index2

6
Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010 Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan memperingatkan adanya penyusutan luas panen lahan padi nasional. Tahun ini saja terjadi penyusutan seluas 12,63 ribu hektar atau 0,1% total luas lahan. Secara keseluruhan, lahan pertanian di Indonesia berkurang 27 ribu hektar pertahun. Sehingga, penurunan luas panen tidak hanya terjadi pada padi, tetapi juga pada komoditas lainnya, seperti kedelai. Meskipun ada penyusutan luas panen, produksi gabah masih mampu mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini mungkin karena adanya penggunaan pupuk atau bibit unggul sehingga produksi gabah perhektarnya menjadi naik (Media Indonesia, 2/7/10). Disamping permasalahan penyusutan luas lahan tersebut, pertanian Indonesia hingga saat ini masih tetap menghadapi persoalan-persoalan klasik, antara lain kelangkaan pupuk menjelang masa tanam, kekeringan di saat kemarau, kebanjiran di musim hujan, harga anjlok ketika panen dan mencekik saat paceklik. Jika kelangkaan pupuk, kekeringan, banjir, hama, dan penyakit dampaknya terhadap produksi pertanian, terutama padi, tidaklah bersifat permanen, tetapi dampak berkurangnya lahan pertanian karena alih fungsi akan bersifat permanen terhadap turunnya produksi. Selain itu, alih fungsi lahan pertanian juga tampak tidak sejalan dengan program swasembada pangan yang merupakan program prioritas pemerintah. Sementara itu, dengan kebutuhan pangan yang selalu meningkat setiap tahunnya, maka harganya akan melonjak jika tidak diimbangi dengan penyediaan atau produksi yang cukup. Alih Fungsi Lahan Pertanian Laju pertumbuhan penduduk yang diasumsikan 1,3-1,5 persen per tahun (Kompas 15 Mei 2010) tentulah harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan pangan. Angka pertumbuhan produksi pangan seharusnya di atas atau setidak-tidaknya sama dengan angka laju pertumbuhan penduduk tersebut. Upaya pemenuhan kebutuhan pangan dimaksud dapat terwujud dengan adanya dukungan ketersediaan lahan pertanian dan optimalisasi pemanfaatan bahan pangan lokal. Namun apa yang disampaikan oleh Badan Ketahanan Pangan Nasional justru menimbulkan kekhawatiran, yaitu sepanjang tahun 2009 telah terjadi alih fungsi lahan pertanian hingga mencapai 110 ribu hektar (ha). Angka ini tentu sangatlah besar mengingat kemampuan Pemerintah untuk mencetak lahan pertanian baru per tahunnya hanya kurang dari separuhnya, yakni 50 ribu ha, sebagaimana disampaikan Kementerian Pertanian (Kementan) sebelumnya. Berdasarkan data Produksi Tanaman Pangan Badan Pusat Statistik (BPS) dapat dilihat bahwa jika dilihat dari ARAM II 2010, maka tahun ini diperkirakan akan terjadi penyusutan luas lahan panen padi sekitar 12,63 ribu ha, sekitar 0,1% dari total luas lahan. Hal ini tidak hanya terjadi pada komoditi padi, namun juga pada tanaman pangan lainnya. Memang benar jika dalam UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan disebutkan bahwa dalam hal untuk kepentingan umum, maka lahan pertanian dapat dialihfungsikan. Namun perlu dikaji lebih jauh lagi mengenai bentuk kepentingan umum yang dimaksud dalam pasal tersebut dan jangan sampai ketentuan dalam UU No. 41 Tahun 2009 ini dimanfaatkan atau disalah-artikan oleh pihak-pihak tertentu yang menjadikan â€oekepentingan umum― sebagai dalih untuk melakukan alih fungsi lahan pertanian. Sekretariat Negara Republik Indonesia http://www.setneg.go.id/ www.setneg.go.id DiHasilkan: 17 March, 2015, 16:59

Transcript of index2

  • Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu DiwaspadaiRabu, 07 Juli 2010

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan memperingatkan adanya penyusutan luas panen lahan padinasional. Tahun ini saja terjadi penyusutan seluas 12,63 ribu hektar atau 0,1% total luas lahan. Secara keseluruhan,lahan pertanian di Indonesia berkurang 27 ribu hektar pertahun. Sehingga, penurunan luas panen tidak hanya terjadipada padi, tetapi juga pada komoditas lainnya, seperti kedelai. Meskipun ada penyusutan luas panen, produksi gabahmasih mampu mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini mungkin karena adanya penggunaanpupuk atau bibit unggul sehingga produksi gabah perhektarnya menjadi naik (Media Indonesia, 2/7/10).

    Disamping permasalahan penyusutan luas lahan tersebut, pertanian Indonesia hingga saat ini masih tetap menghadapipersoalan-persoalan klasik, antara lain kelangkaan pupuk menjelang masa tanam, kekeringan di saat kemarau,kebanjiran di musim hujan, harga anjlok ketika panen dan mencekik saat paceklik. Jika kelangkaan pupuk, kekeringan,banjir, hama, dan penyakit dampaknya terhadap produksi pertanian, terutama padi, tidaklah bersifat permanen, tetapidampak berkurangnya lahan pertanian karena alih fungsi akan bersifat permanen terhadap turunnya produksi. Selain itu,alih fungsi lahan pertanian juga tampak tidak sejalan dengan program swasembada pangan yang merupakan programprioritas pemerintah. Sementara itu, dengan kebutuhan pangan yang selalu meningkat setiap tahunnya, maka harganyaakan melonjak jika tidak diimbangi dengan penyediaan atau produksi yang cukup.

    Alih Fungsi Lahan Pertanian

    Laju pertumbuhan penduduk yang diasumsikan 1,3-1,5 persen per tahun (Kompas 15 Mei 2010) tentulah harusdiimbangi dengan pemenuhan kebutuhan pangan. Angka pertumbuhan produksi pangan seharusnya di atas atausetidak-tidaknya sama dengan angka laju pertumbuhan penduduk tersebut. Upaya pemenuhan kebutuhan pangandimaksud dapat terwujud dengan adanya dukungan ketersediaan lahan pertanian dan optimalisasi pemanfaatan bahanpangan lokal. Namun apa yang disampaikan oleh Badan Ketahanan Pangan Nasional justru menimbulkan kekhawatiran,yaitu sepanjang tahun 2009 telah terjadi alih fungsi lahan pertanian hingga mencapai 110 ribu hektar (ha). Angka initentu sangatlah besar mengingat kemampuan Pemerintah untuk mencetak lahan pertanian baru per tahunnya hanyakurang dari separuhnya, yakni 50 ribu ha, sebagaimana disampaikan Kementerian Pertanian (Kementan) sebelumnya.

    Berdasarkan data Produksi Tanaman Pangan Badan Pusat Statistik (BPS) dapat dilihat bahwa jika dilihat dari ARAM II2010, maka tahun ini diperkirakan akan terjadi penyusutan luas lahan panen padi sekitar 12,63 ribu ha, sekitar 0,1% daritotal luas lahan. Hal ini tidak hanya terjadi pada komoditi padi, namun juga pada tanaman pangan lainnya.

    Memang benar jika dalam UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutandisebutkan bahwa dalam hal untuk kepentingan umum, maka lahan pertanian dapat dialihfungsikan. Namun perlu dikajilebih jauh lagi mengenai bentuk kepentingan umum yang dimaksud dalam pasal tersebut dan jangan sampai ketentuandalam UU No. 41 Tahun 2009 ini dimanfaatkan atau disalah-artikan oleh pihak-pihak tertentu yang menjadikankepentingan umum sebagai dalih untuk melakukan alih fungsi lahan pertanian.

    Sekretariat Negara Republik Indonesia

    http://www.setneg.go.id/ www.setneg.go.id DiHasilkan: 17 March, 2015, 16:59

  • Selain ancaman terhadap penurunan jumlah produksi pertanian/pangan, alih fungsi lahan pertanian juga berdampakpada hilangnya investasi yang telah dilakukan untuk membangun irigasi dan prasarana lainnya. Bayangkan, berapabiaya yang telah dikeluarkan untuk pembangunan infrastruktur lahan pertanian? Dan berapa kerugian yang ditimbulkanakibat alih fungsi lahan tersebut? Belum lagi kerugian ekologis bagi sawah di sekitarnya akibat alih fungsi sebagianlahan, antara lain hilangnya hamparan efektif untuk menampung kelebihan air limpahan yang bisa membantumengurangi banjir. Kerugian itu masih bertambah dengan hilangnya kesempatan kerja dan pendapatan bagi petanipenggarap, buruh tani, penggilingan padi, dan sektor- sektor pedesaan lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa sektorpertanian, terutama padi, merupakan sektor yang paling banyak menyediakan lapangan kerja.

    Untuk itulah diperlukan komitmen yang kuat untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian, yang diwujudkanpada visi baru dalam kebijakan yang dilaksanakan. Keberpihakan pada kesejahteraan petani, kepentingan menjagaketahanan pangan nasional, serta menjaga kelestarian lingkungan perlu dinyatakan dengan jelas.

    Menjadikan sektor pertanian sebagai lapangan usaha yang menarik dan bergengsi secara alami dapat mencegahterjadinya alih fungsi lahan. Sebaliknya, jika alih fungsi terus terjadi tanpa terkendali, hal itu tidak saja melahirkanpersoalan ketahanan pangan, tetapi juga persoalan lingkungan dan ketenagakerjaan.

    Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan

    Sebagaimana diuraikan diatas bahwa telah terjadi alih fungsi lahan pertanian yang cukup besar. Hal tersebut akanmenekan produksi pertanian atau setidak-tidaknya akan menekan laju pertumbuhan produksi pertanian. Trend konversilahan dimaksud harus diminimalisir, terutama mengingat program ketahanan pangan nasional yang perlu terus didukungdan disukseskan.

    Sehubungan dengan program ketahanan pangan nasional, Presiden RI menegaskan dalam sambutannya pada acarapembukaan konferensi ketahanan pangan 2010 pada tanggal 24 Mei 2010 di Jakarta Convention Center, bahwa kitaperlu terus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan di negara kita karena:

    - Pangan adalah salah satu bagian dari basic human need, dan tidak ada substitusinya. Setiap manusia akan matitanpa makanan.

    - Penduduk Indonesia terus bertambah, dan pada saat ini diperkirakan telah mencapai 230 juta jiwa. Semuanyamembutuhkan makanan yang cukup dan bergizi. Kebutuhan akan makanan tersebut semakin tinggi seiring peningkatankualitas hidup masyarakat. Kalau berbicara pada tingkat global, kebutuhan makanan akan semakin banyak karena harusmemenuhi kebutuhan penduduk dunia yang terus bertambah, dari 6,6 miliar pada 5 tahun yang lalu menjadi sekitar 6,8miliar manusia pada tahun ini.

    - Secara alamiah produksi dan produktifitas pangan selalu terganggu, antara lain karena adanya perubahan iklim(climate change).

    - Terjadi kompetisi antara sumber-sumber pangan dengan sumber-sumber energi. Misalnya jagung yang dulu cumadikonsumsi manusia dan ternak. Tetapi sekarang jagung juga dijadikan bahan untuk membuat biodiesel di beberapanegara. Kalau tidak ada pengaturan yang ideal terutama di tingkat global, maka ketersediaan jagung untuk konsumsimanusia dan ternak akan terganggu bahkan bisa langka.

    - Interconectedness global logistic and trade. Apabila negara-negara produsen (misalnya negara produsen beras)seperti Vietnam dan Thailand mengalami suatu masalah, apakah karena iklim atau karena persoalan lain sehingga akanterjadi krisis beras global, maka dengan cepat akan dirasakan akibatnya oleh negara-negara lain di dunia. Itulah hakekatdari international trade atau perdagangan internasional.

    Sekretariat Negara Republik Indonesia

    http://www.setneg.go.id/ www.setneg.go.id DiHasilkan: 17 March, 2015, 16:59

  • - Masih ditemukan kerawanan pangan di sejumlah daerah di tanah air.Oleh karena itu secara bersama-sama seluruh komponen bangsa perlu terus bahu membahu untuk meningkatkanproduksi pangan nasional guna meningkatkan ketahanan pangan nasional, membangun swasembada yangberkelanjutan pada komoditas pangan tertentu seperti beras dan jagung, sambil menyadari masih ada kerentanan dibidang pangan.

    Sehubungan dengan hal tersebut, Presiden menegaskan bahwa setiap pemimpin, baik yang ada di pusat maupun yangada di daerah harus mengetahui situasi pangan terkini. Pemerintah Pusat harus menguasai situasi pangan nasional, danPemerintah Daerah harus menguasai situasi pangan di daerahnya. Kita semua harus juga mengetahui pertumbuhandemand, berapa banyak kita memerlukan beras, padi, jagung, kedelai, daging sapi dan komoditas pangan yang lain.Dengan mengetahui tren kenaikan demand tersebut, maka kita bisa menyusun rencana yang baik, termasuk strategi danprogram aksi yang tepat untuk meningkatkan produksi pangan nasional.

    Sejumlah isu mengenai ketahanan pangan yang menurut Presiden perlu dicarikan solusinya secara bersama-samaadalah:

    - Sinergi dan integrasi sistem.

    - Peningkatan sejumlah komoditas pertanian menuju swasembada dan swasembada berkelanjutan.

    - Sistem cadangan dan distribusi.

    - Rantai supply dan logistik nasional yang efisien.

    - Kerentanan dan kerawanan pangan.

    - Stabilitas harga, termasuk keterjangkauan harga sembako dan komoditas lainnya.

    - Penganekaragaman konsumsi pangan.

    - Monitoring sistem yang efektif dan kredibel.

    - Keseimbangan penawaran dengan permintaan.

    Isu yang pertama adalah sinergi dan integrasi sistem

    - Sinergi dan terintegrasinya sistem antara pangan, energi dan air. Bagaimana antara pangan, energi dan air dikelola secara terpadu sehingga membawa manfaat yang besar bagi bangsakita dan tidak menimbulkan masalah, baik untuk masa kini maupun masa depan.Bagaimana kita memproduksi, menawarkan, mencukupi dan mendistribusikan komoditas pangan kita, baik untukkebutuhan dalam negeri maupun untuk perdagangan luar negeri. Jangan sampai kita mengekspor komoditas tertentu(misalnya minyak goreng) sebanyak-banyaknya karena harganya di luar negeri sedang mahal, tetapi kebutuhandomestik kita tidak terpenuhi.

    - Sinergi dan terintegrasinya sistem antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan dunia usaha. Dunia usaha bolehmendapatkan keuntungan yang lebih besar dari hasil ekspor minyak goreng misalnya, tetapi kebutuhan masyarakat kita

    Sekretariat Negara Republik Indonesia

    http://www.setneg.go.id/ www.setneg.go.id DiHasilkan: 17 March, 2015, 16:59

  • juga perlu diperhatikan, masyarakat kita juga perlu mendapatkan minyak goreng dengan harga terjangkau.

    - Sinergi dan terintegrasinya sistem antara sektor pertanian, sektor pekerjaan umum (infrastruktur) dan sektortransportasi atau perhubungan. Misalnya direncanakan untuk membangun food estate di Merauke. Dalam perencanaantersebut juga perlu dibahas masalah infrastruktur dan transportasi ke area tersebut, sehingga produksinya nanti bisadibawa ke pasar.

    Isu yang kedua adalah peningkatan sejumlah komoditas pertanian menuju swasembada dan swasembada berkelanjutan.

    Ada 5 sasaran untuk menuju swasembada dan swasembada berkelanjutan, yaitu padi atau beras, jagung, kedelai, guladan daging sapi.

    - Pada tahun 2010 produksi padi nasional ditargetkan sekitar 67 juta ton, dan diharapkan tumbuh 3,22 persen pertahun,sehingga produksi padi nasional mencapai 76 juta ton pada tahun 2014.

    - Produksi jagung nasional diproyeksikan sekitar 20 juta ton pada tahun 2010. Dengan pertumbuhan 10,02 persenpertahun, diharapkan produksi jagung nasional pada tahun 2014 mencapai 29 juta ton.

    - Produksi kedelai nasional yang ingin dicapai pada tahun 2010 adalah 1,3 juta ton. Untuk dapat merealisasikan targetproduksi sebesar 2,7 juta ton pada tahun 2014 harus dicapai melalui pertumbuhan produksinya sebesar 20 persenpertahun.

    - Target produksi daging sapi nasional adalah 3 juta ton pada tahun 2010 dan 5,7 juta ton pada tahun 2014 melaluipertumbuhan 17,63 persen pertahun.

    Isu yang ketiga berkaitan dengan ketahanan pangan adalah sistem cadangan dan distribusi.

    Pada musim-musim tertentu ada kekurangan pangan di tempat-tempat tertentu. Oleh karena itu stok dan cadangannasional maupun daerah harus cukup, harus memadai dan terkelola dengan baik. Untuk pulau terpencil, pulau terluardan daerah pedalaman perlu mendapatkan perhatian khusus agar tidak terjadi kelangkaan pangan, terutama pada saatgelombang laut tinggi atau cuaca tidak bersahabat.

    Isu yang keempat adalah rantai supply dan logistik nasional yang efisien.

    Setiap daerah mempunyai komoditi unggulannya masing-masing. Dengan perdagangan yang baik di tingkat domestik,regional, nasional dan global maka semua akan mendapatkan keuntungan. Permasalahannya sampai saat ini ongkostransportasi kita masih tergolong mahal. Misalnya biaya operasi truk per kilometernya tercatat USD 0,34 (Rp 3.000,-),sedangkan di negara lainnya hanya USD 0,22. Hal ini mengakibatkan konsumen membayar lebih mahal. Problemtersebut perlu segera dicarikan solusinya.

    Sekretariat Negara Republik Indonesia

    http://www.setneg.go.id/ www.setneg.go.id DiHasilkan: 17 March, 2015, 16:59

  • Isu yang kelima adalah kerentanan dan kerawanan pangan.

    Masih ditemukan adanya kekurangan produksi di beberapa daerah dan kadang-kadang terjadi kasus kelaparandiberbagai tempat. Disamping itu juga ada riwayat kekurangan gizi yang nyaris permanen dikantong-kantong tertentu.Permasalahan tersebut perlu mendapatkan prioritas penyelesaiannya. Sebagaimana diketahui bahwa mengurangikemiskinan absolut dan kelaparan yang ekstrim adalah sasaran pertama yang tercantum dalam Millenium DevelopmentGoals (MDGs), dan sasaran ini harus kita capai.

    Isu yang keenam adalah stabilitas harga, termasuk keterjangkauan harga sembako dan komoditas lainnya.

    Harga pangan yang kita inginkan adalah tingkat harga dimana penghasilan petani harus baik atau layak, tetapi hargatersebut bisa dijangkau oleh konsumen. Untuk mencapai tingkat harga yang demikian diperlukan efisiensi dalam logistiknasional, dimana sistem distribusinya harus baik dan biaya transportasinya tidak terlalu mahal.

    Isu yang ketujuh adalah penganekaragaman konsumsi pangan.

    Karena penduduk kita selalu bertambah, kita akan kesulitan kalau semuanya mengandalkan padi/beras sebagaimakanan pokok dengan konsumsi perkapita sebesar yang terjadi pada saat ini. Program Kementerian Pertanian untukmengurangi konsumsi padi perkapita melalui penganekaragaman konsumsi pangan, dinilai sudah tepat. Kita perlumengembangkan sumber daya lokal seperti sagu, singkong, sukun, jagung, ubi dan lain sebagainya. Upaya tersebutperlu didukung dengan mensinergikan antara lembaga pendidikan, lembaga penelitian dan pengembangan denganpihak industri dalam arti luas. Dalam program diversifikasi pangan, perlu dipastikan bahwa yang dikembangkan tersebutakan memecahkan masalah, terutama mengurangi impor dan mengurangi konsumsi padi, serta produk baru tersebutjuga disukai oleh masyarakat.

    Isu yang kedelapan adalah monitoring sistem yang efektif dan kredibel.

    Objek yang perlu dimonitor antara lain situasi pangan secara nasional dan di daerah-daerah tertentu, kondisi irigasi danjalan terutama untuk kepentingan sektor pertanian, keadaan pasar dan mekanismenya. Melalui monitoring yang baik,akan didapat situasi terkini guna kemudian dimanfaatkan untuk mengantisipasi keadaan yang tidak diinginkan dimasayang akan datang.

    Isu yang kesembilan adalah keseimbangan penawaran dengan permintaan.

    Menurut hukum ekonomi, apabila permintaannya tinggi sedangkan komoditi yang ditawarkan sedikit maka harga akannaik. Tetapi pada saat komoditi yang ditawarkan berlimpah sedangkan permintaannya tidak naik maka harganya akanturun. Jadi price atau tingkat harga yang ditentukan oleh mekanisme pasar, tergantung kepada tingkat supply dengandemand komoditi tersebut.Sehubungan dengan itu, agar petani tetap mendapatkan penghasilan yang layak dan pedagang mendapatkankeuntungan yang wajar serta konsumen tidak menjerit karena harga melambung tinggi, pada waktu-waktu tertentu perluintervensi pemerintah, misalnya melalui regulasi agar tingkat harga di pasar tetap pada tingkat yang salingmenguntungkan.

    Sekretariat Negara Republik Indonesia

    http://www.setneg.go.id/ www.setneg.go.id DiHasilkan: 17 March, 2015, 16:59

  • ( Chairil/ Hamidi/ Triana)

    Sekretariat Negara Republik Indonesia

    http://www.setneg.go.id/ www.setneg.go.id DiHasilkan: 17 March, 2015, 16:59