Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia

11
1 Indepth Report Belajar dari Gerakan Sosial Digital di Indonesia Studi Kasus Prita Mulyasari Oleh: Firdaus Cahyadi Knowledge Management Yayasan SatuDunia

description

Apakah gerakan sosial digital dalam kasus Prita Mulyasari benar-benar berhasil?Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari gerakan sosial digital di Indonesia? Berikut ulasannya

Transcript of Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia

Page 1: Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia

1

Indepth Report

Belajar dari Gerakan Sosial Digital

di Indonesia

Studi Kasus Prita Mulyasari

Oleh: Firdaus Cahyadi

Knowledge Management Yayasan SatuDunia

Page 2: Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia

2

Sekilas Perkembangan Internet di Indonesia

Perkembagan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia tidak

diragukan lagi. Hal itu ditandai dengan banyaknya jumlah pengguna internet di Indonesia

dari tahun ke tahun.

Penetrasi pengguna internat di Indonesia begitu pesat. Pada tahun 2011, penetrasi

pengguna internet di Indonesia telah mencapai 40-45 persen. Padahal di tahun 2010 lalu

rata-rata penetrasi penggunaan Internet di kota urban Indonesia masih 30-35 persen1.

Sumber gambar: Kompas.com

Meningkatnya penetrasi pengguna internet berdampak pula pada perubahan cara

berkomunikasi masyarakat di Indonesia. Dan perubahan cara berkomunikasi itu pula

yang akhirnya juga mempengaruhi sebuah gerakan sosial di negeri ini. Jika sebelum ada

internet, upaya konsolidasi dan mobiliasasi gerakan dilakukan secara offline maka,

sekarang bisa dilakukan secara online.

Sekilas Jejak Penggunaan Internet oleh Organisasi Masyarakat Sipil

Menurut survei secara online yang dilakukan oleh Yayasan SatuDunia 2 pada

tanggal 23 March 2011 tentang Internet untuk Kampanye dan Advokasi Sosial 3, kepada

1 http://tekno.kompas.com/read/2011/10/28/16534635/Naik.13.Juta..Pengguna.Internet.Indonesia.55.Juta.Orang

2 Yayasan SatuDunia (One World-Indonesia) adalah organisasi non pemerintah yang concern pada isu informasi, komunikasi, pengetahuan dan teknologi 3https://spreadsheets.google.com/spreadsheet/viewform?formkey=dE1JV2pRS0stRjhpRERsQmNqeG5KNVE6MQ

Page 3: Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia

3

beberapa individu yang tergabung dalam organisasi masyarakat sipil maupun yang tidak

tergabung dengan organisasi masyarakat sipil menunjukkan bahwa seluruh responden

survei atau 100 percent telah menggunakan internet dalam kerja-kerjanya. Individu yang

menjadi responden misalnya tergabung dalam organisasi, Centre for Orangutan

Protection, Indonesian Foundation for Coral Reef (Yayasan Terumbu Karang Indonesia,

Yayasan TERANGI), Indonesian Coalition for Women (Koalisi Perempuan Indonesia),

World Wild Fund on Indonesia (WWF-Indonesia), Muhammadiyah 4, Flora-Fauna

Indonesia (FFI) 5, Telapak

6, Imparsial

7.

Dalam survei itu terungkap alasan mereka menggunakan internet untuk kerja-

kerja individu maupun organisasinya

Alasan Menggunakan Internet dalam Pekerjaan Sehari-hari

Alasan Menggunakan Internet dalam kerja

individu atau organisasi

Percentage

Menambah Jaringan 88

Kampanye 70

Komunikasi (email, chating dsb) dengan sesama

aktivis, lembaga donor dsb

97

Berbagi informasi dan pengetahuan 94

Source: Hasil survei Yayasan SatuDunia, Maret 2011

Catatan: People may select more than one checkbox

Artinya, individu atau organisasi masyarakat sipil menggunakan internet dengan berbagai

tujuan.

4 Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang memiliki jumlah anggota terbesar kedua di Indonesia setelah Nahdalatul Ulama (NU) 5 Flora Fauna Indonesia (FFI) adalah organisasi lingkungan hidup yang ada di Indonesia 6 Telapak adalah organisasi lingkungan hidup yang concern pada isu hutan 7 Imparsial adalah salah satu organisasi non pemerintah di Indonesia yang concern pada isu hak asasi manusia (HAM)

Page 4: Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia

4

Sementara menurut penelitiannya Yanuar Nugroho8, ada alasan internal dan

eskteral sebuah organisasi masyarakat sipil bekerja menggunakan internet. beberapa

alasan tersebut adalah sbb:

Tabel Alasan organisasi masyarakat sipil menggunakan internet

Sumber: Citizens in @ction, Yanuar Nugroho, 2010

Sumber: Citizens in @ction, Yanuar Nugroho, 2010

Beberapa individu dan organisasi masyarakat sipil di Indonesia juga menggunakan media

sosial sebagai alat kampanyenya. Menurut Survei Publik yang dilakukan oleh Yayasan

8 Yanuar Nugroho, Citizens in @ction, 2010

Page 5: Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia

5

SatuDunia terkait Internet untuk Kampanye dan Advokasi Sosial9 menunjukan beberapa

media sosial yang sering digunakan untuk melakukan kampanye.

Media Sosial yang Sering Digunakan Organisasi Masyarakat Sipil untuk Kampanye

Media sosial yang sering digunakan

untuk kampanye

Percentage

Facebook.com 76

Twitter.com 12

Youtube.com 9

Koprol.com 3

Source:Hasil survei Yayasan SatuDunia, Maret 2011

Facebook menjadi media sosial yang sering digunakan untuk kampanye. Hal yang sama

juga muncul dalam penelitian Yanuar Nugroho10

.

ket: The use of new social media in Indonesian civil society communities and organisations

N=231; multiple responses allowed; 0=not at all, 6=very intensive

Sumber: Citizens in @ction, Yanuar Nugroho, 2010

9https://spreadsheets.google.com/spreadsheet/viewform?formkey=dE1JV2pRS0stRjhpRERsQmNqeG5KN

VE6MQ 10

Citizens in @ction, Yanuar Nugroho, 2010

Page 6: Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia

6

Gerakan Sosial Digital Kasus Prita Mulyasari

Di atas telah dipaparkan bagaimana aktivis organisasi masyarakat sipil atau sering

disebut sebagai LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dalam menggunakan internet.

Pertanyaannya adalah apakah hal itu kemudian juga berdampak pada perubahan gerakan

sosial digital di Indonesia?

Berbicara gerakan sosial digital di Indonesia, seringkali dikaitkan dengan gerakan

sosial dalam kasus Prita Mulyasari melawan Rumah Sakit (RS) Omni Internasional. Prita

Mulyasari adalah seorang ibu rumah tangga. Pada suatu 7 Agustus 2008, ia menjadi

pasien dari Rumah Sakit OMNI Internasional. Seperti ditulis di portal TVOne11

, Prita

Mulyasari mengeluhkan pelayanan rumah sakit tersebut melalui pesan terbatas di email

kepada teman-temannya, namun kemudian email tersebut tersebar. Pihak rumah sakit,

tidak menerima sikap Prita dan kemudian mengajukan gugatan pencemaran nama baik ke

kepolisian.

Kepolisian mengenakan Pasal 310 dan Pasal 311 dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP) tentang pencemaran nama baik kepada Prita namun saat

kasusnya dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) Banten, dakwaannya ditambahkan

dengan Pasal 27 Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

dengan ancaman hukuman enam tahun penjara. Dengan dasar itulah, Prita yang memiliki

dua anak berusia di bawah lima tahun kemudian ditahan di Lembaga Pemasyarakatan

(Lapas) Perempuan Tangerang.

Namun justru dari situlah sebuah perlawanan dimualai. Para pengguna internet

menggalang solidaritas di dunia maya. Dukungan terhadap Prita Mulyasari di sebuah

cause di facebook meningkat tajam. Hingga kini tidak kurang 389 ribu facebooker

menjadi pendukung Prita Mulyasari.

Dukungan tidak berhenti di situ. Saat Prita Mulyasari diancam denda dalam kasus

melawan RS OMNI Internasional itu, para blogger kembali membangun solidaritas

masyarakat untuk mengumpulkan koin keadilan untuk Prita. Gerakan mendukung Prita

Mulyasari pun diperbesar dengan pemberitaan berbagai media mainsteram.

11

http://hukum.tvonenews.tv/berita/view/15586/2009/06/08/kronologi_kasus_prita_mulyasari.tvOne

Page 7: Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia

7

Seperti ditulis oleh kompas.com12

, Bank Indonesia dan Bank Mandiri kini

mengumumkan hasil jumlah koin sebesar Rp 615.562.043 pada Rabu (30/12/2009), di

Bank Indonesia, Jakarta. Hasil ini merupakan gabungan dari koin yang bernilai Rp

589.073.143 dan uang kertas sejumlah Rp 26.488.900, yang dimuat dalam 21 kontainer.

Gerakan sosial digital dalam kasus Prita ini kemudian dinilai sebagai gerakan

sosial digital yang mampu menggerakan partisipasi publik untuk mendukung Prita

Mulyasari melawan Rumah Sakit OMNI.

Dari sisi penggalangan partisipasi publik, gerakan sosial digital dalam kasus Prita

Mulyasari ini dapat dikatakan berhasil. Gerakan online dapat memperkuat gerakan offline

(pengumpulan koin). Berbagai analisa pun muncul terkait dengan keberhasilan gerakan

sosial digital dalam kasus Prita Mulyasari.

Analisa pertama, gerakan sosial kasus Prita Mulyasari berhasil karena para

pengguna internet, khususnya media sosial seperti facebook dan twitter, di Indonesia

didominasi dari Jawa, khususnya Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan

Bekasi), sehingga secara geografis ada kedekatan dengan kajadian kasus Prita Mulyasari

yang terjadi di Tangerang.

Dominasi pengguna media sosial di internet yang berasal dari Jabodetabek

(Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang) itu terlihat dari laporan Saling Silang.

Report tersebut dapat dilihat di tabel di bawah ini.

Tabel Pengguna Twitter di Indonesia Berdasarkan Kota Asal

Sumber: Top cities in Indonesia that tweets, SalingSilang.com Engine, Indonesian Twitter Users H1 201113

12

http://megapolitan.kompas.com/read/2009/12/30/2338022/koin.prita.selesai.dihitung 13

http://www.slideshare.net/salingsilang/indonesia-social-media-landscape-h1-2011-3rd-salingsilangcom-

report

Page 8: Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia

8

Tabel Pengguna Facebook di Indonesia Berdasarkan Kota Asal

Sumber: Facebook, Indonesian User by Cities, Indonesia Social Media Landscape a snapshot of Indonesian user behavior,

SalingSilang.com, Feb 201114

Analisa kedua, mayoritas pengguna internet di Indonesia didominasi dari kelas

sosial menengah ke atas. Dominasi kelas menengah atas itu nampak dari penelitian

MarkPlus Insight tentang prilaku pengguna internet di Indonesia15

. Menurut survei itu

pengguna internet di Indonesia menunjukkan bahwa mereka mengalokasikan sebagian

pengeluarannya untuk akses internet. Dalam sebulan mereka menghabiskan Rp 166,000

hanya untuk akses Internet melalui PC/Laptop. Sementara melalui handphone mereka

rata-rata menghabiskan Rp 86,000 dalam sebulan.

Jika diteliti per umur, anak muda lebih sedikit pengeluarannya dibanding orang

dewasa. Untuk akses intenet melalui handphone dalam sebulan anak muda menghabiskan

Rp. 85,000 sementara orang dewasa menghabiskan Rp. 95,000. Untuk koneksi melalui

PC/Laptop dalam sebulan anak muda menghabiskan Rp. 150,000, sementara orang

dewasa menghabiskan Rp. 200,000.

14

http://www.slideshare.net/salingsilang/snapshot-of-indonesia-social-media-users-saling-silang-report-

feb-2011 15

http://the-marketeers.com/archives/attitude-and-behavior-pengguna-internet-di-indonesia.html

Page 9: Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia

9

Pengeluaran untuk akses internet seperti tersebut di atas sangat besar bila

dibandingkan dengan angka garis kemiskinan. Pada September 2011, garis kemiskinan

makan an sebesar Rp 179.204 dan garis kemiskinan non-makanan Rp 64.525. Sehingga

total garis kemiskinan yang digunakan sebagai patokan sebesar Rp 243.729. Jadi dapat

ditarik kesimpulan bahwa pengguna internet di Indonesia berasal dari kelas menengah-

atas.

Sehingga kasus Prita yang merupakan konsumen rumah sakit internasional

memiliki kedekatan kepentingan dengan kelas menengah yang juga konsumen atau calon

konsumen rumah sakit internasional. Sehingga solidaritas itu bisa lebih mudah terbangun.

Untuk isu masyarakat kelas sosial-bawah, belum tentu solidaritas sosial dapat dibangun

melalui internet.

Menurut penelitian Prof Merlyna Lim terhadap 80 blog yang concern pada

masalah sosial dan politik di Indonesia terungkap bahwa isu yang dicover dalam blog

mereka adalah isu kelas menengah atas yang sudah disebarkan oleh media mainstream

sebelumnya, sementara isu persoalan kelas masyarakat marginal seperti dalam kasus

Lapindo16

minim dicover oleh para blogger tersebut17

.

Analisa Ketiga, menurut Glenn Marsalim (pakar periklanan), kampanye kasus

Prita Mulyasari disebabkan unsur personalitas dan aksi nyata yang mudah. Pada kasus

Prita ada aksi nyata dan mudah dilakukan, yaitu pengumpulan koin untuk koin Prita18

.

Analisa Keempat, dalam gerakan sosial digital dalam kasus Prita Mulyasari,

hampir semua media massa arus utama (mainstream) memberikan ‘dukungan’. Hal itu

disebabkan karena dalam kasus Prita Mulyasari relatif tidak bersentuhan dengan

kepentingan media mainstream. “Dan akan lebih sulit lagi bila kasusnya menyangkut

kepentingan Group media konglomerasi, kasus Lapindo misalnya,” Ketua Yayasan

Pantau19

Andreas Harsono dalam sebuah wawancara melalui Skype dengan SatuDunia20

Dukungan media mainstream dalam kasus Prita Mulysari melawan Rumah Sakit

Omni selain nampak dari pemberitaan juga di luar pemberitaan. TV One bahkan

16

Kasus Lapindo adalah kasus munculnya semburan lumpur di Sidoarjo yang oleh mayoritas ahli

pengeboran dunia yang bertemu di Cape Town, Afrika Selatan pada tahun 2008, dinyatakan terkait dengan

aktivitas pengeboran PT. Lapindo. 17

@crossroads: DEMOCRATIZATION & CORPORATIZATION OF MEDIA IN INDONESIA 18

http://rujak.org/2012/04/media-sosial-dan-pemanfaatannya-2/ 19

Yayasan Pantau adalah sebuah lembaga yang bertujuan memperbarui jurnalisme di Indonesia 20

Wawancara via skype dilakukan 23 Juni 2011

Page 10: Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia

10

merelakan studionya di Wisma nusantara untuk menjadi salah satu posko pengumpulan

koin21

. Pertanyaannya kemudian adalah, mungkinkah TV One memberikan dukungan

yang sama untuk gerakan warga yang menuntut Lapindo untuk bertanggungjawab

terhadap seluruh kerugian masyarakat dalam kasus semburan lumpur di Sidoarjo?

Benarkah Gerakan Sosial Digital Kasus Prita Mulyasari Sepenuhnya Berhasil?

Dari sisi membangun solidaritas dan dukungan dari masyarakat dan juga media

massa mainstream. Namun, pertanyaannya kemudian adalah apakah gerakan sosial

digital dalam kasus Prita Mulyasari juga berhasil merubah sebuah kebijakan yang

membuat seorang Prita dijerat pasal karet pencemaran nama baik?

Pasal karet pencemaran nama baik di Undang-Undang (UU) Informasi dan

Transaksi Elektronik (ITE) yang digunakan untuk memenjarakan Prita Mulyasari masih

tegak berdiri. Begitu pula persoalan komersialisasi kesehatan yang terselip dalam kasus

Prita Mulyasari. Seharusnya jika gerakan sosial digital dalam kasus Prita Mulyasari ini

dikatakan berhasil, upaya komersialisasi kesehatan yang dipayungi oleh liberalisasi

sektor jasa juga dihentikan di Indonesia22

.

Di dalam situs politikana.com23

terjadi perdebatan yang cukup panjang terkait

berhasil atau gagalnya gerakan sosial digital dalam kasus Prita Mulyasari ini. Salah satu

orang yang terlibat dalam perdebatan itu menuliskan bahwa tujuan dari gerakan sosial

digital dalam kasus Prita sangat sederhana, yaitu melepaskan Prita dari penahanan. Sebab

sangat tidak manusiawi, seorang ibu yang tengah menyusui, dipisahkan dengan anaknya,

cuma karena menulis surat pembaca.

Namun, ternyata dalam proses hukum pidananya, permohonan kasasi jaksa atas

putusan Pengadilan Negeri Tangerang yang membebaskan Prita Mulyasari, ternyata

dikabulkan majelis hakim Mahkamah Agung. Putusan tersebut terdaftar dengan nomor

register 822 K/PID.SUS/201024

. Artinya, Prita Mulyasari dinyatakan kalah.

21

Setahun Koin Keadilan, Rumah Langsat, 2010, http://kalamkata.org/ebook/indonesian/Buku-Koin-

Keadilan-eBook.pdf 22

http://www.satuportal.net/content/kegagalan-gerakan-sosial-digital-kasus-prita-mulyasari 23

http://politikana.com/baca/2010/08/24/copas-kegagalan-gerakan-sosial-digital-kasus-prita-

mulyasari.html 24

http://www.tempo.co/read/news/2011/07/08/063345581/Prita-Mulyasari-Kalah-di-Tingkat-Kasasi

Page 11: Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia

11

Jadi dengan kata lain, Prita Mulyasari tidak sepenuhnya bebas dari jerat hukum.

Bahkan kekalahan ini berdampak bagi Prita Mulyasari menjadi enggan bersikap kritis.

“Saya lebih baik diam,” ujar Prita Mulyasari. Setelah tersandung kasus itu (pasal karet

pencemaran nama baik di UU ITE) ia juga cenderung enggan protes dan menghindari

konflik. (Majalah TEMPO, edisi 26 Februari 2012)

Belajar dari Gerakan Sosial Digital Kasus Prita Mulyasari

Apa yang bisa kita pelajari dari gerakan sosial digital dalam kasus Prita

Mulyasari? Pertama, bahwa gerakan sosial digital harus memiliki pesan yang selain

menarik juga mudah dipahami serta memudahkan publik untuk melakukan aksi nyata.

Kedua, dalam merancang gerakan sosial digital di Indonesia sebisa mungkin

dikaitkan dengan persoalan kelas menengah-atas dan juga persoalan kaum urban di

perkotaan.

Ketiga, garakan sosial digital juga tetap harus berkolaborasi dengan media massa

mainstream. Dukungan dari media mainstream baik dalam hal pemberitaan maupun di

luar pemberitaan sangat diperlukan dalam sebuah gerakan sosial digital.

Keempat, dalam perencanaan gerakan sosial digital harus memasukan rencana

jangka pendek dan jangka panjang. Rencana jangka panjang dalam sebuah gerakan sosial

digital adalah adanya sebuah perubahan kebijakan terkait isu yang diangakat. Misalnya,

dalam kasus Prita Mulyasari, gerakan sosial digital sebaiknya bermuara pada menguatnya

desakan publik kepada pemerintah untuk merubah kebijakan dalam UU ITE dan

komersialisasi kesehatan.