INJEKSI
-
Upload
welfin-d-rich -
Category
Documents
-
view
297 -
download
3
Transcript of INJEKSI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 1
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang .................................................................................... 3
I.2. Tujuan Praktikum ................................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. TEORI INJEKSI
A. Definisi ..................................................................................... 5
B. Penggolongan Injeksi ............................................................... 5
C. Jenis Zat Pembawa ................................................................... 6
D. Syarat Obat Suntik .................................................................... 7
E. Cara Sterilisasi .......................................................................... 9
F. Wadah dan Tutup Wadah ......................................................... 10
G. Rancangan Formula .................................................................. 12
H. Metode Pembuatan ................................................................... 13
I. Prosedur Evaluasi ...................................................................... 14
BAB III INJEKSI VITAMIN C
III.1. METODE PRAKTIKUM
A. Rancangan Sediaan .................................................................. 15
B. Data Praformulasi .................................................................... 17
C. Pengkajian Praformulasi .......................................................... 20
D. Rancangan Formula ................................................................ 22
E. Hasil Perhitungan ................................................................... 23
F. Lembar Sterilisasi .................................................................... 23
G. Prosedur Pembuatan ................................................................ 24
H. Prosedur Evaluasi ..................................................................... 26
III.2. PEMBAHASAN .............................................................................. 28
III.3. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 29
1
BAB IV INJEKSI VITAMIN A
IV.1. METODE PRAKTIKUM
A. Rancangan Sediaan ................................................................... 30
B. Data Praformulasi ..................................................................... 31
C. Pengkajian Praformulasi ........................................................... 34
D. Rangkuman Rekomendasi ........................................................ 36
E. Rancangan Formula ................................................................. 36
F. Hasil Perhitungan ..................................................................... 37
G. Lembar Sterilisasi ..................................................................... 38
H. Prosedur Pembuatan ................................................................. 39
I. Prosedur Evaluasi ...................................................................... 40
IV.2. PEMBAHASAN .............................................................................. 42
IV.3. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 43
BAB V INFUS NaCl
V.1. METODE PRAKTIKUM
A. Rancangan Sediaan ................................................................... 44
B. Data Praformulasi .................................................................... 45
C. Pengkajian Praformulasi .......................................................... 47
D. Rancangan Formula .................................................................. 49
E. Hasil Perhitungan ..................................................................... 49
F. Lembar Sterilisasi ..................................................................... 50
G. Prosedur Tetap ......................................................................... 51
H. Prosedur Pembuatan ................................................................. 51
I. Prosedur Evaluasi ..................................................................... 53
V.2. PEMBAHASAN ................................................................................ 54
V.3. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 55
BAB I
PENDAHULUAN
2
I.1. Latar Belakang
Steril menurut definisi klasik adalah mutlak bebas dari jasad renik, patogen atau non
patogen, vegetatif atau non vegetatif. Tidak ada jasad renik yang hidup dalam suatu sediaan
(100% bebas).
Sedangkan Steril menurut definisi sekarang adalah suatu bets adalah steril apbila
kemungkinan tidak sterilnya bets tersebut setelah disterilkan adalah lebih kecil dari satu per
sejuta (10-6).
Sterilisasi adalah proses mematikan jasad renik ( dengan kalor, radiasi, maupun zat
kimia), agar diperoleh kondisi steril. Tujuan sterilisasi adalah untuk mematikan semua jasad
renik hidup baik patogen maupun non patogen, vegetatif atau non vegetatif, membebas
hamakaan (mensterilisasi), yang dapat dilakukan dengan cara kalor, radiasi, zat kimia, dan
gas, sehingga didapatkan kondisi yang steril. Misalnya pada obat suntik (parenteral), alat
kedokteran, makanan dalam kaleng, dan sebagainya.
Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi, harus dilakukan dengan
hati-hati. Untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) juga memprasyaratkan wadah akhir injeksi harus diamati satu-per satu
secara fisik dan tiap wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing yang terlihat secara
visual harus ditolak.
Definisi dalam farmakope, sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan
menjadi 5 jenis yang berbeda, yaitu:
(1) Obat atau larutan atau emulsi yang digunakan untuk injeksi, ditandai dengan nama
injeksi……
(2) sediaan padat kering, atau cairan pekat tidak mengandung dapar, pengencer atau bahan
tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarutan yang sesuai
memenuhi persyaratan injeksi, dan dapat dibedakan dari nama bentiknya…..steril.
(3) sediaan seperti tertera pada no.2 tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer
atau bahan tambahan lain, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya….untuk injeksi.
3
(4) sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan
secar intra vena atau ke dalam saluran spinal, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya
suspensi….steril.
(5) sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa
yang sesuai, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya….steril untuk suspensi.
Pemilihan dan penggunaan bahan tambahan harus hati-hati untuk sedíaan yang
diberikan lebih dari 5 ml. Kecuali dinyatakan lain berlaku : zat yang mengandung raksa dan
surfaktan kationik, tidak lebih dari 0,02 %; golongan klorbutanol, kresol, dan fenol, tidak
lebih dari 0,5 %; dan belerang dioksida atau sejumlah setara dengan kalium atau natrium
sulfit, bisulfit, atau metabisulfit, tidak lebih dari 0,2 %.
Bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan mikroba
harus ditambahkan dalam injeksi yang dikemas dalam wadah dosis ganda apapun metode
sterilisasi yang digunakan, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, atau
kecuali bahan aktifnya sendiri sudah berupa bahan anti mikroba. Bahan tambahan seperti
ini digunakan dalam kadar tertentu yang dapat mencegah pertumbuhan atau membunuh
mikroba dalam cedían injeksi. Bahan tersebut harus memenuhi syarat seperti yang tertera
pada uji efektifitas pengawet anti mikroba dan kandungan zat anti mikroba. Proses
sterilisasi tetap dilakukan meskipun mengandung bahan tambahan tersebut. Udara dalam
wadah dapat dihilangkan atau diganti dengan gas inert. Bila injeksi sensitif terhadap
oksigen, informasi tersebut harus tertera dalam penandaan.
I.2. Tujuan Praktikum
Adanya tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa dapat membuat rancangan sediaan
2. Mahasiswa dapat membuat fomulir pengkajian praformulasi
3. Mahasiswa dapat membuat prosedur tetap
5. Mahasiswa dapat membuat intruksi kerja
6. Mahasiswa dapat melaksanakan intruksi krja pembuatan Sediaan steril injeksi
volume besar maupun kecil dengan baik
7. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan
8. Mahasiswa dapat membuat sediaan yang baik
9. Mahasiswa dapat menyusun laporan pembuatan steril injeksi volume besar maupun
kecil
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. TEORI INJEKSI
A. Definisi
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dapat berupa
larutan, suspensi, emulsi atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan
lebih dahulu sebelum digunakan.
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan
sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggalatau wadah dosis ganda.
B. Penggolongan Injeksi
1. Injeksi intrakutan atau intradermal ( i.c )
Biasanya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume yang disuntikkan
sedikit (0,1 – 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnostik. Biasanya yang
digunakan adalah ekstrak alergenik.
2. Injeksi subkutan (s.c)
Umumnya larutan isotonus, jumlah larutan yang disuntikkan tidak lebih dari
1 ml. Disuntikkan ke dalam “alveola”, kulit mula-mula diusap dengan cairan
desinfektan (etanol 70%).
3. Injeksi intramuskulus (i.m)
Merupakan larutan atau suspensi dalam air atau minyak atau emulsi.
Disuntikkan masuk ke dalam otot daging dan volume sedapat mungkin tidak lebih
dari 4ml. Penyuntikan volume besar dilakukan dengan perlahan-lahan untuk
mencegah rasa sakit, sedapat mungkin tidak lebih dari 4 ml.
4. Injeksi intravena (i.v)
Merupakan larutan, dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan
iritasi yang dapat bercampur dengan air,volume 1 ml sampai 10ml. Larutan ini
biasanya isotonus atau hipertonus. Larutan injeksi intravena harus jernih betul,
bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan
menyebabkan kematian.
5
5. Injeksi intraarterium (i.a)
Umumnya berupa larutan, dapat mengandung cairan non-iritan yang dapat
bercampur dengan air, volume yang disuntikkan 1 ml sampai 10 ml dan digunakan
bila diperlukan efek obat yang segera dalam daerah perifer. Tidak boleh
mengandung bakterisida.
6.Injeksi intrakardial (i.k.d)
Berupa larutan, hanya digunakan untuk keadaan gawat, dan disuntikkan ke
dalam otot jantung atau vetrikulus. Tidak boleh mengandung bakterisida.
7. Injeksi intratekal (i.t)
Berupa larutan harus isotonis, sebab sirkulasi cairan cerebrospinal adalah
lambat, meskipun larutan anestetik sumsum tulang belakang sering hipertonus.
Larutan harus benar-benar steril dan bersih, sebab jaringan syaraf daerah anatomi
disini sangat peka.
8. Injeksi intratikulus
Berupa larutan atau suspensi dalam air yang disuntikkan ke dalam cairan
sendi dalam rongga sendi.
9. Injeksi subkonjungtiva
Berupa larutan atau suspensi dalam air yang untuk injeksi selaput lendir
mata bawah, umumnya tidak lebih dari 1 ml.
10. Injeksi intraoeritoneal (i.p)
Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapan cepat, bahaya
infeksi besar sehingga jarang dipakai.
C. Bahan Pembawa Obat Suntik
Aqua Pro Injeksi
- Menurut CPOB dibuat dengan cara destilasi atau dengan cara lain yang sesuai.
- Aqua bidest dengan pH tertentu, tidak mengandung logam berat ( timbal,
tembaga, besi ), tdk mengandung ion Ca2+, Cl-1, NO3, SO4-2, NH4
+, NO2.
- Harus steril, penggunaannya dalam jumlah besar harus bebas pirogen.
- Setelah mendidih tutup dengan kapas yang dibungkus kassa, kemudian didihkan
lagi selama 30 menit.
6
Aqua Pro Injeksi Bebas O2 atau CO2.
- Mendidihkan API selama 20-30 menit, dialiri gas N2 sambil didinginkan.
- CO2 bersifat asam lemah, mampu menguraikan garam Na ataupun Ca
membentuk endapan.
- API bebas O2 digunakan untuk melarutkan zat aktif yang mudah teroksidasi.
Minyak Nabati
- Oleum Arachidis, Oleum Sesami, Oleum Olivae.
- Sering menimbulkan rasa nyeri, sehingga perlu ditambahkan benzil alkohol 5%
untuk anestesi
- Untuk mengatasi masalah ketengikan, perlu ditambahkan anti oksidant seperti
Butil Hidroksi Anisol (BHA) atau Butil Hidroksi Toluene (BHT).
D. Syarat-syarat Obat Suntik
1. Aman.
Tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksik.Untuk
meyakinkan keamanan pemakaian bagi manusia, pelarut dan bahan penolong
harus dicoba dahulu pada hewan.
2. Harus jernih
Berarti tidak ada partikel padat, kecuali yang berbentuk suspensi.
3. Tidak berwarna
Kecuali bila obatnya memang berwarna.
4. Sedapat mungkin Isohidris
Dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak terasa sakit dan
penyerapan obat dapat maksimal. Isohidris artinya pH larutan injeksi sama
dengan darah dan cairan tubuh lain yaitu pH = 7,4. Tetapi untuk garam alkaloid,
Vit. B1 menghendaki pH 3-4, untuk adrenalin pH 2-3dan Luminal Na, PAS
menghendaki pH lebih dari 8.
5. Sedapat mungkin Isotonus
Dibuat isotonus agar tidak terasa sakit bila disuntikkan. Isotonus perlu
diperhatikan pada penyuntikan :
- Subkutan, karena dapat menimbulkan rasa sakit, nekrose (sel jaringan rusak).
- Intra lumbal, dapat menimbulkan rangsang pada selaput otak.
- Infusi, karena dapat menimbulkan hemolisa (pecahnya sel-sel darah merah).
7
Tonisitas Obat Suntik
Isotoni
Jika suatu larutan konsentrasinya sama dengan konsentrasi dalam sel darah
merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan diantara keduanya, maka
larutan tersebut dikatakan isotoni ( ~ 0,9% NaCl ).
Hipotoni
Tekanan osmosa larutan obat suntik lebih rendah dari serum darah. Air akan
melintasi membran sel darah merah yang semipermeabel, memperbesar
volume sel darah merah, menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel,
sehingga terjadi pecahnya sel darah merah “hemolisa”.
Hipertonis
Tekanan osmosa larutan obat suntik lebih tinggi dari serum darah. Air akan
keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel,
mengakibatkan terjadi penciutan sel darah merah “plasmolisa”.
Metode Perhitungan Isotonis
Metode White Vincent
V = W x E x V’
Dimana, V = Volume larutan isotoni yang ditentukan (ml)
E = Ekivalensi NaCl
V’ = Volume larutan isotonis (ml) yang didalamnya mengandung 1
gram NaCl ( 111,1 ml )
6. Harus steril
Suatu bahan dinyatakn steril bila sama sekali bebas dari mikroorganisme
hidup yang patogen maupun tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam
bentuk non vegetatif (spora).
7. Bebas pirogen
Hal ini perlu diperhatikan terutama pada pemberian banyak, lebih dari 15 ml
cairan yang mengandung pirogen dapat menimbulkan demam. Menurut Co Tui:
pirogen adalah senyawa komplek polisakarida dimana mengandung radikal yang
ada unsur N dan P. Selama radikal masih terikat, selama itu masih dapat
menimbulkan demam dan pirogen bersifat termostabil.
8
E. Cara Sterilisasi
Kalor Basah
1. Dengan Otoklaf
Sediaan diisikan ke dalam wadah yang cocok dan ditutup kedap. Jika
volume tidak lebih dari 100 ml, dilakukan sterilisasi dengan uap jenuh
pada suhu 115 °C – 116 °C selama 30 menit. Jika lebih dari 100 ml,
maka sterilisasi dilakukan sampai seluruh isi berada dalam suhu 115 °C –
116 °C selama 30 menit.
Biasa digunakan untuk mensterilkan gelas ukur, pipet ukur, corong
gelas + kertas saring lipat yang terpasang, kapas dan kassa yang
dibungkus dengan alumunium foil.
2. Uap Air Mengalir
Sediaan dibuat engan melarutkan atau mensuspensikan bahan obat
dalam air untuk injeksi dengan penambahan klorkresol 0,2% b/v atau
menggunakan larutan bakterisida yang cocok, lalu diisikan dalam wadah
tertutup kedap.
Untuk volume larutan tidak lebih dari 30 ml, dipanaskan pada suhu
98 sampai 100 °C selama 30 menit.
3. Digodok dalam air
Tutup vial karet, tutup infus karet, pipet karet digodok dalam air
suling selama 30 menit.
4. Tyndalisasi
- Pada suhu 80 °C 1 jam selama 3 hari berturut-turut
- Pada suhu 70° – 80 °C selama 30 menit 2-4 kalli berturut-turut diselingi
penyimpanan 20° – 25 °C selama 16 – 24 jam.
5. Pasteurisasi
- Pada suhu 50° – 60 °C selama beberapa menit
- Pada suhu 62,8 °C selama 30 menit, lalu dinginkan.
- Pada suhu 70°C satu kali, mematikan bentuk vegetatif, khusus untuk
susu murni.
Kalor Kering
1. Pemijaran
2. Dibakar dengan api bunsen
Biasa digunakan untuk spatel, sendok logam, porselen, kaca arloji,
pinset, batang pengaduk, cawan uap.
9
3. Dibakar dengan etanol 96%
Biasanya digunakan untuk lumpang dan alu.
4. Udara Panas
Sterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu 150°C selama 1 jam
atau 250°C selama 15 menit. Digunakan untuk alat gelas non presisi
seperti erlenmeyer, gelas piala (mulut ditutup dengan al. foil), dan untuk
wadah seperti ampul, vial, botol tetes, flakon.
Penyaringan
Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril dan diisikan ke
dalam wadah yang steril dan ditutup kedap menurut teknik aseptik. Macam-
macam bakteri filter yang digunakan adalah membran selulosa asetat, nitrat,
polyester, polivinil korida dengan porositas 0,2 μm.
Sterilisasi Gas
1. Untuk bahan yang tidak tahan suhu tinggi
2. Gas etilen oksida, untuk antibiotik dan hormon
3. Penicilin, tetracycline, erythromycin, enzim, talk.
Teknik Aseptik
- Digunakan dalam pembuatan injeksi yang obatnya tidak tahan pemanasan.
- Cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan mencegah kontaminasi
jasad renik dalam sediaan.
- Sediaan tidak disterilisasi akhir dalam otoklaf ataupun oven.
- Sediaan dibuat secara aseptik “Bahan steril” atau “Bahan yang disterilisasi
dengan penyaringan sebelum diisi ke dalam wadah steril”.
F. Wadah dan Tutup Wadah
Wadah untuk injeksi dibuat dari gelas plastik tidak boleh bereaksi dengan
bahan obat atau mempengaruhi khasiat obat, tidak mengeluarkan partikel kecil dan
memudahkan memeriksa isinya.
Ada tiga macam wadah untuk larutan injeksi :
1. Wadah takaran tunggal, yaitu ampul 1 ml, 2 ml, 5 ml, 10 ml. Dibuat dengan gelas
dan ditutup dengan peleburan.
2. Wadah takaran ganda, yaitu vial atau flakon, dibuat dari gelas dengan tutup karet
dan diluarnya ditutup dengan tutup kap dari alumunium.
10
3. Untuk cairan infus digunakan dengan botol infus, biasanya 500 ml, atau wadah
dalam plastik.
Syarat Gelas
1. Gelas harus netral, tidak mengeluarkan alkali hingga dapat menaikkan pH larutan
injeksi.
2. Pada waktu menutup ampul, gelas mudah dilebur.
3. Gelas tidak mudah pecah, dan waktu ampul dipotong tidak mengeluarkan
pecahan gelas yang lembut.
Syarat Karet
Karet yang digunakan sebagai tutup akan kontak dengan larutan injeksi pada
tekanan dan suhu yang tinggi, maka karet memenuhi syarat-syarat sifat fisika dan
kimia.
Selain sifat tersebut tutup karet :
1. Harus elastia, dapat menutup baik pencoblosan jarum injeksi dan larutan tidak
keluar dari samping jarum dan akan menutup baik setelah jarum ditarik.
2. Permukaan lapisannya harus licin dan tidak berlubang, agar dapat dicuci bersih.
3. Sehabis sterilisasi, karena ada penurunan tekanan dalam vial karena pendinginan
tutup karet akan tertarik ke dalam, dengan demikkian akan menjamin penutupan
wadah dengan sempurna.
4. Pada pemanasan tutup karet pada suhu 115 °C selama 30 menit dalam air suling,
maka cairan harus tidak mempunyai rasa, tidak berbau, tidak ada sisa penguapan
dan tidak boleh ada bahan reduksi dan logam-logam yang berasal dari proses
vulkanisasi.
Penandaan (label)
Pada etiket wadah obat suntik, harus tertera :
1. Nama obat
2. Persentase atau kadar masing-masing bahan obat tiap satuan volume.
3. Nama pembuat
4. Nama dan kadar zat bakteriostatik yang ditambahkan
5. Nama dan kadar zat tambahan untuk penyesuaian pH dan isotonus
6. Untuk sediaan padat, susunan dan jumlah tiap zat
7. Susunan dan jumlah volume zat pembawa atau pelarut yang diperlukan untuk
memperoleh obat suntik.
11
8. Jika obat suntik dibuat menurut cara aseptik dan belum diperiksa sterilitas harus
tertulis, Untuk pemakaian segera dibuat secara aseptik.
9. Injeksi berupa suspensi, ditulis Kocok dulu.
10. Injeksi yang mengandung antibiotik, ditulis Kesetaraan bobot terhadap U.I dan
Daluwarsa = Expiration date = Expire, dinyatakan dalam bulan dan tahun.
Daluwarsa dimaksudkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu
dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat baku.
G. Rancangan Formula
a. Bahan Aktif
b. Bahan Pembawa
Aqua Pro Injeksi
Oleum arachidis
c. Pengawet
Bahan pengawet dapat digunakan pada sediaan injeksi volume besar maupun
kecil karena digunakan berulang, menggunakan media cair, agar tidak ditumbuhi
mikroba.
Pengawet yang dapat digunakan adalah Benzalkonium khlorida, Asam
Benzoate.
d. Anti Oksidant
Hanya digunakan bila bahan obat mudah teroksidasi, misalnya bila bahan
pembawa yang digunakan berasal dari minyak nabati yang mudah teroksidasi
sehingga dapat menimbulkan bau tengik.
Anti oksidant yang dapat digunakan adalah α – tokoferol.
e. Pengisotonis
Sediaan injeksi volume besar maupun kecil harus dibuat dalam bentuk
larutan isotonis, yaitu suatu larutan yang konsentrasi dan tekanan osmotiknya
sama dengan konsentrasi dan tekanan osmotik dalam darah dan cairan tubuh
lainnya, agar tidak terjadi “hemolisa” jika hipotoni atau “plasmolisa” jika
hipertoni.
Pengisotonis yang dapat digunakna adalah NaCl 0,9%.
f. Bahan Penyerap Pirogen
Biasa digunakan pada sediaan larutan infus, karena sediaan akhir larutan
infus harus bebas pirogen.
Bahan penyerpa pirogen yang dapat digunakan adalah Carbo adsorbens
0,1%.
12
Bahan tambahan. Bahan tambahan yang sesuai dapat ditambahkan kedalam
cedían untuk injeksi untuk meningkatkan stabilitas atau efektifitas, kecuali
dinyatakan pada masing-masing monografi, dan bila bahan tambahan tidak
berbahaya dalam jumlah yng digunakan dan tidak mempengaruhi efek terapeutik
atau respans pada uji dan penetapan kadar. Tidak boleh ditambah bahan pewarna,
jika hanya untuk mewarnai cedían akhir seperti yang tertera pada van tambahan
dalam ketentuan umum dan zat uji efektifitas pengawet anti mikroba.
H. Metode Pembuatan
Injeksi Volume Kecil
a. Sterilisasi alat dan bahan
b. Penimbangan bahan aktif dan tambahan
c. Pembuatan API
d. Pelarutan bahan obat dan bahan tambahan dalam pembawa
e. Pengukuran volume I ( larutan obat )
f. Penyaringan
g. Pengukuran volume II ( Aqua Pro Injeksi )
h. Pengisian dengan buret
i. Ampul berisi larutan obat dialiri uap air untuk mencegah pengarangan
dengan gas N2
j. Pengemasan atau penutupan ampul
Injeksi Volume Besar
a. Sterilisasi alat dan bahan
b. Penimbangan bahan aktif dan tambahan
c. Pembuatan API
d. Pelarutan bahan obat dan bahan tambahan dalam pembawa
e. Penghilangan pirogen
f. Penyaringan
g. Pengukuran volume ( ad kan dengan API bebas pirogen )
h. Pengisian dengan buret
i. Pengisian dan penutupan botol.
I. Prosedur Evaluasi
13
In Proses Control : - Waktu dan suhu sterilisasi
- Penimbangan
- Homogenitas
- pH
- Ketepatan volume
- Kadar zat aktif
End Proses Control : - Organoleptis
- pH
- Kejernihan
- Pirogen (untuk infus)
- Kebocoran wadah
- Sterilisasi akhir
14
BAB III
INJEKSI VITAMIN C
III.1. METODE PRAKTIKUM
A. RANCANGAN SEDIAAN
Nama Sediaan : Ascorbic
Nama Zat Aktif : Vitamin C
Dosis : 1 ml, 1 x Pemakaian
Bentuk Sediaan : Injeksi Volume Kecil (Ampul)
Cara Pemberian : Intramuscular (IM)
No Parameter Kriteria Syarat Rujukan086 HC
1
Kadar bahan aktif 5 % Asam askorbat, tidak kurang
90,0% dan tidak lebih dari
110,0% dan jumlah yang
tertera pada etiket
FI 1V
Martindale
(hal 1656)
2 Volume injeksi
dalam wadah
1 ml Pilih satu/lebih wadah, bila
volume 10 ml/lebih. Isi dari 10
ml/lebih dapat ditentukan
dengan membuka wadah,
memindahkan isi secara
langsung kedalam gelas
ukur/gelas piala yang telah
ditara. Volume tidak kurang
dari volume yang tertera pada
wadah, jika diuji satu persatu
(penetapan volume injeksi pada
etiket)
FI IV
∗∗ 3
Sterilitas Tidak ada
pertumbuha
n mikroba
(semua
produk
steril)
Steril jika contoh tersebut
seutuhya bebas dari mikroba
variabel
Suatu bahan adalah steril
asalkan hasil yang diperoleh
sekurang-kurangnya setara
FI IV
(hal 855)
15
keadaannya4 Kejernihan Jernih Suatu cairan dinyatakan jernih
jika kejernihannya sama
dengan air atau pelarut yang
digunakan
5 PH 5 5,5 – 7
6 Kebocoran Tidak ada
ampul yang
bocor
Dalam ruang vakum, ampul
tersebut dibenamkan dalam
larutan yang diberi zat warna
(biasanya 0,5 – 10% metilen
blue). Tekanan atmosfer
berikutnya menyebabkan zat
warna berpenetrasi kedalam
lubang dapat dilihat setelah
bagian luar ampul dicuci atau
dibersihkan zat warnanya
Lachman
1354
7 Wadah Ampul Wadah dosis tunggal atau
ganda kaca tipe I (kaca boran
silikat ketahanan tinggi)
FI IV
∗∗∗∗∗∗∗∗ 8
Penandaan Pada etiket
tertera
sesuai
monografi
Nama sediaan
kadar bahan aktif
Cara pemberian
Kondisi penyimpanan
Tanggal kadaluarsa
Nama pabrik
No Batch
Logo lingkaran merah
B. DATA PRAFORMULASI
Bahan Aktif
16
1. Sifat Kimia
Nama kimia : L – Asam ascorbat (50-81-7)
Rumus kimia : 086 HC BM : 176,13
Kadar bahan aktif : Mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Titik didih : Kurang dari 100%.
2. Sifat fisika
Pemberian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh
cahaya lambat laun menjadi lebih gelap. Dalam keadaan
kering stabil diudara, dalam larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol,
tidak larut dalam kloroform, eter dan benzena.
PH : Antara 5,5 – 7,0.
Wadah : Dalam wadah tidak tembus cahaya, dosis tunggal,
sebaiknya dari kaca tipe I dan atau tipe II
Sterilisasi : (98 – 100) Co selama 30 menit dan ditambahkan
bakterisida (pengawet).
OTT : Garam besi, zat pengoksidasi, garam dari logam berat
terutama tembaga, tidak tercampurkan dengan aminopyllin,
bleomicin SO4, Erithromicin Lactobionale, Nafcillin Na,
NaHCO3.
3. Farmakologi
Indikasi : - Pencegahan dan pengobatan skorbut (sariawan).
- Selain itu digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak
ada hubungannya dengan defisiensi vitamin C.
Efek samping : Vitamin C dengan dosis lebih dari 1 g/hari dapat
menyebabkan diare. Hal ini terjadi karena efek iritasi
langsung pada mukosa usus yang mengakibatkan
peningkatan peristaltik. Efek iritasi yang yang dapat
menyebabkan uretritis non spesifik terutama pada daerah
distal. Mengakibatkan bahaya terbentuknya batu ginjal.
Dosis lazim : min 150mg.
Bahan Tambahan
1. Sodium Bikarbonate
Sinonim : Natrii Hydrogenocarbonas; Baking Soda; E 500;
17
Monosodium Carbonate; Sodium Acid Carbonate;
Sodium Hydrogen Carbonate.
Nama kimia : Carbonic Acid Monosodium Salt (144-55-8)
Rumus empirik : NaHCO3
84,0%
Kegunaan : Penstabil pH
PH : 8,3
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol 95%, praktis tidak larut
dalam eter, larut 1 : 11 dalam air dan 1 : 4 (100 Co)
Stabilitas : Di suhu 50 Co, Sodium bikarbonat berdisosiasi menjadi
karbondioksida, sodium karbonat/air stabil diudara kering
OTT : Bereaksi dengan asam, garam asam, dan garam alkaloid.
Di campuran bubuk, kelembaban atmosfir atau air dan
kristalisasi dapat bereaksi dengan campuran seperti asam
borat.
2. Chlorocresol
Sinonim : P-Chloro-m-cresol; 2-chloro-5-hydroxy toluene; 6-chloro-
3-hydroxytoluene; 4-chloro-m-cresol; 3-methyl-4-
chlorophenol.
Nama kimia : 4-chloro-3-methylphenol [59-50-7]
Rumus empiris : C7H7CLO BM : 142,58
Kegunaan : Pengawet, desinfektan
Konsentrasi : 0,1%
Sterilisasi : Uap Alir Mengalir pada suhu 98-100, selama 30 Menit
Titik didih : 235 Co
Kelarutan : Larut dalam aseton, alkali, kloroform, etanol, eter,
glicerin, terpen. 1 : 260 dalam air 1 : 50 (100 Co)
dalam air.
Stabilitas : Stabil di suhu kamar tapi terurai dengan tekanan larutan
dengan pembawa minyak dapat sterilisasi dengan
pemanasan 160 Co dalam 1 jam.
OTT : Dapat terurai jika kontak dengan alkali dengan
pemanasan, dengan peleburan, dengan peledakan. Juga
18
OTT dengan CaCl2, Kodein fosfat, Papaverin dan Kuinin
hidroklorid. Dapat lepas dari larutan ke tutup karet
di konsentrasi 0,1% dapat inaktif dengan surfaktan non-
ionik seperti polysorbate 80.
3. API (Aqua Pro Injection)
Air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A
atau C dibuat dengan menyuling kembali suling segar dengan alat kaca netral atau
wadah logam yang dilengkapi dengan labu perak. Hasil sulingan pertama dibuang,
sulingan selanjutnya ditampung dalam wadah yang cocok dan segera digunakan.
Pemerian : keasaman, kebasaan, Amonium, besi,
tembaga, timbal, kalsium karbonat, sulfat, zat berputar
memenuhi syarat yang tertera pada aqua destilata.
Sisa pemijaran : tidak lebih dari 0,003 % b/v , penguapan
dilakukan ditangas air, kemudian keringkan pada suhu 1090C
selama 1 jam.
Pirogen : memenuhi syarat uji pirogenitas pada uji keamanan.
Sterilisasi : memenuhi uji sterilitas pada uji keamanan
hayati.
Indikasi : sebagai pembawa dalam pembuatan larutan obat
suntik.
Penyimpanan : wadah tertutup kedap, jika dalam wadah
tertutup rapat, lemak harus digunakan dalam wadah tiga hari
setelah pembuatan
19
C. FORMULIR PENGKAJIAN PRAFOMULASI
Nama Produk : Ascorbic
Nama Bahan Aktif : Vitamin C
Masalah Alternatif Pilihan Alasan• • Bentuk
sediaan yang akan
dibuat
Larutan
Suspensi
Larutan Karena bahan aktif larut dalam
air
• • Pembawa
yang digunakan
API
Minyak
API Karena akan dibuat sediaan
steril dan bahan aktif mudah
larut dalam air
• • • Bahan aktif
mudah teroksidasi
API bebas O2
API bebas CO2
Alirkan gas N2
API bebas
O2
Untuk mencegah terjadinya
oksidasi bahan aktif
• • • CoMetode
pembuatan
Sterilisasi akhir
Aseptik
Uap air
mengalir (98-
100) 30’
Martindale
Uap air
mengalir
Karena bahan aktif tidak tahan
pemanasan
• • Untuk
sterilisasi u.a.m
memerlukan
bakterisid
Fenol 0,5%
klorkresol 0,1%
Klorkresol
0,1%
Karena klorkresol efektif pada
suasana asam dan konsentrasi
kecil dapat sebagai pengawet,
larut dalam air.
• • • • Asam
askorbat mudah
teroksidasi
Dilakukan
pengujian
Dialiri N2
Ditambahkan
anti oksidant
Dialiri gas
N2
Untuk menghilangkan udara
dalam ampul
Lebih efisien
• • Diperlukan
penstabil PH
larutan dapar
NaHCO3 4,8%
NaHCO3
4,8 %
Karena sesuai dengan literatur
dan tidak OTT dengan bahan
aktif.
20
• • • • Sediaan
harus jernih
Dilakukan :
Kertas saring
Dengan
kertas saring
Lebih mudah dan praktis
Bahan aktif tidak tahan panas
sedangkan Carbo adsorben
harus dalam proses
pemanasan
Tidak di syaratkan bebas
pirogen
• • Rute
pemberian obat
Intravena
Intramuskular
Intravena Merupakan syarat untuk
larutan sejati dengan pembawa
air
• • Volume
injeksi yang akan
dibuat
1 ml
2 ml
1 ml Karena akan dibuat sediaan
tunggal
• • Agar sedian
tidak kurang pada
saat pengambilan
Untuk cairan
encer dengan
volume pada
etiket 1 ml
ditambahkan 0,1
ml
Volume
ditambahkan
0,1 ml
Karena pada saat pemakaian
ada zat yang tertinggal
dalam ampul
Penetapan volume injeksi
dilakukan untuk memenuhi
keseragaman volume
• • • • Wadah
untuk volume
injeksi kecil
Ampul
Vial
Ampul Sesui dengan volume unit
sediaan
Sediaan dosisi tunggal
• • Bahan aktif
terlindung dari
cahaya
Ampul coklat
Ampul bening
Ampul
bening
Karena OTT dengan logam
ferri bila menggunakan ampul
cokelat.
D. RANCANGAN FORMULA
Nama Produk : Ascorbic
Nama Bahan Aktif : Vitamin C
Bentuk Sediaan : Injeksi steril volume kecil larutan sejati
21
± ± Nama
Bahan
Fungsi Bahan % 1 mg 0,1 ml 20 ml 2 ml
1. Asam
askorbat
Bahan aktif 5 0,05 + 0,0025 =
0,0525 g
1 g + 0,05 = 1,05 g
2. NaHCO3 Penstabil PH 4,8 0,048 g + 0,0024 =
0,0504 g
0,96 mg + 0,048 =
1,008 g3. Klorkresol Pengawet 0,1 0,001 + 0,00005 =
0,00105 g
0,02 + 0,001 =
0,021 g4. API Pembawa 10
0
E. HASIL PERHITUNGAN
Volume larutan yang akan dibuat :
= (n + 2) x V + (3 x 2)
= (5 +2) x 1,1 + (3 x 2)
= 7 x 1,1 + 6
= 13,7 ml ≈ 20 ml
Vitamin C
* 100
5
x 1 ml = 0,05 + 0,0025 = 0,0525 g = 52,5 mg
* 100
5
x 20 ml = 1 + 0,05 = 1,05 g
NaHCO3
* 100
8,4
x 1 ml = 0,048 g + 0,0024 = 0,0504 = 50,4 mg
* 100
8,4
x 20 ml = 0,96 g + 0,048 = 1,008 g
Klorkresol
* 100
1,0
x 1 ml = 0,001 + 0,00005 = 0,00105 g = 1,05 mg
* 100
1,0
x 20 ml = 0,02 + 0,001 = 0,021 g = 21 mg
F. LEMBAR STERILISASI
No Alat dan Bahan Cara Sterilisasi WaktuMulai Paraf Selesai Paraf
• Alat non presisi Oven 11.00 12.00
22
•• 1
Beaker glass
Erlenmeyer
Ampul
(150 oC, 1 jam)
2 Spatel, pinset, kaca
arloji, batang
pengaduk
Flamber 20 detik
(dibakar nyala
api)
11.35 11.35
3 Corong, kertas
saring, gelas ukur
Otoklaf
( 115-116 o, 30
menit)
10.45 11.15
4 Bahan aktif Uap air mengalir
(98 o-100 oC, 30’)
5 API Dipanaskan 30’
setelah mendidih
ditambah 10’
(menghilangkan
udara)
6 Buret Direndam Fenol
0,5% desinfektan,
24 jam etanol 70%
7. Sterilisasi Akhir Uap air mengalir
(98 o-100 oC, 30’)
G. PROSEDUR PEMBUATAN
No Tahapan Kerja Waktu Paraf• 1 Penimbangan
Alat : - Timbangan
+ anak timbangan
- Spatel
- Kaca
23
arloji
NO Bahan Fungs
1 Asam
askorbat
Bahan
Aktif2 NaHCO3 Pensta
bil pH3 Klorkresol Penga
wet••2
Pembuatan Aqua Pro Injection
Alat : Erlenmeyer, api Bunsen, kapas, kasa
Cara : 100 ml aquadest dimasukkan dalam Erlenmeyer.
Tutup dengan kapas yang dibungkus kain kasa.
Didihkan selama 30 menit (setelah mendidih).
Lalu didihkan lagi selama 10 menit
••3
Pelarutan, Pencampuran bahan
Alat : batang pengaduk, beaker glass, gelas ukur
Cara : - Larutkan asam askorbat dengan API
- Larutkan Na. Bikarbonat dengan API
- Larutkan Chlorcresol
- Campurkan semua larutan, aduk homogen
••4
Penyaringan
Alat : Beaker glass, Erlenmeyer, corong + kertas saring
Cara : - Saring campuran larutan tersebut dengan kertas
saring ad 10 ml
- Masukkan kedalam erlenmeyer
••5
Pengukuran Volume
Alat : Erlenmeyer, gelas ukur, pH meter
Cara : - Masukkan hasil saringan kedalam gelas ukur
- Tambahkan API 10 ml, sambil disaring ad 20 ml
(untuk membilas sisa saringan)
••6
Pengisian
Alat : Buret, ampul
Cara : - Bilas ampul dengan API bebas O2 (2 X 5 ml)
- Bilas buret dengan larutan obat (3 X 2 ml) dan
24
bilas ujung buret dengan etanol 70%
- Masukkan larutan obat kedalam buret dan tutup
buret dengan alumunium foil
- Isikan larutan obat kedalam ampul, masing-
masing 1,1 ml tiap ampul sebanyak 5 buah
•7
Penyemprotan Ampul
Cara : - Hilangkan tetesan yang melekat pada bagian
dinding leher ampul dengan semprotan uap air
- Larutan dialirkan gas N2 untuk menghilangkan
O2
••8
Penutupan
Alat : Ampul, api bunsen
Cara : - Tutup ampul dengan cara bagian tertentu dari
leher ampul dilelehkan pada api bunsen, putar
searah hingga merah membara dengan pinset
- Tarik perlahan keatas secara tegak lurus
••±
9
Sterilisasi akhir
Alat : Dandang
Cara : Ampul yang sudah ditutup ditaruh dalam dandang
didihkan sehingga suhu mencapai 98-100 oC,
selama 30 menit
H. PROSEDUR EVALUASI
In Proses Control
a. Pengukuran pH
Cara : - Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter/kertas
indikator yang dicelupkan dalam sediaan
- Baca nilai pH dan bandingkan dengan yang diinginkan
Hasil : pH = 5
b. Uji Sterilitas
Parameter : Berdasarkan pengontrolan suhu dan waktu
Syarat : Bahan adalah steril jika hasil yang diperoleh sekurang-
kurangnya sesuai dengan keandalannya.
25
Cara : Dengan pembenihan
Wadah I diisi pembenihan steril
Wadah II diisi obat
Wadah III diisi obat
Wadah IV tidak diberi apa-apa
End Proses Control
a. Uji Organoleptis
Alat : Panca Indera
Cara : - Ambil sampel secukupnya.
- Lakukan pengujian
Cara Syarat HasilAmati bau Tidak berbau Tidak berbauAmati warna Tidak berwarna Tidk berwarna
b. Uji Kebocoran
Syarat : Ampul tidak menyebabkan masuknya mikroorganisme atau
kontaminan lain yang berbahaya dan isinya tidak bocor
Cara : - Ampul dibenamkan dalam larutan zat warna (0,5-1,0% metilen
blue)
- Beri tekanan atmosfer berikutnya menyebabkan zat waarna
berpenetrasi kedalam lubang
- Cuci bagian luar ampul, lihat perubahan warna larutan dalam
ampul
- Bila terjadi perubahan warna berarti ampul bocor
c. Uji Kejernihan
Syarat : Suatu cairan dikatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air
atau pelarut yang digunakan
Cara : - Dengan cara visualisasi untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengotor
- Dengan menggunakan latar belakang hitam-putih, jika ada
kotoran berwarna gelap akan terlihat dibelakang putih,dan jika ada
kotoran berwarna putih akan terlihat dibelakang hitam
26
d. Uji Efektivitas Pengawet
Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik menggunakan jarum
suntik melalui sumbat karet, lakukan pengujian pada satu wadah asli
sediaan.
Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus secara aseptik, pindahkan 20 ml
sampel kedalam masing-masing tabung bakteriologik bertutup yang
sesuai dan steril.
Inokulasi masing-masing wadah atau tabung dengan salah satu suspensi
mikroba baku, menggunakan perbandingan 0,1 ml inokula setara dengan
20 ml sediaan dan campur.
Mikroba uji dengan jumlah sesuai harus ditambahkan sedemikian rupa
hingga mikroba dalam sediaan uji segera setelah inokulasi adalah antara
100.000 dan 1.000.000 per ml.
Tetapkan jumlah mikroba variabel dalam setiap suspensi inokulasi dan
hitung angka awal mikroba tiap ml sediaan yang diuji dengan metode
lempeng.
Inkubasi wadah dan tabung yang telah diinokulasi pada suhu 20 0C -25 0C.
Amati wadah atau tabung pada hari ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28,
setelah inokulasi.
Catat tiap perubahan yang terlihat, tetapkan jumlah mikroba variabel
pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng.
e. Uji Keseragaman Volume
Cara : - Tuangkan kembali injeksi asam askorbat (vitamin C) dalam ampul
kedalam gelas ukur
- Volume tiap wadah harus lebih dari volume yang diterapkan. 1
ampul = 1 ml dilebihkan 0,1 ml → 1,1 ml
IV.2. PEMBAHASAN
Pada praktikum Teknologi Sediaan Steril ini sediaan yang kami buat adalah
sediaan steril dalam bentuk injeksi volume kecil, dengan bahan aktif Vitamin C yang
digunakan sebagai obat untuk Pencegahan dan pengobatan skorbut (sariawan).
27
Selain itu digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan
defisiensi vitamin C, yang diberi secara parenteral sebagai obat suntik dengan dosis
5 g/100ml.
Bahan – bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Bahan Pembawa
Aqua Pro Injection
b. Pengawet
Bahan pengawet dapat digunakan pada sediaan injeksi volume besar maupun
kecil karena digunakan berulang, agar tidak ditumbuhi mikroba dan juga karena
bahan aktif vitamin C menggunakan sterilisasi akhir dengan uap air mengalir.
Sehingga perlu adanya penambahan pengawet Klorokresol 0,1 %. Karena
klorkresol efektif pada suasana asam dan konsentrasi kecil dapat sebagai
pengawet, larut dalam air.
c. Penstabil pH
Digunakan untuk mempertahankan suatu sediaan pada pH tertentu sehingga
diperoleh yang memiliki aktivitas optimal.
Penstabil pH yang digunakan adalah NaHCO3, karena sesuai dengan
literatur dan tidak OTT dengan bahan aktif.
Sediaan injeksi yang akan dibuat harus steril, karena sediaan ini digunakan
sebagai obat suntik yang akan masuk ke dalam pembuluh darah, sehingga harus
dilakukan sterilisasi alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan sebelum proses
pembuatan dan juga sterilisasi akhir setelah proses pembuatan selesai sesuai dengan
bahan aktif yang digunakan.
Selama melakukan praktikum ini, praktikan mengalami beberapa kesulitan
dalam pembuatan sediaan injeksi volume kecil (dalam ampul) ini, diantaranya :
Praktikan kurang menguasai prosedur pembuatan, sehingga praktikum
membutuhkan waktu penyelesaian yang cukup lama.
Sterilisasi akhir yang harus dilakukan untuk bahan aktif Vitamin C adalah
secara uap air mengalir dengan menggunakan dandang yang dipanaskan
pada suhu 98-100 °C. Namun, karena keterbatasan waktu. praktikan tidak
dapat melakukan sterilisasi akhir.
Sediaan jadi yang diperoleh cukup baik, namun karena praktikan terburu-
buru, maka isi jurnal banyak yang belum dilengkapi dan tidak semua ampul
diberi etiket (hanya satu yang diberi)
28
III.3. PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disumpulkan bahwa
sediaan steril injeksi volume kecil yang dihasilkan sudah baik
Secara pemerian, sediaan jadi yang dihasilkan sesuai dengan yang
diformulasikan :
1. Warna : Tidak berwarna
2. Rasa : Tidak berasa
3. Bau : Tidak berbau
4. Bentuk Sediaan : Larutan sejati
SARAN
Dalam praktikum harusnya dilakukan secara teliti dan cermat, efektif dan
efisien agar sediaan akhir yang diperoleh baik dan memenuhi syarat.
Setiap langkah dalam tahapan-tahapan proses pembuatan sediaan steril
injeksi volume kecil ini harus dilakukan dengan cermat.
Jangan lupa melakukan sterilisasi alat dan bahan dan juga sterilisasi akhir,
karena sediaan yang dibuat harus steril.
BAB IV
INJEKSI VITAMIN A
IV.1. METODE PRAKTIKUM
A. RANCANGAN SEDIAAN
29
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama Produk
Nama Bahan Aktif
Bentuk sediaan
Nama sediaan dasar
Dosis 1 kali pemakaian
Kadar bahan aktif
Berat / Vol. per unit
Pemerian:
- Warna
- Bau
- Rasa
Karakteristik lain:
- Konsistensi
- Jenis sediaan
- Sterilitas
- Stabilitas
- Bentuk wadah
- Volume wadah
- Kemasan dan
Acevit
Vitamin A
Injeksi
Larutan sejati pembawa minyak
1 X sehari (300.000 unit/ml)
Nilai Syarat Rujukan
Memenuhi syarat
FI IV
10 ml
kuning muda
tidak berbau tengik
tidak berasa
cairan kental
larutan steril
steril
stabil
Vial
10 ml
nama sediaan,
Mengandung bentuk
Vit.A yang sesuai
(C20H30O, Vit.A,
Alkohol) mempunyai
aktivitas Vit.A ≠ ≤
95,0 % dari jumlah
yang tertera pada
etiket.
Sesuai penetapan
volume injeksi dalam
wadah.
-
tidak berbau tengik
tidak berasa
cairan kental
larutan steril
memenuhi uji
sterilitas
stabil terhadap cahaya
dan udara
-
tidak boleh melebihi
dari batas yang
ditetapkan (10 ml)
komposisi, nama
FI IV
(Hal 119)
FI IV
FI IV
(Hal. 119)
FI IV
(hal. 119)
FI IV
(hal. 255)
Martindale
(hal. 1635)
-
30
penandaan dosis, No.Batch,
Exp.date, cara
pemakaian,
indikasi,
kontraindikasi,
Obat keras
(lingkaran warna
merah)
sediaan, indikasi, cara
pemberian, efek
samping, dosis, No.
Batch, Exp.date, logo
obat keras (lingkaran
warna merah)
B. DATA PRAFORMULASI
Bahan Aktif
Nama : Axerophtholum /Vitamin A
Sininim : Retinol
Nama kimia : 3,7-Dimetil-9-(2,6,6-trimetil-1-Sikloheksena-1-il) 2,4,6,8-
nonatetraena-1-ol [68-26-8].
Rumus molekul : C20H30O
BM = 286,5
Melting point : 280 – 300 C
Pemerian : Dalam bentuk cair berupa minyak berwarna kuning muda
sampai merah yang dapat memadat pada pendinginan.
Dalam bentuk padat mempunyai penampilan seperti
pengencer yang ditambahkan ; praktis tidak berbau atau
sedikit berbau ikan, tapi tidak berasa atau berbau tengik.
Tidak stabil terhadap udara dan cahaya.
31
Kelarutan : - Dalam bentuk cair tidak larut dalam air dan gliseril. Sangat
larut dalam kloroform dan eter, larut dalam etanol minyak
dan minyak nabati. Dalam bentuk padat dapat terdispersi
dalam air.
Indikasi : untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi Vitamin A yang
dapat menyebabkan rabun senja, Xerophthalmia, Vitamin A
dapat menggati sel kulit mati dan menghaluskan kulit.
Dosis : Pemberian IM pada orang dewasa dan anak berusia lebih
dari 8 tahun; 50.000-10.000 IU/hari selama 3 hari. Pada
anak 1-8 tahun; 5000-15.000 IU/hari untuk 10 hari.
Farmakologi : Vit.A sangat sensitive terhadap udara, cahaya dan wadah
peroksida, stabil pada pemanasan tanpa pengoksidasi dan
pada pembuatan cara biasa tidak memisah aktivitasnya
dalam tumbuhan, oksidasi vitamin A dikatalisis dalam
logam Fe dan Cu tapi dapat diinhibisi dengan penambahan
antioksidan seperti propilen glikol, hidrikuinon, dan α-
tokoferol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya dalam gas inert,
terlindung dari cahaya.
Cara sterilisasi : Aseptik.
Bahan Tambahan
Oleum arachidis
Pemerian : Cairan kuning pucat, bau lemak tidak tengik.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, eter,
dan dalam eter minyak tanah, larut dalam benzen
Penggunaan : Sebagai pembawa
Sterilisasi : Dalam oven 1500, 1 jam..
OTT : Alkali hidroksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terisi penuh.
Asam Benzoate
32
Pemerian : Kristal / serbuk tidak berwarna atau putih, tidak berasa, tidak
berbau atau sedikit berbau benzoin.
Kelarutan : Mudah larut dalam aseyon dan benzene, sangat mudah larut
dalam minyak nabati, larut dalam toluene.
Penggunaan : sebagai pengawet.
Konsentrasi : 0,17 %
Sterilisasi : Dalam oven 1500, 1 jam..
OTT : Asam organic, alkali, logam berat.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.
α-tokoferol
Pemerian : Kuning jernih, tidak berasa, cairan.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton, eter,
etanol, dan minyak nabati.
Penggunaan : Sebagai antioksidan.
Konsentrasi : 0,05 %.
Sterilisasi : Aseptik.
Melting point : 280 C.
OTT : Dengan peroksida dan ion logam seperti besi, tembaga dan
perak. Terabsorpsi oleh plastik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, kering, terlindung cahaya.
33
C. FORMULIR PENGKAJIAN PRA FORMULASI
Nama Produk : Acevit
Nama bahan aktif : Vitamin A
No
.
Masalah Alternatif Pilihan Alasan
1.
2
3.
4
Vitamin A ingin di
buat menjadi suatu
bentuk sediaan.
Vitamin A berupa
minyak dan ingin
dijadikan sediaan
injeksi yang
memerlukan
pembawa.
Sediaan untuk
pemakaian berulang,
sehingga mudah
terkontaminasi oleh
mikroba.
Karena pembawanya
dalam bentuk minyak
yang mudah
teroksidasi maka
harus ditambahkan ?
Larutan
Suspensi
Emulsi
Minyak
nabati :
Ol.sesami,
Ol.olivarum
Ol.arachidi
s
Minyak
sintetik :
Etil
palmitat,
etil oleat.
+ pengawet:
1.Asam benzoate
0,17 %.
2. Nipasol 0,005
– 0,2 %
+ antioksidan :
1. α-tokoferol
0,001 – 0,05 %
2. BHA 0,03 %
3. BHT 0,03 %
Suspensi larutan
sejati
Ol. Arachidis
P : 1500C ; 1 jam
QC : uji sterilitas
Asam benzoate
0,17 %
.
α-tokoferol 0,05
%.
P: aseptik α-
tokoferol
dilarutkan dalam
ol.arachidis.
Larutan vitamin A tidak
larut dalam air, tetapi
larut dalam minyak
nabati.
Vitamin A larut dalam
minyak nabati dan
mudah diperoleh
dibandingkan dengan
minyak sintetik, dipilih
ol.arachidis karena
mudah larut dalam
minyak dibandingkan
ol.sesami dan ol.
Olivarum. Tidak OTT
tidak toksik.
Asam benzoate larut
dalam ol.arachidis (1:7)
tidak OTT, tidak
toksik, sedangkan
nipasol agak sukar larut
dalam ol,arachidis
(1:70).
α-tokoferol lebih
mudah larut dalam ol.
Arachidis (0,05)
dibandingkan dengan
BHA dan BHT
sehingga dapat
34
5.
6.
7.
.
Pemilihan untuk cara
sterilisasi sediaan
Cara pemberian obat
Pemilihan wadah
1. Aseptik
2. Non aseptic
1. IV
2. IM
3. SC
4. Oral
1. vial : coklat,
putih.
2. ampul
3. botol kaca
.
Aseptik
IM (Intra
muscular).
Vial coklat
P : diisi dengan
gas Na.
mencegah bau tengik
dari minyak, tidak
OTT, tidak toksik.
Karena vitamin A tidak
tahan pemanasan
sehingga tidak
memerlukan sterilisasi
akhir.
Karena sediaan
berbentuk suspensi
dan untuk
memberikan efek
yang lama.
Tidak diberi secara
IV karena sediaan
pembawa minyak.
Bila diberi secara IV
minyak tidak dapat
bercampur dengan
plasma darah yang
terdiri dari air.
Agar terlindung dari
cahaya.
Gas inert (Na) untuk
menggantikan O2
agar lebih stabil.
D. RANGKUMAN REKOMENDASI
35
Nama bahan aktif : Vitamin A
Bentuk sediaan dasar : Larutan sejati pembawa minyak.
Komponen : - Vitamin A 16,67 %
- Asam benzoate 0,05 %
- α – tokoferol 0,17 %
- Oleum arachidis ad 10 ml
Cara sterilisasi : Aseptik.
Proses : 1. Sterilisasi alat dan bahan.
2. Penimbangan bahan aktif dan bahan tambahan.
3. Pelarutan bahan-bahan yang larut dalam pembawa.
4. Pencampuran Vitamin A dan hasil pelarut.
5. Pengukuran volume.
6. Pengisian ke dalam vial.
Q.C : 1. Uji sterilisasi.
2. Uji organoleptik.
3. Uji penetapan volume injeksi dalam wadah.
E. RANCANGAN FORMULA
Bahan aktif : Vitamin A
Bentuk Sediaan dasar : Larutan sejati pembawa minyak.
No
.
Nama Bahan Fungsi % g/36 ml
1.
2.
3.
4.
Vitamin A
Asam benzoate
α-tokoferol
Oleum arachidis
Bahan aktif
Pengawet
Anti oksidan
Pembawa
5,5 %
0,17 %
0,05 %
ad 36 ml
1,98 g
0,06 g
0,018 g
ad 36 ml
F. HASIL PERHITUNGAN
36
1. Vitamin A Parmitat :
1 IU ~ 0,00055 mg
100.000 IU / ml 3.600.000 IU / 36 ml
3.600.000 IU = 1980 mg
= 1,98 g / 36 ml
= 0,055 g / ml
Dalam % = 5,5 %
Vial = (n x v) + (2 x 3)
= (3 x 10) + (2 x 3)
= 30 + 6
= 36 ml
2. Pengawet : Asam benzoat
ml
g
100
17,0
X 36 ml = 0,06 g = 60 mg
3. Anti oksidan : α-tokoferol
ml
g
100
05,0
X 36 ml = 0,018 g = 18 mg
pengenceran :
timbang 50 mg α-tokoferol
timbang ad 5 ml Ol. Arachidis
timbang :
mg
mg
50
18
X 5 ml = 1,8 ml 4. Pembawa : Ol. Arachidis ad 36 ml
37
G. LEMBAR STERILISASI
N
o.
Nama Alat atau
BahanCara Sterilisasi
W a k t u
awal Paraf akhir Paraf
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
Alat :
Spatel, pinset, kaca
arloji, cawan
penguap, batang
pengaduk.
Gelas ukur, pipet
ukur, corong +
kertas saring.
Erlenmeyer, beaker
glass
Wadah / Vial
Tutup vial karet
Bahan :
Oleum arachidis
Asam Benzoate
Sterilisasi Akhir
Dibakar dengan api
bunsen
Flamber 20 detik.
Otoklaf 115 – 116 °C
selama 30 menit
Dalam oven 150 °C
selama 2 jam
Dalam oven 150 °C
selama 1 jam
Direbus selama 15
menit
Dalam oven 150 °C
selama 1 jam
Dalam oven 150 °C
selama 1 jam
Secara aseptik
11.53
10.45
10.50
11.25
10.50
10.50
11.55
11.40
11.53
11.40
11.53
11.53
H. PROSEDUR PEMBUATAN
38
No
.
Tahapan Kerja Waktu Paraf
1.
2
3.
.
4
Sterilisasi alat dan bahan
Penimbangan :
Alat : timbangan + anak timbangan
Bahan : Vitamin A, Ol. Arachidis, Asam
benzoate, α-tokoferol.
Cara : tara timbangan
Timbang masing-masing bahan.
Pengenceran
1. Alat : Beaker glass steril
Batang pengaduk steril
Bahan : α-tokoferol , Ol.arachidis
Cara : Timbang 18 mg α-tokoferol +
Ol.arachidis yang sudah steril ad
36 ml. aduk ad homogen.
Timbang hasil pengenceran yang
diperlukan.
2. Alat : Beaker glass steril
Batang pengaduk steril
Bahan : Asam benzoate, Ol. Arachidis.
Cara : Timbang 60 mg asam benzoate
yang sudah steril + Ol.
Arachidis yang sudah steril
aduk ad homogen.
Timbang.
Pencampuran
Alat : mortar dan stamper steril
Bahan : Vitamin A
Hasil pengenceran α-tokoferol
Hasil pengenceran asam benzoate
yang sudah steril Ol.archidis yang
sudah disterilkan
Cara : masukkan vitamin A kedalam
39
5.
6.
7.
mortar
Tambahkan hasil pengenceran asam
benzoate dan hasil pengenceran α-
tokoferol.
Aduk ad homogen
Tambahkan ol.arachidis
Aduk ad homogen.
Pengukuran volume dan Ol.arachidis
Pengisian :
Alat : gelas ukur steril, vial steril
Bahan : sediaan jadi
Cara : kalibrasi Vial; masukkan sediaan
jadi kedalam vial; tutup wadah
dengan tutup vial steril.
Pengemasan
Alat : vial yang telah berisi sediaan.
Bahan : etiket ; kemasan ; brosur.
Cara : vial diberi etiket, masukkan ke dalam
kemasan, kemudian beri brosur
dalam kemasan.
I. PROSEDUR EVALUASI
1. Organoleptis
Lakukan pengamatan secara visual terhadap beberapa ml sediaan.
Pemerian Dinginkan Didapatkan ParafBentuk larutan larutanwarna Tidak berwarna Tidak berwarna
2. Pemeriksaan PH
Cara : - Gunakan kertas indikator pH.
40
- Celupkan kertas indikator pH kedalam sediaan.
- bandingkan dengan pH spesifikasi sediaan.
PH diharapkan PH akhir Paraf6,5 – 7,5 6,5
3. Uji Sterilisasi
Pindahkan cairan dari wadah menggunakan pipet atau jarum suntik yang steril
secara aseptik. Inokulasikan sejumlah tertentu bahan dan tiap wadah uji kedalam
tabung media. Campur cairan dan media tanpa durasi berlebihan. Inokulasikan pada
media tertentu seperti yang tertera pada prosedur umum selama tidak kurang dari 14
hari. Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin.
4. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba
Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik menggunakan jarum suntik
melalui karet, lakukan pengujian pada wadah asli sediaan. Jika wadah sediaan tidak
dapat ditembus secara aseptik, pindahkan 20 ml sampel kedalam masing – masing
lubang bakteriologik berukuran sesuai dan steril. Inokulasi masing – masing wadah
atau tabung salah satu suspensi mikrobakokus, menggunakan perbandingan 0,10 ml.
inokulasi ~ 20 ml sediaan dan campur. Mikroba uji dengan jumlah sesuai harus
ditambah sedemikian rupa sehingga jumlah mikroba didalam sediaan uji segera
setelah inokulasi adalah antara 100.000 – 1.000.000 per ml. Tetapkan jumlah
mikroba didalam tiap suspensi inokulasi dan hitung angka awal mikroba tiap ml
sediaan yang diuji dengan metode lempeng. Inkubasi wadah atau tabung yang telah
di inokulasi pada suhu 20 - 25O
C. Amati wadah pada hari ke-7, 14, 21 dan ke-28
sesudah inokulasi. Catat tiap perubahan yang dilihat dan tetapkan jumlah mikroba
variabel pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng.
IV.2. PEMBAHASAN
Pada praktikum Teknologi Sediaan Steril ini sediaan yang kami buat adalah
sediaan steril dalam bentuk injeksi volume kecil, dengan bahan aktif Vitamin A yang
41
digunakan sebagai obat untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi Vitamin A
yang dapat menyebabkan rabun senja, Xerophthalmia, Vitamin A dapat menggati sel
kulit mati dan menghaluskan kulit, yang diberi secara parenteral sebagai obat suntik
dengan dosis 5,5 g/ml.
Bahan – bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Bahan Pembawa
Oleum arachidis, karena sediaan yang akan dibuat merupakan larutan sejati
pembawa minyak.
b. Pengawet
Bahan pengawet dapat digunakan pada sediaan injeksi volume besar maupun
kecil karena digunakan berulang, agar tidak ditumbuhi mikroba.
Pengawet yang digunakan adalah Asam Benzoate, karena tidak OTT dan
larut dalam minyak nabati.
c. Anti oksidant
Hanya digunakan bila bahan obat mudah teroksidasi, misalnya bila bahan
pembawa yang digunakan berasal dari minyak nabati yang mudah teroksidasi
sehingga dapat menimbulkan bau tengik.
Anti oksidant yang dapat digunakan adalah α – tokoferol, karena tidak
OTT dan larut dalam minyak nabati.
Selama melakukan praktikum ini, praktikan tidak mengalami kesulitan
dalam pembuatan sediaan injeksi volume kecil, karena praktikunm dilakukan
sesuai dengan prosedur kerja yang ada.
Secara pemerian, sediaan jadi yang dihasilkan sesuai dengan yang
diformulasikan :
1. Warna : Kuning muda
2. Rasa : Tidak berasa
3. Bau : Tidak berbau
4. Bentuk Sediaan : Larutan sejati pembawa minyak
Sediaan injeksi yang akan dibuat harus steril, karena sediaan ini digunakan
sebagai obat suntik yang akan masuk ke dalam pembuluh darah, sehingga harus
dilakukan sterilisasi alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan sebelum
42
proses pembuatan dan juga sterilisasi akhir setelah proses pembuatan selesai
sesuai dengan bahan aktif yang digunakan.
Karena bahan aktif yang digunakan adalah Vitamin A yang tidak tahan
pada pemanasan, sehingga tidak perlu dilakukan sterilisasi akhir.
IV.3. PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disumpulkan bahwa
sediaan steril injeksi volume kecil yang dihasilkan sudah baik
Secara pemerian, sediaan jadi yang dihasilkan sesuai dengan yang
diformulasikan :
1. Warna : Jernih / Kuning muda
5. Rasa : Tidak berasa
6. Bau : Tidak berbau
7. Bentuk Sediaan : Larutan sejati pembawa minyak
SARAN
Dalam praktikum harusnya dilakukan secara teliti dan cermat, efektif dan
efisien agar sediaan akhir yang diperoleh baik dan memenuhi syarat.
Setiap langkah dalam tahapan-tahapan proses pembuatan sediaan steril
injeksi volume kecil ini harus dilakukan dengan cermat.
Jangan lupa melakukan sterilisasi alat dan bahan dan juga sterilisasi akhir,
karena sediaan yang dibuat harus steril.
BAB V
INFUS NATRIUM KHLORIDA
43
V.1. METODE PRAKTIKUM
A. RANCANGAN SEDIAAN
Nama Sediaan Jadi : Infus NaCl
Bentuk sediaan : Larutan sejati dalam pembawa air
Zat Aktif : Natrium Klorida
Dosis : 250 ml, 1x pakai dosis tunggal
Kemasan : Botol kaca, netto 250 ml.
No
.
Paremeter Kriteria Syarat Rujukan
1.
2.
4.
5.
6.
Kadar bahan aktif
Pemerian :
Warna
Bau
Volume isi tiap
flakon.
Uji sterilitas
Pirogenitas
0,9 %
Tidak berwarna
Tidak berbau
Jernih
500 ml / botol
Tidak ada
pertumbuhan
mikroba.
Bebas pirogen
Mengandung tidak ≤ 95,0
% dan tidak ≥ 105,0 %
NaCl dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Tidak berwarna.
Tidak berbau.
Memenuhi persyaratan
kejernihan.
Injeksi IV volume besar
ialah >100 ml untuk 1x
pakai. Volume yang
tertera pada wadah bila di
uji satu per satu.
Pada interval waktu pada
akhir periode interval
dari wadah harus tidak
terjadi pertumbuhan
mikroba (penafsiran hasil
uji sterilitas).
Memenuhi syarat jika
jumlah respon tidak
melebihi kolom dua dan
FI IV
Martindale
FI IV
Hal. 998
FI IV
Hal. 998
FI IV
Hal. 1044
FI IV
Hal. 862
FI IV
Hal. 893
44
7.
8.
9.
PH
Penandaan umum
infus
Wadah larutan infus
5,0 – 7,5
Nama sediaan
Cara
penyimpanan
Nama
produsen
No. Batch
No. Reg
Botol kaca bening
bersumbat karet.
dinyatakan tidak
memenuhi syarat jika
jumlah respon melebihi
kolom tiga.
5,0 – 7,5
Pada etiket tertera
banyaknya ion Klorida
dan ion Natrium dalam
Meq per liter.
Dalam wadah
kaca/plastik dosis
tunggal.
FI IV
Hal. 586
FI IV
B. DATA PRAFORMULASI
Bahan Aktif
1. Natrium Kolrida (NaCl)
Pemerian : bubuk kristal putih atau tidak berwarna, tidak
berbau dan berasa asin.
Kelarutan : mudah larut dalam air, sukar larut dalam
alkohol, larut dalam gliserol.
Indikasi : memelihara daya osmotik darah dan jaringan,
penghambat keracunan bromida atau iodida. Sumber ion
klorida dan natrium.
PH : 6,7 – 7,3
Ukuran partikel : < 30 μm
Dosis : 10-12 gram / hari
OTT : perak, garam merkuri atau filtrasi.
Sterilisasi : dengan autoklaf atau filtrasi.
45
Bahan Tambahan
1. Carbo Adsorben (karbon aktif, arang jerap)
Pemerian : serbuk hablur, bebas dari butiran, warna
hitam, tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol.
Indikasi : Antidotum
PH : 5 – 8
Penyimpanan : dalam wadah tertutup bsik.
2. API (Aqua Pro Injection)
Air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A
atau C dibuat dengan menyuling kembali suling segar dengan alat kaca netral atau
wadah logam yang dilengkapi dengan labu perak. Hasil sulingan pertama dibuang,
sulingan selanjutnya ditampung dalam wadah yang cocok dan segera digunakan.
Berfungsi sebagai pelarut bagi garam-garam elektrolit dalam larutan infus ringer.
Pemerian : keasaman, kebasaan, Amonium, besi,
tembaga, timbal, kalsium karbonat, sulfat, zat berputar
memenuhi syarat yang tertera pada aqua destilata.
Sisa pemijaran : tidak lebih dari 0,003 % b/v , penguapan
dilakukan ditangas air, kemudian keringkan pada suhu 1090C
selama 1 jam.
Pirogen : memenuhi syarat uji pirogenitas pada uji keamanan.
Sterilisasi : memenuhi uji sterilitas pada uji keamanan
hayati.
Indikasi : sebagai pembawa dalam pembuatan larutan obat
suntik.
Penyimpanan : wadah tertutup kedap, jika dalam wadah
tertutup rapat, lemak harus digunakan dalam wadah tiga hari
setelah pembuatan.
C. PENGKAJIAN DATA PRAFORMULASI
46
N
o.
Permasalahan Alternatif Pemilihan keterangan
1.
2.
3.
4.
Pemilihan
bentuk sediaan
Pemilihan bahan
pembawa
API yang
digunakan untuk
infus harus bebas
Sediaan akhir
infus harus bebas
pirogen
Larutan sejati
Suspensi
- Aqua purificata:
Destilasi
Osmosis balik
- API
-API bebas
O2
-API bebas
CO2
-API bebas
pirogen
+
Carbo
adsorben
0,1 % - 0,3
%
Penya
ring asbes
Filter
molekuler
Larutan sejati
API (Aqua Pro
Injeksi), proses:
Air dalam
erlenmeyer
dipanaskan
sampai mendidih
biarkan selama 30
menit.
API bebas
pirogen.
Proses:
100 ml API +
carboadsorben 0,1
– 0,3 % panaskan
sampai suhunya
mencapai 600 –
700C selama 15
menit kemudian
saring.
+ Carbo adsorben
Proses:
Tambahkan pada
pencampuran
akhir, aduk,
segera panaskan
(600 – 700C)
selama 15 menit,
kemudian saring
Karena bahan aktif
berbentuk padat dan
mudah larut dalam
air.
Sebagai zat
pembawa dalam
larutan sejati
yang dapat
melarutkan
semua bahan.
Steril
Air yang
mengandung
pirogen pada
larutan infus dapat
mempengaruhi
sushu tubuh,
sehingga dipilih
API bebas pirogen.
Carboadsorben
dapat mengabsorpsi
pirogen pada
pemanasan 600 –
700 C selama 15
menit (bentuk
aktif).
47
5.
6.
7.
8.
9.
Kemungkinan
akan
berkurangnya zat
aktif karena
pengaruh dari
carboadsorben
Penjernihan
sediaan akhir
infus harus di
perhatikan
karena
mengandung
carboadsorben
sehingga
menjadi hitam.
Volume air
berkurang karena
ada pemanasan,
sehingga
konsentrasi zat
aktif meningkat
Metode
pembuatan
sterilisasi yang
sesuai
Pemilihan wadah
larutan infus
(ultra
filtrsi).
Bobot
dilebihkan 5 –
10 %
Kertas
saring
ganda
Penya
ringan G3
Filter
membran
+ API bebas
pirogen
Aseptik
Non
aseptik
(kalor
kering ,
kalor
basah)
Botol kaca
dengan kertas
saring ganda.
Filtrasi dengan
kertas saring
ganda yang
dilipat.
Proses:
Penyaringan
dengan kertas
saring yang
berlipat dan telah
disterilkan.
+ API bebas
pirogen
Non aseptik
dengan kalor
basah.
Proses:
Otoklaf suhu.
Botol kaca bening
Cukup untuk
mengurangi
kekurangan bahan
aktif dalam infus
sehingga tidak
berkurang.
Dapat menahan
partikel asing
masuk butiran-
butiran carbo aktif.
Volume sediaan
menjadi normal dan
konsentrasi zat aktif
dapat turun.
Bahan aktif tahan
pemanasan dan
menggunakan air
sekaligus pembawa.
Botol kaca harus
netral.
48
Botol
plastik
Tidak bereaksi
dengan zat aktif.
D. RANCANGAN FORMULA
Nama sediaan dasar : Infus NaCl
Nama bahan aktif : Natrium klorida
Dosis : 250 ml, 1 x pakai dosis tunggal.
N
o.
Nama Bahan Fungsi % lazim 100 ml 250 ml
1.
2.
3.
Natrium klorida
Carbo adsorben
API
Bahan aktif
Bahan
penyerap
pirogen
Pembawa
0,9 %
0,1 – 0,3 %
→ 0,1 %
Ad 100 ml
0,9 gram
0,1 gram
Ad 100 ml
2,3 gram
0,25 gram
Ad 250 ml
E. HASIL PERHITUNGAN
Volume yamg ingin dibuat :
V = (W X E) . 111,1
= (2,25 X 1) . 111,1
= 240,9 ml ~ 250 ml
1. Natrium klorida
ml
g
100
9,0
x 250 ml = 2,3 g
2. Carbo adsorben
ml
g
100
1,0
x 250 ml = 0,25 g 3. Aqua pro injeksi ad 250 ml
F. LEMBAR STERILISASI
49
N
o.
Nama Alat atau
BahanCara Sterilisasi
W a k t u
awal Paraf akhir Paraf
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
.
Alat :
Spatel, pinset, kaca
arloji, cawan
penguap, batang
pengaduk.
Gelas ukur, pipet
ukur, corong +
kertas saring.
Erlenmeyer, beaker
glass
Wadah / flakon
Tutup botol karet
Bahan :
Sediaan obat
(Sterilisasi akhir)
API bebas O2
Dibakar dengan api
bunsen
Flamber 20 detik.
Otoklaf 115 – 116 °C
selama 30 menit
Dalam oven 150 °C
selama 2 jam
Dalam oven 150 °C
selama 2 jam
Direbus selama 15
menit
Otoklaf 115 – 116 °C
selama 30 menit
Didihkan, diamkan
30 menit.
10.55
10.45
10.50
10.50
11.25
10.56
11.35
12.53
12.53
11.40
G. PROSEDUR TETAP
1. Penimbangan bahan sesuai formula
a. Natrium Klorida
50
b. Carbo adsorben
c. Aqua pro injectin
2. Pembuatan API bebas pirogen
3. Pelarutan bahan
4. Penghilangan pirogen
5. Penjernihan
6. Pengukuran volume
7. Pengisian
8. Sterilisasi akhir
9. Pengemasan
H. PROSEDUR PEMBUATAN
N
o
Tahapan Kerja Waktu Paraf
1 Sterilisasi alat dan bahan.
2 Penimbangan
Timbang bahan – bahan yang diperlukan :
- NaCl : 2,3 g
- Carbo adsorbens : 0,25 g
- API : ad. 250 ml
±
3
Pembuatan API
Panaskan 350 ml air hingga mendidih
Setelah mendidih, tutup dengan kapas +
kasa biarkan selama 30’ ad dingin.
4. Pembuatan API Bebas Pirogen
Masukkan aquadest 100 ml, lalu
tambahkan carbo adsorben 0,1 %
Panaskan pada suhu 60 – 70 °C, selama
15 menit.
Saring selagi panas dan dinginkan.
5. Pelarutan dan pencampuran
Masukkan NaCl yang sudah ditimbang
ke dalam erlenmeyer. Tambahkan
51
dengan 250 ml Aqua Pro injeksi
Aduk sampai larut dan homogen.
6. Penyaringan
Pada larutan NaCl , tambahkan carbo
adsorben 0,1 %, aduk sampai homogen.
Panaskan pada suhu 60 – 70 °C, selama
15 menit sambil diaduk.
Setelah 15 menit dipanaskan, cairan
disaring panas-panas melalui corong
dengan kertas saring ganda sampai
jernih.
7. Pengukuran volume
Masukkan filtrat kedalam gelas ukur
Bila volume belum mencukupi, maka
tambahkan API bebas pirogen ad 250
ml.
8 Pengisian
Masukkan volume sediaan yang telah
diukur dalam botol infus 250 ml yang
telah steril dan wadah dikalibrasi
Tutup dengan tutup botol karet steril,
lalu ikat dengan tali kasur dan tutup
dengan alumunium foil.
9. Sterilisasi Akhir
Sediaan yang sudah dalam wadah dan
ditutup dengan alumunium foil
dimasukkan atau disterilkan di dalam
otoklaf pada suhu 115 – 116 °C, selama
30 menit.
8 Pengemasan
Siapkan etiket, brosur dan kemasan
Pasang etiket pada botol yang telah
berisi sediaan jadi
52
Masukkan dalam kemasan dan lengkapi
dengan brosur.
I. EVALUASI
1. Organoleptis:
a. Warna : Putih
a. Bau : Tidak berbau
2 Pemeriksaan pH :
- Menggunakan kertas indikator
- Celupkan kertas indikator ke dalam sediaan
- Bandingkan dengan pH pada monografi
- Hasil : 6,5
3 Uji homogenitas
- Oleskan sediaan jadi pada kaca arloji, ratakan pada sendok spatel.
- Lihat apakah masih ada butiran-butiran halus, bila sudah tidak ada berarti
sudah homogen. Begitu pula sebaliknya.
- Hasil : Homogen
4 Uji Kejernihan
Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, amati di bawah cahaya, lihat ada
tidaknya fragmen asing dengan menggunakan alas hitam-putih.
5 Uji sterilisasi
- Dengan pembenihan, dimana :
Wadah 1 dialiri perbenihan steril
Wadah 2 diiisi obat
Wadah 3 diisi obat
Wadah 4 tidak diiisi apa-apa
- Lalu keempatnya dibiarkan, lihat apakah terjadi pertumbuhan mikroba atau
tidak pada wadah 2 dan 3. bila terjadi, berarti sediaan tidak steril, sebaliknya
jika tidak terjadi maka salep tersebut steril.
V.2. PEMBAHASAN
Pada praktikum Teknologi Sediaan Steril ini sediaan yang kami buat adalah
sediaan steril dalam bentuk injeksi volume besar (Infus), dengan bahan aktif NaCl
yang digunakan sebagai obat untuk melihat daya osmotik darah dan jaringan,
penghambat keracunan Bromida dan Iodida, sumber ion Klorida dan Natrium, yang
53
diberi secara parenteral sebagai obat suntik dengan dosis 0,9 g/ml sebagai dosis
tunggal.
Bahan – bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Bahan Pembawa
Aqua Pro Injeksi, karena sediaan yang akan dibuat adalah larutan sejati yang
jernih.
b. Bahan Penyerap Pirogen
Biasa digunakan pada sediaan larutan infus, karena sediaan akhir larutan
infus harus bebas pirogen.
Bahan penyerap pirogen yang dapat digunakan adalah Carbo adsorbens 0,1%,
karena dapat mengabsorpsi pirogen pada pemanasan 60 – 70 °C.
Selama melakukan praktikum ini, ada beberapa masalah yang dialami
praktikan dalam pembuatan sediaan injeksi volume besar (Infus) ini, antara lain :
Volume yang dibuat untuk sediaan infus tidak sesuai, seharusnya 500 ml tapi yang
dibuat hanya 250 ml. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan perhitungan dalam
membuat rancangan formula.
Praktikan kurang menguasai prosedur pembuatan, sehingga proses pembuatan
memerlukan waktu yang cukup lama dan karena keterbatasan waktu, praktikan
tidak dapat melakukan sterilisasi akhir.
Namun secara pemerian, sediaan jadi yang dihasilkan sesuai dengan yang
diformulasikan :
1. Warna : Jernih
2. Rasa : Tidak berasa
3. Bentuk Sediaan : Larutan sejati
Sediaan injeksi yang akan dibuat harus steril, karena sediaan ini digunakan
sebagai obat suntik yang akan masuk ke dalam pembuluh darah, sehingga harus
dilakukan sterilisasi alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan sebelum proses
pembuatan dan juga sterilisasi akhir setelah proses pembuatan selesai sesuai dengan
bahan aktif yang digunakan.
Karena bahan aktif yang digunakan adalah Natrium Klorida yang tahan pada
pemanasan, sehingga sterilisasi akhir yang dipilih adalah sterilisasi secara non aseptik
dengan menggunakan otoklaf yang dipanaskan pada suhu 115 – 116 °C selama 30
menit (menurut FI III).
54
V.3. PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disumpulkan bahwa
sediaan steril injeksi volume besar (Infus) yang dihasilkan sudah baik, hanya
volumenya saja yang kurang sesuai.
Secara pemerian, sediaan jadi yang dihasilkan sesuai dengan yang
diformulasikan :
1. Warna : Jernih
2. Rasa : Tidak berasa
3. Bau : Tidak berbau
4. Bentuk Sediaan : Larutan sejati
SARAN
Dalam praktikum harusnya dilakukan secara teliti dan cermat, efektif dan
efisien agar sediaan akhir yang diperoleh baik dan memenuhi syarat.
Setiap langkah dalam tahapan-tahapan proses pembuatan sediaan steril
injeksi volume besar (Infus) harus dilakukan dengan cermat.
Jangan lupa melakukan sterilisasi alat dan bahan dan juga sterilisasi akhir,
karena sediaan yang dibuat harus steril.
55