INJEKSI HALOPERIDOL

download INJEKSI HALOPERIDOL

of 6

Transcript of INJEKSI HALOPERIDOL

INJEKSI HALOPERIDOL

III. PENGEMBANGAN FORMULA 3.1. Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran - Haldol injeksi (injeksi haloperidol) mengandung haloperidol 5 mg/mL (sebagai laktat), NDC 50458-255-01, 10 unit ampul x1 ml (http://www.rxlist.com/haldoldrug.htm). -Lodomer injeksi mengandung haloperidol 5 mg/ml

(http://www.mims.com/Indonesia/drug/info/Lodomer/).

3.2. Pra-formulasi (analisis pemilihan zat aktif dan eksipien) 1. Haloperidol pemerian: serbuk amorf atau serbuk halus; putih hingga agak kekuningan, larutan penuh bereaksi netral terhadap lakmus kelarutan: praktis tidak larut dalam air; larut dalam kloroform; agak sukar larut dalam etanol; sukar larut dalam etanol jarak lebur: 147-152 derajat selsius (FI IV, hal 425). 2. Injeksi Haloperidol Injeksi haloperidol adalah suatu larutan steril haloperidol di dalam aqua pro injeksi, dibuat dengan bantuan asam laktat. Sediaan dapat mengandung bahan pengawet yang sesuai. Sediaan mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 110% sejumlah C21 H23ClFNO2. pH : 3 3,8 Endotoksin bakterial : tidak mengandung lebih dari 71,4 EU USP per mg haloperidol (USP 30, hal 2270).

3.3. Formulasi 3.4. Metode dan Pembuatan Sediaan 3.5. Pengawasan dalam Proses (IPC) 1. Uji Kejernihan dan Warna Tujuan Prinsip : memastikan bahwa setiap larutan obat suntik jernih dan bebas pengotor : wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan menyinari wadah dari samping dengan latar belakang hitam untuk menyelidiki pengotor berwarna putih dan latar belakang putih untuk menyelidiki pengotor berwarna. Hasil : memenuhi syarat bila tidak ditemukan pengotor dalam larutan.

2. Uji pirogenitas Adanya zat pirogen pada preparat parenteral ditentukan oleh suatui uji biologi kuantitatif berdasarkan respon demam pada kelinci. Kelinci digunakan sebagai binatang percobaan karena kelinci menunjukan respon fisiologis terhadap pirogen yang serupa dengan respon biologis pada manusia. Uji pirogen dapat juga dilakukan dengan menggunakan gel dari lisa amoebosit dari Limulus polifemus (kepiting sepatu kuda). Uji Limulus Amoebosit Lysat (LAL) lebih sensitif dibandingkan dengan uji menggunakan kelinci (Manajemen Farmasi, hal 213-214). 3. Pengukuran pH Alat : pH meter

Tujuan : mengetahuipH sediaan dengan persyaratan yang telah ditentukan. Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi. Penafsiran hasil : pH sesuai dengan spesifikasi sediaan yaitu ... (FI IV, hal 1039-1040). 4. Pemeriksaan Bahan Partikulat Tujuan : memastikan larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi dari zat padat steril untuk penggunaan parenteral, bebas dari partikel yang dapat diamati pada pemeriksaan secara visual. Prinsip : Sejumlah tertentu sediaan uji difiltrasi menggunakan membran, lau membran tersebut diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 x. Jumlah partikel dengan dimensi linier efektif 10 m atau lebih dan sama atau lebih besar dari 25 m dihitung. Hasil : Injeksi volume besar untuk infus dosis tunggal memnuhi syarat uji jika mengandung tidak lebih dari 50 partikel per ml yang setara atau lebih besar dari 10 m dan tidak lebih dari 5 partikel per ml yang setara atau lebih besar dari 25 m dalam dimensi linier efektif (FI IV, hal 981-985). 3.6. Pengawasan Mutu Obat Jadi Evaluasi Fisik 1. Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah (FI IV, 1044) Tujuan : menetapkan volume injeksi yang dimasukkan dalam wadah agar

volume injeksi yang digunakan tepat/sesuai dengan yang tertera pada penandaan (Kelebihan volume yang dianjurkan dipersyaratkan dalam FI IV) Prinsip : penentuan volume dilakukan dengan cara mengambil samperl

dengan alat suntik hipodermik dan memasukkannya ke dalam gelas ukur yang sesuai. 2. Hasil : volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila

diuji satu persatu (FI IV, hal 1044)

2. Pemeriksaan Bahan Partikulat (FI IV hal 981-985) Tujuan : memastikan larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi

dari zat padat steril untuk penggunaan parenteral, bebas dari partikel yang dapat diamati pada pemeriksaan secara visual. Prinsip : Sejumlah tertentu sediaan uji difiltrasi menggunakan membran,

lalu membran tersebut diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Jumlah partikel dengan dimensi linier efektif 10 m atau lebih dan sama atau lebih besar dari 25 m dihitung Hasil : Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah rata- rata

partikel yang dikandung tidak lebih dari 10.000 tiap wadah yang setara atau lebih besar dari 10 m diameter sferik efektif dan tidak lebih dari 1000 tiap wadah sama atau lebih besar dari 25 m dalam dimensi linier efektif (FI IV hal 981-985)

3. Pemeriksaan pH (FI IV hal 1039-1040) Alat Tujuan ditentukan Prinsip dikalibrasi Penafsiran hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan (FI IV hal 1039-1040) yaitu 3 3,8 (USP 30, hal 2270). 4. Evaluasi kejernihan (FI ed IV hal 998) Tujuan : memastikan larutan terbebas dari pengotor Prinsip : membandingkan kejernihan larutan uji dengan Suspensi Padanan, dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi tegak lurus ke arah bawah tabung dengan latar belakang hitam : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah : pH meter : mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah

5. Penafsiran Hasil : sesuatu cairan dikatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan bila diamati di bawah kondisi seperti tersebut di atas atau jika opalesensinya tidak lebih nyata dari suspensi padanan I. Persyaratan untuk derajat oplesensi dinyatakan dalan suspensi padanan I, II, dan III (FI ed IV hal 998)

Evaluasi Biologi 1. Uji Sterilitas (FI IV, 855-863) Tujuan : menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi. Prinsip : Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya

pertumbuhan mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung atau filtrasi dalam medium Tioglikonat cair dan Soybean Casein Digest prosedur uji dapat menggunakan teknik inokulasi langsung ke dalam media pada 30-35oC selama tidak kurang dari 7 hari. Hasil : Tahap Pertama: Memenuhi syarat uji jika pada interval waktu

tertentu dan pada akhir periode inkubasi, diamati tidak terdapat kekeruhan atau pertumbuhan mikroba pada permukaan, kecuali teknik pengujian dinyatakan tidak absah. Jika ternyata uji tidak absah, maka dilakukan pengujian Tahap Kedua. Tahap Kedua: Memenuhi syarat uji jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba pada pengujian terhadap minimal 2 kali jumlah sampel uji tahap (FI IV, 855-863). 3.7. Pengemasan Sediaan akhir Wadah untuk injeksi (termasuk penutup) tidak boleh berinteraksi melalui berbagai cara (fisik maupun kimia) dengan sediaan, yang dapat mengubah kekuatan mutu, kemurniaan di luar persyaratan resmi. Wadah terbuat dari bahan yang dapat mempermudah pengamatan terhadap isi (wadah gelas/kaca). Tipe kaca

yang dianjurkan untuk tiap sediaan. Umumnya tertera pada masing masing monografi (FI IV, hal 10). Untuk injeksi haloperidol jenis ampul yang digunakan adalah ampul kaca tipe I (USP 30, hal 2270). Sediaan jadi injeksi haloperida diisikan ke dalam vial bervolume..... sebagai kemasan primer karena kemasan ini langsung berhubungan dengan produk. Vial ini kemudian ditempel dengan etiket pada permukaan kacanya, Etiket ini berisi nama produk, komposisi produk, kekuatan dan volumenya, nama pabrik yang memproduksinya, rute pemberian, dan penandaan obat. Dapat pula dibuat brosur atau leflet yang berisi informasi sediaan yang lebih lengkap, yaitu meliputi dosis atau aturan pemakaian, indikasi, efek samping, kontra indikasi, dal sebagainya. Untuk kemasan sekunder dapat digunakan dus karton yang jumlah tiap dusnya disesuaikan dengan ukuran dus karton yang telah dirancang sebelumnya. 3.8.Cara Penyimpanan Injeksi haloperidol dapat disimpan dalam wadah untuk single dose ataupun multiple dose, di dalam bahan berbahan gelas tipe I, dan terlindung dari cahaya (USP 30, hal 2270).