangrang mampu berproduksi 1,7 t/ha di lahan kering.

Page 107: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011107

pada lahan sawah dan lahan kering di KabupatenLebak dan Serang.

Varietas unggul kedelai yang dikaji yaituAnjasmoro, Argomulyo, Grobogan, Burangrang, Wilis,dan Detam-1. Setiap lokasi memiliki 24 petakpercobaan dengan ukuran plot 4 m x 5 m dan jaraktanam 40 cm x 15 cm. Lahan diberi kapur 1,5 t, pupukorganik 2 t, urea 50 kg, SP-36 75-100 kg, dan KCl50-75 kg/ha.

Pertumbuhan tanaman dan hasil kedelai sangatditentukan oleh faktor agroklimat (tanah dan iklim),genetik, dan pengelolaan tanaman. Kedelai akanberproduksi optimal jika ditanam pada tanah yanggembur, lapisan olah dalam, kandungan bahanorganik sedang-tinggi, hara makro dan mikro cukup,pH 5,5-6,5, dan kelembapan tanah cukup. Lahankering di Kabupaten Lebak bersifat agak masamdengan pH 4,3, sedangkan pada lokasi lainnya pHberkisar antara 6,0-6,3. Kandungan N pada lahansawah dan lahan kering berkisar antara 0,12-0,13mg/100 g, lebih tinggi dibandingkan dengan Kabu-paten Serang yang hanya 0,03-0,07 mg/100 g.Kandungan hara P lahan sawah 109-135 mg/100 g,lebih tinggi dibandingkan dengan lahan kering (27-31 mg/100 g). Hara K tertinggi terdapat pada lahansawah di Lebak, yakni 102 mg/100 g, sedangkanlokasi lainnya relatif sama yaitu 31-42 mg/100 g.

Daya tumbuh benih kedelai di lahan sawah Lebakberkisar antara 91,9-96,9%. Hasil tertinggi diper-lihatkan oleh varietas Wilis dan terendah pada varietasAnjasmoro. Di lahan sawah Serang, daya tumbuhbenih berkisar antara 82,8-91,7% dengan hasiltertinggi pada varietas Wilis dan terendah padavarietas Detam-1. Pada lahan kering di Lebak, dayatumbuh benih berkisar antara 76,7-96,7%, denganhasil tertinggi pada varietas Wilis dan terendah padavarietas Grobogan, sedangkan di Serang daya tumbuhbenih 76,4-87,4% dengan hasil tertinggi pada varietasAnjasmoro dan terendah pada varietas Burangrang.

Pertumbuhan tanaman pada lahan sawah lebihbaik dibanding pada lahan kering. Tinggi tanamankedelai pada umur 42 hari setelah tanam (HST) dilahan sawah Lebak berkisar antara 38-59 cm (rata-rata 48,3 cm) dan pada lahan kering 33-61 cm (rata-

rata 40,1 cm). Produktivitas kedelai di lahan sawahjuga lebih tinggi dibandingkan dengan di lahan kering.Rata-rata produktivitas varietas Anjasmoro di lahansawah adalah 2,79 t, Argomulyo 2,83 t, Grobogan1,56 t, Burangrang 2,65 t, Detam-1 2,05 t, dan Wilis2,88 t/ha. Pada lahan kering, varietas Anjasmoromampu berproduksi 1,60 t, Argomulyo 1,30 t,Grobogan 0,76 t, Burangrang 1,70 t, Detam-1 1,26 t,dan Wilis 2,14 t/ha. Secara keseluruhan, produktivitaskedelai di lahan sawah berkisar antara 1,56-2,88 t/ha (rata-rata 2,46 t/ha), sedangkan di lahan kering0,76-2,14 t/ha (rata-rata 1,51 t/ha).

Inovasi Teknologi Pembuatan CabaiKopay Blok

Produksi cabai merah, termasuk cabai kopay diSumatera Barat terus meningkat dari 13.458 ton padatahun 2005 menjadi 41.243 ton pada 2010. Sebagianbesar cabai diperdagangkan di pasar dalam negeridalam bentuk cabai segar. Hal ini menyebabkan dayasaing komoditas cabai menjadi rendah. Dibandingkandengan produk segar, produk olahan cabai mampumemberi nilai tambah hingga 80%. Beberapa bentukolahan cabai yaitu cabai giling dalam kemasan, cabaitablet/blok, saos cabai, cabai kering, cabai bubuk,dan manisan cabai.

Cabai blok dibuat dari cabai giling kering denganperlakuan tertentu dan ditambahkan beberapa jenisbahan pengisi (filler) untuk menghasilkan tekstur yang

Cabai kopay blok dalam kemasan.

Page 108: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011108

kompak. Beberapa jenis pengisi yang dimanfaatkandalam industri pengolahan pangan adalah gum arab,CMC, maizena, dan tapioka. Maizena merupakanbahan pengisi terbaik untuk pengolahan cabai kopayblok. Untuk tekstur yang lebih padat, gum arab adalahyang terbaik karena tekstur cabai blok lebih rekat danpadat. Untuk kemudahan rehidrasi, maizena mem-buat cabai kopay blok lebih mudah direhidrasi danterlarut.

Analisis ekonomi pengolahan cabai kopay blokmemperoleh nilai R/C 1,56, artinya pengolahan dapatmeningkatkan nilai tambah 56% dari penjualan cabaisegar. Dengan demikian, usaha cabai blok berpotensidikembangkan sebagai industri rumah tangga untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnyapetani cabai.

Dukungan Program PUAP padaPeremajaan Tanaman Kakao

Untuk meningkatkan produktivitas kakao, sejak tahun2008 pemerintah melaksanakan Gernas Kakao melaluitiga program utama. Pertama, melakukan peremaja-an pertanaman kakao yang rusak dengan klon unggulbaru dengan bantuan dana Rp1 juta/ha untukpenebangan dan pembongkaran tunggul pohon.Kedua, melakukan rehabilitasi pertanaman yangproduktivitasnya rendah melalui sambung samping.Untuk kegiatan ini, petani mendapat bantuan dana

Rp750 ribu/ha untuk pemangkasan dan penebanganbatang utama kakao bila tanaman sambung sampingsudah tumbuh baik. Ketiga, melakukan intensifikasipertanaman yang kurang produktif melalui penerapanteknik budi daya standar dan bantuan langsung Rp1juta/ha dalam bentuk saprodi dan benih tanamanpangan untuk ditanam selama tanaman kakao masihmuda.

Di wilayah Kabupaten Kolaka, bantuan ProgramGernas Kakao hanya untuk sambung samping karenasebagian besar tanaman kakao sudah tua, lebih dari15 tahun. Dengan adanya Program Gernas Kakao dandukungan program PUAP, petani secara konsistenmenerapkan lima komponen teknologi, yaitu sambungsamping, entres klon unggul, penggunaan pohonpelindung, pemupukan NPK, dan pengendalian OPT.Penerapan teknologi tersebut meningkatkan produk-tivitas tanaman kakao dari 250 kg menjadi 500-750kg/ha. BLM PUAP dapat membantu petani dalampenyediaan sarana produksi seperti pupuk danpestisida. Ini mengindikasikan BLM PUAP berperandalam adopsi teknologi pertanian, khususnya padatanaman kakao.

Perbaikan Manajemen Kandanguntuk Pembibitan Sapi Bali

Sapi bali memberi kontribusi cukup besar terhadapindustri sapi potong di Nusa Tenggara Barat dan

Peremajaan tanaman kakao dengan sambung samping.

Page 109: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011109

kawasan timur Indonesia. Upaya meningkatkanproduktivitas sapi bali sangat penting dalam rangkamendukung program swasembada daging sapi danmeningkatkan pendapatan peternak. Sapi bali telahberadaptasi dengan kondisi peternakan skala kecil dikawasan timur Indonesia dan memberi kontribusinyata terhadap penghasilan peternak.

NTB merupakan salah satu dari empat daerahsumber sapi bali. Keunggulan sapi bali asal NTB antaralain adalah bebas penyakit strategis dan potensiproduktivitasnya tinggi. Permintaan bibit sapi bali asalNTB terus meningkat, namun ketersediaan bibitsemakin terbatas.

Di Pulau Lombok terdapat 775 kandang kompleksyang dapat dikembangkan menjadi basis produksibibit sapi bali. Penelitian kolaborasi antara ACIAR,Fakultas Peternakan Universitas Mataram, dan BPTPNTB bekerja sama dengan peneliti dari University ofQueensland, Department of Primary Industries danCSIRO Sustainable Ecosystems Australia pada 36kandang kompleks di Kabupaten Lombok Tengah.Penelitian kolaborasi ini telah menghasilkan teknologi“Posyandu Sapi Bali”. Teknologi tersebut dapatmeningkatkan produktivitas sapi bali, antara lainangka kelahiran 86,7%, bobot lahir 16 kg, bobot sapih90 kg, tinggi gumba umur 12 bulan lebih dari 110cm, dan pedet yang lahir sesuai dengan ciri-ciri sapi

Kelompok kandang kompleks Putri Bekekem di Lombok Tengah, NTB (kiri) dan kandang perkawinanyang terletak di dalam kandang kelompok untuk pejantan sapi bali terseleksi (kanan).

Pejantan sapi bali terseleksi (kiri) dan pedet sapi bali hasil penerapan teknologi posyandu sapi bali(kanan).

Page 110: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011110

bali. Sapi bali dari NTB berpotensi untuk mencapaistandar SNI pada umur yang lebih muda. Sapi betinaumur 12 bulan memiliki tinggi gumba rata-rata 110cm, lebih tinggi dari standar SNI untuk ternak betinaumur 18-24 bulan dengan tinggi gumba 105 cm. Untukmempercepat adopsi, digunakan slogan “3 S” (SatuInduk, Satu Anak, Satu Tahun).

Selanjutnya BPTP NTB melakukan penelitianperbaikan manajemen kelembagaan kandangkompleks di Kabupaten Lombok Tengah denganmelibatkan 235 peternak. Penelitian menghasilkaninovasi manajemen kelembagaan kandang kompleksuntuk memproduksi bibit sapi bali, model perbibitansapi bali berbasis masyarakat, aktivitas kelompok yangterkait dengan pembibitan sapi bali, data adopsi,kinerja, dan dampak penerapan teknologi “PosyanduSapi Bali”.

Semua kelembagaan kandang kompleks telahmelakukan pencatatan tanggal perkawinan danpenimbangan bobot lahir, yang merupakan aktivitasdasar dalam pembibitan sapi bali. Semua peternakmengadopsi teknologi “Posyandu Sapi Bali” danmendapat pedet setiap 12 bulan sehingga berpotensimenjual sapi setiap tahun. Mereka sebelumnyamemperoleh pedet dua ekor dalam tiga tahun. Rata-rata bobot lahir pedet 16,7 kg dan pedet mencirikankhas sapi bali. Kelembagaan dipergunakan oleh DinasPeternakan Provinsi NTB untuk melaksanakanprogram-programnya, seperti penyelamatan sapibetina produktif. Pemerintah Provinsi NTB jugamenggunakan teknologi “Posyandu Sapi Bali” sebagaikomponen program NTB Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS).

Introduksi Tanaman Pakan UnggulPennisetum purpureum di SentraSapi Potong

Di perdesaan Sulawesi Utara, hanya 30% vegetasipastura alam yang sesuai untuk pakan sapi,selebihnya berupa gulma. Carrying capacity pasturaalam di Sulut hanya 1-2 unit ternak (UT) sapi perhektare. Introduksi tanaman pakan unggulPennisetum purpureum Schum cv Mott (PpM) dapat

meningkatkan carrying capacity menjadi lebih dari20 UT/ha. Oleh karena itu, BPTP Sulawesi Utaramelakukan pengkajian untuk memperluas penyebaranPpM pada sentra produksi sapi, mempercepat adopsiinovasi hijauan pakan berproduksi dan bermutu tinggi,dan mengkaji adaptasi PpM di lingkungan baru.Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Minahasa danBolaang Mongondow pada empat lokasi di wilayahpadat populasi sapi.

Lahan untuk penanaman diolah sempurna dansetek PpM dua buku ditanam dengan jarak 50 cm x100 cm. Penyiangan sesuai kebutuhan, pemupukanP dan K pada 14 HST dan 6 bulan kemudian dengandosis masing-masing 100 kg/ha. Pupuk urea 200 kg/ha diberikan pada 30 dan 45 HST dan pada setiap

Pastura alam di bawah tegakan tanamankelapa (atas) dan penanaman rumput ungguldi bawah tegakan tanaman kelapa (bawah).

Page 111: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011111

pemotongan. Pemotongan pertama pada 75 HST danselanjutnya dengan interval 45 hari. Tinggi pemotong-an 5 cm dari permukaan tanah.

Keragaan PpM bervariasi antarlokasi pada panenpertama. Pemotongan pertama pada umur 75 HSTmenghasilkan pakan segar 4,69 kg/rumpun. Denganpopulasi 20.000 tanaman/ha dikurangi 20% tidakefektif (menjadi hanya 16.000 tanaman), potensi hasilpada panen pertama adalah 75.040 kg/ha. Denganjarak pemotongan 45 hari, dalam setahun rumputdapat dipanen 8,3 kali sehingga hasil pakan segarper tahun adalah 600.320 kg/ha. Jika ternakmengonsumsi pakan segar 40 kg/ekor/hari makacarrying capacity PpM per hektare pada lahan dibawah tegakan kelapa adalah 41,11 ST.

Kombinasi pupuk Ponska 300 kg dan urea 100kg/ha menghasilkan hijauan pakan 4,69 kg/rumpundengan carrying capacity 41,12 ST/ha. Kandungangizi bagian daun jauh lebih tinggi daripada bagianbatang, terutama protein dan energi.

Introduksi PpM dengan pendekatan agro-ekosistem dan agribisnis telah memperluas penyebar-an dan pengembangannya. Pemanfaatan PpM akanmendorong agribisnis sapi potong di tingkat desa padakabupaten sentra produksi sapi. Introduksi PpM yangdiikuti dengan kegiatan temu lapang yang dihadiripengambil kebijakan, petani, dan penyuluh memper-cepat adopsi inovasi hijauan pakan unggul. Padatahun 2011, teknologi ini diadopsi oleh Dinas Pe-ternakan setempat pada lahan 25 ha sebagai kebunrumput unggul. Adaptasi tanaman pakan PpMterhadap lingkungan pengembangan baru di Sulutcukup tinggi sehingga mampu meningkatkan carryingcapacity lahan penggembalaan dari hanya 2 STmenjadi lebih dari 30 ST/ha.

Pengembangan Usaha Ternak SapiTerintegrasi dengan Kelapa Sawit

Pendekatan usaha tani secara terintegrasi antaraperkebunan kelapa sawit dan ternak merupakan salahsatu alternatif pengembangan usaha peternakandengan memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai

sumber pakan ternak. Produksi pelepah kelapa sawitcukup melimpah, berkesinambungan, dan tidakbersaing dengan kebutuhan manusia.

Pengkajian sistem integrasi sapi dengan kelapasawit (SISKA) dilaksanakan pada kelompok ternakIngin Jaya, Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem

Area kebun sawit yang dimanfaatkan untukpemeliharaan sapi (atas), pencacahan pelepahsawit sebelum diberikan kepada ternak sapi(tengah), dan pembuatan kompos dari sisapakan dan kotoran sapi (bawah).

Page 112: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011112

Bayeum Kabupaten Aceh Timur dengan mengguna-kan 20 ekor sapi bali jantan umur 1,5-2,0 tahun,yaitu 10 ekor milik petani kooperator (menerapkanmodel SISKA) dan 10 ekor milik petani nonkooperator.Petani kooperator memelihara sapi di kandang,sedangkan sapi petani nonkooperator dilepas di kebunsawit. Sapi petani kooperator memperoleh pakankonsentrat berupa bungkil kelapa 1 kg dikombinasikandengan dedak 2 kg/ekor/hari. Ternak juga mendapathijauan berupa pelepah sawit dan rumput alam 10%dari bobot badan serta pakan suplemen berupamineral blok, vitamin, dan obat cacing.

Formula pakan konsentrat mengandung bahankering 90,53%, kadar abu 11,04%, lemak 16,12%,protein kasar 12,00%, dan serat kasar 26,76%sehingga memenuhi kebutuhan gizi sapi potong untukpenggemukan. Penerapan model SISKA selama 90hari pada sapi milik petani kooperator menghasilkanrata-rata pertambahan bobot badan harian 0,74 kg/ekor, lebih tinggi dari bobot badan sapi milik petaninonkooperator yang hanya 0,3 kg/ekor/hari.

Di Sumatera Barat, guna meningkatkan pro-duktivitas sapi potong, BPTP Sumatera Barat meng-introduksikan pakan berbasis hasil ikutan (limbah)perkebunan kelapa sawit, yaitu pelepah, bungkil intisawit (BIS), dan solid. Selain meningkatkanproduktivitas dan reproduksi sapi lokal, peternak jugamendapat keuntungan dalam hal efisiensi biaya,waktu, dan tenaga. Demonstrasi teknologi di PasamanBarat menunjukkan, pemberian 2 kg bungkil sawit, 2kg pelepah sawit, dan rumput pada sapi lokal segarmenghasilkan pertambahan bobot badan 0,6 kg/ekor/hari, jauh lebih tinggi dibanding yang hanya diberirumput (0,2 kg/ekor/hari) atau 2 kg bungkil sawitdan rumput segar (0,4 kg/ekor/hari).

Satu hektare kebun sawit mampu menyediakanpelepah 6-7 t/ha/tahun. Pelepah sawit dapatmenggantikan rumput 50% karena kandungan gizinyahampir sama dengan rumput segar. Sebaiknyapelepah sawit diberikan bersama bungkil inti sawitatau lumpur sawit (solid).

Selain meningkatkan produktivitas, mengguna-kan pelepah sawit sebagai pengganti hijauan lebihefisien dari segi biaya serta menghemat waktu dan

tenaga untuk mencari hijauan, terutama bagi peternakyang berada di daerah perkebunan kelapa sawit.Pemanenan tandan buah sawit menyisakan pelepahyang berserakan di lahan sehingga pemanfaatanpelepah sebagai pakan sapi dapat mengurangimasalah lingkungan.

Di Sumatera Barat, menggunakan BIS sebagaipakan konsentrat lebih murah Rp500/kg dibandingmemakai dedak. BIS dapat dibeli dalam jumlahbanyak dan disimpan. Untuk penggunaan solidsebagai pakan, peternak hanya perlu membayar upahmuat sekitar Rp40-100/kg kepada pabrik, dan pabriksangat terbantu dalam mengurangi limbahnya.

Penerapan Teknologi Usaha TaniNilam di Lahan Kering

Sistem usaha tani lahan kering di Nanggroe AcehDarussalam (NAD) masih belum tersentuh teknologi.Keadaan ini diperburuk oleh kondisi lahan kering yangmemiliki tingkat kemasaman tinggi, miskin bahanorganik, didominasi tanah podsolik merah kuning, dancurah hujan tinggi.

Varietas unggul nilam Sidikalang.

Page 113: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011113

Pertanaman nilam umumnya diusahakan secaratradisional hingga semiintensif sehingga produk-tivitasnya rendah karena petani belum menggunakanteknologi budi daya yang tepat. Produktivitas dapatditingkatkan dengan menggunakan varietas unggul,penanaman pada daerah yang sesuai, pemupukan,serta pengendalian hama dan penyakit. Berkaitandengan hal tersebut, BPTP NAD melakukan pengkajianpaket teknologi usaha tani nilam pola petani danteknologi introduksi.

Pengkajian dilaksanakan di lahan petani di DesaKuala Bakong, Kecamatan Sampoiniet, KabupatenAceh dengan melibatkan 10 petani kooperator padalahan ± 1 ha, yaitu lima petani kooperator menerap-kan pola petani dan lima petani kooperator denganpola introduksi. Paket teknologi pola introduksimeliputi varietas unggul Sidikalang, pupuk organik/kompos 5 t, dolomit 2 t, urea 280 kg, SP-36 100 kg,KCl 150 kg, dan NPK 150 kg/ha. Pola petani meng-gunakan varietas lokal, tanpa pupuk organik/komposdan dolomit, urea 200 kg, SP-36 50 kg, dan KCl 100kg/ha.

Hasil pengkajian menunjukkan, pada umur duabulan setelah tanam (BST) tinggi tanaman pada polaintroduksi 25,75 cm, diameter kanopi 41,28 cm, danjumlah cabang 5,63 buah. Pada pola petani, tinggitanaman 23,30 cm, diameter kanopi 26,70 cm, danjumlah cabang 4,90 buah. Keragaan vegetatif tanamanpada 4 BST untuk pola introduksi yaitu tinggi tanaman

40,48 cm, diameter kanopi 83,28 cm, dan jumlahcabang 14,50 buah, sedangkan untuk pola petani,tinggi tanaman 39,30 cm, diameter kanopi 64,70 cm,dan jumlah cabang 10,90 buah.

Model Kawasan Rumah PanganLestari dan Pengembangannya keSeluruh Provinsi di Indonesia

Luas lahan pekarangan secara nasional mencapai10,3 juta ha atau 14% dari seluruh luas lahan per-tanian. Lahan seluas itu merupakan sumberdaya yangpotensial untuk menyediakan bahan pangan yangbergizi dan bernilai ekonomi tinggi. Namun, umumnyalahan pekarangan belum dimanfaatkan untuk mem-budidayakan aneka komoditas pertanian, khususnyasumber bahan pangan.

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk usahaberbagai komoditas kebutuhan keluarga (tanaman,ternak, dan ikan) telah berlangsung lama, khususnyadi daerah perdesaan, dan masih berkembang hinggakini meski ada berbagai pergeseran. Komitmenpemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalammewujudkan kemandirian pangan dapat diaktualisasidengan menggerakkan kembali budaya menanam dilahan pekarangan, baik di perkotaan maupun diperdesaan.

Tanaman kangkung dan selada tumbuh baik ditanam di bambu yang ditata di pagar.

Page 114: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011114

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanamanobat keluarga (toga), tanaman pangan, hortikultura,ternak, ikan, dan lainnya selain dapat memenuhikebutuhan keluarga, juga berpeluang menambahpenghasilan rumah tangga apabila dirancang dandirencanakan dengan baik.

Kementerian Pertanian pada akhir 2010 me-nyusun suatu konsep yang disebut Kawasan RumahPangan Lestari (KRPL). KRPL adalah suatu himpunanrumah yang mampu mewujudkan kemandirianpangan keluarga melalui pemanfaatan pekarangan.Hal tersebut ditujukan agar masyarakat dapatmelakukan upaya diversifikasi pangan berbasissumberdaya lokal sekaligus melestarikan tanamanpangan untuk masa depan, serta tercapai pula upayapeningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Badan Litbang Pertanian mendapat mandat dariKementerian Pertanian untuk mengembangkanM-KRPL tersebut serta memberikan dukungan inovasiteknologi dan bimbingan teknis ke seluruh provinsi diIndonesia.

Dalam menerapkan M-KRPL, perlu diperhatikanpengelompokan atau strata luas lahan pekarangan,penataan, pemilihan komoditas, dan pengembangan-nya. Pengelompokan KRPL dibedakan atas pekaranganperkotaan dan perdesaan, baik untuk menetapkan

komoditas, skala usaha, maupun cara menatatanaman, ternak, dan ikan.

Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadiempat, yaitu: (1) tanpa pekarangan (perumahan tipe21 dengan total luas lahan sekitar 36 m2); (2)pekarangan sempit (perumahan tipe 36, luas lahansekitar 72 m2); (3) pekarangan sedang (perumahantipe 45, luas lahan sekitar 90 m2); dan (4) pekaranganluas (perumahan tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar120 m2). Pekarangan perdesaan juga dibagi menjadiempat kelompok, yaitu: (1) pekarangan sangatsempit (tanpa halaman); (2) pekarangan sempit(<120 m2); (3) pekarangan sedang (120-400 m2);dan (4) pekarangan luas (> 400 m2).

Pemilihan komoditas didasarkan pada kebutuhanpangan dan gizi keluarga serta kemungkinanpengembangannya secara komersial berbasiskawasan. Komoditas yang dapat diusahakan dipekarangan antara lain adalah sayuran, toga, dantanaman buah (pepaya, belimbing, jambu biji,srikaya, sirsak). Pada pekarangan yang lebih luasdapat ditambahkan kolam ikan dan ternak (unggasmaupun ruminansia kecil). Setiap KRPL harus me-nentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkansecara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit untukmenjamin keberlanjutannya.

Penerapan RPL Strata 1 di Dusun Nogosari, Kayen, Pacitan (kiri) dan KRPL di Kelurahan TalangKeramat, Banyuasin, Sumatera Selatan (kanan).

Page 115: Inovasi Teknologi 2011

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011115

M-KRPL dilaksanakan dengan melibatkan semuaelemen masyarakat dan instansi terkait di pusatmaupun di daerah. Ketersediaan bibit juga akanmenentukan keberlanjutan KRPL. Oleh karena itu,perlu dibangun kebun bibit desa (KBD) di setiapkawasan. Pengaturan pola dan rotasi tanaman,termasuk sistem integrasi tanaman dan ternak sertamodel diversifikasi juga perlu dirumuskan dengantepat sehingga dapat memenuhi pola pangan ha-rapan dan memberikan kontribusi terhadap pen-dapatan keluarga.

Unit percontohan M-KRPL dibangun di DusunJelok, Desa Kayen, Kecamatan Pacitan, KabupatenPacitan, Jawa Timur, yang dimulai pada Februari 2011.Kelompok sasarannya dibagi menjadi tiga strata, yaiturumah tangga berpekarangan sempit (<100 m2),sedang (200-300 m2), dan luas (> 300 m2). Padarumah tangga berpekarangan sempit, contohpengelolaan lahan pekarangan adalah dengan mena-nam sayuran secara vertikultur. Untuk rumah tanggaberpekarangan sedang dapat menanam sayuran dantoga pada bedengan atau secara vertikultur serta

membuat kandang ayam. Untuk pekarangan yangluas, dapat dilengkapi kandang kambing, tanamanumbi-umbian, dan tanaman naungan.

Awalnya program dikembangkan di Desa Kayen,Pacitan, Jawa Timur dengan melibatkan 30 kepalakeluarga pada November 2010 lalu. Pada akhir 2011,M-KRPL telah diterapkan lebih dari 750 kepalakeluarga yang tersebar di empat kecamatan padasembilan desa di Pacitan. Program M-KRPL di JawaTimur telah berkembang di Kabupaten Pasuruan,Mojokerto, Jombang, Sidoarjo, Malang, dan KotaMalang. Konsep kebun bibit desa telah memberikandampak yang luar biasa karena dapat menekanpengeluaran rumah tangga petani berkisar antaraRp195.000-Rp715.000/bulan serta meningkatkanindeks Pola Pangan Harapan (PPH) dari 76,3%menjadi 83,3%.

Penerapan M-KRPL diperluas ke seluruh provinsi.Pada tahun 2011, setiap BPTP di seluruh provinsimelaksanakan 1-2 unit M-KRPL. Pada tahun 2012,pengembangan model tersebut akan diperluas keseluruh kabupaten/kota secara bertahap.

Page 116: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011116

Diseminasi InovasiBadan Litbang Pertanian memanfaatkan spektrum diseminasimultichannel (SDMC) untuk mengeliminasi permasalahan yangmenghambat percepatan arus penyampaian inovasi kepadapengguna. Semua UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanianmemberdayakan sumberdaya diseminasi yang dimiliki untukmenyebarluaskan inovasi yang dihasilkan. Berkaitan denganhal tersebut, berbagai kegiatan diseminasi pun dilaksanakan,seperti pameran, gelar teknologi, penggunaan media massacetak dan elektronis, serta pendampingan dalam penerapaninovasi teknologi di lapangan. Pengembangan perpustakaanjuga mendapat perhatian penting untuk memudahkanpengguna dalam mengakses informasi. Pemberian lisensikepada mitra diharapkan pula dapat mempercepat pengem-bangan inovasi oleh pengguna, dengan tetap melakukanpengelolaan terhadap hak kekayaan intelektual terhadap inovasiyang dihasilkan.

Page 117: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011117

Penyelenggaraan Pameran danGelar Teknologi

Sepanjang tahun 2011, Badan Litbang Pertanianmenyelenggarakan dan berpartisipasi dalam berbagaipameran dalam upaya mempromosikan inovasiteknologi kepada pengguna (Tabel 1). Selainberpartisipasi pada pameran yang rutin digelar setiaptahun, seperti Agrinex, Agro & Food Expo, HariKebangkitan Teknologi Nasional, Hari Pangan Sedunia,Pameran Teknologi Tepat Guna, dan Pekan Flori danFlora Nasional, Badan Litbang Pertanian menyeleng-garakan kegiatan diseminasi berskala nasional,seperti Pekan Pertanian Rawa Nasional dan PekanPertanian Spesifik Lokasi. Badan Litbang Pertanianjuga tampil penuh pada acara akbar Pekan Nasional(Penas) XIII Petani-Nelayan yang berlangsung pada18-23 Juni 2011 di Tenggarong, Kutai Kartanegara,Kalimantan Timur. Badan Litbang Pertanian jugaberpartisipasi dalam acara tahunan para penerbitbuku nasional dan internasional Indonesia Book Fairserta Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara denganmengusung model rumah pangan lestari.Pendampingan dalam pengembangan varietas ungguldi lapangan, seperti Inpari 13, terbukti dapat mem-percepat penggunaan varietas tersebut oleh petani.

Menggelar Teknologi di Penas XIII

Lahan seluas 50-an hektare di sekitar stadion olahraga di Tenggarong yang semula tidak produktif ber-ubah menjadi area pertanian ijo royo-royo. Tanamanpadi, palawija, hortikultura, dan tanaman perkebunanyang digelar di lokasi ini membuat banyak orangberdecak kagum.

Pada Penas XIII tahun 2011, Badan LitbangPertanian dengan kekuatan penuh menurunkanhampir seluruh inovasi hasil penelitian terbaru. Gelarteknologi inovasi terbaru tersebut ditata dalam empatklaster, yaitu swasembada dan swasembada ber-kelanjutan, kemandirian pangan, diversifikasi pangan,serta nilai tambah, daya saing dan ekspor.

Klaster pertama menyajikan area percontohanpadi gogo, padi rawa, padi sawah, dan ternak,sedangkan klaster kemandirian pangan menampilkanRumah Pangan Lestari (RPL). Pada klaster diversifi-kasi pangan dapat ditemukan inovasi teknologi ubikayu dan aneka ubi, sorgum, dan sagu, sedangkanpada klaster kemandirian energi digelar inovasiteknologi terbaru jarak pagar, kemiri Sunan, nyam-plung, dan ubi kayu untuk produksi etanol. Bukanhanya contoh tanaman maupun produk hasil olahan,di saung gelar teknologi Badan Litbang Pertanian

Wakil Presiden Budionodidampingi MenteriPertanian, Suswono saatmeninjau stan BadanLitbang Pertanian.

Page 118: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011118

petani dapat berkonsultasi tentang inovasi teknologipertanian yang dibutuhkan.

Varietas unggul baru padi, jagung, dan kedelaiyang digelar di lapangan menunjukkan keragaan yangoptimal. Padi lahan pasang surut varietas Inpara 4,misalnya, berproduksi 6,7 t/ha. Selama penelitian,Inpara 4 mampu bertahan dari rendaman hingga 14hari. Kedelai varietas Anjasmoro memiliki dayaadaptasi yang luas, dapat dikembangkan pada lahanpasang surut tipe C, dan hasilnya di area gelar tekno-logi berkisar antara 2,5-3,0 t/ha. Jagung hibrida QPM(protein tinggi) yang digelar mampu pula berproduksi10 t/ha dan daunnya masih hijau pada saat dipanensehingga dapat menjadi pakan sapi dan sejenisnya.

Selain menggelar teknologi di lapangan, berbagaiproduk inovatif juga dipamerkan di arena yang takjauh dari lokasi gelar teknologi. Materi yangdipamerkan mendapat cukup banyak perhatian daripengunjung. Media cetak seperti buku dan liflet yang

disediakan secara cuma-cuma juga tak luput dariperhatian pengunjung.

Penas XIII Petani-Nelayan yang dibuka oleh WakilPresiden, Prof. Dr. Budiono, pada 18 Juni 2011 dinilaisukses oleh banyak pihak. Indikatornya, acara nasionalini tidak hanya dikunjungi oleh 30 ribuan petani-nelayan dari 33 provinsi di Indonesia, tetapi jugatingginya apresiasi masyarakat. Penas menjadiwahana bagi para investor pertanian, perikanan, dankehutanan. Dalam acara gelar agribisnis telahdisepakati pula beberapa kerja sama untuk berbagaiaspek, termasuk pengembangan inovasi teknologiyang dihasilkan Badan Litbang Pertanian.

Indikator kesuksesan Penas XIII tentu tidakterlepas dari keceriaan Presiden RI dalam acaratelekonferen Istana-Kutai Kartanegara pada 22 Juni2011. Komunikasi interaktif antara Presiden danpetani peserta Penas XIII berjalan lancar danmendapat aplus dari semua peserta telekonferen.

Tabel 1. Pameran/gelar teknologi yang diikuti/diselenggarakan Badan Litbang Pertanian, 2011.

Nama pameran Tempat dan waktu

Gebyar Pemuda Indonesia Bogor, Jawa Barat, 29-30 Januari 2011Agrinex Expo Jakarta, 4-9 Maret 2011Perubahan Iklim Jakarta, 26-29 Mei 2011Agro & Food Expo Jakarta, 26-29 Mei 2011Pekan Lingkungan Indonesia Jakarta, 1-5 Juni 2011Penas XIII Tenggarong, Kutai Kartanegara, 18-23 Juni 2011Pekan Pertanian Rawa Nasional Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 12-15 Juli 2011Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Serpong, Banten, 10-12 Agustus 2011Pameran pada Asean Ministerial Meeting on Agriculture Jakarta, 3-9 Oktober 2011

and Forestry (AMAF) ke-33Pameran pada Munas II Masyarakat Perbenihan Jakarta, 3-9 Oktober 2011

dan Perbibitan Indonesia (MPPI)Gelar Teknologi Tepat Guna XIII Kendari, Sulawesi Tenggara, 12-16 Oktober 2011Expo Nasional Inovasi Perkebunan II Jakarta 14-16 Oktober 2011Hari Pangan Sedunia Gorontalo, 20-23 Oktober 2011Indonesian Disaster Preparedness and Responses Expo Jakarta, 27-30 Oktober 2011

and Conference (IDEC)Pekan Pertanian Spesifik Lokasi Bogor, Jawa Barat, 17-21 November 2011Indonesia Book Fair Jakarta, 24 November-4 Desember 2011Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Karawang, Jawa Barat, 2 Desember 2011Pekan Flori dan Flora Nasional Bali, 19-22 Desember 2011

Page 119: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011119

Hari Pangan se-Dunia 2011 di Gorontalo

Penduduk dunia kini sudah hampir 7 miliar dan padatahun 2050 diperkirakan akan bertambah menjadi 9miliar orang. “Kita belum aman dalam hal penyediaanpangan, ke depan kerawanan pangan akan terusmenghantui kita”, ujar Wakil Presiden RI, Prof. Dr.Budiono dalam pembukaan Hari Pangan se-Dunia pada20 Oktober 2011 di Bone Bolango, Gorontalo.

Kekhawatiran Wapres tentu mengingatkansemua pihak untuk terus berupaya meningkatkanproduksi pangan. Di satu sisi, upaya peningkatanproduksi pangan dihadapkan kepada berbagaimasalah, termasuk perubahan iklim global. Di sisi lain,kebutuhan pangan terus meningkat sejalan dengan

pertambahan jumlah penduduk. Oleh karena itu,Wapres mengisyaratkan pentingnya penerapanteknologi yang tepat dan pengelolaan sumberdayayang bijak untuk menghasilkan pangan yang cukupbagi bangsa Indonesia. “Inilah cara yang dapat kitalakukan untuk mengantisipasi ancaman kerawananpangan”, ujar Wapres.

Dalam kunjungannya ke lapangan, Wapreskagum melihat keragaan varietas unggul yang ditanampada area gelar teknologi Badan Litbang Pertanian.Kekaguman ini tercermin dari pemetikan polongkedelai muda oleh Wapres dan mencicipinya untukmembuktikan bernasnya biji kedelai yang digelar.Tidak hanya itu, Wapres juga menyaksikan dari dekattanaman jagung hibrida bertongkol dua. Selama ini,

Panen perdana padi toleran rendaman varietas Inpara 4 oleh Menteri Pertanian, Suswono (depan,kedua dari kanan), Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek (depan, ketiga dari kanan), Bupati KutaiKartanegara (depan, kedua dari kiri), dan Prof. Dr. Jusuf, Staf Khusus Presiden RI untuk Bidang Pangandan Energi (depan kiri) di area gelar teknologi Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan Timur. Pada lahanrawa pasang surut di Kalimantan Timur, varietas unggul baru ini masih mampu berproduksi 6,7 t/hameski telah terendam hingga dua minggu.

Page 120: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011120

Selain menggelar teknologi di lapangan, berbagaiproduk inovatif juga dipamerkan di stan yang tak jauhdari lokasi gelar teknologi. Pengunjung sangatberantusias untuk memperoleh informasi mengenaiproduk yang dipamerkan. Media cetak seperti bukudan liflet yang disediakan secara cuma-cuma jugatak luput dari perhatian pengunjung.

Pekan Pertanian Rawa Nasional

Pekan Pertanian Rawa Nasional (PPRN) I digelar diBalai Penelitian Pertanian Lahan Rawa di Banjarbaru,Kalimantan Selatan pada 12-15 Juli 2011. Acara yangmengusung tema “Rawa Lumbung Pangan Meng-hadapi Perubahan Iklim” ini terbilang sukses. Dibukasecara resmi oleh Menteri Pertanian, Suswono, PPRNI dihadiri oleh Gubernur Kalimantan Selatan dan 200-an orang dari kalangan pemerintah, perguruan tinggi,perusahaan swasta, BUMN, LSM, petani, pelajar,mahasiswa, dan masyarakat umum.

Pada saat pembukaan, Mentan dalam sambutan-nya menyampaikan pentingnya teknologi pertanianlahan rawa yang merupakan salah satu peran Badan

Kepala Puslitbangtan, Dr. Hasil Sembiring,menjelaskan kemajuan penelitian padi danpalawija kepada Wakil Presiden di area gelarteknologi Badan Litbang Pertanian padaperingatan HPS di Gorontalo, 20 Oktober2011.

tanaman jagung umumnya hanya memiliki tongkolsatu. Bagi Wapres dan bahkan bagi sebagian besarmasyarakat pertanian, tanaman jagung bertongkoldua tentu menjadi sesuatu yang baru. Wapres jugakagum melihat penampilan berbagai tanaman sayurandan biofarmaka di pekarangan Rumah Pangan Lestari(RPL) yang dibangun di area gelar teknologi. Padaperingatan HPS kali ini Badan Litbang Pertanian meng-gelar berbagai inovasi teknologi di lapangan, yangditata ke dalam empat klaster, yaitu RPL, panganfungsional, swasembada pangan, dan tanaman obatdan aromatik.

Kepala Balitsereal, Dr. M. Yasin (kedua darikiri), menjelaskan kemajuan penelitian jagunghibrida yang memiliki dua tongkol per batangkepada Wakil Presiden, Prof Dr. Budiono yangdidampingi oleh Menteri Pertanian, Dr.Suswono (kanan).

Page 121: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011121

Pekan Pertanian Spesifik Lokasi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian sebagai ujungtombak Badan Litbang Pertanian di provinsi telahmenghasilkan inovasi spesifik lokasi untuk mening-katkan produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraanpetani melalui pemberdayaan dalam mengaksesinformasi, teknologi, dan modal untuk mengembang-kan agribisnis dan kemitraan dengan sektor swasta.Berdasarkan pemikiran tersebut dilaksanakan PekanPertanian Spesifik Lokasi (PPSL) 2011 denganmengambil tema “Percepatan Transfer InovasiTeknologi Pertanian Spesifik Lokasi untuk Pem-berdayaan Petani Mendukung Ketahanan PanganNasional”. Kegiatan dipusatkan di Kampus PenelitianPertanian Cimanggu, Bogor pada 17-21 November2011. Tiga agenda kegiatan besar dilaksanakan,yaitu: (1) percepatan transfer inovasi teknologipertanian spesifik lokasi, dengan kegiatan berupaseminar, ekspose/pameran, konsultasi inovasi,talkshow, bedah buku, dan open house UK/UPTKampus Pertanian Cimanggu; (2) pemberdayaanpetani, dengan kegiatan workshop PUAP, PenyiapanMateri Diseminasi Partisipatif, dan konsolidasi FEATI,temu teknologi, serta ekspose audio visual dan inovasipertanian spesifik lokasi; dan (3) dukungan teknologiterhadap ketahanan pangan nasional, dengan kegi-atan pencanangan gerakan M-KRPL oleh MenteriPertanian, displai M-KRPL di stan, workshop M-KRPLdan P2BN, serta lomba olah pangan lokal.

PPSL 2011 dibuka oleh Wakil Menteri Pertaniandan dihadiri oleh 400-an undangan dari instansipemerintah, mitra kerja sama, stakeholder, gapoktanPUAP, dan perwakilan FMA FEATI. Wakil MenteriPertanian menekankan agar sedapat mungkinteknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian,khususnya teknologi spesifik lokasi, diselaraskandengan kebutuhan pengguna dan kegiatan serupaPPSL ini diharapkan mampu menjembatani sinergiantara peneliti, penyuluh, dan pengambil kebijakandi pusat maupun di daerah. Pada acara pembukaandilaksanakan penandatanganan sembilan naskahkerja sama antara BPTP dan mitra dari Pemda mau-pun swasta, penyerahan buku 100 Inovasi TeknologiSpesifik Lokasi oleh Kepala Badan Litbang Pertanian

Litbang Pertanian untuk menghasilkan teknologitersebut. Sementara itu Gubernur Kalimantan Selatanmemberikan apresiasi yang sangat besar atasterselenggaranya PPRN I. Gubernur menyatakanpertanian rawa/pasang surut secara historis telahmenjadi salah satu keahlian masyarakat Banjar.

Acara yang diselenggarakan pada PPRN I antaralain gelar teknologi lahan rawa, kunjungan Mentanke Desa Kayu Abang Kabupaten Hulu Sungai Selatan,kursus budi daya melon di lahan rawa, peluncuranproduk, pemecahan rekor MURI, bedah buku, sertapameran produk dan teknologi pertanian. Produk yangdiluncurkan meliputi pupuk hayati Biotara dan Biosure,pupuk organik Organorawa, pengendali tikus Ritel,prototipe Sistem Informasi Lahan Rawa (SILAR),perangkat uji tanah rawa (PUTR), dan buku State ofthe Art dan Grand Design Pengembangan LahanRawa. Acara PPRN I dirangkai dengan SeminarNasional Sumberdaya Lahan. Rekor MURI yangberhasil dipecahkan adalah koleksi plasma nutfah padirawa sebanyak 130 aksesi dan penyajian kue talepukterbesar dengan ukuran 1 m x 10 m x 0,5 m. Kuetalepuk berbahan dasar biji teratai yang tumbuh dilahan rawa. Ajang promosi inovasi pertanian lahanrawa yang baru pertama kali digelar ini direncanakanakan dilaksanakan 3-4 tahun sekali.

Menteri Pertanian dan Gubernur KalimantanSelatan melakukan panen semangka di kebunpercobaan Balittra.

Page 122: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011122

Litbang Pertanian kepada Kepala BPPSDMP, penyerah-an Anugerah Agro Inovasi, penyerahan materipengembangan M-KRPL oleh Menteri Pertaniankepada Gubernur Jawa Barat, Walikota Bogor, WakilWalikota Padang, Bupati Pacitan, dan Bupati Suka-bumi, serta pemberian penghargaan Gerakan danInovasi KRPL oleh Menteri Pertanian kepada BupatiPacitan dan Kepala BPTP Jawa Timur.

Pengembangan Padi Unggul BaruVarietas Inpari 13

Perubahan iklim berdampak terhadap perkembanganorganisme pengganggu tanaman (OPT). Hamawereng batang coklat (WBC), misalnya, merusakpertanaman padi di Pantai Utara (Pantura) Jawa Baratdan Jawa Tengah pada MT 2010, dengan kerugianyang cukup besar. Di Sukamandi, Jawa Barat, sajalebih dari 350 ha pertanaman padi berumur 15-30hari harus dieradikasi dan ditanam ulang, dengankerugian mencapai Rp1,5 miliar. Varietas IR64 danCiherang yang telah berkembang luas di petani tidakluput dari sergapan WBC.

Untuk mengatasi masalah itu, Badan LitbangPertanian mengembangkan varietas Inpari 13 diberbagai daerah, terutama di sentra produksi padi.Dilepas pada 2010, Inpari 13 tahan terhadap WBC,berumur sangat genjah (99-103 hari) dan berpotensihasil tinggi (8,0 t/ha), lebih tinggi daripada varietas

Menteri Pertanian melakukan peluncuranModel Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) .

kepada Wakil Menteri Pertanian, dan peluncuran PPSLoleh Wakil Menteri Pertanian.

Acara Puncak PPSL dilaksanakan pada 21November 2011 dan dihadiri oleh Menteri Pertanian,Gubernur Jawa Barat, Bupati Pacitan, Walikota Bogor,Wakil Walikota Padang, Kepala Dinas PertanianProvinsi Sumatera Barat, Bupati Sukabumi, danundangan lain dari pusat maupun daerah. PeluncuranM-KRPL oleh Menteri Pertanian ditandai denganpelepasan balon udara dan burung merpati yangdilanjutkan dengan pencanangan Taman KoleksiPangan Alternatif yang ditandai dengan penanamananeka varietas unggul ubi jalar. Pada acara puncakPPSL 2011 ini juga dilakukan penyerahan materiinovasi pertanian spesifik lokasi dari Kepala Badan

Menteri Pertanian di salah satu stan pameranPekan Pertanian Spesifik Lokasi.

Page 123: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011123

Inpari 13 tahan WBC di Klaten, Jawa Tengah, didukungoleh penyediaan benihnya oleh BB Padi sebanyak20.100 kg. Pada 11 Agustus 2011, Gubernur JawaTengah bersama Kepala Badan Litbang Pertanian,Dirjen Tanaman Pangan, dan pejabat dari KabupatenKlaten melakukan panen Inpari 13 di kecamatanPolanharjo, Klaten. Gubernur Jawa Tengah akanmenyebarkan Inpari 13 hasil panenan ini ke beberapaKabupaten di Jawa Tengah pada luas tanam 7.000ha. Hasil panen ubinan Inpari 13 berkisar antara 6,7-9,3 t/ha (GKP). Di Purwodadi dan Pekalongan,produktivitas Inpari 13 mencapai 8,27 t/ha GKP.

Di Sumenep, Jawa Timur, hasil Inpari 13 berkisarantara 6,72-7,84 t/ha (GKP), atau lebih tinggi 1,76 t/ha dibandingkan dengan Ciherang dengah rata-ratahasil 6,08 t/ha. Di Gorontalo, panen perdana Inpari13 pada 30 Juni 2011 oleh Gubernur Gorontalomemberikan hasil 8,2-8,6 t/ha (GKP). Hasil panenanini dibeli PT SHS untuk diperbanyak lebih lanjut.

Dodokan (5,0 t/ha) yang juga berumur sangat genjah(100-105 hari). Selain itu, Inpari 13 juga tahan rebahdengan tingkat kerontokan gabah sedang.

Di Jawa Barat dan Banten, panen perdanavarietas Inpari 13 dilakukan oleh Menteri Pertaniandalam rangkaian Open House BB Padi pada Februari2011 di Sukamandi. Selain menggunakan varietasInpari 13, keberhasilan panen padi di tengahmerebaknya hama WBC tidak terlepas dari tanamserempak pada akhir November 2010. Diinisiasi olehBB Padi, tanam serempak juga dilakukan di tigakabupaten di Jalur Pantura (Subang, Purwakarta, danKarawang). Di Sukabumi, hasil varietas Inpari 13 yangdipanen oleh Wakil Bupati Sukabumi pada 20 Agustus2011 mencapai 8,7 t/ha (GKP), sedangkan Ciheranghanya memberi hasil 6,9 t/ha (GKP).

Di Jawa Tengah, Gubernur berinisiatif dalamsosialisasi penggunaan varietas Inpari 13 dan tanamserempak kepada petani. Pengembangan varietas

Panen perdana Inpari 13 oleh Menteri Pertanian di Sukamandi, Jawa Barat, Februari 2011.

Page 124: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011124

Pertemuan Tingkat Menteri dalamSidang Keempat Badan PengaturSumberdaya Genetik untuk Pangandan Pertanian

Dalam upaya menghadapi perubahan iklim globalyang pengaruhnya sangat besar terhadap sistemproduksi pangan dan pertanian, diperlukan sumber-daya genetik (SDG) sebagai bahan dasar dalamperakitan varietas yang mampu beradaptasi terhadapperubahan iklim. Perubahan iklim juga akan me-mengaruhi dan mengancam keragaman hayatidunia. Oleh karena itu, upaya utama yang harusdilakukan adalah mengelola dan melestarikan SDGsecara tepat.

Indonesia memiliki komitmen dan keterikatandalam pelestarian dan pemanfaatan SDG serta meng-aksesi International Treaty on Plant Genetic Resourcesfor Food and Agriculture (ITPGRFA). PertemuanTingkat Menteri Negara Anggota ITPGRFA tentangKeragaman Hayati, Ketahanan Pangan, dan Perubah-an Iklim diselenggarakan pada 11 Maret 2011 di NusaDua, Bali. Pertemuan tingkat menteri tersebut di-lanjutkan dengan The Fourth Session of GoverningBody of International Treaty on Plant GeneticResources for Food and Agriculture (GB4-ITPGRFA)di Bali pada 14-18 Maret 2011 dengan agenda ter-penting membahas benefit sharing fund (BSF). DanaBSF merupakan peluang bagi Indonesia untukpengelolaan, konservasi, dan penggunaan SDG secaraberkelanjutan, pertukaran informasi, transfer tekno-logi, dan peningkatan kapasitas petani.

Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Haryono, disela-sela pertemuan berlangsung menjelaskan bahwapengelolaan bersama SDG mampu menjaminketahanan pangan dunia. Terbentuknya kesepakatanBSF merupakan peluang baru bagi petani danpertanian Indonesia.

Lebih jauh dijelaskan bahwa sidang menyepakatiperlunya sumber pendanaan jangka panjang untukmewujudkan sistem pembiayaan yang efektif, baikmelalui negara anggota, investasi maupun melaluiBSF. Kerja sama dengan lembaga-lembaga inter-nasional, seperti UNDP dan IFAD, juga perlu dibangun,

Peluncuran Varietas Tanaman Hias

Industri tanaman hias terus berkembang mengikutiselera konsumen yang bersifat dinamis. Berkaitandengan hal tersebut, Badan Litbang Pertanianmeluncurkan berbagai varietas unggul tanaman hiaspada 17 Oktober 2011. Selain 20 varietas unggulanggrek yang telah dilepas, pada acara tersebut di-luncurkan 47 varietas unggul baru tanaman hias(enam varietas Dendrobium, enam varietas Phala-enopsis tipe standar, tujuh varietas Phalaenopsis tipemultiflora, dua varietas Vanda, 13 varietas krisan tipestandar, dua varietas krisan tipe pot, empat varietasgladiol, dua varietas mawar pot, dan lima varietasanyelir). Pada kesempatan ini pula dilakukan ujipreferensi konsumen terhadap klon harapan anggrekDendrobium dan Phalaenopsis. Melalui uji preferensiini terpilih sembilan klon Phalaenopsis tipe standarmaupun multiflora dan empat klon Dendrobium yangdirencanakan akan diluncurkan pada tahun 2012.

Melalui interaksi antara pengunjung dan pemuliapada peluncuran varietas ini dapat diketahui ke-inginan pasar untuk masa yang akan datang. Pasarmenginginkan bunga mawar yang adaptif di dataranrendah, Phalaenopsis tipe standar dengan warnabunga putih bersih, kuntum bunga berukuran besardan petal tebal, serta Dendrobium yang berbungakuning atau putih.

Peluncuran varietas tanaman hias yangdihasilkan Badan Litbang Pertanian pada 17Oktober 2011.

Page 125: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011125

seperti kerja sama penanganan kerawanan pangandan antisipasi perubahan iklim, sehingga keber-adaannya bukan semata-mata memberi donasi. Kerjasama juga dapat dibangun dengan sektor swasta danlembaga penyandang dana lainnya.

Menyangkut SDG, tantangan masyarakat duniasaat ini adalah bagaimana mencapai ketahananpangan berkelanjutan di tengah pertumbuhan pen-duduk yang cukup tinggi, perubahan peruntukan lahanpertanian, degradasi sumberdaya alam, danperubahan iklim global. Kemampuan memeliharaketahanan pangan serta meningkatkan produksipangan berkelanjutan dapat dibangun melaluipemanfaatan SDG dalam perakitan varietas unggulsehingga dapat merespons dinamika permintaan danperubahan lingkungan global.

Pertemuan tingkat menteri ini dihadiri oleh 17menteri dan 111 peserta yang mewakili 48 negaraanggota ITPGRFA. Pertemuan menghasilkan BaliMinisterial Declaration on the International Treaty onPlant Genetic Resources for Food and Agriculture,yang memuat pentingnya ITPGRFA dan implementasiBSF dalam multilateral system (MLS). Ditekankan pulapentingnya keterpaduan antara Convention onBiological Diversity (CBD), ITPGRFA, dan ProtokolNagoya dalam implementasinya.

Pelaksanaan Pertemuan Tingkat TinggiMenteri dalam sidang keempat ITPGRFA diBali.

Pemanfaatan Media Massa

Badan Litbang Pertanian mendayagunakan mediamassa cetak dan elektronis untuk menyebarluaskaninformasi yang dihasilkan. Media elektronis sepertisiaran televisi dan radio maupun CD/VCD/DVD, sertamedia cetak surat kabar, tabloid, majalah ilmiah danpopuler, petunjuk teknis informasi teknologi, liflet, danfolder didayagunakan untuk menyebarkan informasiteknologi pertanian.

Pada tahun 2011, Badan Litbang Pertanian me-manfaatkan stasiun televisi nasional dan swasta untukmenyebarluaskan informasi. Tiga topik yang men-dapat perhatian khusus untuk ditayangkan adalahpenyelenggaraan GB4-ITPGRFA, Ekspo NasionalPerkebunan (ENIP), KRPL, dan deversifikasi pangandalam rangka membangun ketahanan pangan ma-syarakat. Selain melalui tayangan televisi, secara rutinBadan Litbang Pertanian mengisi salah satu programpada Radio Pertanian Ciawi, Bogor. Acara yang di-siarkan mendapat tanggapan positif dari pendengar,antara lain ditunjukkan melalui pertanyaan yangdisampaikan ke UK/UPT lingkup Badan LitbangPertanian.

CD/VCD/CD interaktif yang memuat informasihasil litbang juga diproduksi untuk melengkapi mediadiseminasi yang telah ada. Media ini terutamabermanfaat bagi penyuluh untuk menunjang kegiatanpenyuluhan.

Surat kabar nasional dan tabloid Sinar Tani jugadimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi.Sejak tahun 2007, Badan Litbang Pertanian mengelolarubrik Agro Inovasi pada tabloid Sinar Tani untukmenyampaikan informasi praktis hasil litbang kepadamasyarakat, terutama penyuluh. Konferensi pers dankunjungan wartawan juga penting untuk menyam-paikan informasi kepada masyarakat luas.

Badan Litbang Pertanian menerbitkan majalahilmiah dan populer (Tabel 2), buku, prosiding, liflet,folder, petunjuk teknis, dan sejenisnya untukmenyebarluaskan informasi hasil litbang pertanian.Majalah ilmiah berperan penting sebagai mediakomunikasi bagi peneliti/ilmuwan, selain sarana untuk

Page 126: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011126

Tabel 2. Publikasi berseri yang diterbitkan unit kerja lingkup Badan Litbang Pertanian.

Unit kerja Judul publikasi

Sekretariat Badan Informatika Pertanian

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Indonesian Journal of Agricultural Science(PUSTAKA) Indonesian Journal of Agriculture

Jurnal Penelitian dan Pengembangan PertanianPengembangan Inovasi PertanianJurnal Perpustakaan PertanianBuletin Teknik PertanianWarta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan(Puslitbangtan) Buletin Iptek Tanaman Pangan

Berita PuslitbangtanBuletin Palawija

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Jurnal Hortikultura(Puslitbanghorti)

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Jurnal Penelitian Tanaman Industri(Puslitbangbun) Warta Puslitbang Tanaman Industri

Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan ObatPerkembangan Teknologi Tanaman Rempah

dan ObatPerspektifInfotek PerkebunanMajalah Semi Populer Tree Tanaman Rempah

dan IndustriBuletin Rempah dan IndustriBuletin Palma

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner(Puslitbangnak) Wartazoa

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jurnal Agro Ekonomi(PSE-KP) Forum Penelitian Agroekonomi

Jurnal Analisis Kebijakan PertanianBuletin Agro Ekonomi

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Jurnal Tanah dan IklimPertanian (BBSDLP) Jurnal Sumberdaya Lahan

Warta Sumberdaya Lahan

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Jurnal Agro BiogenSumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen) Buletin Plasma Nutfah

Warta Biogen

Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBPMP) Jurnal Enjiniring Pertanian

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian(BB Pascapanen) Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jurnal Pengkajian dan Pengembangan(BB Pengkajian) Teknologi Pertanian

Page 127: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011127

takaan unit kerja lingkup Ditjen Hortikultura, BadanPengembangan dan Penyuluhan SDM Pertanian, danBadan Karantina Pertanian. Dengan demikian sampai2010 perpustakaan digital telah dibangun di 70 UK/UPT lingkup Kementerian Pertanian.

Perpustakaan digital terus disempurnakan agarmampu memberikan layanan yang prima kepadapengguna. Berkaitan dengan itu, kapasitas SDM dalampengelolaan perpustakaan dan pemanfaatan TI terusditingkatkan melalui pelatihan, magang, lokakaryamaupun seminar. PUSTAKA juga melakukan pen-dampingan dan menyiapkan berbagai pedomanpengelolaan perpustakaan dalam upaya memberikanpelayanan prima kepada pengguna.

Koleksi perpustakaan ditingkatkan dengan me-langgan jurnal internasional tercetak, pangkalan dataon-line Pro-Quest dan Science Direct, serta pangkalandata off-line (CD-ROM) TEEAL. Selain itu, juga diada-kan bahan referensi dan bahan pustaka lain terbitandalam dan luar negeri, baik melalui pembelian mau-pun pertukaran. Untuk memanfaatkan secara optimalinformasi dalam pangkalan data, Badan LitbangPertanian melalui PUSTAKA membuka akses bagi per-pustakaan UK/UPT untuk memanfaatkan jurnal ilmiahteks lengkap yang dimuat dalam Pro-Quest danScience Direct.

Ruang baca dan akses informasimelalui on-line public accsesscatalogue.

memperoleh nilai kredit bagi kepentingan jabatanfungsional. Penerbitan artikel pada majalah ilmiahinternasional penting pula sebagai salah satu upayameningkatkan citra Badan Litbang Pertanian di tingkatinternasional.

Pengembangan Perpustakaan

Badan Litbang Pertanian melalui Pusat Perpustakaandan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) sejak2006 mengembangkan perpustakaan berbasisteknologi informasi. Prototipe perpustakaan digital,yang dikenal dengan Perpustakaan Model, dicobadiimplementasikan di BPTP Jawa Tengah dan BiroHukum dan Hubungan Masyarakat (sekarang BiroHukum dan Informasi Publik), Sekretariat JenderalKementerian Pertanian. Prototipe tersebut kemudiandikembangkan menjadi perpustakaan semidigitalpada tahun 2007 di lima unit pelaksana teknis (UPT)lingkup Badan Litbang Pertanian, yaitu BPTP SumateraUtara, BPTP Sumatera Barat, BPTP Sulawesi Selatan,BPTP Kalimantan Selatan, dan BPTP Jawa Timur.

Pada 2008, perpustakaan semidigital dikem-bangkan menjadi perpustakaan digital di 54 UK/UPT.Selanjutnya pada 2009 perpustakaan digital dibangundi lima UPT Badan Litbang Pertanian dan di perpus-

Page 128: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011128

untuk komoditas hortikultura, peternakan, tanamanperkebunan, pascapanen, dan tanaman pangan, dansatu kali temu bisnis bekerja sama denganMasyarakat Perbenihan Pertanian Indonesia. Industriyang berminat mengembangkan teknologi tersebutdiarahkan untuk membuat kesepakatan (MOU)perjanjian lisensi. Perjanjian alih teknologi melaluilisensi berupa pemberian izin kepada lisensor untukmengembangkan, memproduksi, dan memasarkanproduk hasil teknologi, dan Badan Litbang Pertaniansebagai pemberi lisensi akan mendapat royalti KIsebagai imbalan atas pemberian lisensi tersebut.

Pada tahun 2011 dihasilkan 20 perjanjian lisensi,terdiri atas 11 paten dan sembilan varietas tanaman(Tabel 4). Satu dari teknologi tersebut, yaitu SMARt(formula pupuk hayati untuk tanaman padi) dilisensioleh tiga perusahaan secara noneksklusif. Pada tahun2010 jumlah lisensi hanya 11 judul sehingga terjadikenaikan hampir dua kali.

Kemajuan dan keberhasilan serta jaminanakuntabilitas (tanggung gugat) pelaksanaan kinerjasuatu perjanjian lisensi perlu diukur melalui kegiatanpemantauan. Verifikasi merupakan salah satu alatmanajemen yang dapat digunakan untuk memantautingkat keberhasilan suatu kegiatan perjanjian lisensiyang sedang berjalan. Data hasil verifikasi dapatdijadikan sebagai bahan evaluasi dan menghasilkanrekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan dan atauperencanaan berikutnya. Pada tahun 2011 telah

Tabel 3. Permohonan paten, ciptaan, merek, dan hak perlindungan varietas tanaman (PVT) Badan Litbang Pertanian,2006-2011.

TahunPendaftaran/permohonan Sertifikat

Paten Cipta Merek PVT Varietas Jumlah Paten Cipta Merek PVT Varietas Jumlah

< 2006 59 6 22 - - 87 9 2 3 - - 142006 16 7 1 3 14 41 - 7 - - 11 182007 2 - - 2 18 22 7 - - 1 18 262008 15 5 7 6 64 97 5 - - 2 57 642009 13 10 4 4 104 135 2 1 - 2 100 1052010 28 5 2 5 80 120 5 9 8 - 80 1022011 16 6 4 7 86 119 6 1 2 - 86 95

Jumlah 149 39 40 27 366 621 34 20 13 5 352 424

Pengelolaan Hak KekayaanIntelektual Pertanian

Hak kekayaan intelektual (HKI) adalah hak eksklusifyang diberikan oleh negara kepada seseorang ataukelompok orang berupa perlindungan atas invensi,ciptaan di bidang ilmu, teknologi, seni dan sastra,serta pemakaian simbol atau lambang dagang, yangmeliputi paten, hak cipta, merek, rahasia dagang,desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu, danvarietas tanaman. Pengelolaan kekayaan intelektualpertanian dipandang sangat perlu, bukan saja agarproses sertifikasi HKI dapat dilakukan secara optimaldan sertifikat HKI dapat diterima tepat waktu, tetapijuga untuk merangsang inventor agar berlombamendaftarkan invensinya. Invensi Badan LitbangPertanian yang unggul dan komersial menjadi targetutama untuk dilindungi HKI-nya.

Sejak tahun 2006 sampai 2011, jumlah per-mohonan KI mencapai 621, meliputi 149 paten, 39ciptaan, 40 merek, 27 perlindungan varietas tanaman(PVT), dan 366 varietas. Untuk tahun 2011 jumlahpendaftaran KI/HKI meliputi 16 paten, enam ciptaan,empat merek, tujuh PVT, dan 86 varietas (Tabel 3).

Untuk mempromosikan teknologi hasil penelitianpertanian kepada pengguna (industri, pemerintah,dan masyarakat) dilakukan round table meeting(RTM). Pada tahun 2011 dilakukan enam kali RTM

Page 129: Inovasi Teknologi 2011

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011129

Kepala Badan Litbang Pertanianmenandatangani kerja samalisensi inovasi kepada mitra.

Tabel 4. Invensi Badan Litbang Pertanian yang dilisensi swasta tahun 2011.

Nama teknologi UK/UPT Mitra kerja sama

Jagung hibrida Bima 7 Balitsereal PT Biogen PlantationMinuman kesehatan dari kulit buah manggis BPTP Sumbar PT Zena Nirmala SentosaBio aditif BBM Balittro PT Sinergi Alam BersamaAWS Sistem Telemetri (alat perekam data stasiun cuaca otomatis) Balitklimat PT Indocommit Citra MahardhikaFeromon Exi (formulasi feromon seks pemikat serangga jantan) BB Biogen PT NusagriSMARt (formula pupuk hayati untuk tanaman padi) Balittanah PT Bio NusantaraSMARt (formula pupuk hayati untuk tanaman padi) Balittanah PT Petrosida GresikSMARt (formula pupuk hayati untuk tanaman padi) Balittanah PT Buana Agro SejahteraProses penurunan indeks glikemik pada beras BB Pascapanen PT Petrokimia GresikPadi hibrida Hipa 12 BB Padi PT Saprotan Benih UtamaPadi hibrida Hipa 14 BB Padi PT Saprotan Benih UtamaJagung QPM Balitsereal PT BerdikariKrisan Puspita Nusantara Balithi PT Alam Indah Bunga NusantaraKrisan Swarna Kencana Balithi PT Alam Indah Bunga NusantaraBuncis Tegak 1 Balitsa Fajar SeedBuncis Tegak 2 Balitsa Fajar SeedAtraktan Balittro PT Sianindo KurniasejatiLem perangkap lalat buah Balittro PT Sianindo KurniasejatiKangkung Sutera Balitsa PT Sang Hyang SeriSMARt (Formula pupuk hayati untuk tanaman padi) Plus Balittro PT Sapa Berkah Persada

dilakukan verifikasi invensi yang dilisensi swastasehingga diketahui potensi jumlah royalti dari KI yangtelah dilisensikan ke swasta.

Usulan pendaftaran HKI pada tahun 2011 me-ningkat dibanding tahun sebelumnya, namun masih

banyak usulan yang belum memenuhi persyaratan.Untuk keperluan tersebut diterbitkan tiga panduanumum, yaitu kriteria penilaian suatu invensi (patendan PVT), panduan umum valuasi invensi, danpanduan umum verifikasi.

Page 130: Inovasi Teknologi 2011

Pengembangan Organisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011130

PengembanganOrganisasiBadan Litbang Pertanian terus melakukan pengembanganorganisasi dan peningkatan kemampuan manajemen seiringdengan perubahan lingkungan strategis penelitian pertanian.Pengembangan organisasi mencakup penambahan kewe-nangan, evaluasi rincian tugas, dan penyempurnaannomenklatur sesuai dengan fungsi organisasi; pengembangansumberdaya manusia untuk meningkatkan kompetensi,kemampuan, dan keahlian melalui pendidikan dan pelatihan;pengembangan sarana dan prasarana; penajaman programdan pengelolaan anggaran; serta pengembangan kerja samadalam maupun luar negeri.

Page 131: Inovasi Teknologi 2011

Pengembangan Organisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011131

Pengembangan Kelembagaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/2010tentang Organisasi dan Tata Kerja KementerianPertanian, Badan Litbang Pertanian mempunyai tugasmelaksanakan penelitian dan pengembangan perta-nian. Untuk melaksanakan tugas tersebut, BadanLitbang Pertanian menyelenggarakan fungsi: (1)penyusunan kebijakan teknis, rencana dan programlitbang pertanian; (2) pelaksanaan litbang pertanian;(3) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaanlitbang pertanian; dan (4) pelaksanaan administrasi.

Pada tahun 2011 Badan Litbang Pertanianmelakukan penataan Unit Pelaksana Teknis (UPT)terkait dengan adanya perubahan lingkunganstrategis, antara lain: (1) perubahan organisasi padaLembaga Riset Perkebunan Indonesia yang melim-pahkan mandat penelitian tujuh komoditas perke-bunan (kopi, kakao, karet, tebu, teh, kina, dan kelapasawit) ke Badan Litbang Pertanian; (2) kebutuhan akanpengembangan teknologi pertanian di dua provinsibaru, yaitu Kepulauan Riau dan Sulawesi Barat; (3)dukungan terhadap percepatan program swa-sembada daging sapi; dan (4) antisipasi terhadapserangan organisme pengganggu tanaman akibatanomali iklim. Penyempurnaan organisasi meliputiperubahan nomenklatur, peningkatan eselon,penambahan mandat, dan pembentukan UPT baru,yaitu:

a. Penambahan Eselon V pada Loka PenelitianPenyakit Tungro, Loka Penelitian Kambing Potong,dan Loka Penelitian Sapi Potong.

b. Penambahan mandat komoditas dan perubahannomenklatur UPT lingkup Puslitbangbun, yaituBalai Penelitian Tanaman Palma, Balai PenelitianTanaman Pemanis dan Serat, Balai PenelitianTanaman Rempah dan Obat, dan Balai PenelitianTanaman Industri dan Penyegar.

c. Penambahan Loka Pengkajian Teknologi Perta-nian (LPTP) Provinsi Kepulauan Riau dan LPTPProvinsi Sulawesi Barat.

Dengan adanya perubahan tersebut, organisasi BadanLitbang Pertanian pada tahun 2011 terdiri atas

Sekretariat Badan, empat Puslitbang, dua Pusat,tujuh Balai Besar, 15 Balai Penelitian, satu BalaiPengelola Alih Teknologi Pertanian, 31 BalaiPengkajian Teknologi Pertanian, dua Loka PengkajianTeknologi Pertanian, dan tiga Loka Penelitian. Struk-tur organisasinya disajikan pada Gambar 1.

Sumberdaya Manusia

Pada tahun 2011 Badan Litbang Pertanian didukungoleh 8.151 staf. Dari jumlah tersebut, 3.439 orang(42,2%) adalah tenaga fungsional, yang terdiri ataspeneliti, perekayasa, pustakawan, pranata komputer,arsiparis, teknisi litkayasa, statistisi, penyuluh, analiskepegawaian, perencana, dan pranata humas(Gambar 2).

Berdasarkan tingkat pendidikan, pegawai BadanLitbang Pertanian yang berpendidikan di bawah S1berjumlah 4.558 orang (55,9%), S1 2.076 orang(25,5%), S2 1.133 orang (13,9%), dan S3 384 orang(4,7%). Perkembangan komposisi pegawai menuruttingkat pendidikan selama lima tahun terakhirdisajikan pada Tabel 1. Program pengembangan SDMmelalui pendidikan jangka panjang terus dilakukanuntuk meningkatkan jumlah pegawai berpendidikanS2 dan S3 yang merupakan penggerak penelitian.Selama lima tahun terakhir (2007-2011), BadanLitbang Pertanian mengirim 467 petugas belajar keberbagai perguruan tinggi di luar dan dalam negeri,yaitu program S3 228 orang, S2 212 orang, S1delapan orang, D3 tujuh orang, dan D4 satu orang.

Berdasarkan sebaran usia, sebagian besarpegawai berusia 46-55 tahun. Data tersebutmenunjukkan, dalam lima tahun ke depan cukupbanyak pegawai yang akan memasuki usia pensiun.Upaya mengganti pegawai yang pensiun dilakukanmelalui rekruitmen pegawai baru.

Tenaga peneliti merupakan tenaga penggerakutama dalam menghasilkan inovasi teknologi. Padatahun 2011 Badan Litbang Pertanian didukung oleh1.644 orang peneliti, dan 441 peneliti nonkelas/calonpeneliti (Tabel 2). Jumlah peneliti pada tahun 2011menurun 2,7% dibanding tahun 2010, yang mencapai

Page 132: Inovasi Teknologi 2011

Pengembangan Organisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011132

1.689 peneliti, karena sebagian memasuki masapurna tugas. Jumlah peneliti Badan Litbang Pertaniandirasakan masih kurang bagi suatu institusí penelitian.Upaya memenuhi jumlah peneliti dilakukan melaluirekruitmen tenaga baru serta pendidikan dan pelatih-an (diklat) peneliti pertama yang diselenggarakan LIPI.Pada tahun 2011, Badan Litbang Pertanian mengirim81 orang untuk mengikuti diklat di LIPI. Badan LitbangPertanian mempunyai 94 orang Profesor Riset dariberbagai disiplin ilmu, 15 di antaranya telah pensiun.

Anggaran

Pada tahun 2011, Badan Litbang Pertanian mengelolaanggaran Rp1,10 triliun, dan hibah luar negeri Rp21,95miliar. Anggaran tersebut sekitar 6,3% dari total pagu

Gambar 2. Komposisi tenaga fungsionalBadan Litbang Pertanian, 2011.

0,12%

0,02%

0,02%0,00%

0,06% 0,50%

10,54%0,22%

25,58%0,42%

1,08%

57,81%

Peneliti

Pustakawan

Pranata Komputer

Arsiparis

Teknisi Litkayasa

Statistisi

Perekayasa

Penyuluh

Medik Veteriner

Pengawas Bibit Ternak

Analisis Kepegawaian

Perencana

Pranata Kehumasan

Administrasi

3,59%

0,02%

Gambar 1. Struktur organisasi Badan Litbang Pertanian, 2011.

Puslitbangtan Puslitbanghorti Puslitbangbun Puslitbangnak

BB Padi Bbalitvet BBSDLPBB

Pengkajian BB BiogenBB

PascapanenBBPMP

Badan LitbangPertanian

Sekretariat

LolitTungro

Balitkabi

BalitSereal

Balitsa

BalitbuTropika

Balithi

Balitjestro

Balittro

Balittas

Balitka

Balittri

Balitnak

Lolit Sapi

LolitKambing

Balittra

Balittanah

Balingtan

Balitklimat

Balai PATP

31 BPTP

PSE-KP PUSTAKA

2 LPTP

Page 133: Inovasi Teknologi 2011

Pengembangan Organisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011133

Sarana dan Prasarana

Laboratorium penelitian merupakan sumberdayapenelitian yang sangat penting dalam menghasilkaninovasi teknologi. Pada tahun 2011 Badan LitbangPertanian memiliki 153 laboratorium penelitian yangtersebar pada UK/UPT di seluruh provinsi di Indonesia.Jenis dan kemampuan laboratorium beragamsehingga upaya meningkatkan kemampuan dankapasitasnya terus dilakukan.

Sebanyak 34 dari 153 laboratorium Badan LitbangPertanian sudah mendapat sertifikat ISO-17025-2000dari Komite Akreditasi Nasional (KAN), yang berartitelah mendapat pengakuan formal di tingkat nasional,regional, dan internasional untuk melaksanakanpengujian, 25 laboratorium dalam proses akreditasi,dan 94 laboratorium belum terakreditasi. Dalamjangka panjang, laboratorium Badan LitbangPertanian diharapkan dapat menjadi laboratorium

Tabel 1. Perkembangan pegawai Badan Litbang Pertanian menurut pendidikan,2007-2011.

Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011

< S1 4.557 4.964 4.864 4.818 4.558Sarjana (S1) 1.786 1.797 1.789 1.910 2.076Master (S2) 1.104 1.093 1.099 1.098 1.133Doktor (S3) 365 375 372 376 384

Jumlah 7.812 8.229 8.124 8.202 8.151

Tabel 2. Peneliti Badan Litbang Pertanian menurut jenjang peneliti dan usia, 2011.

Jenjang penelitiUsia (tahun)

25-35 36-45 46-55 >55 Jumlah

Peneliti Utama 0 0 81 182 263Peneliti Madya 0 37 343 150 530Peneliti Muda 14 210 232 4 460Peneliti Pertama 123 196 70 2 391Peneliti Nonkelas 331 72 36 2 441

Jumlah 468 515 762 340 2.085

anggaran Kementerian Pertanian (Rp17,74 triliun),dan naik Rp179,61 miliar (19,01%) dibanding tahun2010.

Pengelolaan dan pemanfaatan anggarandiklasifikasikan dalam tiga jenis belanja, yaitu belanjapegawai, barang, dan modal. Belanja pegawaiRp405,36 miliar (36,1%) digunakan untuk membiayaikebutuhan gaji, tunjangan, uang makan, honor,lembur, dan tunjangan kompensasi kerja. Belanjabarang Rp524,29 miliar (46,6%) untuk membiayaiprogram dan kegiatan utama litbang pertanian.Belanja modal Rp194,54 miliar (17,3%) dimanfaatkanuntuk pemeliharaan aset dan pemupukan modal,seperti pembangunan/renovasi gedung kantor,laboratorium, dan revitalisasi kebun percobaan;pengadaan perlengkapan sarana gedung kantor, alatlaboratorium, sarana kebun percobaan, serta jurnaldan buku ilmiah, serta pemupukan modal nonfisiklainnya untuk mendukung peningkatan kapasitaslitbang pertanian.

Page 134: Inovasi Teknologi 2011

Pengembangan Organisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011134

Tabel 3. Laboratorium UK/UPT Badan Litbang Pertanian yang sudah memperoleh akreditasi SNI19-17025-2000.

Laboratorium Ruang lingkup uji

BBPMP Traktor, pompa air, dan alsin pascapanen biji-bijianBB Padi Proksimat dan mutu benih UPBS ISO 9001:2008BBSDLP/Balittanah Tanah, pupuk, dan airBB Biogen GMO kualitatif dan RAPDBbalitvet Penyakit hewan, keamanan pangan, dan BSL3BB Pascapanen Karakterisasi tepungBalitbu Tropika Mutu benihBalitsa Virus, tanah, tanaman, dan pupukBalittro Fisiologi dan ekofisiologiBalithi Mutu benihBalitnak Proksimat pakanBPTP Sumatera Utara Tanah dan pupukBPTP Sumatera Barat Tanah dan pupukBPTP Yogyakarta Tanah dan pupukBPTP Jawa Timur Tanah dan pupukBPTP Nusa Tenggara Barat Tanah dan pupukBPTP Sulawesi Selatan Tanah dan pupuk

rujukan yang andal dan absah, tempat pelatihan danmagang, serta sebagai pusat penelitian.

Pengelolaan laboratorium mengacu padaStandar Nasional Indonesia (SNI) 19-17025-2000yang merupakan adopsi dari ISO/IEC 17025:1999dan SNI 19-9001:2001 untuk penerapan sistemmanajemen mutu. Pengelolaan laboratorium yangsesuai dengan standar tersebut diharapkan meng-hasilkan kinerja yang memiliki daya saing ilmiah dankomersial.

Akreditasi laboratorium penelitian Badan LitbangPertanian telah dilaksanakan sejak 2002. Laborato-rium pada 10 UK/UPT telah diakreditasi KomiteAkreditasi Nasional berdasarkan SNI 19-17025-2000,yaitu laboratorium yang terdapat pada Balai BesarPenelitian Veteriner, Balai Besar PengembanganMekanisasi Pertanian, Balai Besar Penelitian TanamanPadi, Balai Besar Penelitian dan PengembanganSumberdaya Lahan Pertanian, Balai Besar Penelitiandan Pengembangan Bioteknologi dan SumberdayaGenetik Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Sayuran,Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Balai

Penelitian Tanaman Hias, Balai Pengkajian TeknologiPertanian (BPTP) Sumatera Utara, dan BPTP SulawesiSelatan (Tabel 3).

Kebun percobaan (KP) mempunyai fungsi utamamendukung kegiatan litbang di lapangan, selainsebagai tempat konservasi ex situ sumberdayagenetik (SDG), produksi benih sumber, show windowinovasi teknologi, kebun produksi, pendukungketahanan pangan, media pendidikan, dan wahanaagrowidyawisata. Badan Litbang Pertanian memiliki119 KP dengan luas total 5.853,46 ha, tersebar di 43UPT. Kondisi KP bervariasi, baik luas, status lahan,pemanfaatan maupun keragaannya, tersebar padakondisi agroklimat yang berbeda pada dataran rendahsampai dataran tinggi. Kapasitas KP secara kontinuditingkatkan melalui peningkatan anggaran, SDMserta sarana dan prasarana. Peningkatan kapasitasSDM dilakukan melalui pelatihan dan lokakaryapengelolaan KP. Sementara itu, peningkatan saranaprasarana dilakukan melalui revitalisasi KP yangdimulai pada tahun 2011.

Page 135: Inovasi Teknologi 2011

Pengembangan Organisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011135

Pemasukan dan Pengeluaran Benih/Bibit/Sumberdaya Genetik untuk Penelitian

Badan Litbang Pertanian mendapat wewenang untukmemberi izin pemasukan dan pengeluaran sumber-daya genetik (SDG) untuk penelitian berdasarkanPermentan No. 37/2011 tentang Pelestarian danPemanfaatan Sumberdaya Genetik Tanaman.Kewenangan tersebut meliputi:

1. Izin eksplorasi SDG (pencarian dan pengumpulan,yang diikuti dengan identifikasi, karakterisasi,dokumentasi, dan evaluasi) 15 hari kerja.

2. Pemberian tanda daftar kebun koleksi (pengum-pulan yang diikuti dengan penyimpanan danpemeliharaan SDG hasil ekplorasi dalam bentukmateri maupun informasi SDG) 15 hari kerja.

3. Pemasukan SDG dari luar negeri ke dalam wilayahRI untuk kepentingan penelitian dan/ataupemuliaan, 10 hari kerja.

4. Pengeluaran SDG ke luar wilayah RI dalam bentuktukar-menukar untuk kepentingan penelitian dan/atau pemuliaan, 10 hari kerja.

Pada tahun 2011 telah diterbitkan 103 izin, yang terdiriatas 62 izin pemasukan, 40 izin pengeluaran, dansatu izin pendaftaran kebun koleksi atau tempatpenyimpanan SDG.

Kerja Sama

Kerja sama penelitian dan pengembangan bermanfaatuntuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya,menghindari tumpang-tindih penelitian, meningkatkankualitas penelitian, mengefektifkan diseminasi hasilpenelitian, dan yang paling penting adalah dapatmemberikan luaran yang nyata seperti HKI, jurnal/publikasi ilmiah, dan paten serta manfaat bagistakeholders khususnya petani. Ketahanan pangan,perubahan iklim, dan keanekaragaman hayatimerupakan poin-poin penting dalam menjalin kerjasama penelitian.

Badan Litbang Pertanian memiliki kerja samayang cukup luas, baik nasional maupun internasional.Secara nasional telah terjalin kerja sama penelitian

beberapa komoditas dan bidang masalah denganlembaga penelitian di bawah koordinasi KementerianRistek, LIPI, BATAN, BPPT, dan beberapa perguruantinggi. Untuk mengefektifkan diseminasi telahterbentuk pula kerja sama dengan pemerintahdaerah, pihak swasta, dan instansi pengambilkebijakan dalam lingkup Kementerian maupun di luarKementerian Pertanian. Secara internasional, BadanLitbang Pertanian juga termasuk dalam jejaring kerjasama bilateral, multilateral maupun regional.

Kerja Sama Dalam Negeri

Kerja sama dalam negeri UK/UPT Badan LitbangPertanian dilakukan dengan mitra seperti pemerintahdaerah, perusahaan swasta, BUMN, lembagaswadaya masyarakat, perguruan tinggi, dan lembagapemerintah lainnya. Kerja sama meliputi penelitian,pengembangan, pengkajian, perekayasaan, peme-taan, bimbingan teknologi, evaluasi/karakterisasisumberdaya pertanian, serta pertukaran danpemanfaatan informasi. Kerja sama dalam negeridituangkan dalam nota kesepahaman.

Kerja sama pada dasarnya bertujuan untuk: (1)mempercepat pematangan teknologi, seperti ujiverifikasi, uji multilokasi, uji adaptasi, dan ujikelayakan; (2) mempercepat diseminasi dan adopsiteknologi; (3) mempercepat pencapaian tujuanpembangunan pertanian; (4) meningkatkan capacitybuilding UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian; (5)mendapat umpan balik untuk penyempurnaanteknologi; dan (6) menciptakan alternatif sumberpembiayaan litbang. Pada tahun 2011 Badan LitbangPertanian mengelola 598 kerja sama dalam negeri,terdiri atas kerja sama dengan Kementerian Ristekmelalui program insentif sebanyak 276 kerja sama(46%), program KKP3T 131 kerja sama (23%),pemerintah provinsi dan kabupaten 102 kerja sama(17%), dan swasta 79 kerja sama (14%).

Kerja Sama Luar Negeri

Kerja sama luar negeri meliputi kerja sama denganlembaga penelitian asing, organisasi internasional,

Page 136: Inovasi Teknologi 2011

Pengembangan Organisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011136

Tabel 4. Jumlah kerja sama penelitian dalam dan luarnegeri, 2007-2011.

TahunJumlah kerja sama

Dalam negeri Luar negeri

2007 2591) 482008 2051) 772009 8882) 452010 5822) 412011 5982) 65

1)termasuk KKP3T2)termasuk KKP3T dan SINTA/insentif

perguruan tinggi asing, swasta asing, dan LSM asing.Badan Litbang Pertanian melakukan kerja samapenelitian dengan berbagai mitra, seperti ACIAR(Australian Centre for International AgriculturalResearch), CSIRO (Commonwealth Scientific andIndustrial Research Organisation), JICA (JapanInternational Cooperation Agency), JIRCAS (JapanInternational Research Center for AgriculturalSciences), Amarta, Ansoft, RDA (Rural DevelopmentAdministration), AFACI (Asian Food and AgricultureCooperation Initiative), US Department of State,CIMMYT (International Maize and Wheat ImprovementCenter), CIRAD (Agricultural Research forDevelopment), IRRI (International Rice ResearchInstitute), FAO (Food and Agriculture Organization),Yuan Longping Ltd, HORTIN II, AFACI (Asian Foodand Agriculture Cooperation Initiative), GentUniversity, MAFF (Ministry of Agriculture, Forestry andFisheries) Japan, AMNET, ICRAF (The WorldAgroforestry Centre), ICCTF (Indonesia ClimateChange Trust Fund), IDRC (International DevelopmentResearch Centre), IAEA (International Atomic EnergyAgency), CIP (International Potato Centre),Biodiversity International, IPNI (International PlantNames Index), IOM, Malaysian Rubber ResearchInstitute, UNDP (United Nations DevelopmentProgramme), GIZ, Murdoch University, IFPRI(International Food Policy Research Institute),University of Queensland, IPI (International PotashInstitute), REDD ALERT, dan World Bank.

Kerja sama luar negeri diarahkan untuk lebihmeningkatkan akses terhadap metode dan teknologiyang relevan untuk mendukung kegiatan BadanLitbang Pertanian, serta meningkatkan kompetensipeneliti/perekayasa Badan Litbang Pertanian di duniainternasional. Kerja sama dilakukan melaluihubungan kelembagaan formal dengan didasarkanatas persamaan kedudukan yang saling meng-untungkan serta dilaksanakan dengan sistempengendalian yang ketat.

Kerja sama luar negeri dilaksanakan melaluiskema kerja sama bilateral, regional, dan multi-lateral. Kerja sama bilateral merupakan kerja samayang dilaksanakan oleh dua negara melaluigovernment to government maupun private to private.

Kerja sama regional dilakukan oleh beberapa negarayang berada dalam satu kawasan dan kepentingantertentu, seperti ASEAN dan APEC. Kerja samamultilateral dilaksanakan oleh banyak negara,misalnya FAO, WHO, dan CGIAR.

Pada tahun 2011 Badan Litbang Pertanianmengelola 65 kerja sama luar negeri, terdiri atas 40kerja sama bilateral dan 25 kerja sama multilateral.ACIAR memberikan kontribusi terbanyak pada jumlahkegiatan kerja sama bilateral (18 kerja sama) diikutioleh AFACI - Korea Selatan (lima kerja sama). IRRIterbanyak memberikan kontribusi pada jumlahkegiatan kerja sama multilateral (13 kerja sama).Perkembangan jumlah kerja sama penelitian dalamdan luar negeri tahun 2007-2011 disajikan pada Tabel4.

Kerja Sama Kemitraan Penelitian Pertaniandengan Perguruan Tinggi (KKP3T)

Pada tahun 2011, jumlah proposal yang masukmelalui KKP3T sebanyak 260 proposal yang berasaldari 47 perguruan tinggi dengan jumlah usulan biayaRp 33,755 miliar. Dari jumlah tersebut, 131 proposaldari 30 perguruan tinggi layak didanai dengan nilaiRp10,613 miliar atau biaya rata-rata per proposalRp81.018.183. Dari jumlah tersebut, 33 proposalmerupakan proposal lanjutan dan 98 proposal adalahproposal baru. Berdasarkan biaya yang disetujui,bidang penelitian sumberdaya lahan dan lingkunganpertanian dan tanaman pangan memiliki nilai biaya

Page 137: Inovasi Teknologi 2011

Pengembangan Organisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011137

terbesar, masing-masing Rp1,821 miliar dan Rp1,805miliar. Bidang bioteknologi dan SDG memiliki rata-rata biaya per proposal terbesar, yakni Rp94.051.714/proposal. Untuk jumlah proposal yang lolos, InstitutPertanian Bogor adalah yang terbanyak dengan 53proposal (40,5%), diikuti Universitas Gadjah Mada23 proposal (17,6%) serta Universitas Padjadjaranenam proposal (4,6%).

Program Insentif Peningkatan KemampuanPeneliti dan Perekayasa

Program ini merupakan kerja sama Badan LitbangPertanian dengan Kementerian Ristek dan berlangsungsejak tahun 2009. Pada awalnya program ini bernama

SINTA (Sinergi Penelitian dan PengembanganPertanian) yang didanai oleh Direktorat JenderalPendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional.Mulai tahun 2010, program ini didanai KementerianRistek. Pada tahun 2011, terdapat 394 proposaldengan usulan biaya Rp82,4 miliar. Proposal yangdisetujui sebanyak 276 proposal dengan biaya Rp43,8miliar. Fokus penelitian meliputi ketahanan pangan(264 proposal), teknologi kesehatan dan obat (10proposal), serta sains dan kemanusiaan (duaproposal). Pengkajian teknologi pertanian mendapatbiaya terbesar, yaitu Rp18,9 miliar, sedangkanpenelitian mekanisasi pertanian, sosiologi, danekonomi pertanian mendapat biaya rata-rata perproposal tertinggi, yaitu Rp183.333.333.

Page 138: Inovasi Teknologi 2011

139Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011

Unit Kerja Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Sekretariat Badan Penelitian danPengembangan Pertanian (Sekretariat Badan)Jalan Ragunan No. 29, PasarmingguJakarta 12540Telp. (021) 7505395, 7806202Faks. (021) 7800644E-mail : [email protected] : http://litbang.deptan.go.id

Pusat Penelitian dan Pengembangan TanamanPangan (Puslitbangtan)Jalan Merdeka No. 147, Bogor 16111Telp. (0251) 8334089, 8331718Faks. (0251) 8312755E-mail : [email protected] : http://puslittan.bogor.net

Pusat Penelitian dan PengembanganHortikultura (Puslitbanghorti)Jalan Ragunan No. 29A, PasarmingguJakarta 12540Telp. (021) 7805768, 7892205Faks. (021) 7805135E-mail : [email protected] : http://litbanghortikultura.go.id

Pusat Penelitian dan PengembanganPerkebunan (Puslitbangbun)Jalan Tentara Pelajar No. 1, Bogor 16111Telp. (0251) 8313083, 836194, 8329305Faks. (0251) 8336194E-mail : [email protected] : http://perkebunan.litbang.deptan.go.id

Pusat Penelitian dan PengembanganPeternakan (Puslitbangnak)Jalan Raya Pajajaran Kav. E-59, Bogor 16143Telp. (0251) 8322185, 8328383, 8322138Faks. (0251) 8328382E-mail : [email protected] : http://peternakan.litbang.deptan.go.id

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian(PSE-KP)Jalan Ahmad Yani No. 70, Bogor 16161Telp. (0251) 8333964Faks. (0251) 8314496E-mail : [email protected] : http://pse.litbang.deptan.go.id

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran TeknologiPertanian (PUSTAKA)Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122Telp. (0251) 8321746Faks. (0251) 8326561E-mail : [email protected] : http://pustaka.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Pengembangan MekanisasiPertanian (BBPMP)Situgadung, Legok, Tangerang, Kotak Pos 2,Serpong 15310Telp. (021) 5376787, 70936787Faks. (021) 71695497E-mail : [email protected] : http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Penelitian dan PengembanganBioteknologi dan Sumberdaya GenetikPertanian (BB Biogen)Jalan Tentara Pelajar No. 3 A, Bogor 16111Telp. (0251) 8337975, 8339793Faks. (0251) 8338820E-mail : [email protected] : http://biogen.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Penelitian dan PengembanganPascapanen Pertanian (BB Pascapanen)Jalan Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114Telp. (0251) 8321762, 8350920Faks. (0251) 8321762E-mail : [email protected] : http://pascapanen.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Penelitian dan PengembanganSumberdaya Lahan Pertanian(BB SDLP)Jalan Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114Telp. (0251) 8323012, 8327215Faks. (0251) 8311256E-mail : [email protected] : http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Jalan Raya No. 9, Sukamandi, Subang 41172Telp. (0260) 520157Faks. (0260) 520158E-mail : [email protected] : http://bbpadi.litbang.deptan.go.id

Page 139: Inovasi Teknologi 2011

140Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011

Balai Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet)Jalan R.E. Martadinata No. 30, Kotak Pos 52Bogor 16114Telp. (0251) 8331048, 8334456Faks. (0251) 8336425E-mail : [email protected] : http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Pengkajian dan PengembanganTeknologi Pertanian (BB Pengkajian)Jalan Tentara Pelajar No. 10, Bogor 16114Telp. (0251) 8351277Faks. (0251) 8350928E-mail : [email protected] : http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id

Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian(Balai PATP)Jalan Salak No. 22, Bogor 16151Telp. (0251) 8382563, 8382567Faks. (025) 8382567E-mail : [email protected] : http://bpatp.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan danUmbi-umbian (Balitkabi)Jalan Raya Kendal Payak, Kotak Pos 66Malang 65101Telp. (0341) 801468Faks. (0341) 801496E-mail : [email protected]

[email protected] : http://balitkabi.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal)Jalan Dr. Ratulangi, Kotak Pos 173 Maros 90514Telp. (0411) 371529Faks. (0411) 371961E-mail : [email protected] : http://balitsereal.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa)Jalan Tangkuban Perahu 517 LembangBandung 40391Telp. (022) 2786245Faks. (022) 2786416E-mail : [email protected] : http://balitsa.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi)Jalan Raya Ciherang, Kotak Pos 8 SDLSegunung Pacet, Cianjur 43252Telp. (0263) 517056, 514138Faks. (0263) 514138E-mail : [email protected] : http://balithi.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika(Balitbu Tropika)Jalan Raya Solok Aripan km 8, Kotak Pos 5Solok 27301Telp. (0755) 20137Faks. (0755) 20592E-mail : [email protected] : http://balitbu.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan BuahSubtropika (Balitjestro)Jalan Raya Tlekung No. 1, Junrejo, Kota Batu 65301Telp. (0341) 592683Faks. (0341) 593047E-mail : [email protected] : http://balitjestro.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat(Balittro)Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111Telp. (0251) 8321879Faks. (0251) 8327010E-mail : [email protected] : http://balittro.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar(Balittri)Jalan Raya Pakuwon km 2, ParungkudaSukabumi 43357Telp. (0266) 7070941Faks. (0266) 6542087E-mail : [email protected]

[email protected] : http://balittri.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Palma (Balitka)Jalan Bethesda II, Mapanget, Kotak Pos 1004Manado 95001Telp. (0431) 812430Faks. (0431) 812017E-mail : [email protected] : http://balitka.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat(Balittas)Jalan Raya Karangploso km 4, Kotak Pos 199Malang 65152Telp. (0341) 491447Faks. (0341) 485121E-mail : [email protected] : http://balittas.litbang.deptan.go.id

Page 140: Inovasi Teknologi 2011

141Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011

Balai Penelitian Ternak (Balitnak)Jalan Banjarwaru, CiawiKotak Pos 221Bogor 16002Telp. (0251) 8240752Faks. (0251) 8240754E-mail : [email protected]

[email protected] : http://balitnak.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanah (Balittanah)Jalan Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114Telp. (0251) 8336757Faks. (0251) 8321608E-mail : [email protected] : http://balittanah.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi(Balitklimat)Jalan Tentara Pelajar No.1 A, Bogor 16111Telp. (0251) 8312760Faks. (0251) 8312760E-mail : [email protected] : http://balitklimat.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra)Jalan Kebun Karet Lok Tabat Utara, Kotak Pos 31Banjarbaru 70712Telp. (0511) 4772534Faks. (0511) 4773034E-mail : [email protected] : http://balittra.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Lingkungan Pertanian(Balingtan)Jalan Raya Jakenan, Jaken km 5, Kotak Pos 5, JakenPati 59182Telp. (0295) 883927Faks. (0295) 883927E-mail : [email protected] : http://balingtan.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Nanggroe Aceh DarussalamJalan P. Nyak Makam No. 27, Kotak Pos 41,Lampineung, Banda Aceh 23125Telp. (0651) 7551811Faks. (0651) 7552077E-mail : [email protected]

[email protected] : http://nad.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sumatera UtaraJalan Jend. A.H. Nasution No.1B, Kotak Pos 7 MDGJMedan 20143Telp. (061) 7870710Faks. (061) 7861020E-mail : [email protected] : http://sumut.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sumatera BaratJalan Raya Padang-Solok, km 40, SukaramiSolok 27366Telp. (0755) 31122, 31564Faks. (0755) 731138E-mail : [email protected] : http://sumbar.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)RiauJalan Kaharudin Nasution km 40Padang Marpoyan, Kotak Pos 1020Pekanbaru 10210Telp. (0761) 674206Faks. (0761) 674206E-mail : [email protected]

[email protected] : http://riau.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)JambiJalan Samarinda KotabaruKotak Pos 118, Kotabaru 36128Jalan Jambi-Palembang km 16, Desa Pondok Meja,Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro JambiTelp. (0741) 7053525, 40174Faks. (0741) 40413E-mail : [email protected]

[email protected] : http://jambi.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sumatera SelatanJalan Kolonel H. Barlian km 6Kotak Pos 1265, Palembang 30153Telp. (0711) 410155Faks. (0711) 411845E-mail : [email protected] : http://sumsel.litbang.deptan.go.id

Page 141: Inovasi Teknologi 2011

142Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Bangka BelitungJalan Mentok km 4, Pangkalpinang 33134Telp. (0717) 421797, 422858Faks. (0717) 421797E-mail : [email protected] : http://babel.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)BengkuluJalan Irian km 6,5Kotak Pos 1010, Bengkulu 38119Telp. (0736) 23030Faks. (0736) 23030E-mail : [email protected] : http://bengkulu.litbang.dptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)LampungJalan Z.A. Pagar Alam No. 1A RajabasaBandar Lampung 35145Telp. (0721) 781776, 701328Faks. (0721) 705273E-mail : [email protected] : http://lampung.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)BantenJalan Raya Ciptayasa km 01, CiruasSerang 42182Telp. (0254) 280093, 281055Faks. (0254) 282507E-mail : [email protected]

[email protected] : http://banten.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Jawa BaratJalan Kayuambon No. 80, Kotak Pos 8495, LembangBandung 40391Telp. (022) 2786238Faks. (022) 2789846E-mail : [email protected]

[email protected] : http://jabar.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)DKI JakartaJalan Ragunan No.30, PasarmingguKotak Pos 7321/JKSPM, Jakarta 12540Telp. (021) 78839949, 7815020Faks. (021) 7815020E-mail : [email protected]

[email protected] : http://jakarta.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Jawa TengahBukit Tegalepek, Sidomulyo,Kotak Pos 101 Ungaran 50501Telp. (024) 6924965, 6924967Faks. (024) 6924966E-mail : [email protected] : http://jateng.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)YogyakartaRingroad Utara Jalan Karangsari Wedomartani,Ngemplak, Sleman, Kotak Pos 1013Yogyakarta 55010Telp. (0274) 884662Faks. (0274) 562935E-mail : [email protected]

[email protected] : http://yogya.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Jawa TimurJalan Raya Karangploso km 4, Kotak Pos 188Malang 65101Telp. (0341) 494052Faks. (0341) 471255E-mail : [email protected]

[email protected] : http://jatim.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)BaliJalan By Pass Ngurah Rai, PasanggaranKotak Pos 3480, Denpasar 80222Telp. (0361) 720498Faks. (0361) 720498Email : [email protected]

[email protected] : http://bali.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Nusa Tenggara BaratJalan Raya Paninjauan NarmadaKotak Pos 1017, Mataram 83010Telp. (0370) 671312Faks. (0370) 671620E-mail : [email protected] : http://ntb.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Nusa Tenggara TimurJalan Timor Raya km 32, Kotak Pos 1022 Naibonat,Kupang 85362Telp. (0380) 833766Faks. (0380) 829537E-mail : [email protected] : http://ntt.litbang.deptan.go.id

Page 142: Inovasi Teknologi 2011

143Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Kalimantan BaratJalan Budi Utomo No. 45 Siantan Hulu,Kotak Pos 6150, Pontianak 78061Telp. (0561) 882069Faks. (0561) 883883E-mail : [email protected]

[email protected] : http://kalbar.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Kalimantan TengahJalan G. Obos km 5, Kotak Pos 122Palangkaraya 73111Telp. (0536) 3329662Faks. (0536) 3331416E-mail : [email protected]

[email protected] : http://[email protected]

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Kalimantan TimurJalan P.M. Noor, Sempaja,Kotak Pos 1237, Samarinda 75119Telp. (0541) 220857Faks. (0541) 220857E-mail : [email protected] : http://kaltim.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Kalimantan SelatanJalan Panglima Batur Barat No. 4Kotak Pos 1018 & 1032, Banjarbaru 70711Telp. (0511) 4772346Faks. (0511) 4781810E-mail : [email protected]

[email protected]@yahoo.com

Website : http://kalsel.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sulawesi UtaraJalan Kampus Pertanian Kalasey, Kotak Pos 1345Manado 95013Telp. (0431) 836637Faks. (0431) 838808E-mail : [email protected]

[email protected] : http://sulut.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sulawesi TengahJalan Lasoso No. 62, BiromaruKotak Pos 51 PaluTelp. (0451) 482546Faks. (0451) 482549E-mail : [email protected]

[email protected] : http://sulteng.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sulawesi SelatanJalan Perintis Kemerdekaan km 17,5Kotak Pos 1234, Makassar 90242Telp. (0411) 556449Faks. (0411) 554522E-mail : [email protected] : http://sulsel.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sulawesi TenggaraJalan Prof. Muh. Yamin No. 89, Kotak Pos 55Kendari 93114Telp. (0401) 312571Faks. (0401) 313180E-mail : [email protected] : http://sultra.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)GorontaloJalan Kopi No. 270, Desa Iloheluma, KecamatanTilongkabila, Kabupaten Bone BolangoGorontalo 96183Telp. (0435) 827627Faks. (0435) 827627E-mail : [email protected] : http://gorontalo.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)MalukuJalan Laksdya Leo Wattimena-WaiheruKotak Pos 204 Passo, Ambon 97232Telp. (0911) 3303865Faks. (0911) 322542E-mail : bptp-maluku@litbang. deptan.go.idWebsite : http://maluku.litbang. deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Maluku UtaraKomplek Pertanian Kusu, Kecamatan Oba UtaraKota Tidore Kepulauan 97000Telp. (0921) 326350Faks. (0921) 326350E-mail : [email protected]

[email protected] : http://malut.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)PapuaJalan Yahim No. 49, Sentani, Kotak Pos 256, SentaniJayapura 99352Telp. (0967) 592179Faks. (0967) 591235E-mail : [email protected] : http://papua.litbang.deptan.go.id

Page 143: Inovasi Teknologi 2011

144Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Papua BaratJalan Amban Pantai WaidemaKotak Pos 254, Manokwari 98314Telp. (0986) 213182, 211377Faks. (0986) 212052E-mail : [email protected] : http://papuabarat.litbang.deptan.go.id

Loka Pengkajian Teknologi PertanianKepulauan RiauJalan Pelabuhan Sungai Jang No. 38Tanjung PinangTelp. (0771) 22153Faks. (0771) 313299E-mail : [email protected]

Loka Pengkajian Teknologi Pertanian SulawesiBaratJalan Martadinata No. 16Mamuju, Sulawesi BaratTelp. (0426) 22547Faks. (0426) 22547E-mail : [email protected] : http://sulbar.litbang.deptan.go.id