IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …
Transcript of IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …
IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23
TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
TERHADAP PENGHIMPUNAN ZAKAT PROFESI DI
BAZNAS PROVINSI GORONTALO
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Magister Hukum
dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah
Oleh :
Miscky S Inaku (NIM: 216420258)
Pembimbing:
Dr. H. Hendra Kholid, MA.
Dr. dr. H. Endy M. Astiwara, MA., AAAIJ, CPLHI., ACS., FIIS.
PROGRAM HUKUM EKONOMI SYARIAH
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
iii
iv
v
بسم الله الرحمن الرحيمKATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, taufik, ni‟mat dan
karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Implikasi
Penerapan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat Terhadap Penghimpunan Zakat Profesi Di BAZNAS Provinsi
Gorontalo.” Shalawat beserta salam-Nya semoga senantiasa dicurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta ahli bait, sahabat, dan
para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari tanpa bantuan banyak pihak, penulisan Tesis ini
akan sangat sukar diselesaikan. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
setulustulusnya kepada:
1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Prof. Dr. Hj. Huzaemah T.
Yanggo, MA.
2. Direktur Pascasarjana Institut Ilmu Al Qur‟an (IIQ) Jakarta, Dr. H.
Muhammad Azizan Fitriana, MA.
3. Ketua Program Studi (Prodi) Hukum Ekonomi Syariah pada Program
Pascasarjana IIQ Jakarta, Dr. Syarif Hidayatullah, S.S.I., MA.
4. Dosen Pembimbing I tesis Bapak Dr. Hendra Kholid, MA., yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan
petunjuk dengan sabar kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan
tesis ini.
5. Dosen Pembimbing II tesis, bapak Dr. dr. H. Endy M. Astiwara, MA.,
AAAIJ yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
arahan dan petunjuk dengan sabar kepada Penulis sehingga dapat
menyelesaikan tesis ini.
6. Seluruh Dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah yang telah memberikan
bekal pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan di
Pascasarjana Institut Ilmu Al Qur‟an (IIQ) Jakarta.
7. Seluruh Staf Prodi Hukum Ekonomi Syariah Pascasarjana Institut Ilmu
Al Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah membantu dari proses awal hingga
akhir penulisan tesis.
8. Bapak H. Salahuddin Pakaya, S.Ag., M.H., yang telah membantu penulis
dalam melakukan penelitian.
vi
9. Seluruh Staf BAZNAS Provinsi Gorontalo, yang telah mempermudah
proses penelitian tesis Penulis.
10. Ayahanda tercinta KH. Sarmada Inaku, S.Ag., yang telah mendoakan,
menyemangati, dan memotivasi penulis sehingga sampai pada tahap ini.
Terima kasih segalanya. Semoga sehat selalu.
11. Ibunda tercinta Hj. Doly Hanani, M.Pd., yang telah mendoakan,
menyemangati, dan memotivasi penulis sehingga penulis bisa sampai
pada tahap ini. Terima kasih segalanya. Semoga sehat selalu.
12. Saudara-saudaraku tercinta Nur Azmi S. Inaku S.Sos., Dirman, S.pd.,
Saiful Haq S. Inaku, M.Pd., Rosita, Amd.Kep., Misykat S. Inaku, S.Ag.,
Muhammad Kodratullah Muke, S.Hut., yang selalu mendoakan,
memberi dukungan, dan motivasi penulis sehingga sampai pada tahap
ini. Dan untuk ponakan-ponakanku tercinta, Mumtazatul Fakhirah,
Muhammad Athaillah Muke, Mumtazatul Hafidzah, Muhammad
Sulthanul Arifin Inaku, Mumtazatul Munawwarah, dan Syafiqah
Mu‟awwanah Inaku, dan Muhammad Ubaydillah Muke yang menjadi
hiburan untuk Penulis. Terima kasih segalanya untuk kalian semua.
Semoga sehat dan bahagia selalu.
13. Suamiku tercinta Muhammad Nur Iman, M.pd., yang menjadi
penyemangat, yang selalu ada, dan selalu mendoakan penulis sehingga
sampai pada tahap ini. Terima kasih segalanya. Semoga sehat dan
bahagia selalu.
14. Sahabat-sahabat BFUJ-ku tersayang, Ainurrahmah, Putri Hafidzah, dan
Wildatus Syifa, yang selalu ada disaat penulis butuhkan, yang menjadi
penyemangat disaat lelah, kalian terbaik! Semoga bahagia selalu kita.
Dan juga untuk sahabat-sahabatku tercinta yang ada di Gorontalo,
Devika R Daud, Fitriah Saleh, Zenab Dadi, dan Sakinah S. Dunggu,
terima kasih segalanya atas waktu-waktunya untuk penulis, dan menjadi
hiburan untuk penulis disaat penulis merasa lelah. Semoga kalian
bahagia selalu.
15. Pemimpin dan staf perpustakaan IIQ dan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada penulis
untuk membaca dan mencari referensi dalam rangka penyelesaian Tesis
ini.
16. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tesis ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat
memanjatkan do‟a kepada Allah SWT semoga kebaikan yang telah diberikan
dapat bernilai ibadah sehingga Allah selalu membalasnya dengan pahala
yang berlipat ganda, Amin.
vii
Akhirnya penulis serahkan segala urusan hanya Allah SWT, dan
berdo‟a semoga hasil penelitian yang penulis lakukan dapat bermanfaat bagi
semua dan mendapat ridho dari Allah SWT.
Ciputat, Dzulhijjah 1440 H
Agustus 2019 M
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... i
PERNYATAAN PENULIS ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................... xi
ABSTRAKSI .......................................................................................... xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Permasalahan ..................................................................... 14
1. Identifikasi Masalah .................................................... 15
2. Pembatasan Masalah ................................................... 15
3. Perumusan Masalah .................................................... 15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 16
1. Tujuan Penelitian ........................................................ 16
2. Manfaat Penelitian ...................................................... 16
D. Kajian Pustaka ................................................................... 16
E. Metodologi Penelitian ........................................................ 23
1. Jenis Penelitian............................................................ 23
2. Pendekatan Penelitian ................................................. 24
3. Sumber Data................................................................ 24
a. Sumber Data Primer ............................................... 24
b. Sumber Data Sekunder ........................................... 25
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 25
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Konsep Zakat Profesi Dalam Hukum Islam ...................... 27
1. Pengertian Zakat Profesi .............................................. 27
a. Definisi Zakat ......................................................... 27
b. Definisi Profesi ...................................................... 40
c. Definisi Zakat Profesi ............................................ 41
2. Dasar Hukum tentang Zakat Profesi ........................... 49
a. Al-Qur‟an ............................................................... 49
b. Hadits ..................................................................... 55
c. Pendapat Para Ulama ............................................. 58
ix
3. Tujuan dan Hikmah Zakat Profesi .............................. 59
a. Tujuan Zakat Profesi .............................................. 59
b. Hikmah Zakat Profesi ............................................ 64
4. Pendapat Para Ulama Tentang Zakat Profesi ............. 74
a. Pendapat Penentang Zakat Profesi ......................... 74
b. Pendapat Pendukung Zakat Profesi ........................ 78
B. Zakat Profesi pada Peraturan dan Perundang-undangan Zakat di
Indonesia ............................................................................ 83
1. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat ..................................................... 83
2. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.14 Tahun 2014
Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat........................................ 85
3. Instruksi Presiden (INPRES) Republik Indonesia No. 3
Tahun 2014 Tentang Optimalisasi Pengumpulan Zakat Di
Kementrian/Lembaga, Sekretariat Jenderal Komisi Negara,
Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Dan
Badan Usaha Milik Daerah Melalui Badan Amil Zakat
Nasional ..................................................................... 88
C. Fundraising Zakat .............................................................. 91
1. Pengertian Fundraising Zakat..................................... 91
2. Dasar Hukum Fundraising Zakat ............................... 94
3. Tujuan Fundraising Zakat .......................................... 95
4. Teknik-Teknik Fundraising Zakat .............................. 96
5. Metode Fundraising Zakat ......................................... 99
6. Strategi Fundraising Zakat ......................................... 100
7. Unsur-Unsur Fundraising Zakat ................................. 102
8. Manajemen Fundraising dalam Pengelolaan Zakat ... 105
9. Urgensi fundraising bagi Organisasi Pengelola Zakat 107
BAB III : PENGHIMPUNAN ZAKAT PROFESI DI BAZNAS
GORONTALO
A. Profil Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi
Gorontalo ........................................................................... 111
1. Sejarah dan Perkembangan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Provinsi Gorontalo ................................. 111
2. Visi dan Misi BAZNAS Provinsi Gorontalo ............... 116
3. Tugas Pokok dan Fungsi BAZNAS Provinsi Gorontalo
119
B. Dasar Hukum BAZNAS Provinsi Gorontalo ..................... 121
C. Pengelolaan Zakat Profesi BAZNAS Provinsi Gorontalo . 124
x
D. Penghimpunan Zakat Profesi BAZNAS Provinsi Gorontalo
132
E. Pendistribusian Zakat Profesi di BAZNAS Provinsi Gorontalo
............................................................................................ 138
BAB IV: ANALISIS IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN
2011 TERHADAP PENGHIMPUNAN ZAKAT PROFESI.
A. Mekanisme Pengelolaan Zakat Profesi di BAZNAS Provinsi
Gorontalo ......................................................................... 153
B. Dampak Penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
terhadap Penghimpunan Zakat Profesi di BAZNAS Gorontalo
......................................................................................... 172
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 177
B. Saran ................................................................................ 178
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 179
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang
satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan tesis di IIQ Jakarta, transliterasi
Arab-Latin mengacu pada berikut ini :
1. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
T ط A ا
Zh ظ B ب
A′ ع T ت
Gh غ Ts ث
F ف J ج
Q ق H ح
K ك Kh خ
L ل D د
M م Dz ذ
N ن R ر
W و Z ز
H ه S س
‟A ء Sy ش
Y ي Sh ص
Dh ض
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal
Rangkap
Fathah A أ : â ي ˉ … ai
Kasrah I ي : î وˉ … au
Dhammah U و : û
3. Kata sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam ( ال ) qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya. Contoh
al-Madînah :المدينة al-Baqarah : البقرة
xii
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال )syamsiah ditransliterasikan
sesuai denga aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.
Contoh :
as-Sayyidah : السيدة ar-rajul; الرجل
ad-Dârimî : الدارمى asy-Syams ; الشمس
A. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab digunakan
lambang ( ) sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda
tasydîd.Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di
tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.Contoh :
فهاء Âmannâ billâhi :أمنا بالله Âmana as-Sufahâ’u : أمن الس
Wa ar-rukkaʽi : والركع Inna al-ladzîna :إن الذين
d. Ta Marbûtah(ة)
Ta marbûtah (ة) apabilaberdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na’at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”.
Contoh :
al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah : الجامعة الإسلامية al-Af’idah; ا لفئدة
Sedangkan ta marbûtah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi
huruf “t” Contoh : عاملة ناصبة : Ȃmilatun Nâshibahالية الكبرى: al-
Ȃyat al-Kubrâ
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf capital, akan tetapi
apabila telah dialihaksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.
Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini,
seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) danketentuan
lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang,
maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata
sandangnya. Contoh : „Alî Hasan al-Âridh, al-‘Asqalânî, al-Farmawî
dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur’an dan nama-
nama surahnya menggunakan huruf capital, Contoh Al-Qur’an, Al-
Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
xiii
ABSTRAKSI
Miscky S. Inaku, Implikasi Penerapan Undang-Undang No. 23
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Terhadap Penghimpunan Zakat
Profesi Di BAZNAS Provinsi Gorontalo.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Pertama, Mekanisme
pengelolaan zakat profesi di BAZNAS Provinsi Gorontalo yaitu: 1)
Sosialisasi tentang kewajiban zakat profesi di seluruh SKPD (Kantor Satuan
Kerja Daerah) Provinsi Gorontalo. 2) Mekanisme penghimpunan dana zakat
profesi dilakukan dengan payroll system atau dipotong secara langsung dari
gaji dan tunjangan-tunjangan pejabat yang diterima dengan kadar sebesar
2,5% dari pendapatan bruto yang sudah mencapai nishab. 3) Dana zakat
profesi tersebut langsung dikirim ke rekening BAZNAS Provinsi Gorontalo.
4) Setelah dana zakat profesi diterima oleh BAZNAS Provinsi Gorontalo,
maka dana zakat profesi tersebut didistribuskian oleh pihak BAZNAS
Provinsi Gorontalo kepada golongan 8 (delapan) asnaf. 5) Pendayagunaannya
dilakukan berdasarkan program kerja yang sudah ditetapkan dalam Rapat
Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) BAZNAS Provinsi Gorontalo. Kedua,
penerapan Undang-undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat
telah berdampak positif terhadap penghimpunan zakat profesi di BAZNAS
Provinsi Gorontalo. Faktanya, pada tahun 2017 BAZNAS Provinsi Gorontalo
mampu menghimpun dana zakat profesi sebesar Rp.834.080.937, dan pada
tahun 2018 meningkat menjadi Rp.926.836.890.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang
membahas tentang pengelolaan zakat profesi di BAZNAS, namun pada
penelitian ini, penulis lebih terfokus kepada implementasi penerapan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat profesi
di BAZNAS Provinsi Gorontalo.
Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan data primer yang
diperoleh melalui pihak BAZNAS Provinsi Gorontalo dan data sekunder
yang diperoleh melalui pengumpulan literatur-literatur kepustakaan yang
berkaitan dengan penelitian ini.
xiv
ممال مل صمخ
)ألفي وأحد عشر( 3122 ام ع )الثالث وعشرين( 34 م ق ر ون ان لق ا ذ ي ف ن مسكي س. إيناكو، ت و ال ت ن و ر و ج ة ظ اف ح ب BAZNAS ة ئ ي ى ف ن ه الم اة ك ز ع ى ج ل ع ه ر ث أ و اة ك الز ة ار د إ ن ع
ف ن ه م ال اة ك ز ة ار د لإ ة ي ن ق الت ،ل و أ : ي ل ا ي م ل إ ة ث اح ب ال و ب ت ام ق ي ذ ال ث ح ب ال ج ائ ت ن ر ي ش ت ة ي اع م ت ج ال ة ئ ش ن الت ( ١:ف ل ث م ت جورونتالو ت ة ظ اف ح م ل (BAZNAS) ة ي ن ط و ال اة ك الز ة ئ ي ى
ة ظ اف م ف (SKPD) ة ي م ي ل ق الإ ل م ع ال ة د ح و ب ات ك م ع ي ج ف ن ه م ال اة ك ز ب و ج و ل م ت ي و أ ات ب ت ر م ال ف و ش ك ام ظ ن ل لا خ ن م ن ه م ال اة ك ز ال و م أ ع م لج ة ي ن ق الت ذ ي ف ن ت ( ٢.جورونتالو
اث ن ي ) % 3.6 ل د ع ا ب ل او ن ت ت ت ال ي ف ظ و م ل ل ت ل د ب ال و ب ات و الر ن م ة ر اش ب ا م ه م ص خ ل إ ة ر اش ب ا م ال س ر إ ( ٣.اب ص الن ل إ ل ص و ي ذ ال ل خ الد ال ج إ ن م (وخسة من عشرة ف المائة
اب س ال
ة ئ ي ى ل إ ن ه الم اة ك ز ال و م أ م ي ل س ت (٤.جورونتالو ة ظ اف ح ب BAZNASة ئ ي ل ف ر ص المBAZNAS د ن ت س ت اه ن م ة اد ف ت س ال ( ٥.اف ن ص أ ة ي ان ى ث ل ع ة ئ ي ا ال ه ع ز و ت ف جورونتالو، ة ظ اف ح ب
ل م ع ال ج م ار ب ل إ
.جورونتالو ة ظ اف م ف (RKAT) ة ي و ن الس ة ي ان ز ي الم و ل م ع ال اع م ت اج ف ة د د ح الم ة اد ي ز ى ل ع اب ي إ ر ث أ و ل ن ه الم اة ك ز ال و م أ ع ج ن ع 3122عام 34 م ق ر ن و ان ق ال ذ ي ف ن ت ا،ي ان ث جورونتالو. ة ظ اف ح ب BAZNAS ة ئ ي ى ى ف ر خ أ ل إ ة ن س ن م ن ه الم اة ك ز ق و د ن ص ات اد ر ي إ غ ل ب ي ذ ال ن ه الم اة ك ز ق و د ن ص ىل ع BAZNAS ة ئ ي ى ت ل ص ح د ق ، ل ع اق و ال ف ان ك و
()ثان مائة 48:.945.191 عا وثلاثي ف ة ي ب و ر وأرب عا وثلاثي ملي ونا وثاني ألفا وتسعمائة وسب )ألفي وثان عشرة( 3129 ة ن س ف ق و د ن الص و م ن ي ان ا ك م ن ي ب )ألفي وسبع عشرة ( 3128 ة ن س )تسعمائة وستا وعشرين ملي ونا وثانائة وستا وثلاثي ألفا وثانائة 37.947.9:1: غ ل ب ث ي ح
) . ة ي ب و ر وتسعي
ا ىذا البحث فهي الإدارة لزكاة المهن ف ىيئة متشابو بالبحوث الخرى ف مناقشة فأمBAZNAS ا وجو الختلاف ف يظهر ف ت ركيز الباحث أكث ر على ت نفيذ القان ون الرقم . وأم
BAZNASاة المهن ف ىيئة )ألفي وأحد عشر( عن جع زك 3122)الثالث وعشرين( عام بحافظة جورونتالو.
xv
هج التحليل الوصفي مستندا وعي ومن هج الن ن إل وتستخدم الباحثة خلال ىذا البحث الم
ه لية الت ت الصول علي بحافظة جورونتالو والب يانات BAZNASا من ىيئة الب يانات الوها من خلال جع كتب المراجع المت علقة بذا البح ث.الثانوية الت ت الصول علي
xvi
ABSTRACT
Miscky S. Inaku, The Implication of Application of Law No. 23 of 2011
Concerning The Management of Zakat on Collection of Income Zakat Funds
in BAZNAS Gorontalo Province
The results of this research indicate: First, the mechanisms for the
management of income zakat in the BAZNAS of Gorontalo Province are: 1)
socialization of the obligation of income zakat in all Regional Work Unit
Offices (SKPD) of Gorontalo Province. 2) The collection of income zakat
funds is carried out using payroll system which are deducted directly from
salaries and official allowances received at a rate of 2.5% of gross income
that has reached the legal minimum (nishab). 3) they are directly sent to the
BAZNAS account of Gorontalo Province. 4) After the income zakat funds
are received by the BAZNAS of Gorontalo Province, they are distributed by
the BAZNAS to 8 (eight) of mustahik. 5) Its utilization is based on the work
programs set in the BAZNAS Annual Work Meeting and Budget (RKAT) of
Gorontalo Province. Second, the implementation of law No. 23 of 2011
concerning the collection of income zakat funds has a positive impact on the
acceptance of income zakat from year to year at BAZNAS of Gorontalo
Province. In fact, BAZNAS in 2017 was able to collect income zakat funds
of Rp. 834.080.937 while in 2018 it increased to Rp. 926.836.890
This research supports with previous studies who discuss the management of
income zakat in BAZNAS but for this research, the author focuses more on
the implementation of Law No. 23 of 2011 on income zakat collection in
BAZNAS of Gorontalo Province.
The author used the qualitative research method with a descriptive analysis
approach using primary data obtained through the BAZNAS of Gorontalo
Province and secondary data obtained through the collection of library
literatures related to this research.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu problematika umat adalah kemiskinan dan
keterbelakangan ekonomi. Sekurang-kurangnya masalah tingkat
penghasilan yang rendah dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi
Nasional, tingkat pengangguran yang tinggi, keterbatasan kemampuan
dalam mengakses sumber-sumber informasi dan teknologi industri,
ketidakmerataan kemakmuran dan kesejahteraan hidup yang tinggi, dan
lain sebagainya. Problematika umat terbungkus rapi dan tersembunyi di
balik wajah kemiskinan.1
Permasalahan yang melibatkan penduduk miskin sangat
kompleks, sehingga sulit untuk diselesaikan. Kemiskinan bukan hanya
disebabkan oleh faktor alamiah, namun faktor pemerataan pembangunan
juga memberikan pengaruh terhadap masalah ini. Salah satu solusi yang
ditawarkan oleh ekonomi Islam untuk menyelesaikan masalah ini, yaitu
dengan pemberdayaan masyarakat berbasis kepada zakat.2
Sebagaimana diungkapkan dalam QS. Adz-Dzāriyāt ayat 19:
“Dan pada harta benda mereka ada hak orang miskin yang
meminta, dan orang miskin yang tidak meminta”. (QS. Adz-Dzāriyāt:
19).
1M. Zen, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: Centre Fox Enterpreneurship
Development, 2005), h.46. 2Abdul Aziz, “Pendayagunaan Zakat Sebagai Upaya Pengentasan
Kemiskinan”, dalam jurnal Ius Constituendum, Vol. 1 No. 2, 2018, h. 85.
2
Berdasarkan ayat Al-Qur‟an di atas, dalam setiap penghasilan
maupun harta yang berhasil diperoleh di dalamnya ada hak orang lain
dan berkewajiban bagi setiap manusia yang menguasainya untuk
mengeluarkan shadaqah, infak, dan, zakat. Apabila tidak dikeluarkan,
berarti berlaku dzalim dengan menguasai atau memakan harta yang
merupakan harta hak orang lain khususnya kaum dhuafa.3 Al-Qurthubi
(w. 671 H) dalam tafsir al-Jāmi„ li Ahkām Al-Qur‟an menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan kata-kata hakkun ma„lum (hak yang pasti) pada
QS. Adz-Dzāriyāt ayat 19 adalah zakat yang diwajibkan, artinya semua
harta yang dimiliki dan semua penghasilan yang didapatkan jika telah
memenuhi persyaratan kewajiban zakat, maka harus dikeluarkan
zakatnya.4
Reformasi fikih zakat telah membuka jalan untuk meninggalkan
tradisi penyamaran bobot setiap asnaf. Al-Qur‟an menyebutkan fakir dan
miskin sebagai kelompok pertama dan kedua dalam daftar penerima
zakat mengindikasikan bahwa mereka inilah yang mendapat prioritas dan
pengutamaan oleh Al-Qur‟an, pemahaman ini juga didasarkan atas
esensi tujuan utama zakat, sebagai instrumen dalam upaya mengatasi
masalah kemiskinan.5
Sebagaimana dalam Hadis Nabi saw:
3 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo,
2007), h. 2. 4Al-Qurthubi, Tafsir al-Jāmi„ li Ahkām Al-Qur‟an, Jilid IX, (Beirut: Dār el
Kutub Ilmiyyah, 1993), h. 37. 5 Yusuf al-Qaradhāwy, Fiqh al Zakat terj. Salman Harun, dkk., Hukum Zakat;
Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Al-Qur‟an dan
Hadis, (Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa, 2006), Cet. IX, h. 510.
3
ا ب عث معاذا إل اليمن قال لو ر سول أن رسول الله صلى الله عليو و سلم لم
ت رض عليهم ة ف أموالم صدقالله صلى الله عليو و سلم ... :أن الله قد اف
. )رواه النسائ( 6ت ؤخذ من أغنيائهم ف ت رد ف ف قرائهم.
“ ...sesungguhnya Rasulullah saw. mengutus Mu‟adz ke Negeri
Yaman; Sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta
mereka yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka dan
dibagikan kepada orang-orang fakir diantara mereka.” (H.R Imam an-
Nasa‟i).
Penghimpunan dana zakat merupakan salah satu aktivitas utama
dari pengelolaan zakat. Setiap aktivitas dalam pengelolaan diarahkan
untuk mencapai tujuan zakat yaitu meningkatkan perekonomian umat
dengan cara pengelolaan dana zakat yang berorientasi yang baik pun
tidak akan berhasil tanpa dukungan jumlah dana zakat yang memadai.
Sehingga menjadi sebuah keharusan bagi lembaga zakat untuk
meningkatkan jumlah pengumpulan dana zakatnya agar keterjangkauan
dan kemanfaatannya dirasakan lebih meluas.7
Pendapatan dan pengeluaran dalam ranah ekonomi Islam salah
satunya diatur melalui mekanisme zakat. Pembaharuan zakat menjadi
6Imâm Abû Abdurrahmân Ahmad bin Syu„aib an-Nasâ‟i, as-Sunan al-Kubrâ,
Juz X, (Beirut: Dâr al- Kutub al-Ilmiyyah, 1991 H/1411 M), Cet. Ke- 1, h. 31. 7A. Aziz dkk, “Strategi penghimpunan dana zakat lima lembaga pengelola
zakat di Indonesia”, dalam jurnal Syarikah, Vol. 2 No. 1, juni 2016.
4
penting untuk dilakukan, karena selama ini sebagian besar umat masih
memandang zakat sebagai ibadah yang terlepas kaitannya dengan
persoalan ekonomi dan sosial, maka saat ini zakat harus dipandang
sebagai sumber kekuatan ekonomi umat yang dapat dipergunakan untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan sosial umat Islam. Dan juga
dalam prakteknya, zakat masih kurang menyentuh masyarakat, sehingga
tidak tepat pada sasarannya.8
Di tengah problematika perekonomian, zakat muncul menjadi
instrumen pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan umat di
Daerah. Zakat memiliki banyak keunggulan dibandingkan instrumen
fiskal konvensional yang kini telah ada.9
Zakat merupakan ibadah yang berkaitan dengan ekonomi keuangan
dan kemasyarakatan, zakat juga merupakan salah satu dari luma rukun
Islam yang mempunyai status dan fungsi yang penting dalam syari‟at
Islam. Salah satu fungsi zakat yaitu untuk mewujudkan pemerataan
keadilan dalam bidang ekonomi. Sebagai salah satu lembaga ekonomi
Islam, zakat merupakan sumber dana potensial strategis bagi upaya
membangun kesejahteraan ummat.10
Zakat yang merupakan tonggak ekonomi Islam yang sudah lama
ditinggalkan seharusnya kembali diperhatikan. Sebab, zakat merupakan
sebuah potensi besar yang dapat dijadikan modal pembangunan Negara
sebagai yang pernah dilakukan oleh pendahulu-pendahulu Islam.
8Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. Ke-2, h. 83. 9Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi
Modern, (Jakarta: Paradigma & AQSA Publishing, 2007), h.192. 10
Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 259.
5
Zakat adalah ketetapan Ilahiyah bagi mereka yang memiliki kelebihan
harta benda. Ketetapan tersebut dapat dijadikan sebagai media
pengembangan dan pemberdayaan perekonomian masyarakat. Selain itu,
zakat bisa menjadi pengikat solidaritas dan mendidik jiwa untuk
mengalahkan kelemahan dan mempraktekkan pengorbanan diri serta
kemurahan hati.11
Secara substantif zakat merupakan bagian dari mekanisme keagamaan
yang berintikan pada semangat pemerataan pendapatan. Dan zakat
diambil dari mereka yang kelebihan harta kemudian disalurkan kepada
mereka yang kekurangan. Namun aktifitas tersebut tidak mengandung
maksud memiskinkan yang kaya. Karena dalam zakat ada batas
maksimal atau hanya sebagai kecil harta yang diambil dari orang kaya.
Dalam zakat ada kriteria dan syarat tertentu. Oleh karena itu, alokasi
dana zakat tidak bisa diberikan sembarangan, hanya kelompok-kelompok
tertentu yang mendapatkan bagian dana zakat. Dari situlah akan terjadi
pemerataan perekonomian, yang kaya tidak semakin kaya dan yang
miskin tidak semakin miskin.12
Pengumpulan dan penyaluran serta potensi zakat sebagai instrumen
pengentasan kemiskinan menjadi issue penting dalam sistem
perekonomian Islam. Zakat banyak dibahas oleh ekonom muslim yang
concern kepada pembangunan dan keuangan publik.13
Saat ini, terdapat beberapa Negara Islam yang telah mewajibkan
secara legal formal pembayaran zakat. Di Indonesia, pembayaran zakat
juga memiliki payung hukum, sekalipun tidak “memaksa” sebagaimana
11
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2003), h. 75. 12
Muhammad Tholhah Hasan, Islam dalam Perspektif Sosial Kultural,
(Jakarta: Lantahora Press, 2005), h. 250. 13
Bambang Iswanto, “ Zakat dan Wakaf di Beberapa Negara Muslim”, dalam
Misykat; jurnal ilmu-ilmu al-Qur‟an Hadis dan Dan Syariah, Vol. III No. 1, Februari
2010, h. 11.
6
di Negara-negara Islam lainnya. Rumah-rumah zakat menjamur
sekalipun banyak lembaga amil zakat yang dikelola tidak dengan
profesionalitas tinggi. Pada dasarnya, hal itu bukan persoalan yang
paling penting. Target terpenting adalah bagaimana zakat menjadi
medium utama dalam mengantarkan bangsa dan Negara menuju gerbang
kesejahteraan dan kemakmuran. Namun mengingat target adanya
“penyelewengan” terbuka lebar, maka pengelolaan yang profesional
menjadi penting.14
Keberhasilan zakat tergantung kepada pendayagunaan dan
pemanfaatannya. Walaupun seseorang wajib zakat (muzakki) mengetahui
dan mampu memperkirakan jumlah zakat yang akan ia keluarkan, tidak
dibenarkan ia menyerahkannya kepada sembarang orang yang ia sukai.
Zakat harus diberikan kepada yang berhak (mustahik) yang sudah
ditentukan menurut agama. Penyerahan yang benar adalah melalui badan
amil zakat maupun tetap terpikul kewajiban untuk mengektifkan
pendayagunaannya. Pendayagunaan yang efektif ialah efektif
manfaatnya (sesuai dengan tujuan) dan jatuh pada yang berhak (sesuai
dengan nash) secara tepat guna.15
Zakat bukan hanya sekedar simbol akan tetapi sebuah kewajiban
bagi umat Islam, apalagi dengan berkembangnya pengetahuan dan
bentuk penghasilan. Pada masa sekarang, sumber zakat tidak hanya
meliputi zakat pertanian, peternakan, perdagangan emas, serta harta
terpendam. Tetapi juga meliputi zakat perusahaan, surat-surat berharga,
perdagangan mata uang maupun profesi.16
14
Faisal, “Sejarah Pengelolaan Zakat di Dunia Muslim dan Indonesia”, dalam
jurnal Analisis, Vol. XI no. 2, Desember 2011, h. 244. 15
Abdul Aziz, “Pendayagunaan Zakat Sebagai Upaya Pengentasan
Kemiskinan”, dalam jurnal Ius Constituendum, h. 103. 16
Mawardi, Ekonomi Islam, (Pekanbaru: Alaf Riau Graha, 2007), Cet. Ke-1, h.
129-130.
7
Karena itulah mereka kemudian merumuskan sebuah pos baru
yang pada dasarnya tidak melanggar ketentuan Allah Swt. atas
kewajiban membayar zakat bagi para profesional yang disebut sebagai
zakat profesi.
Termasuk dalam zakat profesi adalah gaji, upah, honor, insentif,
dan lainnya baik bersifat regular maupun temporer. Semua itu di hitung
sebagai penerimaan yang akan dibandingkan dengan nilai nisab. Apabila
telah mencapai nisab, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.17
Pada Al-Qur‟an, zakat hanya menyebutkan bagian-bagian
pokoknya saja yang penjabarannya terdapat pada kitab-kitab fikih klasik.
Dimana pada era modern ini, fikih klasik sudah tidak sesuai lagi dengan
keadaan sekarang. Misalnya pada permasalahan zakat profesi yang
masih banyak perdebatan.18
Zakat profesi merupakan salah satu kasus baru dalam fikih
(hukum Islam). Al-Qur‟an dan as-Sunnah, tidak memuat aturan hukum
yang tegas mengenai zakat profesi ini. Begitu juga ulama mujtahid
seperti Abu Hanifah, Malik, Syafi‟i, dan Ahmad ibn Hanbal tidak pula
memuat dalam kitab-kitab mereka mengenai zakat profesi ini. Hal ini
terbatasnya jenis-jenis usaha atau pekerjaan masyarakat pada masa Nabi
dan imam Mujtahid. Namun demikian, sekalipun hukum mengenai zakat
profesi ini masih menjadi kontroversi dan belum begitu diketahui oleh
masyarakat muslim pada umumnya dan kalangan profesional muslim di
tanah air pada khususnya. Kesadaran dan semangat untuk menyisihkan
17
Setiawan Budi Utomo, Metode Praktis Penetapan Nisab Zakat, (Bandung:
Mizan, 2009), Cet ke-1, h. 55. 18
Muhamad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer,
(Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), h. 12.
8
sebagian penghasilan sebagai zakat yang diyakininya sebagai kewajiban
agama yang harus dikeluarkannya cukup tinggi.19
Meski zakat profesi tidak pernah menjadi topik bahasan secara
eksplisit dalam fikih Islam klasik, namun bukan berarti para ulama Islam
tempo itu sama sekali tidak pernah membahas zakat yang sejenis dengan
zakat profesi.
Imam Ahmad bin Hanbal misalnya, dikisahkan pernah
menghidupi dirinya dengan menyewakan rumahnya. Karena itu ia
berpendapat bahwa seorang muslim yang menyewakan rumahnya dan
nilai sewa mencapai nisab, maka ia harus mengeluarkan zakat tanpa
perlu menunggu syarat haul (satu tahun). Menyewakan rumah disini
dapat dianalogikan dengan menyewakan tenaga atau keahlian. Sebab,
menekuni profesi tertentu pada hakikatnya adalah menyewakan keahlian.
Bila di cermati bentuk penghasilan yang paling menyolok dengan
pada zaman sekarang adalah apa yang diperoleh dari pekerjaan dan
profesi. Pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam yaitu;
Pertama, pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung
kepada orang lain berkat kecekatan tangan dan otak. Penghasilan yang
diperoleh dengan cara ini merupakan penghasilan professional seperti
penghasilan dokter, insinyur, advokat, seniman, tukang kayu, dan lain-
lain.
Kedua, pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak lain baik
pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan memperoleh upah,
19
Agus Marimin dan Tira Nur Fitria, “Zakat Profesi (Zakat Penghasilan)
Menurut Hukum Islam”, dalam Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 01, No. 01, Maret
2015, h.50-51.
9
dengan menggunakan tangan, otak, ataupun kedua-duanya, penghasilan
pekerjaan seperti ini berupa gaji/upah ataupun honorarium.20
Zakat profesi merupakan salah satu sumber zakat yang mulai gencar
dilakukan oleh pemerintah melalui BAZNAS dan ormas-ormas Islam di
Indonesia belakangan ini. Namun demikian, sekelompok ulama dan
ormas Islam tampaknya masih belum sepenuhnya menerima kewajiban
zakat profesi ini. Dengan bahasa lain, zakat profesi masih menyisakan
pendukung dan penolaknya. Pendukung zakat profesi terdiri dari MUI,
Pemerintah, NU, Muhammadiyah, dan lain-lain. Sementara yang tidak
sependapat umumnya dari kalangan yang berkiblat ke ulama Saudi,
Salafi, dan lain-lain. Namun, dalam hal ini, argumen pendukung zakat
profesi lebih rajah (kuat) dan meyakinkan serta lebih memenuhi
maqashid asy-syariah. Kalangan pendukung zakat profesi juga
tampaknya lebih kuat pengaruh dan ajarannya terbukti dalam Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat serta
pemanfaatannya.21
Adapun pokok-pokok pikiran mengenai undang-undang no. 23
tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yang terdiri dari 11 bab dan 47
pasal, di antaranya:
Bab I, berisi mengenai ketentuan umum yang terdiri dari 4 pasal
yang mendefinisikan beberapa peristilahan terkait pengelolaan zakat,
asas-asas dan tujuan pengelolaan zakat, jenis-jenis zakat, serta prinsip
tentang syarat dan tata cara penghimpunan zakat. Kemudian pada Bab II,
berisi tentang kelembagaan pengelola zakat yang terdiri dari 16 pasal.
Kemudian Bab III, terdiri dari 9 pasal yang mengatur tentang ketentuan
20
Asmuni Mth, “Zakat Profesi dan Upaya Menuju Kesejahteraan Sosial”,
dalam jurnal La Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1 No. 1, Juli 2007, h. 49. 21
Ali Trigiyatno, “Zakat Profesi Antara Pendukung dan Penentangnya”, dalam
jurnal Hukum Islam, Vol. 14 No. 2, Desember 2016, h. 135.
10
pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan zakat, dan lain-lain. Pada
Bab IV, terdiri dari dari 4 pasal yang mengatur tentang ketentuan
pembiayaan. Kemudian pada Bab V, berisi 1 pasal yang mengatur
tentang pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Menteri
Agama, Gubernur, dan Bupati/Walikota terhadap BAZNAS dan LAZ di
semua tingkatan. Kemudian Bab VI, berisi 1 pasal yang mengatur
tentang peran serta masyarakat berupa pembinaan dan pengawasan
terhadap BAZNAS maupun LAZ. Bab VII, berisi 1 pasal yang mengatur
mengenai sanksi administratif yang ditujukan kepada setiap lembaga
pengelola zakat yang terbukti melakukan pelanggaran. Kemudian Bab
VII, terdiri dari 2 pasal yang berisi ketentuan larangan bagi pengelola
zakat terhadap penyalahgunaan dana zakat, dan lain-lain. Pada Bab IX,
terdiri dari 4 pasal yang mengatur tentang ketentuan pidana berupa
kurungan penjara ataupun denda. Kemudian Bab X, berisi 1 pasal yang
memuat tentang ketentuan peralihan bahwa BAZNAS pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota yang telah ada sebelum ada undang-undang ini berlaku
tetap menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan undang-undang.
Kemudian pada Bab terakhir yakni XI, terdiri dari 4 pasal berisi
mengenai ketentuan penutup.22
Lahirnya Undang-undang Pengelolaan Zakat Nomor 38 tahun
1999 yang kemudian direvisi dengan Undang-undang Nomor 23 tahun
2011 serta beberapa peraturan terkait lainnya, membawa angin segar
dunia perzakatan di Indonesia. Dengan regulasi ini fiqh al-zakat
memasuki tahap institusionalisasi pengelolaan dalam wilayah formal
kenegaraan, meskipun masih sangat terbatas.
22
www.kemhan.go.id, diakses pada tanggal 11 maret 2019, pukul 17.55.
11
Sesuai Undang-undang No. 23 Tahun 2011 BAZNAS
mengumpulkan zakat, infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan
lainnya. Dalam pengumpulan dana BAZNAS melakukan sosialisasi
zakat ke berbagai kalangan melalui saran baik langsung ataupun tidak
langsung. Penerimaan zakat oleh BAZNAS dilakukan melalui konter, e-
banking, jemput zakat payroll system.
Penghimpunan dana zakat merupakan salah satu aktivitas utama
dari pengelolaan zakat. Setiap aktivitas dalam pengelolaan diarahkan
untuk mencapai tujuan zakat yaitu meningkatkan perekonomian umat
dengan cara pengelolaan dana zakat yang berorientasi pada perbaikan
kondisi perekonomian mustahik. Namun pengelolaan yang baik pun
tidak akan berhasil tanpa dukungan jumlah dana zakat yang memadai.
Sehingga menjadi sebuah keharusan bagi lembaga zakat untuk
meningkatkan jumlah pengumpulan dana zakatnya agar keterjangkauan
dan kemanfaatannya dirasakan lebih meluas.23
Secara garis besar BAZNAS memiliki 2 jenis pendekatan dalam
penghimpunan zakat, yaitu Penghimpunan Badan dan Penghimpunan
Individu. Penghimpunan Badan ditujukan untuk pengumpulan zakat di
lingkungan korporasi swasta, BUMN, lembaga Negara dan juga
kementrian, sedangkan Penghimpunan Individu merupakan pendekatan
penghimpunan terhadap individu dan UMKM. Secara sifat
penghimpunan badan bersifat mengikat dan kolektif sedangkan
penghimpunan individu memiliki sifat sebaliknya yaitu tidak mengikat
dan individual. Dari segi jumlah penghimpunan badan menghimpun
dalam jumlah besar melalui sistem layanan yang terintegrasi sedangkan
penghimpunan individu melayani penghimpunan dalam jumlah yang
23
A. Aziz, dkk, “Strategi Penghimpunan dana zakat lima lembaga pengelola
zakat di Indonesia”, dalam Jurnal Syarikah, Vol. 2, No. 1, Juli-Desember, 2017.
12
relatif kecil dengan sifat layanan yang costumized. Segmen market
penghimpunan badan juga lebih homogen dibandingkan dengan
penghimpunan individu yang memiliki segmen market yang hetrogen. 24
Pengaturan penghimpunan zakat begitu sederhana dan tidak
memerlukan pengetahuan khusus. Pelaksanaan zakat secara semestinya,
secara ekonomi dapat menghapus tingkat kekayaan yang mencolok, serta
sebaliknya dapat menciptakan redistribusi yang merata.25
Organisasi
pengelolaan zakat menghimpun dana zakat dengan memungut zakat baik
secara langsung maupun tidak langsung dari masyarakat. Cara-cara yang
dilakukan meliputi pembukuan konter-konter penerimaan zakat,
pemasangan iklan pada media massa, korespondensi, kunjungan dari
rumah ke rumah dan kontak dengan komunitas tertentu. Munculnya
lembaga-lembaga amil zakat menampilkan sebuah harapan akan
tertolongnya kesulitan hidup kaum dhuafa dan terselesaikannya masalah
kemiskinan dan pengangguran. Namun harapan ini tidak akan tercapai
apabila Lembaga Amil Zakat tidak memiliki orientasi dalam
pemanfaatan dana zakat yang tersedia.26
Pasca-era reformasi, lembaga-lembaga pengelolaan zakat mulai
berkembang di Indonesia, termasuk pendirian lembaga zakat yang
dikelola oleh pemerintah, yaitu BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional),
dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang dikelola masyarakat dengan
manajemen yang lebih baik dan modern. Pengelolaan zakat yang kini
berjalan adalah liberal, dimana siapa pun dapat mengelola zakat sebebas-
24
Ita Aulia Coryna dan Hendri Tanjung, “Formulasi Strategi Penghimpunan
Zakat Oleh Bdan Amil Zakat Nasional”, dalam jurnal Al-Muzara‟ah, Vol. 3 No. 2, h.
167.
25M. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997), h. 248. 26
Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern: Instrumen Pemberdayaan
Ekonomi Umat, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), h. 60.
13
bebasnya tanpa tata kelola yang baik, sehingga kehadiran Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2011 adalah tepat dalam mencegah liberalisasi
pengelolaan zakat dan menegakkan tata kelola zakat nasional.27
Suksesnya lembaga zakat tidak lepas dari penghimpunan dana
zakat (fundraising), hal ini boleh dikatakan selalu menjadi tema besar
dalam organisasi amil zakat. Sebenarnya pengaturan penghimpunan
zakat hanya sederhana dan tidak memerlukan pengetahuan khusus.
Pelaksanaan pemungutan zakat secara semestinya, secara ekonomi dapat
menghapus tingkat perbedaan kekayaan yang mencolok, serta sebaliknya
dapat menciptakan redistribusi yang merata.28
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 adalah bentuk perundang-
undangan syari‟ah ke dalam hukum positif sekaligus upaya untuk
mencapai good governance dalam pengelolaan zakat Nasional.
Sebagaimana pendapat Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dihadirkan
dalam persidangan uji materi di Mahkamah Konstitusi, menyatakan
bahwa, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 telah sesuai dengan nilai-
nilai al-Qur‟an, Hadist, dan fikih, yang tidak tertampung dalam Undang-
Undang Nomor 38 tahun 1999 sebelumnya, khususnya tentang unifikasi
pengelolaan zakat.29
Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011
tentang pengelolaan zakat, perubahan-perubahan tersebut diharapkan
dapat memaksimalkan peranan serta fungsi zakat di Indonesia dalam
mengentaskan kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan ekonomi dan
27
Budi Rahmat Hakim, “Analisis Terhadap Undang-Undang No. 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat (Perspektif Hukum Islam)”, dalam Syariah-Jurnal
Ilmu Hukum, Vol. 15 No. 2, Desember 2015, h. 157, 159-160. 28
M. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), h. 248. 29
Mahkamah Konstitusi, “Risalah Sidang IV Perkara No. 86/PUU-X/2012”,
17 Oktober 2012, h. 5-7.
14
sosial dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara umat
muslim di Indonesia.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Gorontalo
menyalurkan dana zakat sebesar 532 juta kepada 250 mustahik. Zakat
ini terbagi dalam lima program yakni pendidikan, kemanusiaan,
kesehatan, ekonomi produktif, serta dakwah dan advokasi. Pada saat ini
zakat yang diperoleh berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan
(RKAT) sekitar 700 juta per bulan. Itu diperoleh dari 2,5% potongan gaji
ASN setiap bulan yang ada di Provinsi Gorontalo yang kurang lebih
berjumlah 7000-an orang. Sehingga setahun ada 8 milyar zakat yang
akan di kelola.30
Kemudian, yang menjadi alasan penulis memilih BAZNAS
Provinsi Gorontalo menjadi objek penelitian yaitu selain kurangnya
penelitian-penelitian yang dilakukan di BAZNAS Provinsi Gorontalo,
penulis juga ingin mengetahui seberapa berkembang lembaga yang
berada di daerah-daerah kecil khususnya daerah atau Provinsi Gorontalo,
terutama dalam hal implikasi atau dampak penerapan Undang-undang
no. 23 tahun 2011 dan penghimpunan zakat profesinya, dimana yang
menjadi salah satu penghambat berkembangnya lembaga BAZNAS yang
ada di Gorontalo karena rendahnya kesadaran para kalangan profesi
terhadap hukum zakat profesi, terbukti bahwa yang menjadi muzakki
kalangan profesi di BAZNAS Provinsi Gorontalo hanya dari kalangan
ASN/PNS.
Maka dari itu, berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa
perlu melakukan studi analisis terhadap tema dengan mengangkat judul:
“Implikasi Penerapan Undang-undang No. 23 Tahun 2011 Tentang
30
www.humas.gorontaloprov.go.id, diakses pada tanggal 18 februari 2019,
pukul 22.07.
15
Pengelolaan Zakat terhadap Penghimpunan Zakat Profesi Di
BAZNAS Provinsi Gorontalo”.
B. Permasalahan
Dari uraian latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, agar
penelitian ini lebih terarah maka penulis merumuskan beberapa
permasalahan dalam penelitian ini dengan mengacu pada hal-hal
dibawah ini:
1. Identifikasi Masalah
Dibawah ini adalah beberapa permasalahan terkait dengan
penelitian yang dapat di identifikasi, sebagai berikut:
a. Ketentuan hukum Islam terhadap zakat profesi di BAZNAS.
b. Penerapan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 terhadap
pengelolaan zakat profesi di BAZNAS.
c. Mekanisme pengelolaan zakat profesi di BAZNAS.
d. Peluang dan kendala BAZNAS dalam melaksanakan
pendayagunaan zakat profesi.
e. Pengawasan pengelolaan dana zakat profesi di BAZNAS.
f. Dampak pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011
terhadap pengelolaan zakat profesi di BAZNAS.
2. Pembatasan Masalah
Permasalahan pada tesis ini terbatas hanya seputar
mekanisme pengelolaan zakat profesi di BAZNAS Provinsi
Gorontalo, serta Implikasi penerapan Undang-Undang Nomor 23
tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat profesi di BAZNAS
Provinsi Gorontalo karena penulis ingin lebih terfokus kepada
16
penelitian ini, sehingga dapat memudahkan penulis dalam meneliti
permasalahan yang diangkat.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan permasalahan di atas, maka dari itu
yang dapat dijadikan rumusan masalah, adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana mekanisme pengelolaan zakat profesi di BAZNAS
Provinsi Gorontalo?
b. Bagaimana implikasi penerapan Undang-Undang Nomor 23
tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat profesi di BAZNAS
Provinsi Gorontalo?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian pada permasalahan ini, antara lain:
1. Untuk mengkaji mekanisme pengelolaan zakat profesi yang ada di
BAZNAS Provinsi Gorontalo.
2. Untuk mengkaji implikasi atau dampak dalam penerapan Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat
profesi di BAZNAS Provinsi Gorontalo.
Manfaat hasil penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu:
1. Aspek teoritis
Penelitian ini adalah upaya untuk menjadikan bahan acuan
pada penelitian berikutnya, kemudian untuk menambah wacana dan
khazanah ilmiah kepada masyarakat, akademis, organisasi
masyarakat mengenai implikasi penerapan Undang-Undang no. 23
tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat profesi di BAZNAS
Provinsi Gorontalo.
2. Aspek Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk dijadikan
jawaban hukum mengenai mengenai masalah implikasi penerapan
17
Undang-Undang no. 23 tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat
profesi di BAZNAS Provinsi Gorontalo.
E. Kajian Pustaka
Sebelum berniat dan bergerak untuk menyusun tesis yang
berjudul “Implikasi Penerapan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat dan Penghimpunan Zakat Profesi di
BAZNAS Provinsi Gorontalo” ini, penulis telah melakukan kajian
pustaka sebagai upaya preventif agar penulisan tesis ini tidak sia-sia,
karena satu kelalaian sederhana.
Kajian pustaka atau Literature Review adalah bahan tertulis
berupa buku, jurnal yang membahas tentang topik yang hendak diteliti.
Kajian pustaka membantu peneliti untuk melihat ide-ide, pendapat dan
kritik tentang topik tersebut yang sebelumnya dibangun dan dianalisa
oleh para ilmuwan sebelumnya.31
Di bawah ini adalah beberapa penelitian yang serupa mengenai
objek yang akan penulis teliti sebagai bukti konkrit bahwa penelitian ini
murni dari hasil penelitian penulis sehingga jauh dari adanya plagiasi.
1. Partin Nurdiani dan Marlina Ekawaty (2016), dalam jurnal yang
diterbitkan oleh Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas
Brawijaya, yang berjudul: “Efektivitas Pendistribusian Zakat
Profesi Pegawai Negeri Sipil Melalui Sistem Wakalah di
Kementrian Agama Kota Malang Ditinjau dari Fiqh Zakat”. Jurnal
ini membahas mengenai praktek pendistribusian yang dilakukan
oleh UPZ (Unit Pengumpul Zakat) dan muzakkinya serta bagaimana
efektivitasnya ditinjau dari fiqh zakat. Penelitian ini menggunakan
31
J.R. Raco, Dr. M.E., M.Sc., Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta:
Grasindo, 2010), h. 104.
18
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Pada
praktek pendistribusian yang dilakukan oleh PNS melalui
kekerabatan sudah sesuai dengan hadist Nabi, kemudian adanya
sistem wakalah dalam pendistribusian ini efektif dapat memberikan
dampak sosial dan ekonomi. Namun dari sisi penyaluran yang
dilakukan oleh UPZ dan sistem wakalah dalam pendistribusian ini
kurang optimal karena semua dana yang diperoleh hanya disalurkan
dalam bentuk konsumtif.32
Adapun persamaan tesis penulis dengan penelitian di atas
yaitu sama-sama melakukan penelitian pada sebuah lembaga yakni
UPZ maupun BAZNAS dalam pengelolaan dan pendistribusian
terhadap zakat profesi. Sedangkan perbedaannya ialah penelitian di
atas tidak membahas masalah dampak penerapan Undang-undang
No. 23 tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat profesi di
BAZNAS seperti halnya tesis yang diteliti oleh penulis. Kemudian,
pada penelitian di atas juga terfokus pada efektivitas penditribusian
terhadap zakat profesi melalui sistem wakalah yang ditinjau dari
fikih zakat.
2. Nahdhah; Indah Dewi Megasari (2018), dalam jurnal yang
diterbitkan oleh Al‟Adl, yang berjudul: “Zakat Profesi Dalam
Perspektif Ulama Di Kota Banjarmasin”. Jurnal ini lebih membahas
mengenai dalil yang digunakan oleh para ulama terhadap zakat
profesi, kemudian bagaimana pendapat ulama-ulama di kota
Banjarmasin tentang zakat profesi ini. Penelitian ini merupakan
penelitian lapangan, serta menggunakan pendekatan kualitatif .
Menurut jurnal tersebut, dalil yang digunakan oleh para ulama di
32
Partin Nurdiani dan Marlina Ekawaty, “Efektivitas Pendistribusian Zakat
Profesi Pegawai Negeri Sipil Melalui Sistem Wakalah di Kementrian Agama Kota
Malang Ditinjau dari Fiqh Zakat”, Vol. 3 No. 2, 2016.
19
kota Banjarmasin tentang zakat profesi ini sangat beragam, tiga
orang diantaranya tidak setuju dengan adanya zakat profesi, diantara
yang setuju ada dua orang menganalogikan dengan zakat petani, satu
orang dengan ke umuman zakat, satu orang lagi dengan zakat
perdagangan, serta satu dengan zakat emas.33
Persamaan tesis penulis dengan penelitian di atas, yakni
sama-sama membahas mengenai pengelolaan terhadap zakat profesi
juga, namun letak perbedaannya sangat kontras dimana pada
penelitian di atas lebih mengarah kepada pendapat para ulama dan
dalil-dalilnya dalam pengamalan mengenai zakat profesi yang
digunakan oleh para ulama di kota Banjarmasin, sedangkan untuk
penelitian ini penulis lebih terpusat kepada dampak penerapan
Undang-Undang no. 23 tahun 2011 terhadap penghimpunan zakat
profesi di BAZNAS, namun tidak dengan penelitian di atas yang
hanya ingin memperoleh pemahaman soal zakat profesi saja.
3. Anindita Dianingtyas (2017), dalam jurnal yang diterbitkan oleh
Media Ekonomi, dalam judul: Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesediaan karyawan membayar zakat profesi melalui pemotongan
gaji (Studi kasus Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara
Departemen Keuangan RI). Dalam jurnal tersebut membahas
mengenai faktor-faktor kesediaan para pegawai dalam membayar
zakat profesi melalui pemotongan gaji. Penelitian ini menggunakan
sumber data primer dan kemudian metode yang digunakan adalah
kuesioner (daftar pertanyaan). Menurut penelitian, responden yang
dipilih dalam penelitian ini adalah karyawan atau pegawai yang
bekerja di Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Dimana terdapat 96
33
Nahdhah; Indah Dewi Megasari, “Zakat Profesi Dalam Perspektif Ulama Di
Kota Banjarmasin”, Vol. X No. 2, Juli 2018.
20
responden dengan usia yang responden antara 21 tahun sampai
dengan 51 tahun. Kemudian menurut penelitian tersebut, variabel
umur berpengaruh signifikan tetapi berhubungan negatif. Artinya
karyawan yang masih relatif muda memiliki kesediaan untuk
membayar zakat profesi melalui pemotongan gaji lebih besar
dibandingkan dengan karyawan yang sudah cukup umur. Selain
variabel umur, variabel pendidikan, pendapatan, pengetahuan
agama, kepercayaan, status pernikahan juga termasuk dapat
digunakan dalam menentukan kesediaan karyawan membayar zakat
profesi melalui pemotongan gaji.34
Adapun perbedaan dan persamaan tesis penulis dengan
penelitian di atas, yaitu tesis penulis dengan penelitian di atas sama-
sama membahas masalah pengelolaan terhadap zakat profesi.
Namun dari penelitian di atas, lebih terpusat kepada pemotongan
gaji karyawan untuk membayar zakat profesi yang memiliki
beberapa variabel untuk menentukan faktor-faktor pengaruhnya.
Kemudian letak perbedaannya juga, jika penelitian di atas
melakukan penelitiannya terhadap karyawan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan RI, sedangkan untuk
penelitian penulis dalam melakukan studi kasus yaitu di BAZNAS
Provinsi Gorontalo.
4. Syapar Alim Siregar (2016), dalam tesis yang berjudul:
Implementasi dan Implikasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
Terhadap Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tapanuli
Selatan (Studi Deskriptif Pada Instansi Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Selatan) dimana tesis ini mengkaji peran BAZNAS
34
Anindita Dianingtyas, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan
karyawan membayar zakat profesi melalui pemotongan gaji (Studi kasus Direktorat
Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan RI)”, Vol. 19 No. 3.
21
Kabupaten Tapanuli Selatan dalam mengimplementasikan Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2011 terhadap pengumpulan dan
pendistribusian zakat, dan dampak penerapan Undang-Undang No.
23 tahun 2011 terhadap pengelolaan zakat, serta kendala yang di
hadapi BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan dalam
mengimplementasikan Undang-Undang tersebut terhadap
pengelolaan zakat.35
Adapun persamaan dengan penelitian penulis, bahwa di
mana penilitian penulis dengan penelitian diatas, sama-sama
membahas permasalahan mengenai implikasi penerapan undang-
undang no. 23 tahun 2011, kemudian juga sama-sama melakukan
penelitian pada BAZNAS di masing-masing daerah. Akan tetapi,
perbedaannya terletak dimana penelitian diatas, melakukan
penelitiannya pada implementasi dan implikasi penerepan undang-
undang tersebut hanya pada bagian zakat saja, berbeda dengan
penelitian penulis yang lebih terfokus terhadap zakat profesi.
5. Yoghi Citra Pratama (2015), dalam Jurnal The Journal Of
Tauhidinomics, yang berjudul: Peran Zakat dalam Penanggulangan
Kemiskinan (Studi Kasus Program Zakat Produktif Pada Badan Amil
Zakat Nasional), dalam jurnal ini penulis ingin mengetahui sejauh
mana peran zakat produktif dalam pemberdayaan masyarakat kurang
mampu yang diidentifikasi sebagai mustahik dalam berwirausaha.
Zakat yang diperuntukkan bagi mustahik dapat digunakan sebagai
modal usaha dimana usaha yang dikembangkan oleh mustahik pada
umumnya masih berskala kecil, yang tidak terakses oleh lembaga
keuangan bank. Proses pendampingan mencakup perencanaan,
35
Syapar Salim, dalam tesis “Implementasi dan Implikasi Undang-Undang No. 23
tahun 2011 terhadap Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan”.
22
pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian serta evaluasi program,
menjadi salah satu program Badan Amil Zakat dalam mengelola zakat
produktif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif.
Adapun persamaan dan perbedaan Jurnal di atas dengan
penelitian penulis adalah, untuk perbedaannya penelitian di atas lebih
kepada pengelolaan zakat yang ada di BAZNAS tersebut terhadap
peran zakat produktif dalam mengentaskan kemiskinan pada
masyarakat. Sedangkan pada penelitian penulis, yakni pengelolaan
zakat profesi dan lebih kepada penghimpunannya yang ada di
BAZNAS Provinsi Gorontalo. Kemudian persamaannya, yaitu
penelitian tersebut dan penelitian penulis sama-sama melakukan studi
kasus pada lembaga BAZNAS dan melakukan penelitian terhadap
pengelolan zakat di masing-masing lembaga BAZNAS yang dituju.
6. Ita Aulia Coryna dan Hendri Tanjung (2015), dalam Jurnal Al-
Muzara‟ah, yang berjudul: Formulasi Strategi Zakat Oleh Badan Amil
Zakat Nasional. Dalam jurnal tersebut dijelaskan tujuan penulis untuk
memformulasi suatu strategi untuk BAZNAS mengoptimalisasi dana
pengumpulan zakat dalam peraturan baru, dimana data dikumpulkan
melalui survey dan kuesioner dari pihak internal dan eksternal
BAZNAS dan menggunakan analisis matrik SWOT. Penelitian tersebut
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif.
Adapun persamaan dan perbedaan penelitian diatas dengan
penulis yakni, penelitian diatas melakukan penelitiannya lebih kepada
pengoptimalisasian dan juga strategi BAZNAS dalam penghimpunan
dana zakat, kemudian pengumpulan data dari penelitian diatas yaitu
selain melalui survey, juga melalui kuesioner dari pihak-pihak
tertentu. Sedangkan penelitian penulis, yakni penghimpunan dana
23
zakat-nya lebih terfokus kepada zakat profesi bukan hanya zakat
secara umum. Selanjutnya, adapun persamaannya yakni sama-sama
melakukan penelitian terhadap penghimpunan zakat di lembaga
BAZNAS tertentu.
G. Metodologi Penelitian
Untuk mempunyai nilai ilmiah, maka yang perlu diperhatikan
pada penulisan ini yaitu syarat-syarat metode ilmiah. Oleh karena
penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten konsisten
melalui proses penelitian tersebut perlu di adakan analisis dan kontruksi
terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.36
Penelitian merupakan rangkaian proses pengumpulan yang
sistematis serta analisis yang logis terhadap informasi (data) untuk tujuan
tertentu. Sedangkan, metodologi penelitian yaitu cara atau strategi
menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.37
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan masalah yang ditemukan, penelitian ini
tergolong dalam kategori penelitian hukum normatif dengan jenis
penelitian menggunakan metode kualitatif.
Penelitian hukum normatif adalah bagian dari penelitian
kepustakaan yang mengkaji dokumen hukum berupa peraturan
perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum, atau
36
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali Press, 1985), h. 1. 37
Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 9.
24
pendapat para sarjana. Sementara itu, yang dimaksud dengan
pendekatan kualitatif menurut Bodgan dan Taylor adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diminati.38
2. Pendekatan Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Menurut Whitney (1960) dalam buku karangan Moh. Nazir, Ph.D
bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi
yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat
yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-
sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.39
3. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi primer dan sekunder. Adapun
sumber data primer menurut Sugiyono adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data.40
Sedangkan
sumber data sekunder yang merupakan sumber data pendukung
adalah apa yang telah tersusun dalam bentuk dokumen dan dapat
berupa buku-buku, jurnal, dan sumber lain yang berhubungan
dengan penelitian.41
a. Sumber data primer
38
Lexy J, Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya,
2004), h. 4. 39
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2003), h. 16. 40
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009),
h. 62. 41
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grapindo
Persada, 1998), h. 85.
25
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh langsung dari
lapangan baik yang berupa hasil observasi maupun yang berupa
hasil wawancara mengenai implikasi penerapan undang-undang
No. 23 Tahun 2011 terhadap pengelolaan zakat profesi di
BAZNAS Provinsi Gorontalo.
b. Sumber data sekunder
Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dengan:
1) Menggunakan metode dokumenter dan jurnal, yaitu seperti
buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan tesis
ini.
2) Berupa literatur-literatur fiqh klasik42
maupun kontemporer
yang mempunyai relevansi dengan pembahasan tesis ini.
3) Penulisan tesis ini berpedoman pada buku “Pedoman
Penulisan Proposal, Tesis, dan Disertasi” Program
Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta Tahun
2017.
H. Sistematika Penulisan
Penelitian ini secara keseluruhan terdiri dari lima bab. Adapun
sistematika yang digunakan disesuaikan dengan pokok permasalahan
yang dibahas dan dituangkan dalam bentuk beberapa bab dan sub bab,
yang terdiri dari:
BAB I : Pendahuluan. Di dalamnya digambarkan isi dan bentuk
penelitian yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian,
42
Fiqh Klasik adalah fiqh yang banyak berisi tentang hukum Islam yang
mengatur pelaksanaan ibadah-ibadah, yang dibebankan pada muslim yang sudah
mukallaf yaitu kaitannya dengan lima prinsip pokok (wajib, sunnah, haram, makruh,
mubah), serta yang membahas tentang hukum-hukum kemasyarakatan (muamalat).
26
Manfaat/Kegunaan Hasil Penelitian, Metode Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : Landasan Teori. Berisi teori-teori yang bersifat umum dan
yang paling mendekati masalah yang diteliti. Bab ini terdiri
dari beberapa sub bab, yakni, meliputi: Konsep Zakat Profesi
menurut Hukum Islam, Zakat Profesi Pada Peraturan dan
Perundang-undangan Zakat di Indonesia, serta Fundraising
Zakat.
BAB III : Penghimpunan Zakat Profesi di BAZNAS Gorontalo.
Bab ini berisi tentang Profil BAZNAS Provinsi Gorontalo,
Dasar Hukum BAZNAS Provinsi Gorontalo, Pengelolaan
Zakat Profesi BAZNAS Provinsi Gorontalo, Penghimpunan
Zakat Profesi BAZNAS Provinsi Gorontalo, kemudian
Pendistribusian Zakat Profesi BAZNAS Provinsi Gorontalo.
BAB IV : Hasil Penelitian. Bab ini berisi tentang hasil dari penelitian
yang akan membahas mekanisme pengelolaan zakat profesi,
serta dampak penerapan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011
terhadap penghimpunan zakat profesi di BAZNAS provinsi
Gorontalo.
BAB V : Penutup. Merupakan bab akhir dari penelitian ini yang
meliputi kesimpulan dan saran-saran.
178
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, penulis
dapat menyimpulkan beberapa poin, sebagai berikut:
1. Mekanisme pengelolaan zakat profesi di BAZNAS Provinsi Gorontalo
yaitu: Pertama, sosialisasi tentang wajibnya zakat profesi diseluruh
SKPD (Kantor Satuan Kerja Daerah) Provinsi Gorontalo. Kedua,
mekanisme penghimpunan dana zakat profesi dilakukan dengan
payroll system atau dipotong secara langsung dari gaji dan tunjangan-
tunjangan pejabat yang diterima dengan kadar sebesar 2,5% dari
pendapatan bruto yang sudah mencapai nishab. Ketiga, dana zakat
profesi tersebut langsung dikirim ke rekening BAZNAS Provinsi
Gorontalo. Keempat, setelah dana zakat profesi diterima oleh
BAZNAS Provinsi Gorontalo, maka dana zakat profesi tersebut
didistribuskian oleh pihak BAZNAS Provinsi Gorontalo kepada
golongan 8 (delapan) asnaf. Kelima, pendayagunaannya dilakukan
berdasarkan program kerja yang sudah ditetapkan dalam Rapat Kerja
dan Anggaran Tahunan (RKAT) BAZNAS Provinsi Gorontalo.
2. Penerapan Undang-undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
zakat telah berdampak positif terhadap penghimpunan zakat profesi di
BAZNAS Provinsi Gorontalo. Faktanya, pada tahun 2017 BAZNAS
Provinsi Gorontalo mampu menghimpun dana zakat profesi sebesar
Rp.834.080.937, dan pada tahun 2018 meningkat menjadi
Rp.926.836.890.
179
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan saran-
saran, sebagai berikut:
a. Diharapkan BAZNAS Provinsi Gorontalo lebih memperhatikan
pengelolaan dana zakat terutama pada penghimpunan zakat
profesi yaitu dimana pihak yang menjadi muzakki hanya dari
pegawai atau karyawan pemerintah/swasta saja. Namun
kedepannya, diharapkan agar BAZNAS Provinsi Gorontalo
dapat menambah profesi-profesi lainnya kedalam penghimpunan
zakat profesi tersebut.
b. Diharapkan BAZNAS Provinsi Gorontalo dapat memperluas
jaringan dan sosialisasi sehingga BAZNAS Provinsi Gorontalo
dikenal dan dipercaya oleh masyarakat luas dalam mengelola
zakatnya.
c. Diharapkan BAZNAS Provinsi Gorontalo dapat memperhatikan
fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Zakat Penghasilan.
180
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad Daud dan Habibah Daud, Lembaga-lembaga Islam di
Indonesia, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005.
Al-Âmilî, Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghālib, Abû Ja„far
ath-Thabarî, Jāmi „u al-Bayān fî Ta‟wîl Al-Qur‟ān, Juz 14, (Riyāḑ:
Mu‟assasah al-Risālah, t.th.
Anas, Mālik bin, Al-Muwaththa„,, Juz II, Beirût: Muassasah Zaid bin „Āli
Sulthān Nahyān, 2004 M / 5243 H.
Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008.
Ayodya, Wulan dan Endang Koswara, 110 Solusi Jadi Pengusaha yang
Berkah, Jakarta: Kolompok Gramedia, 2014.
Aziz, Abdul, “Pendayagunaan Zakat Sebagai Upaya Pengentasan
Kemiskinan”, dalam jurnal Ius Constituendum, Vol. 1 No. 2.
A. Aziz dkk, “Strategi penghimpunan dana zakat lima lembaga pengelola
zakat di Indonesia”, dalam jurnal Syarikah, Vol. 2 No. 1, juni 2016.
Al-Baihaqî, Ahmad bin al-Husain bin „Ali bin Mâsa Abû Bakr, Sunan al-
Baihaqî al-Kubrâ, Juz 4, (Mekkah al-Mukarramah: Dâr al-Bâz, 1994
M/1414 H.
BAZNAS Provinsi Gorontalo, Visi dan Misi BAZNAS Provinsi Gorontalo.
Budi Utomo, Setiawan, Metode Praktis Penetapan Nisab Zakat, Bandung:
Mizan, 2009.
Al-Bukhârî, Muhammad Ibn Ismâ„îl Ibn Ibrâhîm Ibn al-Mughîrah, Shahîh al-
Bukhârî, Juz 2, tt.p: Dâr ath-Thûq an-Najât, 1422 H.
Ad-Dâraquthnî, Alî bin Umar Abû al-Hasan, Sunan ad-Dâraquthnî, Juz 2,
(Beirût: Dâr al-Ma„rifah, 1996 M/1436 H.
Direktorat Pemberdayaan Zakat Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama RI, Manajemen Pengelolaan Zakat, Jakarta: 2009.
Doa Indah, Dream & Pray : Meraih Impian dengan Meneladani Cara
Berdoa Rasulullah, Jakarta: Qultum Media, 2013.
Doa, H.M D Jamal, Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Memerangi
Kemiskinan, Jakarta: KORPUS, 2004.
Al-Fannāni, Zainuddin bin „Abdul „Azîz al-Malibari, Terjemahan Fat-hul
Mu„în, terj. Fathul Mu„în, K.H. Moch. Anwar, Bahrun Abubakar, Lc.,
dkk., Jilid 1, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2018.
181
Arifin, Gus, Keutamaan Zakat, Infak, Sedekah, (Jakarta:Alex Media
Komputindo, 2016.
Hadzmi, Muhammad Syafi„i, Fatwa-Fatwa Muallim Taudhîhul Adillah,
Jakarta: Kompas Gramedia, 2010.
Hafidhuddin, Didin , Agar Harta Berkah dan Bertambah, Jakarta: Gema
Insani Press, 2007.
Harun, Nasrun, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtar Baru Van Hoeve,
1994.
Hasan, M. Ali, Masail Fiqhiyah Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga
Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Hasan, Muhammad Tholhah, Islam dalam Perspektif Sosial Kultural,
(Jakarta: Lantahora Press, 2005.
Hayy, Abdul, Abdul „Al, Dr., Pengantar Ushul Fiqih, terj. dari Ushûl al-Fiqh
al-Islâmî oleh Muhammad Misbah, Lc., M.Hum, (Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2014.
Huda , Nurul, Novarini, dkk., Zakat Persfektif Makro Pendekatan Riset, Edisi
1, Jakarta: Kencana, 2015.
Huda, Miftahul, Pengelolaan Wakaf dalam Perspektif Fundraising: Study
tentang Penggalangan Wakaf pada Yayasan Hasyim Asy‟ari Pondok
Pesantren Tebuireng Jombang, (Yayasan Badan Wakaf Universitas
Islam Indonesia
Yogyakarta dan Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya, Kementrian
Agama RI, 2012.
Ibn Baaz, Abdul Aziz, Majmu‟ Fatawa wa Maqalaat Al-Mutanawwi‟ah,
(Daarul Qoslim lin Nasyr: 1420 H).
Imtihanah, Ani Nurul, S.H.I., M.H.I., dan Siti Zulaikha, S.Ag., M.H.,
Distribusi Zakat Produktif Berbasis Model Cibest, (Yogyakarta: Gre
Publishing, 2019.
Instruksi Presiden (INPRES) Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 Tentang
Optimalisasi Pengumpulan Zakat DI Kementrian/Lembaga, Sekretariat
Jenderal Komisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik
Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah Melalui Badan Amil Zakat
Nasional.
Iswanto, Bambang, “ Zakat dan Wakaf di Beberapa Negara Muslim”, dalam
Misykat; Jurnal Ilmu-ilmu al-Qur‟an Hadis dan Syariah, Vol. III No. 1,
Februari 2010.
182
Jamaluddin, Syakir, Kuliah fiqh Ibadah, Yogyakarta: Surya Sarana Grafika,
2010.
Kautsar, Edvan Muhammad, Dreams Come True: 4 Kunci Sejak Muda,
Bandung: Mizania, 2014.
Kementrian Agama, Manajemen Pengelolaan Zakat, Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama RI, 2009.
Khasanah, Umrotul Manajemen Zakat Modern Instrumen Pemberdayaan
Ekonomi Umat, Malang: UIN Malik Press, 2010.
Al-Kûfî, Abû Bakr Abdillah bin Muhamad bin Abî Syaibah, Mushannif Ibnu
Abî Syaibah, Juz 2, (ar-Riyāḑ: Maktabah ar-Rusyd, 1409 H.
Kurnia, Hikmat dan Ade Hidayat, Panduan Pintar Zakat, Jakarta: Qultum
Media, 2008.
Kurde, Nukthoh Arfawie, Memungut Zakat dan Infaq Profesi Oleh
Pemerintah Daerah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
M.A. Mannan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti
Wakaf, 1997.
M. Zen, dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: Centre Fox Enterpreneurship
Development, 2005.
Majalah Jami‟atu Al-Malik Suud, Jilid 5.
Mahasiswa UNUSIA (Universitas Nahdlatul „Ulama Indonesia), Kumpulan
Tulisan Kompilasi Fiqih Ibadah Millenial, Jakarta: Guepedia, 2019.
Mawardi, Ekonomi Islam, Pekanbaru: Alaf Riau Graha, 2007.
Muhamad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer,
Jakarta: Salemba Diniyah, 2002.
Muhammad, H.M Abu Bakar, dan Manajemen Organisasi Zakat, Malang:
Madani, 2011.
Munawir, Ahmad Warson, al-Munawwir (Kamus Arab-Indonesia), Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997.
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2003.
Moloeng, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2004.
An-Naisābûrî, Abû al-Husain Muslim al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi,
Shahih Muslim, Juz III, Beirût: Dār al-Afāq al-Jaidah, 1374 H, Bab
Bayān anna ism ash-shadaqati yaqa „u alā kulli nau„in min al-ma„rûf.
183
An-Nasâ‟i, Imâm Abû Abdurrahmân Ahmad bin Syu„aib, As-Sunan al-
Kubrâ, Juz X, Beirut: Dâr al- Kutubilmiyyah, 1991 H/1411 M.
Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2003.
Nurhiyati, Anissah, Fikih untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah
Hasbiallah, Jilid 2, Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008.
Parmono, Wahyono Hadi, Dr., M.Ed., dan Ismunandar, M. Eng. 17 Tuntunan
Hidup Muslim, Yogyakarta: Budi Utama, 2017.
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-
undang No. 23 Tahun 2011, pasal 3 Bab II.
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-
undang No. 23 Tahun 2011, pasal 53 Bab VI.
PISS-KTB, Kumpulan Tanya Jawab Islam: Hasil Bahtsul Masail dan Tanya
Jawab Agama Islam, t.tp: Daarul Hijrah Technology, 2013.
Pujihardi, Yuli, “Pengantar dalam Panduan Menggalang Dana Perusahaan:
Teknik dan Kiat Sukses Menggalang Dana Sosial Perusahaan”, Kota
Depok: Piramedia, 2006.
Purwanto April, Manajemen Fundraising; bagi Organisasi Pengelola Zakat,
Jakarta: Teras, 2009.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
Qadir, Abdurrachman, Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2001.
Al-Qaradhāwy, Yusuf, Fiqh al-Zakat terj. Salman Harun, dkk., Hukum
Zakat; Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits, Jakarta: PT. Pustaka Litera
AntarNusa, 2006.
Al-Qurthubi, Tafsir al-Jāmi„ li Ahkām Al-Qur‟an, Jilid IX, Beirut: Dār el
Kutub Ilmiyyah, 1993.
Raco, J.R, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Grasindo, 2010.
Rasyid, Hamdan, dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim Sehari-Hari
dari Lahir Sampai Mati, Jakarta: Wahyu Qalbu, 2016.
Rofiq, Ahmad, Fiqh Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012).
Sakti, Ali Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan
Ekonomi Modern, Jakarta: Paradigma & AQSA Publishing, 2007.
184
Salim, Syapar, “Implementasi dan Implikasi Undang-Undang No. 23 tahun
2011 terhadap Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tapanuli
Selatan”.
Salim, Peter, Salim‟s Collegiate Indonesia-English Dictionary, (Jakarta:
Modern English Press, 2000.
Sani, M Anwar, Jurus Menghimpun Fulus Manajemen Zakat Berbasis
Masjid, Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Setyarso, Iqbal, Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga
Pengelola Zakat Pulau Sumatra, (Jakarta: Khairul Bayan, 2008.
Ash-Shiddieqy, TM. Hasbi, Zakat Sebagai Salah Satu Unsur Pembina
Masyarakat Sejahtera, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1969.
Soekanto, Soerjono, Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta: Rajawali Press, 1985.
Soemitra, Andi, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ed. Ke-2, Jakarta:
Kencana, 2009.
Sudewo, Eri, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip
Dasar, Jakarta: Spora Internusa Prima, 2004.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2009.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grapindo
Persada, 1998.
Sutardi, Ahmad, Endang Budiasih, Mahasiswa tidak Memble Siap Ambil Alih
Kekuasaan Nasional: Pareto Plus,(Jakarta: Alex Media Komputindo,
2010.
Aṭ-Ṭabarânî, Sulaiman bin Ahmad bin Ayyûb Abu al-Qâsim , Mu„jam al-
Kabîr, Juz 12, (Mosul: Maktabah al-Ulûm wa al-Ḥikam, 5891 M/1404
H. al-Mu„jam al-Ausaṭ, Juz 1, Kairo: Dār al-Haramain, 52053.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun Pengelolaan Zakat, Pasal 1 ayat (2).
Wahya, Suzana S.S.,dkk., Kamus Bahasa Indonesia: Untuk Pelajar,
Mahasiswa dan Umum, Bandung: Ruang kata Imprint Kawan Pustaka,
2013.
Widjajanjti, Darwina, Rencana Strategis Fundraising, (Jakarta: Piramedia,
2006.
Az-Zamakhsyari, Abu al-Qâsim Mahmûd bin „Amr bin Ahmad, Al-Kasyâf,
Juz II, tt.p: tp [Maktabah syamilah], t.t.
185
Al-Zuhayly, Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Terj. Al-Fiqhu al-
Islāmî wa Adillatuh, Agus Efendi dan Bahrudin, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005.
Abu Zakariyā, Yahya bin Syaraf bin Marwi an-Nawawî, Tahrir Alfāzhi al-
Tanbîh, Jilid 1, (Damaskus: Dār al-Qalam, 5209 H.
Jurnal
Agus Marimin dan Tira Nur Fitria, “Zakat Profesi (Zakat Penghasilan)
Menurut Hukum Islam”, dalam Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 01,
No. 01, Maret 2015.
Ali Trigiyatno, “Zakat Profesi Antara Pendukung dan Penentangnya”, dalam
jurnal Hukum Islam, Vol. 14 No. 2, Desember 2016.
Anindita Dianingtyas, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan
karyawan membayar zakat profesi melalui pemotongan gaji (Studi kasus
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan RI)”,
Vol. 19 No. 3.
Asmuni Mth, “Zakat Profesi dan Upaya Menuju Kesejahteraan Sosial”,
dalam jurnal La Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1 No. 1, Juli 2007.
Atik Abidah, “Analisis Strategi Fundraising”, dalam jurnal Kodifikasia, Vol.
10, No. 1,Tahun 2016.
Budi Rahmat Hakim, “Analisis Terhadap Undang-Undang No. 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat (Perspektif Hukum Islam)”, dalam
Syariah-Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 15 No. 2, Desember 2015.
Faisal, “Sejarah Pengelolaan Zakat di Dunia Muslim dan Indonesia”, dalam
jurnal Analisis, Vol. XI no. 2, Desember 2011.
Ita Aulia Coryna dan Hendri Tanjung, dalam Jurnal “Formulasi Strategi
Penghimpunan Zakat Oleh Bdan Amil Zakat Nasional”, dalam jurnal Al-
Muzara‟ah, Vol. 3 No. 2.
Mahkamah Konstitusi, “Risalah Sidang IV Perkara No. 86/PUU-X/2012”, 17
Oktober 2012.
Murtadho Ridwan, dalam jurnal “Analisis Model Fundraising dan Distribusi
Dana Zakat di UPZ Desa Wonoketingal Karanganyar Demak”, Vol. 10,
No.2, Agustus 2016.
186
Nahdhah; Indah Dewi Megasari, dalam Jurnal “Zakat Profesi Dalam
Perspektif Ulama Di Kota Banjarmasin”, Vol. X No. 2, Juli 2018.
Uswatun Hasanah, dalam Jurnal “Pengaruh Kualitas Sistem Dan Proses Jasa
Lembaga Zakat Berdasarkan Model Carter Terhadap Tingkat Kepuasaan
Muzakki (Studi Kasus LAZIS UII Yogyakarta).
Uswatun Hasanah, dalam Jurnal “Sistem Fundraising Zakat Lembaga
Pemerintah Dan Swasta (Studi Komparatif pada BAZNAS Kota Palu
dan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) pada Periode 2010-2014)”,
Istiqra dalam jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 3, No. 2, Desember 2015.
Partin Nurdiani dan Marlina Ekawaty, dalam Jurnal “Efektivitas
Pendistribusian Zakat Profesi Pegawai Negeri Sipil Melalui Sistem
Wakalah di Kementrian Agama Kota Malang Ditinjau dari Fiqh Zakat”,
Vol. 3 No. 2, 2016.
Website:
www.humas.gorontaloprov.go.id, diakses pada tanggal 18 februari 2019.
www.kemhan.go.id, diakses pada tanggal 11 maret 2019.
Forum Kompas, “Fungsi Zakat dalam Kehidupan Sosial”, dalam
http//forum.kompas.com/ekonomi-umum/139935-fungsi-zakat-dalam-
kehidupan-sosial-ekonomi.html, diakses tanggal 20 Mei 2018.
https://baznas.go.id/profil, Diakses Tanggal 25 Juni 2019.
www.rumahfiqih.com, diakses pada tanggal 28 Juli 2019.