Info Bencana September 2016

4
INFO BENCANA Dalam Edisi ini: Penghujan, Waspadai Bencana Hidrometeorologi P.1 22.107 Personil dan 24 Heli Pesawat Dikerahkan untuk Padamkan Api Kebakaran Hutan dan Lahan P.2 34 Tewas dan 19 Hilang Akibat Banjir Bandang Garut P.3 Infografis Kejadian Bencana (September 2016) P.4 Informasi Kebencanaan Bulanan Teraktual Penghujan, Waspadai Bencana Hidrometeorologi Musim penghujan telah memasuki wilayah Indonesai di bu- lan ini. Hujan menjadi lebih sering turun di beberapa wila- yah baik dengan intensitas ringan hingga lebat. Acap kali dalam musim peralihan/pancaroba seper ini kejadian tanah longsor, banjir dan pung beliung terjadi. Pada masa ini peralihan cuaca bisa sangat cepat terjadi ba-ba hujan namun beberapa saat kemudian panas. Angin berup ken- cang yang bisa merobohkan rumah, bangunan atau me- numbangkan pohon-pohon besar. P.1 Jumlah kejadian bencana mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 187 kali bencana terjadi pada bulan ini yang menyebabkan 83 orang meninggal & hilang. Korban meninggal & hilang paling banyak disebabkan oleh bencana banjir yaitu 57 orang, sedangkan tanah longsor menyebabkan 18 orang. Salah satu banjir yang menelan cukup banyak korban adalah banjir bandang Garut yang terjadi tanggal 20 September 2016, dimana 34 jiwa meninggal dan 19 lainnya dinyatakan hilang. Bencana selain menyebabkan korban juga menimbulkan kerusa- kan pada bangunan rumah dan fasilitas lainnya. Pada bulan Sep- tember ini rumah rusak mencapai 3.638 unit dimana 840 unit rusak berat, 504 rusak sedang dan 2.294 rusak ringan serta lebih dari 10 ribu rumah terendam. Kerusakan rumah paling banyak disebabkan oleh bencana banjir. Data sejarah bencana menunjukkan bahwa kemungkinan besar pada bulan-bulan selanjutnya yaitu Oktober-Desember jumlah kejadian akan mengalami peningkatan. Bencana yang cender- ung meningkat adalah banjir dan tanah longsor. Bagi masyara- kat yang nggal di daerah rawan banjir dan longsor harus lebih meningkatkan kewaspadaan mengingat hujan dapat menyebab- kan bencana ini terjadi. Apalagi tahun ini diprediksi la nina akan menyambangi wilayah Indonesia yang berdampak pada intensitas hujan yang terjadi. Adanya la nina memberikan peringatan tersendiri karena inten- sitas hujan lebat memberikan ancaman terhadap wilayah- wilayah rawan banjir dan longsor. Masyarakat perlu memiliki kepekaan dini jika ada tanda-tanda akan terjadi seubah bencana, terlebih lagi harus segera menghubungi pihak terkait agar penanganan segera dapat dilakukan. Untuk masyarakat yang di wilayahnya sudah ada sism peringatan dini maka di- harapkan benar-benar mematuhi apabila sism tersebut mem- berikan peringatan akan adanya bahaya. Tabel 1. Jumlah Kejadian Bencana, Korban, dan Dampaknya Bulan September 2016* STATISTIK BENCANA INDONESIA 2016 JANUARI - SEPTEMBER Jumlah Kejadian (kejadian) 1.691 Korban Meninggal & Hilang (jiwa) 341 Korban Menderita & Mengungsi (jiwa) 2.211.281 Kerusakan Permukiman (unit) 25.383 *) Data per tanggal 2 September 2016 Edisi September 2016 Meninggal & Hilang Luka-luka Menderita & Mengungsi Rumah Rusak Berat Rumah Rusak Sedang Rumah Rusak Ringan Rumah Terendam Fasilitas Pendidikan Fasilitas Peribadatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Banjir 47 57 9 106,848 660 259 1,030 9,974 52 21 Banjir dan Tanah Longsor 6 2 - 4,250 16 3 15 676 - 1 Gelombang pasang/abrasi 5 - - 31 1 7 4 - - Kebakaran Hutan dan Lahan 10 - - - - - Puting Beliung 51 6 24 853 84 158 1,119 1 4 Tanah Longsor 68 18 19 12,082 79 77 130 2 1 Total 187 83 52 124,064 840 504 2,294 10,654 55 27 Jenis Bencana Jumlah Kejadian Korban Kerusakan (jiwa) (unit)

Transcript of Info Bencana September 2016

Page 1: Info Bencana September 2016

INFO BENCANA

Dalam Edisi ini:

Penghujan, Waspadai Bencana Hidrometeorologi P.1

22.107 Personil dan 24 Heli Pesawat Dikerahkan untuk Padamkan Api Kebakaran Hutan dan Lahan P.2

34 Tewas dan 19 Hilang Akibat Banjir Bandang Garut P.3

Infografis Kejadian Bencana (September 2016) P.4

Informasi Kebencanaan Bulanan Teraktual

Penghujan, Waspadai Bencana Hidrometeorologi

Musim penghujan telah memasuki wilayah Indonesai di bu-lan ini. Hujan menjadi lebih sering turun di beberapa wila-yah baik dengan intensitas ringan hingga lebat. Acap kali dalam musim peralihan/pancaroba seperti ini kejadian tanah longsor, banjir dan puting beliung terjadi. Pada masa ini peralihan cuaca bisa sangat cepat terjadi tiba-tiba hujan namun beberapa saat kemudian panas. Angin bertiup ken-cang yang bisa merobohkan rumah, bangunan atau me-numbangkan pohon-pohon besar.

P.1

Jumlah kejadian bencana mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 187 kali bencana terjadi pada bulan ini yang menyebabkan 83 orang meninggal & hilang. Korban meninggal & hilang paling banyak disebabkan oleh bencana banjir yaitu 57 orang, sedangkan tanah longsor menyebabkan 18 orang. Salah satu banjir yang menelan cukup banyak korban adalah banjir bandang Garut yang terjadi tanggal 20 September 2016, dimana 34 jiwa meninggal dan 19 lainnya dinyatakan hilang.

Bencana selain menyebabkan korban juga menimbulkan kerusa-kan pada bangunan rumah dan fasilitas lainnya. Pada bulan Sep-tember ini rumah rusak mencapai 3.638 unit dimana 840 unit rusak berat, 504 rusak sedang dan 2.294 rusak ringan serta lebih dari 10 ribu rumah terendam. Kerusakan rumah paling banyak disebabkan oleh bencana banjir.

Data sejarah bencana menunjukkan bahwa kemungkinan besar pada bulan-bulan selanjutnya yaitu Oktober-Desember jumlah kejadian akan mengalami peningkatan. Bencana yang cender-ung meningkat adalah banjir dan tanah longsor. Bagi masyara-kat yang tinggal di daerah rawan banjir dan longsor harus lebih meningkatkan kewaspadaan mengingat hujan dapat menyebab-kan bencana ini terjadi.

Apalagi tahun ini diprediksi la nina akan menyambangi wilayah Indonesia yang berdampak pada intensitas hujan yang terjadi. Adanya la nina memberikan peringatan tersendiri karena inten-sitas hujan lebat memberikan ancaman terhadap wilayah-wilayah rawan banjir dan longsor. Masyarakat perlu memiliki kepekaan dini jika ada tanda-tanda akan terjadi seubah bencana, terlebih lagi harus segera menghubungi pihak terkait agar penanganan segera dapat dilakukan. Untuk masyarakat yang di wilayahnya sudah ada sistim peringatan dini maka di-harapkan benar-benar mematuhi apabila sistim tersebut mem-berikan peringatan akan adanya bahaya.

Tabel 1. Jumlah Kejadian Bencana, Korban, dan Dampaknya Bulan September 2016*

STATISTIK BENCANA INDONESIA 2016

JANUARI - SEPTEMBER

Jumlah Kejadian (kejadian) 1.691

Korban Meninggal & Hilang (jiwa) 341

Korban Menderita & Mengungsi (jiwa) 2.211.281

Kerusakan Permukiman (unit) 25.383

*) Data per tanggal 2 September 2016

Edisi

September 2016

Meninggal &

HilangLuka-luka

Menderita &

Mengungsi

Rumah Rusak

Berat

Rumah Rusak

Sedang

Rumah Rusak

Ringan

Rumah

Terendam

Fasilitas

Pendidikan

Fasilitas

Peribadatan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Banjir 47 57 9 106,848 660 259 1,030 9,974 52 21

Banjir dan Tanah Longsor 6 2 - 4,250 16 3 15 676 - 1

Gelombang pasang/abrasi 5 - - 31 1 7 4 - -

Kebakaran Hutan dan Lahan 10 - - - - -

Puting Beliung 51 6 24 853 84 158 1,119 1 4

Tanah Longsor 68 18 19 12,082 79 77 130 2 1

Total 187 83 52 124,064 840 504 2,294 10,654 55 27

Jenis BencanaJumlah

Kejadian

Korban Kerusakan

(jiwa) (unit)

Page 2: Info Bencana September 2016

22.107 Personil dan 24 Heli Pesawat Dikerahkan untuk Pa-damkan Api Kebakaran Hutan dan Lahan

Meskipun musim kemarau basah akibat adanya anomali cuaca dan La Nina lemah tidak serta merta kebakaran hutan dan la-han dapat ditiadakan di Sumatera dan Kalimantan. Pembakaran dengan sengaja untuk pembukaan kebun dan pertanian masih banyak dilakukan, baik lahan di konsensi maupun lahan milik masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan masih berlangsung.

Satelit MODIS dengan sensor Terra Aqua milik NASA pada tang-gal 14 September 2016 mendeteksi 260 hotspot di Indonesia, dimana 80 hotspot di Kalimantan Barat dan 66 hotspot di Kali-mantan Tengah. Jumlah hotspot ini jauh lebih sedikit dibandingkan pola hotspot normal. Memang tidak mungkin menihilkan hotspot di seluruh wilayah Indonesia selama se-tahun karena terkait dengan perilaku dan kebiasaan memba-kar, baik di lahan gambut maupun mineral.

Strategi untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan dilakukan melalui operasi darat dan operasi udara. Operasi pemadaman di darat dikerahkan 22.107 personil gabungan dari TNI, Polri, BNPB, BPBD, Manggala Agni, Damkar dan Masyarakat Peduli Api. Sebaran personil satgas darat ini adalah Riau (3.849 per-sonil), Jambi 5.209 personil, Sumatera Selatan 5.619 personil, Kalimantan Barat 2.492 personil, Kalimantan Tengah 2.363 per-sonil dan Kalimantan Selatan 2.575 personil.

Untuk operasi udara BNPB mengerahkan 24 helikopter dan pesawat untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan dari udara. Heli dan pesawat tersebut untuk water bombing dan hujan buatan.

Sebaran 24 armada udara tersebut adalah Riau 10 heli dan pe-sawat yaitu 7 heli, 2 pesawat water bombing dan 1 pesawat Casa untuk hujan buatan. Di Jambi hanya dioperasikan 1 heli

P.2

water bombing karena pencegahan dapat dilakukan dengan baik. Di Sumatera Selatan 3 heli water bombing jenis MI-8 bu-atan Rusia dikerahkan yang mampu membawa 4.000 liter sekali terbang. Di Kalimantan Barat dikerahkan 4 heli dan 1 pesawat hujan buatan. Di Kalimantan Tengah ada 4 heli dan di Kalimantan Selatan 1 heli Bolco.

NPB menyiapkan tambahan 3 heli jika ada peningkatan luas kebakaran hutan dan lahan yaitu 2 heli jenis Sikorsky dan MI-172 untuk Jambi dan 1 heli MI-172 untuk Kalimantan Barat.

September adalah puncak musim kemarau yang umumnya diikuti dengan meningkatnya jumlah hotspot. Cuaca yang ker-ing menyebabkan hutan dan lahan mudah dibakar.

Secara umum jumlah hotspot hingga September 2016 ada penurunan 60 persen dibandingkan jumlah hotspot tahun 2015. Kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 adalah bencana asap yang paling besar karena membakar 2,61 juta hektar hu-tan dan lahan serta menyebabkan kerugian ekonomi 221

trilyun rupiah. Luas hutan dan lahan yang terbakar serta dam-pak kerugian ekonomi yang terjadi pada tahun 2016 ini belum dilakukan perhitungan. Yang pasti luas dan kerugian ekonomi jauh lebih kecil dibandingkan tahun 2015 lalu. Kesadaran masyarakat untuk turut menjaga hutan sangat diperlukan agar kebakaran dapat diredam kemudian hari.

Kejadian bencana karhutla tahun ini tidak separah tahun 2015 karena adanya la nina yang menyebabkan kemarau basah. Artinya walaupun sedang musim kemarau namun hujan masih terjadi, sehingga titik api tidak menjadi banyak jumlahnya. Selaian itu upaya intensif dalam memadamkan titik api yang ada juga memberikan andil dalam pencegahan secara dini ka-hutla. Walaupun pada pertengahan bulan asap karhutla sem-pat memasuki nengara Singapura, namun kondisi ini dapat dikendalikan sehingga udara di wilayah Singapura kembali ke batas aman.

Gambar 1. Jumlah Hotspot 1-30 September 2016

Sumber: http://modis-catalog.lapan.go.id/monitoring/

Page 3: Info Bencana September 2016

Penyusun :

Pusdatinmas Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Jl. Pramuka Kav. 38 Kode Pos 13120 Lt. 11-12

www.bnpb.go.id

[email protected]

P.3

34 Tewas dan 19 Hilang Akibat Banjir Bandang Garut

Hujan yang turun dalam durasi waktu 4 jam pada tanggal 20 September 2016 di wilayah Garut telah menyebabkan meluapnya Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri hingga me-nyebabkan banjir bandang. Banjir yang datang dengan memba-wa lumpur menerjang pada pukul 22.00 WIB sehingga sebagian masyarakat sudah terlelap tidur. Banjir bandang ini melanda 6 kecamatan yaitu Garut Kota, Bayongbong, Karangpawitan, Tar-aging Kidul, Taragong Kaler, dan Banyuresmi. Selain akibat cu-rah hujan yang tinggi banjir disinyalir terjadi karena daerah ali-ran sungai (DAS) Cimanuk dalam kondisi kritis dan telah men-galami pendangkalan serta penyempitan, tutupan hutan yang terdapat di Kabutaen Garut tak seimbang dengan DAS yang ada, dan masalah tata ruang yang tidak sesuai dengan pe-runtukan.

Banjir ini menerjang kanan kiri sungai sehingga banyak rumah mengalami kerusakan dan korban jiwa berjatuhan. Status tang-gap darurat diberlakukan hingga tanggal 27 September 2016. Namun hingga tanggal tersebut masih ada 19 orang hilang dan banyaknya fasilitas vital yang belum berfungsi masa darurat diperpanjang sampai tanggal 4 Oktober 2016. Masa darurat diberlakukan guna mempermudah pengerahan sumber daya guna mempercepat pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban. Lebih dari 3 ribu personil dilibatkan mulai dari kalangan TNI-Polri, BNPB, BPBD dan relawan dalam upaya tanggap da-rurat Garut.

Banjir ini menyebabkan 34 orang meninggal dunia dan 19 orang hilang, selain itu tercatat 35 orang mengalami luka-luka serta pengungsi paling tinggi tercatat sebanyak 6.361 orang. Tumpukan lumpur dan banyaknya material banjir menyebab-kan tim kesulitan dalam pencarian korban yang berakibat tidak ditemukannya semua korban hilang.

Dampak lain dari banjir ini adalah kerusakan pada rumah dan bangunan vital. Tercatat hingga akhir bulan September lebih dari seribu tujuh ratus unit rumah mengalami kerusakan mulai rusak ringan hingga sedang. Fasilitas vital yang juga turut men-jadi korban adalah rumah sakit, dimana karena terendam banjir beberapa peralatan elektronik maupun yang bukan mengalami kerusakan dengan taksiran kerugian mencapai 2.8 M. Lebih dari 40 sekolah mengalami kerusakan yang menyebabkan 2 ribuan peserta didik terkendala dalam kegiatan belajar mengajar. Be-berapa sekolah terpaksa diliburkan karena sekolah mereka

masih belum bisa digunakan kembali pasca banjir mener-jang. Selain kerusakan terebut banjir ini juga mengakibatkan 15 fasilitas peribadatan rusak dan beberapa ha lahan per-tanian dan perkebunan.

Berbagai upaya dilakukan untuk menangani banjir bandang Garut ini, tidak hanya BNPB atau BPBD saja melainkan mulai dari TNI-Polri, Kementerian/lembaga dan organisasi masyarakat serta relawan turut serta guna mempercepat proses pemulihan. Pemetaan dengan menggunakan drone dilakukan untuk melihat secara jelas dampak dari banjir.

Tanggal 29 September 2016, presiden RI Joko Widodo meninjau langsung lokasi banjir di Garut. Presiden Jokowi memerintahkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan untuk melakukan penataan hulu Sungai Cimanuk melalui konservasi tanah dan air serta penataan ruang yang betul. Kondisi DAS Cimanuk yang rusak berkontribusi me-nyebabkan banjir bandang. Sementara itu, pembetonan sisi-sisi Sungai Cimanuk yang rusak sedang dalam perbaikan saat ini.Presiden Jokowi juga menginstruksikan pembuatan dua tower rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Terkait dengan ini masyarakat terdampak setuju dengan rencana relokasi tersebut.

Banjir ini merupakan banjir yang cukup parah yang pernah melanda Garut. Alih fungsi lahan dan semakin berkurangnya ruang hijau serta resapan air mengindikasikan bahwa air hujan langsung mengalir ke sungai. Kejadian ini berakibat pada ketidakmampuan sungai dalam menampung air karena volume air yang jauh lebih besar dari pada kapasitas maksi-mal sungai. Banjir ini meurpakan pembelajaran bagi semua bahwa perusakan hulu sungai dapat berdampak men-imbulkan banjir parah di kemudian hari terutama di sepan-jang aliran sungai dan diperparah dengan tata guna lahan yang kurang tepat.

Korban

Meninggal

jiwa

34

Hilang 19

Luka-Luka 35

Mengungsi 6.361

Kerusakan

Rumah

Rusak Berat

unit

575

Rusak Sedang 239

Rusak Ringan 970

Fasilitas Pendidikan 49

Fasilitas Peribadatan 15

Fasilitas Kesehatan 2

Page 4: Info Bencana September 2016

5

731.049

5

17

3

6

7

1

Rekapitulasi Kejadian Bencana Periode: Januari-September 2016

kejadian bencana1.691

Jumlah Kejadian Bencana

83 jiwa 86.1%

4.494 unit25.383

Rumah Rusak Sedang4.031 unit

Rumah Rusak Ringan16.858 unit

Rumah rusak

Rumah Rusak Berat

Persentase Kerusakan Rumah

2.211.281 jiwaMenderita dan Mengungsi

Persentase Korban yang Menderita & MengungsiJumlah Korban Meninggal & Hilang

< 3

> 53 - 5

Jumlah kejadian

Peta Kejadian Bencana Bulan September 2016

Data Kejadian Bencana Bulan September 2016

187 kejadian

341 jiwaMeninggal dan hilang

53.6%

diakibatkan oleh Gempabumi

diakibatkan olehBanjir

Infografis Kejadian Bencana (September 2016) BNPB

Tanggal Pembuatan: 01/10/2016 www.dibi.bnpb.go.id per tanggal 1 September 2016 www.bnpb.go.id infoBNPBSumber: Website: FB: Twitter: @BNPB_Indonesia

Perbandingan Jumlah Kejadian BencanaBulan Januari - September Periode Tahun 2006 - 2016

Perbandingan Kejadian Bencana Banjir, Tanah Longsor,Puting Beliung Bulan Januari - September 2015 dan 2016

32

6236

IG: @BNPB_Indonesia

9

Tercatat pada bulan September 2016 telah terjadi lebih dari 180 kali bencana dan menyebabkan 83 jiwa meninggal dan hilang. Secara komulatif sebanyak 124 ribu orang menderita dan mengungsi akibat bencana yang telah mengakibatkan 3.638 rumah mengalami kerusakan. Tanah Longsor menjadi bencana dengan intensitas paling sering terjadi sedangkan Banjir merupakan bencana yang paling banyak menelan korban dibandingkan dengan bencana lainnya yaitu 57 korban jiwa.

6

5

11

2

9

1

1

1

2

2

1

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6

JanFebMarAprMeiJuniJuliAgstSept

0

20

40

60

80

100

120

140

Jan

Feb

Mar

et

April

Mei

Juni Juli

Agus

tus

Sept

embe

r

Jan

Feb

Mar

et

April

Mei

Juni Juli

Agus

tus

Sept

embe

r

2015 2016

Banjir Puting Beliung Tanah Longsor

68

51

47

10

6

5

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Tanah Longsor

Puting Beliung

Banjir

Kebakaran Hutan danLahan

Banjir dan TanahLongsor

Gelombangpasang/abrasi

Puting Beliung; 7%

Banjir; 69%

Tanah Longsor; 22%

Banjir dan Tanah Longsor;

2%

106,848

12,082 4,250

853

31

BANJIR TANAH LONGSOR BANJIR DAN TANAH LONGSOR

PUTING BELIUNG GELOMBANG PASANG/ABRASI

0

500

1000

1500

2000

2500

Banjir Puting Beliung Tanah Longsor Banjir dan TanahLongsor

Gelombangpasang/abrasi

Rumah Rusak Berat Rumah Rusak Sedang Rumah Rusak Ringan

13

22

1

12

2

2

6

1

2

2

1

2