Indeks kuning telur
-
Upload
rufias-namhor -
Category
Documents
-
view
295 -
download
14
description
Transcript of Indeks kuning telur
TINJAUAN PUSTAKA
Telur yang baik dilihat dari struktur fisik yaitu telur dengan putih telur yang
masih kental dan bening, dimana putih telur masih terbagi atas dua lapisan yaitu
lapisan yang kental di dekat kuning telur dan lapisan yang encer di bagian terluar
kuning telur. Semua lapisan putih telur sudah encer maka kualitas telur mulai
merosot (Sirait 1986). Titik kritis yang mempengaruhi kualitas isi telur adalah bakteri
perusak yang berusaha masuk dalam telur melalui pori-pori pada kerabang telur.
Telur memiliki kerabang telur yang sangat sensitif terhadap bakteri. Selain kualitas
eksternal, kerabang telur yang normal, keriput atau tipis turut mempengaruhi kualitas
telur (Card et al. 1973).
Ada empat variabel yang dipakai sebagai faktor penentu kualitas telur pada
penelitian, yaitu berat telur, indeks putih telur, indeks kuning telur, dan indeks haugh
unit (Winarno 1993).
Berat telur
Berat telur sebagai salah satu tolok ukur mutu telur (grade) untuk konsumsi
(Winarno 1993). Menurut Kismono (1999), ada enam klasifikasi telur berdasarkan
beratnya, yaitu jumbo: >71 g/butir; sangat besar: 64−71 g/butir; besar: 57−64 g/butir;
medium: 50−57 g/butir; kecil: 43−50 g/butir; peewee: 35−43 g/butir.
Telur yang berbobot sekitar >71 gram termasuk ukuran jumbo dengan harga
yang mahal. Di Indonesia, ketentuan di atas belum berlaku sebab konsumen lebih
menyukai telur yang berjumlah banyak dan kecil-kecil dalam setiap kilogramnya
(Sudaryani 1996). Besarnya telur dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk sifat
genetik, tingkatan dewasa kelamin, umur, obat-obatan dan makanan sehari-hari
(Anggorodi 1994).
Indeks putih telur
Indeks albumen adalah rasio tinggi albumen kental terhadap rata-rata
diameter terpanjang dan terpendek dari albumen. Telur dipecahkan dan diletakkan
di atas kaca, kemudian tinggi dan diameter putih telur diukur. Indeks putih telur
dihitung menggunakan rumus (Muchtadi dan Sugiyono 1992).
Telur segar mempunyai nilai IP (indeks putih telur) antara 0,05–0,174 dan
pada umumnya 0,09–0,12. Perubahan IP dipengaruhi oleh suhu penyimpanan.
Penyimpanan telur pada suhu rendah mempunyai penurunan nilai IP yang lebih
lambat dibandingkan penyimpanan pada suhu tinggi. Telur yang disimpan pada
suhu –1oC selama 6 bulan mempunyai IP hampir sama dengan telur segar,
sedangkan yang disimpan pada suhu 32oC, indeks putih telurnya berkurang 40%
dalam waktu 20 jam (Wooton, 1978).
Indeks kuning telur
Indeks kuning telur merupakan perbandingan antara tinggi dan diameter
kuning telur., sama seperti mengukur indeks putih telur, dan dihitung menggunakan
rumus (Muchtadi dan Sugiyono 1992).
Indeks kuning telur dari telur yang masih segar bervariasi antara 0,30–0,50
dengan rata-rata 0,42. Suhu dan lama penyimpanan mempengaruhi penurunan
indeks kuning telur. Penyimpanan telur pada suhu 2oC selama tiga bulan akan
mengalami sedikit penurunan indeks kuning telur tetapi penyimpanan telur pada
suhu 25oC, penurunan indeks kuning telur lebih cepat dalam waktu kurang dari tiga
minggu. Indeks kuning telur merupakan cara tidak langsung untuk mengatur
kekuatan membran dan bulatnya kuning telur (Hadiwiyoto 1993).
Indeks Haugh unit
Indeks haugh atau haugh unit merupakan satuan yang digunakan untuk
mengetahui kesegaran isi telur terutama bagian putih telur (Hadiwiyoto 1993).
Wahyu (1992) menambahkan bahwa indeks haugh adalah satuan kualitas telur yang
ditentukan berdasarkan hubungan logaritma pengukuran tinggi albumen dalam
milimeter dan berat telur dalam gram. Pengukuran indeks haugh dilakukan dengan
cara memecah telur, mengukur ketebalan putih telur diukur dengan alat
depthmikrometer. Telur segar biasanya mempunyai putih telur yang tebal (Sudaryani
1996).
Menurut Buckle et al. (1987), mutu telur yang terbaik dapat ditentukan
berdasarkan indeks Haugh unit (HU). Semakin tinggi nilai haugh unit menunjukkan
putih telur belum mengalami banyak perubahan atau masih baru (Muchtadi dan
Sugiyono 1992). Sudaryani (1996) menyatakan bahwa penentuan kualitas telur
berdasarkan haugh unit menurut Departement of Agriculture USA, yaitu: kualitas C
bila nilai HU <31; kualitas B bila nilai HU 31–60; kualitas A bila nilai HU 60–72; dan
kualitas AA bilai nilai HU >72. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992) nilai HU
diperoleh memecahkan telur dan diletakkan di atas kaca, kemudian pada bagian
putih telur yang kental diukur tingginya. Dengan data berat telur, nilai HU dihitung
menggunakan rumus:
Keterangan: h= tinggi putih telur (mm); W= berat telur (g); G= 32.
PEMBAHASAN
Ada empat variabel yang dipakai sebagai faktor penentu kualitas telur pada
penelitian, yaitu berat telur, indeks putih telur, indeks kuning telur, dan indeks haugh
unit (Winarno 1993). Berikut adalah data hasil pengamatan kualitas telur:
Tabel … Hasil pengamatan kualitas telur segar
Jenis Telur IPT IKT HU
Ayam ras 0.06 0.44 86.1403
Ayam kampung 0.092 0.45 88.01
Bebek 0.064 0.294 96.19
Puyuh 0.06 0.34 87.2278
Tabel … Hasil pengamatan perlakuan pada telur ras
Jenis Telur IPT IKT HU
Tes 0.04 0.5 85.36
Tkamar 0.42 0.18 111.50
Daun teh 0.08 0.23 3.90
Kapur 0.02 0.83 109.46
Indeks kuning telur
Indeks kuning telur segar pada telur ras, kampung, bebek dan puyuh adalah
0.44; 0.45; 0.294; dan 0.34. Setelah penyimpanan telur ras selama 2 minggu pada
suhu dingin, suhu kamar (25oC), larutan daun teh, dan larutan kapur, indeks kuning
telur simpan menjadi: 0,5; 0,18; 0,23; dan 0,83. Menurut Buckle (1987), indeks
kuning telur dari telur yang baik adalah antara 0,30–0,50 dengan rata-rata 0,42.
Berdasarkan data tersebut, penyimpanan pada suhu dingin selama dua minggu
dapat mempertahankan kualitas telur dengan indeks kuning telur sebesar 0,5,
sedangkan penyimpanan pada suhu kamar, larutan daun teh, dan larutan kapur
tidak dapat mempertahankan kualitas telur ras segar (IKT=0,44). Hal tersebut telihat
dari IKT telur ras setelah penyimpanan pada suhu kamar, larutan daun teh, dan
larutan kapur selama dua minggu sebesar: 0,18; 0,23; dan 0,83.
Indeks putih telur
Indeks putih telur segar pada semua telur tersebut dalam kisaran normal
dengan rincian telur ras, kampung, bebek dan puyuh adalah 0.06; 0.092; 0.064; dan
0.06. Menurut Buckle et al. (1982), telur yang baru ditelurkan memiliki indeks putih
telur antara 0,050–0,174. Oleh karena itu, telur ras tersebut (IPT=0,06) termasuk
dalam telur ras yang masih segar. Setelah disimpan selama 2 minggu pada suhu
dingin, suhu kamar, larutan daun teh, dan larutan kapur, indeks putih telur berubah
menjadi: 0,04; 0,42; 0,08; 0,02. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa
penyimpanan telur ras pada larutan daun teh dapat mempertahankan kualitas putih
telur dengan IPT sebesar 0,08. Di sisi lain, penyimpanan telur ras pada suhu dingin,
hampir mendekati kualitas putih telur yang baik dengan IPT sebesar 0,04. Selain itu,
penyimpanan telur ras pada suhu kamar dan larutan kapur tidak dapat
mempertahankan kualitas putih telur. Hal tersebut dapat diketahui dari IPT-nya
masing-masing sebesar 0,42 dan 0,02.
Indeks haugh
Indeks haugh pada telur ras, kampung, bebek dan puyuh adalah 86.1403;
88.01; 96.19; dan 87.2278. Menurut Sudaryani (1996), bahwa nilai indeks haugh
berhubungan dengan diameter putih telur kental dan presentase total putih telur dan
menyatakan sebutir telur mempunyai indeks haugh berdasarkan haugh unit menurut
Departement of Agriculture USA, yaitu: kualitas C bila nilai HU <31; kualitas B bila
nilai HU 31–60; kualitas A bila nilai HU 60–72; dan kualitas AA bilai nilai HU >72.
Oleha karena itu, keempat jenis telur tersebut memiliki kualitas AA.
Setelah disimpan selama dua minggu dalam suhu dingin, suhu kamar,
larutan daun teh, serta larutan kapur, indeks haugh (HU) berubah menjadi: 85,36;
115,50; 3,90; 109,46. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa, telur ras
yang disimpan pada suhu dingin, suhu kamar, dan larutan kapur, dengan HU masin-
masing sebesar: 85,36; 115,50; dan 109,46, dapat mempertahankan kualitas AA
seperti keadaan telur awal. Di sisi lain, telur .yang disimpan pada larutan daun teh
hanya memiliki kualitas C dengan HU sebesar 3,90 atau <31.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Buckle KA, Edwards RA, Fleer GH, Wooton M. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan H. Purnomo dan Adiono. Jakarta: UI Press
.Card E.L., Neisheim. 1972. Poultry Production. Philadelphia: 11th Lea and
Fehniger.
Hadiwiyoto S. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur. Yogyakarta: Liberty.
Hadiwiyoto S. 1993. Teknik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Yogyakarta: Liberty.
Kismono S.S. 1999. "Kualitas Telur”. Makalah, Study Program of Animal Product Technology (APTEC), IPB. Bogor: IPB Press.
Muchtadi TR, Sugiyono. 1992. “Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan”. Petunjuk Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universtas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB Press.
Sarwono, B.B. Murtidjo dan A. Daryanto. 1994. Telur, Pengawetan dan Manfaatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sirait H. Celly. 1986. Telur dan Pengolahannya. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Sudaryani T. 1996. Kualitas Telur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Wahyu J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Fakultas Peternakan IPB Bogor. Yogyakarta: UGMPress.
Winarno F.G. 1993. Pangan dan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wotton M. 1978. “Eggs and Products”. K.A. Bucle, RA.Edwards, G.H. Fleet and M. Wotton A Course Manual in Food Science. Brisbane: Walson Fergion Co.
.