Imunisasi Fakta & Mitos & Jenisnya

10
Fakta & Mitos Mengenai Imunisasi Bagaimana Imunasasi Bekerja? (Sebuah penjelasan untuk pasien) 1. Imunasi mempersiapkan dan memampukan tubuh untuk melawan penyakit yang disebab kuman 2. Setiap imunasi (biasanya diinjeksi) mengandung kuman yang dilemahkan atau kuman mati atau sebagian dari kuman dari penyakit tertentu. 3. Tubuh “belajar” memproduksi antibodi, sejenis zat yang dapat mengenali dan melawan bagian dari kuman itu. 4. Kemudian kalau kuman masuk tubuh, tubuh sudah siap melawan kuman agar tidak menyebabkan penyakit. 5. Terkadang imunisasi booster diberi untuk menguatkan tubuh membuat antibodi terhadap kuman tertentu. Masalah Mitos tentang Imunasasi Di abad ke20 banyak penyakit yang dulu mematikan jutaan anak dapat dicegah >95% dengan pemberian imunasi. Oleh karena sukses program imunasisi, banyak orang bertanya apakah kita masih perlu memberi imunasasi terus. Juga banyak mitos mengenai imunasasi sudah muncul yang menanyai gunanya dan resikonya. Seorang dokter mesti siap untuk menjawab pertanyaan dari keluarga anak yang perlu imunasasi agar mereka tetap mau melindungi anak dengan imunasasi. Mitos 1: Imunasi dapat menyebabkan penyakit yang mesti dicegah. Mustahil anak memperoleh penyakit dari imunasasi yang dibuat dari kuman mati atau sebagian. Imunasasi yang dibuat dari kuman hidup & dilemahkan termasuk imunasasi Campak (morbilli), Gabak (Rubella), Gondong/gondok, Cacar air, BCG (anti-TB), Polio (OPV) & Rotavirus. Oleh karena kuman ini dilemahkan, gejala yang dialami anak sangat ringan dibandingkan penyakit langsung. Resiko anak akan menderita infeksi berat dari kuman imunasasi sangat kecil. Mitos 2: Kalau semua anak lain menerima imunasasi, anakku terlindung dari ketularan. Fakta: Kalau satu anak tidak menerima imunisasi, ada kemungkinan banyak lain juga begitu. Wabah pertussis di Japan & UK 1970an Wabah campak di AS: 1989 – 1991 Apa lagi di era globilisasi dan peterbangan! Wabah Polio di Jawa Barat: 2005 berasal dari Nigeria utara melalui Timur Tengah. Mitos 3: Imunasasi tidak 100% efektif. Mungkin sia-sia anak disuntik imunasasi. Fakta: Jarang ada hasil 100% di dunia pengobatan. Kini imunasasi yang diberi 85 – 99% berhasil merangsang tubuh membuat antibodi. Lebih baik bayi menangis selama 1 menit karena disuntik daripada dia meninggal karena difteri, tetanus, campak Mitos 4: Mungkin anakku akan menderita reaksi terhadap imunisasi yang menyakiti. Reaksi yang lebih umum ringan saja: panas badan, kemerahan & rasa sakit pada tempat suntikan, ruam ringan. Jarang sekali terjadi kejang-kejang atau reaksi alergi berat. 1

description

imunisasi

Transcript of Imunisasi Fakta & Mitos & Jenisnya

Fakta & Mitos

Fakta & Mitos Mengenai ImunisasiBagaimana Imunasasi Bekerja? (Sebuah penjelasan untuk pasien)1. Imunasi mempersiapkan dan memampukan tubuh untuk melawan penyakit yang disebab kuman

2. Setiap imunasi (biasanya diinjeksi) mengandung kuman yang dilemahkan atau kuman mati atau sebagian dari kuman dari penyakit tertentu.

3. Tubuh belajar memproduksi antibodi, sejenis zat yang dapat mengenali dan melawan bagian dari kuman itu.

4. Kemudian kalau kuman masuk tubuh, tubuh sudah siap melawan kuman agar tidak menyebabkan penyakit.

5. Terkadang imunisasi booster diberi untuk menguatkan tubuh membuat antibodi terhadap kuman tertentu.

Masalah Mitos tentang Imunasasi Di abad ke20 banyak penyakit yang dulu mematikan jutaan anak dapat dicegah >95% dengan pemberian imunasi.

Oleh karena sukses program imunasisi, banyak orang bertanya apakah kita masih perlu memberi imunasasi terus.

Juga banyak mitos mengenai imunasasi sudah muncul yang menanyai gunanya dan resikonya.

Seorang dokter mesti siap untuk menjawab pertanyaan dari keluarga anak yang perlu imunasasi agar mereka tetap mau melindungi anak dengan imunasasi.

Mitos 1: Imunasi dapat menyebabkan penyakit yang mesti dicegah. Mustahil anak memperoleh penyakit dari imunasasi yang dibuat dari kuman mati atau sebagian.

Imunasasi yang dibuat dari kuman hidup & dilemahkan termasuk imunasasi Campak (morbilli), Gabak (Rubella), Gondong/gondok, Cacar air, BCG (anti-TB), Polio (OPV) & Rotavirus. Oleh karena kuman ini dilemahkan, gejala yang dialami anak sangat ringan dibandingkan penyakit langsung.

Resiko anak akan menderita infeksi berat dari kuman imunasasi sangat kecil.

Mitos 2: Kalau semua anak lain menerima imunasasi, anakku terlindung dari ketularan.Fakta: Kalau satu anak tidak menerima imunisasi, ada kemungkinan banyak lain juga begitu.

Wabah pertussis di Japan & UK 1970an Wabah campak di AS: 1989 1991

Apa lagi di era globilisasi dan peterbangan!

(Wabah Polio di Jawa Barat: 2005 berasal dari Nigeria utara melalui Timur Tengah.Mitos 3: Imunasasi tidak 100% efektif. Mungkin sia-sia anak disuntik imunasasi.Fakta: Jarang ada hasil 100% di dunia pengobatan.

Kini imunasasi yang diberi 85 99% berhasil merangsang tubuh membuat antibodi.

Lebih baik bayi menangis selama 1 menit karena disuntik daripada dia meninggal karena difteri, tetanus, campak Mitos 4: Mungkin anakku akan menderita reaksi terhadap imunisasi yang menyakiti. Reaksi yang lebih umum ringan saja: panas badan, kemerahan & rasa sakit pada tempat suntikan, ruam ringan.

Jarang sekali terjadi kejang-kejang atau reaksi alergi berat.

Dahulu banyak reaksi ini dikarenakan vaksin Pertusis dari sel utuh. Kini vaksin Pertusis dibuat dari sebagian dari sel saja. Dengan memakai DTaP reaksi terhadap vaksin jauh lebih jarang dan ringan.

Mitos 5: Anakku tidak perlu imunisasi asalkan dia sehat, akitf & makan cukup banyak yang bergizi Vaksinasi diberi supaya anak tetap sehat, bukan membuat dia sehat.

Tujuan vaksin adalah melindungi tubuh sebelum diserang penyakit. Kalau vaksin ditundah sampai saat anak sakit karena penyakit tertentu, sudah terlambat untuk vaksin dapat melindungi dia.

Saat yang paling tepat untuk menerima vaksin adalah saat anak sehat. Mitos 6: Kalau anak tidak sehat 100%, vaksin tidak boleh diberi. Walaupun memang dulu hal ini diajar. Ternyata tubuh yang mengalami infeksi ringan, vaksin masih dapat bekerja.

Walaupun anak sakit selesma, batuk pilek biasa, demam ringan ( 38), diare yang tiada mukus atau darah pada tinja, vaksin boleh diberi dan akan berhasil.Mitos 7: Pada seri vaksinasi, kalau satu kali diberi terlambat, seri harus mulai lagi dari semula. Hal ini juga dulu diajar, tetapi ternyata tidak benar. Kalau anak tidak diberi vaksinasi (termasuk booster) pada saat dijadwalkan, memang dia kurang dilindungi terhadap penyakit. Tetapi seri vakinasi tidak perlu dimulai lagi dari semula. Vaksinasi (termasuk booster) yang terlambat diberi saja, dan jadwal dimulai lagi dari tahap itu, bukan dari semula.Mitos 8: Penyakit Autisme disebabkan imunasasi MMR 17 projek reset tidak menemukan hubungan ini. http://www.immunize.org/mmrautism/index.htm Reset yang menuduh terbukti direkayasakan & kepala reset itu (Wakefield) diinvestigasi oleh Dewan Dokter Britis.Vaksin & Penyakitnya

Tuberkulosis:

Vaksin BCG (Vaksin hidup dari Bacillus Calmette-Gurin yang dilemahkan/attenuated.)A. BCG pd bayi dpt mengurangi insidens infeksi yg berat 50%. Maka dari itu: Masih banyak kasus

TBC berat pada anak yang berbekas BCG! PPD masih menolong walau ada bekas BCG.

B. BCG tidak diberi secara rutin di AS, hanya bila ibunya berinfeksi & blm diRx praenatal. Di AS itu,

PPD diberi kpd anak pd waktu chek-up tahunan kalau resiko tinggi. Kalau tidak ada faktor resiko,

namun dia tinggal di daerah yg insidens TBC tinggi, Mantoux diberi 3 x: umur 1, 4-6 & 11-16 thn.

C. Komplikasi BCG: i. Bisul/abses di situs injeksi (keluar nanah/kasein)

1 2% ii. Adenopathi di ketiak (terkadang sampai keluar nanah/kasein) cold abcess

Kalau tidak sembuh ssdh berberapa minggu, mungkin perlu Rx dgn INH+RIF.

D. Kontraindikasi (krn BCG vaksin hidup): Reseptor yg menerima Rx steroid atau Rx kanker, dll.

Tetanus 1. Tetanus Immune Globulin (TIG) (Human): 3.000-6.000 U sekali IM saja. Atau kalau TIG tidak ada . . .

1a. Tetanus Anti-Toxin (TAT) (serum kuda) tes kulit dulu, 50.000-100.000 U sekali (Redbook 2000 hal. 460)*

20.000 U sampai dosis yg ditentukan diberi IV, & sisanya IM, dgn perhatian ketat terhadap anafilaksis

Serum sickness (10% - 20% reseptor serum kuda: febris, ruam, arthritis, limfadenopati, paya ginjal, edema.

Kalau tes kulit positif, perlu diberi secara desensitizasi. (*dosis yg disarankan FK Unair: 5.000 U.)

Profilaksis Tetanus karena Luka*: (dari Redbook 2000, hal 461)

___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Anamnesa Reseptor

Luka yang Bersih & Ringan

Semua Luka yang Lain*

Tetanus toxoid _____________________________________________________________________________________________________

Jumlah dosis

Tetanus toxoid o TIG/TAT#

Tetanus Toxoid o TIG/TAT#

___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Tidak diketahui atau < 3

YA

Tidak

YA

YA

3

YA

Tidak

YA

Tidak

>3

Tidak, bila terakhir2 mgg sblm bersalin, atau boster

Imunisasi Tetanus Aktif Rutin: DPT/DTaP pd umur 2, 4, 6 bln, booster 6 12 bln kemudian & umur 5-7 thn, PLUS booster setiap 10 thn.

Kalau DPT/DTaP/DT yang ke4 diberi ssdh umur 4 thn, yg ke5 dibatal.lalu q10 thn

Untuk anak/dewasa seri dasar dT sejumlah 3 dosis, dgn jarak waktu 1-2 bln kemudian 6-12 blnDiphtheria1 Passive: Antitoksin ADS (dari serum kuda, maka perlu tes kulit 1:100)

Kalau tes negatif, ADS diberi secara intravena dalam waktu 20 30 min. (Sediakan Antihistamin IV)A. Faring atau Laring yang berlangsung 48 jam: 20.000 40.000 U IV

B. Naso-faring: 40.000 60.000 U IV

C. Penyakit yang meluas 3 hari atau lebih, atau bengkak pada leher: 80.000 12.000 U IV

D Bila tes kulit positif: ADS diberi secara desensitisasi atau . . .

2 Aktif: Imunisasi Diphtheria Toxoid: (boleh diberi dengan vaksin-vaksin lain)

A. DPT 5 x sebelum umur 7 tahun, atau DT kalau anak itu tidak tahan vaksin antipertussis

B. Td (2 Lf U diphtheria toxoid per dosis) bagi anak sesudah HUT ke7 sampai dewasa X 3 dosis

C. Booster Td setiap10 tahun. Kalau orang perlu booster tetanus toxid karena luka dll, berilah Td.D. Penyakit Diphtheria & penyakit Tetatus memberi imunitas alami yang kurang kuat. Maka penderita diphtheria dan penderita tetanus juga perlu seri DPT/Td !Pertussis1. Vaksin Pertussis Whole Cell:

ADiberi 5x pd bayi yang berumur 2, 4, 6 bulan, 6-12 bln kemudian dan pada umur 5-7 tahun (tergabung

dengan Vaksin Difteri & Vaksin Tetanus: DPT).

Anak yang berumur 7 tahun atau > diberi dT (dosis Vaksin Difteri kurang, maka lebih aman bagi anak sekolah, remaja& dewasa)

Anak yang menerima DPT ke4 ssdh berumur 4 thn tidak perlu diberi DPT ke5.

Anak yang telah menderita Pertussis (terbukti biakan) tidak perlu menerima Vaksin Pertussis lagi. Sebagai ganti, berilah DT/dT.

BReaksi terhadap Vaksin Pertussis Whole Cell

Ringan: Iritible: 53%, Nyeri lokal: 51%, Febris > 38 C: 47%, Bengkak lokal: 40%, Erithema lokal: 37%

Berat: *Anafilaksis (2:100.000), langsung dalam 3 jam ssdh suntikan Vaksin Pertussis

*Enkefalopati (1:140.000), dalam 7 hari ssdh suntikan Vaksin Pertussis

*Konvulsi dgn/tanpa febris (6:10.000), dalam 3 hari ssdh suntikan Vaksin Pertussis

*Menangis jerit / teriak terus-menerus > 3 jam (1:100), dlm 48 jam ssdh suntikan Vaksin Pertussis

*Syok / Pingsan (hipotensi, hiporesponsif) (6:10.000), dlm 48 jam ssdh suntikan Vaksin Pertussis

*Febris >40,5 C (3:1000), dalam 48 jam ssdh suntikan Vaksin Pertussis.

CBila ada salah satu reaksi berat (b), psn tidak diberi Vaksin Pertussis lagi. Bila < 7 thn DT, & > 7 thn dT.

Maka sblm reseptor Vaksin Pertussis disuntik ulang, petugas Rx wajib bertanya tentang reaksi dulu!

D.Bagi pasien neurologis non-progresif (retardasi mental, spastis otot, epilepsi yg terkontrol Rx) boleh diberi

vaksin pertussis whole cell.

E.Banyak dokter menyaran memberi paracetamol (10-15 mg/kg/dosis) sblm dan setiap 4-6 jam ssdh vaksin pertussis selama 24-48 jam untuk mencegah febris tinggi (& mungkin konvulsi febris) serta nyeri lokal.

2. Vaksin Pertussis Acellular (aP)a. Mengandung immunogens dari B. pertussis, bukan sel-sel utuh mati.

b.Reaksi-reaksi sama, namun lebih ringan & jarang (25-50%).

b. Kini AAP merkomendasi pemberian Acellular Pertussis Vaccine untuk semua bayi & anak yg menerima imunisasi rutin. Biasanya dikombinasi dengan vaksin tetanus toxoid & diphtheria toxoid: DTaP.

c. DPT (yg mengandung whole cell Pertussis Vaccine) masih boleh dianjurkan.

d. Dosis ke 4 boleh diberi sebelum umur 12 bulan kalau sudah ada 6 bulan sejak dosis ke3 dan kemungkinan

besar reseptor tidak kembali pada umur 15 18 bulan.

Polio Myelitis1. OPV (oral polio vaccine, trivalent) Sabin 1962, vaksin hidup maka tidak boleh diberi kepada reseptor yg lemah imunitasnya atau anak yg tinggal bersama/serumah dgn orang yg immuno-compromised, Contoh: Yang diobati dgn steroid (Nephrosis), pasien kanker, penderita HIV.

Keuntungan: 20% anak yg tidak menerima vaksin, menerima infeksi ini dr reseptor & menimbulkan cukup antibodi sendiri (Herd immunity).

Komplikasi: VAPP (vaccine-associated paralytic polio) insidens 4 per 10 juta reseptor.

Diarrhea atau Ibu menyusui bukan kontraindikasi memberi OPV pada anak. 2.eIVP (enhanced inactivated poliovirus vaccine) 1980. IM. Tidak memberi herd immunity. Tidak menyebab VAAP, maka dpt diberi kepada pasien yg immuno-compromised dan anak serumah mereka. Biasanya dewasa menerima eIVP karena resiko terjadinya VAPP lebih tinggi pada mereka.

Rubeola / Measles / Campak / MorbilliMVV Measles Virus Vaccine,

A. Virus attenuated,hidup, dibiakkan pada sel-sel embryo ayam, kmdn di-lyophilize agar lebih tahan hangat.

B. Kalau diberi pd reseptor yg berumur 15 bulan, 95% mengembangkan antibodi sesudah dosis tunggal

C. Disimpan pada 2 8 derajat Celsius, namun tidak dirusak kalau dibeku (frozen).

D. Vaksin perlu dilindung dari sinar UV, lebih-lebih kalau sdh diaktivate.

E. Dini biasanya di AS diberi dengan kombinasi vaksin Rubella dan Mumps (Parotitis): MMR pd reseptor yg

berumur 12-15 bulan kmdn booster pd umur 4-6 thn (masuk TK/SD) atau 11-12 thn (masuk SMP)

F. Di negara-negara berkembang dimana anak yg belum berumur 1 tahun srng menderita morbilli, MVV sendiri

diberi kepada bayi yg berumur kira-kira 9-10 bulan.

G. Reaksi pd reseptor: Febris 7-12 hari kmdn (5-15% >39.4 derajat C) selama 1-5 hr. Anafilaksis sngt jarang

H. Kontraindikasi untuk menerima MVV

a. Hamil b. Telah menerima Imune Globulin < 3 bln lalu. c. Psn lemah sistem imun* (Rx kanker, steroid)

d. Febris tinggi (penyakit non-febris atau febris 90% menghasilkan antibodi. Reaksi: jarang.

Diberi sebagai MMR pd umur 15 bulan, dan booster pada umur 4-6 thn atau 12 thn.

Kontraindikasi sama dengan yang berlaku untuk Measles & Rubella VaccinesRubella (Gabag)Vaksin hidup kepada semua anak > 15 bln dengan kombinasi MMR (Di Eropa remaja perumpuan)

Kontraindikasi sama dengan yg sudah diberi untuk vaksin Measles di atas. HIV+ boleh menerimanya.

Antibodi terhadap Rubella tidak memberi pelindungan terhadap Virus Measles/Campak.

Varicella (Cacar Air)1. VZIG: Kalau ada eksposur terhadap virus VZ: pasien lemah imun, yg hamil, neonatus dari ibu yg kena,

2. Live attenuated varicella vaccine, vaksin hidup semua anak 12-18 bulan, anak < 13 thn (1 dos), >13 thn (2 dos)

Kini digabung dengan MMR menjadi MMRV.

3. Kontraindikasi: Lemah imun, lukemia, HIV+, Rx steroid (kecuali semprotan), Rx imunosupresif, hamil

Salmonella typhi, Enteric Fever/Typhoida. Oral Typhoid Vaccine (Ty21A): Vaksin hidup dari bakteri S. typhi attenuated Ty21A strain.

Dosis: 4 kapsul diminum 1 q.o.d.(=2 hari sekali) 7h, perut kosong, psn > 6 thn, (Untk anak < 6 thn, dosis blm jelas, & sulit menelan kapsul) Rxi: jarang, N&V. Booster: Ssdh 5 thn, 4 kapsul.

Kontraindikasi: Sistem imun lemah, sedang atau baru selesai minum Abx., & keadaan hamil.

b. Parenteral Inactivated Typhoid Vaccine: Vaksin mati (killed bacteria) Dosis: 0,5 mL, SK 2x,jaraknya 4 atau > minggu. (Bagi anak < 10 thn: 0,25 mL SubKutan 2x) Rxi: febris, nyeri kepala, nyeri & bengkak lokal, N&V, lesu slm 1-2 hari, sampai 24% tidak masuk kerja/sekolah.

Booster: 3 thn sekali, 0,5 mL SK atau 0,1 mL IK (IntraKutan) (Anak:6 bln 10 thn 0,25/0,1)

c. Typhoid Vi Capsular Polysaccharide Vaccine: Dosis 0,5 mL IM x1. Rxi sama dgn PITV

Infeksi Hemophylus influenzaeGambaran Klinis: Bakteri Haemophilus influenzae menyebab otitis media, sinusitis, epiglottitis, arthritis bakteri, bacteremia okulta, cellulitis, meningitis, pneumonia, & empyema. Infeksi yang lebih jarang dari H influenzae: pericarditis purolenta, endocarditis, conjunctivitis, endophthalmitis, osteomyelitis, peritonitis, epididymoorchitis, glossitis, uvulitis, and septic thrombophlebitis. Epidemiologi: Biasanya melalui saluran nafas bagian atas: kontak langsung, titik-titik pernafasan. Pada neonatus dapat diaspirasi intrapartum (pada waktu persalinan) . Dulu H. influenzae penyebab pertama pada meningitis bakteri pada anak umur 3 bulan sampai 3 tahun. Resistansi terhadap Ampicillin 10 40 %.Hib Conjugate Vaccine: 4 jenis vaksin yang dapat dipakai secara bertukar kalau perlu

Sejak imunasasi Hib menjadi rutin untuk semua anak di AS, angka kejadian infeksi Hib turun 99%.

Diberi umur 2, 4, & 6 bulan dengan booster umur 12 18 bulan.

Boleh diberi bersama vaksin (DTaP), polio, hepatitis B, MMR & VaricellaInfeksi Rotavirus

Gambaran Klinis: Gastroenteritis: 33 70% diare pd anak < 2 thn yg diopname. 500,000 mati/tahun!

Diare banyak air (tanpa mukus) selama3-5 h, muntah, febris, dihidrasi, intoleransi laktos (RotaShield (Merck) ditarik dari pasar 1999 karena komplikasi intususepsi )RotaTeq (Merck) hidup, PO, pentavalent, bovine strain, Phase III 2006, 3 dosis sblm umur 6 bulan serta imunasisi lain. Mencegah 74% semua kasus GEA Rotavirus & 98% kasus berat, serta 96% kasus opname.ROTARIX (R) (Glaxo) hidup PO, monovalent, human strain, 2 dosis, Phase III trials 2006

Hepatitis B virus (HBV) http://www.emedicine.com/ped/topic978.htm Gambaran Klinis:

A. Infeksi tanpa gejala (asymptomatic) dengan seroconversion B. Infeksi Subakut: gejala non-ciri khas (anorexia, mual, malaise, nyeri kepala, arthralgia) C. Hepatitis klinis: Nyeri abdomen, anorexia, mual, malaise, gejala ISPA, arthralgia, Kemudian air seni berwarna tua, ikterus, jaundis, fotofobia, feses berwarna mudaD. Hepatitis fulmimans: jarangE. Hepatitis kronis dengan hadirnya hepatitis B surface antigen (HBsAg) 5% penduduk duniaKebanyakan kasus anak adalah infeksi tanpa gejala atau subakut.

90% kasus perinatal menjadi hepatitis kronis. 30% kasus balita (anak 1 5) tahun menjadi hepatitis kronis2 6% kasus anak sekolah sampai dewasa menjadi kronisPasien infeksi kronis beresiko tinggi untuk sirosis, hepatitis kronis aktif/persisten & karsinoma hati.25% kasus infeksi kronis HBV pada balita/neonatus meninggal akibat sirosis atau kanker hati. Epidemiologi: Transmisi dari orang yang HBsAg-positive melalui darah, semen, lindir cervix & saliva.

Rupanya HBV tidak ditransmisi melalui rute feko-oral.

HBV tahan hidup diluar tubuh selama 1 minggu pada handuk, sikat gigi dll.

Masa inkubasi: 45 160 hari (rata: 90 hari)

Pengobatan HBV: Tiada yang spesifik (Minum/makan 1 kg gula tiap hari mitos dari zaman Belanda!)

Interferon alpha pada kasus kronis dewasa dapat menghasilkan remisis lama pada

25% - 40% TETAPI jarang berhasil pada kasus anak.IMUNISASI terhadap HBV

Post-exposure: Contoh utama bayi dari ibu yang HBsAg positif. Sebelum umur 12 jam beri:

Hepatitis B Immune Globulin (HBIG) dari serum manusia plus

Hepatitis B Vaccine (DNA recombinant atau plasma manusia.)

Pre-exposure: Hepatitis B Vaccine: 3 dosis: umur 0, 1 & 2 bulan atau 0, 1, 6 bulanReseptor Pre-exposure yang mesti menerima Imunisasi Hepatitis B Semua neonatus Semua anak sebelum umur 12 tahun

SEMUA Tenaga Kesehatan yang berkontak dengan pasien Pemakai narkoba injeksi & Orang yang aktif seksual dengan > 1 mitra dalam 6 bulan sblmnya Kontak di rumah dari kasus HBsAg positif

Pasien yang aktif hemodialysis Pasien dengan kelainan membeku darah (hemofilia dll) Orang tahanan lama di Lembaga Masyarakat Hepatitis A virus (HAV) http://www.emedicine.com/med/topic991.htmEpidemiologi: Feco-oral, 100% di negara berkembang seropositif,

Inkubasi: 15 50 hari (rata-rata 25 30 hari)

Paling mudah menular 2 minggu sebelum mulai jaundis. Isolasi: 1 minggu sesudah gejala MULAI

Tiada status carrier/ kronis (Maka HAV tidak menyebab sirosis dan kanker hati)

Transmisi vertikel yaitu ibu kepada fetus sangat jarang terjadi

Gambaran Klinis: Febris ringan, mual, muntah, nyeri abdomen (non-specific pada anak), hepatomegali

Biasanya gejala umum berkurang sebelum jaundis mulai.

Air seni berwarna tua, ikterus & jaundis (dewasa > 70%, anak sering tidak jaundis) Imunisasi: Pasif: Imunoglobulin IG IM 0.02 0.06 ml/kg sebelum expos atau dalam 2 minggu ssdh expos

Aktif: Vaksin HAV (Havrix) 2 dosis mulai umur 1 tahun & umur 18 24 bulan (Booster ??)

Infeksi Pneumococcus / Streptococcus pneumoniae www.emedicine.com/ped/topic1831.htm Gambaran Klinis: Otitis media, Sinusitis, Pneumonia, Meningitis, Septicemia darurat (lemah imun)Imunisasi( Heptavalent protein conjugate Vaccine: untuk anak semuda 6 mgg, 4 dosis, 2, 4, 6 & 12 15 bln( 23-valent pneumococcal polysaccharide vaccine: untuk anak > 5 thn, satu kaliReseptor yang mesti menerima Imunisasi S. pneumoniae Vaksin Heptavalen disarankan AAP untuk semua anak > 2 tahun Asplenia fungsionil or anatomis (http://www.emedicine.com/ped/topic150.htm) Penyakit Sickle Cell Sindroma Nefrosis, Paya Ginjal kronis Lemah Imun (Rx kanker, transplantasi, Rx steroid lama, HIV, bocor lukor spinalis) Spelenektomi elektif (diberi 2 minggu sebelum operasi) Thalesemi, Penyakit Hodgkin Pasien penyakit paru kronis (emphesema tetapi bukan asma), diabetes, paya jantung, sirosis.Petunjuk Jadwal Imunasasi Anak dari AAP.

BirthHepatitis B #12 monthsDTaP #1Polio #1Hib #1Hepatitis B #2Pneumococcus #1Rotavirus #1

4 monthsDTaP #2Polio #2Hib #2Pneumococcus #2Rotavirus #2

6 monthsDTaP #3Hib #3 Pneumococcus #3Rotavirus #3

12 monthsMMR#1VaricellaHepatitis A #1

15-18 monthsHib #4Polio #3Hepatitis B #3Pneumococcus #4DTaP #4Hepatitis A #2

4-6 yearsMMR #2Polio #4DTaP #5

11-12 yearsTdap (this vaccine should be given every 10 years)Meningococcus

Influenza vaccine is given in two doses spaced one month apart and is recommendedeach yearbetween September and December each year.

Rabies Prophylaxis post exposure http://www.emedicine.com/ped/topic1974.htm

Human Rabies immunoglobulin (HRIG) / Equine Rabies immunoglobulin (pasif) smp 7 hr ssdh digigit

Inactivated Rabies Vaccines (3 jenis) 5 dosis hari ke0, ke3, ke7, ke14 & ke28.

Human Papillomavirus (HPV) (penyebab Kanker Leher Rahim / Cervix)Infeksi human Papilomavirus (HPV) biasanya menuluar secara seksual intim. Walaupun tidak ada gejala, pada orang tertentu infeksi kronis menyebab kanker leher rahim & genital warts. Setiap tahun 300,000 wanita sedunia mati karena kanker ini. Screening Pap Smear dapa mendeteksi sel-sel leher rahim yang pre-cancerous, tetapi prosedur ini terlalu mahal dan kurang efisien di negara berkembang.

Vaksin GARDASIL (Merck) (4 tipe HPV) baru dapat izin FDA pada Juni 2006 mencegah 70% kasus kanker leher rahim & 90% genital warts

Kini disanrankan bagi wanita yang berumur 9 smp 26 tahun dengan 3 dosis dalam 6 bulan. Belum ada petunjuk mengenai booster. Belum ada petunjuk mengenai reseptor laki-laki. PAGE 6