adil.bphn.golsc.bphn.go.id/uploads/754659_leaflet_4.pdf · ... (UUD NRI) maka Negara harus...

2
Latar belakang dibentuk MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) karena adanya semangat bersama untuk memperbaiki sendi-sendi perekonomian yang rapuh di kawasan ASEAN pasca krisis tahun 1997. Dengan berbekal roadmap jangka panjang yang tertuang dalam Hanoi Plan of Action tahun 1998, akhirnya wacana tersebut disepakati pada KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003. Negara-negara ASEAN berkomitmen untuk berhimpun dalam komunitas politik, ekonomi, sosial dan budaya. Asean Economic Community (AEC) atau yang kita kenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 31 desember 2015 telah efektif dilaksanakan. Negara Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) maka Negara harus memberikan jaminan perlindungan hukum, khususnya bagi warga negara yang tidak mampu. Saat ini Program Bantuan untuk orang miskin dapat diakses melalui 405 Organisasi Bantuan Hukum (OBH yang tersebar di seluruh Indonesia. Orang atau Kelompok masyarakat miskin cukup menyerahkan Surat Keterangan Miskin yang dikeluarkan oleh Desa/Kelurahan, atau yang sejenisnya misalnya Bantuan Langsung Tunai, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar dan sebagianya. Jika masih kesulitan dalam mendapatkan Surat Keterangan Miskin, maka Organisasi Bantuan Hukum dapat mengeluarkan Surat Keterangan Miskin yang ditandatangani oleh Direktur OBH dan diketahui oleh Kepala Rumah Tahanan atau Polisi atau Jaksa (aparat penegak hukum). Informasi lebih lanjut mengenai daftar Organisasi Bantuan Hukum dan mekanisme mendapatkan Bantuan Hukum bisa diakses pada website adil.bphn.go.id atau aplikasi Legal Smart Channel pada Android dan IOS. Sampai saat ini jumlah orang miskin di Indonesia masih relative banyak. Data BPS tahun 2015 menyebutkan masih berkisar 27,73 %. Negara perlu hadir memberikan perhatian lebih bagi mereka agar bangsa Indonesia bisa bangkit menjadi negara maju di antara Negara ASEAN yang lain. Dalam konteks inilah, bantuan hukum untuk orang miskin menjadi kewajiban negara (state obligation) dalam rangka memastikan prinsip-prinsip negara hukum berjalan dengan baik. Kewajiban negara ini sesuai dengan International Covenant on Civil and Political Rights Pasal 14 yang mengatur tentang persamaan hak di pengadilan Bantuan hukum bukan diberikan oleh negara dan bukan belas kasihan dari negara, tetapi juga merupakan tanggung jawab negara dalam mewujudkan equality before the law, access to justice, dan fair trial. Untuk mengimplementasikan tuntutan negara hukum inilah maka dihadirkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, yang diharapkan dapat melindungi hak konstitusional setiap individu untuk mendapatkan bantuan hukum selain itu juga diharapkan dapat mengakomodir perlindungan terhadap masyarakat yang kurang mampu dalam menghadapi kasus-kasus hukum.

Transcript of adil.bphn.golsc.bphn.go.id/uploads/754659_leaflet_4.pdf · ... (UUD NRI) maka Negara harus...

Page 1: adil.bphn.golsc.bphn.go.id/uploads/754659_leaflet_4.pdf · ... (UUD NRI) maka Negara harus memberikan jaminan perlindungan hukum, khususnya bagi warga negara yang tidak ... - Persamaan

Latar belakang dibentuk MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) karena adanya semangat bersama untuk memperbaiki sendi-sendi perekonomian yang rapuh di kawasan ASEAN pasca krisis tahun 1997.

Dengan berbekal roadmap jangka panjang yang tertuang dalam Hanoi Plan of Action tahun 1998, akhirnya wacana tersebut disepakati pada KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003. Negara-negara ASEAN berkomitmen untuk berhimpun dalam komunitas politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Asean Economic Community (AEC) atau yang kita kenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 31 desember 2015 telah efektif dilaksanakan.

Negara Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) maka Negara harus memberikan jaminan perlindungan hukum, khususnya bagi warga negara yang tidak mampu.

Saat ini Program Bantuan untuk orang miskin dapat diakses melalui 405 Organisasi Bantuan Hukum (OBH yang tersebar di seluruh Indonesia. Orang atau Kelompok masyarakat miskin cukup menyerahkan Surat Keterangan Miskin yang dikeluarkan oleh Desa/Kelurahan, atau yang sejenisnya misalnya Bantuan Langsung Tunai, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar dan sebagianya. Jika masih kesulitan dalam mendapatkan Surat Keterangan Miskin, maka Organisasi Bantuan Hukum dapat mengeluarkan Surat Keterangan Miskin yang ditandatangani oleh Direktur OBH dan diketahui oleh Kepala Rumah Tahanan atau Polisi atau Jaksa (aparat penegak hukum).Informasi lebih lanjut mengenai daftar Organisasi Bantuan Hukum dan mekanisme mendapatkan Bantuan Hukum bisa diakses pada website adil.bphn.go.id atau aplikasi Legal Smart Channel pada Android dan IOS.

Sampai saat ini jumlah orang miskin di Indonesia masih relative banyak. Data BPS tahun 2015 menyebutkan masih berkisar 27,73 %. Negara perlu hadir memberikan perhatian lebih bagi mereka agar bangsa Indonesia bisa bangkit menjadi negara maju di antara Negara ASEAN yang lain.Dalam konteks inilah, bantuan hukum untuk orang miskin menjadi kewajiban negara (state obligation) dalam rangka memastikan prinsip-prinsip negara hukum berjalan dengan baik.

Kewajiban negara ini sesuai dengan International Covenant on Civil and Political Rights Pasal 14 yang mengatur tentang persamaan hak di pengadilan

Bantuan hukum bukan diberikan oleh negara dan bukan belas kasihan dari negara, tetapi juga merupakan tanggung jawab negara dalam mewujudkan equality before the law, access to justice, dan fair trial.

Untuk mengimplementasikan tuntutan negara hukum inilah maka dihadirkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, yang diharapkan dapat melindungi hak konstitusional setiap individu untuk mendapatkan bantuan hukum selain itu juga diharapkan dapat mengakomodir perlindungan terhadap masyarakat yang kurang mampu dalam menghadapi kasus-kasus hukum.

Page 2: adil.bphn.golsc.bphn.go.id/uploads/754659_leaflet_4.pdf · ... (UUD NRI) maka Negara harus memberikan jaminan perlindungan hukum, khususnya bagi warga negara yang tidak ... - Persamaan

1. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima Bantuan Hukum.

2. Penerima Bantuan Hukum adalah setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri. Hak dasar tersebut meliputi :

a. Hak atas pangan, b. Sandang, c. Layanan kesehatan, d. Layanan pendidikan, e. Pekerjaan dan berusaha,dan/atau, f. Perumahan.

3. Ada tiga pihak yang diatur dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 ini, yakni:

a. Penerima Bantuan Hukum, yakni orang atau kelompok masyarakat miskin (dibuktikan dengan Surat Keterangan Miskin)

b. Pemberi Bantuan Hukum, yakni Organisasi Bantuan Hukum (OBH) yang lolos verifiikasi/ akreditasi (saat ini 405 OBH di seluruh Indonesia)

c. Penyelenggara Bantuan Hukum yakni Kementerian Hukum dan HAM RI. Badan Pembinaan Hukum Nasional ditunjuk oleh Kementerian Hukum dan HAM RI untuk melaksanakan Penyelenggaraan Bantuan Hukum.

4. OBH yang dapat memberikan bantuan hukum harus memenuhi syarat - syarat sebagai berikut:

- Berbadan hukum, - Terakreditasi berdasarkan undang-

undang ini, - Memiliki kantor atau sekretariat yang

tetap, - Memiliki pengurus, dan - Memiliki program bantuan hukum.

5. Jenis Layanan Bantuan Hukum meliputi: a. Bantuan Hukum Litigasi yakni Bantuan

Hukum pada proses peradilan, baik di tingkat Kepolisian, Kejaksaan maupun Persidangan yang meliputi semua kasus baik Pidana, Perdata dan Tata Usaha

Negara; b. Bantuan Hukum Non Litigasi, berupa 9

Jenis kegiatan: - Penyuluhan hukum; - Konsultasi hukum; - Investigasi perkara, baik secara

elektronik maupun nonelektronik; - Penelitian hukum; - Mediasi; - Negosiasi; - Pemberdayaan masyarakat; - Pendampingan diluar pengadilan;

dan/atau - Drafting dokumen hukum

6. Pemberi Bantuan Hukum tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana dalam memberikan Bantuan Hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang dilakukan dengan itikad baik didalam maupun di luar sidang pengadilan sesuai Standar Bantuan H u k u m b e r d a s a r k a n p e r a t u r a n perundang-undangan dan/atau Kode Etik Advokat.

7. Pemberi Bantuan Hukum dilarang menerima atau meminta pembayaran dari Penerima Bantuan Hukum dan/atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang sedang ditangani Pemberi Bantuan Hukum.

8. Syarat yang harus dipenuhi oleh Penerima Bantuan hukum:

a. Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi identitas pemohon dan uraian singkat pokok permasalahannya,

b. Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara, melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon bantuan hukum.

9. Penerima bantuan hukum memiliki hak-hak diantaranya:

a. Mendapatkan bantuan hukum sehingga masalah hukumnya selesai dan/ atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama penerima bantuan hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa;

b. Mendapatkan bantuan hukum sesuai

dengan standar bantuan hukum dan/ atau kode etik advokat; dan;

c. Mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

10. Penerima Bantuan Hukum wajib untuk : a. Menyampaikan bukti, informasi dan/atau

keterangan perkara secara benar kepada Pemberi Bantuan Hukum

b. Membantu kelancaran Pemberi Bantuan Hukum

11. Wewenang Kementerian Hukum dan HAM RI: a. Mengawasi dan memastikan

penyelenggaraan bantuan hukum dan pemberian bantuan hukum dijalankan sesuai asas dan tujuan yang ditetapkan dalam undang-undang ini; dan

b. Melakukan verifikasi dan akreditasi terhadap lembaga bantuan hukum atau organisasi ke masyarakatan untuk memenuhi kelayakan sebagai pemberi bantuan hukum berdasark an undang-undang ini.

12. Sesuai praktek internasional, ada 5 pilar mengenai Bantuan Hukum yakni:

a. Accesible, bantuan hukum harus dapat diakses dengan mudah;

b. Affordability, bantuan hukum dibiayai oleh negara;

c. Sustainable, bantuan hukum harus terus ada dan tidak tergantung pada donor sehingga negara harus menganggarkannya dalam APBN;

d. Credibility, bantuan hukum harus dapat dipercaya dan memberikan keyakinan bahwa yang diberikan adalah dalam rangka peradilan yang tidak memihak (juga saat mereka menghadapi kasus melawan negara, tidak ada keraguan tentang itu); serta

e. Accountability, pemberi bantuan hukum h a r u s d a p a t m e m b e r i k a n pertanggung-jawaban keuangan.

13. Bantuan Hukum dilaksanakan berdasarkan asas:

- Keadilan; - Persamaan kedudukan di dalam hukum; - Keterbukaan; - Efisiensi; - Efektifitas; dan - Akuntabilitas.

14. Bantuan hukum adalah hak konstitusional setiap warga negara. Lahirnya UU Bantuan Hukum seharusnya menjadi wujud nyata tanggung jawab negara terhadap Hak Atas Bantuan Hukum sebagai akses keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM), Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, pasal 14 (3) (d) Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights) yang telah disahkan melalui Undang-Undang Nomor 12 tahun 2005, juga ada pemberian jaminan bagi setiap orang untuk mendapatkan bantuan hukum dan pelayanan dari Advokat (a right to have a legal counsel) yang berkualitas bagi masyarakat miskin.