Indepth report klik aktivisme; melambungkan prita, menenggelamkan mbok jumik

6
Indepth Report Klik Aktivisme; Melambungkan Prita, Menenggelamkan Mbok Jumik oleh : Firdaus Cahyadi Yayasan Satudunia

description

 

Transcript of Indepth report klik aktivisme; melambungkan prita, menenggelamkan mbok jumik

Page 1: Indepth report klik aktivisme; melambungkan prita, menenggelamkan mbok jumik

Indepth Report

Klik Aktivisme; Melambungkan Prita, Menenggelamkan Mbok Jumik

oleh :

Firdaus Cahyadi

Yayasan Satudunia

Page 2: Indepth report klik aktivisme; melambungkan prita, menenggelamkan mbok jumik

Klik aktivisme, Apaan tuh?

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) begitu pesat di dunia, tak

terkecuali di Indonesia. Pesatnya perkembangan TIK ini menimbulkan perubahan cara

sesorang berekspresi dan berkomunikasi. Solidaritas sosial yang terkait dengan kasus

tertentu pun begitu mudah digalang di dunia maya.

Sekali klik, kita dapat menjadi bagian dari orang-orang yang mendukung sebuah petisi

atau tergabung dalam sebuah group terkait kasus tertentu. Hal itu memunculkan istilah baru

berupa klik aktivisme. Mobilisasi dukungan yang begitu besar di dunia maya dalam kasus

Prita Mulyasari dapat dijadikan contoh dalam hal ini.

Kasus Prita Mulyasari

Prita Mulyasari adalah seorang ibu

rumah tangga. Pada suatu 7 Agustus 2008,

ia menjadi pasien dari Rumah Sakit OMNI

Internasional. Seperti ditulis di portal

TVOne, Prita Mulyasari mengeluhkan

pelayanan rumah sakit tersebut melalui

pesan terbatas di email kepada teman-

temannya, namun kemudian email tersebut

tersebar.

Pihak rumah sakit, seperti dilansir Antara, tidak menerima sikap Prita dan kemudian

mengajukan gugatan pencemaran nama baik ke kepolisian.

Kepolisian mengenakan Pasal 310 dan Pasal 311 dalam Kitab Undang-undang Hukum

Pidana (KUHP) tentang pencemaran nama baik kepada Prita namun saat kasusnya

dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) Banten, dakwaannya ditambahkan dengan Pasal 27

Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dengan ancaman hukuman

enam tahun penjara. Dengan dasar itulah, Prita yang memiliki dua anak berusia di

bawah lima tahun kemudian ditahan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan

Tangerang.

Namun justru dari situlah sebuah perlawanan dimualai. Para pengguna internet

menggalang solidaritas di dunia maya. Dukungan terhadap Prita Mulyasari di sebuah cause

di facebook meningkat tajam. Hingga kini tidak kurang 389 ribu facebooker menjadi

pendukung Prita Mulyasari.

Page 3: Indepth report klik aktivisme; melambungkan prita, menenggelamkan mbok jumik

Dukungan tidak berhenti di situ. Saat Prita Mulyasari diancam denda dalam kasus

melawan RS OMNI Internasional itu, para blogger kembali membangun solidaritas

masyarakat untuk mengumpulkan koin keadilan untuk Prita. Gerakan mendukung Prita

Mulyasari pun diperbesar dengan pemberitaan berbagai media mainsteram.

Seperti ditulis oleh kompas.com, Bank Indonesia dan Bank Mandiri kini mengumumkan

hasil jumlah koin sebesar Rp 615.562.043 pada Rabu (30/12/2009), di Bank Indonesia,

Jakarta. Hasil ini merupakan gabungan dari koin yang bernilai Rp 589.073.143 dan uang

kertas sejumlah Rp 26.488.900, yang dimuat dalam 21 kontainer.

"Ini merupakan peristiwa unik, karena koin dikumpulkan dari seluruh pelosok negeri. Ini

membuktikan bahwa masyarakat masih menghargai koin," ujar Deputi BI Budi Rochadi.

Inilah adalah sebuah gerakan sosial baru yang diawali dengan gerakan di dunia maya.

Tak heran Prita Mulyasari kemudian menjadi sebuah icon gerakan sosial digital (click

activism) di Indonesia. Setelah kasus Prita itu, berbagai gerakan sosial digital mencoba

mengikuti jejaknya. Membangun solidaritas sosial di dunia maya.

Kasus Mbok Jumik

Jauh sebelum kasus Mbak

Prita Mulyasari meledak,

sebenarnya ada kasus lain yang

agak serupa, yaitu kasus Mbok

Jumik. Siapa itu Mbok Jumik?

Mengapa pula ia dibandingkan

dengan Mbak Prita Mulyasari?

Mbok Jumik adalah

perempuan yang tinggal di

Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Ia

salah satu perempuan yang menjadi korban lumpur Lapindo. Usianya tidak lagi muda seperti

Mbak Prita Mulyasari. Ia berusia 52 tahun. Lumpur Lapindo telah menghancurkan rumah

Mbok Jumik di Desa Renokenongo. Air yang telah menggenangi rumahnya sejak hari

pertama munculnya semburan lumpur memaksa keluarga Mbok Jumik menjadi pengungsi.

Bulan Juni 2008 Mbok Jumik mulai merasakan sakit luar biasa di perutnya. Pada saat

itu keluarga Mbok Jumik pun segera membawanya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Sidoarjo. Sekitar dua minggu Mbok Jumik dirawat di rumah sakit. Namun, karena tak mampu

Page 4: Indepth report klik aktivisme; melambungkan prita, menenggelamkan mbok jumik

membiayai ongkos rumah sakit, keluarga Mbok Jumik membawanya pulang ke tempat

pengungsian korban Lapindo di Pasar Baru Porong. Keluarganya pun pasrah. Selanjutnya,

Mbok Jumik dirawat dengan menggunakan pengobatan tradisional.

Para relawan Posko Korban Lapindo di Porong pun segera menulis surat terbuka

permohonan bantuan biaya perawatan bagi Mbok Jumik via internet (email, milis, forum dan

sebagainya). Bahkan mereka juga menulis surat khusus permohonan bantuan untuk Mbok

Jumik kepada lembaga bantuan sosial yang ada di Indonesia via email.

Berbeda dengan kasus yang menimpa Mbak Prita Mulyasari melawan RS Omni

Internasional yang mampu menciptakan solidaritas sosial di kalangan pengguna internet.

Dalam kasus Mbok Jumik ini solidaritas itu tidak muncul. Bahkan hingga Mbok Jumik

menghembuskan nafas terakhir pun, tidak ada bantuan yang datang.

Jika dalam kasus Mbak Prita Mulyasari melawan RS Omni Internasional terkait dengan

hak konsumen yang tidak dipenuhi oleh sebuah industri jasa rumah sakit, maka dalam kasus

Mbok Jumik ini terkait dengan tidak dipenuhinya hak warga negara atas kesehatan. Meskipun

begitu kasus Mbok Jumik tidak cukup menarik simpati para pengguna internet di Indonesia

untuk melakukan solidaritas sosial seperti dalam kasus Mbak Prita Mulyasari.

Klik aktivisme, Bias Kelas Sosial?

Melihat kedua kasus itu, maka timbul sebuah pertanyaan, mengapa click activism

gagal membangun solidaritas sosial dalam kasus Mbok Jumik, tidak seperti dalam kasus

Mbak Prita Mulyasari?

Melambungnya Mbak Prita dan sebaliknya tenggelamnya Mbok Jumik dalam gelegar

gerakan sosial digital ini bisa disebabkan karena para pengguna internet di Indonesia terlalu

didominasi oleh kelas menengah atas. Akibatnya, para pengguna internet tidak merasa

berkepentingan dalam kasus Mbok Jumik, dan sebaliknya merasa dekat serta

berkepentingan dengan kasus Mbak Prita. Karena kelas menengah-atas itu mungkin sama

seperti Mbak Prita, menjadi konsumen RS internasional atau paling tidak calon konsumen

rumah sakit internasional.

Namun pernyataan yang mengaitkan kasus Prita dan Mbok Jumik itu dengan

argumentasi kelas sosial dibantah. Bisa jadi para aktivis yang mengorganisir dukungan dalam

kasus Mbok Jumik tidak seprofesional dalam kasus Prita Mulyasari. Jadi klaim mana yang

benar?

Untuk melihat apakah gerakan sosial digital itu bias kelas atau tidak, kita perlu melihat

Page 5: Indepth report klik aktivisme; melambungkan prita, menenggelamkan mbok jumik

dukungan publik di dalam kasus-kasus lainnya. Dalam kasus dukungan kepada Nenek Minah

di facebook ternyata juga tidak sebesar dukungan terhadap kasus Prita. Di facebook, group

dukungan Nenek Minah hanya mampu mengumpulkan 3000-an anggota.

Siapa Nenek Minah? Nenek Minah alias Ny

Sanrudi adalah seorang perempuan, warga Desa

Darmakradenan RT 4 RW 5 Kecamatan Ajibarang,

Banyumas. Di Banyumas, ia harus merasakan

pahitnya menjadi tahanan hanya karena didakwa

mengambil tiga biji kakao seharga Rp 2.100.

Dukungan yang agak lebih besar pada kasus

yang menyangkut isu kelas bawah muncul di cause

facebook, 'Dukung Korban Lapindo Mendapatkan Keadilan'. Cause itu mampu menggalang

dukungan sebanyak 17 ribuan facebooker. Namun tetap kalah dengan cause dalam kasus

Prita Mulyasari VS RS OMNI Internasional.

Pertanyaan berikutnya tentu saja adalah adakah data kuantitatif yang menunjukan

bahwa pengguna internat di Indonesia didominasi kelas menenga-atas, sehingga

menenggelamkan isu kelas menengah bawah dalam gerakan sosial digital?

Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada akhir 2004

menunjukan, terdapat sekitar 1.087.428 pelanggan dan sekitar 11.226.143 pengguna

internet. Dengan populasi 257,76 juta, berarti sekitar 4,6% masyarakat adalah pengguna

internet dan 0,4% pelanggan internet. APJII juga mencatat bahwa sebanyak 75% pelanggan

dan pengguna internet berlokasi di Jakarta, 15% di Surabaya, 5% di daerah lain di pulau

Jawa dan 5% sisanya di propinsi lainnya.

Sementara bila ditinjau dari jenjang pendidikan, menurut indikator telematika yang

ditulis iptek.net menyebutkan, tingkat sarjana adalah pengguna terbanyak (43%) selanjutnya

tingkat SLTA (41%). Berdasarkan profesi menunjukkan bahwa mahasiswa yang paling

banyak menggunakan internet (39%).

Kota adalah tempat kelas menengah-atas berada. Sementara jenjang pendidikan juga

dapat menggambarkan kelas sosial yang ada di masyarkaat. Semakin tinggi pendidikan

semakin tinggi pula kelas sosialnya di masyarakat. Dari data di atas menjadi salah satu

pendukung bahwa pengguna internet di Indonesia memang didominasi oleh kelas menengah-

atas. Konten informasi dan pengetahuan yang tersebar di internet pun didominasi oleh kelas

menengah-atas. Begitu pula gerakan sosial yang coba diorganisir melalui internet.

Page 6: Indepth report klik aktivisme; melambungkan prita, menenggelamkan mbok jumik

Di sinilah letak kontroversinya, jika klik aktivisme di Indonesia ini menjadi bias kelas

menengah-atas. Padahal kelas menengah-bawah lah yang seringkali rentan ditinggalkan

dalam proses pembangunan dan juga menjadi korban penindasan. Pertanyaannya adalah

mungkinkah gerakan sosial mampu memicu sebuah peruabahan sosial yang lebih baik bagi

kelas menengah-bawah?

Bahan Bacaan.

1. Gerakan Rakyat Dukung Pembebasan Nenek Minah.

http://www.facebook.com/home.php?sk=2361831622#!/group.php?gid=180415896573

2. Dukung Korban Lapindo Mendapatkan Keadilan,

http://www.causes.com/causes/333125

3. DUKUNGAN BAGI IBU PRITA MULYASARI, PENULIS SURAT KELUHAN MELALUI

INTERNET YANG DITAHAN, http://www.causes.com/causes/290597

4. Koin Prita Selesai Dihitung,

http://megapolitan.kompas.com/read/2009/12/30/2338022/koin.prita.selesai.dihitung

5. Kronologi Kasus Prita Mulyasari,

http://hukum.tvone.co.id/berita/view/15586/2009/06/08/kronologi_kasus_prita_mulyasa

ri/

6. Hak Asasi Manusia Pilar Utama Kebijakan Konten di Indonesia , Kertas Posisi

Yayasan Satudunia tentang Kebijakan Konten Yayasan Satudunia, Satudunia, 2010

7. Di Tengah Kegelapan, Kami Nyalakan Lentera, Kertas Posisi Yayasan Satudunia

tentang ICT di Indonesia, Satudunia, 2010

8. http://web.bisnis.com/sektor-riil/telematika/1id179371.html

9. http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=5&ch=inti

10. http://www.satuportal.net/content/internet-pornogafi-dan-gerakan-sosial