Induksi Persalinan

13
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011 REFLEKSI KASUS REFLEKSI KASUS Induksi Persalinan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Obsgin RSUD Kota Yogyakarta Disusun oleh : Ade Mayashita 2007.0310.057 Diajukan kepada : dr. Tri Budianto, Sp.OG RM.01.

description

Induksi Persalinan

Transcript of Induksi Persalinan

Page 1: Induksi Persalinan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011

REFLEKSI KASUS

REFLEKSI KASUS

Induksi PersalinanDiajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Kepaniteraan Klinik di Bagian ObsginRSUD Kota Yogyakarta

Disusun oleh :Ade Mayashita2007.0310.057

Diajukan kepada :dr. Tri Budianto, Sp.OG

SMF ILMU OBSGIN RSUD KOTA YOGYAKARTAFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2012

RM.01.

Page 2: Induksi Persalinan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011

REFLEKSI KASUS

REFLEKSI KASUS

I. KASUS

Seorang pasien G1 P0 A0, berusia 25 tahun, hamil 41 minggu 2 hari datang ke poli

kandungan dan kebidanan dengan keluhan hamil lewat waktu, lebih dari 9 bulan. Oleh

dokter spesialis kandungan pasien diberikan advice agar menjalani pacuan persalinan.

Data tambahan pasien :

KU cukup, TD 120/ 80 mmHg, TFU 36 cm, janin tunggal memanjang , puki, preskep,

kepala sudah masuk PAP, TBJ 3720 gr, his (-), udem extremitas inferior (-), DJJ (+) baik,

vulva tenang, uretra tenang, vagina licin, serviks kaku, di belakang, pembukaan (-), Selket

(+), preskep, kepala turun di H II, , STLD (-), STAK(-)

II. PERMASALAHAN

Apa kah cara-cara induksi persalinan yang dapat digunakan untuk pertolongan persalinan pada pasien ini?

III. PEMBAHASAN

Induksi adalah upaya menstimulus kontraksi spontan uterus yang belum muncul untuk

mempersiapkan kelahiran. Induksi persalinan adalah suatu upaya agar persalinan mulai

berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang

(stimulasi) timbulnya HIS.

Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik

secara operatif maupun medicinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga

terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada

akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut untuk wanita hamil yang sudah inpartu.

Indikasi

Indikasi Ibu

a. Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsi dan eklamsi.

RM.02.

Page 3: Induksi Persalinan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011

REFLEKSI KASUS

b. Kehamilan dengan diabetes miltus.

c. Infeksi amnionitis.

Indikasi janin

a. Kehamilan lewat waktu (postmaturitas).

b. Ketuban pecah dini.

c. Janin mati.

d. Inkompatibilitas Rh.

e. Gestasi pascamatur.

f. Insufisiensi plasenta.

g. IUFD.

h. IUGR.

i. Oligohidramnion.

Indikasi Selektif

a. Maturitas paru cukup

b. Kontraksi uterus tak sempurna

c. Atas permintaan yang bersangkutan

Kontraindikasi

1. Disproporsi sefalo-pelvik.

2. Ibu menderita penyakit jantung berat.

3. Hati-hati pada bekas-bekas operasi/uterus yang cacat seperti bekas SC, miomektomi yang

luas dan ekstensif.

4. Malposisi dan malpresentasi janin.

5. Infusiensi plasenta.

6. Cacat rahim, misalnya pernah mengalami seksio sesarea.

7. Grande multipara.

8. Gemeli.

9. Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidramnion.

10. Plasenta previa.

RM.03.

Page 4: Induksi Persalinan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011

REFLEKSI KASUS

11. Makrosomia.

12. Hydrosefalus.

13. Beberapa penyakit , seperti herpes genetalis aktif.

berlebihan misalnya pada hidramnion (3).

10. Plasenta previa (2,3).

11. Makrosomia (2).

12. Hydrosefalus (2).

13. Beberapa penyakit , seperti herpes genetalis aktif (2).

Cara Induksi Persalinan

Induksi partus dapat dilakukan dengan berbagai cara

1. Secara medis

a. Infuse oksitosin

Kemasan yang dipakai adalah pitosin, sintosinon.

1) Agar infuse oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan tidak memungkinkan

penyulit baik pada ibu dan janin, maka diperlukan syarat-syarat berikutnya :

a) Kehamilan aterm

b) Ukuran panggul normal

c) Tidak ada CPD (disproposi antara pelvis dan janin).

d) Janin dalam presentasi kepala

e) Serviks sudah matang yaitu, porsio teraba lunak, mulai mendatar dan mulai membuka.

2) Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai skor bishop, yaitu bila nilai berlebih dari 8,

induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.

- Tetesan permulaan kecepatan pertama 10 tetes/menit.

- Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam setiap 15 menit. Bila dalam waktu 15 menit

ini HIS tetap lemah, tetesan dapat dinaikan. Umumnya tetesan maksimal

diperbolehkan sampai mencapai kadar oksitosin 30-40 tetes/menit, maka berapapun

kadar oksitosin yang dinaikan tidak akan menimbulkan tambahan kekuatan kontraksi

lagi. Sebaiknya infuse oksitosin dihentikan.

RM.04.

Page 5: Induksi Persalinan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011

REFLEKSI KASUS

- Penderita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk kemungkinan

timbulnya tetania uteri, tanda-tanda rupture uteri membakat, maupun tanda-tanda

gawat janin

- Bila kontraksi timbul secara teratur dan adekuat , maka kadar tetsan oksitosin

dipertahankan. Sebaliknya bila tejadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetsan

dapat dikurangi atau sementara dihentikan.

- Infuse oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selasai yaitu

sampai satu jam sesudah lahirnya plasenta.

- Evaluasi kemajuan janin pembukaan serviks dapat dilakukan dengan periksa dalam

bila HIS telah kuat dan adekuat. Pada waktu pemberian infuse oksitosin bila ternyata

kemudian persalinan telah berlangsung, maka infuse oksitosin dilanjutkan sampai

pembukaan lengkap. Segera setelah kala II dimulai, maka tetesan infuse oksitosin

dipertahankan dan ibu di pimpin mengejan atau dipimpin dengan persalinan buatan

sesuai dengan indikasi yang ada pada waktu itu. Tetapi bila sepanjang pemberiaan

infuse oksitosin timbul penyulit pada ibu maupun janin. Maka infuse oksitosin harus

segera dihentikan dan kehamilan segera diselesaikan dengan seksio sesarea.

b. Prostaglandin E2

Prostaglandin dapat merangsang otot-otot polos termasuk juga otot-otot rahim.

Prostaglandin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 Dan PGF2 alpha. Untuk

induksi persalinan prostaglandin dapat diberikan secara intravena, oral, vaginal, rectal, dan

intra amnion. Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostaglandin cukup efektif.

Pengaruh sampingan dari pemberia prostaglandin ialah mual, muntah, diare.

Dianjurkan preparat ini diberikan pada saat atau menjelang tiba dikamar bersalin agar

dapat dilakukan pemantauan kontinu terhadap aktifitas uterus dan denyut jantung janin.

Mungkin perlu dilakukan pengamatan dengan periode berkisar dari 30 menit hingga 2 jam.

Jika tidak terdapat perubahan dalam aktifitas uterus atau denyut jantung janin setelah peiode

ini, pasien dapat dipindahkan atau dipulangkan. Jika muncul, kontraksi biasanya terjadi pada

jam pertama dan memperlihatkan aktivitas puncak dalam 4 jam pertama. Jika tetap terjadi

kontraksi yang teratur, pemantauan denyut jantung janin harus dilanjutkan dan tanda-tanda

vital dicatat.

RM.05.

Page 6: Induksi Persalinan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011

REFLEKSI KASUS

Interval waktu aman minimal antara pemberian prostaglandin E2 dan permulaan pemberian

oksitosin belum diketahui pasti. Menurut petunjuk pembuatannya, induksi oksitosin harus

ditunda selama 6 hingga 12 jam (2).

c. Misoprostol

Misoprostol (cytotec) adalah prostaglandin E1 sintenik, dan saat ini tersedia berbagai tablet

100 mcg untuk mencegah ulkus peptic. Obat ini digunakan “off-label” (diluar indikasi resmi)

untuk pematangan serviks prainduksi dan induksi persalinan. Misoprostol berharga murah,

stabil pada suhu kamar, dan mudah diberikan peroral atau dengan memasukannya kevagina,

tetapi tidak ke serviks (2).

d. Misoprostol vagina

Tablet misoprostol vagina dimasukan kedalam vagina setara dan mungkin lebih 25μg.

hipertensi dimulai uterus disertai perubahan denyut jantung janin perlu diperhatikan pada

pemakaian obat ini. Dosis misoprostol intravagina yang lebih tinggi (50 μg atau lebih)

menyebabkan peningkatan bermakna takisistol uterus, pengeluaran dan aspirasi mekonium,

dan sesar atas indikasi hiperstimulasi uterus. Laporan rupture uterus pada wanita dengan

riwayat pembedahan dengan menyebabkan misoprostol tidak boleh digunakan pada para

wanita tersebut (2).

e. Misoprostol oral

Afektivitas misoprostol oral, 100 μg, serupa dengan misoprostol intravagina 25 μg (2).

f. Cairan hipertonik intrauterine

Pemberian cairan hipertonik cairan amnion dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada

kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam

hipertonik 20%, urea dan lain-lain, kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan

prostaglandin untuk meperkuar rangsangan pada otot-otot rahim.

2. Secara manipulative dengan tindakan

Inisiasi pembukaan serviks dengan dilator serviks osmotic higroskopik telah lama diterima

sebagai tindakan yang efektif sebelum terminasi kehamilan untuk meningkatkan efektivitas

induksi persalinan jika serviks belum matang.

RM.06.

Page 7: Induksi Persalinan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011

REFLEKSI KASUS

a. Amniotomi

Amniotomi atau pemecahan ketuban secara artificial di inggris juga disebut sebagai induksi

bedah, sering digunakan untuk menginduksi atau mempercepat persalinan. Indikasi umum lain

untuk amniotomi antara lain adalah pematauan denyut jantung janin internal jika diantisipasi

adanya gangguan janin dan penilaian intrauterus kontraksi jika persalinan belum memuaskan.

Amniotomi elektif untuk mempercepat persalinan spontan/mendeteksi mekonium juga dapat

diterima dan sering di praktikan.

Hendaknya ketuban dipecahkan jika memenuhi syarat sbb:

- Serviks sudah matang/skor pelviks diatas 5.

- Pembukaan kira-kira 4-5 cm

- Kepala sudah memasuki PAP biasanya setelah 1-2 jam pemecahan ketuban diharapkan

HIS akan timbul dan menjadi lebih kuat.

Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda-tanda pemulaan

persalinan, maka harus di ikuti dengan cara-cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya

dengan infuse oksitosin.

Teknik amniotomi

Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dimasukan kedalam jalan lahir sampai

sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari

berubah sedemikian rupa sehingga telapak tangan menghadap kearah atas. Tangan kiri

kemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tutunan kedua jari yang

telah ada didalam. Ujung pengait diletakan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang

ada didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus pengait tersebut

untuk dapat masuk dan merobek selaput ketuban. Selain itu menusukan pengait ini dapat juga

dilakukan dengan satu tangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk

tangan kanan, kemudian dimasukan kedalam jalan lahir sedalam kanalis servikalis. Pada

waktu tindakan ini dikerjakan, seorang asisten menahan kepala janin kedalam pintu atas

panggul. Stelah air ketuban mengalir keluar , pengait dikeluarkan leh tangan kiri, sedang jari

tangan yang didalam memperlebar robekan selaput ketuban. Air ketuban dialirkan sedikit-

demi sedikit untuk menjaga kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat, bagian-bagian kecil

RM.07.

Page 8: Induksi Persalinan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011

REFLEKSI KASUS

janin, gawat janin dan solusio plasenta. Setelah selesai tangan penolong ditarik kluar dan

kejalan lahir.

b. Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim (striping of the membrane).

Yang dimaksud denga striping of the membrane, ialah melepaskan ketuban dan dinding

segmen bawah rahim secara menyeluruh setinggi mungkin dengan jari tangan. Cara ini

dianggap cukup efektif dalam merangsang timbulnya his.

Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan ini, ialah

a) Serviks yang belm dapat dilalui oleh jari

b) Bila didapatkan persangkaan plasenta letak endah, tidak boleh dilakukan

c) Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggul

c. Pemakaian rangsangan listrik

IV. KESIMPULAN

Pasien pada refleksi kasus ini tengah hamil 41 minggu 2 hari, oleh dokter spesialis

kebidanan dan kandungan, dengan memperhatikan keadaan pasien dan janin diputuskan

bahwa induksi paling tepat yang dapat diberikan untuk pasien adalah dengan pemberian

misoprostol oral.

V. REFERENSI

DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar, R., Lutan, D. (ed). (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

2. Alan H. (2003). Current Obstetric and gynecologic diagnosis and Treatment ninth edition. New York : Mc Graw Hills Companies, Inc

3. Cunningham FG. Mc Donald PC, Gant NF. (2007). Obsteric William Edisi 21. Jakarta : EGC

4. Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

RM.08.

Page 9: Induksi Persalinan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011

REFLEKSI KASUS

5. Saifuddin, A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

6. Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

RM.09.