Indikasi.docx
description
Transcript of Indikasi.docx
Indikasi:- Pengobatan penderita diabetes yang baru terdiagnosis setelah dewasa, dengan atau tanpa kelebihan berat badan dan bila diet tidak berhasil. - Sebagai kombinasi terapi pada penderita yang tidak responsif therhadap terapi tunggal sulfonilurea baik primer ataupun sekunder. - Sebagai obat pembantu untuk mengurangi dosis insulin apabila dibutuhkan.
Kontra Indikasi:Penderita kardiovaskular, gagal ginjal, gagal hati, dehidrasi dan peminum alkohol, koma diabetik, ketoasidosis, infark miokardial, keadaan penyakit kronik akut yang berkaitan dengan hipoksia jaringan, keadaan yang berhubungan dengan asidosis laktat seprti syok, insufisiensi pulmonar, riwayat asidosis laktat.
Komposisi: METFORMIN 500 Tiap tablet salut selaput mengandung: Metformin HCL ....................................... 500 mg
METFORMIN 850 Tiap tablet salut selaput mengandung: Metformin HCL ....................................... 850 mg
Farmakologi: Metformin adalah zat antihiperglikemik oral golongan biguanid untuk penderita diabetes militus tanpa ketergantungan terhadap insulin. Mekanisme kerja metformin yang tepat tidak jelas, walaupun demikian metformin dapat memperbaiki sensitivitas hepatik dan periferal terhadap insulin tanpa menstimulasi sekresi insulin serta menurunkan absorpsi glukosa dari saluran lambung-usus. Metformin hanya mengurangi kadar glukosa darah dalam keadaan hiperglikemia serta tidak menyebabkan hipoglikemia bila diberikan sebagai obat tunggal. Metformin tidak menyebabkan pertambahan berat badan bahkan cendrung dapat menyebabkan kehilangan berat badan.
Dosis: Metformin harus diberikan bersama dengan makanan atau sesudah makan dalam dosis yang terbagi. Tablet 500 mg Dosis: 3 x sehari 1 tablet Tablet 850 mg Dosis awal: 1 x sehari 1 tablet (pagi) Dosis pemeliharaan: 2 x sehari 1 tablet (pagi dan malam)
Catatan: Dalam pengobatan kombinasi dengan sulfonilurea atau insulin, kadar gula darah harus diperiksa, mengingat kemungkinan timbulnya hipoglikimea. - Dosis harus diperbesar secara perlahan-lahan, satu tablet 500 mg 3 kali sehari atau satu tablet 850 mg 2 kali sehari seringkali cukup untuk mengendalikan penyakit diabetes. Hal ini dapat dicapai dalam beberapa hari, tetapi tidak jarang efek ini baru dicapainya dalam waktu dua minggu. Apabila efek yang diinginkan tidak dicapai, dosis dapat dinaikkan secara berhati-hati sampai maksimum 3 g sehari. Bila diperlukan tablet 850 mg dapat diberikan 3 kali sehari. Bila gejala diabetes telah dapat dikontrol, ada kemungkinan dosis dapat diturunkan. - Apabila dikombinasikan dengan pengobatan sulfonilurea yang hasilnya kurang memadai, mula-mula diberikan satu tablet 500 mg, kemudian dosis metformin dinaikkan perlahan-lahan sampai diperoleh kontrol maksimal. Seringkali dosis sulfonilurea dapat dilanjutkan dengan metformin sebagai obat tunggal.
- Apabila diberikan bersama dengan insulin dapat diikuti petunjuk ini: a. Bila dosis insulin kurang dari 60 unit sehari, mula-mula diberikan 1 tablet metformin 500 mg, kemudian dosis insulin dikurangi secara berangsur-angsur (4 unit setiap 2 - 4 hari). Pemakaian tablet dapat ditambah setiap interval mingguan. b. Bila dosis insulin lebih dari 60 unit sehari, pemberian metformin adakalanya menyebabkan penurunan kadar gula darah dengan cepat. Pasien demikian harus diamati dengan hati-hati selama 24 jam pertama setelah pemberian metformin, sesudah itu dapat diikuti petunjuk yang diberikan pada (a) di atas.
Dosis percobaan tunggal: Penentuan kadar gula darah setelah pemberian suatu dosis percobaan tidak memberikan petunjuk apakah seorang penderita diabetes akan memberikan respon terhadap metformin. Efek maksimum mungkin baru diperoleh setelah pasien menerima pengobatan metformin berminggu-minggu dan oleh karena itu dosis percobaan tunggal tidak dapat digunakan untuk penilaian.
Efek Samping: Efek samping bersifat reversible pada saluran cerna termasuk anoreksia, gangguan perut, mual, muntah, rasa logam pada mulut dan diare. Dapat menyebabkan asidosis laktat tetapi kematian akibat insiden ini lebih rendah 10 - 15 kali dari fenformin dan lebih rendah dari kasus hipoglikemia yang disebabkan oleh glibenklamid/sulfonilurea. Kasus asidosis laktat dapat dibati dengan natrium bikorbonat. Kasus individual dengan metformin adalah anemia megaloblastik, pneumonitis, vaskulitis.
Peringatan dan Perhatian: - Keadaan yang memicu hipoksia dan akumulasi laktat dapat menyebabkan terjadinya asidosis laktat yang berbahaya, maka metformin tidak boleh diberikan pada penderita penyakin kardiovaskuler, gagal ginjal, gagal hati, dehidrasi dan peminum alkohol. - Terapi metformin jangka panjang, dapat menyebabkan gangguan absorpsi vitamin B12 dan asam folat di saluran cerna, oleh karena itu perlu diperiksa kadar vitamin B12 dalam serumnya tiap tahun. - Meskipun metformin tidak menimbulkan efek samping embrionik pada wanita hamil yang mengalami diabetes, insulin lebih baik daripada zat antihiperglikemik oral untuk mengontrol hiperglikemia pada kehamilan. - Tidak dianjurkan untuk diberikan pada wanita menyusui. - Kemungkinan terjadinya interaksi antara metformin dan antikoagulan tertentu, dalam hal ini mungkin diperlukan penyesuaian dosis antikoagulan. - Perlu hati-hati untuk orang-orang lanjut usia, infeksi serius dan dalam keadaan trauma.
Interaksi Obat: - Acarbose penghambat alpha-glukosidase mengurangi bioavailabilitas metformin dan mengurangi konsentrasi puncak plasma metformin rata-rata, tetapi waktu untuk mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah. - Getah guar dapat mengurangi kecepatan absorpsi metformin dan mengurangi konsentrasi metformin dalam darah. - Simetidin menghambat sekresi metformin pada tubular ginjal secara kompetitif dan meningkatkan daerah di bawah kurva konsentrasi plasma metformin terhadap waktu serta mengurangi ekskresi ginjal metformin. - Antikoagulan oral phenprocoumon menambah eliminasi obat ini, meningkatkan aliran darah hati dan ekstraksi hati sebagai efek metformin pada aktivitas enzim mikrosomal.
Seiring bertambahnya kemakmuran rakyat Indonesia, ledakan jumlah pasien diabetes mellitus (DM)
takkan terelakan lagi di bumi Nusantara. Dalam waktu dekat ini, diperkirakan jumlah pengidap
diabetes akan mencapai 5 juta jiwa. Masalah akan menjadi lebih pelik lagi bila sejak saat ini tidak
direncanakan penanganannya secara seksama.
DM yang kita kenal sebagai penyakit kencing manis, merupakan penyakit keturunan (genetik,
kelainan bibit) yang menyebabkan gangguan produksi hormon insulin (resistensi insulin pada
diabetes tipe 2 dan tidak adanya produksi insulin pada diabetes tipe 1). Hormon insulin inilah yang
mengatur gula di dalam darah sehingga kembali normal.
Sebelum hormon insulin ditemukan pada tahun 1921, biasanya pasien akan berumur pendek,
masalah pengobatan dan komplikasi menjadi rumit. Setelah ditemukan hormon insulin, terjadi
peningkatan usia harapan hidup.
Sebenarnya, diabetes melitus tidaklah menakutkan bila diketahui lebih awal. Tetapi kesulitan
diagnostik timbul karena DM datang dengan tenang, dan bila dibiarkan akan menghanyutkan pasien
ke dalam komplikasi fatal.
Sayangnya, menurut para ahli di dunia, secara epidemiologis diabetes seringkali tidak terdeteksi.
Dikatakan bahwa onset atau mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan,
sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini.
Penelitian lain menyatakan, adanya urbanisasi membuat populasi diabetes tipe 2 akan meningkat 5-
10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku rural-tradisional menjadi urban. Faktor risiko yang
berubah secara epidemiologis diperkirakan adalah bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih
lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan adanya hiperinsulinemia.
Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya
DM tipe 2.
Betapa kejamnya diabetes mellitus menghantam pasien, seperti pembunuh berdarah dingin. Diam-
diam daging penderita DM menjadi busuk, perlahan namun pasti. Inilah beberapa dampak lain DM :
1. Jantung diabetes, seperempat jumlah tempat tidur di Intensif Coronary Care Unit (ICCU) harus
diserahkan kepada pasien diabetes mellitus, 50% mengalami kematian:
2. Kaki diabetes, mencapai 14,8% dengan segala penanganan sederhana sampai amputasi.
3. Mata diabetes, menduduki porsi yang besar mencapai 22,8% dengan kebutaan 1-2%
4. Ginjal diabetes, mencapai 20%, dengan keharusan cuci darah dan kematian sebagai titik akhir
5. Saraf diabetes, berupa gangguan saraf tepi, kelumpuhan dan impoten satu komplikasi yang paling
menyiksa perasaan laki-laki.
Lebih rumit lagi, DM tidak menyerang satu alat tubuh saja, tetapi berbagai komplikasi dapat diidap
bersamaan dalam satu tubuh ! Masalah penanganan dan pengobatan semakin rumit jua, apalagi bila
diikuti ledakan jumlah pasien.
Kembali pada penyebab, diabetes adalah masalah kelainan bibit. Banyak sekali pasien bertanya,
apakah saya bisa sembuh dari DM, dok ! Saya selalu mencoba menerangkan bahwa sampai saat ini,
kita belum dapat pengobatan kelainan bibit yang diturunkan.
Kelainan bibit ini telah dicetak di dalam sel pembawa sifat yang di kenal sebagai DNA. Kelainan DNA
ini terbentuk sejak terjadinya konsepsi. Tentu, anda dapat membayangkan bagaimana sulitnya
memperbaiki kelainan bibit ini. Semua para ahli mengakui betapa peliknya masalah kelainan bibit ini.
Oleh sebab itu, DM tidak akan pernah bisa sembuh total, namun kita hanya bisa mengendalikan agar
kadar gula dalam darah (GDS) serta gula dalam sel darah (HbA1C, hemoglobin glikat) menjadi
normal. Untuk itu, dianjurkan kepada pasien agar setiap hari diperiksa kadar gula dalam darahnya
(Normal 80-120) dan kadar gula dalam sel darah setiap 3 bulan (HbA1C < 6%).
Untuk mengatakan bahwa kadar gula darah terkendali, tentunya tak dapat bergantung pada
hilangnya gejala diabetes melitus saja, tetapi harus dengan pemeriksaan kadar gula darah (GDS) dan
kadar hemoglobin glikat (HbA1C).
Kita punya bukti bahwa pengendalian glikemik yang baik berhubungan dengan menurunnya
komplikasi diabetes. Hasil Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) menunjukkan,
pengendalian DM tipe 1 yang baik dapat mengurangi komplikasi kronik DM antara 20-30%. Bahkan
hasil dari The United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menunjukan, setiap penurunan
1% dari HbA1C (misal dari 9 ke 8%) akan menurunkan resiko komplikasi sebesar 3%.
Berbagai studi yang telah ada menyatakan bahwa penyandang diabetes tipe 1 dan 2 yang menjaga
kadar HbA1C nya normal, menunjukan insiden komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati diabetes
(mata diabetes), nefropati diabetes (ginjal diabetes), neuropati diabetes (saraf diabetes) dan impoten
(disfungsi seksual) yang lebih rendah.
Oleh karena itu, bagi penyandang diabetes, segera diperiksakan semua fungsi tubuhnya. Apakah
sudah ada tanda-tanda komplikasi menahun yang perkembangannya slow but sure itu dapat dicegah.
Penyandang diabetes yang kadar GDS dan HbA1C nya terkontrol dan terkendali dalam batas normal,
sebaiknya diperiksa lagi kondisi mata, syaraf, jantung, pembuluh darah dan ginjalnya, apakah sudah
terkena atau belum. Paling tidak mengetahui ada atau tidaknya kemajuan pengurangan penyakit
akibat terkendalinya status glikemik penyandang diabetes.
Sebagai ringkasan, pasien DM tidak bisa disembuhkan, namun hanya bisa dikendalikan status
metaboliknya seperti kadar GDS dan HbA1C. Upaya mencegah komplikasi menahun dari diabetes
sangat tergantung pada tipe, usia penyandang diabetes, fasilitas yang tersedia dan tentunya motivasi
berobat. Jangan lupa untuk selalu memeriksakan diri, mengetahui perkembangan status kesehatan
sebagai monitor ada tidaknya komplikasi diabetes mellitus.