IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

51
IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT TERHADAP PENGHIMPUNAN ZAKAT PROFESI DI BAZNAS PROVINSI GORONTALO Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Magister Hukum dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah Oleh : Miscky S Inaku (NIM: 216420258) Pembimbing: Dr. H. Hendra Kholid, MA. Dr. dr. H. Endy M. Astiwara, MA., AAAIJ, CPLHI., ACS., FIIS. PROGRAM HUKUM EKONOMI SYARIAH PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1440 H/2019 M

Transcript of IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

Page 1: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23

TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

TERHADAP PENGHIMPUNAN ZAKAT PROFESI DI

BAZNAS PROVINSI GORONTALO

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Magister Hukum

dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah

Oleh :

Miscky S Inaku (NIM: 216420258)

Pembimbing:

Dr. H. Hendra Kholid, MA.

Dr. dr. H. Endy M. Astiwara, MA., AAAIJ, CPLHI., ACS., FIIS.

PROGRAM HUKUM EKONOMI SYARIAH

PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

ii

Page 3: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

iii

Page 4: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

iv

Page 5: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

v

بسم الله الرحمن الرحيمKATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran

Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, taufik, ni‟mat dan

karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Implikasi

Penerapan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Zakat Terhadap Penghimpunan Zakat Profesi Di BAZNAS Provinsi

Gorontalo.” Shalawat beserta salam-Nya semoga senantiasa dicurahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta ahli bait, sahabat, dan

para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari tanpa bantuan banyak pihak, penulisan Tesis ini

akan sangat sukar diselesaikan. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

setulustulusnya kepada:

1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Prof. Dr. Hj. Huzaemah T.

Yanggo, MA.

2. Direktur Pascasarjana Institut Ilmu Al Qur‟an (IIQ) Jakarta, Dr. H.

Muhammad Azizan Fitriana, MA.

3. Ketua Program Studi (Prodi) Hukum Ekonomi Syariah pada Program

Pascasarjana IIQ Jakarta, Dr. Syarif Hidayatullah, S.S.I., MA.

4. Dosen Pembimbing I tesis Bapak Dr. Hendra Kholid, MA., yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan

petunjuk dengan sabar kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan

tesis ini.

5. Dosen Pembimbing II tesis, bapak Dr. dr. H. Endy M. Astiwara, MA.,

AAAIJ yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

arahan dan petunjuk dengan sabar kepada Penulis sehingga dapat

menyelesaikan tesis ini.

6. Seluruh Dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah yang telah memberikan

bekal pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan di

Pascasarjana Institut Ilmu Al Qur‟an (IIQ) Jakarta.

7. Seluruh Staf Prodi Hukum Ekonomi Syariah Pascasarjana Institut Ilmu

Al Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah membantu dari proses awal hingga

akhir penulisan tesis.

8. Bapak H. Salahuddin Pakaya, S.Ag., M.H., yang telah membantu penulis

dalam melakukan penelitian.

Page 6: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

vi

9. Seluruh Staf BAZNAS Provinsi Gorontalo, yang telah mempermudah

proses penelitian tesis Penulis.

10. Ayahanda tercinta KH. Sarmada Inaku, S.Ag., yang telah mendoakan,

menyemangati, dan memotivasi penulis sehingga sampai pada tahap ini.

Terima kasih segalanya. Semoga sehat selalu.

11. Ibunda tercinta Hj. Doly Hanani, M.Pd., yang telah mendoakan,

menyemangati, dan memotivasi penulis sehingga penulis bisa sampai

pada tahap ini. Terima kasih segalanya. Semoga sehat selalu.

12. Saudara-saudaraku tercinta Nur Azmi S. Inaku S.Sos., Dirman, S.pd.,

Saiful Haq S. Inaku, M.Pd., Rosita, Amd.Kep., Misykat S. Inaku, S.Ag.,

Muhammad Kodratullah Muke, S.Hut., yang selalu mendoakan,

memberi dukungan, dan motivasi penulis sehingga sampai pada tahap

ini. Dan untuk ponakan-ponakanku tercinta, Mumtazatul Fakhirah,

Muhammad Athaillah Muke, Mumtazatul Hafidzah, Muhammad

Sulthanul Arifin Inaku, Mumtazatul Munawwarah, dan Syafiqah

Mu‟awwanah Inaku, dan Muhammad Ubaydillah Muke yang menjadi

hiburan untuk Penulis. Terima kasih segalanya untuk kalian semua.

Semoga sehat dan bahagia selalu.

13. Suamiku tercinta Muhammad Nur Iman, M.pd., yang menjadi

penyemangat, yang selalu ada, dan selalu mendoakan penulis sehingga

sampai pada tahap ini. Terima kasih segalanya. Semoga sehat dan

bahagia selalu.

14. Sahabat-sahabat BFUJ-ku tersayang, Ainurrahmah, Putri Hafidzah, dan

Wildatus Syifa, yang selalu ada disaat penulis butuhkan, yang menjadi

penyemangat disaat lelah, kalian terbaik! Semoga bahagia selalu kita.

Dan juga untuk sahabat-sahabatku tercinta yang ada di Gorontalo,

Devika R Daud, Fitriah Saleh, Zenab Dadi, dan Sakinah S. Dunggu,

terima kasih segalanya atas waktu-waktunya untuk penulis, dan menjadi

hiburan untuk penulis disaat penulis merasa lelah. Semoga kalian

bahagia selalu.

15. Pemimpin dan staf perpustakaan IIQ dan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada penulis

untuk membaca dan mencari referensi dalam rangka penyelesaian Tesis

ini.

16. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tesis ini

yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat

memanjatkan do‟a kepada Allah SWT semoga kebaikan yang telah diberikan

dapat bernilai ibadah sehingga Allah selalu membalasnya dengan pahala

yang berlipat ganda, Amin.

Page 7: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

vii

Akhirnya penulis serahkan segala urusan hanya Allah SWT, dan

berdo‟a semoga hasil penelitian yang penulis lakukan dapat bermanfaat bagi

semua dan mendapat ridho dari Allah SWT.

Ciputat, Dzulhijjah 1440 H

Agustus 2019 M

Penulis

Page 8: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... i

PERNYATAAN PENULIS ................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................... xi

ABSTRAKSI .......................................................................................... xiv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1

B. Permasalahan ..................................................................... 14

1. Identifikasi Masalah .................................................... 15

2. Pembatasan Masalah ................................................... 15

3. Perumusan Masalah .................................................... 15

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 16

1. Tujuan Penelitian ........................................................ 16

2. Manfaat Penelitian ...................................................... 16

D. Kajian Pustaka ................................................................... 16

E. Metodologi Penelitian ........................................................ 23

1. Jenis Penelitian............................................................ 23

2. Pendekatan Penelitian ................................................. 24

3. Sumber Data................................................................ 24

a. Sumber Data Primer ............................................... 24

b. Sumber Data Sekunder ........................................... 25

F. Sistematika Penulisan ........................................................ 25

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Konsep Zakat Profesi Dalam Hukum Islam ...................... 27

1. Pengertian Zakat Profesi .............................................. 27

a. Definisi Zakat ......................................................... 27

b. Definisi Profesi ...................................................... 40

c. Definisi Zakat Profesi ............................................ 41

2. Dasar Hukum tentang Zakat Profesi ........................... 49

a. Al-Qur‟an ............................................................... 49

b. Hadits ..................................................................... 55

c. Pendapat Para Ulama ............................................. 58

Page 9: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

ix

3. Tujuan dan Hikmah Zakat Profesi .............................. 59

a. Tujuan Zakat Profesi .............................................. 59

b. Hikmah Zakat Profesi ............................................ 64

4. Pendapat Para Ulama Tentang Zakat Profesi ............. 74

a. Pendapat Penentang Zakat Profesi ......................... 74

b. Pendapat Pendukung Zakat Profesi ........................ 78

B. Zakat Profesi pada Peraturan dan Perundang-undangan Zakat di

Indonesia ............................................................................ 83

1. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat ..................................................... 83

2. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.14 Tahun 2014

Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Zakat........................................ 85

3. Instruksi Presiden (INPRES) Republik Indonesia No. 3

Tahun 2014 Tentang Optimalisasi Pengumpulan Zakat Di

Kementrian/Lembaga, Sekretariat Jenderal Komisi Negara,

Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Dan

Badan Usaha Milik Daerah Melalui Badan Amil Zakat

Nasional ..................................................................... 88

C. Fundraising Zakat .............................................................. 91

1. Pengertian Fundraising Zakat..................................... 91

2. Dasar Hukum Fundraising Zakat ............................... 94

3. Tujuan Fundraising Zakat .......................................... 95

4. Teknik-Teknik Fundraising Zakat .............................. 96

5. Metode Fundraising Zakat ......................................... 99

6. Strategi Fundraising Zakat ......................................... 100

7. Unsur-Unsur Fundraising Zakat ................................. 102

8. Manajemen Fundraising dalam Pengelolaan Zakat ... 105

9. Urgensi fundraising bagi Organisasi Pengelola Zakat 107

BAB III : PENGHIMPUNAN ZAKAT PROFESI DI BAZNAS

GORONTALO

A. Profil Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi

Gorontalo ........................................................................... 111

1. Sejarah dan Perkembangan Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) Provinsi Gorontalo ................................. 111

2. Visi dan Misi BAZNAS Provinsi Gorontalo ............... 116

3. Tugas Pokok dan Fungsi BAZNAS Provinsi Gorontalo

119

B. Dasar Hukum BAZNAS Provinsi Gorontalo ..................... 121

C. Pengelolaan Zakat Profesi BAZNAS Provinsi Gorontalo . 124

Page 10: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

x

D. Penghimpunan Zakat Profesi BAZNAS Provinsi Gorontalo

132

E. Pendistribusian Zakat Profesi di BAZNAS Provinsi Gorontalo

............................................................................................ 138

BAB IV: ANALISIS IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN

2011 TERHADAP PENGHIMPUNAN ZAKAT PROFESI.

A. Mekanisme Pengelolaan Zakat Profesi di BAZNAS Provinsi

Gorontalo ......................................................................... 153

B. Dampak Penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011

terhadap Penghimpunan Zakat Profesi di BAZNAS Gorontalo

......................................................................................... 172

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................... 177

B. Saran ................................................................................ 178

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 179

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang

satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan tesis di IIQ Jakarta, transliterasi

Arab-Latin mengacu pada berikut ini :

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

T ط A ا

Zh ظ B ب

A′ ع T ت

Gh غ Ts ث

F ف J ج

Q ق H ح

K ك Kh خ

L ل D د

M م Dz ذ

N ن R ر

W و Z ز

H ه S س

‟A ء Sy ش

Y ي Sh ص

Dh ض

2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal

Rangkap

Fathah A أ : â ي ˉ … ai

Kasrah I ي : î وˉ … au

Dhammah U و : û

3. Kata sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam ( ال ) qamariyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya. Contoh

al-Madînah :المدينة al-Baqarah : البقرة

Page 12: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

xii

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال )syamsiah ditransliterasikan

sesuai denga aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.

Contoh :

as-Sayyidah : السيدة ar-rajul; الرجل

ad-Dârimî : الدارمى asy-Syams ; الشمس

A. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab digunakan

lambang ( ) sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda

tasydîd.Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di

tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.Contoh :

فهاء Âmannâ billâhi :أمنا بالله Âmana as-Sufahâ’u : أمن الس

Wa ar-rukkaʽi : والركع Inna al-ladzîna :إن الذين

d. Ta Marbûtah(ة)

Ta marbûtah (ة) apabilaberdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata

sifat (na’at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”.

Contoh :

al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah : الجامعة الإسلامية al-Af’idah; ا لفئدة

Sedangkan ta marbûtah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi

huruf “t” Contoh : عاملة ناصبة : Ȃmilatun Nâshibahالية الكبرى: al-

Ȃyat al-Kubrâ

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf capital, akan tetapi

apabila telah dialihaksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang

Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal

kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.

Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini,

seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) danketentuan

lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang,

maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata

sandangnya. Contoh : „Alî Hasan al-Âridh, al-‘Asqalânî, al-Farmawî

dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur’an dan nama-

nama surahnya menggunakan huruf capital, Contoh Al-Qur’an, Al-

Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

Page 13: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

xiii

ABSTRAKSI

Miscky S. Inaku, Implikasi Penerapan Undang-Undang No. 23

Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Terhadap Penghimpunan Zakat

Profesi Di BAZNAS Provinsi Gorontalo.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Pertama, Mekanisme

pengelolaan zakat profesi di BAZNAS Provinsi Gorontalo yaitu: 1)

Sosialisasi tentang kewajiban zakat profesi di seluruh SKPD (Kantor Satuan

Kerja Daerah) Provinsi Gorontalo. 2) Mekanisme penghimpunan dana zakat

profesi dilakukan dengan payroll system atau dipotong secara langsung dari

gaji dan tunjangan-tunjangan pejabat yang diterima dengan kadar sebesar

2,5% dari pendapatan bruto yang sudah mencapai nishab. 3) Dana zakat

profesi tersebut langsung dikirim ke rekening BAZNAS Provinsi Gorontalo.

4) Setelah dana zakat profesi diterima oleh BAZNAS Provinsi Gorontalo,

maka dana zakat profesi tersebut didistribuskian oleh pihak BAZNAS

Provinsi Gorontalo kepada golongan 8 (delapan) asnaf. 5) Pendayagunaannya

dilakukan berdasarkan program kerja yang sudah ditetapkan dalam Rapat

Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) BAZNAS Provinsi Gorontalo. Kedua,

penerapan Undang-undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat

telah berdampak positif terhadap penghimpunan zakat profesi di BAZNAS

Provinsi Gorontalo. Faktanya, pada tahun 2017 BAZNAS Provinsi Gorontalo

mampu menghimpun dana zakat profesi sebesar Rp.834.080.937, dan pada

tahun 2018 meningkat menjadi Rp.926.836.890.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang

membahas tentang pengelolaan zakat profesi di BAZNAS, namun pada

penelitian ini, penulis lebih terfokus kepada implementasi penerapan

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat profesi

di BAZNAS Provinsi Gorontalo.

Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan data primer yang

diperoleh melalui pihak BAZNAS Provinsi Gorontalo dan data sekunder

yang diperoleh melalui pengumpulan literatur-literatur kepustakaan yang

berkaitan dengan penelitian ini.

Page 14: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

xiv

ممال مل صمخ

)ألفي وأحد عشر( 3122 ام ع )الثالث وعشرين( 34 م ق ر ون ان لق ا ذ ي ف ن مسكي س. إيناكو، ت و ال ت ن و ر و ج ة ظ اف ح ب BAZNAS ة ئ ي ى ف ن ه الم اة ك ز ع ى ج ل ع ه ر ث أ و اة ك الز ة ار د إ ن ع

ف ن ه م ال اة ك ز ة ار د لإ ة ي ن ق الت ،ل و أ : ي ل ا ي م ل إ ة ث اح ب ال و ب ت ام ق ي ذ ال ث ح ب ال ج ائ ت ن ر ي ش ت ة ي اع م ت ج ال ة ئ ش ن الت ( ١:ف ل ث م ت جورونتالو ت ة ظ اف ح م ل (BAZNAS) ة ي ن ط و ال اة ك الز ة ئ ي ى

ة ظ اف م ف (SKPD) ة ي م ي ل ق الإ ل م ع ال ة د ح و ب ات ك م ع ي ج ف ن ه م ال اة ك ز ب و ج و ل م ت ي و أ ات ب ت ر م ال ف و ش ك ام ظ ن ل لا خ ن م ن ه م ال اة ك ز ال و م أ ع م لج ة ي ن ق الت ذ ي ف ن ت ( ٢.جورونتالو

اث ن ي ) % 3.6 ل د ع ا ب ل او ن ت ت ت ال ي ف ظ و م ل ل ت ل د ب ال و ب ات و الر ن م ة ر اش ب ا م ه م ص خ ل إ ة ر اش ب ا م ال س ر إ ( ٣.اب ص الن ل إ ل ص و ي ذ ال ل خ الد ال ج إ ن م (وخسة من عشرة ف المائة

اب س ال

ة ئ ي ى ل إ ن ه الم اة ك ز ال و م أ م ي ل س ت (٤.جورونتالو ة ظ اف ح ب BAZNASة ئ ي ل ف ر ص المBAZNAS د ن ت س ت اه ن م ة اد ف ت س ال ( ٥.اف ن ص أ ة ي ان ى ث ل ع ة ئ ي ا ال ه ع ز و ت ف جورونتالو، ة ظ اف ح ب

ل م ع ال ج م ار ب ل إ

.جورونتالو ة ظ اف م ف (RKAT) ة ي و ن الس ة ي ان ز ي الم و ل م ع ال اع م ت اج ف ة د د ح الم ة اد ي ز ى ل ع اب ي إ ر ث أ و ل ن ه الم اة ك ز ال و م أ ع ج ن ع 3122عام 34 م ق ر ن و ان ق ال ذ ي ف ن ت ا،ي ان ث جورونتالو. ة ظ اف ح ب BAZNAS ة ئ ي ى ى ف ر خ أ ل إ ة ن س ن م ن ه الم اة ك ز ق و د ن ص ات اد ر ي إ غ ل ب ي ذ ال ن ه الم اة ك ز ق و د ن ص ىل ع BAZNAS ة ئ ي ى ت ل ص ح د ق ، ل ع اق و ال ف ان ك و

()ثان مائة 48:.945.191 عا وثلاثي ف ة ي ب و ر وأرب عا وثلاثي ملي ونا وثاني ألفا وتسعمائة وسب )ألفي وثان عشرة( 3129 ة ن س ف ق و د ن الص و م ن ي ان ا ك م ن ي ب )ألفي وسبع عشرة ( 3128 ة ن س )تسعمائة وستا وعشرين ملي ونا وثانائة وستا وثلاثي ألفا وثانائة 37.947.9:1: غ ل ب ث ي ح

) . ة ي ب و ر وتسعي

ا ىذا البحث فهي الإدارة لزكاة المهن ف ىيئة متشابو بالبحوث الخرى ف مناقشة فأمBAZNAS ا وجو الختلاف ف يظهر ف ت ركيز الباحث أكث ر على ت نفيذ القان ون الرقم . وأم

BAZNASاة المهن ف ىيئة )ألفي وأحد عشر( عن جع زك 3122)الثالث وعشرين( عام بحافظة جورونتالو.

Page 15: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

xv

هج التحليل الوصفي مستندا وعي ومن هج الن ن إل وتستخدم الباحثة خلال ىذا البحث الم

ه لية الت ت الصول علي بحافظة جورونتالو والب يانات BAZNASا من ىيئة الب يانات الوها من خلال جع كتب المراجع المت علقة بذا البح ث.الثانوية الت ت الصول علي

Page 16: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

xvi

ABSTRACT

Miscky S. Inaku, The Implication of Application of Law No. 23 of 2011

Concerning The Management of Zakat on Collection of Income Zakat Funds

in BAZNAS Gorontalo Province

The results of this research indicate: First, the mechanisms for the

management of income zakat in the BAZNAS of Gorontalo Province are: 1)

socialization of the obligation of income zakat in all Regional Work Unit

Offices (SKPD) of Gorontalo Province. 2) The collection of income zakat

funds is carried out using payroll system which are deducted directly from

salaries and official allowances received at a rate of 2.5% of gross income

that has reached the legal minimum (nishab). 3) they are directly sent to the

BAZNAS account of Gorontalo Province. 4) After the income zakat funds

are received by the BAZNAS of Gorontalo Province, they are distributed by

the BAZNAS to 8 (eight) of mustahik. 5) Its utilization is based on the work

programs set in the BAZNAS Annual Work Meeting and Budget (RKAT) of

Gorontalo Province. Second, the implementation of law No. 23 of 2011

concerning the collection of income zakat funds has a positive impact on the

acceptance of income zakat from year to year at BAZNAS of Gorontalo

Province. In fact, BAZNAS in 2017 was able to collect income zakat funds

of Rp. 834.080.937 while in 2018 it increased to Rp. 926.836.890

This research supports with previous studies who discuss the management of

income zakat in BAZNAS but for this research, the author focuses more on

the implementation of Law No. 23 of 2011 on income zakat collection in

BAZNAS of Gorontalo Province.

The author used the qualitative research method with a descriptive analysis

approach using primary data obtained through the BAZNAS of Gorontalo

Province and secondary data obtained through the collection of library

literatures related to this research.

Page 17: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu problematika umat adalah kemiskinan dan

keterbelakangan ekonomi. Sekurang-kurangnya masalah tingkat

penghasilan yang rendah dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi

Nasional, tingkat pengangguran yang tinggi, keterbatasan kemampuan

dalam mengakses sumber-sumber informasi dan teknologi industri,

ketidakmerataan kemakmuran dan kesejahteraan hidup yang tinggi, dan

lain sebagainya. Problematika umat terbungkus rapi dan tersembunyi di

balik wajah kemiskinan.1

Permasalahan yang melibatkan penduduk miskin sangat

kompleks, sehingga sulit untuk diselesaikan. Kemiskinan bukan hanya

disebabkan oleh faktor alamiah, namun faktor pemerataan pembangunan

juga memberikan pengaruh terhadap masalah ini. Salah satu solusi yang

ditawarkan oleh ekonomi Islam untuk menyelesaikan masalah ini, yaitu

dengan pemberdayaan masyarakat berbasis kepada zakat.2

Sebagaimana diungkapkan dalam QS. Adz-Dzāriyāt ayat 19:

“Dan pada harta benda mereka ada hak orang miskin yang

meminta, dan orang miskin yang tidak meminta”. (QS. Adz-Dzāriyāt:

19).

1M. Zen, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: Centre Fox Enterpreneurship

Development, 2005), h.46. 2Abdul Aziz, “Pendayagunaan Zakat Sebagai Upaya Pengentasan

Kemiskinan”, dalam jurnal Ius Constituendum, Vol. 1 No. 2, 2018, h. 85.

Page 18: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

2

Berdasarkan ayat Al-Qur‟an di atas, dalam setiap penghasilan

maupun harta yang berhasil diperoleh di dalamnya ada hak orang lain

dan berkewajiban bagi setiap manusia yang menguasainya untuk

mengeluarkan shadaqah, infak, dan, zakat. Apabila tidak dikeluarkan,

berarti berlaku dzalim dengan menguasai atau memakan harta yang

merupakan harta hak orang lain khususnya kaum dhuafa.3 Al-Qurthubi

(w. 671 H) dalam tafsir al-Jāmi„ li Ahkām Al-Qur‟an menyatakan bahwa

yang dimaksud dengan kata-kata hakkun ma„lum (hak yang pasti) pada

QS. Adz-Dzāriyāt ayat 19 adalah zakat yang diwajibkan, artinya semua

harta yang dimiliki dan semua penghasilan yang didapatkan jika telah

memenuhi persyaratan kewajiban zakat, maka harus dikeluarkan

zakatnya.4

Reformasi fikih zakat telah membuka jalan untuk meninggalkan

tradisi penyamaran bobot setiap asnaf. Al-Qur‟an menyebutkan fakir dan

miskin sebagai kelompok pertama dan kedua dalam daftar penerima

zakat mengindikasikan bahwa mereka inilah yang mendapat prioritas dan

pengutamaan oleh Al-Qur‟an, pemahaman ini juga didasarkan atas

esensi tujuan utama zakat, sebagai instrumen dalam upaya mengatasi

masalah kemiskinan.5

Sebagaimana dalam Hadis Nabi saw:

3 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo,

2007), h. 2. 4Al-Qurthubi, Tafsir al-Jāmi„ li Ahkām Al-Qur‟an, Jilid IX, (Beirut: Dār el

Kutub Ilmiyyah, 1993), h. 37. 5 Yusuf al-Qaradhāwy, Fiqh al Zakat terj. Salman Harun, dkk., Hukum Zakat;

Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Al-Qur‟an dan

Hadis, (Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa, 2006), Cet. IX, h. 510.

Page 19: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

3

ا ب عث معاذا إل اليمن قال لو ر سول أن رسول الله صلى الله عليو و سلم لم

ت رض عليهم ة ف أموالم صدقالله صلى الله عليو و سلم ... :أن الله قد اف

. )رواه النسائ( 6ت ؤخذ من أغنيائهم ف ت رد ف ف قرائهم.

“ ...sesungguhnya Rasulullah saw. mengutus Mu‟adz ke Negeri

Yaman; Sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta

mereka yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka dan

dibagikan kepada orang-orang fakir diantara mereka.” (H.R Imam an-

Nasa‟i).

Penghimpunan dana zakat merupakan salah satu aktivitas utama

dari pengelolaan zakat. Setiap aktivitas dalam pengelolaan diarahkan

untuk mencapai tujuan zakat yaitu meningkatkan perekonomian umat

dengan cara pengelolaan dana zakat yang berorientasi yang baik pun

tidak akan berhasil tanpa dukungan jumlah dana zakat yang memadai.

Sehingga menjadi sebuah keharusan bagi lembaga zakat untuk

meningkatkan jumlah pengumpulan dana zakatnya agar keterjangkauan

dan kemanfaatannya dirasakan lebih meluas.7

Pendapatan dan pengeluaran dalam ranah ekonomi Islam salah

satunya diatur melalui mekanisme zakat. Pembaharuan zakat menjadi

6Imâm Abû Abdurrahmân Ahmad bin Syu„aib an-Nasâ‟i, as-Sunan al-Kubrâ,

Juz X, (Beirut: Dâr al- Kutub al-Ilmiyyah, 1991 H/1411 M), Cet. Ke- 1, h. 31. 7A. Aziz dkk, “Strategi penghimpunan dana zakat lima lembaga pengelola

zakat di Indonesia”, dalam jurnal Syarikah, Vol. 2 No. 1, juni 2016.

Page 20: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

4

penting untuk dilakukan, karena selama ini sebagian besar umat masih

memandang zakat sebagai ibadah yang terlepas kaitannya dengan

persoalan ekonomi dan sosial, maka saat ini zakat harus dipandang

sebagai sumber kekuatan ekonomi umat yang dapat dipergunakan untuk

menyelesaikan berbagai permasalahan sosial umat Islam. Dan juga

dalam prakteknya, zakat masih kurang menyentuh masyarakat, sehingga

tidak tepat pada sasarannya.8

Di tengah problematika perekonomian, zakat muncul menjadi

instrumen pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan umat di

Daerah. Zakat memiliki banyak keunggulan dibandingkan instrumen

fiskal konvensional yang kini telah ada.9

Zakat merupakan ibadah yang berkaitan dengan ekonomi keuangan

dan kemasyarakatan, zakat juga merupakan salah satu dari luma rukun

Islam yang mempunyai status dan fungsi yang penting dalam syari‟at

Islam. Salah satu fungsi zakat yaitu untuk mewujudkan pemerataan

keadilan dalam bidang ekonomi. Sebagai salah satu lembaga ekonomi

Islam, zakat merupakan sumber dana potensial strategis bagi upaya

membangun kesejahteraan ummat.10

Zakat yang merupakan tonggak ekonomi Islam yang sudah lama

ditinggalkan seharusnya kembali diperhatikan. Sebab, zakat merupakan

sebuah potensi besar yang dapat dijadikan modal pembangunan Negara

sebagai yang pernah dilakukan oleh pendahulu-pendahulu Islam.

8Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. Ke-2, h. 83. 9Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi

Modern, (Jakarta: Paradigma & AQSA Publishing, 2007), h.192. 10

Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 259.

Page 21: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

5

Zakat adalah ketetapan Ilahiyah bagi mereka yang memiliki kelebihan

harta benda. Ketetapan tersebut dapat dijadikan sebagai media

pengembangan dan pemberdayaan perekonomian masyarakat. Selain itu,

zakat bisa menjadi pengikat solidaritas dan mendidik jiwa untuk

mengalahkan kelemahan dan mempraktekkan pengorbanan diri serta

kemurahan hati.11

Secara substantif zakat merupakan bagian dari mekanisme keagamaan

yang berintikan pada semangat pemerataan pendapatan. Dan zakat

diambil dari mereka yang kelebihan harta kemudian disalurkan kepada

mereka yang kekurangan. Namun aktifitas tersebut tidak mengandung

maksud memiskinkan yang kaya. Karena dalam zakat ada batas

maksimal atau hanya sebagai kecil harta yang diambil dari orang kaya.

Dalam zakat ada kriteria dan syarat tertentu. Oleh karena itu, alokasi

dana zakat tidak bisa diberikan sembarangan, hanya kelompok-kelompok

tertentu yang mendapatkan bagian dana zakat. Dari situlah akan terjadi

pemerataan perekonomian, yang kaya tidak semakin kaya dan yang

miskin tidak semakin miskin.12

Pengumpulan dan penyaluran serta potensi zakat sebagai instrumen

pengentasan kemiskinan menjadi issue penting dalam sistem

perekonomian Islam. Zakat banyak dibahas oleh ekonom muslim yang

concern kepada pembangunan dan keuangan publik.13

Saat ini, terdapat beberapa Negara Islam yang telah mewajibkan

secara legal formal pembayaran zakat. Di Indonesia, pembayaran zakat

juga memiliki payung hukum, sekalipun tidak “memaksa” sebagaimana

11

Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2003), h. 75. 12

Muhammad Tholhah Hasan, Islam dalam Perspektif Sosial Kultural,

(Jakarta: Lantahora Press, 2005), h. 250. 13

Bambang Iswanto, “ Zakat dan Wakaf di Beberapa Negara Muslim”, dalam

Misykat; jurnal ilmu-ilmu al-Qur‟an Hadis dan Dan Syariah, Vol. III No. 1, Februari

2010, h. 11.

Page 22: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

6

di Negara-negara Islam lainnya. Rumah-rumah zakat menjamur

sekalipun banyak lembaga amil zakat yang dikelola tidak dengan

profesionalitas tinggi. Pada dasarnya, hal itu bukan persoalan yang

paling penting. Target terpenting adalah bagaimana zakat menjadi

medium utama dalam mengantarkan bangsa dan Negara menuju gerbang

kesejahteraan dan kemakmuran. Namun mengingat target adanya

“penyelewengan” terbuka lebar, maka pengelolaan yang profesional

menjadi penting.14

Keberhasilan zakat tergantung kepada pendayagunaan dan

pemanfaatannya. Walaupun seseorang wajib zakat (muzakki) mengetahui

dan mampu memperkirakan jumlah zakat yang akan ia keluarkan, tidak

dibenarkan ia menyerahkannya kepada sembarang orang yang ia sukai.

Zakat harus diberikan kepada yang berhak (mustahik) yang sudah

ditentukan menurut agama. Penyerahan yang benar adalah melalui badan

amil zakat maupun tetap terpikul kewajiban untuk mengektifkan

pendayagunaannya. Pendayagunaan yang efektif ialah efektif

manfaatnya (sesuai dengan tujuan) dan jatuh pada yang berhak (sesuai

dengan nash) secara tepat guna.15

Zakat bukan hanya sekedar simbol akan tetapi sebuah kewajiban

bagi umat Islam, apalagi dengan berkembangnya pengetahuan dan

bentuk penghasilan. Pada masa sekarang, sumber zakat tidak hanya

meliputi zakat pertanian, peternakan, perdagangan emas, serta harta

terpendam. Tetapi juga meliputi zakat perusahaan, surat-surat berharga,

perdagangan mata uang maupun profesi.16

14

Faisal, “Sejarah Pengelolaan Zakat di Dunia Muslim dan Indonesia”, dalam

jurnal Analisis, Vol. XI no. 2, Desember 2011, h. 244. 15

Abdul Aziz, “Pendayagunaan Zakat Sebagai Upaya Pengentasan

Kemiskinan”, dalam jurnal Ius Constituendum, h. 103. 16

Mawardi, Ekonomi Islam, (Pekanbaru: Alaf Riau Graha, 2007), Cet. Ke-1, h.

129-130.

Page 23: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

7

Karena itulah mereka kemudian merumuskan sebuah pos baru

yang pada dasarnya tidak melanggar ketentuan Allah Swt. atas

kewajiban membayar zakat bagi para profesional yang disebut sebagai

zakat profesi.

Termasuk dalam zakat profesi adalah gaji, upah, honor, insentif,

dan lainnya baik bersifat regular maupun temporer. Semua itu di hitung

sebagai penerimaan yang akan dibandingkan dengan nilai nisab. Apabila

telah mencapai nisab, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.17

Pada Al-Qur‟an, zakat hanya menyebutkan bagian-bagian

pokoknya saja yang penjabarannya terdapat pada kitab-kitab fikih klasik.

Dimana pada era modern ini, fikih klasik sudah tidak sesuai lagi dengan

keadaan sekarang. Misalnya pada permasalahan zakat profesi yang

masih banyak perdebatan.18

Zakat profesi merupakan salah satu kasus baru dalam fikih

(hukum Islam). Al-Qur‟an dan as-Sunnah, tidak memuat aturan hukum

yang tegas mengenai zakat profesi ini. Begitu juga ulama mujtahid

seperti Abu Hanifah, Malik, Syafi‟i, dan Ahmad ibn Hanbal tidak pula

memuat dalam kitab-kitab mereka mengenai zakat profesi ini. Hal ini

terbatasnya jenis-jenis usaha atau pekerjaan masyarakat pada masa Nabi

dan imam Mujtahid. Namun demikian, sekalipun hukum mengenai zakat

profesi ini masih menjadi kontroversi dan belum begitu diketahui oleh

masyarakat muslim pada umumnya dan kalangan profesional muslim di

tanah air pada khususnya. Kesadaran dan semangat untuk menyisihkan

17

Setiawan Budi Utomo, Metode Praktis Penetapan Nisab Zakat, (Bandung:

Mizan, 2009), Cet ke-1, h. 55. 18

Muhamad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer,

(Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), h. 12.

Page 24: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

8

sebagian penghasilan sebagai zakat yang diyakininya sebagai kewajiban

agama yang harus dikeluarkannya cukup tinggi.19

Meski zakat profesi tidak pernah menjadi topik bahasan secara

eksplisit dalam fikih Islam klasik, namun bukan berarti para ulama Islam

tempo itu sama sekali tidak pernah membahas zakat yang sejenis dengan

zakat profesi.

Imam Ahmad bin Hanbal misalnya, dikisahkan pernah

menghidupi dirinya dengan menyewakan rumahnya. Karena itu ia

berpendapat bahwa seorang muslim yang menyewakan rumahnya dan

nilai sewa mencapai nisab, maka ia harus mengeluarkan zakat tanpa

perlu menunggu syarat haul (satu tahun). Menyewakan rumah disini

dapat dianalogikan dengan menyewakan tenaga atau keahlian. Sebab,

menekuni profesi tertentu pada hakikatnya adalah menyewakan keahlian.

Bila di cermati bentuk penghasilan yang paling menyolok dengan

pada zaman sekarang adalah apa yang diperoleh dari pekerjaan dan

profesi. Pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam yaitu;

Pertama, pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung

kepada orang lain berkat kecekatan tangan dan otak. Penghasilan yang

diperoleh dengan cara ini merupakan penghasilan professional seperti

penghasilan dokter, insinyur, advokat, seniman, tukang kayu, dan lain-

lain.

Kedua, pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak lain baik

pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan memperoleh upah,

19

Agus Marimin dan Tira Nur Fitria, “Zakat Profesi (Zakat Penghasilan)

Menurut Hukum Islam”, dalam Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 01, No. 01, Maret

2015, h.50-51.

Page 25: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

9

dengan menggunakan tangan, otak, ataupun kedua-duanya, penghasilan

pekerjaan seperti ini berupa gaji/upah ataupun honorarium.20

Zakat profesi merupakan salah satu sumber zakat yang mulai gencar

dilakukan oleh pemerintah melalui BAZNAS dan ormas-ormas Islam di

Indonesia belakangan ini. Namun demikian, sekelompok ulama dan

ormas Islam tampaknya masih belum sepenuhnya menerima kewajiban

zakat profesi ini. Dengan bahasa lain, zakat profesi masih menyisakan

pendukung dan penolaknya. Pendukung zakat profesi terdiri dari MUI,

Pemerintah, NU, Muhammadiyah, dan lain-lain. Sementara yang tidak

sependapat umumnya dari kalangan yang berkiblat ke ulama Saudi,

Salafi, dan lain-lain. Namun, dalam hal ini, argumen pendukung zakat

profesi lebih rajah (kuat) dan meyakinkan serta lebih memenuhi

maqashid asy-syariah. Kalangan pendukung zakat profesi juga

tampaknya lebih kuat pengaruh dan ajarannya terbukti dalam Undang-

Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat serta

pemanfaatannya.21

Adapun pokok-pokok pikiran mengenai undang-undang no. 23

tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yang terdiri dari 11 bab dan 47

pasal, di antaranya:

Bab I, berisi mengenai ketentuan umum yang terdiri dari 4 pasal

yang mendefinisikan beberapa peristilahan terkait pengelolaan zakat,

asas-asas dan tujuan pengelolaan zakat, jenis-jenis zakat, serta prinsip

tentang syarat dan tata cara penghimpunan zakat. Kemudian pada Bab II,

berisi tentang kelembagaan pengelola zakat yang terdiri dari 16 pasal.

Kemudian Bab III, terdiri dari 9 pasal yang mengatur tentang ketentuan

20

Asmuni Mth, “Zakat Profesi dan Upaya Menuju Kesejahteraan Sosial”,

dalam jurnal La Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1 No. 1, Juli 2007, h. 49. 21

Ali Trigiyatno, “Zakat Profesi Antara Pendukung dan Penentangnya”, dalam

jurnal Hukum Islam, Vol. 14 No. 2, Desember 2016, h. 135.

Page 26: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

10

pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan zakat, dan lain-lain. Pada

Bab IV, terdiri dari dari 4 pasal yang mengatur tentang ketentuan

pembiayaan. Kemudian pada Bab V, berisi 1 pasal yang mengatur

tentang pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Menteri

Agama, Gubernur, dan Bupati/Walikota terhadap BAZNAS dan LAZ di

semua tingkatan. Kemudian Bab VI, berisi 1 pasal yang mengatur

tentang peran serta masyarakat berupa pembinaan dan pengawasan

terhadap BAZNAS maupun LAZ. Bab VII, berisi 1 pasal yang mengatur

mengenai sanksi administratif yang ditujukan kepada setiap lembaga

pengelola zakat yang terbukti melakukan pelanggaran. Kemudian Bab

VII, terdiri dari 2 pasal yang berisi ketentuan larangan bagi pengelola

zakat terhadap penyalahgunaan dana zakat, dan lain-lain. Pada Bab IX,

terdiri dari 4 pasal yang mengatur tentang ketentuan pidana berupa

kurungan penjara ataupun denda. Kemudian Bab X, berisi 1 pasal yang

memuat tentang ketentuan peralihan bahwa BAZNAS pusat, Provinsi,

Kabupaten/Kota yang telah ada sebelum ada undang-undang ini berlaku

tetap menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan undang-undang.

Kemudian pada Bab terakhir yakni XI, terdiri dari 4 pasal berisi

mengenai ketentuan penutup.22

Lahirnya Undang-undang Pengelolaan Zakat Nomor 38 tahun

1999 yang kemudian direvisi dengan Undang-undang Nomor 23 tahun

2011 serta beberapa peraturan terkait lainnya, membawa angin segar

dunia perzakatan di Indonesia. Dengan regulasi ini fiqh al-zakat

memasuki tahap institusionalisasi pengelolaan dalam wilayah formal

kenegaraan, meskipun masih sangat terbatas.

22

www.kemhan.go.id, diakses pada tanggal 11 maret 2019, pukul 17.55.

Page 27: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

11

Sesuai Undang-undang No. 23 Tahun 2011 BAZNAS

mengumpulkan zakat, infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan

lainnya. Dalam pengumpulan dana BAZNAS melakukan sosialisasi

zakat ke berbagai kalangan melalui saran baik langsung ataupun tidak

langsung. Penerimaan zakat oleh BAZNAS dilakukan melalui konter, e-

banking, jemput zakat payroll system.

Penghimpunan dana zakat merupakan salah satu aktivitas utama

dari pengelolaan zakat. Setiap aktivitas dalam pengelolaan diarahkan

untuk mencapai tujuan zakat yaitu meningkatkan perekonomian umat

dengan cara pengelolaan dana zakat yang berorientasi pada perbaikan

kondisi perekonomian mustahik. Namun pengelolaan yang baik pun

tidak akan berhasil tanpa dukungan jumlah dana zakat yang memadai.

Sehingga menjadi sebuah keharusan bagi lembaga zakat untuk

meningkatkan jumlah pengumpulan dana zakatnya agar keterjangkauan

dan kemanfaatannya dirasakan lebih meluas.23

Secara garis besar BAZNAS memiliki 2 jenis pendekatan dalam

penghimpunan zakat, yaitu Penghimpunan Badan dan Penghimpunan

Individu. Penghimpunan Badan ditujukan untuk pengumpulan zakat di

lingkungan korporasi swasta, BUMN, lembaga Negara dan juga

kementrian, sedangkan Penghimpunan Individu merupakan pendekatan

penghimpunan terhadap individu dan UMKM. Secara sifat

penghimpunan badan bersifat mengikat dan kolektif sedangkan

penghimpunan individu memiliki sifat sebaliknya yaitu tidak mengikat

dan individual. Dari segi jumlah penghimpunan badan menghimpun

dalam jumlah besar melalui sistem layanan yang terintegrasi sedangkan

penghimpunan individu melayani penghimpunan dalam jumlah yang

23

A. Aziz, dkk, “Strategi Penghimpunan dana zakat lima lembaga pengelola

zakat di Indonesia”, dalam Jurnal Syarikah, Vol. 2, No. 1, Juli-Desember, 2017.

Page 28: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

12

relatif kecil dengan sifat layanan yang costumized. Segmen market

penghimpunan badan juga lebih homogen dibandingkan dengan

penghimpunan individu yang memiliki segmen market yang hetrogen. 24

Pengaturan penghimpunan zakat begitu sederhana dan tidak

memerlukan pengetahuan khusus. Pelaksanaan zakat secara semestinya,

secara ekonomi dapat menghapus tingkat kekayaan yang mencolok, serta

sebaliknya dapat menciptakan redistribusi yang merata.25

Organisasi

pengelolaan zakat menghimpun dana zakat dengan memungut zakat baik

secara langsung maupun tidak langsung dari masyarakat. Cara-cara yang

dilakukan meliputi pembukuan konter-konter penerimaan zakat,

pemasangan iklan pada media massa, korespondensi, kunjungan dari

rumah ke rumah dan kontak dengan komunitas tertentu. Munculnya

lembaga-lembaga amil zakat menampilkan sebuah harapan akan

tertolongnya kesulitan hidup kaum dhuafa dan terselesaikannya masalah

kemiskinan dan pengangguran. Namun harapan ini tidak akan tercapai

apabila Lembaga Amil Zakat tidak memiliki orientasi dalam

pemanfaatan dana zakat yang tersedia.26

Pasca-era reformasi, lembaga-lembaga pengelolaan zakat mulai

berkembang di Indonesia, termasuk pendirian lembaga zakat yang

dikelola oleh pemerintah, yaitu BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional),

dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang dikelola masyarakat dengan

manajemen yang lebih baik dan modern. Pengelolaan zakat yang kini

berjalan adalah liberal, dimana siapa pun dapat mengelola zakat sebebas-

24

Ita Aulia Coryna dan Hendri Tanjung, “Formulasi Strategi Penghimpunan

Zakat Oleh Bdan Amil Zakat Nasional”, dalam jurnal Al-Muzara‟ah, Vol. 3 No. 2, h.

167.

25M. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana

Bhakti Prima Yasa, 1997), h. 248. 26

Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern: Instrumen Pemberdayaan

Ekonomi Umat, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), h. 60.

Page 29: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

13

bebasnya tanpa tata kelola yang baik, sehingga kehadiran Undang-

Undang Nomor 23 tahun 2011 adalah tepat dalam mencegah liberalisasi

pengelolaan zakat dan menegakkan tata kelola zakat nasional.27

Suksesnya lembaga zakat tidak lepas dari penghimpunan dana

zakat (fundraising), hal ini boleh dikatakan selalu menjadi tema besar

dalam organisasi amil zakat. Sebenarnya pengaturan penghimpunan

zakat hanya sederhana dan tidak memerlukan pengetahuan khusus.

Pelaksanaan pemungutan zakat secara semestinya, secara ekonomi dapat

menghapus tingkat perbedaan kekayaan yang mencolok, serta sebaliknya

dapat menciptakan redistribusi yang merata.28

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 adalah bentuk perundang-

undangan syari‟ah ke dalam hukum positif sekaligus upaya untuk

mencapai good governance dalam pengelolaan zakat Nasional.

Sebagaimana pendapat Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dihadirkan

dalam persidangan uji materi di Mahkamah Konstitusi, menyatakan

bahwa, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 telah sesuai dengan nilai-

nilai al-Qur‟an, Hadist, dan fikih, yang tidak tertampung dalam Undang-

Undang Nomor 38 tahun 1999 sebelumnya, khususnya tentang unifikasi

pengelolaan zakat.29

Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011

tentang pengelolaan zakat, perubahan-perubahan tersebut diharapkan

dapat memaksimalkan peranan serta fungsi zakat di Indonesia dalam

mengentaskan kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan ekonomi dan

27

Budi Rahmat Hakim, “Analisis Terhadap Undang-Undang No. 23 Tahun

2011 Tentang Pengelolaan Zakat (Perspektif Hukum Islam)”, dalam Syariah-Jurnal

Ilmu Hukum, Vol. 15 No. 2, Desember 2015, h. 157, 159-160. 28

M. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT.

Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), h. 248. 29

Mahkamah Konstitusi, “Risalah Sidang IV Perkara No. 86/PUU-X/2012”,

17 Oktober 2012, h. 5-7.

Page 30: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

14

sosial dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara umat

muslim di Indonesia.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Gorontalo

menyalurkan dana zakat sebesar 532 juta kepada 250 mustahik. Zakat

ini terbagi dalam lima program yakni pendidikan, kemanusiaan,

kesehatan, ekonomi produktif, serta dakwah dan advokasi. Pada saat ini

zakat yang diperoleh berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan

(RKAT) sekitar 700 juta per bulan. Itu diperoleh dari 2,5% potongan gaji

ASN setiap bulan yang ada di Provinsi Gorontalo yang kurang lebih

berjumlah 7000-an orang. Sehingga setahun ada 8 milyar zakat yang

akan di kelola.30

Kemudian, yang menjadi alasan penulis memilih BAZNAS

Provinsi Gorontalo menjadi objek penelitian yaitu selain kurangnya

penelitian-penelitian yang dilakukan di BAZNAS Provinsi Gorontalo,

penulis juga ingin mengetahui seberapa berkembang lembaga yang

berada di daerah-daerah kecil khususnya daerah atau Provinsi Gorontalo,

terutama dalam hal implikasi atau dampak penerapan Undang-undang

no. 23 tahun 2011 dan penghimpunan zakat profesinya, dimana yang

menjadi salah satu penghambat berkembangnya lembaga BAZNAS yang

ada di Gorontalo karena rendahnya kesadaran para kalangan profesi

terhadap hukum zakat profesi, terbukti bahwa yang menjadi muzakki

kalangan profesi di BAZNAS Provinsi Gorontalo hanya dari kalangan

ASN/PNS.

Maka dari itu, berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa

perlu melakukan studi analisis terhadap tema dengan mengangkat judul:

“Implikasi Penerapan Undang-undang No. 23 Tahun 2011 Tentang

30

www.humas.gorontaloprov.go.id, diakses pada tanggal 18 februari 2019,

pukul 22.07.

Page 31: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

15

Pengelolaan Zakat terhadap Penghimpunan Zakat Profesi Di

BAZNAS Provinsi Gorontalo”.

B. Permasalahan

Dari uraian latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, agar

penelitian ini lebih terarah maka penulis merumuskan beberapa

permasalahan dalam penelitian ini dengan mengacu pada hal-hal

dibawah ini:

1. Identifikasi Masalah

Dibawah ini adalah beberapa permasalahan terkait dengan

penelitian yang dapat di identifikasi, sebagai berikut:

a. Ketentuan hukum Islam terhadap zakat profesi di BAZNAS.

b. Penerapan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 terhadap

pengelolaan zakat profesi di BAZNAS.

c. Mekanisme pengelolaan zakat profesi di BAZNAS.

d. Peluang dan kendala BAZNAS dalam melaksanakan

pendayagunaan zakat profesi.

e. Pengawasan pengelolaan dana zakat profesi di BAZNAS.

f. Dampak pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011

terhadap pengelolaan zakat profesi di BAZNAS.

2. Pembatasan Masalah

Permasalahan pada tesis ini terbatas hanya seputar

mekanisme pengelolaan zakat profesi di BAZNAS Provinsi

Gorontalo, serta Implikasi penerapan Undang-Undang Nomor 23

tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat profesi di BAZNAS

Provinsi Gorontalo karena penulis ingin lebih terfokus kepada

Page 32: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

16

penelitian ini, sehingga dapat memudahkan penulis dalam meneliti

permasalahan yang diangkat.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan permasalahan di atas, maka dari itu

yang dapat dijadikan rumusan masalah, adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana mekanisme pengelolaan zakat profesi di BAZNAS

Provinsi Gorontalo?

b. Bagaimana implikasi penerapan Undang-Undang Nomor 23

tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat profesi di BAZNAS

Provinsi Gorontalo?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian pada permasalahan ini, antara lain:

1. Untuk mengkaji mekanisme pengelolaan zakat profesi yang ada di

BAZNAS Provinsi Gorontalo.

2. Untuk mengkaji implikasi atau dampak dalam penerapan Undang-

Undang Nomor 23 tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat

profesi di BAZNAS Provinsi Gorontalo.

Manfaat hasil penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu:

1. Aspek teoritis

Penelitian ini adalah upaya untuk menjadikan bahan acuan

pada penelitian berikutnya, kemudian untuk menambah wacana dan

khazanah ilmiah kepada masyarakat, akademis, organisasi

masyarakat mengenai implikasi penerapan Undang-Undang no. 23

tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat profesi di BAZNAS

Provinsi Gorontalo.

2. Aspek Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk dijadikan

jawaban hukum mengenai mengenai masalah implikasi penerapan

Page 33: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

17

Undang-Undang no. 23 tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat

profesi di BAZNAS Provinsi Gorontalo.

E. Kajian Pustaka

Sebelum berniat dan bergerak untuk menyusun tesis yang

berjudul “Implikasi Penerapan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat dan Penghimpunan Zakat Profesi di

BAZNAS Provinsi Gorontalo” ini, penulis telah melakukan kajian

pustaka sebagai upaya preventif agar penulisan tesis ini tidak sia-sia,

karena satu kelalaian sederhana.

Kajian pustaka atau Literature Review adalah bahan tertulis

berupa buku, jurnal yang membahas tentang topik yang hendak diteliti.

Kajian pustaka membantu peneliti untuk melihat ide-ide, pendapat dan

kritik tentang topik tersebut yang sebelumnya dibangun dan dianalisa

oleh para ilmuwan sebelumnya.31

Di bawah ini adalah beberapa penelitian yang serupa mengenai

objek yang akan penulis teliti sebagai bukti konkrit bahwa penelitian ini

murni dari hasil penelitian penulis sehingga jauh dari adanya plagiasi.

1. Partin Nurdiani dan Marlina Ekawaty (2016), dalam jurnal yang

diterbitkan oleh Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas

Brawijaya, yang berjudul: “Efektivitas Pendistribusian Zakat

Profesi Pegawai Negeri Sipil Melalui Sistem Wakalah di

Kementrian Agama Kota Malang Ditinjau dari Fiqh Zakat”. Jurnal

ini membahas mengenai praktek pendistribusian yang dilakukan

oleh UPZ (Unit Pengumpul Zakat) dan muzakkinya serta bagaimana

efektivitasnya ditinjau dari fiqh zakat. Penelitian ini menggunakan

31

J.R. Raco, Dr. M.E., M.Sc., Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta:

Grasindo, 2010), h. 104.

Page 34: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

18

penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Pada

praktek pendistribusian yang dilakukan oleh PNS melalui

kekerabatan sudah sesuai dengan hadist Nabi, kemudian adanya

sistem wakalah dalam pendistribusian ini efektif dapat memberikan

dampak sosial dan ekonomi. Namun dari sisi penyaluran yang

dilakukan oleh UPZ dan sistem wakalah dalam pendistribusian ini

kurang optimal karena semua dana yang diperoleh hanya disalurkan

dalam bentuk konsumtif.32

Adapun persamaan tesis penulis dengan penelitian di atas

yaitu sama-sama melakukan penelitian pada sebuah lembaga yakni

UPZ maupun BAZNAS dalam pengelolaan dan pendistribusian

terhadap zakat profesi. Sedangkan perbedaannya ialah penelitian di

atas tidak membahas masalah dampak penerapan Undang-undang

No. 23 tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat profesi di

BAZNAS seperti halnya tesis yang diteliti oleh penulis. Kemudian,

pada penelitian di atas juga terfokus pada efektivitas penditribusian

terhadap zakat profesi melalui sistem wakalah yang ditinjau dari

fikih zakat.

2. Nahdhah; Indah Dewi Megasari (2018), dalam jurnal yang

diterbitkan oleh Al‟Adl, yang berjudul: “Zakat Profesi Dalam

Perspektif Ulama Di Kota Banjarmasin”. Jurnal ini lebih membahas

mengenai dalil yang digunakan oleh para ulama terhadap zakat

profesi, kemudian bagaimana pendapat ulama-ulama di kota

Banjarmasin tentang zakat profesi ini. Penelitian ini merupakan

penelitian lapangan, serta menggunakan pendekatan kualitatif .

Menurut jurnal tersebut, dalil yang digunakan oleh para ulama di

32

Partin Nurdiani dan Marlina Ekawaty, “Efektivitas Pendistribusian Zakat

Profesi Pegawai Negeri Sipil Melalui Sistem Wakalah di Kementrian Agama Kota

Malang Ditinjau dari Fiqh Zakat”, Vol. 3 No. 2, 2016.

Page 35: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

19

kota Banjarmasin tentang zakat profesi ini sangat beragam, tiga

orang diantaranya tidak setuju dengan adanya zakat profesi, diantara

yang setuju ada dua orang menganalogikan dengan zakat petani, satu

orang dengan ke umuman zakat, satu orang lagi dengan zakat

perdagangan, serta satu dengan zakat emas.33

Persamaan tesis penulis dengan penelitian di atas, yakni

sama-sama membahas mengenai pengelolaan terhadap zakat profesi

juga, namun letak perbedaannya sangat kontras dimana pada

penelitian di atas lebih mengarah kepada pendapat para ulama dan

dalil-dalilnya dalam pengamalan mengenai zakat profesi yang

digunakan oleh para ulama di kota Banjarmasin, sedangkan untuk

penelitian ini penulis lebih terpusat kepada dampak penerapan

Undang-Undang no. 23 tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat

profesi di BAZNAS, namun tidak dengan penelitian di atas yang

hanya ingin memperoleh pemahaman soal zakat profesi saja.

3. Anindita Dianingtyas (2017), dalam jurnal yang diterbitkan oleh

Media Ekonomi, dalam judul: Faktor-faktor yang mempengaruhi

kesediaan karyawan membayar zakat profesi melalui pemotongan

gaji (Studi kasus Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara

Departemen Keuangan RI). Dalam jurnal tersebut membahas

mengenai faktor-faktor kesediaan para pegawai dalam membayar

zakat profesi melalui pemotongan gaji. Penelitian ini menggunakan

sumber data primer dan kemudian metode yang digunakan adalah

kuesioner (daftar pertanyaan). Menurut penelitian, responden yang

dipilih dalam penelitian ini adalah karyawan atau pegawai yang

bekerja di Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Dimana terdapat 96

33

Nahdhah; Indah Dewi Megasari, “Zakat Profesi Dalam Perspektif Ulama Di

Kota Banjarmasin”, Vol. X No. 2, Juli 2018.

Page 36: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

20

responden dengan usia yang responden antara 21 tahun sampai

dengan 51 tahun. Kemudian menurut penelitian tersebut, variabel

umur berpengaruh signifikan tetapi berhubungan negatif. Artinya

karyawan yang masih relatif muda memiliki kesediaan untuk

membayar zakat profesi melalui pemotongan gaji lebih besar

dibandingkan dengan karyawan yang sudah cukup umur. Selain

variabel umur, variabel pendidikan, pendapatan, pengetahuan

agama, kepercayaan, status pernikahan juga termasuk dapat

digunakan dalam menentukan kesediaan karyawan membayar zakat

profesi melalui pemotongan gaji.34

Adapun perbedaan dan persamaan tesis penulis dengan

penelitian di atas, yaitu tesis penulis dengan penelitian di atas sama-

sama membahas masalah pengelolaan terhadap zakat profesi.

Namun dari penelitian di atas, lebih terpusat kepada pemotongan

gaji karyawan untuk membayar zakat profesi yang memiliki

beberapa variabel untuk menentukan faktor-faktor pengaruhnya.

Kemudian letak perbedaannya juga, jika penelitian di atas

melakukan penelitiannya terhadap karyawan Direktorat Jenderal

Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan RI, sedangkan untuk

penelitian penulis dalam melakukan studi kasus yaitu di BAZNAS

Provinsi Gorontalo.

4. Syapar Alim Siregar (2016), dalam tesis yang berjudul:

Implementasi dan Implikasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011

Terhadap Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tapanuli

Selatan (Studi Deskriptif Pada Instansi Pemerintah Kabupaten

Tapanuli Selatan) dimana tesis ini mengkaji peran BAZNAS

34

Anindita Dianingtyas, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan

karyawan membayar zakat profesi melalui pemotongan gaji (Studi kasus Direktorat

Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan RI)”, Vol. 19 No. 3.

Page 37: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

21

Kabupaten Tapanuli Selatan dalam mengimplementasikan Undang-

Undang Nomor 23 tahun 2011 terhadap pengumpulan dan

pendistribusian zakat, dan dampak penerapan Undang-Undang No.

23 tahun 2011 terhadap pengelolaan zakat, serta kendala yang di

hadapi BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan dalam

mengimplementasikan Undang-Undang tersebut terhadap

pengelolaan zakat.35

Adapun persamaan dengan penelitian penulis, bahwa di

mana penilitian penulis dengan penelitian diatas, sama-sama

membahas permasalahan mengenai implikasi penerapan undang-

undang no. 23 tahun 2011, kemudian juga sama-sama melakukan

penelitian pada BAZNAS di masing-masing daerah. Akan tetapi,

perbedaannya terletak dimana penelitian diatas, melakukan

penelitiannya pada implementasi dan implikasi penerepan undang-

undang tersebut hanya pada bagian zakat saja, berbeda dengan

penelitian penulis yang lebih terfokus terhadap zakat profesi.

5. Yoghi Citra Pratama (2015), dalam Jurnal The Journal Of

Tauhidinomics, yang berjudul: Peran Zakat dalam Penanggulangan

Kemiskinan (Studi Kasus Program Zakat Produktif Pada Badan Amil

Zakat Nasional), dalam jurnal ini penulis ingin mengetahui sejauh

mana peran zakat produktif dalam pemberdayaan masyarakat kurang

mampu yang diidentifikasi sebagai mustahik dalam berwirausaha.

Zakat yang diperuntukkan bagi mustahik dapat digunakan sebagai

modal usaha dimana usaha yang dikembangkan oleh mustahik pada

umumnya masih berskala kecil, yang tidak terakses oleh lembaga

keuangan bank. Proses pendampingan mencakup perencanaan,

35

Syapar Salim, dalam tesis “Implementasi dan Implikasi Undang-Undang No. 23

tahun 2011 terhadap Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan”.

Page 38: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

22

pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian serta evaluasi program,

menjadi salah satu program Badan Amil Zakat dalam mengelola zakat

produktif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

kualitatif.

Adapun persamaan dan perbedaan Jurnal di atas dengan

penelitian penulis adalah, untuk perbedaannya penelitian di atas lebih

kepada pengelolaan zakat yang ada di BAZNAS tersebut terhadap

peran zakat produktif dalam mengentaskan kemiskinan pada

masyarakat. Sedangkan pada penelitian penulis, yakni pengelolaan

zakat profesi dan lebih kepada penghimpunannya yang ada di

BAZNAS Provinsi Gorontalo. Kemudian persamaannya, yaitu

penelitian tersebut dan penelitian penulis sama-sama melakukan studi

kasus pada lembaga BAZNAS dan melakukan penelitian terhadap

pengelolan zakat di masing-masing lembaga BAZNAS yang dituju.

6. Ita Aulia Coryna dan Hendri Tanjung (2015), dalam Jurnal Al-

Muzara‟ah, yang berjudul: Formulasi Strategi Zakat Oleh Badan Amil

Zakat Nasional. Dalam jurnal tersebut dijelaskan tujuan penulis untuk

memformulasi suatu strategi untuk BAZNAS mengoptimalisasi dana

pengumpulan zakat dalam peraturan baru, dimana data dikumpulkan

melalui survey dan kuesioner dari pihak internal dan eksternal

BAZNAS dan menggunakan analisis matrik SWOT. Penelitian tersebut

menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif.

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian diatas dengan

penulis yakni, penelitian diatas melakukan penelitiannya lebih kepada

pengoptimalisasian dan juga strategi BAZNAS dalam penghimpunan

dana zakat, kemudian pengumpulan data dari penelitian diatas yaitu

selain melalui survey, juga melalui kuesioner dari pihak-pihak

tertentu. Sedangkan penelitian penulis, yakni penghimpunan dana

Page 39: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

23

zakat-nya lebih terfokus kepada zakat profesi bukan hanya zakat

secara umum. Selanjutnya, adapun persamaannya yakni sama-sama

melakukan penelitian terhadap penghimpunan zakat di lembaga

BAZNAS tertentu.

G. Metodologi Penelitian

Untuk mempunyai nilai ilmiah, maka yang perlu diperhatikan

pada penulisan ini yaitu syarat-syarat metode ilmiah. Oleh karena

penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk mengungkapkan

kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten konsisten

melalui proses penelitian tersebut perlu di adakan analisis dan kontruksi

terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.36

Penelitian merupakan rangkaian proses pengumpulan yang

sistematis serta analisis yang logis terhadap informasi (data) untuk tujuan

tertentu. Sedangkan, metodologi penelitian yaitu cara atau strategi

menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.37

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan masalah yang ditemukan, penelitian ini

tergolong dalam kategori penelitian hukum normatif dengan jenis

penelitian menggunakan metode kualitatif.

Penelitian hukum normatif adalah bagian dari penelitian

kepustakaan yang mengkaji dokumen hukum berupa peraturan

perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum, atau

36

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali Press, 1985), h. 1. 37

Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1995), h. 9.

Page 40: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

24

pendapat para sarjana. Sementara itu, yang dimaksud dengan

pendekatan kualitatif menurut Bodgan dan Taylor adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diminati.38

2. Pendekatan Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

Menurut Whitney (1960) dalam buku karangan Moh. Nazir, Ph.D

bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi

yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah

dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat

yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,

termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-

sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang

berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.39

3. Sumber Data

Sumber data terbagi menjadi primer dan sekunder. Adapun

sumber data primer menurut Sugiyono adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data.40

Sedangkan

sumber data sekunder yang merupakan sumber data pendukung

adalah apa yang telah tersusun dalam bentuk dokumen dan dapat

berupa buku-buku, jurnal, dan sumber lain yang berhubungan

dengan penelitian.41

a. Sumber data primer

38

Lexy J, Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya,

2004), h. 4. 39

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2003), h. 16. 40

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009),

h. 62. 41

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grapindo

Persada, 1998), h. 85.

Page 41: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

25

Dalam penelitian ini, data primer diperoleh langsung dari

lapangan baik yang berupa hasil observasi maupun yang berupa

hasil wawancara mengenai implikasi penerapan undang-undang

No. 23 Tahun 2011 terhadap pengelolaan zakat profesi di

BAZNAS Provinsi Gorontalo.

b. Sumber data sekunder

Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dengan:

1) Menggunakan metode dokumenter dan jurnal, yaitu seperti

buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan tesis

ini.

2) Berupa literatur-literatur fiqh klasik42

maupun kontemporer

yang mempunyai relevansi dengan pembahasan tesis ini.

3) Penulisan tesis ini berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Proposal, Tesis, dan Disertasi” Program

Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta Tahun

2017.

H. Sistematika Penulisan

Penelitian ini secara keseluruhan terdiri dari lima bab. Adapun

sistematika yang digunakan disesuaikan dengan pokok permasalahan

yang dibahas dan dituangkan dalam bentuk beberapa bab dan sub bab,

yang terdiri dari:

BAB I : Pendahuluan. Di dalamnya digambarkan isi dan bentuk

penelitian yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian,

42

Fiqh Klasik adalah fiqh yang banyak berisi tentang hukum Islam yang

mengatur pelaksanaan ibadah-ibadah, yang dibebankan pada muslim yang sudah

mukallaf yaitu kaitannya dengan lima prinsip pokok (wajib, sunnah, haram, makruh,

mubah), serta yang membahas tentang hukum-hukum kemasyarakatan (muamalat).

Page 42: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

26

Manfaat/Kegunaan Hasil Penelitian, Metode Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : Landasan Teori. Berisi teori-teori yang bersifat umum dan

yang paling mendekati masalah yang diteliti. Bab ini terdiri

dari beberapa sub bab, yakni, meliputi: Konsep Zakat Profesi

menurut Hukum Islam, Zakat Profesi Pada Peraturan dan

Perundang-undangan Zakat di Indonesia, serta Fundraising

Zakat.

BAB III : Penghimpunan Zakat Profesi di BAZNAS Gorontalo.

Bab ini berisi tentang Profil BAZNAS Provinsi Gorontalo,

Dasar Hukum BAZNAS Provinsi Gorontalo, Pengelolaan

Zakat Profesi BAZNAS Provinsi Gorontalo, Penghimpunan

Zakat Profesi BAZNAS Provinsi Gorontalo, kemudian

Pendistribusian Zakat Profesi BAZNAS Provinsi Gorontalo.

BAB IV : Hasil Penelitian. Bab ini berisi tentang hasil dari penelitian

yang akan membahas mekanisme pengelolaan zakat profesi,

serta dampak penerapan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011

terhadap penghimpunan zakat profesi di BAZNAS provinsi

Gorontalo.

BAB V : Penutup. Merupakan bab akhir dari penelitian ini yang

meliputi kesimpulan dan saran-saran.

Page 43: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

178

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, penulis

dapat menyimpulkan beberapa poin, sebagai berikut:

1. Mekanisme pengelolaan zakat profesi di BAZNAS Provinsi Gorontalo

yaitu: Pertama, sosialisasi tentang wajibnya zakat profesi diseluruh

SKPD (Kantor Satuan Kerja Daerah) Provinsi Gorontalo. Kedua,

mekanisme penghimpunan dana zakat profesi dilakukan dengan

payroll system atau dipotong secara langsung dari gaji dan tunjangan-

tunjangan pejabat yang diterima dengan kadar sebesar 2,5% dari

pendapatan bruto yang sudah mencapai nishab. Ketiga, dana zakat

profesi tersebut langsung dikirim ke rekening BAZNAS Provinsi

Gorontalo. Keempat, setelah dana zakat profesi diterima oleh

BAZNAS Provinsi Gorontalo, maka dana zakat profesi tersebut

didistribuskian oleh pihak BAZNAS Provinsi Gorontalo kepada

golongan 8 (delapan) asnaf. Kelima, pendayagunaannya dilakukan

berdasarkan program kerja yang sudah ditetapkan dalam Rapat Kerja

dan Anggaran Tahunan (RKAT) BAZNAS Provinsi Gorontalo.

2. Penerapan Undang-undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

zakat telah berdampak positif terhadap penghimpunan zakat profesi di

BAZNAS Provinsi Gorontalo. Faktanya, pada tahun 2017 BAZNAS

Provinsi Gorontalo mampu menghimpun dana zakat profesi sebesar

Rp.834.080.937, dan pada tahun 2018 meningkat menjadi

Rp.926.836.890.

Page 44: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

179

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan saran-

saran, sebagai berikut:

a. Diharapkan BAZNAS Provinsi Gorontalo lebih memperhatikan

pengelolaan dana zakat terutama pada penghimpunan zakat

profesi yaitu dimana pihak yang menjadi muzakki hanya dari

pegawai atau karyawan pemerintah/swasta saja. Namun

kedepannya, diharapkan agar BAZNAS Provinsi Gorontalo

dapat menambah profesi-profesi lainnya kedalam penghimpunan

zakat profesi tersebut.

b. Diharapkan BAZNAS Provinsi Gorontalo dapat memperluas

jaringan dan sosialisasi sehingga BAZNAS Provinsi Gorontalo

dikenal dan dipercaya oleh masyarakat luas dalam mengelola

zakatnya.

c. Diharapkan BAZNAS Provinsi Gorontalo dapat memperhatikan

fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Zakat Penghasilan.

Page 45: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

180

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad Daud dan Habibah Daud, Lembaga-lembaga Islam di

Indonesia, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005.

Al-Âmilî, Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghālib, Abû Ja„far

ath-Thabarî, Jāmi „u al-Bayān fî Ta‟wîl Al-Qur‟ān, Juz 14, (Riyāḑ:

Mu‟assasah al-Risālah, t.th.

Anas, Mālik bin, Al-Muwaththa„,, Juz II, Beirût: Muassasah Zaid bin „Āli

Sulthān Nahyān, 2004 M / 5243 H.

Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2008.

Ayodya, Wulan dan Endang Koswara, 110 Solusi Jadi Pengusaha yang

Berkah, Jakarta: Kolompok Gramedia, 2014.

Aziz, Abdul, “Pendayagunaan Zakat Sebagai Upaya Pengentasan

Kemiskinan”, dalam jurnal Ius Constituendum, Vol. 1 No. 2.

A. Aziz dkk, “Strategi penghimpunan dana zakat lima lembaga pengelola

zakat di Indonesia”, dalam jurnal Syarikah, Vol. 2 No. 1, juni 2016.

Al-Baihaqî, Ahmad bin al-Husain bin „Ali bin Mâsa Abû Bakr, Sunan al-

Baihaqî al-Kubrâ, Juz 4, (Mekkah al-Mukarramah: Dâr al-Bâz, 1994

M/1414 H.

BAZNAS Provinsi Gorontalo, Visi dan Misi BAZNAS Provinsi Gorontalo.

Budi Utomo, Setiawan, Metode Praktis Penetapan Nisab Zakat, Bandung:

Mizan, 2009.

Al-Bukhârî, Muhammad Ibn Ismâ„îl Ibn Ibrâhîm Ibn al-Mughîrah, Shahîh al-

Bukhârî, Juz 2, tt.p: Dâr ath-Thûq an-Najât, 1422 H.

Ad-Dâraquthnî, Alî bin Umar Abû al-Hasan, Sunan ad-Dâraquthnî, Juz 2,

(Beirût: Dâr al-Ma„rifah, 1996 M/1436 H.

Direktorat Pemberdayaan Zakat Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam

Kementrian Agama RI, Manajemen Pengelolaan Zakat, Jakarta: 2009.

Doa Indah, Dream & Pray : Meraih Impian dengan Meneladani Cara

Berdoa Rasulullah, Jakarta: Qultum Media, 2013.

Doa, H.M D Jamal, Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Memerangi

Kemiskinan, Jakarta: KORPUS, 2004.

Al-Fannāni, Zainuddin bin „Abdul „Azîz al-Malibari, Terjemahan Fat-hul

Mu„în, terj. Fathul Mu„în, K.H. Moch. Anwar, Bahrun Abubakar, Lc.,

dkk., Jilid 1, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2018.

Page 46: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

181

Arifin, Gus, Keutamaan Zakat, Infak, Sedekah, (Jakarta:Alex Media

Komputindo, 2016.

Hadzmi, Muhammad Syafi„i, Fatwa-Fatwa Muallim Taudhîhul Adillah,

Jakarta: Kompas Gramedia, 2010.

Hafidhuddin, Didin , Agar Harta Berkah dan Bertambah, Jakarta: Gema

Insani Press, 2007.

Harun, Nasrun, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtar Baru Van Hoeve,

1994.

Hasan, M. Ali, Masail Fiqhiyah Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga

Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Hasan, Muhammad Tholhah, Islam dalam Perspektif Sosial Kultural,

(Jakarta: Lantahora Press, 2005.

Hayy, Abdul, Abdul „Al, Dr., Pengantar Ushul Fiqih, terj. dari Ushûl al-Fiqh

al-Islâmî oleh Muhammad Misbah, Lc., M.Hum, (Jakarta: Pustaka al-

Kautsar, 2014.

Huda , Nurul, Novarini, dkk., Zakat Persfektif Makro Pendekatan Riset, Edisi

1, Jakarta: Kencana, 2015.

Huda, Miftahul, Pengelolaan Wakaf dalam Perspektif Fundraising: Study

tentang Penggalangan Wakaf pada Yayasan Hasyim Asy‟ari Pondok

Pesantren Tebuireng Jombang, (Yayasan Badan Wakaf Universitas

Islam Indonesia

Yogyakarta dan Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya, Kementrian

Agama RI, 2012.

Ibn Baaz, Abdul Aziz, Majmu‟ Fatawa wa Maqalaat Al-Mutanawwi‟ah,

(Daarul Qoslim lin Nasyr: 1420 H).

Imtihanah, Ani Nurul, S.H.I., M.H.I., dan Siti Zulaikha, S.Ag., M.H.,

Distribusi Zakat Produktif Berbasis Model Cibest, (Yogyakarta: Gre

Publishing, 2019.

Instruksi Presiden (INPRES) Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 Tentang

Optimalisasi Pengumpulan Zakat DI Kementrian/Lembaga, Sekretariat

Jenderal Komisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik

Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah Melalui Badan Amil Zakat

Nasional.

Iswanto, Bambang, “ Zakat dan Wakaf di Beberapa Negara Muslim”, dalam

Misykat; Jurnal Ilmu-ilmu al-Qur‟an Hadis dan Syariah, Vol. III No. 1,

Februari 2010.

Page 47: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

182

Jamaluddin, Syakir, Kuliah fiqh Ibadah, Yogyakarta: Surya Sarana Grafika,

2010.

Kautsar, Edvan Muhammad, Dreams Come True: 4 Kunci Sejak Muda,

Bandung: Mizania, 2014.

Kementrian Agama, Manajemen Pengelolaan Zakat, Jakarta: Direktorat

Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Departemen Agama RI, 2009.

Khasanah, Umrotul Manajemen Zakat Modern Instrumen Pemberdayaan

Ekonomi Umat, Malang: UIN Malik Press, 2010.

Al-Kûfî, Abû Bakr Abdillah bin Muhamad bin Abî Syaibah, Mushannif Ibnu

Abî Syaibah, Juz 2, (ar-Riyāḑ: Maktabah ar-Rusyd, 1409 H.

Kurnia, Hikmat dan Ade Hidayat, Panduan Pintar Zakat, Jakarta: Qultum

Media, 2008.

Kurde, Nukthoh Arfawie, Memungut Zakat dan Infaq Profesi Oleh

Pemerintah Daerah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

M.A. Mannan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti

Wakaf, 1997.

M. Zen, dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: Centre Fox Enterpreneurship

Development, 2005.

Majalah Jami‟atu Al-Malik Suud, Jilid 5.

Mahasiswa UNUSIA (Universitas Nahdlatul „Ulama Indonesia), Kumpulan

Tulisan Kompilasi Fiqih Ibadah Millenial, Jakarta: Guepedia, 2019.

Mawardi, Ekonomi Islam, Pekanbaru: Alaf Riau Graha, 2007.

Muhamad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer,

Jakarta: Salemba Diniyah, 2002.

Muhammad, H.M Abu Bakar, dan Manajemen Organisasi Zakat, Malang:

Madani, 2011.

Munawir, Ahmad Warson, al-Munawwir (Kamus Arab-Indonesia), Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997.

Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung: Remaja Rosda Karya,

2003.

Moloeng, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2004.

An-Naisābûrî, Abû al-Husain Muslim al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi,

Shahih Muslim, Juz III, Beirût: Dār al-Afāq al-Jaidah, 1374 H, Bab

Bayān anna ism ash-shadaqati yaqa „u alā kulli nau„in min al-ma„rûf.

Page 48: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

183

An-Nasâ‟i, Imâm Abû Abdurrahmân Ahmad bin Syu„aib, As-Sunan al-

Kubrâ, Juz X, Beirut: Dâr al- Kutubilmiyyah, 1991 H/1411 M.

Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2003.

Nurhiyati, Anissah, Fikih untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah

Hasbiallah, Jilid 2, Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008.

Parmono, Wahyono Hadi, Dr., M.Ed., dan Ismunandar, M. Eng. 17 Tuntunan

Hidup Muslim, Yogyakarta: Budi Utama, 2017.

Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-

undang No. 23 Tahun 2011, pasal 3 Bab II.

Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-

undang No. 23 Tahun 2011, pasal 53 Bab VI.

PISS-KTB, Kumpulan Tanya Jawab Islam: Hasil Bahtsul Masail dan Tanya

Jawab Agama Islam, t.tp: Daarul Hijrah Technology, 2013.

Pujihardi, Yuli, “Pengantar dalam Panduan Menggalang Dana Perusahaan:

Teknik dan Kiat Sukses Menggalang Dana Sosial Perusahaan”, Kota

Depok: Piramedia, 2006.

Purwanto April, Manajemen Fundraising; bagi Organisasi Pengelola Zakat,

Jakarta: Teras, 2009.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa

Indonesia.

Qadir, Abdurrachman, Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2001.

Al-Qaradhāwy, Yusuf, Fiqh al-Zakat terj. Salman Harun, dkk., Hukum

Zakat; Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat

Berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits, Jakarta: PT. Pustaka Litera

AntarNusa, 2006.

Al-Qurthubi, Tafsir al-Jāmi„ li Ahkām Al-Qur‟an, Jilid IX, Beirut: Dār el

Kutub Ilmiyyah, 1993.

Raco, J.R, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Grasindo, 2010.

Rasyid, Hamdan, dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim Sehari-Hari

dari Lahir Sampai Mati, Jakarta: Wahyu Qalbu, 2016.

Rofiq, Ahmad, Fiqh Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012).

Sakti, Ali Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan

Ekonomi Modern, Jakarta: Paradigma & AQSA Publishing, 2007.

Page 49: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

184

Salim, Syapar, “Implementasi dan Implikasi Undang-Undang No. 23 tahun

2011 terhadap Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tapanuli

Selatan”.

Salim, Peter, Salim‟s Collegiate Indonesia-English Dictionary, (Jakarta:

Modern English Press, 2000.

Sani, M Anwar, Jurus Menghimpun Fulus Manajemen Zakat Berbasis

Masjid, Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Setyarso, Iqbal, Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga

Pengelola Zakat Pulau Sumatra, (Jakarta: Khairul Bayan, 2008.

Ash-Shiddieqy, TM. Hasbi, Zakat Sebagai Salah Satu Unsur Pembina

Masyarakat Sejahtera, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1969.

Soekanto, Soerjono, Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta: Rajawali Press, 1985.

Soemitra, Andi, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ed. Ke-2, Jakarta:

Kencana, 2009.

Sudewo, Eri, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip

Dasar, Jakarta: Spora Internusa Prima, 2004.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2009.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grapindo

Persada, 1998.

Sutardi, Ahmad, Endang Budiasih, Mahasiswa tidak Memble Siap Ambil Alih

Kekuasaan Nasional: Pareto Plus,(Jakarta: Alex Media Komputindo,

2010.

Aṭ-Ṭabarânî, Sulaiman bin Ahmad bin Ayyûb Abu al-Qâsim , Mu„jam al-

Kabîr, Juz 12, (Mosul: Maktabah al-Ulûm wa al-Ḥikam, 5891 M/1404

H. al-Mu„jam al-Ausaṭ, Juz 1, Kairo: Dār al-Haramain, 52053.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun Pengelolaan Zakat, Pasal 1 ayat (2).

Wahya, Suzana S.S.,dkk., Kamus Bahasa Indonesia: Untuk Pelajar,

Mahasiswa dan Umum, Bandung: Ruang kata Imprint Kawan Pustaka,

2013.

Widjajanjti, Darwina, Rencana Strategis Fundraising, (Jakarta: Piramedia,

2006.

Az-Zamakhsyari, Abu al-Qâsim Mahmûd bin „Amr bin Ahmad, Al-Kasyâf,

Juz II, tt.p: tp [Maktabah syamilah], t.t.

Page 50: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

185

Al-Zuhayly, Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Terj. Al-Fiqhu al-

Islāmî wa Adillatuh, Agus Efendi dan Bahrudin, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005.

Abu Zakariyā, Yahya bin Syaraf bin Marwi an-Nawawî, Tahrir Alfāzhi al-

Tanbîh, Jilid 1, (Damaskus: Dār al-Qalam, 5209 H.

Jurnal

Agus Marimin dan Tira Nur Fitria, “Zakat Profesi (Zakat Penghasilan)

Menurut Hukum Islam”, dalam Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 01,

No. 01, Maret 2015.

Ali Trigiyatno, “Zakat Profesi Antara Pendukung dan Penentangnya”, dalam

jurnal Hukum Islam, Vol. 14 No. 2, Desember 2016.

Anindita Dianingtyas, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan

karyawan membayar zakat profesi melalui pemotongan gaji (Studi kasus

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan RI)”,

Vol. 19 No. 3.

Asmuni Mth, “Zakat Profesi dan Upaya Menuju Kesejahteraan Sosial”,

dalam jurnal La Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1 No. 1, Juli 2007.

Atik Abidah, “Analisis Strategi Fundraising”, dalam jurnal Kodifikasia, Vol.

10, No. 1,Tahun 2016.

Budi Rahmat Hakim, “Analisis Terhadap Undang-Undang No. 23 Tahun

2011 Tentang Pengelolaan Zakat (Perspektif Hukum Islam)”, dalam

Syariah-Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 15 No. 2, Desember 2015.

Faisal, “Sejarah Pengelolaan Zakat di Dunia Muslim dan Indonesia”, dalam

jurnal Analisis, Vol. XI no. 2, Desember 2011.

Ita Aulia Coryna dan Hendri Tanjung, dalam Jurnal “Formulasi Strategi

Penghimpunan Zakat Oleh Bdan Amil Zakat Nasional”, dalam jurnal Al-

Muzara‟ah, Vol. 3 No. 2.

Mahkamah Konstitusi, “Risalah Sidang IV Perkara No. 86/PUU-X/2012”, 17

Oktober 2012.

Murtadho Ridwan, dalam jurnal “Analisis Model Fundraising dan Distribusi

Dana Zakat di UPZ Desa Wonoketingal Karanganyar Demak”, Vol. 10,

No.2, Agustus 2016.

Page 51: IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …

186

Nahdhah; Indah Dewi Megasari, dalam Jurnal “Zakat Profesi Dalam

Perspektif Ulama Di Kota Banjarmasin”, Vol. X No. 2, Juli 2018.

Uswatun Hasanah, dalam Jurnal “Pengaruh Kualitas Sistem Dan Proses Jasa

Lembaga Zakat Berdasarkan Model Carter Terhadap Tingkat Kepuasaan

Muzakki (Studi Kasus LAZIS UII Yogyakarta).

Uswatun Hasanah, dalam Jurnal “Sistem Fundraising Zakat Lembaga

Pemerintah Dan Swasta (Studi Komparatif pada BAZNAS Kota Palu

dan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) pada Periode 2010-2014)”,

Istiqra dalam jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 3, No. 2, Desember 2015.

Partin Nurdiani dan Marlina Ekawaty, dalam Jurnal “Efektivitas

Pendistribusian Zakat Profesi Pegawai Negeri Sipil Melalui Sistem

Wakalah di Kementrian Agama Kota Malang Ditinjau dari Fiqh Zakat”,

Vol. 3 No. 2, 2016.

Website:

www.humas.gorontaloprov.go.id, diakses pada tanggal 18 februari 2019.

www.kemhan.go.id, diakses pada tanggal 11 maret 2019.

Forum Kompas, “Fungsi Zakat dalam Kehidupan Sosial”, dalam

http//forum.kompas.com/ekonomi-umum/139935-fungsi-zakat-dalam-

kehidupan-sosial-ekonomi.html, diakses tanggal 20 Mei 2018.

https://baznas.go.id/profil, Diakses Tanggal 25 Juni 2019.

www.rumahfiqih.com, diakses pada tanggal 28 Juli 2019.