Infografis RDG MEI R6 rezised · • Pertumbuhan ekonomi Eropa masih terbatas dan dibayangi oleh...

1
BAURAN KEBIJAKAN (POLICY MIX) Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Mei 2016 memutuskan LF Bunga Lending Facility 7,25% TETAP DF Bunga Deposit Facility 4,75% TETAP BI RATE 6,75 % TETAP 5,50 % BI 7-Day Repo Rate* TETAP Struktur suku bunga atau term structure operasi moneter Bank Indonesia tidak mengalami perubahan, yaitu: Tenor 7 hari 2 minggu 1 bulan 3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan Term Structure Operasi Moneter 5,50% 5,60% 5,80% 6,20% 6,45% 6,60% 6,75% FOKUS KEBIJAKAN BI Bank Indonesia memandang bahwa stabilitas makroekonomi masih terjaga, tercermin dari inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran 4 1%, defisit transaksi berjalan yang membaik, dan nilai tukar yang relatif stabil. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga berjalan semakin baik, demikian pula persiapan implementasi reformulasi suku bunga acuan. Ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter yang selama ini terbuka akan dapat dimanfaatkan lebih awal apabila stabilitas makroekonomi tetap terjaga. Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya. Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui penguatan stimulus pertumbuhan dan percepatan implementasi reformasi struktural, dengan tetap memerhatikan pengendalian inflasi. ± Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 3 Nilai Tukar 4 Inflasi 5 Ekonomi Global 1 KEBIJAKAN MONETER BULANAN Bank Indonesia Call Center BI : 131 Selengkapnya dapat dilihat di website Bank Indonesia MEI 2016 Stabilitas Nilai Tukar Rupiah Tetap Terjaga. Selama triwulan I 2016, nilai tukar Rupiah secara point to point (ptp) menguat sebesar 3,96% dan mencapai level Rp13.260 per dolar AS. Penguatan terus berlanjut hingga April 2016 sebesar 0,55% (ptp) dan ditutup di level Rp13.188 per dolar AS. Bank Indonesia masih mewaspadai berbagai risiko, antara lain : • Pertumbuhan ekonomi global yang terus melemah. • Kembali munculnya ketidakpastian di pasar keuangan global, terkait dengan risiko kenaikan FFR dan isu Brexit. • Inflasi harga makanan bergejolak, akibat faktor musiman menjelang bulan Ramadan dan dampak La Nina. • Penerimaan negara di bawah target yang telah ditetapkan semula. Inflasi berada pada level yang rendah dan diperkirakan akan berada pada kisaran sasaran inflasi 2016, yaitu 4 ± 1%. Rp 13.188/USD 0,55% (ptp) Pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan I 2016 lebih rendah dari perkiraan dan diperkirakan membaik pada triwulan-triwulan berikutnya. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan I 2016 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh pola musiman belanja pemerintah di awal tahun yang masih relatif terbatas. G Konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup kuat, didukung oleh perkembangan harga yang terjaga. Kuatnya konsumsi rumah tangga tersebut didorong oleh kenaikan konsumsi non makanan. C Persepsi positif terhadap perekonomian domestik akibat terjaganya stabilitas makroekonomi dan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan. Hal tersebut sejalan dengan penurunan BI Rate dan paket kebijakan pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi, serta percepatan implementasi proyek-proyek infrastruktur. Selain itu, juga ditopang oleh pasokan valas korporasi domestik yang berorientasi ekspor. Dipengaruhi oleh: Meredanya risiko di pasar keuangan global terkait kenaikan FFR dan berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter di beberapa negara maju. Inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) April 2016 -0,45% (mtm) 3,60% ( yoy) Inflasi Harga Barang yang Diatur Pemerintah seperti harga BBM, tarif angkutan umum, dan tarif tenaga listrik. Inflasi Inti (Core) Rp 0,15% (mtm) 3,41% (yoy) Inflasi Bahan Makanan Bergejolak (Volatile Food) -1,04% (mtm) 9,44% (yoy) -1,70% (mtm) -0,84% (yoy) Pertumbuhan ekonomi pada triwulan-triwulan mendatang akan meningkat 4_1% (yoy) + INFLASI 2016 USD 0,67 miliar Surplus April 2016 Cadangan devisa akhir April 2016 USD 107,7 miliar. Cukup untuk membiayai: Angka tersebut di atas standar kecukupan internasional, sekitar 3 bulan impor. Namun demikian kondisi stabilitas sistem keuangan masih menghadapi tantangan berupa: Intermediasi masih lambat. Pertumbuhan Kredit 8,7% (yoy) 6,4% (yoy) Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Pertumbuhan DPK Individual (RT) Kinerja rumah tangga (RT) masih lemah. 4,1% (yoy) Kinerja korporasi non-keuangan masih melambat* * Laporan 409 Korporasi Go Public pada triwulan III 2015 Return On Asset (ROA) korporasi 3,2% Debt Service Ratio (DSR) korporasi 76,5% Efisiensi meningkat. BOPO (Biaya operasional terhadap pendapatan operasional) 83,4% Inflasi akan berada di sekitar titik tengah kisaran sasaran inflasi. PERTUMBUHAN EKONOMI 2016 5,0 – 5,4% (yoy) RISIKO PROSPEK KE DEPAN Ekonomi global diperkirakan tumbuh lebih lambat pada tahun 2016. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat masih belum solid, yang diindikasikan oleh melemahnya konsumsi dan beberapa indikator ketenagakerjaan, serta masih rendahnya inflasi. Kondisi ini diperkirakan akan mendorong The Fed untuk tetap berhati-hati dalam melakukan penyesuaian Fed Fund Rate (FFR). Defisit transaksi berjalan pada triwulan I 2016 menurun, terutama didorong oleh meningkatnya surplus Neraca Perdagangan. Pertumbuhan ekonomi Eropa masih terbatas dan dibayangi oleh isu kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit). Inggris akan melakukan referendum pada 23 Juni 2016 untuk menentukan pilihan tetap atau keluar dari Uni Eropa. Perekonomian Jepang masih terus tertekan. Konsumsi belum mengalami perbaikan, tercermin dari konsumsi rumah tangga yang melambat. Ekonomi Tiongkok mulai membaik, meskipun masih berisiko, ditopang oleh sektor konstruksi dan real estate. Di pasar komoditas, harga minyak dunia diperkirakan tetap rendah, akibat tingginya pasokan di tengah permintaan yang masih lemah. Namun, harga beberapa komoditas ekspor Indonesia membaik, seperti CPO, timah, dan karet. Stabilitas sistem keuangan pada triwulan I 2016 terus membaik, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan (likuiditas dan permodalan meningkat) dan kinerja pasar keuangan yang cukup kuat. Sistem Keuangan 6 Rasio Kecukupan Modal (CAR) 21,8% Ketahanan permodalan menguat. *) Data Maret 2016 Likuiditas masih memadai. Alat Likuid/ Dana Pihak Ketiga 22% Rp Risiko kredit terjaga. Rasio NPL (gross) 2,8% atau (net) 1,4% Neraca Perdagangan pada April 2016 mencatat surplus sebesar USD 0,67 miliar. TMF pada triwulan I 2016 mencatat surplus USD 4,2 miliar, seiring dengan berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter di negara-negara maju dan membaiknya prospek ekonomi domestik. Surplus TMF terutama ditopang oleh aliran masuk modal investasi portofolio dan investasi langsung. *) sumber: BPS PERKEMBANGAN TERKINI Sisi Eksternal Sisi Domestik BI RATE TETAP 6,75%, BI 7-day (Reverse) Repo Rate Tetap 5,50% Investasi swasta masih terbatas di tengah akselerasi pengeluaran belanja modal pemerintah. Investasi non bangunan mencatat kontraksi dibandingkan dengan pertumbuhan positif pada triwulan sebelumnya. Sementara investasi bangunan tumbuh sedikit melambat. I Kinerja ekspor secara keseluruhan mengalami perbaikan, meskipun masih mengalami kontraksi. Perbaikan tersebut didukung oleh ekspor beberapa komoditas yang mulai membaik. X Bank Indonesia memandang bahwa stabilitas makroekonomi masih terjaga, tercermin dari inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran 4 1%, defisit transaksi berjalan yang membaik, dan nilai tukar yang relatif stabil. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga berjalan semakin baik, demikian pula persiapan implementasi reformulasi suku bunga acuan. Ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter yang selama ini terbuka akan dapat dimanfaatkan lebih awal apabila stabilitas makroekonomi tetap terjaga. ± Secara keseluruhan, NPI pada triwulan I 2016 mengalami defisit USD 0,3 miliar, sejalan dengan surplus Transaksi Modal dan Finansial yang lebih rendah. 8,1 bulan IMPOR 7,8 bulan IMPOR + PEMBAYARAN UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH atau NERACA PERDAGANGAN* TRANSAKSI BERJALAN TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL (TMF) Surplus Triwulan I 2016 USD 4,2 miliar CADANGAN DEVISA TW I 2015 TW IV 2015 TW I 2016 2,4% dari PDB Triwulan IV 2015 Triwulan I 2016 Defisit 2,1% dari PDB Defisit *) BI 7-day (Reverse) Repo Rate adalah suku bunga operasi moneter BI dengan tenor 7 hari dan akan ditetapkan sebagai suku bunga kebijakan BI yang baru efektif sejak 19 Agustus 2016

Transcript of Infografis RDG MEI R6 rezised · • Pertumbuhan ekonomi Eropa masih terbatas dan dibayangi oleh...

Page 1: Infografis RDG MEI R6 rezised · • Pertumbuhan ekonomi Eropa masih terbatas dan dibayangi oleh isu kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit).

BAURAN KEBIJAKAN (POLICY MIX)Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesiapada 18-19 Mei 2016 memutuskan

LF

Bunga Lending Facility

7,25%TETAP

DF

Bunga Deposit Facility

4,75%TETAP

BI RATE

6,75%TETAP

5,50%

BI7-Day

Repo Rate*TETAP

Struktur suku bunga atau term structure operasi moneter Bank Indonesia tidak mengalami perubahan, yaitu:

Tenor 7 hari 2 minggu 1 bulan 3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan

Term StructureOperasi Moneter 5,50% 5,60% 5,80% 6,20% 6,45% 6,60% 6,75%

FOKUS KEBIJAKAN BIBank Indonesia memandang bahwa stabilitas makroekonomi masih terjaga, tercermin dari inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran 4 1%, defisit transaksi berjalan yang membaik, dan nilai tukar yang relatif stabil. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga berjalan semakin baik, demikian pula persiapan implementasi reformulasi suku bunga acuan.Ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter yang selama ini terbuka akan dapat dimanfaatkan lebih awal apabila stabilitas makroekonomi tetap terjaga.

Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya.Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui penguatan stimulus pertumbuhan dan percepatan implementasi reformasi struktural, dengan tetap memerhatikan pengendalian inflasi.

±

Pertumbuhan Ekonomi2

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)3

Nilai Tukar4

Inflasi5

Ekonomi Global 1

KEBIJAKAN MONETER BULANAN

Bank Indonesia Call Center BI : 131Selengkapnya dapat dilihat di website Bank Indonesia

MEI 2016

Stabilitas Nilai Tukar Rupiah Tetap Terjaga. Selama triwulan I 2016, nilai tukar Rupiah secara point to point (ptp) menguat sebesar 3,96% dan mencapai level Rp13.260 per dolar AS. Penguatan terus berlanjut hingga April 2016 sebesar 0,55% (ptp) dan ditutup di level Rp13.188 per dolar AS.

Bank Indonesia masih mewaspadai berbagai risiko, antara lain :• Pertumbuhan ekonomi global yang terus melemah.• Kembali munculnya ketidakpastian di pasar keuangan global, terkait dengan risiko kenaikan FFR dan isu Brexit.• Inflasi harga makanan bergejolak, akibat faktor musiman menjelang bulan Ramadan dan dampak La Nina.• Penerimaan negara di bawah target yang telah ditetapkan semula.

Inflasi berada pada level yang rendah dan diperkirakan akan berada pada kisaran sasaran inflasi 2016, yaitu 4±1%.

Rp 13.188/USD 0,55% (ptp)

Pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan I 2016 lebih rendah dari perkiraan dan diperkirakan membaik pada triwulan-triwulan berikutnya.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan I 2016 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh pola musiman belanja pemerintah di awal tahun yang masih relatif terbatas.

G

Konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup kuat, didukung oleh perkembangan harga yang terjaga. Kuatnya konsumsi rumah tangga tersebut didorong oleh kenaikan konsumsi non makanan.

C

Persepsi positif terhadap perekonomian domestik akibat terjaganya stabilitas makroekonomi dan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan. Hal tersebut sejalan dengan penurunan BI Rate dan paket kebijakan pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi, serta percepatan implementasi proyek-proyek infrastruktur. Selain itu, juga ditopang oleh pasokan valas korporasi domestik yang berorientasi ekspor.

Dipengaruhi oleh:

Meredanya risiko di pasar keuangan global terkait kenaikan FFR dan berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter di beberapa negara maju.

Inflasi IHK(Indeks HargaKonsumen)April 2016

-0,45%(mtm)

3,60%(yoy)

Inflasi Harga Barang yang Diatur Pemerintah seperti harga BBM, tarif angkutan umum,

dan tarif tenaga listrik.

Inflasi Inti(Core)

Rp

0,15%(mtm)

3,41%(yoy)

Inflasi BahanMakanan Bergejolak

(Volatile Food)

-1,04%(mtm)

9,44% (yoy)

-1,70%(mtm)

-0,84%(yoy)

Pertumbuhan ekonomipada triwulan-triwulanmendatang akan meningkat

4_1% (yoy)+INFLASI 2016

USD 0,67miliar

SurplusApril 2016

Cadangan devisa akhir April 2016 USD 107,7 miliar.Cukup untuk membiayai:

Angka tersebut di atas standar kecukupaninternasional, sekitar 3 bulan impor.

Namun demikian kondisi stabilitas sistem keuangan masih menghadapi tantangan berupa:

Intermediasi masih lambat.Pertumbuhan Kredit8,7% (yoy)

6,4% (yoy)Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Pertumbuhan DPK Individual (RT)

Kinerja rumah tangga (RT) masih lemah.

4,1% (yoy)

Kinerja korporasi non-keuangan masih melambat*

* Laporan 409 Korporasi Go Public pada triwulan III 2015

Return On Asset(ROA) korporasi

3,2%

Debt Service Ratio (DSR) korporasi

76,5%

Efisiensi meningkat.BOPO (Biaya operasional terhadappendapatan operasional)

83,4%

Inflasi akan berada di sekitar titik tengah kisaran sasaran inflasi.PERTUMBUHAN EKONOMI 2016

5,0 – 5,4% (yoy)

RISIKOPROSPEK KE DEPAN

Ekonomi global diperkirakan tumbuh lebih lambat pada tahun 2016. • Pemulihan ekonomi Amerika Serikat masih belum solid, yang diindikasikan oleh melemahnya konsumsi dan beberapa indikator ketenagakerjaan, serta masih rendahnya inflasi. Kondisi ini diperkirakan akan mendorong The Fed untuk tetap berhati-hati dalam melakukan penyesuaian Fed Fund Rate (FFR).

Defisit transaksi berjalan pada triwulan I 2016 menurun, terutama didorong oleh meningkatnya surplus Neraca Perdagangan.

• Pertumbuhan ekonomi Eropa masih terbatas dan dibayangi oleh isu kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit). Inggris akan melakukan referendum pada 23 Juni 2016 untuk menentukan pilihan tetap atau keluar dari Uni Eropa.• Perekonomian Jepang masih terus tertekan. Konsumsi belum mengalami perbaikan, tercermin dari konsumsi rumah tangga yang melambat.

• Ekonomi Tiongkok mulai membaik, meskipun masih berisiko, ditopang oleh sektor konstruksi dan real estate.

• Di pasar komoditas, harga minyak dunia diperkirakan tetap rendah, akibat tingginya pasokan di tengah permintaan yang masih lemah. Namun, harga beberapa komoditas ekspor Indonesia membaik, seperti CPO, timah, dan karet.

Stabilitas sistem keuangan pada triwulan I 2016 terus membaik, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan (likuiditas dan permodalan meningkat) dan kinerja pasar keuangan yang cukup kuat.

Sistem Keuangan6

Rasio Kecukupan Modal(CAR) 21,8%

Ketahanan permodalan menguat.

*) Data Maret 2016

Likuiditas masih memadai.Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga

22%Rp

Risiko kredit terjaga.

Rasio NPL (gross)2,8%atau (net)1,4%

Neraca Perdagangan pada April 2016 mencatat surplus sebesar USD 0,67 miliar.

TMF pada triwulan I 2016 mencatat surplus USD 4,2 miliar, seiring dengan berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter di negara-negara maju dan membaiknya prospek ekonomi domestik. Surplus TMF terutama ditopang oleh aliran masuk modal investasi portofoliodan investasi langsung.

*) sumber: BPS

PERKEMBANGAN TERKINI

Sisi Eksternal Sisi Domestik

BI RATE TETAP 6,75%,BI 7-day (Reverse) Repo Rate Tetap 5,50%

Investasi swasta masih terbatas di tengah akselerasi pengeluaran belanja modal pemerintah. Investasi non bangunan mencatat kontraksi dibandingkan dengan pertumbuhan positif pada triwulan sebelumnya. Sementara investasi bangunan tumbuh sedikit melambat.

I

Kinerja ekspor secara keseluruhan mengalami perbaikan, meskipun masih mengalami kontraksi. Perbaikan tersebut didukung oleh ekspor beberapa komoditas yang mulai membaik.

X

Bank Indonesia memandang bahwa stabilitas makroekonomi masih terjaga, tercermin dari inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran 4 1%, defisit transaksi berjalan yang membaik, dan nilai tukar yang relatif stabil. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga berjalan semakin baik, demikian pula persiapan implementasi reformulasi suku

bunga acuan. Ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter yang selama ini terbuka akan dapat dimanfaatkan lebih awal apabila stabilitas makroekonomi tetap terjaga.

±

Secara keseluruhan, NPI pada triwulan I 2016 mengalami defisit USD 0,3 miliar,sejalan dengan surplus Transaksi Modal dan Finansial yang lebih rendah.

8,1 bulanIMPOR

7,8 bulanIMPOR + PEMBAYARANUTANG LUAR NEGERIPEMERINTAH

atau

NERACAPERDAGANGAN*

TRANSAKSIBERJALAN

TRANSAKSI MODALDAN FINANSIAL (TMF)

SurplusTriwulan I 2016

USD 4,2miliar

CADANGAN DEVISA

TW I 201

5

TW IV 20

15

TW I 201

6

2,4%dari PDB

Triwulan IV 2015 Triwulan I 2016

Defisit2,1%

dari PDB

Defisit

*) BI 7-day (Reverse) Repo Rate adalah suku bunga operasi moneter BI dengan tenor 7 hari dan akan ditetapkan sebagai suku bunga kebijakan BI yang baru efektif sejak 19 Agustus 2016