Inhibitor Dan Imobilisasi Enzim
Click here to load reader
-
Upload
ryan-asyhari -
Category
Documents
-
view
153 -
download
1
description
Transcript of Inhibitor Dan Imobilisasi Enzim
A. INHIBITOR
Inhibitor adalah molekul yang mengikat enzim dan dapat menurunkan aktivitasnya.
Tidak semua molekul yang mengikat adalah inhibitor enzim; enzim aktivator mengikat enzim
dan meningkatkan aktivitas enzimatik . Pengikatan inhibitor dapat menghentikan sebuah
substrat dari enzim memasuki situs aktif dan / atau menghalangi enzim dari reaksi
katalisisnya. Hampir semua enzim dapat diracuni atau dihambat oleh senyawa kimiawi
tertentu. Dari penelitian mengenai senyawa penghambat enzim, telah diperoleh informasi
yang berguna mengenai spesifisitas substrat enzim, sifat-sifat alamiah gugus fungsional pada
sisi aktif, dan mekanisme aktivitas katalitik.
Hambatan yang bekerja secara dapat balik (reversible inhibitor)
a. Hambatan kompetitif (competitive inhibition)
Suatu penghambat kompetitif berlomba dengan substrat untuk berikatan dengan sisi
aktif enzim. Tetapi, sekali terikat tidak dapat diubah oleh enzim tersebut. Ciri penghambat
kompetitif adalah penghambatan ini dapat dibalikkan atau diatasi hanya dengan
meningkatkan konsentrasi substrat. Sebagai contoh, jika suatu enzim 50% dihambat pada
konsentrasi tertentu dari substrat dan penghambat kompetitif, kita dapat mengurangi persen
penghambat dengan meningkatkan konsentrasi substrat.Penghambat kompetitif biasanya
menyerupai substrat normal pada struktur tiga dimensinya. Karena persamaan ini,
penghambat kompetitif “menipu” enzim untuk berikatan dengannya. Sebenarnya,
penghambatan kompetitif dapat dianalisa secara kuantitatif oleh teori Michaelis-Menten.
Penghambat kompetitif (I) hanya berikatan secara dapat balik dengan enzim, membentuk
suatu kompleks EI (Anonim, 2011) :
E + I ↔ EI
Akan tetapi, penghambat tidak dapat dikatalisa oleh enzim untuk menghasilkan
produk yang baru. Pengaruh inhibitor bersaing ini tidak tergantung pada konsentrasi inhibitor
semata, tetapi juga pada konsentrasi substrat. Pengaruh inhibitor dapat dihilangkan dengan
cara menambah substrat dalam konsentrasi besar. Pada konsentrasi substrat yang sangat
besar, peluang terbentuknya kompleks ES juga makin besar. Kecepatan reaksi maksimum
(Vmaks) dapat tercapai pada konsentrasi substrat yang besar. Hubungan antara kecepatan reaksi
V dengan konsentrasi substrat [S] pada reaksi yang dihambat oleh inhibitor bersaing terlihat
pada Gambar 6-8 (Anonim, 2011) :
b. Hambatan Nonkompetitif ( non competitive inhibition )
Pada penghambatan nonkompetitif, penghambat berikatan pada sisi enzim selain sisi
tempat substrat berikatan, mengubah konformasi molekul enzim, sehingga mengakibatkan
inaktifasi dapat balik sisi katalitik. Penghambatan nonkompetitif berikatan secara dapat balik
pada kedua molekul enzim bebas dan kompleks ES, membentuk kompleks EI dan ESI yang
tidak aktif (Anonim, 2011) :
E + I ↔ EI
ES + I ↔ ESI
Contoh inhibitor tidak bersaing yang banyak dikenal ialah ion-ion logam berat (Cu++,
Hg++ dan Ag+) yang dapat berhubungan dengan gugus -SH yang terdapat pada sistein dalam
enzim. Hambatan tidak bersaing ini (non competitive inhibition) tidak dipengaruhi oleh
besarnya konsentrasi substrat dan inhibitor yang melakukannya disebut inhibitor tidak
bersaing. Dalam hal ini inhibitor dapat bergabung dengan enzim pada suatu bagian enzim
diluar bagian aktif. Hambatan tidak bersaing ini dapat pula diketahui grafik yang
menggambarkan hubungan antara V dengan [S], atau hubungan antara1/V dengan 1/[S]. Bila
digambarkan hubungan antara V dengan [S] maka akan terjadi grafik seperti gambar 6-8
(Anonim, 2011) :
- Kegunaan inhibitor
Oleh karena inhibitor menghambat fungsi enzim, inhibitor sering digunakan sebagai
obat. Contohnya adalah inhibitor yang digunakan sebagai obat aspirin. Aspirin menginhibisi
enzim COX-1 dan COX-2 yang memproduksi pembawa pesan peradangan prostaglandin,
sehingga ia dapat menekan peradangan dan rasa sakit. Namun, banyak pula inhibitor enzim
lainnya yang beracun. Sebagai contohnya, sianida yang merupakan inhibitor enzim
ireversibel, akan bergabung dengan tembaga dan besi pada tapak aktif enzim sitokrom c
oksidase dan memblok pernapasan sel (Anonim, 2012).
B. IMOBILISASI ENZIM
Imobilisasi merupakan suatu modifikasi untuk meniru keadaan asalnya di alam yang
diyakini berada dalam keadaan terikat pada membran atau partikelpartikel dalam sel. Tujuan
utama mengimobilisasi enzim adalah untuk mempekerjakan enzim yang dapat memberikan
proses katalitik yang berkesinambungan.
Imobilisasi enzim adalah usaha untuk memisahkan antara enzim dengan produk
selama reaksi dengan menggunakan sistem dua fase, satu fase mengandung enzim dan fase
lainnya mengandung produk, sehingga tidak terjadi saling kontaminasi antara enzim dan
produk.
Enzim terimobilisasi didefinisikan sebagai enzim yang secara spesifik ditempatkan
dalam suatu ruang tertentu dengan tetap memiliki aktivitas katalitiknya dan dapat digunakan
secara berulang atau secara terus-menerus.
Enzim terimobilisasi adalah suatu enzim yang dilekatkan pada suatu bahan yang inert
dan tidak larut seperti sodium alginate. Dengan sistem ini, enzim dapat lebih tahan terhadap
perubahan kondisi seperti pH atau temperatur . Sistem ini juga membantu enzim berada di
tempat tertentu selama berlangsungnya reaksi sehingga memudahkan proses pemisahan dan
memungkinkan untuk dipakai lagi di reaksi lain. Sistem ini memiliki keunggulan dalam hal
efisiensi sehingga di industri banyak digunakan dalam reaksi yang dikatalisis oleh enzim
(Anonim, 2010).
Imobilisasi enzim dapat dianggap sebagai metode yang merubah enzim dari
bentuk larut dalam air “bergerak” menjadi keadaan “tak begerak” yang tidak larut.
Imobilisasi mencegah difusi enzim ke dalam campuran reaksi dan mempermudah
memperoleh kembali enzim tersebut dari aliran produk dengan teknik pemisahan padat/cair
yangsederhana. Imobilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui
pengikatan kimiawi molekul enzim pada bahan pendukung, pengikatan silang intermolekuler
sesama enzim, atau dengan cara menjebak enzim di dalam gel ataumembran polimer .
Beberapa keuntungan penggunaan enzim amobil daripada enzim bebas antara lain
meningkatkan stabilitas enzim, mengurangi jumlah enzim yang digunakan, mempermudah
untuk pemisahan dan enzim untuk digunakan kembali, kemudahan untuk penggunaan
selanjutnya, mempermudah untuk memisahkan hasil, dan padabeberapa kasus dapat
meningkatkan aktivitas enzim Teknik imobilisasi yang paling baik untuk dipilih adalah yang
memenuhi kriteriautama yakni tidak terjadi perubahan konformasi enzim dan tidak
mengganggu gugus fungsi di pusat aktif enzim sehingga enzim tetap dapat berfungsi. Metode
penjebakan enzim lebih banyak digunakan karena enzim ada dalam keadaan bebas dan
tidak terikat pada bahan pendukung sehinga secara relatif fungsi katalitik dan struktur
alamimolekul enzim tidak mengalami gangguan goncangan (Anonim, 2010).
1. Enzim amobil
Yang dimaksud dengan enzim amobil adalah enzim yang terikat secara fisik atau
terlokalisasi pada suatu tempat tertentu yang masih mempunyai aktivitas katalitik dan dapat
digunakan untuk pemakaian berulang-ulang dan kontinu. Proses ini dapat dilakukan dengan
cara mengikatkan molekul enzim pada suatu bahan tertentu melalui pengikatan kimiawi
dengan cara menahannya secara fisik dalam suatu rongga atau ruang bahan dengan cara
gabungan keduanya. Amobilisasi enzim dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu
(Anonim, 2011) :
Metode pengikatan berdasarkan pada pengikatan enzim pada bahan pendukung yang
tidak larut dalam air. Dalam metode ini enzim diikat secara langsung pada bahan
pendukung. Aktifitas enzim amobil dipengaruhi oleh sifat dari bahan pendukung yang
digunakan seperti, ukuran partikel, luas permukaan, perbandingan molar gugus
hidrofilik dan hidrofobik. Umumnya bahan pendukung yang digunakan adalah
selulosa, dekstrin, dan agarosa. Teknik pengikatan enzim pada bahan pendukung
dapat dilakukan dengan cara adsorpsi fisik, ikatan ionik dan ikatan kovalen.
Metode ikatan silang antara molekul enzim dengan pereaksi bergugus fungsi ganda
atau bergugus fungsi banyak. Metode ini didasarkan pada ikatan kovalen, sehingga
terbentuk ikatan antarmolekul antara molekul enzim dengan menggunakan dua
pereaksi atau lebih. Pereaksi yang biasa digunakan adalah glutaraldehida, turunan
isosianat, dan N,N polimetilen bisiodoasetoamida. Pada metode ini tidak digunakan
bahan pendukung yang tidak larut dalam air.
Metode penjebakan, yaitu penggabungan enzim ke dalam kisi-kisi gel semi permiabel
atau penjebakan di dalam polimer semi permiabel. Pada metode ini enzim/sel dalam
kisi polimer atau dalam membran yang semi permiabel. Bahan pendukung yang
banyak digunakan untuk amobilisasi enzim dengan metode penjebakan adalah
kolagen, selulosa triasetat, alginat, poliakrilamid, k-carageenan. Teknik amobilisasi
enzim sering digunakan di dalam industri karena mempunyai beberapa keuntungan,
yaitu (Anonim, 2011) :
1. Penggunaan enzim dapat digunakan berulang-ulang sehingga biaya produksi dapat
diperkecil.
2. Stabilitas enzim dapat dipertahankan.
3. Proses pengoperasian lebih praktis sehingga mudah melakukan pengawasan mutu
hasil produksi.
4. Tidak ada resiko kontaminasi, karena hanya membuat satu kali ikatan.
5. Mengurangi biaya untuk perancangan maupun pembuatan reaktornya.
Secara konvensional, reaksi enzimatis berlangsung pada reaksi secara batch dengan
menginkubasi campuran substrat dan enzim yang terlarut. Teknik tersebut memiliki
kelemahan yaitu kesulitan untuk merecovery enzim aktif dari campuran enzim tersebut untuk
digunakan kembali.Hal ini karena enzim terlarut dalam larutan sehingga sulit dipisahkan
kembali. Selain karakterisasi enzim yang sangat dipengaruhi oleh pH dan suhu pemanasan,
sehingga enzim bebas mudah terdenaturasi dan mengalami inaktifasi. Hal ini sangat tidak
ekonomis, karena enzim aktif hilang begitu saja hanya dalam satu reaksi batch.
Untuk mengeliminasi kelemahan-kelemahan tersebut maka dilakukan imobilisasi
enzim bebas yang telah didapatkan. Dengan begitu enzim akan lebih stabil pada pengaruh
suhu dan pH lingkungan, dan tentunya dapat digunakan lagi setelah mengkatalis suatu reaksi
sintesis tertentu.
Teknik imobilisasi enzim pertama kali dilakukan oleh Nelson dan Griffin pada tahun
1916. Nelson dan Griffin mengimobilisasi enzim interfase dari khamir dengan cara adsorpsi
pada arang aktif. Percobaan pertama untuk mengimobilisasi enzim dengan tujuan untuk
memperbaiki sifat-sifat enzim dilakukan oleh Grubhover dan Scheleith pada tahun 1953.
Mereka mengimobilisasi karboksipeptidase, diastase, pepsin dan ribonuklease dengan
menggunakan diazotized poliaminopolystirene resin.
Penggunaan enzim terimobilisasi akan memberikan beberapa keuntungan,yaitu:
1) enzim dapat digunakan secara berulang;
2) proses dapat dihentikan secara cepat dengan mengeluarkan enzim dari larutan substrat;
3) kestabilan enzim dapat diperbaiki;
4) larutan hasil proses tidak terkontaminasi oleh enzim;
5) dapat digunakan untuk tujuan analisis yang melibatkan enzim.
Metode imobilisasi enzim ada tiga macam, yaitu :
Metode ini didasarkan atas pengikatan enzim langsung pada zat pembawa yang tidak
larut dalam air.
1. Metode carrier binding
Metode ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
A. Metode Adsorpsi Fisik
Berdasarkan pada adsorpsi fisika dari protein enzim pada permukaan pembawa yang tidak
larut dalam air. Metode ini memiliki keburukan dimana enzim yang diserap dapat bocor dari
pembawa selama pemanfaatan karena gaya ikat antara protein enzim dan pembawah lemah.
B. Metode pengikatan ionik
Berdasarkan pada pengikatan ionik dari protein enzim pada pembawa yang tidak larut dalam
air yang mengandung residu penukar ion. Kebocoran enzim dari pembawa dapat terjadi
dalam larutan substrat dengan kekuatan ionik yang tinggi atau pada variasi pH.
C. Metode pengikatan kovalen
Berdasarkan pada pengikatan enzim dan pembawa yang tidak larut dalam air dengan ikatan
kovalen. Dalam metode ini diperlukan kondisi reaksi yang sulit dan biasanya tidak dalam
keadaan kamar. Dan dalam beberapa keadaan,ikatan kovalen mengubah bentuk konformasi
dan pusat aktif enzim yang mengakibatkan kehilangan aktivitas atau perubahan spesifitas
aktivitas.
2. Metode ikat silang
Metode ikatan silang berdasarkan pembentukan ikatan kimia, seperti dalam metode ikat
kovalen, namun pembawa yang tidak larut dalam air tidak digunakan dalam metode ini.
Imobilisasi enzim dilakukan dengan pembentukan ikatan silang intermolekular diantara
molekul enzim dengan penambahan reagen bi- atau multifungsional.
Gambar Metode ikat silang
3. Metode penjebakan
Metode penjebakan ini berdasarkan pada pengikatan enzim pada kisi-kisi matrik polimer atau
menutupi enzim dengan membran semipermiabel dan dibagi menjadi tipe kisi dan tipe
mikrokapsul.
A. Tipe kisi ( lattice type )
Metode penjebakan tipe kisi meliputi penjebakan enzim dalam bidang batas (interstitial
spaces) dari suatu ikat silang polimer yang tidak larut dalam air sebagai contoh diantara gel
matrik.
Gambar Metode penjebakan tipe kisi
B. Tipe mikrokapsul
Tipe penjebakan mikrokapsul meliputi pelingkupan enzim dengan membran polimer
semipermiabel. Enzim mikrokapsul secara umum mempunyai diameter 1-100 μm.
Gambar Metode penjebakan tipe mikrokapsul