Info Potensi SDA Gowa
-
Upload
ahmad-husain -
Category
Documents
-
view
515 -
download
2
Transcript of Info Potensi SDA Gowa
0
Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Air
di Daerah Aliran Sungai Jeneberang Dan Kawasan Hutan Lindung
(Studi Kasus di Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan)
Oleh : (Sylviani dan Elvida Yosefi S)
Ringkasan
Pembangunan bidang kehutanan Kabupaten Gowa dititikberatkan pada program optimalisasi fungsi hutan melalui kegiatan rehabilitasi hutan baik segi ekonomi ekologi maupun sosial budaya masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelembagaan, potensi dan pemanfaatan sumberdaya air. Potensi sumberdaya air di Kab Gowa ada yang dimanfaatkan langsung oleh masyarakat dari sumbermata air di dalam kawasan HL dan dari sungai Jeberang melalui penampungan waduk / Dam Bili-bili yang dimanfaatkan untuk saluran irigasi, industri gula dan rumah tangga dibagian hilir melalui PDAM
Pengelolaan sumberdaya air melibatkan beberapa stakeholder antara lain Dinas PU dan Pengairan Kabupaten, BPDAS, UPTD BPSDA dan PDAM dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
Terdapat kelembagaan pada masyarakat lokal dalam menjaga kelestarian hutan sebagai sumber air melalui tata tanam tahunan yang dilakukan oleh kelompok tani sebelum mengajukan permohonan perijinan penggunaan air terutama untuk irigasi Kata kunci : Kelembagaan, Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Air.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan bidang kehutanan Kabupaten Gowa dititikberatkan pada
program optimalisasi fungsi hutan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan
baik segi ekonomi ekologi maupun sosial budaya masyarakat. Dengan visi dan misi
terwujudnya kelestarian hutan melalui pengelolaan yang profesional diharapkan
pengelolaan hutan berjalan sesuai dengan arah kebijakan pembangunan secara
nasional. Luas wilayah Kabupaten Gowa 1.883,33 km 2 dengan jarak sekitar 6 km
dari ibukota Makasar atau 3 % dari luas propinsi Sulawesi Selatan. Sebelah utara
berbatasan denagan kotamadya Makassar , Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone.
Sebelah selatan dengan Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto. Sebelah
timur dengan Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba,dan Kabupaten Bantaeng.
Wilayah Administrastif Kabupaten Gowa terbagi atas sembilan kecamatan, 130
desa/kelurahan, dan dua wilayah pembantu Bupati. Berdasarkan ekologi dan
1
potensi pengembangannya, kabupaten Gowa dibagi kedalam tiga wilayah
pembangunan pertama, wilayah utara meliputi kecamatan Somba Opu dan
Kecamatan Bontomarannu,. kedua wilayah timur meliputi Kecamatan Parangloe,
Kecamatan Tinggimoncong, Kecamatan Tompobulu, dan Kecamatan Bungaya.
ketiga wilayah barat meliputi Kecamatan Pallangga. Kecamatan Bajeng, dan
Kecamatan Bontonompo.
Luas kawasan hutan Kabupaten Gowa tercatat 63 099 ha atau 2 % dari luas
kawasan hutan propinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan luas kawasan hutan lindung
Kabupaten Gowa 24 226 ha atau 1,2 % dari kawasan hutan lindung propinsi. Sebaran
luas hutan lindung di Kabupaten Gowa berdasarkan kecamatan sebagai tercantum
dalam tabel 1 Sampai dengan tahun 2004 realisasi luas hutan dan lahan yang
direhabilitasi dilingkungan Daerah Aliran Sungai ( DAS ) bagian hulu di sekitar
daerah tangkapan air di kawasan Hutan Lindung Kabupaten Gowa seluas 332,5 ha
atau 95 % dengan jenis MPTS dan bertujuan untuk pengamanan waduk serta Dam
Bili-Bili.
Tabel 1. Luas dan Fungsi Kawasan Hutan per Kecamatan berdasarkan Peta Paduserasi Kabupaten Gowa 2004
Fungsi Kawasan hutan (Ha) No Kecamatan
Luas (Ha)
Luas Kawasan hutan
Lindung Prod Tbs
Prod Biasa
Wisat Alam
APL
1 Tombolo Pao 25.182 12.179 6.220 8.540 12.963 2 Tinggimoncong 27.563 9.693 3.190 5.840 3.309 15.660 3 Tompobulu 13.299 3.050 463 2.587 9.736 4 Biringbulu 21.839 15.292 4.190 3.355 3.010 5.264 5 Bungaya 31.799 14.140 6.520 3.620 3.510 17.659 6 Parangloe 31.316 7.413 3.643 2.360 1.410 9.607 7 Bontommaranu 13.759 1.332 1.332 11.095 8 Bontonompo 5.963 9 Bajeng 7.913 10 Pallanga 4.829 11 Sombaopu 2.809 12 Barombong 2.062
Jumlah 188.333 63.099 24.226 26302 9.262 3.309 81.984
Sumber : Data dan Informasi Kehutanan Kabupaten Gowa, Tahun 2004
Dari luas kawasan HL tersebut penutupan vegetasi hutan terdiri dari Hutan lahan
kering sekunder 13 011 ha, semak belukar 3 931 ha, Tanah terbuka 651 ha, perluasan
2
lahan kering dan semak 3 056 ha, Pertanian lahan kering 51 ha dan sisanya Awan
3 526 ha.
B. Maksud dan Tujuan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan pemanfaatan
sumberdaya air Sungai Jeneberang serta kelembagaan pengelolaan sumberdaya air di
kawasan hutan lindung dengan mengidentifikasi pertama pengguna air dan proses
perijinan pemanfaatan air permukaan, kedua instansi yang terkait dalam pengelolaan
sumberdaya air dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan
sumberdaya air serta sumberdaya manusia yang mendukung kegiatan tersebut. .
II. METODE PENELITIAN.
A. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan hutan lindung di sub DAS Jeneberang. desa
Batulapisi, desa Majannang dan desa Bulutanna Kecamatan Tinggimoncong
Kabupaten Gowa , dimana masyarakat sekitar memanfaatkan sumber air dari hutan
lindung baik untuk konsumsi rumah tangga maupun irigasi secara swadaya atau
berkelompok.
B. Pengumpulan Data
Data sekunder dari Dinas Kehutanan antara lain luas kawasan HL peta kawasan HL,
kegiatan rehabilitasi dan data lainnya. BPDAS Jeneberang data kegiatan yang
dilakukan pada lingkungan daerah DAS hulu. PDAM data tentang pengguna air dan
sumber pengambilan air. Dinas PU dan Pengairan data tentang jumlah pemakai air
baik industri maupun rumah tangga. UPTD BPSDA Wilayah sungai Jeneberang data
tentang proses permohonan pengambilan dan pemanfaatan air serta tugas pokok dan
fungsi institusi 2 tersebut dalam pengelolaan HL Sedangkan data primer diperoleh
dari masyarakat yang berada disekitar HL pada lokasi sampel..
C. Analisa Data
Pengolahan data dilakukan secara sederhana melalui tabulasi dengan mengidentifikasi
semua stakeholder yang terkait dengan pengelolaan HL dan pengelolaan Sumberdaya
Air selanjutnya mengklasifikasikan tugas pokok dan fungsinya. Data primer dari
3
beberapa responden diolah untuk mengetahui bagaimana cara memanfaatkan air dari
HL. Hasil pengolahan data selanjutnya dibahas dan dianalisa secara kualitatif dan
diskriftif.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Potensi Sumberdaya Alam Sumberdaya alam hutan, tanah dan air merupakan modal dasar pembangunan yang
perlu dikelola dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat
tanpa merugikan kelestarian potensi sumberdaya alam tersebut. Salah satu upaya
pelestarian potensi sumberdaya alam tersebut adalah pemeliharaan kesuburan dan
peningkatan produktivitas lahan sehingga dalam jangka panjang, mampu mendukung
segala aktivitas manusia diatasnya. Pelestarian produktivitas tanah ini dapat dilakukan
melalui rehabilitasi lahan-lahan kritis dan melaksanakan teknik-teknik konservasi
tanah yang benar dalam pemanfaatan dan pengolahan tanah. Potensi SDA yang dapat
dimanfaatkan di Kabupaten Gowa antara lain:
- Pertanian
Potensi pertanian tanaman pangan yang dimiliki Kabupaten Gowa menempatkan
daerah ini pada posisi yang sejajar dengan daerah tingkat II lainnya di Sulawesi
Selatan. Daerah ini memiliki areal persawahan seluas 28.828 hektare dengan potensi
Irigasi seluas 16.773 hektare baku sawah, atau sekitar 56% dari luas persawahan yang
ada. Tanaman pangan yang dikembangkan diantaranya padi, jagung, kedelai dan
hortikultura yang tersebar pada kawasan potensial.
- Pariwisata
Dalan rangka mengembangkan dan menggali potensi pariwisata di Kabupaten Gowa,
pemerintah daerah telah mengeluarkan kebijakan dengan dibentuknya Dinas
Pariwisata dengan maksud disamping untuk menghasilkan PAD melalui dispenda
setempat juga untuk memanfaatkan peluang kunjungan bagi turis manca negara.
Pemda Gowa telah mengembangkan berbagai obyek wisata antara lain Benteng
4
Somba Opu, pengembangan dan perluasan Balla Lompoa, Makam raja-raja Gowa,
Makam pahlawan nasional Syekh Yusuf, Hutan Wisata dan air terjun Malino, Wisata
Tirta Bili-bili, Danau Mawang dan sumber air panas di kecamatan Bungaya.
- Kehutanan Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa bahwa
potensi kehutanan yang ada di kawasan Hutan berupa kayu yaitu Kayu Rimba
Campuran, meranti, jati dan kayu indah potensi luas 13 500 ha dan potensi produksi
15 000 m3 , Getah Pinus 80 000 ton dan potensi luas 15 126 ha ( 8 377 ha di Kec
Tinggimoncong ) dan Rotan potensi produksi 5000 ton ( 267 ha di Kec
Tinggimoncong ). Disamping itu terdapat juga hasil non kayu lainnya Getah Damar
Mata Kucing, Damar Batu, Damar Kopal, Damar Pilan, Damar Rasak, Damar Daging
dan damar Gaharu. Hasil lainnya Madu, Gula aren Ijuk, Kemiri Kenari Asam, sutra
dan Kulit kayu manis.
B. Potensi Sumberdaya Air 1. Kondisi Sumberdaya air di Kabupaten Gowa
Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang merupakan salah satu DAS Prioritas
Nasional sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan bersama Menteri Dalam
Negeri, Menteri Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum No. 19 tahun 1984, No.
059/Kpts-II/1985 dan No. 124/Kpts/1984 yang dalam pengelolaannya perlu mendapat
perhatian khusus. Daerah Aliran Sungai ini merupakan daerah tangkapan air untuk
Dam serbaguna Bili-Bili yang dibangun untuk memenuhi kepentingan penyediaan air
minum bagi penduduk Kota Makassar, Sungguminasa dan sekitarnya, irigasi sawah di
daerah bagian hilir seluas ± 30.000 ha, pembangkit tenaga listrik dan sarana rekreasi.
Berdasarkan data tahun 2004 Balai Pengelola DAS Wilayah VII Makasar ada 7 DAS
(Daerah Aliran Sungai ) yang melintasi Kabupaten Gowa seperti pada table 3
5
Tabel 3. Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Gowa Tahun 2004 Luas (Ha)
No DAS Sub DAS Wilayah Lahan Kritis
1 Jeneberang Malino 8.320 1.611 Jeneberang Hulu 15.250 5.955 Jeneberang tengah 14.830 2.990 Lata 23.883 5.805 Jeneberang Hilir 37.330 0 2 Kelara Kelara Hulu 3.940 1.050 Karellowe 22.560 3.060 3 Tangka Tanggara 15.690 9.236 4 Pamukklu Pamukklu 6.280 1.300 5 Tamanroya Tamanroya 14.150 6.820 6 Maros Maros Hulu 6.120 0 7 Tallo Tallo 19.980 875
188.333 38.702 Sumber : BPDAS Wilayah VII Makassar
Pembangunan PLTA di Kabupaten Gowa bertujuan untuk pengembangan kelistrikan
terutama dalam rangka listrik masuk desa untuk 130 desa/kelurahan sedangkan.
pembangunan sektor irigasi di Kabupaten Gowa bertujuan untuk meningkatkan
produksi pangan dalam upaya mendukung kebijaksanaan Pemda Tk. I Sulawesi
Selatan.
PLTA dan bendungan Bili-Bili
Pembangunan irigasi dititik beratkan pada operasi dan pemeliharaan irigasi yang
sudah ada, peningkatan jaringan irigasi desa dan pembinaan Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A), serta pembangunan irigasi desa yang potensial. Saat ini, batas
elevasi air Bendungan Bili-Bili turun sekitar 14 meter dari elevasi normal 99,5 di atas
permukaan laut (dpl). Pada musim kemarau, suplai air dari Sungai Jeneberang hanya
1 kubik per detik. Padahal, kebutuhan air baku untuk keperluan air minum, di luar
irigasi, minimal 3 (tiga) kubik per detik.
6
Suplai air yang sangat kecil dari Sungai Jeneberang, menurut beberapa pakar
lingkungan, salah satunya disebabkan oleh penggundulan hutan di sekitar Daerah
Aliran Sungai (DAS) Jeneberang, yang termasuk dalam kawasan hutan lindung.
Akibatnya, lahan sekitar DAS tak mampu menyerap air sehingga memasuki kemarau,
debit air Sungai Jeneberang sangat minim.
Untuk mengantisipasi kekurangan air, pengelola bendungan berupaya mengatur
pengeluaran air sesuai kebutuhan. Yaitu untuk irigasi areal persawahan di Bili- Bili,
Kampili, dan Bisua 23.663 hektar (ha) serta untuk kebutuhan air baku seperti air
minum yang digunakan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Makassar 1,1 kubik
per detik.
Tabel 4. Kebutuhan Irigasi dan Area Pelayanan Irigasi
Saluran irigasi Kebutuhan irigasi (ha) Area Pelayanan Irigasi (ha) Bili-bili 7.050 2.360 Bissua 20.000 10.758 Kampili 18.450 10545 Total 45.500 23.663
Sumber : Pengelola Waduk Bili-Bili, 2004
Pemerintah Kabupaten/kota bertanggungjawab mengelola area irigasi di dalam 1
(satu) kabupaten/kota dengan luas kurang dari 1000 ha, pemerintah propinsi
bertanggung jawab mengelola area irigasi lintas Kabupaten / Kota dengan luas
antara 1000 – 3000 ha sedangkan apabila melintasi lebih dari 1 (satu) propinsi yang
bertanggungjawab untuk mengelola area irigasi dengan luas lebih dari 3000 ha adalah
pemerintah pusat.
2. Kelembagaan Sumberdaya Air
a. Peraturan
- Berdasarkan Undang-undang No 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
diseburkan bahwa pengelolaan sumberdaya air hendaknya dilakukan secara
koordinasi dengan mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan
para pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air. Koordinasi dibentuk
dalam suatu wadah yang beranggotakan unsur pemerintah dan unsur
nonpemerintah dan mempunyai tugas pokok menyusun dan merumuskan
7
kebijakan serta strategi pengelolaan sumber daya air. Wadah koordinasi ini
bentuknya berjenjang dimana untuk tingkat pusat berupa Dewan Sumberdaya Air
Nasinal, tingkat Propinsi Dewan Sumberdaya air propinsi dan tingkat Kabupaten
Dewan Sumberdaya Air Kabupaten.
- Berdasarkan Kepres No 83 tahun 2002 Tim Koordinasi terdiri dari Menko
Ekuin, Bapennas, Kimpraswil dan beberapa Departemen antara lain . Dalam
Negeri, Pertanian, Kehutanan, Lingkungan Hidup, Kesehatan, Perikanan dan
kelautan, Perindag, Perhubungan, Energi dan Mineral. Hingga saat ini, kebijakan
konsep pengelolaan air masih belum ada sehingga pada prakteknya pengelolaan
sumberdaya air ini dilaksanakan oleh pemerintah propinsi dan pemerintah
kabupaten
- Berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum No. 19 tahun 1984, No. 059/Kpts-
II/1985 dan No. 124/Kpts/1984 bahwa DAS Jeneberang merupakan prioritas
nasional dimana pengelolaannya perlu mendapat perhatian khusus
b. Organisasi
Pengelola sumberdaya air Kabupaten Gowa mengikutsertakan beberapa instansi
baik teknis maupun non teknis dimana masing-masing mempunyai misi dan tugas
pokok dan fungsinya .
Tabel 5. Tugas dan Fungsi instansi yang terkait Dalam Pengelolaan Sumberdaya Air
Di Kawasan Hutan Lindung
No
Instansi Tugas dan Fungsi Peran
1. BPDAS Jeneberang Wallanae, Sulsel
Menyusun rencana, evalusi pengemb pengelolaan DAS .
Menyusun rencana, evaluasi pengemb dan pengelolaan DAS
2 Dinas kehutanan Kabupaten Gowa
Pelaksana desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang Kehutanan
Menyusun rencana dan pelaksana kegiatan pengelolaan DAS di serta konservasi tanah dan air
3 PDAM Kabupaten Gowa
Menyediakan kebutuhan air minum untuk konsumen
Ppengelola air dlm pemanfaatan SDAuntuk keperluan air minum
4 PSDA Propinsi Mengelola SDA Prop , dgn mengoptimalkan kualitas pelayanan , merata dan berkelanjutan untuk kesejateraan masyarakat
� Mengelola. memanfaat kan air untuk kepentingan umum
� Mengoptimalkan kualitas pelay umum dan meningkat kan peran masyarakat dalam pengelolaan SDA
8
5 Proyek Induk Pelaksana kegiatan Pengembangan & Pengelolaan Sumber Air Jeneberang
Melaksanakan rehabilitasi sarana & prasaran pengairan, termasuk pengendalian dan pemanfaatan air sungai jeneberang
� Pelaksana rehabilitasi sarana prasarana pengairan
� Pelaksana penyedia air baku
� Pengembangan dan Pengelolaan sumberdaya air.
� Pengendalian banjir dan pengamanan pantai
6 UPTD Balai PSDA Wilayah Sungai jeneberang, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Penyelenggaraan operasional pelayanan umum untuk sumberdaya air, operasional pengelolaan & pemeliharaan sarana prasaran adan sumberdaya air.
� Pelaksana pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya air
� Memberi rekomtek dan ijin kepada pemakai SDA
� Pemeliharaan sarana pengairan
� Pengamanan pengendalian banjir/ pencemaran air, penanggulangan kekeringan
� Monev pengelolaan SDA
Di propinsi Sulawesi Selatan umumnya dan kabupaten Gowa khususnya telah
dibentuk Forum DAS, yang berperan dalan pengelolaan DAS dan pemanfaatan
sumberdaya air. Akan tetapi, forum ini masih belum berjalan dengan efektif karena
masih kurangnya koordinansi antara instansi terkait. Salah satu penyebabnya adalah
masing-masing instansi masih terkesan ego sektoral dan mementingkan kegiatan
instansinya dalam pengelolaan DAS serta sumberdaya air. Kedepan diharapkan,
peran forum DAS ini dapat berjalan efektif sehingga pengelolaan DAS secara
terpadu dapat diwujudkan.
c. Sumberdaya Manusia
Potensi SDM dari masing-masing institusi terkait dalam pengelolaan sumberdaya air
yang berkualitas dan profesional dalam menangani SDA belum terkoodinasi
mengingat program pengembangan SDM masih perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan kualitas sesuai dengan bidangnya. Instansi yang
menangani khusus pengelolaan DAS sudah mempunyai SDM yang dapat diandalkan
seperti Dinas PSDA ada SDM yang khusus menangani bidang kualitas air,
pengaturan air, pemanfaatan air, perijinan dan pengolah data hidrologi. Sementara
instansi lain seperti Dinas Kehutanan belum cukup jumlah SDM yang khusus
9
menangani bidang DAS dimana hanya ada 1 orang yang berpendidikan S2 dan 2
orang yang berpendidikan S1. Program pengembangan SDM dibidang SDA telah
dilakukan di Sulawesi Selatan diprakarsai oleh Kimpraswil dengan melibatkan
instansi terkait. Program yang dilakukan berupa pelatihan dan training tentang
pengelolaan SDA yang diikuti tidak kurang dari 25 orang.
C. Konservasi Di Kawasan HL Wilayah Sungai Jeneberang
Konversi maupun penggundulan hutan di daerah hulu sungai akan berpengaruh
terhadap kuantitas dan kualitas ketersediaan air di hilir sungai. Sehingga kegiatan
konvervasi adalah mutlak dilakukan baik oleh pihak pemerintah maupun masyarakat
local yang tinggal di sekitar kawasan hutan lindung. Konservasi kawasan hutan
lindung telah dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa, terkait dengan
pemanfaatan sumberdaya air yaitu Program GNRHL (2003 – 2007). Kegiatan
konservasi tersebut telah dilakukan pada beberapa lokasi seperti di table berikut :
Tabel 6. Program Rehabilitasi Lahan Dan Hutan di Wilayah Sungai Jeneberang,
Kabupaten Gowa (Than 2003 – 2004)
No Kegiatan Jumlah Lokasi (Kecamatan) 1 Rehabilitasi Hutan
a. Area (ha) b. Penyediaan bibit
1.075
537.500
Tinggimoncong, Bungaya
2 Perbaikan kontruksi sumur 24 Tinggimoncong, Bungaya, Parangloe 3 Seedling
a. Volume (unit) b. Produksi (bibit)
19.75
3.585.000
Tinggimoncong, Bungaya, Parangloe, Bontomarannu, Barombong, Sombaopu
4 Kontruksi Chek Dam a. Unit b. Panjang Dam
37
34.38
Tinggimoncong, Bungaya, Parangloe
5 Rehabilitasi Hutan a. Area (ha) b. Kebutuhan bibit
2.95
5.900.000
Tinggimoncong, Bungaya
Sumber : Dinas Kehutanan kabupaten Gowa, 2004.
Kegiatan konservasi di kawasan hutan lindung di sepanjang sungai jenebarang juga
dilaksanakan oleh lembaga yang ada dimasyarakat dengan melakukan kegiatan
rehabiltasi hutan,
10
a. Kelompok Tani Hutan (KTH)
Yang mendorong pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH) ini adalah Dinas
Kehutanan dalam pengembangan kegiatan social forestry. Yang menjadi anggota dari
KTH adalah sekelompok masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan
hutan lindung dan diijinkan untuk mengelola lahan secara khusus. Jenis tanaman yang
ditanam oleh KTH adalah 70% tanaman hutan dan 30% MPTS (Multi Purpose Tree
Species) seperti petai, nangka, kopi, sukun dan lain-lain.
b. Kelompok Tani Penghijauan (KTP)
Kelompok Tani ini merupakan sekelompok masyarakat yang menaruh perhatian
terhadap kegiatan rehabilitasi di luar kawasan hutan. Jenis tanaman yang dikelola
adalah jenis tanaman yang mereka butuhkan.
c. Kelompok Pelestari Sumberdaya Alam (KPSA)
Secara organisasi, kelompok ini memiliki jaringan yang lebih luas yaitu secara
nasional dan meliputi beberapa aspek seperti pertanian, kehutanan, perkebunan dan
perikanan. Untuk wilayah sungai Jeneberang, KPSA berlokasi di Malino Kabupaten
Gowa.
D. Pemanfaatan Sumberdaya Air di DAS Jeneberang.
Berdasarkan laporan dari Dinas PU dan Pengairan Kabupaten Gowa pemanfaatan air
dari sungai Jeneberang disamping untuk konsumsi rumah tangga dan irigasi juga
untuk konsumsi industri. Tercatat pengguna air terbesar dari sungai Jeneberang yang
ditampung oleh Waduk / Dam Bili-Bili diKabupaten Gowa antara lain :
a. PDAM Makassar
b. PDAM Gowa
c. Pabrik Gula di Kabupaten Takalar (PT. Perkebunan Musantara IV).
d. Pabrik kertas di kabupaten Gowa.
Diantara para pengguna tersebut diatas, yang paling banyak memanfatkan air adalah
PDAM Makassar terutama untuk konsumsi rumah tangga. Dari total produksi air
bersih yang dihasilkan, sebanyak 2.340 liter/detik dimanfaatkan oleh PDAM
11
Makassar sebesar ± 53% per tahun Kebutuhan air bersih untuk masyarakat kota
Makassar disupply dari sungai Jeneberang dan sungai Maros. PDAM Makassar
memeiliki 5 Instalasi Pengelolaan Air (IPA) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Makassar.
Table 7. Daftar Instalasi Pengelolaan Air IPA dan Kapasitasnya
No IPA Sumber Air Kapasitas IPA (Liter/detik)
Tahun Operasi
1 Ratulangi Jeneberang 50 1924 2 Panaikang Maros 1.000 1977 3 Antang Maros 90 1985,1992,2003 4 Maccini Sombala Jeneberang 200 1994 5 Somba Opu Jeneberang 1.000 2001
Total 2.340 Sumber . Anonim 2004 ( JICA )
Sedangkan kebutuhan air masyarakat Kabupaten Gowa, disupply dari PDAM Gowa
dengan sumber air yang berasal dari sungai Jeneberang. Sedangkan 5 unit IPA milik
PDAM Gowa seperti tersebut pada Tabel 8 dibawah ini :
Tabel 8. daftar Instalasi Pengelolaan Air (IPA) yang dimiliki PDAM Gowa
No IPA Sumber Air Kapasitas IPA (Liter/detik)
1 Bajeng Jeneberang 20 2 Borong Loe Jeneberang 20 3 Malino Jeneberang 10 4 Tompo Balang Jeneberang 40 5 Pandang-pandang Jeneberang 200 Total 290 Sumber . Anonim 2004 ( JICA )
Pemanfaatan dari sungai Jeneberang ditampung dalam waduk Dam Bili-bili, yang
selanjutnya dialirkan pada 3 (tiga) cabang saluran irigasi yaitu :
1. Saluran irigasi Bili-bili
2. Saluran irigasi Bissua
3. Saluran Irigasi Kampili.
12
Pemanfaatan air sungai Jeneberang dari saluran irigasi Bissua oleh sebagian para
petani untuk irigasi dan untuk pabrik kertas di Kabupaten Gowa dan pabrik gula di
Kabupaten Takalar.
Para petani yang memanfaatkan sumber air dari sungai Jeneberang tergabung dalam
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang berada di bawah pembinaan Dinas
PSDA Propinsi Sulawesi Selatan. Hingga saat ini jumlah Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A) mencapai 307 yang tergabung dalam Gabungan Perkumpulan
Pemakai Air (GP3A) yang berjumlah 28 meliputi 426 blok irigasi.
Tabel 9. Distribusi P3A dan Area Irigasi
Saluran Irigasi Jumlah Blok Irigasi
Area Irigasi (Ha)
P3A GP3A
Bili-bili 54 2.380,8 20 4 Bissua 165 10.572,7 126 11 Kampili 207 10.464,6 161 13 426 23.414,1 307 28
Sumber . Anonim 2004 ( JICA )
E. Proses Pemanfaatan Sumberdaya Air
1. Prosedur Pemanfaatan Air Dari Sungai Jeneberang
Prosedur permintaan kebutuhan air untuk tujuan irigasi pertanian, dimulai dari
permohonan pengajuan permintaan masing-masing petani yang tergabung dalam
Kelompok Petani Pemakai Air (P3A ) yang diawali dengan membuat kesepakatan-
kesepakatan rencana tata tanam tahunan. Prosedur penyusunan rencana tata tanam
tahunan terdiri dari :
a Para petani yang tergabung dalam Kelompok P3A mengadakan pertemuan untuk
menentukan rencana tata tanam.
b Selanjutnya hasil pertemuan akan dibawa ke Gabungan P3A, yang akan dibahas
dan disepakati masing-masing P3A.
c Hasil kesepakatan tersebut akan dibawa ke tingkat kabupaten, untuk menentukan
rencana tanam global.
13
d Selanjutnya diadakan pertemuan seluruh Gabungan P3A yang difasilitasi oleh PU
Pengairan. Pertemuan Gabungan P3A akan memberikan informasi kepada
instansi terkait seperti : (1) Ketersediaan air, (2) Rencana pemeliharaan jaringan
irigasi oleh PU Pengairan, (3) bibit unggul yang akan ditanam, (4) Hama penyakit
tanaman dan lain-lain.
e Hasil kesepakatan tersebut akan disosialisasikan ke masing-masing P3A dan
masing-masing petani.
Setelah rencana tata tanam tahunan disepakati, petani akan mengajukan keperluan air
untuk keperluan irigasi sawahnya. Prosedur permohonan pemanfaatan dan
permintaan air berbeda antara Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar.seperti
diuraikan sebagai berikut:
Kabupaten Gowa
a. Masing-masing petani dalam P3A mengajukan permintaan air untuk keperluan
irigasi sawah. Selanjutnya digabungkan dengan jumlah seluruh permintaan petani
akan air dalam satu kelompok P3A.
b. Masing-masing kelompok P3A mengajukan permintaan air untuk selanjutnya
digabung dalam Gabungan P3A. selanjutnya memberikan konfirmasi kepada juru
pengairan wilayah setempat. ( UPT Dinas PU Wilayah )
c. Permohonan permintaan air masing-masing Gabungan P3A, dari setiap
Kecamatan diajukan kepada PSDA Kabupaten Gowa. Selanjutnya bekerjasama
dengan konsultan untuk membuat pertimbangan akan permohonan permintaan air
untuk irigasi.
d. Kemudian hasil kesepakatan yang ada diajukan kepada UPTD Balai PSDA
Wilayah Sungai Jeneberang. Instansi ini akan memberikan rekomendasi teknis
kepada Pengelola Waduk Bili-Bili.
e. Pengelola Waduk Bili-bili akan mempertimbangkan keperluan irigasi dengan
supply yang tersedia di waduk Bili-bili. Apabila Pengelola waduk Bili-bili sudah
menyetujui permintaan air, segera permintaan air akan irigasi dapat dialirkan
(Gambar 1).
14
Kabupaten Takalar
a Masing-masing petani dalam P3A mengajukan permintaan air untuk keperluan
irigasi sawah. Selanjutnya digabungkan dengan jumlah seluruh permintaan petani
akan air dalam satu kelompok P3A.
b Masing-masing kelompok P3A mengajukan permintaan air untuk selanjutnya
digabung dalam Gabungan P3A.
c Gabungan P3A memberikan konfirmasi kepada juru pengairan wilayah setempat
yaitu Juru Pengairan (Palleko)
d Kemudian hasil kesepakatan yang ada diajukan kepada Sub Dinas Pengairan
Kabupaten Takalar.
e Selanjutnya Sub Dinas Pengairan akan mengajukan permintaan air kepada UPTD
Balai PSDA Wilayah Sungai Jeneberang. Instansi ini selanjutnya akan
memberikan rekomendasi teknis kepada Pengelola Waduk Bili-Bili,
f Pengelola Waduk Bili-bili akan mempertimbangkan keperluan irigasi dengan
supply yang tersedia di waduk Bili-bili. Apabila Pengelola waduk Bili-bili sudah
menyetujui permintaan air, segera permintaan air akan irigasi dapat dialirkan
(Gambar 1).
15
Gambar 1. Prosedur Permintaan Air Untuk Keperluan Irigasi Dari waduk Bili-bili
Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar.
Pengelola Waduk Bili-bili
UPTD Balai PSDA Wilayah Sungai Jeneberang PDAM
Konsultan Sub Dinas Pengairan Kab.
Takalar
PSDA Kab Gowa
Bili-bili Kampili Bissua
UPTD PSDA Juru Pengairan
(Kecamatan)
GP3A GP3A
P3A P3A
Petani Pemakai Air ……………………..Petani Pemakai Air
Juru Pengairan
Gambar 1. Prosedur Permintaan Air Untuk Keperluan Irigasi dar i Waduk Bili-bili
Keterangan:
Permintaan
Pemberian
Koordinasi
16
2. Prosedur Pemanfaatan Air oleh Masyarakat dari HL
Pemanfaatan air oleh masyarakat sekitar HL dapat dilakukan langsung dengan
melalui proses pencarian sumber mata air baik secara berkelompok maupun per
orangan. Dari hasil wawancara dengan beberapa responden dilokasi penelitian
menunjukkan bahwa penyaluran air dari bak-bak penampungan di HL yang dibuat
secara berkelompok dilakukan dengan menggunakan pipa2 air langsung kerumah-
rumah. Di desa Batulapisi Kecamatan Tinggimoncong tidak terdapat kelompok tani,
akan tetapi mereka memanfaatkan air dari hutan lindung secara swadaya dalam
kelompok-kelompok yang berjumlah 4 hingga 6 KK. Sedangkan di desa Majannang
dan desa Bulutanna, kecamatan Tinggimoncong terdapat kelembagaan berupa
Kelompok Tani Hutan (KTH) yang berjumlah 15 hingga 20 orang. Pada umumnya
kepemilihan lahan, berkisar antara 0,5 hingga 3 ha/KK. Di desa Majannang,
pemanfaatan air dari hutan lindung dibantu oleh pemda Propinsi Sulsel berupa pipa-
pipa besi yang mengalirkan air dari hutan lindung ke desa tersebut.
Kesimpulan
1. Pembangunan bidang kehutanan Kabupaten Gowa dititikberatkan pada program
optimalisasi fungsi hutan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan baik segi
ekonomi ekologi maupun sosial budaya masyarakat.
2. Potensi sumberdaya alam di Kabupaten Gowa dimanfaatkan untuk pertanian-
tanaman pangan seperti persawahan seluas 28.828 hektare dengan jenis tanaman
berupa padi, jagung, kedelai dan hortikultura. Pariwisata antara lain Benteng Somba
Opu, Makam raja-raja Gowa, Hutan Wisata dan air terjun Malino, Wisata Tirta Bili-
bili, Danau Mawang dan sumber air panas di kecamatan Bungaya. Kehutanan berupa
kayu Rimba Campuran, meranti, jati dan kayu indah , getah pinus dan damar, rotan, .
Madu, Gula aren Ijuk, Kemiri Kenari Asam, sutra dan Kulit kayu manis.
3. Potensi sumberdaya air yang ada di Kab Gowa ada yang dimanfaatkan langsung oleh
masyarakat dari sumbermata air di HL, dari sungai jeberang dimanfaatkan dibagian
hilir untuk irigasi, industri gula dan rumah tangga melalui PDAM yang bersumber
dari penampungan waduk / Dan Bili-bili.
17
4. Pengelola sumberdaya air melibatkan beberapa stakeholder antara lain Dinas PU dan
Pengairan Kabupaten, BPDAS, UPTD BPSDA dan PDAM dengan tugas dan
fungsinya masing-masing.
5. Ada kelembagaan dimasyarakat maupun stakeholder dalam menjaga kelestarian hutan
sebagai sumber air melalui tata tanam tahunan yang dilakukan oleh kelompok tani
sebelum mengajukan permohonan perijinan penggunaan air terutama untuk irigasi.
Daftar Pustaka.
Anonim. 2004, Laporan Tahunan Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa
2004, Data dan Informasi Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa
2004, Pelaksanaan GNRHL di Sulawesi selatan Dan Sulawesi Barat
2002, Struktur Organisasi dan Uraian Tugas UPTD BPSDA Wilayah Sungai
Jeneberang Sulawesi Selatan.
2004, The Study On Capasity Development For Jeneberang River Basin
Management In The Republic of Indonesia. JICA and Dirjen of Water
Resources