Infeksi Saluran Kemih Pada Anak
-
Upload
yovita-devi-kornelin -
Category
Documents
-
view
166 -
download
0
Transcript of Infeksi Saluran Kemih Pada Anak
INFEKSI SALURAN KEMIH pada Anak
1. Epidemiologi
Neonatus sampai umur 3 bulan, ISK lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki . Manifestasi
klinisnya kabur dan tidak spesifik, dan infeksi cenderung lebih parah. Faktor-faktor yang member
kecenderungan terhadap infeksi adalah refluks vesikouretral, uropati obstruktif, BBLR,
mielomeningokel, kateterisasi kandung kencing, dan untuk laki-laki yang tidak disirkumsisi. Resiko
infeksi saluran kencing pada laki-laki yang tidak disirkumsisi pada umur tahun pertama adalah 4,1 %
dan kemungkinann ini menurun hingga 0,2 % pada yang telah disirkumsisi saat neonatus.
Pada umur 3 bulan sampai 1 tahun insiden pada laki-laki sama dengan perempuan. Sedangkan
pada usia sekolah jumlah penderita perempuan 3-4 kali lebih banyak daripada laki-laki. Infeksi
saluran kemih lebih umum terjadi pada bayi laki-laki uncircumcised. Diluar itu, infeksi lebih banyak
pada wanita dan paling bnyak terjadi pada golongan umur 7-10 tahun.
Menurut bagian kesehatan anak FKUI, insiden bakteriuri yang asimtomatik pada usia sekolah
dilaporkan sebesar 0,03% pada laki-laki dan 1,1% pada perempuan. Sedangkan insiden bakteriuri
simtomatik sebesar 9,1%. Pada anak dengan penyakit ginjal lain, insiden bakteriuri simtomatik
didapatkan sebesar 31,1%
2. Etiologi ***sama dengan dewasa
3. Pathogenesis
Tambahan Patogenesis
Stasis urin: urin yang terganggu alirannya
Kesempatan untuk berkembang biak bakteri meningkat, karena urin merupakan medium
biakan yang sangat baik.
Pielonefritis akut menyebabkan pembesaran ginjal akibat edema dan infiltrat radang akut di
dalam medula dan pelvis. Bila tidak diobati, perubahan-perubahan ini dapat mengakibatkan
pembentukan mikroabses pada ginjal, yang dapat menyatu. Perubahan ini dapat mengakibatkan
terbentuknya jaringan parut ginjal, yang biasa dikenal dengan pielonefritis kronis.
4. Patofisiologi
5. Gejala klinis
a. Pielonefritis
1
Anak :
nyeri abdomen
demam
malaise
nausea
vomiting
diarrhea
Infant (bayi baru lahir)
Ikterus
Nafsu makan menurun
Berat badan menurun
b. Cystitis
Dysuria
Urgency
Frekuensi
Nyeri suprapubik
Inkontinensia
c. Asimtomatis
Kultur urin +, tanpa disertai gejala klinis spesifik (banyak pada perempuan)
6. Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
Anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan gejala klinis, biasanya pasien datang dengan
keluhan nyeri saat berkemih (disuria).
Pemeriksaan laboratorium yang terpenting untuk menegakkan diagnosis ialah biakan urin dan
pemeriksaan urin lengkap.
Tanda vital, dapat ditemukan hipertensi arterial pada pielonefritis kronis.
Biakan urin : dianggap positif atau bermakna bila didapat jumlah kuman ≥ 105/ml. Jumlah
kuman antara 104-105/ml dianggap meragukan dan perlu diulang. Bila jumlah < 104/ml, hasil
ini dianggap sebagai kontaminasi. Bila hitungan koloni lebih rendah pada penderita
terinfeksi bisa disebabkan karena pengosongan kandung kemih yang terlalu dini,
pengobatan antibiotika, kontaminasi specimen dengan larutan antiseptik, atau pengenceran
dari kekeringan yang berlebih.
2
Urin lengkap :
• Piuria, ditemukan pada 50% kasus ISK.
• Hematuria mikroskopik, biasa pada sistitis hemoragika akut yang disebabkan oleh E.coli
• Silinder pada sedimen urin, tanda ada keterlibatan ginjal (pielonefritis)
• PH alkalis, akibat infeksi proteus
Darah lengkap : leukositosis, neutrofilia (normal 40-60%), peningkatan LED (normal laki-laki
0-15 mm/jam dan perempuan 0-20 mm/jam), dan kenaikan protein C-reaktif.
Kadar ureum kreatinin, untuk mengetahui derajat fungsi ginjal. Kadar kreatinin serum dapat
meningkat sementara pada 30% bayi dengan infeksi ginjal, terutama pada bayi dengan
obstruksi.
• Kreatinin, merupakan hasil akhir metabolism otot yang dieksresi dalam urin. Nilai
normal laki-laki dewasa 0,7-1,5 mg/dll, perempuan dewasa 0,5-1,3 mg/dl (nilai pada
laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, karena otot laki-laki yang lebih besar).
• Nilai BUN (blood urea nitrogen) normal 10-20 mg/dl
Pemeriksaan penunjang ***sama dengan dewasa
IPV, dapat melihat bentuk dan besarnya kedua ginjal
• Pielonefritis akut, menyebabkan pembesaran ginjal akibat edema dan infiltrate radang
akut didalam medulla dan pelvis.
• Pielonefritis kronis, adanya gambaran yang asimetris antara kedua ginjal karena
perbedaan ukuran dan bentuk, kaliks yang tumpul/melebar dan terbentuknya jaringan
parut.
Biopsy
• Pielonefritis kronis, lesi berupa bercak-bercak dengan fibrosis glomeruler, radang kronis
interstitial, dan fibrosis serta atrofi tubulus.
7. Diagnosis
Pada bakteriuri simtomatik, diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang ditemukan dan
dengan jumlah bakteri yang bermakna dalam urin (yang seharusnya steril) dengan atau tanpa
disertai piuria. Bila ditemukan silinder leukosit, maka kemungkinan pielonefritis perlu dipikirkan.
8. Diagnosis banding
3
Radang genital eksterna, vulvitis dan vaginitis yang disebabkan oleh ragi, cacing kremi, dan agen
lain dapat disertai gejala-gejala mirip sistitis. Harus dapat dibedakan sistitis bacterial dengan sistitis
virus, sistitis kimiawi, dan sistitis eosinofilia. Dapat dibedakan berdasarkan riwayat penyakit dan
hasil biakan urin. Sistitis eosinofilik sangat jarang dan asalnya tidak jelas, dengan gejala umum
hematuri, dilatasi ureter, dan gagalnya pengisian kandung kemih yang disebabkan oleh massa yang
secara histologist terdiri atas infiltrate radang dengan eosinofil.
Secara radiografi, ginjal hipoplastik dan diplastik atau ginjal kecil akibat gangguan vaskuler
dapat tampak sama dengan pielonefritis kronis.
9. Penatalaksanaan
Sistitis akut sebaiknya segera diobati untuk mencegah kemungkinan berkembang menjadi
pielonefritis. Jika gejala-gejala berat, specimen urin harus diambil untuk biakan dan mulai segera
pengobatan tanpa menunggu hasil biakan. Bila gejala ringan atau diagnosis meragukan, pengobatan
dapat ditunda sampai hasil biakan dapat diketahui. Bila biakan urin midstream memperlihatkan hasil
mikroorganisme antara 104-105, biakan kedua dapat diambil dengan cara kateterisaai atau aspirasi
suprapubik sebelum pengobatan dimulai.
Bila pengobatan dimulai sebelum tersedia hasil biakan dan tes sensitivitas antibiotika,
pengobatan dapat diberikan kombinasi trimetropin-sulfametoksazol selama 7-10 hari, biasanya
akan efektif pada strain E.coli (bila hasil kluar diganti sesuai tes sensitivitas). Atau dapat diberikan
nitrofurantoin (5-7 mg/kg/24jam dalam dosis terbagi 3-4) sangat efektif terhadap klebsiella-
enterobacter.
Pada infeksi akut, obat pilihan utama yang sering digunakan ialah ampisilin, kotrimoksazol,
asam nalidiksat, dan nitrofuratoin. Sebagai pilihan kedua dapat dipakai golongan aminoglikosid
(gentamisin, amikasin, dll), sefaleksin, doksisiklin, dll.
Pada infeksi dengan demam akut yang diduga sebagai akibat pielonefritis, menggunakan
antibiotika spekrum luas yang mampu mencapai tingkat jaringan. Bila anak sakit mendadak, gunakan
sefotaksim parenteral (100mg/kg/24jam) atau ampisilin (100 mg/kg/24jam) dengan aminoglikosida
seperti gentamisin (3 mg/kg/24jam dalam dosis terbagi 3). Aminoglikosida efektif terhadap
pseudomonas, tetapi memiliki efek samping ototoksik dan nefrotoksik. Dapat diberikan kombinasi
trimetropin (4 mg/kg/24jam dosis terbagi 2) dan sulfametroksazol (20 mg/kg/24jam).
Dalam pengamatan 30-50% penderita akan mengalami infeksi berulang, dan 50% diantaranya
tanpa gejala. Pleh karena itu, biakan urin sebaiknya dilakukan seminggu setelah pengobatan selesai,
4
kemudian 1 bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap 3 bulan selama 2 tahun, agar meyakinkan bakteri
tetap steril. Setiap infeksi berulang harus diberinkan pengobatan sesuai fase akut. Bila kekambuhan
lebihdari 2x, maka pengobatan diberikan profilaksis terhadap reinfeksi dengan menggunakan
kombinasi trimetropin-sulfametroksazol atau nitrofurantoin dengan dosis sepertiga dosis terapeutik
sekali sehari pada malam hari selama 3 bulan.
Pada ISK dengan kelainan anatomi (complicated) hasil pengobatan biasanya kurang
memuaskan. Pemberian obat disesuaikan dnegan hasil uji resistensi dan dilakukan dengan terapi
profilaksis selama 6 hulan atau hingga 2 tahun.
10.Komplikasi
Sistitis akut sebabkan hipereaktivitas otot detrusor dan penurunan kapasitas fungsional.
Perubahan ini dapat mempercepat komplikasi refluks vesikoureter.
Refluks vesikoureter dapat mencapai ginjal, sehingga terjadi infeksi ascenden pielonefritis akut.
Bila tidak diobati secara adekuat, pielonefritis akut dapat mengakibatkan jaringan parut ginjal,
sehingga sudah mencapai komplikasi pielonefritis kronis dan gagal ginjal.
Pielonefritis kronis adalah penyebab utama hipertensi arterial pada anak.
Infeksi oleh mikroorganisme pemecah urea seperti proteus dapat mengakibatkan pembentukan
batu ginjal. Amonia yang berasal dari urea menyebabkan urin sangat alkalis dan mengakibatkan
endapan kalsium fosfat, dan triple kalsium, magnesium, dan amonium fosfat.
Batu ginjal dapat sebabkan obstruksi ureter, sehingga infeksi ureter dapat dengan cepat
menyebabkan septikemi, pienefrosis, dan pembentukan abses ginjal dan perirenal.
Dapat terjadi hiperamonemia dengan manifestasi system saraf pusat, tetapi komplikasi ini
sanagt jarang terjadi.
11.Prognosis
ISK tanpa kelainan anatomi (uncomplicated) mempunyai prognosis lebih baik bila dilakukan
pengobatan pada fase akut yang adekuat dan disertai pengawasan terhadap infeksi berulang. Pada
pielonefritis, bila pengobatan yang cepat dan tepat dapat mencapai penyembuhan yang sempurna.
Prognosis jangka panjang pada sebagian besar penderita dengan kelainan anatomis
(complicated) umumnya kurang memuaskan meskipun telah diberikan pengobatan yang adekuat.
Pada anak-anak dengan ISK yang berulang-ulang kambuh, seringkali menimbulkan masalah yang
sulit dan mengecewakan dalam pengobatan dan profilaksisnya.
5
Deteksi dini terhadap adanya kelainan anatomi, pengobatan yang segera pada fase akut,
kerjasama yang abik antara dokter, ahli urologi dan orang tua pasien sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya perburukan yang mengarah ke fase terminal gagal gijal kronis.
Antimikroba
6
Penggunaan antimikroba pada ginjal dipengaruhi oleh fungsi ginjal sendiri. Antibiotika yang dapat
pengaruhi fungsi ginjal, co. aminoglikosida, sefalosporin, sefalotin
Penisilin
Mekanisme : hambat pembentukan dinding sel mikroba
Terhadap kuman gram+ paling kuat penisilin G, efektif terhadap kuman gram+, beberpa gram- ,
gonokok dan spirochaeta
Ampisilin spectrum lebih luas dan tahan asam, tp aktivitas kurang dibanding penisilin G
Eksresi melalui tubuli ginjal, dan masa paruhnya dipengaruhi oleh probenecid
Penisilin merupakan antibiotic yang tidak terlalu nefrotoksik
Efek samping : alergi, reaksi toksik, dan reaksi jarisch-herhheimer (pemberian penisilin pada
pendrita sifilis)
Sefalosporin
Generasi 1 spektrum terhadap kuman gram +
- sefalotin , eksresi melalui ginjal 70% utuh, 30% bentuk diasetil. Efek samping reaksi
comb+, anemia hemolitik, syok anafilaktik, neutron/lekopeni
- sefapirin
Generasi 2 kurang aktif terhadap gram+, tetapi lebih aktif terhadap kuman gram-
- Sefamandol, efektif terhadap kuman gram- seperti H.influenza, enterobacter, proteus
indol+, E.coli, dan klebsiella. Indikasi terhadap penyakit sinusitis, otitis, ISPA dengan
rtiologi kuman gram-
Generasi 3 kurang aktif terhadap kuman gram+, efektif terhadap enterobactericeae dan
Ps.aeroginosa
- Seftriakson, eksresi melalui urin 60-80%. Indikasi obat pilihan utama uretritis Go tanpa
komplikasi, meningitis (2x/hari), dan infeksi biasa (1x/hari). Dosis tidak perlu disesuaikan
pada gagal ginjal atau gangguan hepar
- Sefiksim, kadar tertinggi pada empedu dan urin, eksresi melalui ginjal. Indikasi OMA,
bronchitis akut, ISK Go, dan infeksi saluran empedu
Generasi 4 (sefepime) sangat aktif terhadap Haemophilus dan Neiseria dan lebih aktif terhadap
Ps.aerogenosa, enterobactericeae, S.aureus, dan S.pneumoniae
Azetrionam (gol beta-laktamase)
kuman gram- anaerob, ekskresi melalui urin dalam keadaan utuh dan dihambat oleh
probenecid
7
indikasi
1. infeksi berat kuman gram – anaerob
2. ISK dengan komplikasi
Tetrasiklin
Spectrum luas, meliputi gram+, gram- , aerob, dan anaerob
Resisten terhadap kuman E.coli, klebsiella, enterobacter, proteus indol+ dan pseudomonas
Diekskresi melalui glomerulus ginjal dan empedu, kadar dalam empedu 10x kadar dalam
plasma dan mengalami siklus enterohepatik
Pembagian tetrasiklin
1. Tetrasiklin
2. Demetilklortetrasiklin
3. Doksisiklin & minosiklin
Efek samping :
- Alergi
- Reaksi toksik dan iritatif
Pemberian lama sebabkan kelainan darah tepi (leukositosis, trombositopenia,
dll), reaksi fototoksik, pigmentasi kuku dan onikolisis (lepasnya kuku dar dasar)
Hepatotoksisitas pada dosis tinggi parenteral dan wanita hamil dengan
pielonefritis
Pada gangguan ginjal dapat timbulkan azotermia, hierfosfatemia, penurunan BB
Memperlambat koagulasi
- Kontraindikasi pada anak
Pertumbuhan tulang terhambat pada fetus dan anak
Pada gigi susu dan gigi tetap anak timbul disgenesis, perubahan warna gigi
permanen dan cenderung terjadi caries (efek agak kurang pada doksisiklin)
TIK meningkat pada neonatus, sehingga sebabkan fontanel menonjol
Indikasi
1. Riketsiosis
2. Klamidia
3. Uretritis non spesifik, etiologi Ureaplasma urealyticum atau Chlamydia trachomatis
Kontraindikasi pada wanita hamil, neonatus, anak-anak kurang dari 8 tahun, gagal ginjal
(kecuali doksisiklin), gangguan fungsi hepar, dan pasien hipersensitif.
8
Kloramfenikol
Efektif terhadap Neisseria, Haemophilus, Chlamydia, (dll kebanyakan kuman anaerob) serta
S.aureus, dan E.coli
Ekskresi melalui ginjal 80-90% (5-10% bentuk aktif)
Efek samping
- Reaksi hematologi
depresi sumsum tulang
anemia aplastik dengan pansitopeni, sifat irreversible
pada penderita G6PD dapat cetuskan hemolisis
- Reaksi alergi
- GI tract, mual muntah, dll
- Sindrom gray, timbul pada neonatus
- Sakit kepala, neuritis perifer, neuropati optic, dll
Indikasi
1. Demam tifoid (obat pilihan utama)
2. Meningitis
3. Infeksi kuman anaerob
4. Riketsiosis
Tiamfenikol
Efek terhadap kuman gram+ dan gram-
Eksresi melalui ginjal, pada payah jantung dosis dikurangi
Indikasi dan efek samping seperti kloramfenikol (kecuali jarang sebabkan anemia aplastik)
Aminoglikosida
Streptomisin, kanamisin, gentamisin, tobramisin, amikasin, neomisin, dll
Terutama untuk kuman gram- aerob
Efek samping
- Toksik : neuritis perifer, ototoksik (n.VIII), dan nefrotoksik
Indikasi
- Streptomisin untuk penderita TB
- Kanamisin neomisin, gentamisin, dan tobramisin untuk infeksi E.coli, klebsiella, proteus,
enterobacter, dll
Eritromisin
9
Golongan makrolit
Spectrum batang gram+, kokus gram-, dan beberapa kuman gram-
Indikasi
1. Infeksi mycoplasma pneumonia
2. Penyakit legionairae
3. Infeksi klamidia (pilihan utama untuk wanita hamil dan anak-anak)
4. Difteri
5. Pertusis
Efek samping :
- Alergi
- Iritasi saluran cerna
- Hepatitis kolestasis
Flourokuinolon
Siprofloksasin (generasi 2), Terutama untuk infeksi kuman gram- aerob
moxifloksasin (generasi 3), aktif terhadap gram+, gram-, aerob, dan anaerob
Aktif terhadap E.coli, klebsiella, enterobacter, proteus, dll
Perlu dosis penyesuaian pada ginjal, kecuali moxifloksasin tidak dieksresi melalui ginjal
melainkan melalui hepar
Indikasi :
1. Infeksi saluran kemih, walau fungsi ginjal terganggu
- Karena kadar dalam urin cukup tinggi, sehingga efektif untuk antibiotika saluran kemih
- Urin sulit menjadi asam, cocok untuk flourokuinolon yang lebih baik pada keadaan
asam
- Untuk sintitis akut dapat diberikan obat lain yang lebih murah dan efektif
- Prostatitis akut (E.coli), obat ini dapat menembus lebih baik
- Prostatitis kronik dapat diberikan siprofloksasin
2. Infeksi saluran cerna
3. Infeksi saluran napas bawah
10