Indonesia Power Laporan Pengujian Rotor Dan Stator Generator Sinkron 50 Mw 2

download Indonesia Power Laporan Pengujian Rotor Dan Stator Generator Sinkron 50 Mw 2

of 110

Transcript of Indonesia Power Laporan Pengujian Rotor Dan Stator Generator Sinkron 50 Mw 2

PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50 MW DI PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANGLAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG

Disusun Oleh : EKO PARJONO L2F 004 473

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menerangkan bahwa laporan kerja praktek yang dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2007 sampai dengan 31 Desember 2007 dengan judul : PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50 MW DI PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG yang disusun oleh :

Nama NIM

: EKO PARJONO : L2F 004 473

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari Tanggal Tempat

: : : SEMARANG

Mengesahkan,

General Manager

Pembimbing Lapangan

Ir. Zaenal Mustofa

Sudjatmo

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menerangkan bahwa laporan kerja praktek yang dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2007 sampai dengan 31 Desember 2007 dengan judul : PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50 MW DI PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG yang disusun oleh :

Nama NIM

: EKO PARJONO : L2F 004 473

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari Tanggal Tempat

: : : SEMARANG

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro

Dosen Pembimbing

Ir. Sudjadi, MT. NIP. 131 558 567

Abdul Syakur, ST, MT NIP. 132 231 132

Abstrak

Generator Sinkron memegang peranan yang sangat penting dalam produksi energi listrik di PT Indonesia Power Tambak Lorok Semarang. Generator ini digunakan untuk mengkonversi energi mekanik putaran dari turbin menjadi energi listrik. Kebanyakan tipe generator sinkron yang digunakan di PT Indonesia Power adalah generator sinkron dengan pendingin hidrogen, karena dengan pendingin hidrogen akan didapatkan kelembaban yang kecil / kering didalam generator. Untuk menjaga kehandalan sistem diperlukan perawatan dan pengujian secara berkala dengan tidak mengesampingkan system proteksinya. Generator sinkron dengan kapasitas besar membutuhkan perawatan ataupun pengujian untuk menjaga agar tetap dapat beroperasi secara normal dan terhindar dari bermacam - macam gangguan misalnya adalah vibrasi pada rotor, hubung singkat pada lilitan stator maupun rotor, dsb. Beberapa langkah dilakukan untuk meminimalisasi gangguan tersebut. Salah satunya adalah dengan pengujian rotor dan stator yang terdiri dari banyak pengujian diantaranya adalah High Potensial Test, Megger, dan Balancing Voltage Rotor Test. Dalam kerja praktek ini, penulis ingin belajar tentang pengujian pada rotor dan stator generator sinkron 50 MW dengan pendingin hidrogen. Dengan laporan ini, para mahasiswa dapat belajar jenis- jenis pengujian pada generator sinkron dengan kapasitas daya besar dan mengetahui bagaimana cara melakukan pengujian pada rotor dan stator generator. Kata kunci: Generator Sinkron, Proof Test, Analytical Test, Pengujian rotor dan stator.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Hanya berkat rahmat dan karunia-Nya semata penulis akhirnya dapat menyelesaikan kerja praktek di PT. Indonesia Power UBP Semarang, tepatnya di PLTU Unit 1 Tambak Lorok Semarang. Laporan Kerja Praktek ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk dapat segera menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegaro. Tujuan Kerja Praktek ini adalah untuk mengembangkan disiplin ilmu yang diperoleh di bangku kuliah melalui penerapannya di dunia kerja. Selama kurang lebih satu bulan melaksanakan kerja praktek di PT. Indonesia Power Tambak Lorok Semarang tepatnya di PLTU Unit 1 dan 2 ini penulis berkesempatan mengangkat topik mengenai Pengujian Rotor dan Stator Generator Sinkron 50 MW di PLTU Unit 1 PT. Indonesia Power UBP Semarang. Keberhasilan penulis dalam melaksanakan kerja praktek ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait, untuk itu perkenankanlah penulis untuk berterima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Sudjadi, MT selaku Ketua jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang. 2. Bapak Abdul Syakur, ST, MT selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek dari Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro. 3. Bapak Sudjatmo selaku Pembimbing Lapangan di PT. Indonesia Power UBP Semarang. 4. Bapak Boediono Diro, Bapak Bambang, Bapak Solikin, Bapak Subagyo, Bapak Saulan, Bapak Erwin dan semua Teknisi yang ada "Bengkel Listrik", selaku asisten pembimbing lapangan, yang telah menemani dan membimbing penulis di lapangan. 5. Bapak Ikhsan Mudzakir, Bapak Bambang SDM, dan semua karyawan PT. Indonesia Power UBP Semarang yang telah banyak membantu kami serta memberi masukan bagi kemajuan kami.

6. Mas Heri dan Edi Purwanto UBH tarima kasih atas waktu, penjelasan dan bantuannya. 7. Bapak dan Ibu penulis, atas segala pengorbanan yang tak terkira jasanya yang telah memberikan dukungan, semangat, dan doa yang tulus ikhlas. Semoga penulis dapat mencapai cita cita dan menjadi kebanggaan serta membahagiakan Bapak dan Ibu. Juga tak lupa kepada kedua adikku semoga dapat menjadi orang yang sukses, maaf aku jarang pulang. 8. Teman-teman seperjuangan di Bengkel Listrik : Rohmat Nugroho (T. Elekro04 UNDIP), Lukman and friends (T. Elekro04 UNY), serta temen temen KP dari BLKI dan UNNES. 9. Temen-temen Konsentrasi Power Community 2004 : Achmad "Asraff",

Arie "Lombok, Cahyo (Makasih bantuannya yok!) , Syaiful, Erline, Fuad "Bolly", Alberth "Zakar_ia", Pandu "Kuru", Heru Embong, Fajar, Wildan Komting, Iskandar, Habib, Rifai, Kaka Ontime" dan Hendra. 10. Temen - temen angkatan 2004 Teknik Elektro Universitas Diponegoro. 11. Temen KKN Desa Colo (Coloniensist) : Ikhsan S, Nervalusiana, Rista D.A, Intan L, Handoyo [Doyok], Haryo Baskoro [Ryo] dan temen - temen Kecamatan Dawe : Fany, Desi, Kartini dll, yang telah memberiku semangat. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu memberikan perhatian, dan doa, serta bimbingan serta pengarahan hingga Laporan Kerja Praktek ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini, sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan. Akhirnya penulis hanya berharap semoga penulisan Kerja Praktek ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri serta kalangan civitas akademika lainnya.

Semarang,

April 2008

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ABSTRAK ........................................................................................................... KATA PENGANTAR.........................................................................................

i ii iv v

DAFTAR ISI........................................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR........................................................................................... x

DAFTAR TABEL................................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN 1 3 3 3 3 4

1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1.2. Waktu dan Lokasi Kerja Praktek............................................................ 1.3. Tujuan Kerja Praktek.............................................................................. 1.4. Pembatasan Masalah............................................................................... 1.5. Metode Penulisan Laporan..................................................................... 1.6. Sistematika Penyusunan..........................................................................

BAB II PROFIL DAN SEJARAH PT. INDONESIA POWER 2.1. Sejarah PT. Indonesia Power.................................................................. 2.2. Paradigma, Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Nilai PT. Indonesia Power.. 2.2.1. Paradigma................................................................................... 2.2.2. Visi............................................................................................. 2.2.3. Misi............................................................................................. 2.2.4. Motto.......................................................................................... 2.2.5. Tujuan......................................................................................... 2.2.6. Tujuh Nilai Perusahaan : IP-HaPPPI.......................................... 2.3. Makna Bentuk dan Warna Logo............................................................. 6 7 7 8 8 8 8 9 9

2.4. Bisnis Utama PT. Indonesia Power........................................................ 10 2.5. PT. Indonesia Power UBP Semarang..................................................... 12 2.5.1. Sejarah PT. Indonesia Power UBP Semarang............................ 12 2.5.2. Lokasi.......................................................................................... 14 2.5.3. Fasilitas yang Terdapat pada Kompleks Pembangkit................. 14 2.5.4. Struktur Organisasi dan Personalia.............................................. 16 2.6. Lingkungan PT Indonesia Power UBP Semarang.................................. 20

BAB III PROSES PRODUKSI TENAGA LISTRIK PADA PLTU PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG 3.1. Pendahuluan............................................................................................. 21 3.2. Kemampuan Unit .................................................................................... 21 3.3. Proses PLTU........................................................................................... 22 3.3.1. Siklus Rankine............................................................................. 22 3.3.2. Produksi Listrik PLTU.............................................................. 24 3.3.2.1 Siklus Air dan Uap......................................................... 26 3.3.2.2 Siklus Udara dan Gas Pembakaran................................ 27 3.3.2.3 Siklus Bahan Bakar........................................................ 27 3.3.2.4 Siklus Air Pendingin...................................................... 27 3.3.2.5 Siklus Minyak Pelumas................................................. 28 3.3.2.6 Siklus Penyaluran Tenaga Listrik.................................. 28 3.3.2.7 Alat alat bantu pembangkitan PLTU.......................... 29 3.4. Pemeliharaan Unit................................................................................... 36

BAB IV TINJAUAN UMUM GENERATOR SINKRON 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 Dasar Teori.............................................................................................. 37 Konstruksi Generator Sinkron................................................................ 38 Eksitasi Generator Sinkron...................................................................... 41 Eksitasi Tegangan................................................................................... 41 Pengaturan Generator Sinkron................................................................ 42 Pengaturan Tegangan Generator ............................................................ 45 Memparalelkan Generator/Sinkronisasi Generator................................. 46 Kerja Paralel............................................................................................ 49 Ayunan (Swing)...................................................................................... 49

4.10 Nilai......................................................................................................... 51

BAB V PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50 MW I PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG 5.1 5.2 Sistem Isolasi Lilitan Rotor dan Stator................................................... 52 Pengujian Rotor dan Stator....................... ............................................. 53 5.2.1 Proof Test..................................................................................... 53

5.2.2 Analytical test............................................................................... 54 5.3 Ulasan Pengujian.................................................................................... 55 5.3.1 High Potensial Test...................................................................... 55 5.3.1.1 AC High Potensial Test.................................................. 55 5.3.1.2 Very-Low-Frequency Test Voltage................................. 56 5.3.1.3 DC High Potensial Test.................................................. 56 5.3.2 Insulation Resistance Test /Megger Test...................................... 57 5.3.2.1 Megger stator.................................................................. 59 5.3.2.2 Megger rotor.................................................................. 65 5.3.3 DC Leakage................................................................................. 68 5.3.4 Dissipation Factor....................................................................... 69 5.3.5 Balancing Voltage Rotor Test...................................................... 71 5.3.5.1 Pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor sebelum pemasangan Retaining Ring.......................................... 72 5.3.5.2 Pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor setelah pemasangan Retaining Ring.......................................... 73 5.3.5.3 Balancing voltage rotor test........................................... 75 5.3.6 Tahanan Dalam (Rd) Rotor.......................................................... 76 5.3.7 Partial Discharge Test................................................................ 79

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan............................................................................................. 80 6.2. Saran....................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 82 LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 3.1

Lokasi PT Indonesia Power UBP SEmarang ...................................... 14 Tata letak fasilitas PT. Indonesia Power ............................................. 15 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power UBP Semarang .................. 16 Siklus Rankine Ideal (a) Diagram temperatur dengan entropy (T-s) .................................... 22 (b) Diagram antara entalpy dengan entropy........................................ 23

Gambar 3.2 Diagram aliran siklus rankine ............................................................ 23 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ............................................ 25 Nameplate generator Unit 1 PT. Indonesia Power Tambak Lorok Semarang ........................................................................................... 36 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Instalasi generator 50 MW yang digerakkan dengan turbin ............... 37 Stator generator sinkron ..................................................................... 39 (a) Tampak yang dibentangkan dari lilitan stator tiga fase sederhana hubungan Y.............................................................. ..................... 39 (b) Cara menghubungkan terminal untuk hubungan delta. ................. 39 Gambar 4.4 Rotor kutub sepatu / salient pole untuk generator sinkron kepesatan rendah ................................................................................................ 40 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Rotor tipe silinder untuk generator sinkron 3000 rpm......................... 40 Kurva pengaturan generator sinkron pada faktor berbeda ................... 43

Gambar 4.7 Diagram fasor yang disederhanakan dari generator sinkron yang bekerja pada (a) faktor daya satu ........................................................................... 44 (b) faktor daya 0,8 tertinggal ............................................................. 44 (c) faktor daya 0,8 mendahuluiKecepatan sinkronisasi dengan 2 pasang kutub ............................................................................... 44 Gambar 4.8 Diagram pengaturan tegangan statik yang disederhanakan ................. 46 Gambar 4.9 Hubungan penyinkronan generator..................................................... 47

Gambar 4.10 Skala Sinkroskop ............................................................................... 49 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Sistem isolasi pada lilitan stator generator .......................................... 52 Sistem isolasi pada lilitan rotor generator ........................................... 52 Tahap permulaan dua gangguan internal generator ............................. 54

Gambar 5.4

Perubahan secara tipikal dalam 1 menit dan 10 menit resistansi isolasi selama proses pengeringan ...................................................... 58

Gambar 5.5 Gambar 5.6 Gambar 5.7 Gambar 5.8 Gambar 5.9

Rangkaian megger stator fasa ground .............................................. 59 Rangkaian megger stator fasa fasa................................................... 59 Rangkaian Megger rotor .................................................................... 65 Rangkaian dielektrik dasar. ................................................................ 69 Arus pengisian total ........................................................................... 70

Gambar 5.10 Kumparan dengan sedikit rongga/ kehampaan pada isolasinya mempunyai PF 2 % pada tegangan kerja. Sedangakan dengan banyak kehampaan mempunyai PF 5%-10% yang diukur pada tegangan kerja.................................................................................... 70 Gambar 5.11 Rangkaian pengukuran impedansi karakteristik.................................. 71 Gambar 5.12 Grafik impedansi karakteristik tegangan naik sebelum pemasangan Retaining Ring...................................................................................... 72 Gambar 5.13 Grafik impedansi karakteristik tegangan turun sebelum pemasangan Retaining Ring ................................................................................... 73 Gambar 5.14 Grafik impedansi karakteristik tegangan naik setelah pemasangan Retaining Ring ................................................................................... 74 Gambar 5.15 Grafik impedansi karakteristik tegangan turun setelah pemasangan Retaining Ring ................................................................................... 74 Gambar 5.16 Rangkaian pengujian balancing tegangan rotor .................................. 75 Gambar 5.17 Pelepasan Retaining Ring (R-R) ........................................................ 77 Gambar 5.18 Rangkaian pengawatan pengukuran hambatan dalam (Rd) dengan menggunakan Winding Resistance Meter.......................................... 78

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4

Kapasitas Terpasang per-Unit Bisnis Pembangkitan.............................. 11 Produksi listrik pada unit- unit pembangkit ........................................... 11 Daya terpasang (MW) sistem Jawa Bali ............................................. 12 Daya yang dihasilkan PT Indonesia Power didasarkan pada jenis pembangkit .......................................................................... 12

Tabel 2.5 Tabel 3.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9

Kapasitas terpasang PT Indonesia Power UBP Semarang ..................... 14 Perbandingan PLTU dan PLTG ............................................................ 23 Tegangan yang digunakan pada Hi-Pot Test ......................................... 64 Megger awal stator fasa ground ......................................................... 64 Megger awal stator fasa fasa. ............................................................. 64 Megger fasa ground stator sebelum penambahan resin ....................... 64 Megger fasa fasa stator sebelum penambahan resin ............................ 64 Megger fasa ground stator setelah penambahan resin ......................... 64 Megger fasa fasa stator setelah penambahan resin ............................. 64 Megger fasa ground stator sebelum divarnis....................................... 64 Megger fasa fasa stator sebelum divarnis .......................................... 64

Tabel 5.10 Megger fasa ground stator setelah rotor dimasukkan .......................... 64 Tabel 5.11 Megger fasa fasa stator setelah rotor dimasukkan .............................. 64 Tabel 5.12 Megger fasa ground stator sebelum busbar di connect ........................ 64 Tabel 5.13 Megger fasa fasa stator sebelum busbar di connect............................ 64 Tabel 5.14 Megger awal rotor (sebelum heating dan cleaning) ............................... 64 Tabel 5.15 Megger rotor sebelum Retaining Ring di lepas ...................................... 64 Tabel 5.16 Megger rotor sebelum injeksi DC (Retaining Ring dilepas)................... 64 Tabel 5.17 Megger rotor setelah Retaining Ring masuk.......................................... 64 Tabel 5.18 Cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk ................................... 64 Tabel 5.19 Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan naik sebelum pemasangan Retaining Ring................................................................. 64 Tabel 5.20 Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun sebelum pemasangan Retaining Ring................................................................. 64 Tabel 5.21 Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan naik setelah pemasangan Retaining Ring. ................................................................ 64

Tabel 5.22 Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun setelah pemasangan Retaining Ring. ................................................................ 64

BAB I PENDAHULUAN

1.7.Latar Belakang Pada milenium ke 3, Indonesia sebagai negara berkembang mulai bergerak menuju ke arah negara industri. Pembangunan industri - industri tersebut guna meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mengurangi pengangguran yang melanda Indonesia pasca krisis moneter tahun 1998. Hal ini ditambah dengan banyaknya proyek proyek pemukiman/perumahan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia terutama di Pulau Jawa dan juga luasnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Industri dan proyek perumahan diatas, menimbulkan peningkatan permintaan kebutuhan listrik. Industri memerlukan listrik guna menjalankan motor motor listrik guna kegiatan/ proses produksi seperti pabrik semen, pabrik garmen, pabrik bahan kimia dll yang tentunya daya yang digunakan sangat besar. Sedangkan, pemukiman/ rumah tangga membutuhkan listrik guna menyuplai peralatan elektronik misalnya: lampu, pendingin ruangan (AC ), magic jar, komputer, mesin cuci, pompa air, televisi, radio dan sebagainya. Uraian diatas hanya memberikan gambaran bahwa energi listrik memegang peranan strategis dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada khususnya dan manusia pada umumnya. Arti strategis adalah manusia tidak dapat hidup tanpa listrik karena dibutuhkan dalam kehidupan yang serba elektronis di zaman modern ini. Buktinya saat adanya pemadaman bergilir masyarakat merasa terganggu dan resah dengan kurangnya pasokan listrik dan kerugian yang sangat besar bagi industri yang diakibatkan oleh hal tersebut. Kecenderungan peningkatan kebutuhan energi listrik harus segera diantisipasi oleh pemerintah (BUMN dalam hal ini PLN) yang memonopoli produksi energi listrik Tanah Air. Gejala ini harus diantisipasi oleh penyedia jasa energi listrik yaitu PLN (Perusahaan Listrik Negara) dengan pembangunan pembangkit listrik baru berbahan bakar non-fosil (tidak terbaharui). Oleh karena itu, pemerintah berusaha menyosialisasikan bio-fuel dan batu bara yang dianggap sebagai solusi seiring dengan menipisnya bahan bakar minyak. Batubara sebagai alternatif baru karena diperkirakan melimpah ruah di Indonesia terutama di Pulau Kalimantan dan dapat digunakan ratusan tahun. Contoh pembangkit baru yang dibangun dengan bahan bakar batu bara Pembangkit Tanjung Jati B di Jepara.

Energi listrik merupakan energi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan industri. Untuk pemenuhan kebutuhan ini, maka dibangunlah banyak pembangkit listrik di Indonesia. Berdasarkan jenis energi yang dikonversikan menjadi tenaga listrik, maka pembangkit energi listrik dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain yaitu : PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTU (Pembagkit Listrik Tenaga Uap), PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas), PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi). Selain itu, ada juga gabungan dari dua jenis pembangkit PLTG dan PLTU yang biasa dikenal dengan nama PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap). Proses Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdapat peralatan yang menunjang proses produksi energi listrik. Secara umum proses dalam PLTU berdasarkan siklus Renkine (Renkine Cycle). Peralatan- peralatan utama siklus renkine adalah pompa, boiler (pemanas), turbin, generator, dan kondensor. Proses sederhana produksi listrik tenaga uap adalah dengan memanaskan air dengan menggunakan bahan bakar minyak residu/ MFO (pada boiler) sampai menghasilkan uap kering. Setelah itu, uap kering bertekanan dan bertemperatur tinggi tersebut digunakan untuk menggerakkan sudu - sudu turbin uap (sebagai penggerak mula generator) yang dikopel dengan rotor generator. Pada generator terjadi proses konversi energi dari energi mekanik menjadi energi listrik. Listrik tersebut kemudian di naikkan tegangannya menggunakan trafo step up, dan kemudian di transmisikan melalui switch yard. Salah satu peralatan yang penting dalam penyediaan listrik ke konsumen adalah generator sinkron. Sedangkan, pada saat peralatan listrik tersebut mengalami gangguan misalnya hubung singkat pada lilitannya dan sebagainya, maka diambil suatu tindakan preventif untuk mengatasi gangguan tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, mutlak diperlukan suatu pemeliharaan. Salah satu pemeliharaan tersebut adalah dengan pengujian pada rotor maupun stator generator sinkron. Pada laporan ini, penulis hanya membahas pengujian rotor dan stator pada generator sinkron tiga fasa 50 MW di PLTU Unit 1 PT Indonesia Power UBP Semarang. Generator sinkron ini digunakan sebagai alat pengkonversi energi dari energi mekanik putar dari turbin ke energi listrik.

1.8.Waktu dan Lokasi Kerja Praktek Waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek adalah sebagai berikut : Tempat : Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Unit 1 dan 2 di PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Semarang, Jalan Ronggowarsito, Komplek Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah. Waktu : 3 Desember 2007 sampai dengan 31 Desember 2007.

1.9.Tujuan Kerja Praktek Tujuan dari kegiatan kerja praktek ini adalah : 1. Mengetahui proses pembangkitan energi listrik di PT. Indonesia Power UBP Semarang tepatnya di PLTU Tambak Lorok. 2. Mempraktekkan apa yang telah dipelajari dibangku kuliah. 3. Belajar untuk terlibat langsung dalam dunia kerja yang sesungguhnya. 4. Mempelajari pengujian yang dilakukan pada rotor dan stator generator sinkron berkapasitas besar.

1.10.

Pembatasan Masalah Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, pembahasan hanya dibatasi

pada penjelasan proses PLTU, dan pengujian yang dilakukan pada rotor dan stator generator sinkron di PLTU Unit 1 PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang.

1.11.

Metode Penulisan Laporan Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah sebagai berikut : 1. Metode Interview Yaitu penyusun melakukan tanya jawab secara langsung mengenai suatu masalah yang dihadapi kepada pembimbing di lapangan. 2. Metode Observasi Yaitu terjun langsung untuk mengamati dan mencatat apa saja yang dianggap penting guna melengkapi data data.

3. Metode Studi Literatur Data dikumpulkan dari buku pustaka yang berada di perpustakaan PT. Indonesia Power Semarang

1.12.

Sistematika Penyusunan Laporan kerja praktek ini dibagi menjadi enam bab yang saling berhubungan

satu sama lain. Adapun sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN Pembahasan mengenai latar belakang dan permasalahan, waktu dan lokasi kerja pratek, tujuan kerja praktek, batasan masalah, metodologi penyusunan laporan dan sistematika laporan. 2. BAB II PROFIL DAN SEJARAH PT. INDONESIA POWER Penjelasan mengenai profil PT. Indonesia Power secara umum; mulai dari sejarah, paradigma, visi-misi, motto, tujuan dan nilai, makna bentuk dan warna logo, bisnis utama, dan PT. Indonesia Power UBP Semarang secara khusus; sejarah, fasilitas, dan struktur organisasi. 3. BAB III PROSES PRODUKSI TENAGA LISTRIK PADA INDONESIA POWER UBP. SEMARANG Berisi tentang proses produksi listrik pada Pembangkit Listrik PLTU PT.

Tenaga Gas Uap (PLTU) di PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Semarang yang secara garis besar meliputi proses Renkine. 4. BAB IV TINJAUAN UMUM GENERATOR SINKRON Berisi tentang dasar teori, kontruksi, eksitasi, pengaturan tegangan, memparalelkan generator/sinkronisasi generator, kerja paralel, ayunan (swing), nilai, dan rugi-rugi dan efisiensi generator sinkron. 5. BAB V PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50 MW DI PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG Pembahasan mengenai sistem isolasi lilitan rotor dan stator, pengujian rotor dan stator, ulasan mengenai pengujian yang meliputi : High Potensial Test, Insulation Resistance Test, DC Leakage, Dissipation Factor, Balancing Voltage Rotor Test, Tahanan Dalam (Rd) rotor, Partial Discharge Test.

6. BAB VI PENUTUP Berisi kesimpulan mengenai pokok-pokok penting yang diperoleh selama pelaksanaan kerja praktek di PLTU Tambak Lorok PT. Indonesia Power UBP Semarang serta sumbangan saran-saran.

BAB II PROFIL DAN SEJARAH PT. INDONESIA POWER

2.7. Sejarah PT. Indonesia Power Pada awal tahun 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi pada sektor ketenagalistrikan. Langkah ke arah deregulasi tersebut diawali dengan berdirinya Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta. Kemudian pada akhir tahun 1993, Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben) menerbitkan kerangka dasar kebijakan (Sasaran & Kebijakan Pengembang Sub Sektor Ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang restrukturisasi sektor ketenagalistrikan. Sebagai penerapan tahap awal, pada tahun 1994 PLN diubah statusnya dari Perum menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 3 Oktober 1995, PT. PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak perusahaan tersebut adalah PT. Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali I, atau yang lebih dikenal dengan nama PLN PJB I. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait. Pada tanggal 3 Oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima, Manajemen Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT. Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi perusahaan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Walaupun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan yang baru didirikan pada pertengahan 1990-an, PT. Indonesia Power mewarisi sejumlah aset berupa pembangkit dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut memanfaatkan teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan beragam energi primer seperti air, batubara, panas bumi dan sebagainya. Namun demikian, dari pembangkit-pembangkit tersebut, ada pula pembangkit paling tua Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari

uraian diatas, dapat dipandang bahwa secara kesejarahan pada dasarnya usia PT. Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di Indonesia. PT. Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkit tenaga listrik terbesar di Indonesia (9.040 MW) dengan 8 Unit Bisnis Pembangkitan Utama di beberapa lokasi strategis di Pulau Jawa dan Bali. Unit-unit Bisnis Pembangkitan tersebut adalah: Priok, Suralaya, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak & Grati, dan Bali. UBP Semarang memiliki tiga jenis pembangkit yaitu PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas ), dan PLTU (Pembangkit Listrik Uap). Dengan kapasitas terpasang 1496 MW, Unit Bisnis

Pembangkitan Semarang memegang peranan penting dalam menjaga keandalan mutu sistem kelistrikan Jawa-Bali, memberikan kontribusi 16,71 % dari keseluruhan kapasitas terpasang pembangkit yang dimiliki PT Indonesia Power. PLTGU merupakan pembangkit jenis combined cycle. Pembangkit jenis ini menggunakan gas panas pembuangan dari pembangkit tenaga gas untuk memanaskan air dalam pipa-pipa HRSG menjadi uap untuk menggerakan turbin uap. Penggunaan teknologi combined cycle menjadi operasi pembangkit lebih efisien sebab cara ini memanfaatkan gas panas pembuangan pembangkit listrik primer menjadi tenaga listrik pada tahap sekunder. Selain itu pembangkit tenaga gas merupakan pembangkit yang akrab dengan limbah lain yang sangat rendah. Jadi selain efisien jenis pembangkit ini juga merupakan bukti kepedulian terhadap lingkungan. Sedangkan PLTU menggunakan bahan bakar minyak (residu) untuk memanaskan air pada boiler melalui closed loop dan efisiensinya lebih besar daripada PLTGU.

2.8.Paradigma, Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Nilai PT. Indonesia Power PT. Indonesia Power sebagai perusahaan memiliki paradigma, visi, misi, motto, dan tujuan. 2.2.1. Paradigma Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang melandasi cara seseorang menilai sesuatu. Paradigma dari PT. Indonesia Power adalah Bekerja dan berusaha untuk meningkatkan nilai Perusahaan bagi kepentingan Stakeholder (pihak terkait) .

2.2.2. Visi Visi PT.Indonesia Power adalah menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan. Penjabaran Visi : 1. Maju, berarti perusahaan bertumbuh dan berkembang sehingga menjadi perusahaan yang memiliki kinerja setara dengan perusahaan sejenis di dunia. 2. Tangguh, memiliki sumber daya yang mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan sulit disaingi. Sumber daya PT. Indonesia Power berupa manusia, mesin, keuangan maupun sistem kerja berada dalam kondisi prima dan antisipatif terhadap setiap perubahan. 3. Andal, sebagai perusahaan yang memiliki kinerja memuaskan stakeholder. 4. Bersahabat dengan lingkungan, memiliki tanggung jawab sosial dan keberadaannya bermanfaat bagi lingkungan. 2.2.3. Misi Misi PT. Indonesia Power adalah melakukan usaha dalam bidang pembangkitan tenaga listrik dan mengembangkan usaha-usaha lain yang berkaitan berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang. 2.2.4. Motto Motto PT. Indonesia Power adalah Bersama...kita maju. 2.2.5. Tujuan Tujuan PT. Indonesia Power adalah : 1. Memberikan nilai tambah bagi pelanggan, karyawan, dan pemilik. 2. Menghasilkan keuntungan yang menjamin pertumbuhan yang

berkesinambungan. 3. Mencapai tingkat kinerja setara dengan perusahaan pembangkitan tenaga listrik kelas dunia. 4. Membangun budaya perusahaan yang memilik nilai-nilai : Profesional, Harmoni, Pelayanan Prima, Peduli, Pembelajar, dan Inovatif.

2.2.6. Tujuh Nilai Perusahaan : IP-HaPPPI 1. Integritas Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik kepada Perusahaan. 2. Profesional Menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan kode etik sesuai dengan bidang pekerjaannya. 3. Harmoni Serasi, selaras, dan seimbang dalam pengembangan kualitas pribadi, hubungan dengan stakeholder, dan hubungan dengan lingkungan hidup. 4. Pelayanan Prima Memberi pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi harapan stakeholder. 5. Peduli Peka-tanggap dan bertindak untuk melayani stakeholder serta memelihara lingkungan sekitar. 6. Pembelajar Terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kualitas diri yang mencakup fisik, mental, sosial, agama, dan kemudian berbagi dengan orang lain. 7. Inovatif Terus-menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru dalam usaha melakukan pembaharuan untuk penyempurnaan baik proses maupun produk dengan tujuan peningkatan kinerja.

2.3.

Makna Bentuk dan Warna Logo Logo PT. Indonesia Power adalah sebagai berikut :

Makna bentuk dan warna logo PT. Indonesia Power (perusahaan) merupakan cerminan identitas dan lingkup usaha yang dimilikinya.

Secara keseluruhan nama Indonesia Power merupakan nama yang kuat untuk melambangkan lingkup usaha perusahaan sebagai power utility company di Indonesia. Walaupun bukan merupakan satu-satunya power utility company di Indonesia, namun karena perusahaan memiliki kapasitas terbesar di Indonesia bahkan di kawasannya , maka nama Indonesia Power dapat dijadikan brand name. Bentuk : 1. Karena nama yang kuat, INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan menggunakan dasar jenis huruf (font) yang tegas dan kuat : FUTURA BOOK / REGULAR dan FUTURA BOLD. 2. Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf O melambangkan TENAGA LISTRIK yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan. 3. Titik / bulatan merah (red dot) di ujung kilatan petir merupakan simbol perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PT. PLN PJB I. Titik ini merupakan simbol yang digunakan di sebagian besar materi komunikasi perusahaan. Dengan simbol yang kecil ini, diharapkan identitas perusahaan dapat langsung terwakili. Warna : 1. Merah Diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan identitas yang kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri. 2. Biru Diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru

menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri yaitu berteknologi tinggi, efisien, aman dan ramah lingkungan.

2.4.

Bisnis Utama PT. Indonesia Power Sesuai dengan tujuan pembentukannya, Indonesia Power menjalankan bisnis

pembangkit tenaga listrik sebagai bisnis utama di Jawa dan Bali. Saat ini, Indonesia Power memasok lebih dari separuh atau sekitar 54 % kebutuhan pangsa pasar tenaga

listrik sistem Jawa-Bali. Kemampuan tersebut didukung oleh kenyataan bahwa Indonesia Power merupakan pembangkit yang memiliki sejumlah pembangkit yang terdiri dari 132 unit pembangkit dan fasilitas pendukung lainnya. Dengan kapasitas terpasang total sebesar 9040 MW. Ini merupakan kapasitas terbesar yang dimiliki perusahaan di Indonesia atau yang ketiga terbesar di dunia. PT. Indonesia Power sendiri mempunyai kapasitas yang terpasang per-unit bisnis pembangkit yang dapat dilihat pada tabel 2.1.Tabel. 2.1 Kapasitas Terpasang per-Unit Bisnis Pembangkitan

Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya Priok Saguling Kamojang Mrica Semarang Perak-Grati Bali Total PT. Indonesia Power

Kapasitas 3.400 1.563 798 360 306 1.469 864 335 9.095

Untuk produksi listrik pada unit-unit bisnis pembangkitan dari tahun 2000 sampai dengan semester 1 tahun 2006 dapat dilihat pada tabel 2.2.Tabel 2.2 Produksi listrik pada Unit-unit Bisnis Pembangkitan Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya Priok Saguling Kamojang Mrica Semarang Perak-Grati Bali Jumlah 2000 21.212 7.457 2.656 2.728 1.121 4.799 67 526 40.487 2001 21.063 6.914 3.392 2.908 1.173 4.558 476 503 40.987 2002 21.449 6.787 2.683 3.056 826 5.096 931 1.022 41.849 2003 23.462 7.248 2.098 2.804 869 5.146 1.534 1.214 44.374 2004 22.711 6.797 2.366 2.988 892 5.524 1.745 1.394 44.417 2005 24.520 6.961 2.903 2.870 960 5.782 2.959 1.367 48.322 SM I 2006 11.714 3.841 1.179 1.316 600 2.552 964 716 22.882

Sedangkan dalam menyuplai kebutuhan tenaga listrik di Jawa Bali dari tahun 1999 sampai 2005, tidak hanya PT. Indonesia Power yang menyuplai tetapi juga pembangkit lain di Jawa-Bali yaitu IPP ,PT. PMT ,dan PT. PJB seperti pada tabel 2.3

Tabel 2.3 Daya Terpasang (MW) Sistem Jawa Bali Perusahaan PT. Indonesia Power PT. PJB PT. PMT IPP Jumlah 1999 37.054 27.095 0 3.752 67.901 2000 40.486 26.115 0 8.225 74.826 2001 40.987 27.828 0 12.409 81.224 2002 41.849 26.902 0 17.738 86.489 2003 44.374 26.417 0 19.151 89.941 2004 44.417 27.883 900 22.293 95.493 2005 48.322 26.137 2.064 23.435 99.958

Dari data diatas tampak bahwa kebutuhan beban dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sedangkan dalam menyuplai kebutuhan tenaga listrik di PT. Indonesia Power berdasarkan jenis pembangkitnya dari tahun 2000 sampai tahun 2006 semester I berdasarkan tabel 2.4Tabel 2.4 Daya yang dihasilkan PT. Indonesia Power didasarkan pada jenis pembangkit Jenis Pembangkitan PLTA PLTD PLTG PLTP PLTU PLTGU Jumlah 2000 3.777 93 466 2.649 23.125 10.377 40.487 2001 4.564 72 484 2.908 23.125 9.834 40.987 2002 3.509 92 1.035 3.056 23.308 10.849 41.849 2003 2.968 66 1.608 2.804 25.718 11.211 44.374 2004 3.258 71 1.942 2.988 24.871 11.284 44.417 2005 3.863 136 1.976 2.870 26.457 13.020 48.322 SM I 2006 1.779 59 908 1.316 12.508 6.312 22.882

Dari data diatas tampak bahwa daya terbesar dihasilkan oleh PLTU, dan daya terkecil dihasilkan oleh PLTD dari tahun 2000 sampai tahun 2006 semester I di PT. Indonesia Power.

2.5.

PT. Indonesia Power UBP Semarang

2.5.1. Sejarah PT. Indonesia Power UBP Semarang PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang Sebelumnya adalah PLN Sektor Semarang yang didirikan pada tanggal 5 Oktober 1979 sesuai dengan SK Pimpinan PLN Wilayah XIII No. 001/PW XIII/79 yang disempurnakan dengan SK pimpinan PLN Wilayah XIII No. 03/PW XIII/81 tanggal 1 Juli 1981 dengan pengelolaan unit PLTU yaitu Unit 1 dan 2 sebesar 2 x 50 MW. Kemudian ditambah PLTG Unit 1, 2, 3 (14 MW; 19,45 MW; 20,1 MW) yang terletak di Pandean Lamper dan unit 4 (21,35 MW) yang terletak di Tambak Lorok, Serta PLTU unit 3 yang berkapasitas 200 MW. Untuk PLTG unit 1 dan 2 sudah tidak

beroperasi, sedangkan unit 3 dipindah ke Ujung Pandang (Sulawesi Selatan) dan unit 4 dipindah ke Padang (Sumatra Barat). Mulai tanggal 3 Februari 1983 PLN Semarang masuk ke dalam jajaran Pembangkit Jawa Bali I (PJB I) sesuai dengan SK Direksi No. 016/DIR/83, kemudian sejak bulan November 1994 ditambah 1 blok PLTG yang terdiri dari 3 unit pembangkit PLTG (3 x 109,65 MW). Tahun 1996 ditambah lagi 1 blok PLTG (3 x 109,65 MW) dan pada tahun 1997 dilengkapi dengan PLTU nya (2 x 188). Kemudian sejak tanggal 3 Oktober 2000 atau bertepatan dengan peringatan ulang tahunnya yang ke-5 PLN PJB I Unit Pembangkit Semarang berubah nama menjadi PT. Indonsia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang. Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga keandalan dan mutu sistem kelistrikan Jawa-Bali terutama di Jawa Tengah, memberikan kontribusi 16,71 % dari keseluruhan kapasitas terpasang pembangkit yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power. Daya yang terpasang di Unit Bisnis Pembangkitan Semarang ini adalah sebagai berikut pada tabel 2.5:Tabel 2.5 Kapasitas terpasang PT Indonesia Power UBP Semarang

Mesin Pembangkit PLTU Tambak Lorok 1 Tambak Lorok 2 Tambak Lorok 3 PLTGU Tambak Lorok GTG 1.1 Tambak Lorok GTG 1.2 Tambak Lorok GTG 1.3 Tambak Lorok STG 1.0 Tambak Lorok GTG 2.1 Tambak Lorok GTG 2.2 Tambak Lorok GTG 2.3 Tambak Lorok STG 2.0 PLTG Sunyaragi 1 Sunyaragi 2 Sunyaragi 3

Daya Terpasang

Merek Mesin

Tahun Operasi

50,00 MW 50,00 MW 200,00 MW

GE GE Mitsubishi

25-09-1978 17-10-1978 02-07-1983

109,65 MW 109,65 MW 109,65 MW 188,00 MW 109,65 MW 109,65 MW 109,65 MW 188,00 MW

GE GE GE GE GE GE GE GE

31-08-1993 03-10-1993 21-10-1993 27-11-1997 24-07-1996 30-08-1996 04-09-1996 16-05-1997

20,03 MW 20,03 MW 20,10 MW

Alsthom Alsthom Alsthom

06-06-1976 21-01-1976 26-01-1976

Sunyaragi 4 Cilacap 1 Cilacap 2 Total Daya Terpasang

20,10 MW 29,00 MW 26,00 MW 1468,21 MW

Alsthom Westinghouse Westinghouse

30-12-1976 26-08-1996 15-10-1996

2.5.2. Lokasi PT. INDONESIA POWER Unit Bisnis Pembangkitan Semarang terletak di sebelah timur Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, sebelah utara kota Semarang dengan menempati areal seluas 400.000 m2. Pemilihan lokasi yang dekat dengan pantai adalah karena dalam pengoperasian PLTU memerlukan air yang cukup banyak, selain itu untuk memudahkan transportasi untuk mengangkut bahan bakar yang digunakan PLTU dengan kapal laut.PT. INDONESIA POWER

U

Gambar 2.1 Lokasi PT. Indonesia Power UBP Semarang

2.5.3. Fasilitas yang Terdapat pada Kompleks Pembangkit Fasilitas-fasilitas untuk mendukung berlangsungnya pembangkitan listrik di PT. Indonesia Power UBP Semarang Tambak Lorok antara lain: 1. Switch yard 150 KV 2. Bangunan intake dan chlorination 3. Bangunan gedung bengkel 4. Bangunan garasi

5. Rumah jaga 6. Bangunan desalination dan water treatment 7. Bangunan pemadam kebakaran 8. Bangunan hydrogen plant, package steam 9. Bangunan control building 10. Fasilitas penyediaan, penyimpan dan pengolahan air (supply, storage and treatment facility) 11. Bangunan utama pembangkit 12. Fasilitas bahan bakar minyak (fuel oil facility) 13. Fasilitas dok (dock facility) 14. Fasilitas jalan (road)

Gambar 2.2 Tata letak fasilitas PT. Indonesia Power UBP Semarang

Utilitas merupakan bagian dari suatu pabrik yang bertujuan menyediakan kebutuhan- kebutuhan yang mendukung proses sebagai sarana untuk memperlancar operasi PLTU dan PLTGU serta kebutuhan lainnya.

2.5.4. Struktur Organisasi dan Personalia Struktur Organisasi PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG dapat dilihat dalam Gambar 2.3. Struktur Organisasi Unit Bisnis Pembangkitan Semarang

Bagan Susunan Jabatan Bidang Pemeliharaan Unit Bisnis Pembangkitan Semarang

Gambar 2.3 Struktur organisasi PT. Indonesia PowerUBP Semarang

Tugas tugas dalam struktur organisasi PT. Indonesia Power : 1. General Manager General Manager merupakan pimpinan perusahan dan penanggung jawab tertinggi terhadap seluruh kegiatan perusahaan. Bertugas

mengkoordinasikan seluruh kegiatan dengan manajer bidang sehingga perusahaan menjadi maju. 2. Manajer Operasi dan Niaga Manajer Operasi dan Niaga bertanggung jawab dalam bidang pengoperasian unit pembangkit sehingga unit menghasilkan produk energi listrik sampai dengan pemasaran atau penjualan hasil energi listrik yang didapatkan. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh: a. Supervisor Senior Pengendalian Niaga Memsuspensi pengendalian niaga dan pelaksanaan pngendalian niaga. b. Supervisor Senior kimia dan Bahan Bakar Mensupervisi, mengelola, dan mengurus bahan bakar, kimia, termasuk mengrus klaien ats penerimaan bahan bakar. c. Staf Kinerja Membantu manager operasi dan niaga dalam evaluasi dan kinerja operasi serta merencanakan rencana kerja anggaran (RKA) rutin maupun non rutin. d. Staf Keandalan Membantu mnager opri dan naga dalam mengoptimalkan operasi pusat pembangkitan dan menganalisis gangguan pusat pembangkitan serta menemukan solusi permsalahan srta membuat usulan perbaikannya. 3. Manajer Pemeliharaan Mengelola, mengurus dan mengkoordinasikan kegiatan pemeliharaan unit pembangkitan sesuai target kinerja dan kebijakan yang ditetapkan manager unit serta membina SDM-nya. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh: a. Supervisor Senior Pemeliharaan Mesin

Mensuspensi pelaksanaan intaalasi mesin dan alat bantuannya, termaasuk daftar kebutuhan, suku cadang, material. Peralatan kerja, kebutuhan jasa, tenaga kerja, termasuk pengendalian kinerja bawahannya. b. Supevisor Senior Pemeliharaan Listrik Mensupervisi pelaksanaan instalasi listik dan alat bantuannya, termasuk daftar kebutuhan, suku cadang, material, peralatan kerja, kebutuhan jasa, tenaga kerja, serta anggarannya. c. Supervisor Senior Harian Kontrol dan Instrumen Mensupervisi pekerjaan pemeliharaan peralatan kontrol dan instrumen termasuk mengusulkan daftar kebutuhan suku cadang, material, perawatan kerja, kebutuhan jasa, tenaga kerja, dan anggaran yang dierlukan. 4. Manajer Logistik Manajer Logistik bertanggung jawab atas pemenuhan semua kebutuhan perusahaan termasuk sarana yang diperlukan untuk kelangsungan proses produksi listrik. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh: a. Supervisor Senior Perencanaan Logistik b. Supervisor Senior Pengadaan Barang/Jasa c. Supervisor Senior Gudang 5. Manajer Sistem dan SDM Manajer Sistem dan SDM bertugas mendukung General Manager dalam mengelola bidang SDM, membangun dan memelihara citra positif perusahaan dalam pandangan masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh: a. Supervisor Senior Administrasi Kepegawaian b. Supervisor Senior Sistem Informasi c. Staf Perencanaan SDM dan Formasi d. Staf Kinerja Pegawai dan Budaya Perusahaan e. Staf Pengembangan Kompetisi dan Diklat f. Staf Managemen Mutu Pelaksanaan Pengembangan SDM

6. Manajer Keuangan Manajer Keuangan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan anggaran keuangan dan akuntansi unit serta administrasi umum sesuai sasaran, strategi, kebijakan dan program-program unit. Dalam pelaksanaannya dibantu manajer keuangan dibantu oleh: a. Supervisor Senior Anggaran Mensuspensi Tata usaha anggaran dan meyakinkan bahwa setiap pelaksana telah menghayati dan mengerti atas tugas-tugas yang diberikan. b. Supervisor Senior Keuangan Mensupervisi tata usaha keuangan dan meyakinkan bahwa setiap pelaksana telah menghayati dan mengerti atas tugas-tugas yang diberikan dan kelancaran tata laksana keuangan, serta membuat lapran sesuai dengan bidang tugasnya. c. Supervisor Senior Akuntansi Mensupervisi dan menyelenggarakan proses akuntansi perusahaan sesuai ketentuan yang berlaku meliputi penyusunan jurnal, buku besar dan laporan keuangan termasuk menganalisis, mengevaluasi dan menyajikan data dan laporan finansial lainnya yang dibutuhkan managemen, mengendalikan dan menilai bawahan dalam bidang tugasnya. 7. Manajer Humas Manajer Humas bertugas mengurusi hubungan antara perusahaan dengan pihak luar dalam berbagai bidang yang turut mendukung kemajuan bagi perusahaan. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh: a. Supervisor Senior Sekretariat dan Rumah Tangga Mensupervisi tat laksana sekretaris dan rumah tangga termasuk menyusun RKA dalam bidangnya meliputi: pengadaan dan pemeliharaan sarana dan fasilitas kerja, pelayanan rumah tangga kantor dan kendaraan serta mengadakan kerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam penanganan masalah keamanan. b. Supervisor Senior Humas dan Lingkungan c. Supervisor Senior K3 dan Keamanan.

8. Manajer Unit Manajer Unit baik PLTG Sunyaragi, PLTG Cilacap bertanggung jawab tentang kegiatan operasi masing-masing unit pembangkitan dan bertanggung jawab langsung kepada General Manajer.

2.6 Lingkungan PT Indonesia Power UBP Semarang Saat ini, semua Unit Bisnis Pembangkitan di PT. Indonesia Power telah dilengkapi dengan dokumen AMDAL dan diimplementasikan melalui Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Linkungan. Laporan Rencana pengolahan dan pemantauan tersebut setiap bulan dilaporkan ke BAPEDAL Pusat. PT. Indonesia Power secara bertahap telah menerapkan ISO 14001 (Sertifikat Sistem Manajemen Lingkungan) di seluruh unit pembangkitnya, mulai dari UBP Saguling dan disusul UBP Mrica. Kemudian PT. Indonesia Power memberikan prioritas yang sama terhadap perlindungan lingkungan,

pembangunan masyarakat, keamanan maksimum, produk berkualitas tinggi, dan efisien komersial yang optimal. Kegiatan tersebut merupakan aktivitas yang mencerminkan perhatian terhadap masa depan. PT. Indonesia Power juga secara terus -menerus berusaha memanfaatkan energi terbaru yang ramah lingkungan, mengingat semakin menipisnya sumber daya minyak. Selain itu, PT. Indonesia Power juga memasang perangkat untuk mengatasi pencemaran yaitu CEMS (Continous Emission Monnitoring System) serta perusahaan mengantisipasi terhadap pencemaran udara akibat gas buang serta mengurangi tingkat kebisingan unit-unit pembangkit. Terhadap masyarakat PT. Indonesia Power juga memberikan sumbangan dan bakti sosial untuk kelompok masyarakat, terutama mereka yang bermukim di dekat unit-unit pembangkitan.

BAB III PROSES PRODUKSI TENAGA LISTRIK PADA PLTU PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG

3.5.

Pendahuluan PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Semarang sebagai penghasil

listrik berskala besar, secara garis besar berfungsi sebagai A. B. C.

:

Pembangkit / Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ). Pembangkit / Pusat Listrik Tenaga Gas ( PLTG ). Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) / Combined Cycle.

PLTU dan PLTG mempunyai beberapa perbedaan yang mengarah pada keuntungan dan kerugian masing-masing. Berikut perbandingan antara PLTU dan PLTG :Tabel 3.1 Perbandingan PLTU dan PLTG

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Uraian Biaya Pembangunan Waktu Pembangunan Lokasi Kapasitas Biaya Operasi Kebutuhan Air Pendingin Sistem Pembebanan Waktu Start Sampai Beban Penuh Temperatur Kerja Jumlah Operator

PLTU Tinggi Lama Luas Besar Sedang Banyak Tetap Lama Sedang Banyak

PLTG Rendah Cepat Sempit Sedang Tinggi Tidak Ada Bervariasi Cepat Tinggi Sedikit

Sedangkan, pada PLTGU sistem yang digunakan adalah menggabungkan (combine) dari PLTU dan PLTG sehingga dalam proses produksi tenaga listrik menjadi lebih efisien yaitu dengan memanfaatkan gas buang dari PLTG untuk memanaskan air dan memutar turbin uap pada PLTU.

Dalam Laporan Kerja Praktek ini, Penulis hanya akan menjelaskan proses produksi listrik pada PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Semarang sebagai Pusat Tenaga Listrik Uap ( PLTU ) sesuai dengan pembatasan pokok bahasan karena objek Kerja Praktek yang diambil penulis berada pada PLTU Unit 1.

3.6.

Kemampuan Unit Pusat Listrik Tenaga Uap (Closed Loop) menggunakan uap kering sebagai

penggerak turbin uap dan kemudian dikopel dengan rotor generator sinkron 50 MW (daya terpasang). Listrik tersebut ditransmisikan ke switchyard melalui generator transformer (GT) yang kemudian diinterkoneksikan ke sistem 150 kV. Pusat Listrik Tenaga Uap PT. Indonesia Power terdiri atas 3 STG (Steam Turbin Gas) / Unit yaitu: Unit 1 dengan kapasitas 50 MW/ 11,5 kV Unit 2 dengan kapasitas 50 MW/ 11,5 kV Unit 3 dengan kapasitas 200 MW/ 18 kV

Kapasitas daya ketiga unit diatas adalah kapasitas daya terpasang.

3.7.

Proses PLTU 3.3.1 Siklus Rankine Siklus dasar yang praktis untuk turbin PLTU adalah siklus Rankine. Secara

sederhana siklus Rankine yang ideal dapat diperlihatkan pada gambar 3.1.a dan b. Sedangkan untuk diagram aliran siklus Rankine dalam suatu pembangkitan dapat dilihat pula pada gambar 3.2.

Gambar 3.1 Siklus Rankine Ideal, (a) diagram temperatur dengan entropy (T-s) fluida, (b) diagram antara enthalpy dengan entropy (h-s)

Pada siklus Rankine, untuk proses 1 2 merupakan proses yang terjadi pada turbin uap, dimana kondisi uap yang masuk ke turbin adalah bertekanan tinggi (P1) dan bertemperatur tinggi atau merupakan uap kering (superheated vapor). Dengan asumsi bahwa proses yang berlangsung di dalam turbin adalah proses isentropik, maka uap yang keluar dari turbin akan menjadi uap jenuh. Proses 1 2 (isentropik) dimana energi potensial uap akan menghasilkan energi putaran poros turbin, sehingga pada proses ini merupakan proses yang menghasilkan daya luaran (Wout)

Gambar 3.2. Diagram aliran siklus Rankine

Pada proses 2 3 merupakan proses yang berlangsung di dalam kondensor pada tekanan konstan (isobarik). Kondensor berguna untuk mengembunkan uap jenuh yang berasal dari turbin menjadi air (cair jenuh). Untuk memudahkan proses kondensasi, tekanan pada kondensor diusahakan dibawah tekanan atmosfer. Pada kondensor terjadi proses pelepasan kalor (Qout). Proses 3 4 merupakan proses pemompaan untuk menaikan tekanan fluida (cair jenuh) secara isentropik. Pada proses ini terjadi proses pemasukan kerja ke dalam (Win) sistem karena proses pemompaan air yang dihasilkan dari proses kondensasi oleh kondensor. Tekanan yang dihasilkan sama dengan tekanan uap yang masuk ke turbin. Proses 4 1 merupakan proses untuk menghasilkan uap sesuai dengan kebutuhan turbin. Proses ini berlangsung pada boiler secara isobarik, dimana untuk menguapkan air tersebut dibutuhkan masukan panas tertentu (Qin). pada proses 4 5 memperlihatkan percampuran antara liquid bertemperatur rendah dengan bertemperatur tinggi. Sedangkan pada titik 4 menunjukan keadaan cair (liquid) yang tak berubah massa jenisnya karena ditingkatkan tekanannya.

Nilai efisiensi dari siklus ini merupakan perbandingan antara energi keluaran dengan energi masukan. Energi keluarannya merupakan jumlah bersih pengurangan energi yang dihasilkan turbin dikurangi energi yang diberikan ke pompa. Maka nilai efisiensi siklus ini adalah sebagai berikut : netto = di mana, Q1,2 Q3,4 Q4,1 H1 H2 H3 H4 Q1, 2 - Q3,4 Q4,1 atau netto =

(H 2 - H1 ) (H 4 - H 3 ) (H 1 - H 4 )

(3-1)

= Energi yang dihasilkan oleh turbin (KJ) = Energi yang diberikan oleh pompa ke sistem (KJ) = Energi yang dibutuhkan oleh boiler (KJ) = Enthalpy pada saat uap memasuki turbin (KJ/detik) = Enthalpy pada saat uap meninggalkan turbin (KJ/detik) = Enthalpy pada saat uap memasuki pompa (KJ/detik) = Enthalpy pada saat uap meninggalkan pompa (KJ/detik)

3.3.2

Produksi Listrik Pada PLTU

Proses sederhana produksi listrik tenaga uap adalah dengan memanaskan air dengan menggunakan bahan bakar minyak residu/ MFO (pada boiler) sampai menghasilkan uap kering. Setelah itu, uap kering bertekanan dan bertemperatur tinggi tersebut digunakan untuk menggerakkan sudu - sudu turbin uap (sebagai penggerak mula generator) yang dikopel dengan rotor generator. Pada generator terjadi proses konversi energi dari energi mekanik menjadi energi listrik. Listrik tersebut kemudian di naikkan tegangannya menggunakan trafo step up, dan kemudian di transmisikan melalui switch yard.

Sedangkan untuk proses lengkapnya adalah sebagai berikut

Gambar 3.3. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Pada prinsipnya, PLTU mempunyai sistem/ siklus aliran (secara ringkas dapat di lihat pada gambar 3.3) , yaitu meliputi: Air laut di pompa menggunakan Circulating Water Pump (CWP) diproses menjadi air murni ( desalination ) dipanaskan pada ketel uap (boiler) dengan menggunakan burner. Pada proses pemanasan digunakan bahan bakar berupa solar untuk tahap start up dan residu untuk operasi normal. Pemanasan air tersebut melalui beberapa tahap pemanasan (heater) yaitu LP heater, daerator, HP heater, economizer, dan superheater sampai menghasilkan uap panas kering yang bertekanan dan bertemperatur tinggi. Kemudian, uap kering tersebut digunakan untuk memutar sudu-sudu pada turbin. Rotor generator yang dikopel dengan turbin akan ikut berputar sehingga dapat menghasilkan energi listrik dengan bantuan penguat / exciter pada rotor generator. Tegangan listrik yang dihasilkan dinaikkan oleh GT (Generator Transformer) dari 11,5 KV menjadi 150 KV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi 150 KV. Dan juga disalurkan ke MAT (Main Auxillary Transformers) yang digunakan untuk pemakaian sendiri saat keadaan normal yang tegangannya 11,5 KV dari generator diturunkan menjadi 4,16 KV. Sedangkan, jika saat keadaan abnormal

menggunakan transformator RAT (Reserve Auxillary Transformers).

3.3.2.1 Siklus Air dan Uap Bahan baku utama dalam proses PLTU adalah air laut. Air laut terlebih dahulu disaring oleh Bar Screen dan Travelling Screen dan kemudian diinjeksikan chlorine agar hewan hewan laut dan kotoran tidak terbawa aliran air (proses intake). Air tersebut kemudian dipompa oleh Circulating Water Pump ( CWP ) yang sebagian besar digunakan sebagai media pendingin pada condenser dan Auxiliary Cooling Water ( ACW ) dan sebagian lagi disalurkan pada Desalination Evaporator. Pada Desalination Evaporator air laut diubah menjadi air tawar melalui proses penguapan bertingkat dengan menggunakan uap bantu ( Auxiliary Steam ). Proses desalination ini bertujuan untuk memisahkan air dengan kadar garam yang terkandung agar tidak terjadi korosi pada pipa-pipa. Setelah menjadi air tawar kemudian dipompa oleh Destilate Water Pump untuk mengisi tangki. Kemudian, dipompa lagi menuju Demineralizer untuk diubah menjadi air murni dengan cara menginjeksikan resin anion dan kation. Lalu air murni tersebut ditampung di Demin Water Tank. Air pada Demin Water Tank dipompa menggunakan Demin Water Pump menuju condensor bersatu dengan Water Condensate. Air dari condenser dipompa oleh Condensate Pump menuju Low Pressure Heater untuk dipanaskan dengan menggunakan uap extraction steam . Setelah melalui pemanasan pada LP Heater, air tersebut menuju Deaerator. Deaerator berfungsi untuk memisahkan oksigen dari air karena oksigen dapat menimbulkan korosi pada pipa-pipa. Air dari deaerator dipompa oleh Boiler Feed Pump menuju High Pressure Heater untuk dipanaskan lagi dengan menggunakan uap extraction steam. Setelah melalui pemanasan pada HP Heater, air menuju ke economizer untuk dipanaskan sehingga suhu air pengisi boiler hampir mendekati suhu yang diinginkan pada boiler. Pemanasan tersebut bertujuan agar tidak terjadi thermal stress pada pipa-pipa. Kemudian uap kering menuju ke steam drum untuk ditampung dan dibagi ke pipa-pipa penguapan pada boiler. Dari steam drum dihasilkan uap jenuh (basah), uap basah tersebut masih mengandung titik-titik air (uap basah) sehingga perlu diproses lagi guna menghindari kerusakan pada turbin. Oleh karena itu, uap tesebut dipanaskan lagi oleh super heater menghasilkan uap kering.

Uap yang dihasilkan dialirkan melalui Main Stop Valve ( MSV ) dan Generator Valve untuk memutar turbin. Kemudian uap bekas tersebut didinginkan oleh air laut pada Condensor (kondensasi) yang kemudian divakumkan sehingga uap turun dari turbin dan ditampung pada Hot Well (sumur panas) bersatu dengan demin water. Siklus tersebut berjalan secara berulang-ulang dalam rangkaian siklus tertutup.

3.3.2.2 Siklus Udara dan Gas Pembakaran Udara yang dibutuhkan dalam proses pembakaran disuplai oleh Force Draftt Fan (FD Fan) dan dipanaskan pada Air Preheat Coil (APC) . Air Preheat Coil dirancang untuk mempertahankan temperature udara pada temperature ratarata gas buang yaitu sebesar 114 0C . Kemudian udara menuju Air Heater untuk dipanaskan kembali . Pada Air Heater, media pemanas yang digunakan adalah gas panas bekas pembakaran pada boiler. Dari Air Heater, udara dialirkan menuju Wind Box yang kemudian mengalir melalui register bercampur dengan bahan bakar sehingga terjadilah pembakaran di furnace boiler (tempat pembakaran). Gas keluaran dari ruang bakar digunakan sebagai pemanas udara pada Air Heater yang kemudian dibuang melalui cerobong / stack.

3.3.2.3 Siklus Bahan Bakar Bahan bakar pada PLTU menggunakan minyak residu / MFO ( Main Fuel Oil) yang dialirkan dari kapal tongkang menuju pumping house kemudian dipompakan menuju Fuel Oil Tank. Kemudian, MFO dipompakan menuju Fuel Oil Heater untuk dipanaskan dengan menggunakan uap bantu (Auxiliary Steam). Kemudian residu menuju ke burner untuk dikabutkan dan digunakan untuk pembakaran . Pada saat penyalaan awal / start up burner, digunakan bahan bakar berupa solar dan untuk operasi selanjutnya digunakan MFO.

3.3.2.4 Siklus Air Pendingin a. Silkus Air Pendingin Utama Air yang digunakan sebagai media pendingin utama berupa air laut yang dipompa oleh CWP menuju condenser. Pada condenser air digunakan untuk kondensasi uap bekas turbin. Selain itu air juga sebagai pendingin pada

Auxiliary Cooling Water Heat Exchanger. Kemudian air tersebut dibuang melalui pipa-pipa dischange tunnel menuju laut lepas. b. Silkus Air Pendingin Bantu (Auxillary Cooling Water) Air pendingin bantu diambil dari air murni pada Make Up Water Tank yang mengalir melalui ACW Pump menuju Heat Exchanger. Bagian-bagian yang didinginkan meliputi: v Minyak Pelumas Turbin ( Turbine Oil Cooler ) v Gas hydrogen yang digunakan sebagai pendingin generator. v Minyak pelumas pada peralatanperalatan lain, seperti condensate pump , boiler feed pump , dll. Air yang digunakan sebagai pendingin menjadi panas yang kemudian didinginkan oleh air laut. Setelah dingin air tersebut dialirkan kembali sebagai pendingin. Proses ini berlangsung secara terus-menerus dalam siklus tertutup sehingga air akan mengalami pengurangan . Untuk penambahan air agar sesuai , air diambil dari Make Up Water Tank.

3.3.2.5 Siklus Minyak Pelumas Minyak pelumas digunakan untuk pelumasan dan pendinginan pada bearing-bearing turbin selain itu juga digunakan sebagai seal/ perapat dan pendingin hydrogen dan generator. Sebelum digunakan minyak pelumas terlebih dahulu didinginkan pada Lube Oil Cooler dengan media air yaitu Auxiliary Cooling Water. Air pada Auxiliary Cooling Water yang telah dipakai didinginkan oleh air laut pada Auxiliary Cooling Water Heat Exchanger.

3.3.2.6 Siklus Penyaluran Tenaga Listrik. Pada suatu pembangkit, rotor generator dikopel dengan turbin sehingga turbin ikut berputar. Perputaran ini menghasilkan energi listrik dengan bantuan penguat / exciter, tegangan yang dihasilkan mencapai 11,5 KV (Unit 1 dan 2) yang kemudian oleh Generator Transformer dinaikkan menjadi 150 KV. Energi listrik yang dihasilkan kemudian disalurkan melalui Switch Yard menuju gardu induk melalui transmisi tegangan tinggi 150 kV, dan akhirnya energi listrik tersebut disalurkan ke konsumen. Selain itu juga digunakan untuk pemakaian sendiri yang diambil dari Main Auxiliary Transformer ( MAT ) dan Reserve Auxiliary Transformer (RAT). MAT digunakan untuk mensuplai tenaga listrik ke

pemakaian sendiri

dari unit operasi normal, yang dipasang secara parallel

dengan Generator Transformer. Trafo ini menurunkan tegangan dari 11,5 KV menjadi 4360 V. Reserve Auxiliary Transformer digunakan untuk mengubah tegangan 22 KV dari luar pembangkitan (switch yard) menjadi 4360 V untuk pemakaian sendiri apabila unit terjadi gangguan dan mengharuskan unit untuk berhenti beroperasi. Sedangkan, trafo SUS (Secondary Unit Substation) digunakan untuk menurunkan tegangan 4360 V ke tegangan 400/380 V dan dipakai untuk menjalankan motor motor.

3.3.2.7 Alat-alat Bantu pembangkitan PLTU a. Alat-alat bantu pada Boiler Boiler atau ketel uap adalah suatu alat yang digunakan untuk memproduksi uap dengan tekanan dan temperature tertentu.Uap yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan turbin uap sehingga dari turbin uap tersebut akan didapatkan energi mekanis. Selanjutnya, energi mekanis ini akan diubah menjadi energi listrik didalam generator.Adapun boiler sendiri mempunyai alat-alat bantu seperti berikut : 1. Forced Draft Fan ( FD Fan ) Force Darft Fan adalah alat yang digunakan untuk memasukkan udara luar kedalam furnace (ruang bakar) sebagai udara pembakaran. Untuk menaikkan efisiensi boiler, maka udara pembakaran sebelum dimasukkan kedalam ruang bakar perlu dipanaskan terlebih dahulu. Adapun pemanasannya dilakukan dua tingkat yaitu : 1. Pemanasan awal dilakukan pada air preheat coil dengan media pemanas air panas yang diambil dari deaerator storage tank. 2. Pemanasan kedua dilakukan pada air heater , dengan media pemanas gas bekas boiler. Fungsi utama dari FD Fan selain mensuplai udara pembakaran, juga berfungsi untuk pendinginan flame detector dan juga sebagai perapat (seal) kaca pada lubang pengintip.

2. Air Preheat Coil Air Preheat Coil adalah suatu alat yang digunakan untuk memanaskan udara pembakaran dengan menggunakan media pemanas air panas yang

diambilkan dari deaerator storage tank. Jadi udara pembakaran yang dari discharge FD Fan langsung masuk ke pemanas awal yang disebut air preheat coil. Fungsi utama air preheat coil adalah : 1. Sebagai alat pemanas awal udara pembakaran 2 Sebagai pengatur suhu rata-rata antara suhu udara masuk dan suhu gas bekas keluar dari air heater dari sisi dingin sehingga hal ini dapat mencegah terjadinya korosi pada elemen-elemen air heater yang dikarenakan belerang.

3. Air Heater Air heater adalah suatu alat yang digunakan untuk memanaskan udara pembakaran dengan media pemanas kalor gas bekas yang akan dibuang ke cerobong. Air heater dikonstruksikan dari suatu lempengan lempengan penghantar panas yang baik dan tersusun dalam suatu lingkaran yang memungkinkan untuk diputar dengan tujuan mengambil panas dari gas bekas dan memberikan panas terhadap lempengan penghantar panas sehingga udara bakar yang lewat air heater akan menjadi panas.

4. Air Register Air Register adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur besar kecilnya udara pembakaran sesuai dengan yang diinginkan sehingga banyak udara yang masuk ke ruang bakar sebanding dengan banyaknya bahan bakar yang disemprotkan. Dengan demikian pembakaran akan berjalan dengan sempurna. Setiap burner dilengkapi dengan sebuah air register.

5. Economizer Economizer adalah alat yang digunakan untuk memanaskan air pengisi ketel dengan media pemanas energi kalor yang terkandung didalam gas bekas. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan air pengisi ketel yang suhunya tidak jauh berbeda dengan air yang terdapat pada boiler drum, serta untuk menaikkan efisiensi boiler.

6.

Drum Uap / Steam Drum

Steam drum adalah alat yang digunakan untuk memisahkan bagian air, uap basah dan uap kering karena didalam boiler terjadi pemanasan bertingkat. Setiap unit boiler dilengkapi oleh sebuah steam drum dan dipasang pada bagian atas dari boiler.

7. Super Heater. Uap yang dihasilkan boiler drum ada yang masih berupa uap basah , dan untuk mendapatkan uap yang betul-betul kering. Uap basah yang berasal dari boiler drum perlu dipanaskan lagi pada super heater sehingga uap kering yang dihasilkkan naik ke steam drum dan memutar sudu sudu turbin uap. Setiap boiler biasanya dilengkapi dengan dua buah super heater yaitu primary dan secondary super heater yang dipasang pada bagian atas dari ruang pembakarn ( furnace ).

8. Desuper Heater Desuper Heater merupakan spray water yang digunakan untuk mengatur temperatur uap yang dialirkan ke turbin. Alat sudah dibuat sedemikian rupa sehingga bila temperatur uap melebihi ketentuan, maka desuper heater ini akan menyemprotkan air yang berasal dari discharge boiler feed pump sampai temperaturnya normal kembali.

9. Soot Blower Soot Blower merupakan alat pembersih pipa di dalam boiler yang diakibatkan menempelnya sisa-sisa pembakaran, dengan media pembersih auxiliary steam.

10. Igniter Igniter merupakan alat pembakaran yang menggunakan bahan bakar solar, dan pembakarn ini merupakan pembakaran awal sebelum pembakaran main burner dengan bahan bakar utama fuel oil. Fungsi dari igniter adalah : 1. Sebagai alat pembakaran awal pada saat start up. 2. Sebagai pembantu didalam penyalaan main burner.

11. Burner Burner adalah alat pembakaran dengan menggunakan bahan bakar residu atau Main Fuel Oil (MFO). Setelah pembakaran awal dinilai cukup, selanjutnya pembakaran diganti dengan main burner yang dipasang pada front boiler.

12. Boiler Feed Pump ( BFP ) Boiler Feed Pump merupakan pompa pengisi air boiler. Pompa tersebut memompakan deaerator storage tank ke boiler.

b. Alat-alat bantu pada Turbin 1. Condensor Condensor dibuat dari sejumlah pipa-pipa kecil yang mana air laut sebagai media pendingin dapat mengalir melalui pipa-pipa tersebut. Sedangkan uap bekas yang keluar dari turbin akan memasuki sela-sela pipa kondensor sehingga terjadilah perpindahan panas dari uap ke air laut yang selanjutnya akan terjadi pengembunan dan kondensasi uap. Uap yang sudah berubah menjadi air didalam kondensor ditampung didalam hot well. Fungsi dari condensor adalah sebagai berikut : a. Menaikkan efisiensi turbin, karena dengan mengusahakan vacuum didalam kondensor uap bekas dari turbin akan segera dapat keluar dan tidak memberikan reaksi tekanan terhadap putaran turbin. b. Untuk mengembunkan uap bekas dari turbin dengan media pendingin air laut yang mengalir melalui pipa-pipa kecil didalam kondensor sehingga air kondensasi tersebut dapat dijadikan sebagai air pengisi ketel.

2.

Condensate Pump

Setelah air kondensasi terkumpul pada hot well, maka air tersebut dipompakan oleh condensate pump ke deaerator tank dengan melalui heater.

3. Low Pressure Heater Alat ini berguna untuk memanaskan air condensate yang berasal dari hot well, sebelum dimasukkan ke deaerator tank. Konstruksi pemanasan ini terdiri

dari pipa-pipa air yang dilalui oleh air condensat dan pada bagian luarnya dipanasi dengan uap yang diambilkan dari extraction steam dari turbin.

4. Auxiliary Cooling Water Pump Pompa ini berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin yang dibutuhkan untuk mendinginkan minyak pelumas dan gas hydrogen. Air pendingin yang disirkulasikan pleh pompa ini didinginkan lagi oleh air laut didalam auxillary cooling water heat exchanger.

5. High Pressure Heater Alat ini berguna untuk memanaskan air pengisi ketel yang berasal dari deaerator storage tank, yang selanjutnya akan dikirim ke ketel lewat economizer. Konstruksi alat ini terdiri dari pipa-pipa air yang dilalui oleh air boiler feed dan bagian luarnya dipanasi dengan uap.

6. Deaerator Daerator adalah alat yang berfungsi untuk membuang O2 dan gas-gas lain yang terkandung dalam air kondensat, disamping itu juga berfungsi sebagai pemanas air kondensat. Alat ini dikonstruksikan dari tray-tray yang berlapis-lapis sehingga memungkinkan untuk membuat partikel-partikel air condensat yang dimasukkannya. Dengan adanya air kondensat yang sudah menjadi partikelpartikel tersebut serta adanya uap extraksi yang disemprotkan, maka akan memungkinkan O2 dan gas-gas lainnya yang terkandung didalamnya akan terlepas dan dibuang ke atmosfir.

7. Air Ejector Air Ejector adalah suatu alat yang dikonstruksikan dari sebuah nozzle sehingga bilamana dialiri uap akan dapat menarik udara dan gas-gas yang tidak dapat mengembun didalam kondensor sehingga condensor akan menjadi vacuum. Dengan adanya kevakuman pada kondensor maka akan dapat menaikkan efisiensi dari turbin. Alat ini ada dua macam yaitu : a. Primming Ejector

Primming Ejector digunakan pada saat start up, kemudian bila kemampuannya sudah mencapai batas maka penarikan vacuum dilakukan oleh alat lain. b Air Ejector Air Ejector digunakan untuk menarik kevakuman setelah melalui alat primming ejector.

c. Alat-alat bantu pada Generator Bagian bagian pada generator sinkron adalah - Stator, yaitu bagian yang tidak bergerak di mana terpasang terminal untuk mengalirkan energi listrik yang dihasilkan oleh generator. - Rotor, yaitu bagian yang berputar yang merupakan belitan kawat sebagai sumber elektromagnet. Rotor inilah yang membangkitkan medan magnet setelah belitannya dialiri arus DC dari suatu sistem penguat atau exciter. Pada generator terdapat sistem exitasi generator, yaitu suatu sistem yang menyediakan sumber daya untuk penguatan kumparan medan generator. Sistem exitasi pada generator PLTU Semarang tidak menggunakan exciter seperti generator kuno, tapi dalam mendapatkan sumber arus exitasi diperoleh dari terminal output generator itu sendiri melalui sistem yang terdiri dari komponenkomponen statis. Sehingga dinamakan exitasi statis. Apabila generator belum menghasilkan tegangan yaitu sewaktu unit start up, arus exitasinya diambilkan dari battery ( accu ). Begitu regulator arus exitasinya diputar maka arus dari battery ( accu ) langsung masuk ke kumparan rotor untuk memberikan arus penguatan sehingga generator akan menghasilkan tegangan. Dan sistem exitasi statis langsung menggantikan arus exitasi yang disuplai dari accu secara otomatis. Komponen dari sistem exitasi statis terdiri dari: 1. Trafo Exitasi Power Potensial Transformer bersama-sama reactor linear akan memberikan daya exitasi medan generator pada waktu beban kosong. Sedangkan Saturable Current Transformer yang dihubungkan seri dengan sisi netral generator berfungsi untuk memberikan daya exitasi tambahan pada waktu generator dibebani dan memberikan daya exitasi pada waktu terjadi gangguan hubungan singkat.

2. Power Rectifier Power Rectifier (penyearah daya) terdiri dari rangkaian-rangkaian jembatan dioda yang dihubungkan sedemikian rupa untuk memperoleh penyearah gelombang penuh. Input untuk penyearah ini didapat dari output trafo exitasi. Untuk memungkinkan pemeliharaan pada waktu mesin-mesin beroperasi, tiap jembatan penyearah dilengkapi dengan isolated switch lima kutub yang dapat mengisolasi jembatan penyearah dioda terhadap tegangan input bolak-balik maupun tegangan searah hasil penyearahan jembatan lainnya yang sedang beroperasi.

Spesifikasi Teknis Turbin dan Generator PLTU Unit 1 adalah sbb : Turbin: a. Jumlah b. Pabrik c. Nomor seri d. Rating e. Steam Conditions Pressure f. Temperatur g. Exhaust Pressure h. Putaran : 1 buah/ unit : General Electric : 197709 : 50001 KW : 88,90 kg/cm2 : 510 0C : 87,87 mm.Hg abs : 3000 rpm

Generator: a. Jumlah b. Pabrik c. Nomor seri d. Jumlah kutup e. Type : 1 buah/ unit : General Electric : 316X150 :2 : Hidrogen cooled- generator

f. Suhu maksimum gas pendingin : 46C g. Putaran h. Tegangan jangkar i. Tegangan eksitasi j. Faktor daya k. Rating KVA l. Kapasitas KVA : 3000 rpm : 11500 V : 250 V DC : 0,85 : 62500 : 57500

Gambar 3.4. Nameplate generator Unit 1 PT. Indonesia Power Tambak Lorok Semarang

Pada generator Unit 1 menggunakan rating 62500 KVA dengan faktor daya 0,85, sehingga nilai rating generator setelah dikalikan faktor daya adalah 53125 MW akan lebih tinggi daripada rating turbin yaitu sebesar 50001 MW. Ini dimaksudkan supaya generator beroperasi diatas rating turbin, sehingga saat turbin dalam kerja normal generator mampu menahan tegangan atau arus pada saat turbin dalam rating maksimumnya.

3.4

Pemeliharaan Unit Pada PLTU Tambak Lorok, pemeliharaan yang dilakukan meliputi: 1. Pemeliharaan Rutin. Adalah pemeliharaan yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu tanpa tergantung berapa jam pengoperasian mesin, untuk instrument control biasa ditentukan setiap seminggu sekali pengecekan. 2. Pemeliharaan Periodik Adalah pemeliharaan yang dilaksanakan tergantung dari jam

pengoperasian mesin. 3. Pemeliharaan Khusus Adalah Pemeliharaan yang dilaksanakan berdasarkan kejadian khusus baik disebabkan oleh gangguan perubahan lingkungan ataupun perubahan desain. Dalam pelaksanaannya pemeliharaan khusus biasanya bersamaan dengan pemeliharaan periodik dengan pemberian tanda plus.

BAB IV TINJAUAN UMUM GENERATOR SINKRON

4.1.

Dasar Teori Generator arus bolak-balik yang kadang-kadang disebut dengan generator

sinkron atau alternator adalah sebuah peralatan listrik yang berfungsi untuk mengubah energi gerak (mekanis) menjadi energi listrik AC dimana kecepatan putaran medan dan kecepatan putaran rotornya sama atau tidak ada slip. Kumparan medan pada generator sinkron terletak pada rotornya sedangkan kumparan jangkarnya terletak pada stator. Generator besar yang digunakan untuk mencatu jala-jala daya listrik nasional modern digerakkan oleh turbin uap atau kincir angin. Generator yang digunakan untuk mencatu sistem daya terpisah, atau sistem yang lebih kecil atau untuk memperlengkapi daya beban puncak tambahan terhadap jala-jala listrik yang lebih besar kerap kali digerakkan oleh mesin diesel atau turbin bakar. Gambar stasiun pembangkit dimana terpasang generator 50 MW yang digerakkan oleh turbin uap ditunjukkan oleh gambar 4.1. Pengeksitasi yang dihubungkan langsung dapat dilihat pada bagian ujung kiri dari gambar.

Gambar 4.1 Instalasi generator 50 MW yang digerakkan dengan turbin

Prinsip kerja generator sinkron adalah menggunakan prinsip induksi elektromagnetik dimana disini rotor berlaku sebagai kumparan medan (yang menghasilkan medan magnet) dan akan menginduksi stator sebagai kumparan jangkar yang akan menghasilkan energi listrik. Pada belitan rotor diberi arus eksitasi DC yang akan menciptakan medan magnet. Rotor ini dikopel dengan turbin putar dan ikut berputar sehingga akan menghasilkan medan magnet putar. Medan magnet putar ini akan memotong kumparan jangkar yang berada di stator. Oleh karena

adanya perubahan fluks magnetik pada tiap waktunya maka pada kumparan jangkar akan mengalir gaya gerak listrik yang diinduksikan oleh rotor. Kecepatan sudut putar rotorn= 120 f p

Dimana : n f p = kecepatan putar rotor (rpm) = frekuensi (Hz) = jumlah kutub

4.2

Konstruksi Generator Sinkron Dalam generator dc, lilitan jangkar dipasang pada bagian mesin yang berputar

agar memungkinkan pengubahan tegangan bolak-balik yang dibangkitkan dalam lilitan menjadi tegangan searah pada terminal melalui penggunaan komutator yang berputar. Kutub medan diletakkan pada bagian mesin yang diam. Dalam semua generator bolak-balik bertegangan rendah yang kecil, medan diletakkan pada bagian yang berputar atau rotor, dan lilitan jangkar pada bagian yang diam atau stator dari mesin. Konstruksi medan yang berputar dan jangkar-diam menyederhanakan masalah isolasi generator ac. Karena tegangan yang biasa dibangkitkan adalah setinggi 18.000 sampai 24.000 volt, maka tegangan tinggi ini tidak perlu dikeluarkan melalui cincin slip (slip ring) dan kontak geser tetapi dapat dikeluarkan langsung ke alat penghubung dan pembagi (switchgear) melalui kawat berisolasi dari jangkar diam. Konstruksi ini juga mempunyai keuntungan mekanis yaitu getaran lilitan jangkar berkurang dan gaya sentrifugal menjadi lebih baik. Medan yang berputar dicatu/dieksitasi dengan arus searah dengan tegangan 125, 250 atau 375 V melalui cincin slip dan sikat-sikat, atau melalui hubungan kabel langsung antara medan dan penyearah yang berputar jika digunakan sistem eksitasi tanpa sikat-sikat (brushless). Lilitan jangkar atau stator bisa salah satu dari sekian banyak tipe. Tipe yang paling banyak digunakan adalah lilitan rangkaian terbuka yang dibentuk dari kumparan yang terisolasi terpisah mirip dengan lilitan sengkelit generator dc. Sebenarnya, lilitan yang demikian tersusun dari tiga lilitan terpisah (pada generator tiga fase), yang masing-masing terpisah satu sama yang lain sebesar 120 derajat. Ketiga lilitan bisa hubungan Y atau delta. Hubungan Y adalah yang paling umum

karena dengan sendirinya langsung memberikan tegangan tinggi, dan kawat netral dapat dikeluarkan bersama tiga saluran membentuk sistem empat kawat tiga fase. Stator generator ac bersama lilitannya ditunjukkan dalam gambar 4.2.

Gambar 4.2 Stator generator sinkron

Gambar yang telah dibentangkan dari lilitan tiga fasa sederhana ditunjukkan dalam gambar 4.3. Lilitan yang ditunjukkan dalam gambar a adalah hubungan Y. Cara menghubungkan terminal untuk hubungan delta ditunjukkan dalam gambar b. Lilitan yang digambarkan disebut lilitan yang terpusatkan (concrentrated winding) karena semua konduktor tiap-tiap fase dimasukkan dalam satu alur dibawah tiap-tiap kutub. Lilitan komersial seperti yang ditunjukkan dalam gambar 4.2 adalah lilitan yang terdistribusi, dengan konduktor tiap-tiap grup fase menempati dua atau lebih alur dibawah tiap-tiap kutub. Lilitan yang terdistribusi memberikan distribusi panas yang lebih merata dan hasilnya adalah pembangkitan gelombang ggl yang lebih baik.

Gambar 4.3 (a) Tampak yang dibentangkan dari lilitan stator tiga fase sederhana hubungan Y. (b) Cara menghubungkan terminal untuk hubungan delta.

Ada dua jenis yang berbeda dari struktur medan generator sinkron, yaitu tipe kutub-sepatu (salient) dan silinder. Rotor tipe kutub-sepatu (salient pole) Generator kepesatan rendah seperti yang digerakkan oleh mesin diesel atau turbin air mempunyai rotor dengan kutub medan yang menonjol atau kutub medan sepatu seperti rotor yang ditunjukkan dalam gambar 4.4. Keping kutub yang dilaminasi dengan kumparan medannya dipasang pada bingkai dari besi, yang terpasok pada poros.

Gambar 4.4 Rotor kutub sepatu / salient pole untuk generator sinkron kepesatan rendah

Rotor tipe silinder Generator kepesatan tinggi atau tipe turbo mempunyai rotor silinder seperti

yang ditunjukkan dalam gambar 4.5. rotor yang ditunjukkan akan dibelitkan untuk dua kutub dan dirancang untuk bekerja pada 3000 putaran per menit (rpm). Konstruksi silinder penting dalam mesin kepesatan tinggi karena tipe kutub sepatu sukar dibuat untuk menahan tekanan pada kepesatan tinggi. Lebih lanjut, rotor kutub sepatu mempunyai rugi angin yang tinggi pada kepesatan yang tinggi. Generator sinkron dengan konstruksi rotor silinder digerakkan oleh turbin uap atau gas. Generator yang ditunjukkan oleh gambar 4.1 mempunyai rotor silinder dua kutub.

Gambar 4.5 Rotor tipe silinder untuk generator sinkron 3000 rpm

4.3

Eksitasi Generator Sinkron Sistem eksitasi konvensional sebelum tahun 1960 terdiri dari sumber arus

searah (DC) yang dihubungkan ke medan generator ac melalui dua slip ring dan sikat-sikat. Sumber dc biasanya generator dc yang digerakkan motor atau generator dc yang digerakkan oleh penggerak mula yang sama yang diberi daya oleh generator ac. Setelah adanya solid state, beberapa sistem eksitasi yang berbeda yang menggunakan alat ini telah dikembangkan dan digunakan. Dalam salah satu sistem, daya diambil dari terminal generator ac, diubah ke dc oleh penyearah stasioner solid state dan kemudian dicatukan ke medan generator ac dengan menggunakan cincin slip konvensional dan sikat-sikat. Dalam sistem serupa yang digunakan dalam generator besar yang digerakkan oleh turbin uap, daya dicatukan ke penyearah solid state dari lilitan tiga fase terpisah yang terletak diatas alur stator generator. Satusatunya fungsi dari lilitan ini adalah menyediakan daya eksitasi untuk generator. Sistem pembangkitan lain yang masih digunakan baik dengan generator sinkron tipe kutub sepatu maupun tipe rotor silinder adalah sistem brush less / tanpa sikat, yang mana generator ac kecil dipasang pada poros yang sama sebagai generator utama yang digunakan sebagai pengeksitasi. Pengeksitasi ac mempunyai jangkar yang berputar, keluarannya kemudian disearahkan oleh penyearah dioda silikon yang juga dipasang pada poros utama. Keluaran yang telah disearahkan dari pengeksitasi ac, diberikan langsung dengan hubungan yang diisolasi sepanjang poros ke medan generator sinkron yang berputar. Medan dari pengeksitasi ac adalah stasioner dan dicatu dari sumber dc terpisah. Keluaran dari pengeksitai ac, dan berarti tegangan yang dibangkitkan oleh generator sinkron, dapat dikendalikan dengan mengubah kekuatan medan pengeksitasi ac. Jadi sistem eksitasi tanpa sikat tidak mempunyai komutator, cincin slip atau sikat-sikat yang sangat memperbaiki keandalan dan menyederhanakan pemeliharaan mesin.

4.4

Eksitasi Tegangan Setelah generator ac mencapai kepesatan yang sebenarnya oleh penggerak

mula (prime mover), medannya dieksitasi dari catu dc. Ketika kutub lewat dibawah konduktor jangkar yang berada pada stator, fluksi medan yang memotong konduktor menginduksikan ggl kepadanya. Ini adalah ggl bolak-balik, karena kutub dengan polaritas yang berubah-ubah terus menerus melewati konduktor tersebut. Karena

tidak menggunakan komutator, ggl bolak-balik yang dibangkitkan keluar pada terminal lilitan stator. Besarnya ggl yang dibangkitkan bergantung pada laju pemotongan garis gaya atau dalam hal generator, besarnya ggl bergantung pada kuat medan dan kepesatan rotor. Karena generator bekerja pada kepesatan konstan maka besarnya ggl yang dibangkitkan menjadi bergantung pada eksitasi medan. Ini berarti bahwa besarnya ggl yang dibangkitkan dapat dikendalikan dengan mengatur besarnya eksitasi medan yang diberikan pada generator. Eksitasi medan dapat langsung dikendalikan dengan mengubah besarnya tegangan eksitasi yang dikenakan pada medan generator. Faktor daya dari generator dapat ditentukan dengan karakteristik beban yang sedang dicatu ( kecuali generator bekerja secara paralel dengan generator lain ). Frekuensi ggl yang dibangkitkan bergantung pada jumlah kutub medan dan kepesatan generator. Pada kumparan tertentu, akan dibangkitkan tegangan satu siklus lengkap bila sepasang kutub rotor (kutub uatra dan selatan) digerakkan melewati kumparan. Maka jumlah siklus yang dibangkitkan dalam satu putaran rotor sama dengan jumlah pasang kutub rotor atau p/2, dimana p adalah jumlah total kutub. Jika n adalah kepesatan rotor dalam putaran per menit, maka n/60 adalah putaran per sekon. Frekuensi dalam hertz atau siklus per sekon, makaf = p n pn x = 2 60 120

Sejauh ini frekuensi jala-jala yang paling umum digunakan di Amerika adalah 60 Hz, dan ada juga yang menggunakan 25 Hz. Frekuensi yang biasa digunakan di Eropa adalah 50 Hz.

4.5

Pengaturan Generator Sinkron Jika beban ditambahkan pada generator sinkron yang sedang bekerja pada

kepesatan konstan dan dengan eksitasi medan konstan, tegangan terminal akan berubah. Besarnya perubahan akan bergantung pada rancangan mesin dan pada faktor daya beban. Pengaruh dari faktor daya yang berbeda dan perubahan tegangan pada terminal dengan perubahan beban pada generat