Info Potensi SDA Gowa

18
0 Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Air di Daerah Aliran Sungai Jeneberang Dan Kawasan Hutan Lindung (Studi Kasus di Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan) Oleh : (Sylviani dan Elvida Yosefi S) Ringkasan Pembangunan bidang kehutanan Kabupaten Gowa dititikberatkan pada program optimalisasi fungsi hutan melalui kegiatan rehabilitasi hutan baik segi ekonomi ekologi maupun sosial budaya masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelembagaan, potensi dan pemanfaatan sumberdaya air. Potensi sumberdaya air di Kab Gowa ada yang dimanfaatkan langsung oleh masyarakat dari sumbermata air di dalam kawasan HL dan dari sungai Jeberang melalui penampungan waduk / Dam Bili-bili yang dimanfaatkan untuk saluran irigasi, industri gula dan rumah tangga dibagian hilir melalui PDAM Pengelolaan sumberdaya air melibatkan beberapa stakeholder antara lain Dinas PU dan Pengairan Kabupaten, BPDAS, UPTD BPSDA dan PDAM dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Terdapat kelembagaan pada masyarakat lokal dalam menjaga kelestarian hutan sebagai sumber air melalui tata tanam tahunan yang dilakukan oleh kelompok tani sebelum mengajukan permohonan perijinan penggunaan air terutama untuk irigasi Kata kunci : Kelembagaan, Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Air. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kehutanan Kabupaten Gowa dititikberatkan pada program optimalisasi fungsi hutan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan baik segi ekonomi ekologi maupun sosial budaya masyarakat. Dengan visi dan misi terwujudnya kelestarian hutan melalui pengelolaan yang profesional diharapkan pengelolaan hutan berjalan sesuai dengan arah kebijakan pembangunan secara nasional. Luas wilayah Kabupaten Gowa 1.883,33 km 2 dengan jarak sekitar 6 km dari ibukota Makasar atau 3 % dari luas propinsi Sulawesi Selatan. Sebelah utara berbatasan denagan kotamadya Makassar , Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone. Sebelah selatan dengan Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto. Sebelah timur dengan Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba,dan Kabupaten Bantaeng. Wilayah Administrastif Kabupaten Gowa terbagi atas sembilan kecamatan, 130 desa/kelurahan, dan dua wilayah pembantu Bupati. Berdasarkan ekologi dan

Transcript of Info Potensi SDA Gowa

Page 1: Info Potensi SDA Gowa

0

Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Air

di Daerah Aliran Sungai Jeneberang Dan Kawasan Hutan Lindung

(Studi Kasus di Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan)

Oleh : (Sylviani dan Elvida Yosefi S)

Ringkasan

Pembangunan bidang kehutanan Kabupaten Gowa dititikberatkan pada program optimalisasi fungsi hutan melalui kegiatan rehabilitasi hutan baik segi ekonomi ekologi maupun sosial budaya masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelembagaan, potensi dan pemanfaatan sumberdaya air. Potensi sumberdaya air di Kab Gowa ada yang dimanfaatkan langsung oleh masyarakat dari sumbermata air di dalam kawasan HL dan dari sungai Jeberang melalui penampungan waduk / Dam Bili-bili yang dimanfaatkan untuk saluran irigasi, industri gula dan rumah tangga dibagian hilir melalui PDAM

Pengelolaan sumberdaya air melibatkan beberapa stakeholder antara lain Dinas PU dan Pengairan Kabupaten, BPDAS, UPTD BPSDA dan PDAM dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

Terdapat kelembagaan pada masyarakat lokal dalam menjaga kelestarian hutan sebagai sumber air melalui tata tanam tahunan yang dilakukan oleh kelompok tani sebelum mengajukan permohonan perijinan penggunaan air terutama untuk irigasi Kata kunci : Kelembagaan, Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Air.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan bidang kehutanan Kabupaten Gowa dititikberatkan pada

program optimalisasi fungsi hutan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan

baik segi ekonomi ekologi maupun sosial budaya masyarakat. Dengan visi dan misi

terwujudnya kelestarian hutan melalui pengelolaan yang profesional diharapkan

pengelolaan hutan berjalan sesuai dengan arah kebijakan pembangunan secara

nasional. Luas wilayah Kabupaten Gowa 1.883,33 km 2 dengan jarak sekitar 6 km

dari ibukota Makasar atau 3 % dari luas propinsi Sulawesi Selatan. Sebelah utara

berbatasan denagan kotamadya Makassar , Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone.

Sebelah selatan dengan Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto. Sebelah

timur dengan Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba,dan Kabupaten Bantaeng.

Wilayah Administrastif Kabupaten Gowa terbagi atas sembilan kecamatan, 130

desa/kelurahan, dan dua wilayah pembantu Bupati. Berdasarkan ekologi dan

Page 2: Info Potensi SDA Gowa

1

potensi pengembangannya, kabupaten Gowa dibagi kedalam tiga wilayah

pembangunan pertama, wilayah utara meliputi kecamatan Somba Opu dan

Kecamatan Bontomarannu,. kedua wilayah timur meliputi Kecamatan Parangloe,

Kecamatan Tinggimoncong, Kecamatan Tompobulu, dan Kecamatan Bungaya.

ketiga wilayah barat meliputi Kecamatan Pallangga. Kecamatan Bajeng, dan

Kecamatan Bontonompo.

Luas kawasan hutan Kabupaten Gowa tercatat 63 099 ha atau 2 % dari luas

kawasan hutan propinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan luas kawasan hutan lindung

Kabupaten Gowa 24 226 ha atau 1,2 % dari kawasan hutan lindung propinsi. Sebaran

luas hutan lindung di Kabupaten Gowa berdasarkan kecamatan sebagai tercantum

dalam tabel 1 Sampai dengan tahun 2004 realisasi luas hutan dan lahan yang

direhabilitasi dilingkungan Daerah Aliran Sungai ( DAS ) bagian hulu di sekitar

daerah tangkapan air di kawasan Hutan Lindung Kabupaten Gowa seluas 332,5 ha

atau 95 % dengan jenis MPTS dan bertujuan untuk pengamanan waduk serta Dam

Bili-Bili.

Tabel 1. Luas dan Fungsi Kawasan Hutan per Kecamatan berdasarkan Peta Paduserasi Kabupaten Gowa 2004

Fungsi Kawasan hutan (Ha) No Kecamatan

Luas (Ha)

Luas Kawasan hutan

Lindung Prod Tbs

Prod Biasa

Wisat Alam

APL

1 Tombolo Pao 25.182 12.179 6.220 8.540 12.963 2 Tinggimoncong 27.563 9.693 3.190 5.840 3.309 15.660 3 Tompobulu 13.299 3.050 463 2.587 9.736 4 Biringbulu 21.839 15.292 4.190 3.355 3.010 5.264 5 Bungaya 31.799 14.140 6.520 3.620 3.510 17.659 6 Parangloe 31.316 7.413 3.643 2.360 1.410 9.607 7 Bontommaranu 13.759 1.332 1.332 11.095 8 Bontonompo 5.963 9 Bajeng 7.913 10 Pallanga 4.829 11 Sombaopu 2.809 12 Barombong 2.062

Jumlah 188.333 63.099 24.226 26302 9.262 3.309 81.984

Sumber : Data dan Informasi Kehutanan Kabupaten Gowa, Tahun 2004

Dari luas kawasan HL tersebut penutupan vegetasi hutan terdiri dari Hutan lahan

kering sekunder 13 011 ha, semak belukar 3 931 ha, Tanah terbuka 651 ha, perluasan

Page 3: Info Potensi SDA Gowa

2

lahan kering dan semak 3 056 ha, Pertanian lahan kering 51 ha dan sisanya Awan

3 526 ha.

B. Maksud dan Tujuan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan pemanfaatan

sumberdaya air Sungai Jeneberang serta kelembagaan pengelolaan sumberdaya air di

kawasan hutan lindung dengan mengidentifikasi pertama pengguna air dan proses

perijinan pemanfaatan air permukaan, kedua instansi yang terkait dalam pengelolaan

sumberdaya air dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan

sumberdaya air serta sumberdaya manusia yang mendukung kegiatan tersebut. .

II. METODE PENELITIAN.

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan hutan lindung di sub DAS Jeneberang. desa

Batulapisi, desa Majannang dan desa Bulutanna Kecamatan Tinggimoncong

Kabupaten Gowa , dimana masyarakat sekitar memanfaatkan sumber air dari hutan

lindung baik untuk konsumsi rumah tangga maupun irigasi secara swadaya atau

berkelompok.

B. Pengumpulan Data

Data sekunder dari Dinas Kehutanan antara lain luas kawasan HL peta kawasan HL,

kegiatan rehabilitasi dan data lainnya. BPDAS Jeneberang data kegiatan yang

dilakukan pada lingkungan daerah DAS hulu. PDAM data tentang pengguna air dan

sumber pengambilan air. Dinas PU dan Pengairan data tentang jumlah pemakai air

baik industri maupun rumah tangga. UPTD BPSDA Wilayah sungai Jeneberang data

tentang proses permohonan pengambilan dan pemanfaatan air serta tugas pokok dan

fungsi institusi 2 tersebut dalam pengelolaan HL Sedangkan data primer diperoleh

dari masyarakat yang berada disekitar HL pada lokasi sampel..

C. Analisa Data

Pengolahan data dilakukan secara sederhana melalui tabulasi dengan mengidentifikasi

semua stakeholder yang terkait dengan pengelolaan HL dan pengelolaan Sumberdaya

Air selanjutnya mengklasifikasikan tugas pokok dan fungsinya. Data primer dari

Page 4: Info Potensi SDA Gowa

3

beberapa responden diolah untuk mengetahui bagaimana cara memanfaatkan air dari

HL. Hasil pengolahan data selanjutnya dibahas dan dianalisa secara kualitatif dan

diskriftif.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Potensi Sumberdaya Alam Sumberdaya alam hutan, tanah dan air merupakan modal dasar pembangunan yang

perlu dikelola dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat

tanpa merugikan kelestarian potensi sumberdaya alam tersebut. Salah satu upaya

pelestarian potensi sumberdaya alam tersebut adalah pemeliharaan kesuburan dan

peningkatan produktivitas lahan sehingga dalam jangka panjang, mampu mendukung

segala aktivitas manusia diatasnya. Pelestarian produktivitas tanah ini dapat dilakukan

melalui rehabilitasi lahan-lahan kritis dan melaksanakan teknik-teknik konservasi

tanah yang benar dalam pemanfaatan dan pengolahan tanah. Potensi SDA yang dapat

dimanfaatkan di Kabupaten Gowa antara lain:

- Pertanian

Potensi pertanian tanaman pangan yang dimiliki Kabupaten Gowa menempatkan

daerah ini pada posisi yang sejajar dengan daerah tingkat II lainnya di Sulawesi

Selatan. Daerah ini memiliki areal persawahan seluas 28.828 hektare dengan potensi

Irigasi seluas 16.773 hektare baku sawah, atau sekitar 56% dari luas persawahan yang

ada. Tanaman pangan yang dikembangkan diantaranya padi, jagung, kedelai dan

hortikultura yang tersebar pada kawasan potensial.

- Pariwisata

Dalan rangka mengembangkan dan menggali potensi pariwisata di Kabupaten Gowa,

pemerintah daerah telah mengeluarkan kebijakan dengan dibentuknya Dinas

Pariwisata dengan maksud disamping untuk menghasilkan PAD melalui dispenda

setempat juga untuk memanfaatkan peluang kunjungan bagi turis manca negara.

Pemda Gowa telah mengembangkan berbagai obyek wisata antara lain Benteng

Page 5: Info Potensi SDA Gowa

4

Somba Opu, pengembangan dan perluasan Balla Lompoa, Makam raja-raja Gowa,

Makam pahlawan nasional Syekh Yusuf, Hutan Wisata dan air terjun Malino, Wisata

Tirta Bili-bili, Danau Mawang dan sumber air panas di kecamatan Bungaya.

- Kehutanan Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa bahwa

potensi kehutanan yang ada di kawasan Hutan berupa kayu yaitu Kayu Rimba

Campuran, meranti, jati dan kayu indah potensi luas 13 500 ha dan potensi produksi

15 000 m3 , Getah Pinus 80 000 ton dan potensi luas 15 126 ha ( 8 377 ha di Kec

Tinggimoncong ) dan Rotan potensi produksi 5000 ton ( 267 ha di Kec

Tinggimoncong ). Disamping itu terdapat juga hasil non kayu lainnya Getah Damar

Mata Kucing, Damar Batu, Damar Kopal, Damar Pilan, Damar Rasak, Damar Daging

dan damar Gaharu. Hasil lainnya Madu, Gula aren Ijuk, Kemiri Kenari Asam, sutra

dan Kulit kayu manis.

B. Potensi Sumberdaya Air 1. Kondisi Sumberdaya air di Kabupaten Gowa

Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang merupakan salah satu DAS Prioritas

Nasional sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan bersama Menteri Dalam

Negeri, Menteri Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum No. 19 tahun 1984, No.

059/Kpts-II/1985 dan No. 124/Kpts/1984 yang dalam pengelolaannya perlu mendapat

perhatian khusus. Daerah Aliran Sungai ini merupakan daerah tangkapan air untuk

Dam serbaguna Bili-Bili yang dibangun untuk memenuhi kepentingan penyediaan air

minum bagi penduduk Kota Makassar, Sungguminasa dan sekitarnya, irigasi sawah di

daerah bagian hilir seluas ± 30.000 ha, pembangkit tenaga listrik dan sarana rekreasi.

Berdasarkan data tahun 2004 Balai Pengelola DAS Wilayah VII Makasar ada 7 DAS

(Daerah Aliran Sungai ) yang melintasi Kabupaten Gowa seperti pada table 3

Page 6: Info Potensi SDA Gowa

5

Tabel 3. Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Gowa Tahun 2004 Luas (Ha)

No DAS Sub DAS Wilayah Lahan Kritis

1 Jeneberang Malino 8.320 1.611 Jeneberang Hulu 15.250 5.955 Jeneberang tengah 14.830 2.990 Lata 23.883 5.805 Jeneberang Hilir 37.330 0 2 Kelara Kelara Hulu 3.940 1.050 Karellowe 22.560 3.060 3 Tangka Tanggara 15.690 9.236 4 Pamukklu Pamukklu 6.280 1.300 5 Tamanroya Tamanroya 14.150 6.820 6 Maros Maros Hulu 6.120 0 7 Tallo Tallo 19.980 875

188.333 38.702 Sumber : BPDAS Wilayah VII Makassar

Pembangunan PLTA di Kabupaten Gowa bertujuan untuk pengembangan kelistrikan

terutama dalam rangka listrik masuk desa untuk 130 desa/kelurahan sedangkan.

pembangunan sektor irigasi di Kabupaten Gowa bertujuan untuk meningkatkan

produksi pangan dalam upaya mendukung kebijaksanaan Pemda Tk. I Sulawesi

Selatan.

PLTA dan bendungan Bili-Bili

Pembangunan irigasi dititik beratkan pada operasi dan pemeliharaan irigasi yang

sudah ada, peningkatan jaringan irigasi desa dan pembinaan Perkumpulan Petani

Pemakai Air (P3A), serta pembangunan irigasi desa yang potensial. Saat ini, batas

elevasi air Bendungan Bili-Bili turun sekitar 14 meter dari elevasi normal 99,5 di atas

permukaan laut (dpl). Pada musim kemarau, suplai air dari Sungai Jeneberang hanya

1 kubik per detik. Padahal, kebutuhan air baku untuk keperluan air minum, di luar

irigasi, minimal 3 (tiga) kubik per detik.

Page 7: Info Potensi SDA Gowa

6

Suplai air yang sangat kecil dari Sungai Jeneberang, menurut beberapa pakar

lingkungan, salah satunya disebabkan oleh penggundulan hutan di sekitar Daerah

Aliran Sungai (DAS) Jeneberang, yang termasuk dalam kawasan hutan lindung.

Akibatnya, lahan sekitar DAS tak mampu menyerap air sehingga memasuki kemarau,

debit air Sungai Jeneberang sangat minim.

Untuk mengantisipasi kekurangan air, pengelola bendungan berupaya mengatur

pengeluaran air sesuai kebutuhan. Yaitu untuk irigasi areal persawahan di Bili- Bili,

Kampili, dan Bisua 23.663 hektar (ha) serta untuk kebutuhan air baku seperti air

minum yang digunakan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Makassar 1,1 kubik

per detik.

Tabel 4. Kebutuhan Irigasi dan Area Pelayanan Irigasi

Saluran irigasi Kebutuhan irigasi (ha) Area Pelayanan Irigasi (ha) Bili-bili 7.050 2.360 Bissua 20.000 10.758 Kampili 18.450 10545 Total 45.500 23.663

Sumber : Pengelola Waduk Bili-Bili, 2004

Pemerintah Kabupaten/kota bertanggungjawab mengelola area irigasi di dalam 1

(satu) kabupaten/kota dengan luas kurang dari 1000 ha, pemerintah propinsi

bertanggung jawab mengelola area irigasi lintas Kabupaten / Kota dengan luas

antara 1000 – 3000 ha sedangkan apabila melintasi lebih dari 1 (satu) propinsi yang

bertanggungjawab untuk mengelola area irigasi dengan luas lebih dari 3000 ha adalah

pemerintah pusat.

2. Kelembagaan Sumberdaya Air

a. Peraturan

- Berdasarkan Undang-undang No 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air

diseburkan bahwa pengelolaan sumberdaya air hendaknya dilakukan secara

koordinasi dengan mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan

para pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air. Koordinasi dibentuk

dalam suatu wadah yang beranggotakan unsur pemerintah dan unsur

nonpemerintah dan mempunyai tugas pokok menyusun dan merumuskan

Page 8: Info Potensi SDA Gowa

7

kebijakan serta strategi pengelolaan sumber daya air. Wadah koordinasi ini

bentuknya berjenjang dimana untuk tingkat pusat berupa Dewan Sumberdaya Air

Nasinal, tingkat Propinsi Dewan Sumberdaya air propinsi dan tingkat Kabupaten

Dewan Sumberdaya Air Kabupaten.

- Berdasarkan Kepres No 83 tahun 2002 Tim Koordinasi terdiri dari Menko

Ekuin, Bapennas, Kimpraswil dan beberapa Departemen antara lain . Dalam

Negeri, Pertanian, Kehutanan, Lingkungan Hidup, Kesehatan, Perikanan dan

kelautan, Perindag, Perhubungan, Energi dan Mineral. Hingga saat ini, kebijakan

konsep pengelolaan air masih belum ada sehingga pada prakteknya pengelolaan

sumberdaya air ini dilaksanakan oleh pemerintah propinsi dan pemerintah

kabupaten

- Berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri

Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum No. 19 tahun 1984, No. 059/Kpts-

II/1985 dan No. 124/Kpts/1984 bahwa DAS Jeneberang merupakan prioritas

nasional dimana pengelolaannya perlu mendapat perhatian khusus

b. Organisasi

Pengelola sumberdaya air Kabupaten Gowa mengikutsertakan beberapa instansi

baik teknis maupun non teknis dimana masing-masing mempunyai misi dan tugas

pokok dan fungsinya .

Tabel 5. Tugas dan Fungsi instansi yang terkait Dalam Pengelolaan Sumberdaya Air

Di Kawasan Hutan Lindung

No

Instansi Tugas dan Fungsi Peran

1. BPDAS Jeneberang Wallanae, Sulsel

Menyusun rencana, evalusi pengemb pengelolaan DAS .

Menyusun rencana, evaluasi pengemb dan pengelolaan DAS

2 Dinas kehutanan Kabupaten Gowa

Pelaksana desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang Kehutanan

Menyusun rencana dan pelaksana kegiatan pengelolaan DAS di serta konservasi tanah dan air

3 PDAM Kabupaten Gowa

Menyediakan kebutuhan air minum untuk konsumen

Ppengelola air dlm pemanfaatan SDAuntuk keperluan air minum

4 PSDA Propinsi Mengelola SDA Prop , dgn mengoptimalkan kualitas pelayanan , merata dan berkelanjutan untuk kesejateraan masyarakat

� Mengelola. memanfaat kan air untuk kepentingan umum

� Mengoptimalkan kualitas pelay umum dan meningkat kan peran masyarakat dalam pengelolaan SDA

Page 9: Info Potensi SDA Gowa

8

5 Proyek Induk Pelaksana kegiatan Pengembangan & Pengelolaan Sumber Air Jeneberang

Melaksanakan rehabilitasi sarana & prasaran pengairan, termasuk pengendalian dan pemanfaatan air sungai jeneberang

� Pelaksana rehabilitasi sarana prasarana pengairan

� Pelaksana penyedia air baku

� Pengembangan dan Pengelolaan sumberdaya air.

� Pengendalian banjir dan pengamanan pantai

6 UPTD Balai PSDA Wilayah Sungai jeneberang, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Penyelenggaraan operasional pelayanan umum untuk sumberdaya air, operasional pengelolaan & pemeliharaan sarana prasaran adan sumberdaya air.

� Pelaksana pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya air

� Memberi rekomtek dan ijin kepada pemakai SDA

� Pemeliharaan sarana pengairan

� Pengamanan pengendalian banjir/ pencemaran air, penanggulangan kekeringan

� Monev pengelolaan SDA

Di propinsi Sulawesi Selatan umumnya dan kabupaten Gowa khususnya telah

dibentuk Forum DAS, yang berperan dalan pengelolaan DAS dan pemanfaatan

sumberdaya air. Akan tetapi, forum ini masih belum berjalan dengan efektif karena

masih kurangnya koordinansi antara instansi terkait. Salah satu penyebabnya adalah

masing-masing instansi masih terkesan ego sektoral dan mementingkan kegiatan

instansinya dalam pengelolaan DAS serta sumberdaya air. Kedepan diharapkan,

peran forum DAS ini dapat berjalan efektif sehingga pengelolaan DAS secara

terpadu dapat diwujudkan.

c. Sumberdaya Manusia

Potensi SDM dari masing-masing institusi terkait dalam pengelolaan sumberdaya air

yang berkualitas dan profesional dalam menangani SDA belum terkoodinasi

mengingat program pengembangan SDM masih perlu dilakukan dalam rangka

meningkatkan kemampuan dan kualitas sesuai dengan bidangnya. Instansi yang

menangani khusus pengelolaan DAS sudah mempunyai SDM yang dapat diandalkan

seperti Dinas PSDA ada SDM yang khusus menangani bidang kualitas air,

pengaturan air, pemanfaatan air, perijinan dan pengolah data hidrologi. Sementara

instansi lain seperti Dinas Kehutanan belum cukup jumlah SDM yang khusus

Page 10: Info Potensi SDA Gowa

9

menangani bidang DAS dimana hanya ada 1 orang yang berpendidikan S2 dan 2

orang yang berpendidikan S1. Program pengembangan SDM dibidang SDA telah

dilakukan di Sulawesi Selatan diprakarsai oleh Kimpraswil dengan melibatkan

instansi terkait. Program yang dilakukan berupa pelatihan dan training tentang

pengelolaan SDA yang diikuti tidak kurang dari 25 orang.

C. Konservasi Di Kawasan HL Wilayah Sungai Jeneberang

Konversi maupun penggundulan hutan di daerah hulu sungai akan berpengaruh

terhadap kuantitas dan kualitas ketersediaan air di hilir sungai. Sehingga kegiatan

konvervasi adalah mutlak dilakukan baik oleh pihak pemerintah maupun masyarakat

local yang tinggal di sekitar kawasan hutan lindung. Konservasi kawasan hutan

lindung telah dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa, terkait dengan

pemanfaatan sumberdaya air yaitu Program GNRHL (2003 – 2007). Kegiatan

konservasi tersebut telah dilakukan pada beberapa lokasi seperti di table berikut :

Tabel 6. Program Rehabilitasi Lahan Dan Hutan di Wilayah Sungai Jeneberang,

Kabupaten Gowa (Than 2003 – 2004)

No Kegiatan Jumlah Lokasi (Kecamatan) 1 Rehabilitasi Hutan

a. Area (ha) b. Penyediaan bibit

1.075

537.500

Tinggimoncong, Bungaya

2 Perbaikan kontruksi sumur 24 Tinggimoncong, Bungaya, Parangloe 3 Seedling

a. Volume (unit) b. Produksi (bibit)

19.75

3.585.000

Tinggimoncong, Bungaya, Parangloe, Bontomarannu, Barombong, Sombaopu

4 Kontruksi Chek Dam a. Unit b. Panjang Dam

37

34.38

Tinggimoncong, Bungaya, Parangloe

5 Rehabilitasi Hutan a. Area (ha) b. Kebutuhan bibit

2.95

5.900.000

Tinggimoncong, Bungaya

Sumber : Dinas Kehutanan kabupaten Gowa, 2004.

Kegiatan konservasi di kawasan hutan lindung di sepanjang sungai jenebarang juga

dilaksanakan oleh lembaga yang ada dimasyarakat dengan melakukan kegiatan

rehabiltasi hutan,

Page 11: Info Potensi SDA Gowa

10

a. Kelompok Tani Hutan (KTH)

Yang mendorong pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH) ini adalah Dinas

Kehutanan dalam pengembangan kegiatan social forestry. Yang menjadi anggota dari

KTH adalah sekelompok masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan

hutan lindung dan diijinkan untuk mengelola lahan secara khusus. Jenis tanaman yang

ditanam oleh KTH adalah 70% tanaman hutan dan 30% MPTS (Multi Purpose Tree

Species) seperti petai, nangka, kopi, sukun dan lain-lain.

b. Kelompok Tani Penghijauan (KTP)

Kelompok Tani ini merupakan sekelompok masyarakat yang menaruh perhatian

terhadap kegiatan rehabilitasi di luar kawasan hutan. Jenis tanaman yang dikelola

adalah jenis tanaman yang mereka butuhkan.

c. Kelompok Pelestari Sumberdaya Alam (KPSA)

Secara organisasi, kelompok ini memiliki jaringan yang lebih luas yaitu secara

nasional dan meliputi beberapa aspek seperti pertanian, kehutanan, perkebunan dan

perikanan. Untuk wilayah sungai Jeneberang, KPSA berlokasi di Malino Kabupaten

Gowa.

D. Pemanfaatan Sumberdaya Air di DAS Jeneberang.

Berdasarkan laporan dari Dinas PU dan Pengairan Kabupaten Gowa pemanfaatan air

dari sungai Jeneberang disamping untuk konsumsi rumah tangga dan irigasi juga

untuk konsumsi industri. Tercatat pengguna air terbesar dari sungai Jeneberang yang

ditampung oleh Waduk / Dam Bili-Bili diKabupaten Gowa antara lain :

a. PDAM Makassar

b. PDAM Gowa

c. Pabrik Gula di Kabupaten Takalar (PT. Perkebunan Musantara IV).

d. Pabrik kertas di kabupaten Gowa.

Diantara para pengguna tersebut diatas, yang paling banyak memanfatkan air adalah

PDAM Makassar terutama untuk konsumsi rumah tangga. Dari total produksi air

bersih yang dihasilkan, sebanyak 2.340 liter/detik dimanfaatkan oleh PDAM

Page 12: Info Potensi SDA Gowa

11

Makassar sebesar ± 53% per tahun Kebutuhan air bersih untuk masyarakat kota

Makassar disupply dari sungai Jeneberang dan sungai Maros. PDAM Makassar

memeiliki 5 Instalasi Pengelolaan Air (IPA) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Makassar.

Table 7. Daftar Instalasi Pengelolaan Air IPA dan Kapasitasnya

No IPA Sumber Air Kapasitas IPA (Liter/detik)

Tahun Operasi

1 Ratulangi Jeneberang 50 1924 2 Panaikang Maros 1.000 1977 3 Antang Maros 90 1985,1992,2003 4 Maccini Sombala Jeneberang 200 1994 5 Somba Opu Jeneberang 1.000 2001

Total 2.340 Sumber . Anonim 2004 ( JICA )

Sedangkan kebutuhan air masyarakat Kabupaten Gowa, disupply dari PDAM Gowa

dengan sumber air yang berasal dari sungai Jeneberang. Sedangkan 5 unit IPA milik

PDAM Gowa seperti tersebut pada Tabel 8 dibawah ini :

Tabel 8. daftar Instalasi Pengelolaan Air (IPA) yang dimiliki PDAM Gowa

No IPA Sumber Air Kapasitas IPA (Liter/detik)

1 Bajeng Jeneberang 20 2 Borong Loe Jeneberang 20 3 Malino Jeneberang 10 4 Tompo Balang Jeneberang 40 5 Pandang-pandang Jeneberang 200 Total 290 Sumber . Anonim 2004 ( JICA )

Pemanfaatan dari sungai Jeneberang ditampung dalam waduk Dam Bili-bili, yang

selanjutnya dialirkan pada 3 (tiga) cabang saluran irigasi yaitu :

1. Saluran irigasi Bili-bili

2. Saluran irigasi Bissua

3. Saluran Irigasi Kampili.

Page 13: Info Potensi SDA Gowa

12

Pemanfaatan air sungai Jeneberang dari saluran irigasi Bissua oleh sebagian para

petani untuk irigasi dan untuk pabrik kertas di Kabupaten Gowa dan pabrik gula di

Kabupaten Takalar.

Para petani yang memanfaatkan sumber air dari sungai Jeneberang tergabung dalam

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang berada di bawah pembinaan Dinas

PSDA Propinsi Sulawesi Selatan. Hingga saat ini jumlah Perkumpulan Petani

Pemakai Air (P3A) mencapai 307 yang tergabung dalam Gabungan Perkumpulan

Pemakai Air (GP3A) yang berjumlah 28 meliputi 426 blok irigasi.

Tabel 9. Distribusi P3A dan Area Irigasi

Saluran Irigasi Jumlah Blok Irigasi

Area Irigasi (Ha)

P3A GP3A

Bili-bili 54 2.380,8 20 4 Bissua 165 10.572,7 126 11 Kampili 207 10.464,6 161 13 426 23.414,1 307 28

Sumber . Anonim 2004 ( JICA )

E. Proses Pemanfaatan Sumberdaya Air

1. Prosedur Pemanfaatan Air Dari Sungai Jeneberang

Prosedur permintaan kebutuhan air untuk tujuan irigasi pertanian, dimulai dari

permohonan pengajuan permintaan masing-masing petani yang tergabung dalam

Kelompok Petani Pemakai Air (P3A ) yang diawali dengan membuat kesepakatan-

kesepakatan rencana tata tanam tahunan. Prosedur penyusunan rencana tata tanam

tahunan terdiri dari :

a Para petani yang tergabung dalam Kelompok P3A mengadakan pertemuan untuk

menentukan rencana tata tanam.

b Selanjutnya hasil pertemuan akan dibawa ke Gabungan P3A, yang akan dibahas

dan disepakati masing-masing P3A.

c Hasil kesepakatan tersebut akan dibawa ke tingkat kabupaten, untuk menentukan

rencana tanam global.

Page 14: Info Potensi SDA Gowa

13

d Selanjutnya diadakan pertemuan seluruh Gabungan P3A yang difasilitasi oleh PU

Pengairan. Pertemuan Gabungan P3A akan memberikan informasi kepada

instansi terkait seperti : (1) Ketersediaan air, (2) Rencana pemeliharaan jaringan

irigasi oleh PU Pengairan, (3) bibit unggul yang akan ditanam, (4) Hama penyakit

tanaman dan lain-lain.

e Hasil kesepakatan tersebut akan disosialisasikan ke masing-masing P3A dan

masing-masing petani.

Setelah rencana tata tanam tahunan disepakati, petani akan mengajukan keperluan air

untuk keperluan irigasi sawahnya. Prosedur permohonan pemanfaatan dan

permintaan air berbeda antara Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar.seperti

diuraikan sebagai berikut:

Kabupaten Gowa

a. Masing-masing petani dalam P3A mengajukan permintaan air untuk keperluan

irigasi sawah. Selanjutnya digabungkan dengan jumlah seluruh permintaan petani

akan air dalam satu kelompok P3A.

b. Masing-masing kelompok P3A mengajukan permintaan air untuk selanjutnya

digabung dalam Gabungan P3A. selanjutnya memberikan konfirmasi kepada juru

pengairan wilayah setempat. ( UPT Dinas PU Wilayah )

c. Permohonan permintaan air masing-masing Gabungan P3A, dari setiap

Kecamatan diajukan kepada PSDA Kabupaten Gowa. Selanjutnya bekerjasama

dengan konsultan untuk membuat pertimbangan akan permohonan permintaan air

untuk irigasi.

d. Kemudian hasil kesepakatan yang ada diajukan kepada UPTD Balai PSDA

Wilayah Sungai Jeneberang. Instansi ini akan memberikan rekomendasi teknis

kepada Pengelola Waduk Bili-Bili.

e. Pengelola Waduk Bili-bili akan mempertimbangkan keperluan irigasi dengan

supply yang tersedia di waduk Bili-bili. Apabila Pengelola waduk Bili-bili sudah

menyetujui permintaan air, segera permintaan air akan irigasi dapat dialirkan

(Gambar 1).

Page 15: Info Potensi SDA Gowa

14

Kabupaten Takalar

a Masing-masing petani dalam P3A mengajukan permintaan air untuk keperluan

irigasi sawah. Selanjutnya digabungkan dengan jumlah seluruh permintaan petani

akan air dalam satu kelompok P3A.

b Masing-masing kelompok P3A mengajukan permintaan air untuk selanjutnya

digabung dalam Gabungan P3A.

c Gabungan P3A memberikan konfirmasi kepada juru pengairan wilayah setempat

yaitu Juru Pengairan (Palleko)

d Kemudian hasil kesepakatan yang ada diajukan kepada Sub Dinas Pengairan

Kabupaten Takalar.

e Selanjutnya Sub Dinas Pengairan akan mengajukan permintaan air kepada UPTD

Balai PSDA Wilayah Sungai Jeneberang. Instansi ini selanjutnya akan

memberikan rekomendasi teknis kepada Pengelola Waduk Bili-Bili,

f Pengelola Waduk Bili-bili akan mempertimbangkan keperluan irigasi dengan

supply yang tersedia di waduk Bili-bili. Apabila Pengelola waduk Bili-bili sudah

menyetujui permintaan air, segera permintaan air akan irigasi dapat dialirkan

(Gambar 1).

Page 16: Info Potensi SDA Gowa

15

Gambar 1. Prosedur Permintaan Air Untuk Keperluan Irigasi Dari waduk Bili-bili

Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar.

Pengelola Waduk Bili-bili

UPTD Balai PSDA Wilayah Sungai Jeneberang PDAM

Konsultan Sub Dinas Pengairan Kab.

Takalar

PSDA Kab Gowa

Bili-bili Kampili Bissua

UPTD PSDA Juru Pengairan

(Kecamatan)

GP3A GP3A

P3A P3A

Petani Pemakai Air ……………………..Petani Pemakai Air

Juru Pengairan

Gambar 1. Prosedur Permintaan Air Untuk Keperluan Irigasi dar i Waduk Bili-bili

Keterangan:

Permintaan

Pemberian

Koordinasi

Page 17: Info Potensi SDA Gowa

16

2. Prosedur Pemanfaatan Air oleh Masyarakat dari HL

Pemanfaatan air oleh masyarakat sekitar HL dapat dilakukan langsung dengan

melalui proses pencarian sumber mata air baik secara berkelompok maupun per

orangan. Dari hasil wawancara dengan beberapa responden dilokasi penelitian

menunjukkan bahwa penyaluran air dari bak-bak penampungan di HL yang dibuat

secara berkelompok dilakukan dengan menggunakan pipa2 air langsung kerumah-

rumah. Di desa Batulapisi Kecamatan Tinggimoncong tidak terdapat kelompok tani,

akan tetapi mereka memanfaatkan air dari hutan lindung secara swadaya dalam

kelompok-kelompok yang berjumlah 4 hingga 6 KK. Sedangkan di desa Majannang

dan desa Bulutanna, kecamatan Tinggimoncong terdapat kelembagaan berupa

Kelompok Tani Hutan (KTH) yang berjumlah 15 hingga 20 orang. Pada umumnya

kepemilihan lahan, berkisar antara 0,5 hingga 3 ha/KK. Di desa Majannang,

pemanfaatan air dari hutan lindung dibantu oleh pemda Propinsi Sulsel berupa pipa-

pipa besi yang mengalirkan air dari hutan lindung ke desa tersebut.

Kesimpulan

1. Pembangunan bidang kehutanan Kabupaten Gowa dititikberatkan pada program

optimalisasi fungsi hutan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan baik segi

ekonomi ekologi maupun sosial budaya masyarakat.

2. Potensi sumberdaya alam di Kabupaten Gowa dimanfaatkan untuk pertanian-

tanaman pangan seperti persawahan seluas 28.828 hektare dengan jenis tanaman

berupa padi, jagung, kedelai dan hortikultura. Pariwisata antara lain Benteng Somba

Opu, Makam raja-raja Gowa, Hutan Wisata dan air terjun Malino, Wisata Tirta Bili-

bili, Danau Mawang dan sumber air panas di kecamatan Bungaya. Kehutanan berupa

kayu Rimba Campuran, meranti, jati dan kayu indah , getah pinus dan damar, rotan, .

Madu, Gula aren Ijuk, Kemiri Kenari Asam, sutra dan Kulit kayu manis.

3. Potensi sumberdaya air yang ada di Kab Gowa ada yang dimanfaatkan langsung oleh

masyarakat dari sumbermata air di HL, dari sungai jeberang dimanfaatkan dibagian

hilir untuk irigasi, industri gula dan rumah tangga melalui PDAM yang bersumber

dari penampungan waduk / Dan Bili-bili.

Page 18: Info Potensi SDA Gowa

17

4. Pengelola sumberdaya air melibatkan beberapa stakeholder antara lain Dinas PU dan

Pengairan Kabupaten, BPDAS, UPTD BPSDA dan PDAM dengan tugas dan

fungsinya masing-masing.

5. Ada kelembagaan dimasyarakat maupun stakeholder dalam menjaga kelestarian hutan

sebagai sumber air melalui tata tanam tahunan yang dilakukan oleh kelompok tani

sebelum mengajukan permohonan perijinan penggunaan air terutama untuk irigasi.

Daftar Pustaka.

Anonim. 2004, Laporan Tahunan Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa

2004, Data dan Informasi Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa

2004, Pelaksanaan GNRHL di Sulawesi selatan Dan Sulawesi Barat

2002, Struktur Organisasi dan Uraian Tugas UPTD BPSDA Wilayah Sungai

Jeneberang Sulawesi Selatan.

2004, The Study On Capasity Development For Jeneberang River Basin

Management In The Republic of Indonesia. JICA and Dirjen of Water

Resources