Indonesia-CyberWar
-
Upload
desk-cyberspace-polhukam-ri -
Category
Internet
-
view
379 -
download
0
Transcript of Indonesia-CyberWar
ka
c
1. Pokok Bahasan
a. Perkembangan Ancaman Perang Siber : kondisi, kecenderungan, & dampak.
b. Kesiapan Pemerintah & masyarakat menghadapi Ancaman Perang Cyber
c. Kebijakan dan strategi menghadapi Ancaman Perang Cyber
d. Masalah, kendala, & solusi dalam mengatasi Ancaman Perang Cyber.
2. Maksud
o Mendapatkan pemahaman yang utuh (holistic) terkait Perang Cyber & kesiapan menghadapinya
3. Tujuan
o Bahan masukan dan pertimbangan kepada Presiden
ka
c
KATA KUNCI:
“ tindakan perang, dukungan operasi militer, teknologi computer/informasi, kegiatan menggangu/merusak ”
https://ccdcoe.org/cyber-definitions.html
1
ka
c
KATA KUNCI:
war fighting discipline, integrates instruments of military power,
offensive & defensive
“ tindakan perang, dukungan operasi militer, teknologi computer/informasi,
kegiatan menggangu/merusak ”
2
KATA KUNCI:
clearly defining, difficult to draw, distinction, guide to response
“ definisi (yang) jelas, sulit menggambarkan, pembedaan, pedoman reaksi”
ka
c
Words have consequences. “War” entails specific risks and responsibilities and should not be
entered into lightly. The Constitution lays out requirements for engaging in war, and the United
States is a signatory to treaties that impose legal restrictions on conducting warfare, such as
distinguishing between combatants and non-combatants and military and non-military targets. And
once a nation engages in an act of war, it invites retaliation, regardless of its motives. As of now, we
have no workable definition of what constitutes cyberwar, and more often than not we lack the ability
to accurately distinguish it from act of online vandalism.
Semua definisi tersebut di atas terdominasi oleh pemikiran perang dalam arti
sempit yakni penggunaan kekuasaan (power) secara militer untuk merusak sistem
komunikasi dan komputer musuh.
Padahal, yang selama ini ada dalam pemikiran umum adalah lingkup perang
dalam arti luas (multi dimensi dan multi sektor), yaitu Ketahanan Nasional dan
atau Keamanan Nasional dalam menghadapi serangan dan kerentanan yang
mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara (salah satunya melalui cyber).
How can we be at cyberwar if we don't know what it is? By William Jackson (www.gcn.gov)
ka
c
Dalam kurun 10 tahun terakhir,
peningkatan pengguna internet di
Indonesia melebihi rata-rata pengguna
internet dunia sejak 2009 Sejak awal tahun 2013, Indonesia adalah negara terbesar ke-2 sebagai sumber serangan cyber dunia. Bahkan pada
Q2-2013, Indonesia adalah terbesar ke-1 sebagai asal serangan cyber dunia dan negara dengan resiko cyber tertinggi.
ka
c
Berdasarkan data monitoring serangan cyber
yang terjadi di Kemenko Polhukam cq. DK2ICN
Terjadi kecenderungan peningkatan serangan cyber
yang signifikan bahkan cenderung mengkhawatirkan
(peningkatan hampir 60% serangan setiap bulannya)
24 Jam Terakhir
1 Bulan Terakhir
Serangan Cyber Perdetik Kejadian (Real Time)
ka
c
Salah satu tipe serangan cyber yang dapat
menggangu stabilitas nasional, sering tidak
dilakukan dalam bentuk serangan cyber
secara langsung terhadap instalasi system
atau perangkat computer
ka
c
1. Mengacu pada NATO, Perang Siber (Cyber War) belum terdefinisi secara baku dalam konvensi
internasional. Oleh karena itu, ancaman (threat) Perang Siber tidak dapat dilepaskan dari kerangka umum
Keamanan Siber (Cyber Security) yang mencakup multi dimensi dan multi sector (ITU), yaitu Cyber Law
Inforcement, Cyber Defence, Cyber Crisis Management & Cyber Critical Infrastructure Protection, Cyber
Intelligent & Cyber Contra Intelligent, serta Cyber Government & Cyber Diplomacy.
2. Kesiapan Pemerintahan Indonesia dan masyarakat dalam menghadapi ancaman Perang Siber
sesungguhnya masih sangat terpisah-pisah (fragmented) akibat pembedaan yang kurang tepat dan kurang
tegas terhadap paradigma dan konsep Pertahanan dan Ketahanan bangsa yang utuh dan komprehensif.
3. Kebijakan dan strategi menghadapi ancaman Perang Siber seharusnya dapat meletakkan suatu organisasi
/ badan sebagai sentra koordinasi dan pengendalian terhadap keterbatasan dan kekosongan kewenangan
sesuai peraturan perundang-undangan.
4. Jika terjadi ketidakoptimalan kewenangan ataupun kekosongan kewenangan maka organisasi / badan
tersebut berwenang untuk mengisi kewenangan dan melakukan pengendalian demi keselamatan
kehidupan berbangsa dan bernegara.