IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG...

100
IMP PENGU MPR, TAHUN UNDANG UNIV PLIKASI P UJIAN UND DPR, DPD 2011TENT GAN TERH DIAJUKAN VERSITAS UNTUK M 1. 2. UNIVE UTUSAN M DANG-UN D, DAN DP TANG PEM HADAP FU DAERAH N KEPADA ISLAM NE EMENUHI GELAR S DAL NURAINU UDIYO BA FAKULTA ERSITAS IS MK NOMO DANG NO PRD DAN U MBENTUK UNGSI LE H REPUBLI SKRIP A FAKULTA EGERI SUN SEBAGIAN SARJANA S LAM ILMU OLEH MOH WAH NIM: 1034 PEMBIMB UN MANGU ASUKI, S. H ILMU HU AS SYARI’A SLAM NEGE YOGYAKA 2014 OR 92/PUU OMOR 27 T UNDANG-U KAN PERA EGISLASI D IK INDON PSI AS SYARI’A NAN KALIJ N SYARAT STRATA SA U HUKUM H: HYUDI 40117 BING: UNSONG, S H., M. Hum UKUM AH DAN HU ERI SUNAN ARTA U-X/2012 T TAHUN 20 UNDANG ATURAN P DEWAN P NESIA AH DAN HU JAGA YOGY T MEMPER ATU S. H., M. Hu . UKUM N KALIJAG TENTANG 009TENTA NOMOR 1 PERUNDA PERWAKIL UKUM YAKARTA OLEH m. GA G ANG 12 ANG- LAN A

Transcript of IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG...

Page 1: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

IMPPENGU

MPR, TAHUN UNDANG

UNIV

PLIKASI PUJIAN UND

DPR, DPD2011TENT

GAN TERH

DIAJUKANVERSITAS UNTUK M

1. 2.

UNIVE

UTUSAN MDANG-UND, DAN DPTANG PEMHADAP FUDAERAH

N KEPADAISLAM NEEMENUHI

GELAR SDAL

NURAINUUDIYO BA

FAKULTAERSITAS IS

MK NOMODANG NO

PRD DAN UMBENTUKUNGSI LE

H REPUBLI

SKRIP

A FAKULTAEGERI SUN

SEBAGIANSARJANA SLAM ILMU

OLEH

MOH WAHNIM: 1034

PEMBIMB

UN MANGUASUKI, S. H

ILMU HUAS SYARI’ASLAM NEGE

YOGYAKA2014

OR 92/PUUOMOR 27 TUNDANG-UKAN PERAEGISLASI DIK INDON

PSI

AS SYARI’ANAN KALIJN SYARATSTRATA SA

U HUKUM

H:

HYUDI 40117

BING:

UNSONG, SH., M. Hum

UKUM AH DAN HUERI SUNANARTA

U-X/2012 TTAHUN 20UNDANG

ATURAN PDEWAN P

NESIA

AH DAN HUJAGA YOGYT MEMPERATU

S. H., M. Hu.

UKUM N KALIJAG

TENTANG009TENTA

NOMOR 1PERUNDAPERWAKIL

UKUM YAKARTAOLEH

m.

GA

G ANG

12 ANG-

LAN

A

Page 2: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

i

ABSTRAK

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) dalam sistem

Ketatanegaraan Indonesia, dibentuk dalam Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945). Kehadiran DPD RI

dimaksudkan untuk memperkuat ikatan daerah dalam kerangka NKRI serta

mengakomodir kepentingan daerah dalam perumusan kebijakan nasional. Kedudukan dan

fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945. Kemudian, lebih lanjut

diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan

DPRD (UU MD3) dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (UU P3) yang mereduksi kedudukan dan fungsi DPD RI

sebagai lembaga perwakilan, sehingga mengakibatkan kurang efektifnya DPD RI dalam

menjalankan fungsi legislasinya serta mempertanggungjawabkan kepada konstituen dan

daerah pemilihnya. Oleh karena itu, pada tanggal 14 Oktober 2012 DPD RI melakukan

permohonan pengujian Undang-Undang (judicial review) UU MD3 dan UU P3 terhadap

UUD NRI 1945 kepada Mahkamah Konstitusi (MK). Setelah melalui proses persidangan

sekitar 6 bulan pada akhirnya pada tanggal 27 Maret 2013 MK mengabulkan permohonan

tersebut melalui putusan MK Nomor 92/PUU-X/2012. Berdasarkan keadaan tersebut,

penyusun mencoba mengkaji, bagaimanakah fungsi dan kedudukan DPD RI sebelum

putusan MK dan bagaimanakah implikasi putusan MK Nomor 92/PUU-X/2012 terhadap

fungsi legislasi DPD RI?.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kepustakaan (library research)

yang bersumber pada bahan-bahan tertulis. Selanjutnya analisa data dilakukan secara

kualitatif dan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analisis yaitu menguraikan beberapa

fakta mengenai DPD RI, baik terkait tentang kedudukan dan kewenangannya, serta proses

judicial review DPD RI ke MK, selanjutnya dilakukan analisis mendalam dengan

didasarkan pada sumber-sumber data sekunder yang mencakup bahan primer, skunder,

dan tertier yang berkaitan erat dengan objek penelitian seperti UU MD3 dan UU P3 serta

putusan MK Nomor 92/PUU-X/2012. Metode pendekatan dalam penelitian ini

menggunakan metode pendekatan yuridis normatif sedangkan kerangka berfikir yang

digunakan adalah kerangka berfikir secara deduktif dengan alat silogisme untuk

membangun perspektif kebenaran hukum.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem dua kamar di parlemen masih

lemah (soft bicameral). Hal ini dikarenakan tidak berimbangnya keanggotaan, kedudukan

dan kewenangan diantara dua kamar. lemahnya DPD RI sebagai kamar kedua

mengakibatkan tidak efektifnya proses checks and balances. Kondisi demikian, tidak

setara dengan legitimasi yang tinggi dari lembaga ini yaitu lahir dari pemilihan umum

secara langsung oleh rakyat. Mengingat pentingnya DPD RI dalam mengimbangi proses

legislasi nasional demi terciptanya produk Perundang-undangan yang aspiratif dan

akomodatif maka penguatan terhadap susunan dan kedudukan DPD RI menjadi penting.

Selanjutnya, putusan MK Nomor 92/PUU-X/2012 menunjukkan format baru dalam

proses legislasi nasioanal yaitu adanya keterlibatan diantara Presiden, DPR RI dan DPD

RI (tripartit). Hal ini juga berimplikasi terhadap perubahan mekanisme perencanaan,

pengajuan dan pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) di parlemen yang harus

melibatkan DPD RI dalam proses legislasi nasional, sepanjang RUU yang menjadi

kewenangannnya.

Page 3: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

7 =

FM-UINSK-BNT=Os,O2IRO

bahrm skrisaya laku

asli hasilplagiasi dari

rlitian ini dan

l4 Septeurber 2014.

lnt sa

I0340t t 7

lt

i\

UIO Uoi\ersiras tstam \egeri Suraii Kaluagd

Yang b€rtanda tangan di bawah init

NanaNINIJurusan

Fakultas

Judul

Menyatakaakarya alauhesil ka!-aadisebutkan

Demikian

i Mol Wah)'udi: 10340117

: Ilmu Hukxm: Syari'ah dar Hukum: "Inplikasi Putusan MK Nomor g2,pUU-X/2012 tentang

l:FuryT-Unqang-Undang Nomor 2? Tahun 2009 tentang MpRlDPR, DPD, dan DPRD dan Undaag-Undang Nomor li Tahun2011 tentang Peobentukan peratumn perundarg-undanganTgrhada! Furgs.i Legisla:i Dewan perla&ilan paqr.al., Repu.ilikIndonesia"

tin kecuali

Yogyakarta,

Page 4: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

{Jnivcrsilas IslamNeEeri Sunan Kaiiiagr IJIVi UINSK BM 05 O2/RO

lfrfJSURAT PERSETT]JU,A.N SKRIPSI/ TUGAS AKIIIR

Ha1 : Pcrsetujuan Skripsi

Lalnp :

Kepada Yth. Dekan Fakultas Sylri'ah dan Hukum

Uni..'crsitas lslam l.,legen Sunan Kalijaga Yogynkalia

Di Yogyakafia

Assalanu'alaikun Wr. lIhSetelah nlembaca, meneliti, memberikan pctunjuk dan mengoreksi setla

mengadakan perbaikan seperlunya, maka katlri sclaku pembimbing berpendapat

bahwa skripsi Saudara:

Nana : Moh Wah)'udiNIM : l03,l0l l7Judul : "Implikasi Putusan MK Nomor 92|PUU-X2012 Tentang

lengLrjian Undang-llndang Nomor 27 Tahun 2009 dan Undang

Undang Nomor 12 Tahun 2011 Terhaclap Fungsi Legisiasr

Dewan Perwakilan Dauah Republik Indoriisia"

Sudah dapat diajukan kerrbali kcpada Fakultas Syari'ah dan Hukum, Prodi

Ilmu Hukrm Universitas Islam Negeri Sunan Kalijlga Yogyakarla sebagai salah

satu syarat untuk mcmperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam llmu Hukun.Dengan ini kami mengharap agar skripsi/ tugas ckhir Saudam tersebut di

atas dapat segera dimunaqasyahkan- Atas perhatiannya kami ucapkan teimakasih.

War : alo mtt' n la iku n Lfr Wh

YogyaLa a, 24 September 201,1.

Penbimbiig I,

Nurainun Mansunsons, S.II.. NLlIum.NIP: 197s1010 200501 2 005

111

Page 5: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

SURAT PtrRSI,]TUJUAN

IIal : I'eNetuiuan SkiipsiI-amp : -

SKRIPSI/ TUGAS AKI{IR

Kcpada Yth. Dckan Fakullas Sl'ari ah .laD HLlkum

Uriversitas Islan Ncgcri Sural Kalijaga Yo-nyakalta

Di Yogyakarla

,4ss alamu' a lai kum ll/r. Wb

Setelah nrernbaca, mcneliti, nember'ikan pcfunjuk dai mengoreksi serta

mengadakan pelbaikan scperlunya, maka kami selakr.L penibimbing berpendapat

bahwa skripsi Saudala:

Nama : Moh WahludiNIM : 103401l7

Judul : "lmplikasi Putusan MI( Nomor 92|PUU-X/2012 Tentang

Pengujion Undang-Ijndang Nomor 27 Tahun 2(109 dan Undang-

Undang Nornor l2 Tahun 2011 Terhadap Fungsi Legislasi

Dewan Perwakilan Daerah Republik lndo|r^Qsia"

Sudah dapat diajukarl kenrbali kepada Fakultas Syai'ah dan Hukurn, Prodi

llmu Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah

satu syant untuk melnpcroleh gelar Sarjana Strata Satu dalenr Ilmu Hukum.

Detgan ini kami mengharap agar skripsir'tugas akhir-Saudara tersebut di

atas dapat segera dlmunaqasyahJ<an. Atas perhatiamya kanri ucapkan terima

kasib.

Was s o- l.i mu' 4 ld i ku m Wr. lf/b

: r,. Lliversiias Islam Neged Sunan Kahlaganif]

lv

IiM TJINSK BM O5-O]/RO

Yogyakarla, 24 September 2014.

Page 6: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

(flo Univcrsitas Islam NcgerisunenKalijaga FM-UINSK-BM-05-02/RO

PENGESAHAN SKRIPSIi TUGAS AKHIRNomor: UIN- 02,4(. IH-SKRIPP,00.9/0180/201,1

Skripsi/ Tugas Akhir dengan Judul :

Implikrsi Putusen MK Nomor 92{PIJU-X/2012 t€d..g Pqoji.n Undang-

Undang Nonor 27 Tehm 2t!09 t€ttsng MP& DPR, IIPD" dan DPRD dan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 201! tentang Pelnbclrlukflr Peratumn

Perundang-undangan Terhadap Fungsi Legislasi DctEr Pttt"tlilan Daerah

Republik lndonesia

Yang dipersiapkan dan disusrm oleh:

Nama

NIMTelah di Msnaqosyahkan pada

Nilai Mrmaqasyah

rlan leh Program Syari'alr

dan Hukum i Sunan

Yogyakarta. 02 Oktober 2014Universitas islam Negeri Sunan Kal ijaga Yogyakarta

Moh. Wahyudi

103401l72 Oktober 20 I 4

NIP. 196502101993032 002 199603 2 002

Itas Syari'ah dan Hukum

I t 207 t 99503 ',l 00'l

Page 7: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

vi

HALAMAN MOTTO

“SAPERE AUDE!”

“MAA NABATA MIN HARAAM FANNAAR AHAQQU

BIHI”

Jika Membaca buku sudah kamu lupakan, maka bacalah

muka kusut orang tuamu yang senantiasa membanting

tulang untukmu (el-k)

Page 8: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

Puji Syukur Alhamdulilah saya panjatkan kepada ALLAH SWT

atas sifat Rahman-RahimNya saya menjadi manusia seutuhnya serta

dapat mempersembahkan karya kecil ini. Shalawatun wa Salamun

senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW

sebagai manusia rahmatan lil‟alamin yang tiada duanya.

Beribadah dan berkarya adalah indikasi bahwa manusia masih

diakui oleh semesta. Beribadah adalah tuntutan akhirat danberkarya

adalah tuntutan duniawi seorang makhluk. Dengan mengucap

kalamullah saya persembahkan karya kecil ini untuk kedua orang

tuaku; ayahanda Syafiuddin dan Ibunda Kunti Amaniyah tapi ini

bukan balas jasa untukmu karena tumpukan kertas ini tak mampu

menyusun karya alammu dan menghitung setiap keringat asin yang

terkucur dari badanmu.Bagiku engkau adalah Professor tanpa gelar

karena engkaulah yang menemukan dan membentuk sel kemanusiaan

dalam diriku. Bapak-Ibu yang selalu menjadi inspirator dalam darah

pergerakanku karena engkau adalah manusia yang tidak mengenal

panasnya terik matahari dandinginnya hujan. Kerut dan hitamnya

kulitmu menjadi bahan semangatku agar kelak aku dapat membalas

segala jasa-jasamu, semoga aku dapat membalasnya. Amin...

Page 9: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

viii

KATA PENGANTAR

.

.

.

.

Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu Wata‟ala yang telah

memberikan sifat Rahman dan Rahim-Nya, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implikasi Putusan MK Nomor 92/PUU-

X/2012 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR,

DPR, DPD, dan DPRD dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Terhadap Fungsi Legislasi Dewan

Perwakilan Daerah Republik Indonesia”. Shalawatun Wasalamun senantiasa

tercurah limpahkan kepada sang proklamator, inspirator dan revolusioner

Islamyaitu Nabiyullah Muhammad Shallallahu „Alaihi Wassalam. Seorang

manusia yang dimandati untuk menterjemahkan sifat Rahman dan Rahim-Nya dan

senantiasa dirindukan syafaatnya Fiyaumil Qiyamah kelak. Aamiin.

Penyusunan skripsi ini adalah bagian proses dari penyusun untuk

mengaplikasikan pengetahuan, mendapatkan lebih banyak sahabat dan menjadi

media penyusun untuk mendapatkan informasi lebih lanjut terkait tema yang

diangkat oleh penyusun. Serta penyusunan skripsi ini dimkasudkan untuk

memenuhi dan melengkapi prasyarat mencapai gelar Sarjana Hukum pada

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam

Page 10: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

ix

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penyusun menyadari bahwa skripsi ini tidak

mungkin terwujud sebagaimana yang diharapkan, tanpa adanya perjuangan dan

tekad besar orang tua penyusun yang senantiasa memberikan motivasi tanpa

syarat dan juga dengan kerja kerasnya.Serta skripsi ini akan sulit terwujud

sebagaimana mestinya tanpa adanya bimbingan dan bantuan serta tersedianya

fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh beberapa pihak. Oleh karena itu,

penyusuningin mempergunakan kesempatan ini untuk menyampaikan rasa terima

kasih dan hormat yang sebesar-besarnnya kepada :

1. Rama Syafiuddin dan Ibu Kunti Amaniyah yang penyusun sangat cintai dan

banggakan. Bagi penyusun beliau berdua adalah Professor tanpa gelar dalam

kehidupan fana ini. Tidak banyak Alif yang beliau ajarkan tapi makna alif

selalu menjadi pelajaran dalam diri ini untuk menjadi pemuda yang kuat dan

juara.

2. Anwar Anggasoetoadalah sosok yang senantiasa mendidik dan memberi

pengajaran yang tidak bisa penyusun kalkulasi dengan bobot SKS dalam

perkuliahan, sekaligus menjadi sosok orang tua bagi penyusun dalam

menjalani proses pendidikan di kota ini. Dengan cara pengajarannya yang

senantiasa memberikan contoh progres tanpa banyak kata membuat penyusun

berusaha mencari titik pengertiannya sehingga dari pengajaran itulah

melahirkan sikap kemerdekaan yakni dewasa dan mandiri. Tentunya hal ini

menjadi pelajaran moral yang luar biasa. Terima kasih cak, tidak akan pernah

aku lupa pelajaran yang telah engkau sampaikan, karena jika lupa maka saat

itulah kemanusiaanku akan tiada.

Page 11: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

x

3. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy‟arie, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. BapakProf. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., Ph.D. selaku Dekan Fakultas

Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

5. Bapak Udiyo Basuki, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

serta sebagai Dosen Pembimbing Kedua dalam skripsi ini. Berkat sikap

komunikatif dan kritis beliau, skripsi ini dapat terselesaikan dengan khitmad.

6. Bapak Ach. Tahir, S.H.I., S.H., LL.M., M.A. selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Hukum Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

serta sebagai sosok yang menginspirasi bahwa dalam mencapai kesuksesan

harus didasari dengan tekad besar dan kerja keras. “Kita dilahirkan dari tanah

yang sama cak, maka tugasku saat ini adalah mengikuti jejak kesuksesanmu”.

7. Ibu Nurainun Mangunsong, S.H., M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing

Akademik dan juga sebagai Dosen PembimbingPertama skripsi ini. Lebih dari

itu beliau ini adalah sosok yang selalu menginspirasi mahasiswanya untuk

tidak mengenal yang namanya pesimis. Beliau adalah sosok wanita energik

pertama yang saya temui di kota ini. Dan tentu beliau adalah sosok yang

berjasa besar dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga kelak ibu menjadi

manusia yang sukses lahir-batin.

8. Dosen Fakultas Syariah dan HukumBapak Dr. Makhrus Munajat, M.Hum., Ibu

Lindra Darnela, S.Ag., M.Hum,Bapak Iswantoro, S.H., M.H., Bapak Ahmad

Bahiej, S.H., M.Hum.,Ibu Dr. Siti Fatimah, S.H. M.Hum., Ibu Dr. Euis N.,

M.A, Ph.D., Bapak Faisal Luqman Hakim, S.H., M.Hum.,Bapak Misbahul

Page 12: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

xi

Mujib., S.Ag., M.Hum., dan seluruh Bapak dan Ibu Staf Pengajar/ Dosen yang

telah dengan tulus ikhlas membekali dan membimbing penyusun untuk

memperoleh ilmu yang bermanfaat sehingga penyusun dapat menyelasikan

studi di Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

9. Ibu Tarti dan Ibu Nur beserta seluruh Staf Tata Usaha Program Studi Ilmu

Hukum. Selaku para staf program studi Ilmu Hukum, yang telah ikhlas

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu melancarkan seminar

proposal sampai dengan munaqasyah, sehingga berjalan dengan lancar dan

sesuai dengan apa yang diharapkan.

10. Abdur Rozaki, S.Ag., M.Si.,selaku guru moral penyusun dan telah

membukakan pintu komunikasi sehingga proses penyusunan skripsi ini

menjadi lancar.

11. Ir. H. Cholid Mahmud. M., T. dan Muhammad Afnan Hadikusumo yang telah

meluangkan waktunya untuk penyusun serta telah memberikan informasi yang

menjadi bahan pendukung terhadap kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

12. I Wayan Sudirta, S.Hselaku Ketua Panitia Perancang Undang-Undang DPD RI

dan Koordinator Tim Litigasi DPD RI yang telah memberikan informasi demi

tercapainya penyelesaian skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat pergerakanku khususnya “Korp Gempha” yang telah

berkomitmen membentuk Forum Gempha Diskusi Sahabat (FGD Sahabat).

Forum ini sebagai salah satu media bertukar pikiran dan pendapat. Dengan

wacana-wacana progres kalian yang telah menjadi dan menambah

Page 13: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

l4.lcla Fitriyana ymg lelah sabar dan mcmbantu penyusun dalan proscs

penlrusunan skdfsi ini- Bantuan dan sikapmu tidak akan pcmah penyusun

lupakan.

15. Semua pihak yang telah membantu penyusLLn dalan ponulisan skripsi ini baik

secara laigsung naupun tidak langsulg yang tidak dapat penylNun scbutkan

satu persatu.

Skripsi ii'ti mei-upakan hasil pikiran pclyusun sendiri. Namun pell)1usun

melyadai bahwa karya kccil ini belum meridokati kcsempurnaan baik lcknik dai

subtansialnya. Oleh karena itu, dengan kerendahan dan kesadarannya, penyusun

berhadap saran dan kritikan yang konstrui(tif dali pihak-pihak yang

menyempatkan waktulrya untuk menbaca karya inr.Pcnl'usLur berhamp sen'loga

penulisan skipsi iri dapat rnenrbcrikan manl'aat bagi dlri peny*un <lan

kontribusi positif bagi pengembal]gall ilmu pengetahuan pada urnumnYa sffta

nrenjadi bahan acuan bagi civitas akrdemika untuk rncndorong perbaikai sisten

ketatanegaraa Indoresia nrenjadi lebih baik.

Yogyaka a,27 Agustus 2014.Penlrusun, tgd{7(ryrw u^

MOH WAHYUDI103401 t 7

Page 14: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ...................................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ii

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL dan GAMBAR ................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Pokok Masalah ......................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 9

E. Telaah Pustaka .......................................................................... 10

F. Kerangka Teoretik .................................................................... 17

G. Metode Penelitian ..................................................................... 30

H. Sistematika Pembahasan .......................................................... 34

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEWAN PERWAKILAN

DAERAH REPUBLIK INDONESIA (DPD RI) ......................... 37

A. Sejarah Pembentukan DPD RI ................................................. 37

B. Kewenangan, Keanggotaan dan Alat Kelengkapan

Page 15: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

xiv

DPD RI ..................................................................................... 41

1. Kewenangan DPD RI .......................................................... 41

a. Fungsi Legislasi DPD RI ................................................ 42

b. Fungsi Pertimbangan DPD RI......................................... 43

c. Fungsi Pengawasan DPD RI ........................................... 43

2. Keanggotaan DPD RI .......................................................... 46

3. Alat Kelengkapan DPD RI .................................................. 52

a. Pimpinan DPD RI ........................................................... 52

b. Badan Kehormatan DPD RI ............................................ 53

c. Komite DPD RI ............................................................... 54

1. Komite I DPD RI ......................................................... 55

2. Komite II DPD RI ........................................................ 56

3. Komite III DPD RI ....................................................... 56

4. Komite IV DPD RI....................................................... 57

d. Panitia Musyawarah dan Panitia Kerja DPD RI ............. 58

e. Panitia Perancang Undang-Undang DPD RI .................. 59

f. Panitia Urusan Rumah Tangga ....................................... 61

C. Hubungan DPD RI Dengan Lembaga Lain ................................ 62

1. Hubungan DPD RI dengan MPR ...................................... 62

2. Hubungan DPD RI dengan DPR RI .................................. 63

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MAHKAMAH

KONSTITUSI (MK) dan PUTUSAN NOMOR 92/PUU-

X/2012 ............................................................................................. 66

A. Mahkamah Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan

Indonesia .................................................................................... 66

B. Kewenangan Mahkamah Konstitusi ........................................... 69

a) Menguji Undang-undang terhadap Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 .................. 70

b) Memutus Sengketa Kewenangan Lembaga Negara .......... 73

c) Memutus Pembubaran Partai Politik ................................. 75

d) Memutus Perselisihan tentang Hasil Pemilihan Umum .... 79

Page 16: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

xv

C. Macam-macam Putusan Mahkamah Konstitusi dalam

Pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945 ...................................... 81

1. Ditolak ............................................................................... 81

2. Tidak dapat diterima (Niet Ontvantkelijk Verklaard) ........ 82

3. Dikabulkan ........................................................................ 82

4. Perkembangan Putusan Mahkamah Konstitusi ................. 82

D. Tinjauan terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

92/PUU-X/2012 .......................................................................... 85

1. Pihak Berperkara ............................................................... 86

2. Susunan Majelis ................................................................ 89

3. Pokok Permohonan............................................................ 90

4. Pertimbangan Hakim Majelis dalam Memutus Perkara .... 92

5. Amar Putusan .................................................................... 99

BAB IV FUNGSI LEGISLASI DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA (DPD RI) PASCA PUTUSAN MK

NOMOR 92/PUU-X/2012 .............................................................. 101

A. Kedudukan dan fungsi Dewan Perwakilan Daerah Republik

Indonesia (DPD RI) sebelum putusan MK Nomor 92/PUU-

X/2012 dalam Parlemen di Indonesia .................................... 101

B. Putusan MK Nomor 92/ PUU-X/ 2012 dan implikasinya

terhadap Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Daerah

Republik Indonesia (DPD RI) ................................................ 118

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 136

A. Kesimpulan ............................................................................ 136

B. Saran ....................................................................................... 139

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 143

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................

CURRICULUM VITAE ................................................................................

Page 17: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 (UUD NRI 1945) menyebutkan, bahwa “Negara Indonesia

negara hukum.” Negara hukum dimaksud adalah negara yang menegakkan

supremasi hukum untuk menegakan kebenaran dan keadilan dan tidak ada

kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan.1

Penegakan hukum sebagaimana disebut di atas merupakan cita-cita

negara dalam menciptakan sebuah kesejahteraan dalam masyarakat. Hal ini

tercermin dalam alinea keempat UUD NRI 1945:

“...Untuk Membentuk Suatu Pemerintahan Negara Indonesia Yang Melindungi Segenap Bangsa Indonesia Seluruh Tumpah Darah Indonesia dan Untuk Memajukan Kesejahteraan Umum, Mencerdaskan kehidupan Bangsa dan Ikut Melaksanakan Ketertiban Dunia Yang Berdasarkan Kemerdekaan, Perdamaian dan Keadilan Sosial...”

Secara umum, dalam setiap negara yang menganut paham negara hukum

selalu berlaku beberapa prinsip negara hukum, yakni supremasi hukum

(supremacy of law), kesetaraan di hadapan hukum (equality before the law),

                                                            1 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Panduan Pemasyarakatan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (Sesuai dengan Urutan Bab, Pasal dan ayat), (Jakarta: Sekertaris Jendral MPR RI, 2010), hlm. 46. 

1

Page 18: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

 

dan penegakan hukum dengan cara tidak bertentangan dengan hukum (due

process of law).2

Implementasi hukum di Indonesia dimulai sejak negara ini

memproklamasikan diri sebagai negara yang merdeka, bebas dari penjajahan.

Sebagai negara hukum, Indonesia meletakkan UUD NRI 1945 sebagai

Konstitusi penyelenggaraan negara atau dengan kata lain merupakan norma

pokok (grundnom) yang merupakan sumber utama tertib hukum Indonesia

(hierarki perundang-undangan).3

Namun, dalam perkembangan implementasinya, UUD NRI 1945 sebagai

konstitusi telah mengalami berbagai corak dan permasalahan. Sebagai

puncaknya yaitu ketika bangsa Indonesia memasuki era reformasi pada Tahun

1998 yaitu ketika Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan Presiden pada

tanggal 21 Mei 1998 setelah terjadi gelombang unjuk rasa besar-besaran dari

berbagai elemen. Berhentinya Soeharto di tengah krisis ekonomi dan moneter

yang sangat memberatkan kehidupan masyarakat Indonesia, namun hal ini

menjadi awal lahirnya era reformasi di tanah air.4 Lahirnya era reformasi,

salah satunya ditandai dengan adanya tuntutan untuk mengamandemen UUD

NRI 1945. Selanjutnya dalam perkembangan tuntutan tersebut, dilakukannya

                                                            2 Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (rehctstaat), (Bandung: Refika Aditama,

2009), hlm. 207. 

3 Darji Darmodiharjo dkk, Santiaji Pancasila, (Jakarta: Kurnia Esa, 1985), hlm. 218. 

4 Rahimullah, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Sesuai Dengan Urutan Bab, Pasal dan Ayat, (Jakarta: Sekretaris Jendral MPR RI, 2007), hlm. 3. 

Page 19: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

 

sebuah perubahan UUD NRI 1945 oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat

(MPR) selaku lembaga tinggi negara yang mempunyai wewenang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 37 UUD NRI 1945.

Bergulirnya reformasi yang ditandai amandemen UUD NRI 1945,

berdampak besar terhadap sistem ketatanegaraan di Republik ini. Salah satu

hal subtantif dari beberapa perubahan yang dihasilkan yakni terbentuknya

lembaga Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI).

Dibentuknya DPD RI pada awalnya dimaksudkan untuk memperkuat ikatan

daerah-daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

dan memperteguh persatuan kebangsaan seluruh daerah-daerah. 5 Secara

teoritis alasan dibentuknya lembaga ini adalah membangun mekanisme

kontrol dan keseimbangan (checks and balances) antar cabang kekuasaan

negara dan antar lembaga legislatif sendiri (Dewan Perwakilan Rakyat).6

Keberadaan DPD RI sebagai lembaga yang berporos dalam bidang legislatif,

maka dapat ditafsirkan lembaga representative di Indonesia mengadopsi

sistem bikameral atau dua kamar.7 Keberadaan dua kamar dalam lembaga

representative dapat dicermati dari hasil perubahan Pasal 2 ayat (1) UUD

NRI 1945 yang berbunyi:

                                                            5 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Panduan Pemasyarakatan

Undang…, hlm. 142. 

6 http://birokrasi.kompasiana.com/2012/07/10... Diakses pada tanggal 30 Maret 2014, Pukul 00.20 WIB. 

7 Sulardi, Reformasi Hukum; Rekontruksi Kedaulatan Rakyat dalam Membangun Demokrasi, (Malang: Intrans Publishing, 2009), hlm. 128. 

Page 20: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

 

Pasal 2

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.

Walaupun pada dasarnya, sistem bikameral selalu identik dengan Negara

Federasi. Namun, dalam perkembangan ilmu ketatanegaraan sistem bikameral

dapat dipraktekkan di Negara Kesatuan.8

DPD RI sebagai lembaga yang lahir dari hasil Amandemen UUD NRI

1945 diharapkan dapat membawa misi reformasi untuk kesejahteraan

masyarakat, terlebih pada negara. Namun dalam perjalanannya sulit bagi

DPD RI untuk mewujudkan misi tersebut serta maksud awal dibentuk

lembaga ini. Pasalnya, sebagai lembaga legislatif DPD RI mempunyai

kewenangan legislasi dan pengawasan seperti halnya kewenangan lembaga

legislatif pada umumnya. Akan tetapi, dari beberapa Kewenangan DPD RI

yang diatribusikan oleh UUD RI sangatlah terbatas. Terbatasnya

kewenangan tersebut dapat dilihat dalam Pasal 22D UUD NRI 1945.

Demikian sulit bagi DPD RI untuk mempertanggungjawabkan secara

moral dan politik kepada pemilih dan daerah pemilihannya akibat

keterbatasan kewenangan lembaga ini. Padahal kalau kita lihat lembaga

perwakilan seperti halnya DPD RI di beberapa negara lain, mempunyai

                                                            8 Ni’matul Huda, Lembaga Negara dalam Masa Transisi Demokrasi, (Yogyakarta: UII

Pres, 2007), hlm. 75. 

Page 21: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

 

kewenangan yang sama-sama kuat. Seperti halnya di Belanda lembaga

bernama De’ Erse Kaamer merupakan lembaga yang beranggotakan

perwakilan dari daerah-daerah semacam propinsi serta De’ Tweede Kaamer

yang merupakan lembaga perwakilan yang anggotanya berasal dari parpol,

begitupula di Jepang House of Councillors merupakan lembaga perwakilan

daerah, selain adanya House of Refresentatives yang beranggotakan

perwakilan parpol. Di kedua negara tersebut, termasuk di sekitar 25 negara

lainnya terjadi keseimbangan fungsi antara lembaga perwakilan daerah dan

lembaga perwakilan rakyat. Di Jepang misalnya, jika RUU APBN telah

disetujui oleh House of Refresentatives, namun tidak disetujui oleh House of

Councillors, maka RUU tersebut tidak dapat disahkan.9

Keterbatasan kewenangan dan tidak dikehendakinya DPD RI sebagai

lembaga progresif dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia, dapat dicermati

dalam UU Nomor 27 Tahun 2009 yang diubah menjadi Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPD (UU MD3) dan

UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan (UU P3). Secara rinci keterbatasan kewenangan tersebut dapat

dilihat dalam Pasal di bawah ini:

1. Pasal 102 ayat (1) huruf (d) dan (e) UU MD3, Pasal 48 ayat (2) dan

ayat (4) UU P3;

2. Pasal 143 ayat (5) dan Pasal 144 UU MD3;

                                                            9 http://abdhanaffandirdja.blogspot.com/2009/10/dpd-ri-dalam-sistem-

ketatanegaraan.html diakses pada tanggal 17 April 2014 pukul 20.30 WIB. 

Page 22: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

 

3. Pasal 147 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) UU MD3;

4. Pasal 18 huruf g, Pasal 20 ayat (1), Pasal 21 ayat (1) dan ayat (3),

Pasal 22 ayat (1) dan Pasal 23 ayat (2) UU P3;

5. Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 46 ayat (1) UU P3;

6. Pasal 65 ayat (3) dan ayat (4) UU P3;

7. Pasal 71 huruf a, huruf d, huruf e, huruf f dan huruf g dan Pasal 107

ayat (1) huruf c UU MD3 dan Pasal 70 ayat (1) dan ayat (2) UU P3;

8. Pasal 150 ayat (3) UU MD3 dan Pasal 68 ayat (3) UU P3;

9. Pasal 147 ayat (7), Pasal 150 ayat (5) UU MD3, serta Pasal 68 ayat (5)

UU P3;

10. Pasal 150 ayat (4) huruf a, Pasal 151 ayat (1) huruf a dan huruf b UU

MD3, serta Pasal 68 ayat (2) huruf c dan d, dan ayat (4) huruf a dan

Pasal 69 ayat (1) huruf a dan b, serta ayat (3) UU P3.10

Pasal-Pasal tersebut merupakan Pasal yang mereduksi kewenangan DPD

RI sebagai legislator, sehingga lembaga ini seolah-olah menjadi sub-legislasi

di DPR RI, padahal DPD RI sebagai lembaga negara memiliki legitimasi

yang sangat kuat karena anggotanya dipilih secara langsung oleh rakyat.

Atmosfer partai politik (Parpol) yang tidak menghendaki DPD RI

sebagai lembaga legislatif yang mempunyai kewenangan seimbang dengan

DPR RI mengakibatkan DPD RI melakukan upaya uji materi (yudicial

                                                            10 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

92/PUU-X/2012 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta: 27 Maret 2012), hlm. 6-7. 

Page 23: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

 

review) ke Mahkamah Konstitusi (MK) dengan semangat mengembalikan

kewenangan konstitusionalnya yang telah direduksi di dalam UUMD3 dan

UUP3 terhadap UUD NRI 1945. Kemudian pada tanggal 27 Maret 2013 MK

mengabulkan sebagian permohonan dengan Putusan Nomor 92/PUU-X/2012,

diantaranya:

1. DPD RI mempunyai wewenang dalam mengusulkan RUU yang

berkaitan dengan daerah;

2. DPD RI berwenang ikut membahas RUU yang berkaitan dengan

daerah;dan

3. DPD RI terlibat dalam penyusunan Program Legislasi Nasional

(Prolegnas).11

Banyak kalangan tata negara berasumsi bahwa putusan MK mereposisi

kewenangan konstitusional DPD RI serta mempertegas fungsi legislasinya.

Disisi lain putusan tersebut mempunyai implikasi terhadap sistem legislasi di

parlemen yakni terlibatnya tiga elemen (Presiden, DPR RI dan DPD),

sehingga sistem legislasi berubah menjadi tripartit. Akan tetapi, pasca

pembacaan putusan tersebut pada tanggal 27 Maret 2013 putusan tersebut

tidak mendapat respon yang positif oleh pihak-pihak yang kontra, termasuk

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), sehingga putusan

tersebut belum mencapai titik implementasi, Padahal berdasarkan pada Pasal

                                                            11Ahmadi Dodi dan Lulu Anjarsari, “Memperkuat Legislasi DPD”, Majalah Konstitusi,

(Jakarta: Kepaniteraan dan Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2013), hlm. 12-13. 

Page 24: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

 

10 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 2011 atas perubahan UU Nomor 24 Tahun

2003 tentang MK (UU MK), putusan MK bersifat final dan mengikat (final

and binding) artinya putusan MK tersebut langsung memperoleh kekuatan

hukum tetap sejak diucapkan dan tidak ada upaya hukum yang dapat

ditempuh.12

Berdasarkan uraian di atas, menarik untuk ditelaah lebih dalam terkait

problematika implementasi putusan MK dan implikasinya, karena hal ini

akan berimplikasi pada produk undang-undang yang dihasilkan. Mengingat

sejak Tahun 2003-2012 sebanyak 61 undang-undang mengalami yudicial

review dan MK menyatakan undang-undang tersebut bertentangan dengan

UUD NRI 1945.13 Hal ini menunjukan bahwa produk undang-undang yang

dihasilkan oleh pembuat undang-undang cacat ideologis. Dengan demikian,

kehadiran DPD RI dalam proses legislasi sangat diperlukan untuk menjawab

permasalahan-permasalahan di atas, dan diharapakan produk undang-

undangnya akomudatif, partisipatif, aspiratif, dan akuntabel. Berdasarkan

uraian di atas, maka penyusun menspesifikan pembahasan dalam kerangka

tema Implikasi Putusan MK Nomor 92/PUU-X/2012 tentang Pengujian

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan

                                                            12 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 8 tahun 2011 atas Perubahan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: Sekretaris Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2011), hlm. 54-55. 

13 Syukri Asy’ari dkk, “Model dan Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang; Studi Putusan Tahun 2003-2012”, Jurnal Konstitusi, Volume 10, Nomor 4, Desember 2013, (Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2013), hlm. 125. 

Page 25: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

 

DPRD dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan Terhadap Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan

Daerah Republik Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penyusun merumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi legislasi Dewan Perwakilan

Daerah Republik Indonesia (DPD RI) sebelum Putusan Mahkamah

Konstitusi (MK) Nomor 92/PUU-X/2012?

2. Bagaimanakah implikasi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor

92/PUU-X/2012 terhadap fungsi legislasi Dewan Perwakilan Daerah

Republik Indonesia (DPD RI)?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dan rumusan masalah,

dan isi pembahasan, maka tujuan dibuatnya makalah ini adalah:

a. Untuk memahami kedudukan dan fungsi legislasi Dewan Perwakilan

Daerah Republik Indonesia (DPD RI) sebelum Putusan Mahkamah

Konstitusi (MK) Nomor 92/PUU-X/2012.

Page 26: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

10 

 

b. Untuk memahami implikasi putusan Mahkamah Konstitusi (MK)

Nomor 92/PUU-X/2012 terhadap fungsi legislasi Dewan Perwakilan

Daerah Republik Indonesia (DPD RI).

2. Kegunaan Penelitian

a. Teoritis

Manfaat Teoritis yang diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

kontribusi pemikiran dalam optimalisasi peran dan kedudukan DPD RI

dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia. Skripsi ini juga diharapkan

menjadi bahan kajian bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam

bidang Hukum khususnya Hukum Tata Negara. Dan nantinya hasil

penelitian ini sangat berguna dalam menambah wacana kelimuan dan

diskusi ilmiah pada Perguruan Tinggi khususnya di Program Studi

(Prodi) Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

b. Praktis

Secara Praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan atau

sumbangan pemikiran terhadap Pemerintah, DPR RI dan/atau pihak

terkait, untuk dapat mengoptimalisasi dan mempertegas sistem

parlemen di Indonesia sehingga kedudukan dan fungsi DPD RI tidak

sumir seperti saat ini. Selanjutnya, dalam skripsi ini menjadi bahan

desakan untuk segera merealisasikan putusan MK Nomor 92/PUU-

X/2012. Mengingat, putusan tersebut bersifat final dan mengikat (final

Page 27: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

11 

 

and binding). Hal demikian untuk menghindari aterjadinya cacat formal

dan materiil dalam pembentukan Peraturan Perundang-undangan oleh

lembaga pembuat undang-undang yang ada.

D. Telaah Pustaka

Keterbatasan tugas dan fungsi DPD RI bukan merupakan hal tabu lagi

di kalangan masyarakat terutama bagi civitas akademika karena

keberadaannya menarik untuk di perbincangkan dan didiskusikan serta tidak

sedikit yang menuangkan pemikirannya terkait tentang DPD RI dalam bentuk

tulisan baik ilmiah atau non ilmiah.

Dengan kekwatiran penyusun sebagaimana disampaikan di atas. Maka

untuk menghindari asumsi plagiasi terhadap karya sahabat-sahabat akademik

di negeri ini maka penyusun melakukan penelusuran terhadap karya-karya

sebelumnya yang hampir sama atau yang berbicara mengenai objek penelitian

sama dengan objek penelitian penyusun.

Berdasarkan studi kepustakaan yang telah penyusun lakukan, ada

beberapa penelitian yang mirip dengan tema penelitian yang penyusun

angkat, yaitu sebagai berikut:

Mahmuzar dalam “Implikasi Keterbatasan Fungsi Dewan Perwakilan

Daerah terhadap Kepentingan Daerah dalam Kesatuan Republik Indonesia

(Studi Kinerja DPD Periode 2004-2009 di Bidang Legislasi, Pengawasan dan

Anggaran)” menjelaskan bahwa DPD sebagai lembaga representasi daerah di

tingkat nasional memiliki fungsi sangat terbatas, baik dibidang legislasi,

Page 28: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

12 

 

pengawasan maupun anggaran sehingga aspirasi daerah yang diperjuangkan

DPD dalam NKRI dapat diabaikan pemerintah. Hal ini berdampak pada

temuan adanya ancaman terhadap integritas bangsa seperti pernah dilakukan

GAM di Aceh, OPM di Papua dan RMS di Maluku. Dengan demikian

Penguatan DPD sangat diperlukan dalam memelihara keutuhan NKRI. 14

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka menjadi keharusan untuk

menoptimalkan fungsi DPD sebagai lembaga perwakilan sehingga keutuhan

NKRI dapat terjamin, namun penguatan tersebut harus diimbangi dengan

optimalisasi kinerja anggota intern DPD itu sendiri karena menjadi percuma

jika anggota DPD sibuk dengan urusan pribadi dan kelompok.

Ni Kadek Riza Sartika Setiawati dan Nyoman Mas Aryan dalam

“Kewenangan DPD RI Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca

Putusan Mahkamah Konstitusi” menjelaskan bahwa Pasca Putusan MK

fungsi legislasi DPD RI menjadi setara dengan fungsi legislasi yang dimiliki

DPR RI dan Presiden yaitu DPD RI berhak dan/atau berwenang mengusulkan

RUU tertentu yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan

daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,

pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang

berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. DPD RI juga

berhak dan/atau berwenang untuk membahas RUU tertentu tersebut sejak

                                                            14 Mahmuzar, ”Implikasi Keterbatasan Fungsi Dewan Perwakilan Daerah terhadap

Kepentingan Daerah dalam Kesatuan Republik Indonesia (Studi Kinerja DPD Periode 2004-2009 di Bidang Legislasi, Pengawasan dan Anggaran)” Disertasi, Universitas Islam Indonesia, (2014), hlm. 23-24. 

Page 29: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

13 

 

awal hingga akhir tahapan, namun DPD RI tidak memberi persetujuan atau

pengesahan RUU menjadi undang-undang.15 Dalam penelitian tersebut MK

sebagai lembaga yang berfungsi menjaga konstitusi telah mengembalikan

kewenangan konstitusional DPD RI yang sebelumnya direduksi dalam

UUMD3 dan UUP3, putusan tersebut menjadi awal yang baik bagi DPD RI

untuk membuktikan kinerjanya kepada masyarakat.

Ni’matul Huda dalam “Gagasan Amandemen (Ulang) UUD 1945

(Usulan untuk Penguatan DPD RI dan Kekuasaan Kehakiman)” menjelaskan

bahwa pasca amandemen keempat, kedudukan MPR dinilai tidak jelas

kedudukannya, apakah memakai sistem bikameral atau trikameral. Kekaburan

sistem tersebut berpengaruh terhadap kedudukan dan kinerja DPD RI dan

hubungan kelembagaan antara DPD RI dengan DPR RI, DPD RI dengan

Presiden. DPD RI dalam konstruksi UUD 1945 lebih memperlihatkan sebagai

penunjang atau auxiliary terhadap fungsi DPR di bidang legislasi, sehingga

DPD RI paling jauh hanya dapat disebut sebagai co-legislator, dari pada

legislator yang sepenuhnya. Kewenangan legislasi dari DPD RI sangat

terbatas. Dengan keadaan demikian perlu dilakukan penguatan terhadap

kedudukan DPD RI, dengan cara melakukan amandemen kelima terhadap

Pasal 22D UUD NRI 1945.16

                                                            15 Ni Kadek Riza Sartika Setiawati dan Nyoman Mas Aryani judul “Kewenangan DPD

dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi” Makalah Penelitian, Fakultas Hukum Universitas Udayana, (2013). hlm. 5.

16 Ni’matul Huda, “Gagasan Amandemen (Ulang) UUD 1945 (Usulan untuk Penguatan DPD dan Kekuasaan Kehakiman)” Jurnal Hukum No. 3 Vol. 15 Juli 2008, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, (2008), hlm. 382. 

Page 30: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

14 

 

Adika Akbarrudin dalam “Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPR RI dan

DPD RI Pasca Amandemen UUD 1945” menjelaskan bahwa eksistensi DPR

RI dan DPD RI RI terkait dengan fungsi legislasi dapat dilihat dari dua sisi,

yaitu sisi filosofis dan yuridis. DPR RI dan DPD RI dari sisi filosofis

merupakan penjelmaan dari keterwakilan seluruh rakyat atau keterwakilan

daerah seluruh Indonesia ditingkat pusat, dari sisi yuridis DPR RI dan DPD

RI merupakan lembaga negara yang diatur dalam Pasal 20 dan Pasal 22D

UUD NRI 1945. Pola hubungan kerja antara DPR RI dan DPD RI terkait

dengan fungsi legislasi adalah pola hubungan kerja yang bersifat fungsional.

Kendala yang dihadapi oleh DPR RI dan DPD RI terkait dengan fungsi

legislasi yaitu kendala yang bersifat institusional dan konstitusional. Kendala

yang bersifat institusional yaitu kendala yang muncul dari dalam tubuh

lembaga tersebut diantara yaitu sistem administrasi sidang, hasil legislasi,

anggaran, dan supporting system yang kurang maksimal, sedangkan kendala

yang bersifat konstitusional adalah dari segi pengaturannya kendala ini sering

dihadapi oleh DPD RI diantaranya yaitu mengenai pengaturan yang ada

sekarang ini yaitu dalam Pasal 22D ayat (1) dan (2), serta pengaturan dalam

Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 tentang MD3 yang cenderung

melemahkan fungsi legislasi DPD RI.17Berdasarkan uraian di atas DPD RI

sebagai lembaga representasi yang berporos dalam bidang legislatif tidak

mempunyai kewenangan lagislasi yang utuh, dalam hal ini penyusun sepakat

                                                            17 Adika Akbarrudin “Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPR RI dan DPD RI Pasca

Amandemen UUD 1945”, Jurnal Hukum, Vol 8, No 1, 2013, Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, (2013), hlm. 1. 

Page 31: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

15 

 

bahwa kewenangan DPD RI direduksi dalam Undang-Undang No. 27 Tahun

2009 tentang MD3, hal ini terjadi akibat kuat kompromi politik di parlemen.

Kris Nugroho dalam “Problematika Dewan Perwakilan Daerah: Antara

Fungsi Konstitusional dan Realitas Politik” menjelaskan bahwa posisi DPD

RI sebagai lembaga perwakilan politik yang mewakili kepentingan daerah

(provinsi) cenderung terpuruk. Di satu sisi, jaminan legitimasi politik dan

moral yang mengesahkannya melalui pemilu tidak dengan sendirinya akan

menguatkan posisi politiknya. Dengan kondisi pasar politik yang makin

terbuka dan kompetitif, posisi DPD RI hanyalah salah satu aktor dari sekian

banyak aktor politik lainnya. Munculnya kelompok-kelompok kepentingan

yang menandai pluralisme politik di era transisi demokrasi, membuat DPD RI

harus bersaing ketat dengan kekuatan partai politik di tingkat DPR RI.18

Permai Yudi dalam “Sistem Kameralisme dalam Parlemen Indonesia

(Kajian Hukum Normatif terhadap Kedudukan DPD RI)” menjelaskan bahwa

Keberadaan Dewan Perwakilan Daerah sebagai lembaga perwakilan rakyat

dalam parlemen Indonesia, mengambarkan bahwa dalam parlemen Indonesia

terdiri dua majelis atau dua kamar. Penentuan apakah sistem parlemen satu

kamar, dua kamar tidak dapat didasarkan pada landasan negara, bentuk

negara, bentuk pemerintahan, dan bentuk sistem pemerintahan, melainkan

oleh sejarah ketatanegaraan negara. Oleh karena itu, parlemen Indonesia

                                                            18 Kris Nugroho, “Problematika Dewan Perwakilan Daerah: Antara Fungsi Konstitusional

dan Realitas” Tulisan Ilmiah, Politik Jurusan Ilmu Politik FISIP, Universitas Airlangga, (2008), hlm. 8. 

Page 32: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

16 

 

harus menempatkan lembaga-lembaga negara dalam legislatif memiliki

kewenangan yang sama dan fungsi yang sama kuat, sehingga struktur

ketatanegaraan sesuai dengan teori pemisahan kekuasaan (trias politika), teori

kedaulatan rakyat (demokrasi), dan terlaksananya prinsip saling

mengawasi/saling mengontrol (checks and balances), baik secara internal

parlemen maupun eksternal parlemen. Oleh karena itu, Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus diamandemen lagi.19

Yenni AS dalam “Fungsi Legislasi DPD RI Pasca Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012” menjelaskan bahwa putusan MK

memberikan perubahan pola legislasi DPD RI. Dalam putusan tersebut dapat

dilihat kedudukan DPD RI di bidang legislasi tidak lagi sebagai subordinat

DPR RI, melainkan setara. Selanjutnya DPD RI berhak dan/atau berwenang

mengusulkan dan membahas RUU tertentu sejak awal hingga akhir tahapan,

namun tidak pada persetujuan RUU menjadi UU. Hal ini dikarenakan secara

eksplisit UUD NRI telah membatasi ketentuan mengenai hal tersebut. MK

juga memutus bahwa DPD RI ikut menyusun Prolegnas.20

Delfina Gusman dan Andi Nova dalam “Tinjauan Yuridis Fungsi,

Tugas dan Wewenang DPD RI dalam Rangka Menuju Sistem Bikameral

yang Efektif” menjelaskan bahwa Keberadaan DPD sebagi lembaga legislatif

                                                            19 Permai Yudi, “Sistem Kameralisme dalam Parlemen Indonesia (Kajian Hukum

Normatif Terhadap Kedudukan DPD RI)” Tesis, Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, (2012), hlm. 1.

20 Yenni As, “Fungsi Legislasi DPD RI Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/201” Jurnal Lex Publica, Vol. 1 No. 1, Januari 2014, Fakultas Hukum Universitas Panca Bhakti Pontianak, (2014), hlm. 5. 

Page 33: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

17 

 

belum lagi mencerminkan sistem bikameral yag selama ini didambakan oleh

negara Indonesia. Hal ini terlihat dari otoritas dan peran DPD RI yang tidak

seimbang dengan DPR RI. DPD RI diibaratkan hanya sebagai Dewan

Pertimbangan Otonomi Daerah bukan sebagai lembaga legislatif

mendampingi DPR RI. Sistem bikameral yang dianut Indonesia hanya

setengah hati, maksudnya mencontek sistem bikameral Amerika tetapi hanya

sebagian saja. Dalam hal ini penyusun juga memberikan solusi yakni Ada tiga

upaya untuk memposisikan DPD RI sebagai lembaga penyeimbang bagi DPR

RI demi menuju sistem bikameral yang efektif, yaitu: perubahan konstitusi,

konvensi ketatanegaraan dan penguatan institusional.21

E. Kerangka Teoretik

1. Teori Negara dan Kedaulatan

a. Negara dan Kedaulatan Rakyat

Adanya pemikiran tentang negara dimulai sejak abad ke XVIII sebelum

Masehi. Pada abad tersebut sudah ada negara-negara: Babylonia, Mesir dan

Assyria.22 Namun, keadaan negara-negara tersebut bersifat absolut-otoriter.

                                                            21 Delfina Gusman dan Andi Nova “Tinjauan Yuridis Fungsi, Tugas dan Wewenang

DPD RI dalam Rangka Menuju Sistem Bikameral yang Efektif” Artikel Dosen, April 2013, Fakultas Hukum Universitas Andalas, (2013), hlm. 12. 

22 Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 2005), hlm. 11. 

Page 34: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

18 

 

Kesewenang-wenangan seorang raja berakibat pada statisnya pemikiran

tentang negara.23 Keadaan demikian, mengindikasikan tidak adanya kebebasan

masyarakat dalam menyampaikan pendapatnya secara bebas.

Kebebasan berpendapat secara bebas, menurut sejarah kenegaraan dimulai

pada bangsa yunani kuno dalam abad ke V yaitu di Athena.24 Abad inilah yang

menjadi awal berpikir secara filosofis dan kritis. Tokoh yang populer masa itu:

Socrates, Plato dan Aristoteles.

Pemikiran ketiga tokoh tersebut merupakan pemikiran yang

berkesinambungan tentang negara. Hal ini dimulai dengan pemikiran Socrates

bahwa negara merupakan kebutuhan yang bersifat obyektif, kemudian Plato

memaparkan alasan tentang pemikiran gurunya tersebut bahwa negara ada

karena adanya kebutuhan untuk mengakomodir kebutuhan dan keinginan

manusia yang beragam dan menyebabkan mereka harus bekerja sama dalam

memenuhi kebutuhannya. Menurut Aristoteles sikap bekerja sama merupakan

kebutuhan kodrati sebab manusia merupakan makhluk sosial (zoon politicon).

Kemudian Aristoteles berpendapat bahwa negara dapat mencapai kebahagiaan

yang sempurna di dalam dan karena persekutuan negara. 25 Jadi menilai

pendapat ketiga tokoh tersebut bahwa keberadaan negara merupakan hasil dari

                                                            23 Ibid, hlm. 11. 

24 Ibid, hlm. 12. 

25 Ibid, hlm. 25. 

Page 35: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

19 

 

perjanjian antar manusia untuk membentuk sebuah kelompok atau negara

dalam mencapai tujuannya.

Keberagaman tujuan manusia di dalam sebuah kelompok atau negara

mengakibatkan perlunya dibentuk aturan-aturan yang dapat menjamin

keseimbangan agar dalam hubungan-hubungan tersebut tidak terjadi

kekacauan. Oleh karena itu, diperlukan aturan-aturan hukum yang dadakan atas

kehendak dan kesadaran tiap-tiap anggota kelompok atau negara itu. Dengan

demikian, aturan hukum bertujuan menjamin adanya kepatian hukum.

Berkenaan dengan tujuan hukum Prof. Subekti menegaskan bahwa hukum

itu mengabdi pada tujuan negara yang dalam pokoknya ialah: mendatangkan

kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.26

Ditinjau dari hukum tata negara, negara merupakan suatu organisasi

kekuasaan.27 Dengan demikian, ada sebuah kedaulatan dalam negara sebagai

Salah satu unsur atau syarat untuk terbentuknya suatu negara. Istilah

kedaulatan ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli kenegaraan

berkebangsaan Perancis yang bernama Jean Bodin (1539-1596) di dalam

bukunya “De Republika.” Menurut Jean Bodin, kedaulatan adalah kekuasaan

                                                            26 Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 57. 

27 Soehino, Ilmu Negara... hlm. 149. 

Page 36: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

20 

 

tertinggi dalam suatu negara. Kedaulatan ini sifatnya tunggal, asli, dan tidak

dapat dibagi-bagi.28

Sedangkan konsep kedaulatan menurut Jean Jaques Rousseau bersifat

kerakyatan dan didasarkan pada kemauan umum (volunte general) rakyat yang

menjelma melalui perundang-undangan. Karena itu, dalam konsep tersebut

Rousseau mengindikasikan adanya kontrak sosial antara rakyat dan penguasa.

Akan tetapi, kontrak sosial tersebut bukan berarti hak masyarakat diserahkan

sepenuhnya kepada penguasa. Melainkan penguasa merupakan mandataris

rakyat untuk mencapai cita-cita dalam negara dan sewaktu-waktu rakyat dapat

merubah dan menarik kembali mandat itu.29

Ajaran Rousseau mendasarkan kekuasaan pada kehendak rakyat. Karena

itu, ada dua pengertian dari kehendak rakyat tersebut:

1) Kehendak rakyat seluruhnya yang dinamakan Volente de Tous;

2) Kehendak sebagian rakyat dari rakyat yang dinamakan Volente

Generale.30

Ajaran Resseau ini kemudian yang melandasi demokrasi di negara-negara

barat.

                                                            28 Anwar (ed. dan pen.), Teori dan Hukum Konstitusi, (Malang: Intra Publishing, 2011),

hlm. 25-26. 

29 Ibid, hlm. 36. 

30 Ibid, hlm. 37. 

Page 37: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

21 

 

b. Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi

Negara yang menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat disebut

negara demokrasi, yang secara simbolis sering digambarkan sebagai

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.31

Pada jaman modern sekarang ini, hampir semua negara menyatakan

dirinya sebagai Negara demokrasi, seperti dikatakan oleh Amos J. Peaslee

pada penelitian Tahun 1950 ditemukan bahwa dari 83 konstitusi negara-

negara yang diteliti, terdapat 74 negara yang konstitusinya secara resmi

menganut prinsip demokrasi.32

Dengan demikian, sistem demokrasi merupakan sistem yang paling ideal

di dalam menjamin hak-hak masyarakat. Namun, karena kebutuhan praktis,

gagasan demokrasi perlu dan diadakan prosedur perwakilan atau lembaga

parlemen.33

                                                            31 Ibid, hlm. 40. 

32 Miriam Budiardjo (ed.), Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 105. 

33 Bintan R. Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987), hlm. 79. 

Page 38: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

22 

 

Atas dasar kebutuhan demikianlah, kekuasaan pemerintahan dibagi-bagi

ke dalam beberapa fungsi, dalam hal ini Montesquieu berpendapat bahwa

kekuasaan pemerintah terdiri atas fungsi-fungsi legislatif (the legislative

funcition), eksekutif (the lexecutive or administrative funcition) dan yudikatif

(the Judicial funcition).34 Dalam negara yang menganut kedaulatan rakyat,

pembagian ketiga fungsi tersebut tidak mengurangi makna bahwa yang

sesungguhnya berdaulat adalah rakyat. Semua fungsi kekuasaan itu tunduk

pada kemauan rakyat yang disalurkan melalui konstitusi yang mewakilinya.

2. Teori Perwakilan

a. Konsep Perwakilan

Menurut Alfred Lipjhart, perwakilan diartikan sebagai hubungan

antara wakil dengan terwakil dimana wakil memegang kewenangan dalam

melakukan tindakan yang berkenaan dengan kesepakatan yang dibuatnya

dengan terwakil.35

Dalam pengertian di atas mengindikasikan bahwa kedaulatan

melakukan sebuah kesepakatan ada ditangan rakyat. Wakil merupakan

                                                            34 Jimy Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Prasada, 2009), hlm. 283. 

35 Toni Andrianus Pito dkk (Pen.), Mengenal Teori-Teori Politik Dari Sistem Politik Sampai Korupsi, (Bandung: Nuansa Cendekiwan, 2013), hlm. 102. 

Page 39: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

23 

 

pengejawantahan aspirasi rakyat. Rousseau yang merupakan pelopor

gagasan kedaulatan, tidak sepakat dengan adanya sistem perwakilan

demikian, tetapi dia mencita-citakan suatu bentuk demokrasi langsung

(seperti terdapat di Janewa dalam masa Rousseau), dimana rakyat secara

langsung merundingkan serta memutuskan soal-soal kenegaraan dan

politik. 36 Namun, dalam perkembangan praktek dewasa ini, demokrasi

langsung dinilai kurang tepat untuk diterapkan, karena luas wilayah

semakin bertambah, jumlah penduduk yang makin banyak dan masalah

negara yang semakin rumit. Karena itu, lebih tepat untuk menerapkan

demokrasi perwakilan. Sedangkan untuk konsep perwakilan dijelaskan

oleh Alfred Lipjhart yaitu setiap wakil hendaklah memenuhi kualifikasi

tertentu yang akan menjamin keabsahan sebagai wakil, dan setiap wakil

tentulah dituntut mempunyai kemampuan yang diharapkan dapat

memberikan pelayanan terhadap yang diwakili. Dalam hal ini, status wakil

menjadi bahan dasar masyarakat di dalam menentukan wakilnya.

Lazimnya status demikian ialah elite.37 Sistem perwakilan yang demikian,

notabenenya diterapkan dalam negara demokratis melalui pemilihan

umum. Oleh karena itu, berdasarkan beberapa pernyataan tokoh dalam

perspektif praktek, demokrasi dibagi menjadi dua, yaitu:

                                                            36 A. Rahman. H.I., Sistem Politik Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm. 124. 

37 Toni Andrianus Pito dkk (Pen.), Mengenal Teori... hlm. 104. 

Page 40: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

24 

 

1) Demokrasi langsung (directe democratie)

Apabila semua rakyat berkumpul bersama-sama untuk membuat

undang-undang. Sistem ini masih dilaksanakan di Swiss dengan

sistem referendum;

2) Demokrasi perwakilan (representative democratie)

Apabila rakyat yang telah dewasa memilih wakil-wakilnya untuk

duduk dalam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) baik di pusat maupun di

daerah, yang akan melaksanakan pemerintahan.38

Selanjutnya, berkenaan dengan lembaga fungsi perwakilan, dikenal

adanya tiga sistem perwakilan yang dipraktekkan di berbagai negara

demokrasi, yaitu:

a) Sistem perwakilan politik (political representative);

b) Sistem perwakilan teritorial (teritorial representative);

c) Sitem perwakilan fungsional (funtional representative).39

b. Macam-Macam Lembaga Perwakilan

Bentuk lembaga perwakilan pada dasarnya lebih dikenal dua bentuk

lembaga perwakilan, baik di negara federal maupun kesatuan, yaitu

parlemen dua kamar (bicameral parliament) dan parlemen satu kamar

                                                            38 Ramdlon Naning, Aneka Asas Ilmu Negara, (Jakarta: Bina Ilmu, 1982), hlm. 52. 

39 http://portal.kopertis2.or.id/jspui/handle/123456789/290 diakses pada pukul 21.45 Tanggal 17 april 2014 . 

Page 41: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

25 

 

(unicameral parliament). 40 Namun selain kedua sistem tersebut,

sebenarnya ada juga sistem yang lazim dikenal dengan sistem tiga kamar

(tricameral).

Parlemen dua kamar (bicameral parliament) merupakan sistem

perwakilan yang melibatkan wakil “orang dan ruang” di dalam sebuah

parlemen, yang diwujudkan dalam sebuah lembaga, baik untuk wakil

orang dan ruang. Menurut Mariam Budiharjo, dalam paraktek sistem dua

kamar selalu identik dengan negara federal karena untuk mewakili negara

bagian khusus. Sedangkan, parlemen satu kamar (unicameral parliament)

merupakan sistem perwakilan yang terdiri dari satu wakil, sistem

perwakilan ini biasanya digunakan di negara-negara yang berukuran kecil,

dengan alasan untuk keseimbangan politik, karena lebih mudah untuk

memecahkan konflik sosialis.41

Menurut Inter-Parliamentary Union, dalam praktek, pilihan apakah

suatu parlemen bersistem unikameral atau bikameral, terlihat sederhana.

Negara-negara federal hampir tanpa pengecualian memilih sistem

                                                            40 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara jilid II, (Jakarta: Sekretariat

Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), hlm. 41. 

41 Toni Andrianus Pito dkk (Pen.), Mengenal Politik..., hlm. 114. 

Page 42: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

26 

 

bikameral dengan alasan struktural konstitusional mereka yang khas,

negara kesatuan lebih bebas untuk memilih sistem yang mereka sukai.42

Negara kesatuan yang memakai sistem dua kamar biasanya

terdorong oleh pertimbangan bahwa satu kamar dapat mengimbangi dan

membatasi kekuasaan dari kamar yang lain. Terkait dengan dua kamar,

C.F Strong mendeskripsikan fungsi kamar kedua, yaitu:

1. Keberadaan kamar kedua mencegah penerimaan yang terburu-buru

dan pertimbangan yang buruk oleh kamar pertama;

2. Pengertian dari suatu kekuasaan yang tidak diperiksa dalam suatu

bagian dari mejelis, mendamaikan sendiri dalam berunding, dapat

mengarah kepada penyalahgunaan kekuasaan dan tirani;

3. Yang seharusnya menjadi pusat perlawanan saat sebelum ada

dominasi kekuasaan;

4. Pada kasus negara federal terdapat argumen khusus dalam kemurahan

hatinya membantu kamar kedua yang sangat diatur dengan

menambahkan prinsip federal atau mengabaikan keinginan

masyarakat setiap negara bagian, secara nyata dari federasi secara

keseluruhan.43

                                                            42 Ibid, hlm. 113. 

43 Ibid, hlm. 121. 

Page 43: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

27 

 

Sedangkan menurut Anthony Mughan dan Samuel C. Pattterson.

Kamar kedua dibutuhkan dalam pemerintahan yang demokratis karena

kepentingan lembaga parlemen bermacam-macam, dan secara potensial

meliputi alat pertimbangan, seperti juga mempengaruhi prsoses legislasi,

dan sebagai simbol untuk mempertinggi legitimasi demokrasi dengan

memeriksa gerakan mayoritas dari pemerintahan berpartai tunggal. Kamar

kedua juga mempunyai pengaruh terhadap output kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah.

Berdasarkan perbandingan kekuatan antara kedua kamarnya, Giovanni

Sartori membagi sistem parlemen bikameral menjadi tiga jenis yaitu:

1) Sistem bikameral yang lemah (asymmetric bicameralism atau weak

bicameralism atau soft bicameralism), yaitu apabila kekuatan salah satu

kamar jauh lebih dominan atas kamar lainnya;

2) Sistem bikameral yang kuat (symmetric bicameralism atau strong

bicameralism), yaitu apabila kekuatan antara dua kamarnya nyaris sama

kuat; dan

3) Perfect bicameralism yaitu apabila kekuatan di antara kedua kamarnya

betul-betul seimbang.44

                                                            44 Denny Indrayana, Negara Antara Ada dan Tiada: Reformasi Hukum Ketatanegaraan,

(Jakarta: Buku Kompas, 2008), hlm. 300. 

Page 44: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

28 

 

c. Hubungan wakil dengan yang diwakili

Duduknya seseorang di lembaga perwakilan, baik itu karena

pengangkatan ataupun karena penunjukan maupun melalui pemilihan

umum, mengakibatkan timbulnya hubungan antara si wakil dengan yang

diwakili (rakyat). Ada beberapa teori yang membahas tentang hubungan

antara wakil dengan yang diwakili ini, yaitu:

1) Teori Mandat

Menurut teori ini, wakil dianggap duduk dalam lembaga

perwakilan karena mandat dari rakyat sehingga disebut mandataris.

Ajaran ini muncul di Perancis pada masa revolusi dan dipelopori oleh

Jean Jaques Rosseau dan diperkuat oleh Petion. 45 Sesuai dengan

perkembangan jaman, maka teori mandat inipun menyesuaikan diri

dengan kebutuhan jaman. Pertama kali lahir, teori mandat ini disebut

sebagai:

a) Mandat Imperatif

Menurut ajaran mandat imperatif ini, wakil dalam bertindak

di lembaga perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh

yang diwakilinya. Wakil tidak boleh bertindak di luar instruksi

tersebut dan apabila ada hal-hal baru yang tidak terdapat dalam

instruksi tersebut, maka wakil harus mendapat instruksi baru.

                                                            45 Bintan R. Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia, (Jakarta:

Gaya Media Pratama, 1987), hlm. 82. 

Page 45: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

29 

 

Kalau setiap kali ada masalah baru, ini berarti menghambat tugas

perwakilan tersebut, maka lahirlah teori mandat baru.

b) Mandat Bebas

Teori ini dipelopori antara lain oleh Abbe Sieyes di

Perancis dan Block Stone di Inggris. Teori berpendapat bahwa

wakil dapat bertindak tanpa tergantung dari instruksi yang

diwakilinya. Menurut teori ini, wakil adalah orang-orang yang

terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum

masyarakat yang diwakilinya, sehingga wakil dapat bertindak atas

nama mereka yang diwakilinya atau atas nama rakyat. Teori ini

kemudian berkembang lagi

c) Mandat Representatif

Dalam teori ini wakil dianggap bergabung dalam suatu

lembaga perwakilan (parlemen). Rakyat memilih dan memberikan

mandat kepada lembaga perwakilan, sehingga wakil sebagai

individu tidak ada hubungan dengan pemilihnya, apalagi

pertanggungjawabannya, lembaga perwakilan inilah yang

bertanggung jawab kepada yang diwakili (rakyat).

d) Fungsi Lembaga Perwakilan

Lembaga perwakilan dalam perkembangan sejarahnya mempunyai istilah

yang beragam, Parlemen, Senat, DPR RI atau tergantung pada sejarah

Page 46: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

30 

 

pembentukan di negara masing-masing. Namun dalam istilah pergaulan

dunia, lembaga perwakilan lebih dikenal dengan “Parlemen”. Dalam

menjalankan fungsinya lembaga ini mempunyai beberapa fungsi, diantaranya:

1) Fungsi pengaturan (legislasi), yang dimaksud dengan fungsi pengaturan

ialah membentuk undang-undang;

2) Fungsi pengawasan (over sight) adalah fungsi yang dijalankan oleh

parlemen untuk mengawasi eksekutif, agar berfungsi menurut undang-

undang yang dibuat oleh parlemen;

3) Hak Budgettary, badan ini berwenang untuk mengajukan Anggaran

Pendapatan Belanja Negara atau Daerah (APBN/D);

4) Hak Representatif, rakyat dididik untuk mengetahui persoalan yang

menyangkut kepentingan umum melalui pembahasan dan pembicaraan

kebijakan yang dilakukan oleh lembaga perwakilan untuk diketahui

secara umum melalui publikasi di media massa;

5) Hak Institutional, hak untuk mendengarkan pengaduan-pengaduan

masyarakat terhadap parlemen, seperti para demonstran menemui

anggota DPR RI.46

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

                                                            46 Toni Andrianus Pito dkk (Pen.), Mengenal Teori..., hlm.132-133. 

Page 47: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

31 

 

Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research)

yaitu merupakan jenis penelitian untuk menemukan suatu aturan hukum,

prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab

permasalahan hukum yang dihadapi. Dalam hal ini penyusun, mencoba

menguraikan tentang kedudukan dan fungsi DPD RI dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia, baik sebelum maupun setelah putusan MK

nomor 92/PUU-X/ 2012.47 Dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara

meneliti bahan kepustakaan (data skunder) 48 serta didukung dengan

melakukan wawancara kepada anggota Dewan Perwakilan Daerah

Republik Indonesia (DPD RI) atau pihak terkait yang membidangi terkait

obyek penelitian yang dilakukan oleh penyusun.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analisis-

deskriptif. Yang dimaksud dengan deskriptif adalah menguraikan

beberapa fakta, situasi atau kejadian49 terkait dinamika perkembangan

kewenangan DPD RI terlebih setelah putusan MK Nomor 92/ PUU-X/

2012. Sedangkan yang dimaksud dengan deskriptif analisis adalah

memaparkan secara sistematis terkait beberapa materi pembahasan yang                                                             

47 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dan Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), hlm. 16. 

48 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 34.

 

49 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet III, (Jakarta: UII Press, 1986), hlm. 51. 

Page 48: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

32 

 

bersumber dari berbagai literatur.50 Termasuk dari hasil wawancara dan

kemudian dilakukan sebuah analisis dengan seksama dan terliti guna

mendapatkan hasil yang efektif dalam kajian implikasi putusan MK

Nomor 92/ PUU-X/ 2012 terhadap fungsi legislasi DPD RI.

3. Cara Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Wawancarara merupakan cara yang digunakan untuk

memperoleh keterangan secara langsung kepada narasumber, guna

mencapai tujuan hasil yang maksimal dan sistematis maka

penyusun menggunakan pedoman pertanyaan secara tertulis.

Wawancara ini ditunjukkan kepada ketua DPD RI atau anggota

DPD RI Daerah Istimewah Yogyakarta dan/atau kepada pihak

terkait yang membidangi terhadap obyek penelitian penyusun.

b. Dokumentasi

Melalui teknik metode ini diarahkan untuk melakukan

pencarian dan pengambilan segala informasi baik yang bersifat

teks seperti dari perundang-undangan, arsip-arsip, laporan

penelitian yang relevan dengan penelitian yang penyusun buat

maupun dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian

yang penyusun lakukan.                                                             

50 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 130. 

Page 49: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

33 

 

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum maupun

mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak yang berkepentingan

yaitu berupa peraturan perundang-undangan yang mengikat dan

ditetapkan oleh pihak yang berwenang.51 Bahan hukum primer dalam

hal ini antara lain sebagai berikut:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 yang diubah menjadi

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD

dan DPD (UUMD3);

3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (UUP3):

4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah

Konstitusi;

5) Peraturan Perundang-Undnagan lainnya yang berkaitan dengan

fokus permasalahan dalam penelitian ini.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap hukum

primer. Bahan hukum sekunder berupa buku, majalah, karya ilmiah,                                                             

51 Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 1988), hlm. 19. 

Page 50: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

34 

 

maupun artikel-artikel lainnya yang berhubungan dengan obyek yaitu

semua dokumen yang merupakan informasi, atau kajian yang berkaitan

dengan penelitian, seperti: seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum,

majalah-majalah, koran-koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber

dari internet yang berkaitan dengan persoalan dalam skripsi ini.52

c. Bahan Tersier atau Nonhukum

Bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan sekunder yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep

dan keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, seperti: kamus, ensiklopedia dan lain-lain.53

5. Analisis Data

Untuk mendapatkan hasil akhir yang diinginkan, maka data yang

diperoleh baik dari hasil wawancara maupun telaah literatur dianalisis

secara kualitatif.

G. Sistematika Pembahasan

Penyusunan dan pembahasan skripsi ini dikelompokkan menjadi lima bab

dan masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Dengan sistematika adalah

sebagai berikut:

                                                            52 Roni Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1988), hlm. 64. 

53 Ibid., hlm. 64. 

Page 51: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

35 

 

Dalam Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka,

kerangka teorietik, metode penelitian dan diakhiri dengan sistematika

pembahasan.

Dalam bab kedua, membahas tentang tinjauan umum terhadap Dewan

Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI). Dalam bab ini dimulai

dengan membahas sejarah DPD RI, wewenang, keanggotaan dan alat

kelengkapan DPD RI, kemudian diakhiri dengan pembahasan hubungan DPD

RI dengan lembaga lain.

Pada bab ketiga ini membahas tentang tinjauan umum Mahkamah

Konstitusi (MK) dan Putusan MK No. 92/PUU-X/2012. Dalam bab ini terdiri

dari Mahkamah Konstitusi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia,

kewenangan Mahkamah Konstitusi, macam-macam putusan MK dalam

pengujian undang-undang terhadap UUD 1945 dan tinjauan umum tentang

Putusan MK Nomor 92/PUU-X/2012.

Bab keempat merupakan bagian vital dalam penyusunan skripsi ini yaitu

sampai pada tahap analisa. Dalam analisa ini penyusun memaparkan tentang

Kedudukan DPD RI dalam sistem parlemen di Indonesia dan implikasi

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012 tentang Pengajuan

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undang terhadap

Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI).

Page 52: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

36 

 

Bab kelima merupakan bagian terakhir dari penyusunan skripsi ini, yang

berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran serta dalam bab terakhir ini

penyusun melampirkan berbagai lampiran guna mendukung kesempurnaan

dari penyusunan skripsi ini.

Page 53: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

136 

 

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa bahan dan pembahasan uraian di atas maka secara

prinsip dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. DPD RI merupakan lembaga baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia

yang lahir dalam amandemen ketiga. Secara de facto DPD RI baru ada

pada tanggal 1 Oktober 2004 yaitu ketika pelantikan anggota terpilih yang

merupakan hasil dari pemilihan umum (pemilu) tahun 2004. Ada beberapa

tujuan konkrit yang mendasari dibentuknya DPD RI sebagai lembaga

perwakilan baru, pertama memperkuat ikatan daerah-daerah dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia dan memperteguh persatuan

kebangsaan seluruh daerah. Kedua meningkatkan agresi dan akomodasi

aspirasi dan kepentingan daerah-daerah dalam perumusan kebijakan

nasional berkaitan dengan negara dan daerah. Ketiga mendorong

percepatan demokrasi, pembangunan dan kemajuan daerah secara serasi

dan seimbang. Pada hakekatnya lahirnya DPD RI merupakan konsekuensi

perubahan Pasal 2 ayat (1) UUD NRI 1945 bahwa MPR terdiri dari

anggota DPD RI dan anggota DPR RI yang dipilih melalui pemilihan

umum. Berdasarkan konsep dasar demikian menunjukkan bahwa model

lembaga perwakilan di Indonesia berubah menjadi parlemen dua kamar

(bicameral parliament). Pada dasarnya dibentuk sistem dua kamar

136

Page 54: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

137 

 

dimaksudkan untuk menghindari adanya monopoli dalam pembuatan

Peraturan Perundang-undangan, artinya DPD RI sebagai kamar

penyeimbang. Namun sejak dibentuknya lembaga ini sampai sekarang

belum dapat menunjukkan maksud awal dibentuknya lembaga ini. Hal ini

dikarenakan, kewenangan konstitusioanal DPD RI sebagai lembaga

legislator masih dinilai lemah, kewenangan tersebut dapat dilihat dalam

Pasal 22D ayat (1) UUD NRI 1945 yang mana DPD RI tidak mempunyai

hak untuk memutus RUU menjadi undang-undang. Keadaan demikian

diperparah dengan kehadiran Undang-undang Organiknya yaitu UU MD3

dan UU P3, yang mana kedua Undang-Undang tersebut telah mereduksi

kewenangan DPD RI sebagai lemabaga legislasi. Berdasarkan keadaan di

atas bahwa sistem bikameral yang dianut Indonesia merupakan sistem

bikameral lunak (asymmetric bicameralism atau weak bicameralism atau

soft bicameralism). Kewenangan DPD RI yang telah dibiaskan dalam UU

MD3 dan UU P3 membawa sikap para anggota DPD RI untuk melakukan

pengujian terhadap kedua Undang-undang tersebut (judicial review) ke

MK.

2. Pada tanggal 27 Maret 2013, MK mengabulkan sebagian terhadap

permohonan DPD RI yang telah menguji materi UU MD3 dan UU P3. Hal

subtanstif dari putusan MK tersebut, pertama DPD RI terlibat dalam

pembuatan Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Kedua DPD RI

berhak mengajukan RUU yang dimaksud dalam Pasal 22D ayat (1) UUD

NRI 1945 sebagaimana halnya atau bersama-sama dengan DPR RI dan

Page 55: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

138 

 

Presiden, termasuk dalam pembentukan RUU, pencabutan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Ketiga DPD RI berhak membahas

RUU secara penuh dalam konteks Pasal 22D ayat (2) UUD NRI 1945.

Keempat DPD berwenangan memberi pertimbangan terhadap RUU yang

disebut Pasal 22D UUD 1945. Kelima MK menyatakan bahwa ketentuan

dalam UU MD3 dan UU P3 yang tidak sesuai dengan tafsir MK atas

kewenagan DPD RI dengan sendirinya bertentangan dengan UUD NRI

1945, baik yang diminta ataupun tidak. Putusan tersebut berimplikasi pada

model legislasi tripartit yang melibatkan tiga lembaga Negara dalam

pembahasan peraturan perundang-undangan yaitu DPR RI, Presiden dan

DPD RI. Secara normatif, tata tertib DPD RI dan/atau DPR yang

diterapkan sebelum jatuhnya putusan tersebut, maka harus diubah atau

disesuaikan. Baik dalam hal perencanaa prolegnas, pengajuan RUU,

pembahasan RUU dan/atau berkaitan dengan kewenangan DPD RI yang

menjadi bahan Putusan MK. Namun, sejak putusan tersebut dibacakan

sampai sekarang, secara normatif belum ada proses perubahan legislasi

baik dalam perencanaa, pengajuan, dan pembahasan RUU di DPR RI yang

berkenaan dengan kewenangan DPD RI berdasarkan Pasal 22D UUD NRI

1945. Padahal putusan MK mempunyai sifat final dan mengikat (final and

binding). Tidak adanya perubahan terhadap proses legislasi tersebut

dikarenakan adanya dalih bahwa Putusan MK harus menunggu perubahan

UU MD3 dan UU P3. Akan tetapi, dalih tersebut tidak dapat dijadikan

alasan. Mengingat putusan MK bersifat final dan mengikat (final and

Page 56: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

139 

 

binding). Bahwa adanya RUU DPD RI yang diakomodir dalam Prolegnas

2014 bukan atas implikasi putusan MK akan tetapi merupakan implikasi

dari komunikasi atau lobi politik pimpinan DPD RI kepada DPR RI.

Keadaan demikian sangat meprihatinkan terhadap supremsi hukum di

Indonesia.

B. Saran

1. Untuk Pemerintah

Pemerintah dalam hal ini adalah Presiden beserta Menteri-Menterinya

mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga stabilitas nasional,

terlebih dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang

menganut sistem partai dalam mengartikulasi perwakilan dan kedaulatan

rakyat, termasuk Presiden yang merupakan orang partai. Dalam sejarah

kepemimpinan di Republik ini, sulit bagi Presiden untuk melepaskan

misi kepartaiannya, sehingga kedaulatan rakyat masih tabu

keberadaannya. Kader partai yang direkomendasikan menjadi Preseiden

biasanya adalah sosok yang mempunyai andil besar dalam partai

tersebut. Pertimbangan dari sosok kader tersebut dalam keputusan partai

menjadi pertimbangan yang harus didengarkan. Dalam sistem palemen di

Indonesia yang notabennya adalah perwakilan poltik, maka menjadi hal

tentu suara Presiden masih menjadi pertimbangan. Dengan melihat

sistem parlemen yang jauh dari ideal, dengan lemahnya kedudukan dan

fungsi DPD RI. Maka penguatan terhadap lembaga tersebut tidak lepas

Page 57: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

140 

 

dari suara dan dukungan Presiden. Penguatan terhadap kelembagaan

DPD RI dalam konteks sekarang, sepertinya menjadi tuntutan terlebih

dalam menjalankan fungsi legislasinya. Pasalnya kondisi dan

produktifitas lembaga perwakilan yang ada (DPR RI) sudah jauh dari

harapan masyarakat. Oleh karena itu, besar harapan terhadap pemerintah

untuk mengkritisi dan mengkonstruk lembaga DPD RI agar lebih

menjadi lembaga yang produktif.

2. Untuk DPR RI

DPR RI hakikatya adalah lembaga perwakilan utama untuk

mengartikulasi kedaulatan rakyat, yang konon suara rakyat

diperjuangkan oleh anggota dewan. Namun dalam konteks kekinian

perjuangan anggota dewan menjadi hal yang tabu, banyak rakyat yang

mempertanyakan keadaan anggota dewan. Besar harapan rakyat

Indonesia kepada anggota dewan dalam fungsi legislasinya karena

produk dari lembaga ini adalah hukum dan Indonesia adalah Negara

hukum. Sifat aspiratif dan akomodatif dalam sebuah peraturan

perundang-undangan menjadi harapan besar bagi rakyat. Namun lagi-lagi

harapan ini menjadi tabu, banyak undang-undang yang bermasalah, tidak

pro rakyat dan kurang akomodatif. Oleh karena itu, tidak kalah

pentingnya dengan harapan yang ada yaitu penguatan terhadap

kedudukan dan fungsi DPD RI. Hal ini dimaksudkan agar terwujud

proses checks and balances dalam membentuk sebuah peraturan

Page 58: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

141 

 

perundang-undangan, menfilter undang-undang yang sarat dengan

kepentingan kaum kapital, serta dari kepentingan politik yang tidak pro

rakyat. Terlebih, besar harapan kepada anggota dewan untuk

merealisasikan putusan MK Nomor 92/PUU-X/2012 dengan khidmat

supaya keberadaan hukum di negeri dapat pandang sebagai satu

kesatuan.

3. Untuk DPD RI

DPD RI adalah lembaga perwakilan yang lahir di Era Reformasi. Namun

selama satu dekade lebih produktifitas lembaga ini masih

diperbincangkan, bahkan dari sebagian masyarakat belum mengetahui

keberadaan dan fungsi DPD RI. Keadaan demikian menjadi tantangan

dan kewajiban anggota DPD RI untuk mensosialisasikan diri dan

kelembagaannya. Bukan satu alasan tepat bagi anggota DPD RI untuk

tidak bekerja karena keterbatasan fungsi dan kedudukannya. Namun

menjadi langkah yang nyata dan patut dibanggakan usaha DPD RI untuk

menguatkan kelembagaannya melalui wacana Amandemen Kelima tetapi

putus di tengah jalan karena kompromi politik yang masif, dan pengujian

(judicial review) UU MD3 dan UU P3 terhadap UUD NRI 1945. Usaha-

usaha tersebut tidak lain untuk menguatkan fungsi dan kedudukan DPD

RU terlebih dalam fungsi legislasinya. Besar harapan kepada anggota

DPD RI untuk membentuk produk perundang-undangan yang aspiratif

Page 59: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

142 

 

dan akomodatif karena sifat dan dasar lembaga ini adalah non-partai,

sehingga keberadaannya menjadi lembaga penyeimbang di parlemen.

4. Untuk Masyarakat

Masyarakat dalam hal ini adalah akademisi, aktifis dan praktisi. Dalam

konteks kenegaraan elemen masyarakat tersebut mempunyai peran yang

strategis dalam mengawal isu-isu nasional, baik dalam ranah sosial,

budaya, politik dan hukum. Isu politik dan hukum tentu menjadi

pembicaraan aktual dan kontekstual, isu penguatan fungsi dan kedudukan

DPD RI menjadi hal yang menarik karena keberadaan lembaga ini

menjadi penting dalam konteks parlemen di Indonesia yang berlandasan

semangat checks and balances, pentingnya penguatan fungsi dan

kedudukan DPD RI tidak terlepas dari kurang produktifitasnya kinerja

DPR RI sebagai pemangku utama kedaulatan rakyat. Oleh karena itu,

penguatan fungsi dan kedudukan DPD RI harus didukung. Akan tetapi

dengan catatan bahwa DPD RI dapat menjadi suara menyeimbang dan

produktif dalam membuat peraturan perundang-undangan yang menjadi

dasar dari Negara ini.

Page 60: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

143 

 

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan:

Peraturan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Tata Tertib.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 diubah menjadi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Buku Hukum:

Anwar (ed. dan pen.), Teori dan Hukum Konstitusi, Malang: Intra Publishing, 2011.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

Asshoiddiqie, Jimly, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan

Dalam UUD 1945, Yogyakarta: FH UII Press, 2004. , Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Prasada, 2009. , Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara jilid II, Jakarta:

Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006.

143

Page 61: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

144 

 

Budiardjo, Miriam (ed.), Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2008. Darmodiharjo, Darji dkk, Santiaji Pancasila, Jakarta: Kurnia Esa, 1985.

DPD RI Kelompok DPD RI Di MPR RI, eksistensi DPD RI 2009-2013: Untuk Daerah dan NKRI, cetakan pertama, Jakarta: DPD di MPR RI, 2013.

, Untuk Apa DPD RI, cetakan kelima, Jakarta:

DPD di MPR RI, 2009. Dewan Perwakilan Daerah RI, Peraturan Dewan: Perwakilan Daerah Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Tata Tertib, Jakarta: Dewan Perwakilan Daerah RI, 2012.

Endi Jaweng, Robert, Mengenal DPD-RI Sebuah Gambaran Awal, Jakarta:

Institute For Local Development (ILD), 2005. Erwin, Muhammad, Pendidikan Kewarganegaraaan Republik Indonesia,

Palembangan: Reflika Aditama, 2010. Fajar, Mukti dan Achmad, Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 Fuady, Munir, Teori Negara Hukum Modern (Rehctstaat), Bandung: Refika Aditama, 2009. Harjono, Konstitusi sebagai Rumah Bangsa Pemikiran Hukum Dr. Harjono, S.H.,

M.C.L Wakil Ketua MK, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008.

H.I, A.Rahman, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Huda, Ni’matul, Lembaga Negara dalam Masa Transisi Demokrasi, Yogyakarta: UII Pres, 2007.

Indrayana, Denny, Negara Antara Ada dan Tiada: Reformasi Hukum

Ketatanegaraan, Jakarta: Buku Kompas, 2008.

Isra, Saldi, Pergeseran Fungsi Legislasi: Menguatnya Model Legislasi

Parlementer dalam Sistem Presidensial Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.

Page 62: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

145 

 

Mahfud MD, Moh., Demokrasi dan konstitusi di Indonesia, Studi tentang Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, Cetakan II, 2003.

, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen

Konstitusi, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (Sesuai dengnan Urutan Bab, Pasal dan ayat), (Jakarta, Sekertaris Jendral MPR RI, 2012).

Mertokusumo, Soedikno, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta:

Liberty, 1988. Naning, Ramdlon, Aneka Asas Ilmu Negara, Jakarta: Bina Ilmu, 1982.

Pito, Toni, Andrianus dkk (Pen.), Mengenal Teori-teori Politik dari Sistem Politik Sampai Korupsi, Bandung: Nuansa Cendekiwa, 2013.

Rahimullah, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 sesuai dengan Urutan Bab, Pasal dan ayat, Jakarta: Sekretariat Jendral MPR RI, 2007.

Saragih, Bintan, R., Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia,

Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987. Siahaan, Maruarar, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,

Edisi Kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 2012. Simabura, Charles, Parlemen Indonesia Lintas Sejarah dan Sistemnya, Jakarta:

Rajawali Pres, 2011. Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberty, 2005.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, cet III, Jakarta: UII Press, 1986.

Soemitro, Roni, Hanitjo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1988. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Page 63: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

146 

 

Sulaiman, King Faisal, Sistem Bikameral dalam Spektrum Lembaga Parlemen Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 2013.

Sulardi, Reformasi Hukum:Rekontruksi Kedaulatan Rakyat dalam Membangun Demokrasi, Malang: Intrans Publishing, 2009.

Syukrin Asy’ari.dkk, Model dan Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi

dalam Pengujian Undang-Undang (Studi Putusan Tahun 2003-2012), Jurnal Konstitusi, Volume 10, Nomor 4, Desember 2013), Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2013.

Thaib, Dahlan, Ketatanegaraan Indonesia Perspektif Konstitusi, Yogyakarta:

Total Media, 2009. Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum dan Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 1994.

Yusuf, M, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia; Arsitektur Histori, Peran dan Fungsi DPD RI terhadap Daerah di Era Otonomi Daerah, Jakarta: Graha ilmu, 2013.

Lain-lain:

Anjarsari, Lulu dan Dodi, Ahmadi, Memperkuat legislasi DPD, Majalah Konstitusi Jakarta, Kepaniteraan dan Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2013.

As, Yenni, “Fungsi Legislasi DPD RI Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 92/PUU-X/201”, Jurnal Hukum, Fakultas Hukum Universitas Panca Bhakti Pontianak, 2014.

Evan, Setio, Stevanus, “Fungsi Legislasi DPD Dalam Sistem Ketatanegaran

Indonesia”, Jurnal Hukum, Universitas Udayana Denpasar, 2013. Huda, Ni’matul, “Gagasan Amandemen (Ulang) UUD 1945 (Usulan untuk

Penguatan DPD dan Kekuasaan Kehakiman)”, Jurnal Hukum No. 3 Vol. 15 Juli 2008: 373 - 392, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia 2008.

Mahmuzar, ”Implikasi Keterbatasan Fungsi Dewan Perwakilan Daerah terhadap

Kepentingan Daerah dalam Kesatuan Republik Indonesia (Studi Kinerja DPD Periode 2004-2009 di Bidang Legislasi, Pengawasan dan Anggaram)” Disertasi, Universitas Islam Indonesia, 2014.

Page 64: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

147 

 

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012 tentang Pengajuan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta; Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2012).

Mas, Aryani, Nyoman dan Sartika, Setiawati, Ni Kadek Riza, “Kewenangan DPD

dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi”, Makalah, Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013.

Nova, Andi dan Gusman, Delfina, “Tinjauan Yuridis Fungsi, Tugas dan

Wewenang DPD RI dalam Rangka Menuju Sistem Bikameral yang Efektif”, Makalah, Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2013.

Nugroho, Kris, Problematika Dewan Perwakilan Daerah: Antara Fungsi

Konstitusional dan Realitas” Tulisan Ilmiah, Politik Jurusan Ilmu Politik FISIP, Universitas Airlangga, 2008.

Wayan Sudirta, I,“Implikasi Putusan MK Nomor 92/PUU-X/2012 Terhadap

Pembentukan Undang-Undang”, Makalah disampaikan pada kegiatan Kajian Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM, Hotel Puri Denpasar, 24 Juli 2013.

http://abdhanaffandirdja.blogspot.com/2009/10/dpd-ri-dalam-sistem-

ketatanegaraan.html diakses pada tanggal 17 April 2014 pukul 20.30 WIB.

http://birokrasi.kompasiana.com/2012/07/10... Diakses pada tanggal 30 Maret

2014, Pukul 00.20 WIB. http://portal.kopertis2.or.id/jspui/handle/123456789/290 diakses pada tanggal 17

april 2014 pukul 21.45 WIB. https://www.facebook.com/MichaelUmbuZasa/posts/570940412980428?stream_r

ef=10 diakses pada tanggal 7 Mei 2014 pukul 23.00 WIB. http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-i diakses pada tanggal 15 Mei 2014

Pukul 00.03 WIB. http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-ii diakses pada tanggal 15 Mei

2014 Pukul 00.05 WIB.

Page 65: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

148 

 

http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-iii diakses pada tanggal 15 Mei

2014 Pukul 00.10 WIB. http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-iv diakses pada tanggal 15 Mei

2014 Pukul 00.13 WIB. http://politik.kompasiana.com/2014/09/09/dpr-gaji-dan-fasilitas-100-kerjanya-

cuma-30-686682.html, diakses pada tanggal 9 September 2014, pukul 18.09 WIB

http://nasional.kompas.com/read/2014/04/03/1738432/Kinerja.DPR.Buruk,

diakses pada tanggal 9 September 2014, pukul 16.49 WIB. www.dpr.go.id/id/baleg/prolegnas diakses pada tanggal 5 Mei 2014, pukul 12.45 WIB. 

Wawancara dengan Muhammad Afnan Hadikusumo, Anggota DPD RI Dapil

D.I.Yogyakarta, tanggal 14 Mei 2014. Wawancara dengan Cholid Mahmud, Anggota DPD RI Dapil D.I.Yogyakarta,

tanggal 09 Mei 2014.

 

Page 66: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... TAHUN ..... TENTANG

KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

a. bahwa laut dan sumber daya yang terkandung di dalamnya merupakan karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa untuk dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia dalam rangka memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan potensi dan kekayaan laut yang berlimpah sehingga pembangunan kelautan harus menjadi pilar utama dalam pembangunan nasional;

c. bahwa pengelolaan kelautan sebagai aset bersama milik bangsa Indonesia dilakukan secara menyeluruh, sistemik, dan terpadu melalui sebuah kerangka hukum agar dapat memberikan kepastian hukum dan kemanfaatannya bagi seluruh masyarakat;

d. bahwa setelah diratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut Negara Kesatuan Republik Indonesia diakui sebagai negara kepulauan yang membawa konsekuensi bertambahnya wilayah perairan Indonesia dan potensi sumber daya alam yang terkandung di dalamnya yang juga menetapkan hak-hak dan kewajiban Indonesia sebagai negara pantai;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Kelautan;

Mengingat : Pasal 20, Pasal 22D ayat (1), Pasal 25A, Pasal 28F, dan dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG KELAUTAN

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan daratan dan

bentuk-bentuk alamiah lainnya, yang merupakan kesatuan geografis dan ekologis beserta segenap unsur terkait, dan yang batas dan sistemnya ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan ketentuan hukum internasional.

Page 67: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

2. Kelautan adalah hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan di wilayah laut sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.

3. Pulau adalah wilayah daratan yang terbentuk secara alamiah yang dikelilingi air dan berada di atas permukaan air pada waktu air pasang.

4. Kepulauan adalah suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau, dan perairan di antara pulau-pulau tersebut, dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lain demikian eratnya sehingga pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu merupakan satu kesatuan geografis, ekonomis, pertahanan keamanan, dan politik.

5. Negara Kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri atas gugus pulau dan dapat mencakup pulau-pulau besar dan kecil yang merupakan satu kesatuan wilayah, politik, ekonomi, sosial budaya, dan historis.

6. Pembangunan Kelautan adalah pembangunan yang memberi arahan dalam pendayagunaan sumber daya kelautan untuk mewujdkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, dan keterpeliharaan daya dukung ekosistem pesisir dan laut.

7. Sumber Daya Kelautan adalah sumber daya laut, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dan dapat dipertahankan dalam jangka panjang.

8. Pengelolaan Kelautan adalah penyelenggaraan kegiatan, penyediaan, pengusahaan, pemanfaatan sumber daya kelautan, dan konservasi sumber daya laut.

9. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

10. Pelindungan Lingkungan Laut adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan sumber daya laut dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan di laut yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

11. Pencemaran Laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya.

12. Pemanfaatan Laut Berkelanjutan adalah pendayagunaan laut secara optimal untuk kepentingan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang dengan metode dan teknologi yang ramah lingkungan.

13. Menteri adalah menteri yang tugas dan wewenangnya terkait dalam bidang kelautan.

14. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

15. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN Pasal 2

Undang-Undang tentang Kelautan ini disusun berdasarkan asas: a. keterpaduan; b. berkelanjutan;

Page 68: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

c. kepastian hukum;

d. pemerataan;

e. keadilan;

f. transparansi dan akuntabilitas;

g. kesegeraan; dan

h. ketat dan cermat.

BAB III RUANG LINGKUP

Pasal 3 1) Ruang lingkup undang-undang ini meliputi pengaturan dan pengelolaan kelautan Indonesia

secara terpadu dan berkelanjutan untuk mengembangkan kemakmuran negara.

2) Pengaturan dan pengelolaan kelautan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. wilayah laut;

b. pembangunan kelautan;

c. pengelolaan kelautan;

d. pengembangan kelautan;

e. penataan ruang dan pelindungan lingkungan laut;

f. penegakan hukum, keamanan, dan keselamatan di laut; dan

g. tata kelola dan kelembagaan.

BAB IV WILAYAH LAUT

Bagian Kesatu Umum Pasal 4

1) Wilayah laut terdiri atas wilayah laut yang berada di dalam yurisdiksi nasional dan laut yang berada di luar yurisdiksi nasional.

2) Negara Indonesia berhak melakukan pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam dan lingkungan laut yang berada di luar yuridiksi nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

3) Pengelolaan dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan dan hukum internasional.

Bagian Kedua Wilayah Laut yang Berada di Dalam

Yurisdiksi Nasional Pasal 5

1) Laut yang berada di dalam yurisdiksi nasional meliputi:

a. perairan pedalaman;

b. perairan kepulauan;

c. laut teritorial;

d. landas kontinen;

e. zona tambahan; dan

Page 69: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

f. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

2) Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kedaulatan penuh, hak-hak berdaulat dan yurisdiksi wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3) Kedaulatan penuh, hak-hak berdaulat, dan yurisdiksi wilayah laut yang berada di dalam yurisdiksi nasional dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan ketentuan hukum laut internasional.

Bagian Ketiga

Laut yang Berada di Luar Yurisdiksi Nasional

Pasal 6 1) Laut yang berada di luar yurisdiksi nasional meliputi:

a. laut lepas: dan

b. kawasan dasar laut internasional.

2) Laut lepas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah bagian dari laut yang tidak termasuk dalam zona ekonomi eksklusif Indonesia, laut teritorial indonesia, perairan kepulauan Indonesia, dan perairan pedalaman Indonesia.

3) Kawasan dasar laut internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah dasar laut atau samudera yang terletak di luar landas kontinen dan berada di bawah laut lepas.

Pasal 7

1) Negara berhak melakukan konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati di laut lepas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a.

2) Dalam hal laut lepas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah berkewajiban:

a. memberantas kejahatan internasional;

b. memberantas siaran-siaran gelap; c. melindungi kapal-kapal nasional, baik di bidang teknis, administratif, maupun sosial;

d. melakukan pengejaran seketika;

e. mencegah dan menanggulangi pencemaran laut dengan bekerja sama dengan negara atau lembaga internasional terkait; dan

f. berpartisipasi dalam pengelolaan perikanan melalui forum pengelolaan perikanan regional dan internasional.

3) Pemberantasan kejahatan internasional di laut lepas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan dengan kerja sama negara lain.

4) Pengelolaan sumber daya hayati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan hukum laut internasional.

BAB V

PEMBANGUNAN KELAUTAN Pasal 8

1) Pembangunan kelautan dilaksanakan sebagai bagian dari pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional dengan berorientasi kepulauan dan kelautan.

Page 70: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

2) Pembangunan kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan melalui perumusan dan pelaksanaan:

a. kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan;

b. kebijakan pengembangan sumber daya manusia;

c. kebijakan pengamanan wilayah kedaulatan;

d. kebijakan tata kelola dan kelembagaan;

e. kebijakan peningkatan kesejahteraan;

f. kebijakan ekonomi kelautan;

g. kebijakan penataan ruang dan perlindungan lingkungan laut; dan

h. kebijakan budaya bahari.

3) Proses penyusunan kebijakan pembangunan kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sebagai berikut:

a. menteri menyusun rencana kebijakan pembangunan kelautan; b. pemerintah menetapkan kebijakan pembangunan kelautan terpadu yang merupakan

bagian dari pembangunan nasional yang meliputi jangka panjang, menengah dan pendek; dan

c. kebijakan pembangunan kelautan dijabarkan ke dalam program setiap sektor dalam rencana pembangunan dan pengelolaan sumber daya kelautan.

4) Kebijakan pembangunan kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

BAB VI

PENGELOLAAN KELAUTAN Bagian Kesatu

Umum Pasal 9

(1) Pemerintah melakukan pengelolaan kelautan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat melalui pemanfaatan dan pengusahaan sumber daya kelautan.

(2) Pemanfaatan sumber daya kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. perikanan;

b. energi dan sumber daya mineral;

c. sumber daya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

d. hutan bakau; dan

e. sumber daya nonkonvensional. (3) Pengusahaan sumber daya kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. industri kelautan;

b. wisata bahari; dan

c. perhubungan laut.

Pasal 10 (1) Dalam rangka pemanfaatan dan pengusahaan sumber daya kelautan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 9, Pemerintah menetapkan Kebijakan Ekonomi Kelautan.

Page 71: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

(2) Kebijakan Ekonomi Kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menjadikan kelautan sebagai basis pembangunan ekonomi.

(3) Basis pembangunan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui penciptaan usaha yang sehat dan peningkatan kesejahteraan rakyat, terutama masyarakat pesisir dengan mengembangkan kegiatan ekonomi produktif, mandiri, dan mengutamakan kepentingan nasional.

(4) Untuk menjadikan kelautan sebagai basis pembangunan ekonomi bangsa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah wajib menyertakan luas wilayah laut sebagai dasar pengalokasian anggaran pembangunan kelautan.

(5) Anggaran pembangunan kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berasal dari APBN dan/atau APBD.

Bagian Kedua Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan

Paragraf 1 Perikanan Pasal 11

Pemerintah mengatur pengelolaan potensi perikanan di wilayah laut yang berada di dalam yurisdiksi nasional dan laut lepas.

Pasal 12 (1) Pemerintah mengoordinasikan pengelolaan sumber daya perikanan serta memfasilitasi terwujudnya industri perikanan.

(2) Dalam memfasilitasi terwujudnya industri perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah bertanggung jawab:

a. menjaga kelestarian sumber daya ikan;

b. menjamin iklim usaha yang kondusif bagi pembangunan perikanan; dan

c. melakukan perluasan kesempatan kerja dalam rangka meningkatkan taraf hidup nelayan dan pembudi daya ikan.

Pasal 13

Untuk kepentingan distribusi hasil perikanan, Pemerintah mengatur sistem logistik ikan nasional.

Pasal 14 (1) Dalam rangka peningkatan usaha perikanan, pihak perbankan bertanggung jawab dalam pendanaan suprastruktur usaha perikanan.

(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam undang-undang tersendiri. Pasal 15

(1) Dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan, negara harus mengakui hak menangkap ikan tradisional yang sah dari negara tetangga yang langsung berbatasan di daerah tertentu yang berada dalam perairan kepulauan.

(2) Hak menangkap ikan secara tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan atas permintaan salah satu negara dan harus diatur dengan perjanjian bilateral.

Paragraf 2

Page 72: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

Energi dan Sumber Daya Mineral Pasal 16

(1) Pemerintah mengembangkan dan memanfaatkan energi terbarukan yang berasal dari laut dan ditetapkan dalam kebijakan energi nasional.

(2) Pemerintah memfasilitasi pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan yang berasal dari laut di daerah dengan memperhatikan potensi daerah.

(3) Dalam hal keberlanjutan industri energi dan sumber daya mineral untuk kesejahteraan rakyat dipergunakan kebijakan ekonomi kelautan.

Pasal 17 (1) Pemerintah mengatur dan menjamin pemanfaatan sumber daya mineral yang berasal dari laut, dasar laut, dan tanah dibawahnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(2) Pengaturan pemanfaatan sumber daya mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang undangan dan hukum internasional.

Paragraf 3 Sumber Daya Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil Pasal 18

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab mengelola dan memanfaatkan sumber daya wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil.

(2) Pengelolaan dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan: a. melestarikan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan

b. mendorong peran serta masyarakat untuk meningkatkan nilai sosial ekonomi dan budaya.

(3) Pengeloaan dan pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan peraturan perundang- undangan.

Paragraf 4 Hutan Bakau

Pasal 19 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan bakau dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.

(2) Pengelolaan dan pemanfaatan hutan bakau memperhatikan kawasan hutan lindung paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) luas wilayah dalam lingkup tata ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

(3) Pengelolaan dan pemanfaatan hutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 5 Sumber Daya Alam Nonkonvensional

Pasal 20 (1) Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam nonkonvensional kelautan dilakukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(2) Pengelolaan dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip pelestarian lingkungan.

Page 73: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

Pasal 21 (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat bertanggung jawab melaksanakan pelindungan, pemanfaatan, dan pengembangan sumber daya non konvensional di bidang kelautan.

(2) Pelindungan, pemanfaatan, dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan hukum laut internasional.

Bagian Kedua Pengusahaan Sumber Daya Kelautan

Paragraf 1 Industri Kelautan

Pasal 22 (1) Pengelolaan dan pengembangan industri kelautan merupakan bagian yang integral dari kebijakan pengelolaan dan pengembangan industri nasional.

(2) Industri kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi industri bioteknologi, industri maritim, dan jasa maritim.

(3) Pengelolaan dan pengembangan industri kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi prasarana dan sarana, riset ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi, sumber daya manusia, serta industri kreatif dan pembiayaan.

(4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan pembinaan terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas pendukung industri kelautan berskala usaha mikro kecil menengah dalam rangka menunjang ekonomi rakyat.

Pasal 23 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab mengembangkan dan meningkatkan industri bioteknologi kelautan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2).

(2) Industri bioteknologi kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memanfaatkan potensi keanekaragaman hayati.

(3) Industri bioteknologi kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk:

a. mencegah punahnya biota laut akibat eksplorasi berlebih;

b. menghasilkan berbagai produk baru yang mempunyai nilai tambah;

c. mengurangi ketergantungan impor dengan memproduksi berbagai produk substitusi impor;

d. mengembangkan teknologi ramah lingkungan pada setiap industri pengolahan perikanan; dan

e. mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya laut secara berkesinambungan.

Page 74: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

Pasal 24 (1) Industri maritim dan jasa maritim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) dilaksanakan berlandaskan pada kebijakan pembangunan kelautan.

(2) Dalam rangka keberlanjutan industri maritim dan jasa maritim untuk kesejahteraan rakyat, digunakan kebijakan ekonomi kelautan.

(3) Industri maritim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. galangan kapal;

b. pengadaan dan pembuatan suku cadang;

c. peralatan kapal; dan

d. perawatan kapal;

(4) Jasa maritim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pendidikan dan pelatihan;

b. pengangkatan benda berharga asal muatan kapal tenggelam;

c. pengerukan dan pembersihan alur pelayaran;

d. reklamasi;

e. pertolongan dan pencarian;

f. remediasi lingkungan;

g. jasa konstruksi;

h. angkutan sungai dan pulau. (5) Pengaturan lebih lanjut mengenai industri maritim dan jasa maritim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Paragraf 3 Wisata Bahari

Pasal 25 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab mengembangkan dan meningkatkan keberlanjutan wisata bahari dalam rangka mendayagunakan potensi laut.

(2) Keberlanjutan wisata bahari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk kesejahteraan rakyat.

(3) Pengembangan wisata bahari dilaksanakan dengan mempertimbangkan aspek kepentingan masyarakat lokal dan kearifan lokal serta harus memperhatikan konservasi kawasan perairan laut.

(4) Pengembangan dan peningkatan wisata bahari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 4 Perhubungan Laut

Pasal 26 (1) Pemerintah mengembangkan potensi dan meningkatkan peran perhubungan laut, baik bertaraf nasional maupun internasional.

(2) Dalam pengembangan potensi dan peningkatan peran perhubungan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah mengembangkan dan menetapkan tatanan kepelabuhanan nasional.

Pasal 27

Page 75: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan dan meningkatkan penggunaan angkutan perairan dalam rangka konektivitas antarwilayah NKRI.

(2) Dalam rangka pengembangan dan peningkatan angkutan perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dan Pemerintah Daerah melaksanakan kebijakan pengembangan armada nasional.

(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengatur kebijakan sumber pembiayaan dan perpajakan yang berpihak pada kemudahan pengembangan sarana prasarana perhubungan laut serta infrastruktur dan suprastruktur kepelabuhanan. Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi sumber pembiayaan usaha perhubungan laut melalui kebijakan perbankan nasional.

Pasal 28 Pengembangan potensi perhubungan laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal 27 dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

BAB VII PENGEMBANGAN KELAUTAN

Bagian Kesatu Sumber Daya Manusia

Pasal 29 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab melakukan pengembangan sumber daya manusia melalui pembangunan pendidikan dan pembangunan kesehatan. (2) Penyelenggaraan pembangunan pendidikan dan pembangunan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, baik pada tingkat nasional maupun ditingkat internasional yang berbasis kompentensi pada bidang kelautan.

(3) Penyelenggaraan pembangunan pendidikan dan pembangunan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 30 (1) Dalam pengembangan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1), Pemerintah menetapkan Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kebijakan Budaya Bahari.

(2) Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

a. peningkatan jasa di bidang kelautan yang diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja;

b. pengembangan standar kompetensi sumber daya manusia di bidang kelautan;

c. peningkatan dan penguatan peranan ilmu pengetahuan dan teknologi, riset dan pengembangan sistem informasi kelautan; dan

d. peningkatan gizi masyarakat kelautan.

(3) Kebijakan Budaya Bahari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

a. peningkatan pendidikan dan penyadaran masyarakat tentang kelautan yang diwujudkan melalui semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan;

b. identifikasi dan inventarisasi nilai budaya dan sistem sosial kelautan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bagian dari sistem kebudayaan nasional; dan

c. pengembangan teknologi dengan tetap mempertimbangkan kearifan lokal.

Page 76: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

(4) Kebijakan budaya bahari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Bagian Kedua Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pasal 31 (1) Untuk meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan kelautan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengembangkan sistem penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan yang merupakan bagian integral dari sistem nasional penelitian pengembangan penerapan teknologi.

(2) Dalam mengembangkan sistem penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah memfasilitasi pendanaan, pengadaan, perbaikan, serta penambahan sarana dan prasarana, serta perizinan untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan, baik secara mandiri maupun kerja sama lintas sektor dan antarnegara.

(3) Sistem penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk penelitian yang bersifat komersial.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang sistem penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 32 (1) Pemerintah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah membentuk pusat fasilitas kelautan yang meliputi fasilitas pendidikan, pelatihan, dan penelitian yang dilengkapi dengan prasarana kapal latih dan kapal penelitian serta tenaga fungsional peneliti.

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pembentukan pusat fasilitas kelautan serta tugas, kewenangannya dan pembiayaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 33 Pemerintah mengatur pelaksanaan penelitian ilmiah kelautan dalam rangka kerja sama penelitian dengan pihak asing yang hasilnya dilaporkan kepada negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga Sistem Informasi dan Data Kelautan

Pasal 34 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menghimpun, menyusun, mengelola, memelihara, dan mengembangkan sistem informasi dan data kelautan dari berbagai sumber bagi kepentingan pembangunan kelautan nasional berdasarkan prinsip keterbukaan informasi publik yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

(2) Sistem informasi dan data kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi 3 (tiga) kategori:

a. hasil penelitian ilmiah kelautan yang berupa data numerik beserta analisisnya;

b. hasil penelitian yang berupa data spasial beserta analisisnya; dan

c. pengelolaan sumber daya kelautan, konservasi perairan, dan pengembangan teknologi kelautan.

(3) Sistem informasi dan data kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan data terkait sistem keamanan laut disimpan, dikelola, dimutakhirkan, serta dikoordinasikan oleh kementerian/lembaga yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Page 77: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

(4) Sistem informasi dan data kelautan hasil penelitian berupa data yang perlu dibuat peta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c disimpan, dikelola, dimutakhirkan, serta dikoordinasikan oleh lembaga penelitian negara.

Bagian Keempat Kerja Sama Kelautan

Pasal 35 (1) Kerja sama di bidang kelautan dapat dilaksanakan pada tingkat nasional dan internasional dengan mengutamakan kepentingan nasional bagi kemandirian bangsa.

(2) Kerja sama pada tingkat nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam rangka sinergi :

a. antarsektor;

b. antara pusat dan daerah;

c. antarpemerintah daerah; dan

d. antarpemangku kepentingan. (3) Kerja sama bidang kelautan pada tingkat internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara bilateral, multilateral, dan/atau regional.

(4) Kerja sama pada tingkat internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan hukum laut internasional.

(5) Pemerintah mendorong aktivitas eksplorasi, pemanfaatan, dan pengelolaan sumber daya kelautan di laut lepas sesuai dengan hukum laut internasional.

BAB VIII PENATAAN RUANG DAN

PELINDUNGAN LINGKUNGAN LAUT Bagian Kesatu

Penataan Ruang Pasal 36

(1) Penataan ruang laut merupakan bagian integral penataan ruang nasional dengan prinsip keterpaduan tata ruang darat dan laut.

(2) Penataan ruang laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk di dalamnya penataan permukaan laut, kolom laut, dan dasar laut.

(3) Penataan ruang laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan berdasarkan karakteristik Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan dan mempertimbangkan potensi sumber daya dan lingkungan kelautan.

Pasal 37 Penataan ruang kelautan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) bertujuan untuk:

a. melindungi sumber daya dan lingkungan dengan berdasar pada daya dukung lingkungan dan kearifan lokal;

b. memanfaatkan potensi sumber daya kelautan dengan berbagai kegiatan yang berskala nasional dan internasional; dan

Page 78: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

c. mengembangkan kawasan-kawasan potensial menjadi pusat-pusat kegiatan produksi, distribusi, dan jasa.

Bagian Kedua Pelindungan Lingkungan Laut

Pasal 38 Pemerintah melakukan upaya pelindungan lingkungan laut melalui:

a. konservasi laut;

b. pencegahan pencemaran laut;

c. penanganan bencana kelautan; dan

d. pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan dan bencana.

Bagian Ketiga Konservasi Laut

Pasal 39 (1) Pemerintah menetapkan Kebijakan Penataan Ruang dan Pelindungan Lingkungan Laut sebagai bagian yang integral dengan program dan strategi konservasi nasional.

(2) Pemerintah Daerah memiliki hak pengelolaan atas kawasan konservasi laut sebagai bagian dari pelaksanaan Kebijakan Penataan Ruang dan Pelindungan Lingkungan Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Konservasi laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan secara lintas sektor dan lintas kawasan untuk mendukung penataan ruang kelautan.

(4) Setiap sektor yang melaksanakan pembangunan di wilayah laut harus memperhatikan wilayah konservasi.

Bagian Ketiga Pencemaran Laut

Pasal 40 (1) Pencemaran laut meliputi:

a. pencemaran yang berasal dari daratan; dan

b. pencemaran yang berasal dari kegiatan di laut.

(2) Pencemaran laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terjadi:

a. di perairan yurisdiksi Indonesia;

b. dari luar perairan yurisdiksi Indonesia; atau

c. dari dalam perairan yurisdiksi Indonesia keluar perairan yurisdiksi Indonesia.

(3) Proses penyelesaian sengketa dan penerapan sanksi pencemaran laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan berdasarkan prinsip pencemar membayar dan prinsip kehati-hatian. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai proses penyelesaian dan sanksi terhadap pencemaran laut dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat Bencana Kelautan

Pasal 41 (1) Bencana kelautan meliputi bencana yang disebabkan:

Page 79: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

a. fenomena alam;

b. pencemaran lingkungan; dan/atau

c. pemanasan global.

(2) Bencana yang disebabkan oleh fenomena alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:

a. gempa bumi;

b. tsunami;

c. rob;

d. angin topan; dan

e. serangan hewan secara musiman.

(3) Bencana yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. fenomena red tide (pasang merah);

b. pencemaran minyak;

c. pencemaran logam berat;

d. dispersi termal; dan

e. radiasi nuklir.

(4) Bencana yang disebabkan oleh pemanasan global sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c antara lain terdiri atas:

a. kenaikan suhu;

b. kenaikan muka air laut; dan/atau

c. el nino dan la nina.

Pasal 42 (1) Dalam mengantisipasi pencemaran kelautan dan bencana laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal 41, Pemerintah menetapkan Kebijakan Penanggulangan Dampak Bencana Alam dan Pencemaran di Laut.

(2) Kebijakan Penanggulangan Dampak Bencana Alam dan Pencemaran di Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:

a. pengembangan sistem mitigasi bencana;

b. pengembangan sistem peringatan dini (early warning sistem);

c. pengembangan perencanaan nasional tanggap darurat tumpahan minyak di laut; d. pengembangan sistem pengendalian pencemaran laut dan kerusakan ekosistem laut;

dan

e. pengendalian dampak sisa-sisa bangunan lepas pantai dan aktivitas di laut.

Bagian Kelima Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran,

Kerusakan dan Bencana Pasal 43

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan sistem pencegahan dan penanggulangan bencana kelautan sebagai bagian yang terintegrasi dengan sistem pencegahan dan penanggulangan bencana nasional.

Page 80: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan sistem pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan di laut.

Pasal 44 (1) Pemerintah bertanggung jawab dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut.

(2) Pelindungan dan pelestarian lingkungan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pencegahan, pengurangan, dan pengendalian lingkungan laut dari setiap pencemaran laut.

(3) Pemerintah bekerja sama, baik regional maupun global dalam melaksanakan pencegahan pengurangan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 45 Pelindungan dan pelestarian lingkungan laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan hukum laut internasional.

BAB IX PENEGAKKAN HUKUM,

KEAMANAN, DAN KESELAMATAN DI LAUT Pasal 46

(1) Pemerintah menyelenggarakan fungsi-fungsi penegakan hukum, keamanan, dan keselamatan kapal, kepelabuhan, kenavigasian, keimigrasian, kesehatan, kekarantinaan, lingkungan laut, sumber daya kelautan dan perikanan, pencarian dan penyelamatan, serta tindak pidana di laut. (2) Untuk menyinergikan dan mengoordinasikan fungsi-fungsi penegakan hukum, keamanan, dan keselamatan di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk sistem penjagaan, pengawasan, keamanan, dan keselamatan laut yang mandiri.

(3) Penegakan hukum, keamanan, dan keselamatan di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara terkoordinasi dan terpadu dalam satu kesatuan komando dan kendali.

(4) Pengoordinasian dan keterpaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh sebuah lembaga.

(5) Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan lembaga pemerintah nonkementerian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden melalui koordinasi Menteri Koordinator yang membidangi fungsi keamanan nasional.

(6) Susunan organisasi, keanggotaan, dan tata laksana lembaga diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 47 (1) Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (4) mempunyai tugas melakukan patroli keamanan dan keselamatan di Perairan Indonesia. (2) Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi:

a. menegakkan peraturan perundang-undangan dan hukum di perairan Indonesia; b. memberikan pelindungan terhadap jiwa manusia dan harta benda di perairan

Indonesia; c. memberikan pengawasan dan pelayanan di alur laut Kepulauan Indonesia serta

bantuan-bantuan kenavigasian; d. melindungi sumber daya di laut dan lingkungan serta menangkap para perusak

sumber daya di laut dan lingkungan; e. melindungi keselamatan dan keamanan di laut dalam rangka meminimalkan

terjadinya kecelakaan dan peristiwa kejahatan di perairan Indonesia;

Page 81: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

f. mencegah pencurian dan pembajakan serta dan menangkap pencuri dan pembajak di perairan Indonesia;

g. mendeteksi dan menangkap para pelanggar hukum dan pelaku kejahatan di laut;

Page 82: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

h. mendeteksi, mengawasi, dan memonitor perjalanan kapal perang asing yang telah mendapatkan izin untuk melewati alur laut Kepulauan Indonesia dari institusi yang berwenang. Pasal 48

Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (5) dan Pasal 47 diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan.

BAB X TATA KELOLA DAN KELEMBAGAAN LAUT

Pasal 49 (1) Pemerintah menetapkan Kebijakan Tata Kelola dan Kelembagaan Laut. (2) Kebijakan tata kelola dan kelembagaan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi rencana pembangunan sistem hukum dan tata pemerintahan serta sistem perencanaan, koordinasi, pemonitoran dan evaluasi pembangunan kelautan yang efektif dan efisien. (3) Dalam menyusun Kebijakan Tata Kelola dan Kelembagaan Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah melakukan penataan hukum laut dalam suatu sistem hukum nasional, baik melalui aspek publik maupun aspek perdata, dengan memperhatikan hukum internasional. (4) Kebijakan tata kelola dan kelembagaan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Pasal 50 (1) Penyusunan kebijakan pembangunan kelautan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dilakukan oleh Menteri Koordinator. (2) Menteri Koordinator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas melaksanakan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait dan pemerintah daerah dalam penyusunan kebijakan pembangunan kelautan.

BAB XI PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 51 (1) Penyelenggaraan pembangunan kelautan dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran serta masyarakat.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara perseorangan, kelompok, organisasi profesi, badan usaha, atau organisasi kemasyarakatan lain sesuai dengan prinsip keterbukaan dan kemitraan. (3) Peran serta masyarakat dalam pembangunan kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

a. partisipasi dalam penyusunan kebijakan pembangunan kelautan;

b. partisipasi dalam pengelolaan kelautan;

c. partisipasi dalam pengembangan kelautan; dan

d. partisipasi dalam evaluasi dan pengawasan. (4) Peran serta masyarakat selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan melalui:

a. partisipasi dalam pelestarian nilai-nilai budaya, wawasan bahari, dan merevitalisasi hukum adat dan kearifan lokal di bidang kelautan; atau

b. partisipasi dalam pelindungan dan sosialisasi peninggalan budaya bawah air melalui usaha preservasi, restorasi, dan konservasi.

Page 83: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran serta masyarakat dalam pembangunan kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan pemerintah.

BAB XII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 52 (1) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku semua peraturan perundang-undangan di bidang kelautan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan Undang-Undang ini.

(2) Badan Koordinasi Keamanan Laut tetap menjalankan tugas dan fungsinya sampai dengan terbentuk lembaga sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (5).

(3) Sebelum terbentuknya Badan Keamanan Laut, kegiatan dan program kerja yang dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Keamanan Laut disesuaikan dengan undang-undang ini.

BAB XIII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 53 Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (5) harus dibentuk dalam waktu paling lambat 18 (delapan belas) bulan setelah Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 54 Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 2 (dua) tahun setelah berlakunya undang-undang ini. Pasal 55

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal .... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal .... MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA AMIR SYAMSUDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN.....NOMOR....

Page 84: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

PerihalLampirar

Pcnnohonan WawancaraDaftar Pertanyaan dan Proposal Skripsi

Kepada

Yth. Muhanunad Alian HadikusumoDi Tempat

Assalan'rua' alaikum Wr.Wb

Sehubungan dengan tugas akhjr kuliah "skripsi" dengan judul "Inplikasi Pntusan

Mahkantah Konstitasi Nomor 92/ PUU-X/ 2012 Tentang Pengujian Unlahg-Uniang

Nomor 27 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nonor 12 Tahan 2011 Terhadap Fungsi

Legislasi DPD ru", maka kami bennaksud memohon kepada Muhan'rrnad Afnar

Hadikusumo selaku anggota DPD RI Dapil D.l Yogyakarta sebagai narasumber (wawancam).

Kegiatan ini kami maksudkan untuk menjadi bahan skripsi kami. Oleh karena itu, sangat

rnengharap Muhammad Afnan Hadikusumo berkelan untuk nenjadi narasumber kami.

Atas keria sama dan kesediaannya, kami ucapkan banyak terima kasih sefta mohol

maafyang sebesar-besamya apabila terdapat sikap kami yang kurang berkenan.

Wrssllamua alaik um Wr.Wl

Yogyakarta, 12 ,tr4ei 2014

Hormat Kami,Peneliti

NrM 103401 17

Page 85: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

SURAT KE'I'ER.ANGANTELAII MELAKUH-{N.WAWANCA ILA

Saya yang be endr langan di bawah rri:

Nalna

Tenpat tanggal lairir

Jenis Kelanrin

.labalan

Alanlat

: MUhanntad Alhan llaclikusumo

: Yogyakalla, 6 I'ebruari 1967

: Leki-l-aki

: Arg!:ola DPD DapilD.l. Yogyakal1a

: Jalan l(aurnan CN{ l/297 Yogyakarra

Menyatakan bahiva saudara Moh $'ah)'udi (10110 7), Fakulras Syari'ah dan Hukum. pro(li

llmlr lhtkum- Univcrsiles Islam Negerl sLrn.rn l(rlilrgr y,,gyakJr1a. berir_beDar tel:rh

n1elakukan rvatyancirra dengan saya sebagri respa,nrlen penclitian.

Denikian pcmyataal ini dibual dengan sebenar bela*yo -intut

dlFcrgunakan

sebagaimana nestinya

Yos). krrt.rfi L4(i t0 t4

Muhammad A1' Fladikusruno

Page 86: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

DAFTAR PERTANYAAN

Dewan Perwakilan Daerah Republik Inonesia (DPD RI) merupakan

lembaga legislatif disamping Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR

RI). Kehadiran DPD RI dimaksudkan untuk memperkuat ikatan daerah dalam

kerangkan NKRI serta mengakomodasi kepentingan daerah dalam perumusan

kebijakan nasional. Maksud demikian sangat ideal dalam konteks keindonesian

dengan keragamannya. Kedudukan dan wewenang DPD RI diatur dalam

konstitusi Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945 sehingga eksistensi lembaga ini

(seharusnya) menjadi kuat.

Kemudian, Susunan, Kedudukan, dan Kewenangan aplikatif DPD RI

diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD,

DPRD (UU MD3). Namun, kendati demikian cita-cita awal DPD RI yang progres

tidak menjadi semestinya. Pasalnya dalam Undang-undang tersebut, kewenangan

DPD RI sebagai lembaga legislasi telah direduksi sehingga lembaga ini seolah-

olah seperi sub DPR RI dan ditambah dengan subtansi Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UU P3)

yang tidak memberikan ruang bagi DPD RI untuk mempertangungjawabkan

keberadaanya kepada konstituante dan daerah pemilihannya. Padahal sebagai

kamar kedua DPD RI sangat berperan vital dalam menfilter kebijakan legislatif

yang dituangkan dalam Peraturan Perundang-undangan karena lembaga ini

merupakan lembaga independent, artinya lembaga ini jauh dari kepentingan Partai

Politik sehingga sangat tepat keberadaannya.

Kondisi demikian, melahirkan beberapa alternatif dan respon masyarakat

untuk memperkuat posisi DPD RI dan mengembalikan kewenangannya yang telah

direduksi. Dari alternatif amandemen kelima dan yudicial review ke Mahkamah

Konstitusi. Wacana amandemen telah dilakukan oleh kelompok DPD di MPR RI.

Namun, langkah ini tidak mudah. Pasalnya kuantitas anggota DPD RI belum

mencukupi terhadap ketentuan yuridis perubahan UUD NRI 1945 (Pasal 37) dan

DPD RI harus menjaring dukungan kepada anggota MPR yang lain. Namun

Page 87: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

langkah DPD RI untuk mengembalikan kewenangannya yang direduksi tidak

menjadi surut, DPD RI melakukan yudicial review UU MD3 dan UU P3 kepada

Mahkamah Konstitusi, dan akhirnya pada tanggal 27 Maret 2013 langkah ini

menjadi nyata, pasalnya Mahkamah Konstitusi mengabulkan terhadap beberapa

permohonan DPD RI. Artinya Putusan tersebut telah mengembalikan kewenangan

konstitusional DPD RI.

Putusan tersebut tidak direspon positif oleh pihak yang kontra terhadap

DPD RI, salah satunya adalah DPR RI. Bagaimana tidak, putusan Mahkamah

Konstitsi yang bersifat final dan mengikat (Final and Binding) tidak menjadi

acuan teoritis bagi DPR RI untuk melaksanakannya secara langsung. Namun,

dalam keadaan demikian harus diperhatikan mengenai legal standing

pembentukan Peraturan Perundang-undangannya artinya tata tertib pembuatan

peraturan perundang-undangan DPR RI harus disesuaikan sebagai implikasi

putusan Mahkamah Konstiitusi.

Namun penyesuaian tata tertib tersebut tidak menjadi masalah dan tidak

membuat tertundanya implementasi putusan tersebut, jika anggota DPR RI

berkeinginan menjadikan DPD RI sejawat disamping pemerintah dalam proses

legislasi. Keadaan lain yang mengindikasikan bahwa DPR RI kurang memberikan

dukungan terhadap DPD RI untuk menjadi legislator yang utuh yaitu

terakomodasinya Rancangan Undang-Undang (RUU) yang diusulkan DPD RI

dalam prolegnas 2014. Data dari prolegnas 2014 menyebutkan bahwa sebanyak

69 RUU yang direncanakan dalam Prolegnas 2014 hanya 1 RUU yang yang

diakomodir, selebihnya RUU dari DPR RI dan Pemerintah.

Keadaan diatas menjadi problem terhadap sistem parlemen kita untuk

membentuk sebuah produk Peraturan Perundang-undangan yang akomodatif,

aspiratif, dan akuntabel. Ditambah lemahnya kinerja DPR RI dan Pemerintah

dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan. Keadaan demikian membuat

peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam terkait lemhanya legislasi DPD RI

dalam Parlemen serta implikasinya. Dalam menjawab keadaan tersebut peneliti

Page 88: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

mencoba menelusuri beberapa responden untuk mengetahui akibat dan penyebab

lemahnya legislasi DPD RI dalam bentuk wawancara kepada pihak terkait.

Berikut beberapa pertanyaan dalam menjawab hipotesa dari penulis, diataranya:

1. Bagaimana tanggapan bapak/Ibu mengenai putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 92/ PUU-X/ 2012 tentang pengujian Undang-undang nomor 27

Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011?

2. Kapan putusan tersebut disepakati oleh pihak-pihak terkait (DPD RI, DPR

RI, dan PEMERINTAH)?

3. Apakah terdapat kendalah dalam pelaksanaan putusan tersebut?

4. Apakah saja implikasi putusan tersebut terhadap proses legislasi di

parlemen?

5. Salah satu implikasi putusan Mahkamah Konstitusi berubahnya model

legislasi di parlemen dari bipartit ke tripartit, apakah implikasi tersebut

terdapat kerumitan dalam proses legislasi di parlemen?

6. Dengan dikabulkannya yudicial review DPD RI oleh mahkamah

konstitusi, maka beberapa Pasal UUMD3 dan UUP3 secara otomatis tidak

mempunyai kekuatan hukum, apakah solusi dari putusan tersebut?

Mengingat UU MD3 dan UU P3 masih dalam tahap pembicaraan untuk

direvisi.

7. Apa saja rencana DPD RI kedepan terkait lemahnya fungsi legislasinya

(tidak memutus)?

Jawaban:

1. Putusan MK Nomor 92/PUU-X/2012 yang dibajakan oleh Mahkamah

pada tanggal 27 Maret 2013 merupakan keberhasilan luar biasa dari usaha

temen-temen anggota DPD RI. Karena dalam putusan tersebut memberi

sejarah baru terhadap DPD RI untuk terlibat dalam proses legislasi di

parlemen, memang sejak dibentuknya lembaga ini kurang lebih sekitar 10

tahun, belum dapat dilihat usaha DPD RI dalam pengajuan RUU atau

RUU DPD RI terakomudir dalam Prolegnas. Hal ini dikarenakan DPR RI

Page 89: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

sebagai lembaga perwakilan yang diamanatkan konstitusi untuk

membentuk Peraturan Perundang-undangan secara penuh, dalam

kenyataan tidak bisa membagi kekuasaanya dengan DPD RI, walaupun

DPD RI juga merupakan lembaga perwakilan dan mempunyai fungsi

legislatif. Tidak adanya sikap anggota DPR RI untuk membagi kekuasaan

yang demikian menjadi penyebab utama DPD RI tidak terlibat dalam

perkara pembentukan RUU menjadi UU walaupun dengan putusan MK.

Artinya putusan MK yang dibacakan pada tanggal 27 Maret 2013 sampai

saat ini (14 Mei 2014) belum dapat dilaksanakan oleh DPR RI.

Tercantumnya RUU usul dari DPD RI dalam Prolegnas 2014 sebenarnya

bukan merupakan akibat dari putusan MK. Melainkan merupakan akibat

dari pemimpin anggota DPD RI yang melakukan lobi ke DPR RI.

2. Implikasi mendasar dari putusan MK, bahwa proses legislasi yang ada di

DPR RI sebelum putusan tersebut tentu harus diubah yaitu dengan

melibatkan DPD RI. Secara teoritis perubahan proses tersebut dari proses

bipartite ke tripatit. Artinya keterlibatan DPD RI dalam proses

pembentukan Peraturan Perundang-undangan meliputi proses Pengajuan,

Pembahasan RUU dan Pembahasan sebelum keputusan RUU menjadi UU.

Berdasarkan putusan MK dari ketiga proses atau tingkatan pembahasan

RUU yang telah ditentukan oleh undang-undang, merupakan hak penuh

yang dimiliki oleh DPD RI, artinya undang-undang yang diusulkan DPD

RI merupakan RUU dari DPD RI bukan lagi milik DPR RI, seperti

fenomena sebelumnya. Ini yang menjadi poin penting putusan MK dan

seandainya ada kelegowoan diantara anggota DPR RI maka akan

dimungkinkan terjadi proses legislasi yang efektif. Secara hukum

sebenarnya untuk melaksanakan putusan tersebut terletak pada sikap

anggota DPR RI untuk melibatkan DPD RI dalamp proses legislasi, karena

tidak perlu menunggu perubahan UU MD3 dan UU P3, apalagi aturan tata

tertib DPR RI, karena putusan MK itu bersifat final dan mengikat (final

and binding).

Page 90: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

3. DPD RI sebagai lembaga perwakilan yang lahir dari reformasi, maka

banyak tuntutan terhadap lembaga ini untuk memberikan yang terbaik atau

paling tidak, menjalankan kewenangannya secara professional. Namun

keterbatasan kewenangan DPD RI, menjadikan sulit bagi lembaga ini

untuk dapat menjalankan kewenangannya secara efektif, maka usaha

perubahan UUD NRI 1945 menjadi pilihan utama. Perihal amandemen

sebenanya DPD sudah melakukannya, namun usaha tersebut kandas di

tengah jalan akibat lobi-lobi politik yang tidak menghendaki terhadap

perubahan. Kalau kita mengacu pada aturannya, memang sulit bagi DPD

RI untuk melakukan perubahan UUD NRI 1945 sendiri, karena

keterbatasan dari jumlah anggota, dan dalam usaha demikian, dorongan

dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan.

Page 91: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

?erihalLarrpiran

Pelmohonan WawancalaDaftar Petanyaarl dan Proposal Skripsi

Kcpada

Yth. Ir. H. Cholid Mahmud. M. T.Di Tempat

Assalamua' alaikum Wr.W1r

Sehubungan dengan tugas akhir kuliah "skripsi" dengan

'udnl

"Inplikasi Putusan

Maltkamah Konstitasi Nonor 92/ PaU-X/ 2012 Tentang Peagujion U .lang-Untldng

Nonor 27 Talun 2009 dan Undang-Undang Nonor 12 Talun 2011 Terholap Fangsi

Legislasi DPD ,R1", maka kami bermaksud memohol kepilda B:rprk i\4uhar,'1rnld Atir.rl

Hadikusumo selaku anggota DPD RI Dapil D.l Yogyakada sebagai n.irasurnber (\\'zrw!Dcarir).

Kegiatan ini kami maksudkan untuk menjadi bahan skripsi kami. Oleh karena itu, sangct

mengharap Bapak Muhammad Afnan Hadikusumo berkenan untuk menjadi narasumber

kami.

Atas kerja sama dan kesediaannya, kami ucapkan banyak terima kasih sefia mohon

maafyang sebesar-besamya apabila terdapat sikap kami yang kurang berkena[.

Wassalamua'alaikum Wr wh

Yogyaka a. 12 Mei 2014

Honnat Kami,

Moh WahvudiNTM l03,l0l l7

Page 92: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

SUR^T KEToRANcAN.I'ELAIT NIIIt,AKUlii\N WAWANC,A.ILd

Seya yang berlanda tangan di barveh irli:

N arrra

'feurpat tanggal l:rhir

Jenis l(elanrlI

Jebatan

ALamet

: lr. Ii. a-hoiid N4ahnllrd. N4. T.

: Scnlara s. ll Januali 1966

: Lrlkl Lali

: Anggota DPD Dapil D.l. Yogyake a

: Jomblangan, RT.04 RW. 31 No.l6 Balllluntapln, Bantul

Yog)ak:r'la Ielp.: (0274) 7476431.1IP.: oliL 229 566 2l

N,lcnyaiekan bah\.a saudar:r Moh. lVahyudi (101.101t7). Fakrrltas Syirri ah den Hukum- l,rodi

IltnLr Hukum. LJni\€rsilis lsliurl Ncscri SLrnan Kalijar:a Yogynk.rr1.r. henar-benir tct.rh

mclakukan \'alvancnr:t dcngrn sa!n scbagai responden penclitian.

Derrikian pe|nyataan ini dibual denqan sebenar-bentui'ya rLntuk dipergunakan

scba1]ainrena mcsLinya.

\i)gyirkrrla. 09 lvlei l0l4

Cholid Mahmud.

Page 93: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

DAFTAR PERTANYAAN

Dewan Perwakilan Daerah Republik Inonesia (DPD RI) merupakan

lembaga legislatif disamping Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR

RI). Kehadiran DPD RI dimaksudkan untuk memperkuat ikatan daerah dalam

kerangkan NKRI serta mengakomodasi kepentingan daerah dalam perumusan

kebijakan nasional. Maksud demikian sangat ideal dalam konteks keindonesian

dengan keragamannya. Kedudukan dan wewenang DPD RI diatur dalam

konstitusi Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945 sehingga eksistensi lembaga ini

(seharusnya) menjadi kuat.

Kemudian, Susunan, Kedudukan, dan Kewenangan aplikatif DPD RI

diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD,

DPRD (UU MD3). Namun, kendati demikian cita-cita awal DPD RI yang progres

tidak menjadi semestinya. Pasalnya dalam Undang-undang tersebut, kewenangan

DPD RI sebagai lembaga legislasi telah direduksi sehingga lembaga ini seolah-

olah seperi sub DPR RI dan ditambah dengan subtansi Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UU P3)

yang tidak memberikan ruang bagi DPD RI untuk mempertangungjawabkan

keberadaanya kepada konstituante dan daerah pemilihannya. Padahal sebagai

kamar kedua DPD RI sangat berperan vital dalam menfilter kebijakan legislatif

yang dituangkan dalam Peraturan Perundang-undangan karena lembaga ini

merupakan lembaga independent, artinya lembaga ini jauh dari kepentingan Partai

Politik sehingga sangat tepat keberadaannya.

Kondisi demikian, melahirkan beberapa alternatif dan respon masyarakat

untuk memperkuat posisi DPD RI dan mengembalikan kewenangannya yang telah

direduksi. Dari alternatif amandemen kelima dan yudicial review ke Mahkamah

Konstitusi. Wacana amandemen telah dilakukan oleh kelompok DPD di MPR RI.

Namun, langkah ini tidak mudah. Pasalnya kuantitas anggota DPD RI belum

mencukupi terhadap ketentuan yuridis perubahan UUD NRI 1945 (Pasal 37) dan

DPD RI harus menjaring dukungan kepada anggota MPR yang lain. Namun

Page 94: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

langkah DPD RI untuk mengembalikan kewenangannya yang direduksi tidak

menjadi surut, DPD RI melakukan yudicial review UU MD3 dan UU P3 kepada

Mahkamah Konstitusi, dan akhirnya pada tanggal 27 Maret 2013 langkah ini

menjadi nyata, pasalnya Mahkamah Konstitusi mengabulkan terhadap beberapa

permohonan DPD RI. Artinya Putusan tersebut telah mengembalikan kewenangan

konstitusional DPD RI.

Putusan tersebut tidak direspon positif oleh pihak yang kontra terhadap

DPD RI, salah satunya adalah DPR RI. Bagaimana tidak, putusan Mahkamah

Konstitsi yang bersifat final dan mengikat (Final and Binding) tidak menjadi

acuan teoritis bagi DPR RI untuk melaksanakannya secara langsung. Namun,

dalam keadaan demikian harus diperhatikan mengenai legal standing

pembentukan Peraturan Perundang-undangannya artinya tata tertib pembuatan

peraturan perundang-undangan DPR RI harus disesuaikan sebagai implikasi

putusan Mahkamah Konstiitusi.

Namun penyesuaian tata tertib tersebut tidak menjadi masalah dan tidak

membuat tertundanya implementasi putusan tersebut, jika anggota DPR RI

berkeinginan menjadikan DPD RI sejawat disamping pemerintah dalam proses

legislasi. Keadaan lain yang mengindikasikan bahwa DPR RI kurang memberikan

dukungan terhadap DPD RI untuk menjadi legislator yang utuh yaitu

terakomodasinya Rancangan Undang-Undang (RUU) yang diusulkan DPD RI

dalam prolegnas 2014. Data dari prolegnas 2014 menyebutkan bahwa sebanyak

69 RUU yang direncanakan dalam Prolegnas 2014 hanya 1 RUU yang yang

diakomodir, selebihnya RUU dari DPR RI dan Pemerintah.

Keadaan diatas menjadi problem terhadap sistem parlemen kita untuk

membentuk sebuah produk Peraturan Perundang-undangan yang akomodatif,

aspiratif, dan akuntabel. Ditambah lemahnya kinerja DPR RI dan Pemerintah

dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan. Keadaan demikian membuat

peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam terkait lemhanya legislasi DPD RI

dalam Parlemen serta implikasinya. Dalam menjawab keadaan tersebut peneliti

Page 95: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

mencoba menelusuri beberapa responden untuk mengetahui akibat dan penyebab

lemahnya legislasi DPD RI dalam bentuk wawancara kepada pihak terkait.

Berikut beberapa pertanyaan dalam menjawab hipotesa dari penulis, diataranya:

1. Bagaimana tanggapan bapak/Ibu mengenai putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 92/ PUU-X/ 2012 tentang pengujian Undang-undang nomor 27

Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011?

2. Kapan putusan tersebut disepakati oleh pihak-pihak terkait (DPD RI, DPR

RI, dan PEMERINTAH)?

3. Apakah terdapat kendalah dalam pelaksanaan putusan tersebut?

4. Apakah saja implikasi putusan tersebut terhadap proses legislasi di

parlemen?

5. Salah satu implikasi putusan Mahkamah Konstitusi berubahnya model

legislasi di parlemen dari bipartit ke tripartit, apakah implikasi tersebut

terdapat kerumitan dalam proses legislasi di parlemen?

6. Dengan dikabulkannya yudicial review DPD RI oleh mahkamah

konstitusi, maka beberapa Pasal UUMD3 dan UUP3 secara otomatis tidak

mempunyai kekuatan hukum, apakah solusi dari putusan tersebut?

Mengingat UU MD3 dan UU P3 masih dalam tahap pembicaraan untuk

direvisi.

7. Apa saja rencana DPD RI kedepan terkait lemahnya fungsi legislasinya

(tidak memutus)?

“Mohon Maaf Jika Terdapat Kata Atau Subtansi Yang Kurang

Berkenan dan Selebihnya Saya Ucapkan Banyak Terima Kasih”.

Jawaban:

1. Secara hukum melaksanakan putusan MK adalah wajib bagi lembaga yang

diintruksikan untuk melaksanakan putusan tersebut. Namun berbeda

dengan putusan MK nomor 92/PUU-X/2012 tentang pengajuan UU MD3

dan UU P3 terhadap UUD NRI 1945. Artinya putusan tersebut belum

Page 96: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

mendapat respon positif dari DPR RI dalam pelaksanaannya. Hal ini

menjadi cacat hukum bagi DPR RI dalam menjalankan fungsi legislasi di

parlemen tanpa melibatkan DPD RI dalam membentuk Peraturan

Perundang-undangan.

2. Kesepakatan pelaksanaan putusan MK antara DPR RI dengan DPD RI

belum menemui titik temu yang konkrit, karena DPR RI bersikukuh untuk

melakukan perubahan terhadap UU MD3 dan UU P3 terlebih dahulu

sebelum melibatkan DPD RI dalam proses pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

3. Kalau DPR RI dapat menjalankan putusan MK secara khidmat maka tidak

ada kesulitan untuk menjalankan putusan tersebut. Permasalahan utama

saat ini terletak pada sikap DPR RI yang tetap tidak ingin melibatkan DPD

RI dalam proses legislasi, entah terkait kepentingan individual, kelompok

ataupun fraksi.

4. Implikasinya, pertama UU MD3 dan UU P3 harus dilakukan perubahan,

kedua aturan tata tertib diantara dua lembaga juga akan mengalami

perubahan, ketiga proses pembentukan Peraturan Perundang-undangan

akan melibatkan DPD RI, artinya akan ada tiga lembaga yang akan terlibat

dalam proses legislasi yaitu Presiden, DPR RI dan DPD RI. Tentu hal ini

akan memungkinkan terbentuknya undang-undang yang dikehendaki oleh

rakyat, pasalnya diatara ketiga lembaga tersebut akan saling mengontrol

dan menfilter satu sama lainnya terhadap produk undang-undang.

5. DPD RI sebagai lembaga perwakilan yang lahir dari reformasi, maka

banyak tuntutan terhadap lembaga ini untuk memberikan yang terbaik atau

paling tidak, menjalankan kewenangannya secara professional. Namun

keterbatasan kewenangan DPD RI, menjadi sulit bagi lembaga ini untuk

dapat menjalankan kewenangannya secara efektif, maka usaha perubahan

UUD NRI 1945 menjadi pilihan utama. Perihal amandemen sebenanya

DPD RI sudah melakukannya, namun usaha tersebut kandas di tengah

jalan akibat lobi-lobi politik yang tidak menghendaki terhadap perubahan.

Kalau kita mengacu pada aturannya, memang sulit bagi DPD RI untuk

Page 97: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

melakukan perubahan UUD NRI 1945 sendiri, karena keterbatasan dari

jumlah anggota, dan dalam usaha demikian, dorongan dan dukungan dari

masyarakat sangat dibutuhkan.

Page 98: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

1. Nama Lengkap : Moh Wahyudi - Wahyu el-k

(Assyafi)

2. Tempat, Tanggal Lahir : Sumenep, 30 November 1991

3. Domisili : Jln. Arimbi No. 479 Rt. Rw 17. 17

Babadan, Bantul, D. I. Yogyakarta

4. Anak ke : 1 (Satu)

5. Jenis Kelamin : Laki-Laki

6. Pekerjaan : Pelajar

7. Nama Ayah : Syafiuddin

Tempat, Tanggal Lahir :Sumenep, 30 Juni 1967

Pekerjaan : Tani

8. Nama Ibu : Kunti Amaniyah

Tempat, Tanggal Lahir : Sumenep, 15 September 1972

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

9. Nama Saudara : Nurus Siddiqo

Tempat, Tanggal Lahir : Sumenep, 24 Maret 1998

Pekerjaan : Pelajar

10. Agama : Islam

11. Nomor Handphone : 087 750 020 922

12. Email : [email protected]

13. Facebook : Wahyu el-k (Assyafi)

Page 99: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

14. Twitter : Wahyu El-K

15. Pin BB : 325FB1E2

16. Motto Hidup : “SAPERE AUDE!”

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. (2004) Lulus SDN Pinggir Papas II

2. (2007) Lulus SMP Yayasan Abdullah (Pondok Pesantern Mathali’ul

Anwar)

3. (2010) Lulus SMA Muhammadiyah 1 Sumenep

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Wakil Ketua OSIS SMP Yas’a (Yayasan Abdullah), Tahun 2003-

2004.

2. Wakil Ketua OSIS SMA Muhammadiyah 1 Sumenep, Tahun 2009.

3. Kader PMII Ashram Bangsa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, Seumur Hidup.

4. Koordinator Devisi Intlektual Korp GEMPHA (Gerakan Mahasiswa

Pembaharuan) PMII Rayon Ashram Bangsa Fakultas Syari’ah dan

Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2010- 2012.

5. Ketua II PMII Rayon Ashram Bangsa Fakultas Syari’ah dan Hukum

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2012 2013.

6. Pengurus Komisariat UIN PMII UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Tahun 2013-2014.

Page 100: IMPLIKASI PUTUSAN M K NOMOR 92/PUU -X/2012 TENTANG ...digilib.uin-suka.ac.id/14512/1/10340117_bab-i_iv-atau-v_daftar... · fungsi DPD RI diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD NRI 1945.

7. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Rakyat Merdeka (DPW PRM)

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2013-Sekarang.

8. Anggota KMSY (Keluarga Mahasiswa Sumenep Yogyakarta), Tahun

2010-2012.

9. Anggota FS-KMMY (Forum Silatuarahim Keluarga Mahasiswa

Madura Yogyakarta), Tahun 2012-2014.

10. Badan Eksekutif Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum (BEM PS

IH) Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Tahun 2013-2014.

11. Komunitas Peradilan Semu Ilmu Hukum (KPS IH) Fakultas Syari’ah

dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2012-2014.

12. Pusat Studi dan Konsultasi Hukum (PSKH) Fakultas Syari’ah dan

Hukum UIN Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2012-2014.