Injeksi Chlorpromazine
-
Upload
poppy-siska-isabella -
Category
Documents
-
view
237 -
download
0
Transcript of Injeksi Chlorpromazine
-
7/22/2019 Injeksi Chlorpromazine
1/5
1
TUGAS FARMAKOLOGI KLINIK
INJEKSI CHLORPROMAZINE
DISUSUN OLEH :
POPPY SISKA ISABELLA
04112681318029
Mahasiswa Program Studi Biomedik
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2014
-
7/22/2019 Injeksi Chlorpromazine
2/5
2
INJEKSI CHLORPROMAZINE
I. PENDAHULUANInjeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi
diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam
sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal
atau wadah dosis ganda.
Sediaan injeksi umumnya merupakan sediaan berbentuk larutan dengan konsentrasi
yang encer sehingga komponen terbesar dari sediaan tersebut adalah pelarut. Oleh karena
itu pelarut yang digunakan sebagai pembawa untuk sediaan injeksi sebaiknya tidak
mempunyai aktivitas terapeutik dan tidak bersifat toksis. Beberapa pertimbangan yang
perlu diperhatikan dalam memilih pelarut yang akan digunakan untuk formulasi sediaan
steril antara lain adalah rute pemberian, absorpsi obat, volume sediaan, kelarutan dan
stabilitas zat aktif.
Sediaan injeksi dapat diberikan melalui berbagai rute pemberian misalnya intra
muskular, intarvena, subkutan, intraokular dan lain-lain. Tidak semua pelarut dapat
digunakan untuk masing-masing rute pemberian, misalnya pelarut yang digunakan untuk
sediaan yang digunakan secara intravena harus dapat bercampur langsung dengan cairan
darah sehingga tidak bisa digunakan pelarut non air seperti minyak.
Absorpsi obat umumnya terjadi lebih cepat dan sempurna bila zat tersebut larut di
dalam air. Modifikasi formula dengan menggunakan pelarut yang dapat bercampur denganair atau pelarut yang tidak bercampur dengan air akan dapat menyebabkan berkurangnya
kecepatan absorpsi. Efek ini kadang-kadang diinginkan dalam sedaian lepas lambat.
-
7/22/2019 Injeksi Chlorpromazine
3/5
3
II. TINJAUAN CHLORPROMAZINE HCL
A. Injeksi Chlorpromazine HCl Mengandung Chlorpromazine HCl tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%
dari yang tertera dalam etiket.
pH = 3,4 -5,4 Inkompatibilitas : dengan Kalium benzylpenicillin, Natrium fenobarbiton, Natrium
pentobarbiton.
Dosis : harus disiapkan dalam bentuk dosis tunggal atau dosis ganda, dalam wadah kacatipe 1, terlindung dari cahaya.
Stabilitas : pemucatan warna kuning bertambah setelah penyimpanan selama 2 minggu,terlindung dari cahaya, terjadi karena interakso dengan zat pengawaet injeksi seperti m-
kresol.
Eksipien yang bisa dipakai : natrium sulfit anhidrat, kalium sulfit anhidrat, asamaskorbat, benzil alkohol, sistein hidroklorida, kalium metabisulfit, natrium asetat,
natrium bisulfit, natrium klorida, natrium sitrat, natrium metabisulfit.
B. Farmakologi Indikasi : antipsycotic (gangguan psikosis, termasuk skizofrenia dan mania serta
kelakuan gangguan psikis), anti-emetik (meredakan mual, muntah) dan pereda
kegelisahan pra-operasi dan cegukan yang sulit mereda.
Kontraindikasi:1. Pasien dengan sejarah depresi atau koma CNS, supresi sumsum tulang belakang,
phaeochromocytoma.
2. Pasien dengan riwayat gangguan hati, ginjal, kardiovaskular, cerebrovaskular dansaluran pernapasan.
3. Pasien glukoma, parkinson, diabetes mellitus, hipotiroidisme, myastenia gravis,prostatic hyperplasia.
Interaksi obat:1. Dengan golongan fenotiazin lain, seperti acepromazine, thioridazine, fluphenazine
dll.
2. Dengan obat antihipertensi seperti guanethidine dan bloker neuron adrenergiklainnya.
-
7/22/2019 Injeksi Chlorpromazine
4/5
4
3. Dengan anti-muskarinik, seperti antidepresan trisiklik, antiparkinsonantimuskarinik.
4. Dengan obat dopaminergik, berkompetisi antagonis mutualisme dalampengobatan parkinson.
5. Dengan metoclopramide, meningkatkan efek ekstra piramidal.6. Dengan astemizole atau terfenadine atau sotalol, meningkatkan resiko aritmia.
Peringatan dan perhatian:Hati-hati pada penggunaan bersama-sama dengan obat yang dapat menimbulkan
hipotensi ortostatik.
Farmakokinetik:Chlorpromazine biasanya langsung diabsorpsi dari saluran cerna. Konsentrasi
plasma maksimum dicapai 2-4 jam setelah pemberian. Chlorpromazine dimetabolisme
dalam hati dan diekskresikan dalam urin dan empedu dalam berbagai bentuk metabolit
aktif maupun inaktif. Konsentrasi plasma yang dicapai dengan pemberian oral jauh
lebih sedikit daripada pemberian intramuskular. Metabolisme mencakup hidroksilasi
dan konjugasi dengan asam glukuronat. Konsentrasi setengah plasma dilaporkan
dicapai dalam 30 jam. Eliminasi metabolit dapat berlangsung lebih lama.
Chlorpromazine sangat terikat kuat pada protein plasma (95-98 %). Chlorpromazine
terdistribusi luas pada tubuh dan menembus sawar darah-otak untuk mencapai
konsentrasi di otak yang lebih tinggi daripada di dalam plasma.
Dosis:Pemberian secara parenteral lebih dipilih secara intramuskular, namun
terkadang diberikan dalam infus intravena secara lambat untuk indikasi tetanus dan
mual. Injeksi subkutan dikontraindikasikan. Dosis umum untuk injeksi intramuskular
25-50 mg, diulangi sesuai kebutuhan. Setelah injeksi, pasien harus tetap pada posisi
berbaring telentang selama minimal 30 menit.
Efek Samping:Chlorpromazine dan turunan fenotiazin lainnya secara umum memproduksi
senyawa-senyawa depresan, namun lebih sedikit dibandingkan barbiturat atau
benzodiazepin, dan lebih mudah menimbulkan efek samping sedatif. Hipersensitivitas
termasuk urtikaria. Pada beberapa kasus dilaporkan terjadi agranulositosis dan
neutropenia. Juga ortostatik hipotensi, merangsang sekresi prolaktin, GH (growth
hormone) dan tirotropin dari pituitari anterior.
-
7/22/2019 Injeksi Chlorpromazine
5/5
5
DAFTAR PUSTAKA
British Pharmaceutical Codex, The Pharmaceutical Press, London, 1973. p.92-114,799-803
Ditjen POM, DepKes RI., Farmakope Indonesia, ed. III, DepKes RI, Jakarta, 1995. p.13-19, 41, 47, 97, 157-158, 419
Ditjen POM, DepKes RI., Farmakope Indonesia, ed. IV, DepKes RI, Jakarta, 1995. p.1236-1252
McEvoy, Gerald., 2002, AHFS Drug Information, America: American Society OfHealth System Pharmacists, p. 2287-2289
Trissel, Lawrence A. 2001. Handbook On Injectable Drugs. 11th edition. USA:American Society Of Health System Pharmacists. p. 297-304