IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

110
IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAB BETAWI PERSPEKTIF SIYASAH (STUDI KASUS KECAMATAN DUREN SAWIT KOTA ADMNISTRASI JAKARTA TIMUR) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Izhar Syafawy NIM. 11140450000047 PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M / 1440 H

Transcript of IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

Page 1: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN

KEBUDAYAAB BETAWI PERSPEKTIF SIYASAH (STUDI KASUS KECAMATAN

DUREN SAWIT KOTA ADMNISTRASI JAKARTA TIMUR)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Izhar Syafawy

NIM. 11140450000047

PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1440 H

Page 2: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …
Page 3: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …
Page 4: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

ABSTRAK

IZHAR SYAFAWY NIM 11140450000047 IMPLEMENTASI PERDA NO.

4 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN BETAWI (STUDI

KASUS KECAMATAN DUREN SAWIT KOTAADMNISTRASI JAKARTA

TIMUR). Progam studi Hukum Tatanegara, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H / 2018 M.

Penelitian ini dilatarbelakangi Perda No. 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian

Kebudayaan Betawi terkait implementasinya di wilayah kecamatan Duren Sawit,

apakah sudah berjalan dengan baik atau belum?. Lalu, bagaimana pemerintah

Kecamatan Duren Sawit dalam melakukan kegiatan pelestarian kebudayaan Betawi

sesuai dengan amanat Perda No. 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian Kebudayaan

Betawi serta hambatan yang dihadapi?. Selain itu penelitian ini juga mengkaji tentang

potensi kebudayaan Betawi diwilayah kecamatan Duren Sawit yang belum banyak

diketahui oleh masyarakat luas.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan sosiologi politik dengan mengkaitkan Perda No. 4 Tahun 2015 Tentang

Pelestarian Kebudayaan Betawi. Pendekatan ini dilakukan dengan cara melakukan

telaah terhadap implementasi Perda No. 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian

Kebudayaan Betawi di kecamatan Duren Sawit Kota Administrasi Jakarta Timur.

Hasil penelitian ini adalah bagaimana Pemerintah Kecamatan Duren Sawit

dalam melaksanakan amanat Perda No. 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian

Kebudayaan Betawi untuk diterapkan kepada masyarakat.

Kata Kunci : Perda, Pelestarian Kebudayaan Betawi, Duren Sawit

Pembimbing : Atep Abdurrofiq, M. Si

Daftar Pustaka : Dari Tahun 1987 Sampai Tahun 2018

ZIKRA06
Typewritten text
iv
Page 5: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat,

nikmat yang tidak terhingga banyaknya. Shalawat serta salam semoga tetap

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, berserta keluarga, sahabat serta para

pengikutnya yang setia hingg akhir zaman.

Dengan mengucapkan Alhamdulillahi Robbil ‘alamin penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI PERDA DKI JAKARTA

NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAA BETAWI

(STUDI KASUS KECAMATAN DUREN SAWIT KOTAMADYA JAKARTA

TIMUR”. Penelitian ini merupakan salah saty syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat

banntuan, saran, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehingga dalam

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga

kepada terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin jahar, Ph.D, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Maskufa, MA, Ketua Program studi Hukum Tata Negara (Siyasah)

dan Sri Hidayati, MA, selaku Sekretaris Prodi Hukum Tata Negara

(Siyasah) yang sudah memberikan arahan serta masukan dalam

penyusunan skripsi.

3. Atep Abdurrofiq, M. Si, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran,

Page 6: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

vi

masukan dan bimbingan yang berharga dalam penyusunan skripsi ini.

Sekaligus guru dalam memberikan saran-saran tentang metode penulisan.

4. Kedua orang tua yang sangat saya cintai dan sayangi, Abeh Murodih, S.

Ag, dan Umi Titin Susilowati, S. Pd, yang terus mendoakan, mendukung,

dan menjadi motivator penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga

apa yang dilakukan oleh Abeh dan Umi menjadi pahala di sisi Allah SWT.

5. Kepada kakak dan adik tercinta, Muhammad Miftahul Anbiya, S. E, dan

Ahmad Tijan Mumtaz yang terus mengingat dan memotivasi penulis untuk

tetap menulis skripsi ini. Semoga kelak menjadi pemimpin pada disiplin

ilmunya masing-masing.

6. Keluarga Besar Yayasan Darus Syifa yang selalu mendorong penulis dan

memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Walikota Jakarta Timur Ayahanda Bambang Musyawardana dan Camat

Duren Sawit Ayahanda H. Abu Bakar yang telah bersedia untuk

meluangkan waktunya untuk sharing-sharing mengenai kebudayaan

Betawi di Daerah Jakarta Timur dan Duren Sawit.

8. Penggiat Budaya Betawi di Kecamatan Duren Sawit Abang Abdul Qodir

Jailani yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya untuk sharing-

sharing mengenai kebudayaan Betawi di Daerah Jakarta Timur dan Duren

Sawit.

9. Kepada adinda Nur Riza Septiani yang terus memberikan motivasi dan

masukan kepada penulis untuk segera menyelesaik penelitian dengan tepat

waktu dan baik

10. Kawan-kawan seperjuangan di kampus yang selalu menemani penulis

selama kuliah yaitu Muhammad Imam Fahmi, Muhammad Naufal, Abdul

Mujib, Andhika Backhtiar, Akhmad Sofyan, Agsel Siqitsa, Wawan

Kuniadi, Muhammad Ihsan, Bella Dwi Putri, Islami Al Faruqi, Satrio

Putro Baskoro, dll yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu

namun tidak mengurangi rasa hormat saya kepada kawan-kawan semua.

Semoga kalian mampu menjadi insan terbaik dalam kehidupan ini dan

bermanfaat untuk semua orang.

Page 7: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

vii

11. Kawan-kawan seperjuangan di Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi

(FKMB) Dudu, Andi, Hazmi, Acul, Zulfahmi, Azki, Pute, II, Fahmi,

Ainul, Oji, Hasbi, Aldi, Rika, Dika, Bikri, dll yang namanya tidak bisa

saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat saya

kepada kawan-kawan semua serta adik-adik seperjuangan di FKMB yang

terus meneruskan perjuangan untuk masyarakat Betawi. Semoga kalian

mampu menjadi insan terbaik dalam kehidupan ini dan bermanfaat untuk

semua orang.

12. Abang dan Mpo senior di FKMB, Abang Helmi, Abang Asnawi, Abang

Hilman, Abang Hisyam, Abang Yazid, Abang Nasihin, Abang Abu,

Abang Aji, Abang Risyad, Mpo Aida, dll yang namanya tidak bisa saya

sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat saya kepada

Abang dan Mpo semua. Semoga Abang Mpo mampu menjadi insan

terbaik dalam kehidupan ini dan bermanfaat untuk semua orang.

13. Keluarga Besar Yayasan Darus Syifa yang selalu mendorong penulis dan

memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, atas jasa dan bantuan para semua pihak yang terlibat serta juga

memberikan masukan, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademis,

masyarakat, serta para pembaca secara umumnya.

Jakarta, 6 Agustus 2018

Izhar Syafawy

Page 8: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PEDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Identifikasi, Rumusan dan Pembatasan Masalah ......................................... 4

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

E. Metode Penelitian......................................................................................... 6

F. Teknik Penulisan .......................................................................................... 7

G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 8

BAB II TEORI TENTANG OTONOMI DAERAH DAN

TEORI KEBUDAYAAN SERTA KAJIAN STUDI TERDAHULU

A. Pengertian Otonomi Daerah ......................................................................... 9

B. Teori Otonomi Khusus Ibu Kota ................................................................ 17

C. Teori Kebudayaan ...................................................................................... 21

D. Kajian (Review) Studi Terdahulu...............................................................26

BAB III TINJAUAN UMUM PELESTARIAN KEBUDAYAAN BETAWI

A. Kebudayaan Betawi ................................................................................... 28

B. Masyarakat Betawi di DKI Jakarta ............................................................ 29

C. Profil Masyarakat Betawi Kecamatan Duren Sawit................................... 36

BAB IV ANALISA IMPLEMENTASI PERDA DKI JAKARTA NO. 4

TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN BETAWI

DI KECAMATANDUREN SAWIT

A. Implementasi Pelestarian Kebudayaan Betawi Sesuai Perda No. 4 Tahun

2015 di Kecamatan Duren Sawit............................................................... 41

B. Analisa Pelaksanaan Perda No. 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian

Kebudayaan Betawi di Kecamatan Duren Sawit ...................................... 47

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 56

B. Saran ........................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA………………………………..…………………………58

Page 9: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

1

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) merupakan sebuah daerah

yang dipilih oleh presiden Ir. Sukarno menjadi daerah untuk menopang arus

stabilitas negara sekaligus menjadi Ibu Kota Negara Republik Indonesia. Pada

1959, status kota Jakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja dibawah

walikota, kemudian ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat Satu (Dati 1) atau

provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur. Lalu pada 1961, status Jakarta

diubah dari Dati 1 menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI).1

Jakarta sebagai pusat pemerintahan nasional selalu merasakan beban

pemerintah pusat di pundaknya. Instrumen yang memegang kendali pusat kota

adalah walikota, sedangkan sejak 1957 dan seterusnya adalah gubenur yang pada

masa kolonial diangkat oleh pemerintah pusat. Jabatan-jabatan resmi ini secara

bertahap ditingkatkan kekuasaannya jika dibandingkan itu dengan Dewan

Perwakilan Kota Sementara(DPKS).2

Jakarta memperoleh nama resmi Ibukota Republik Indonesia pada 1966.

Setelah masa reformasi pada tahun 1999, melalui UU No.24 tahun 1999 tentang

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta,

sebutan pemerintah daerah berubah menjadi Pemerintah Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta dan dengan otoniminya tetap berada ditingkat provinsi dan bukan

pada wilyah kota.

Jakarta sebagai ibukota Negara Republik Indonesia merupakan pusat

pemerintahan. Dalam kedudukan itu kepada Jakarta diberi kedudukan sebagai

daerah khusus (special territory), seperti kebanyakan Ibukota negara di macan

negara. Kedudukan Jakarta sebagai Ibukota negara memberi beban, tantangan dan

1 Firman Lubis, Jakarta 1960-an Kenangan Semasa Mahasiswa, (Depok:Masup Jakarta,

2008), h., 39-40. 2 Susan Blackburn, Jakarta:Sejarah 400 Tahun, (Depok:Masup Jakarta, 2011), h., 230.

Page 10: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

2

tanggung jawab besar dan kompleks untuk melaksanakan fungsi-fungsi

yang melekat pada Pemerintahan DKI Jakarta.3

Jakarta menjadi kota yang mempunyai pertumbuhan sangat tinggi. Hal

tersebut dikarenakan Jakarta mempunyai daya tarik untuk dikunjungi oleh

masyarakat di luar Jakarta. Banyaknya pendatang inilah yang kemudian

menimbulkan banyak problematika di kota metropolitan ini. Kekayaan budaya

juga menjadi sumbangan penting bagi Jakarta menjadi salah satu metropolitan

terkemuka pada abad ke-21. Menurut data dari Badan Pusat Statistik yang dilansirkan

di website resminya jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta sebanyak 9 607 787 jiwa

pada tahun 2010.

Wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi 6 wilayah yaitu 5 wilayah kotamadya

dan satu wilayah kabupaten administrative, Kepulauan Seribu (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4700).

Peradaban masyarakat Jakarta bermulai dari tepian air. Dapat berwujud

tepi telaga, paya, danau, tepi sungai atau laut. Sejak masih zaman kerajaan Jakarta

daya tarik manusia untuk tinggal dan bermukim karena terletak ditepi sungai

ciliwung. Inilah pula yang menarik Portugis, Inggris dan kemudian Belanda pada

abad ke 16 dan 17 untuk menguasai kota ini. Apalagi dengan sunda kelapa yang

terletak dimuara Ciliwung, sejak abad ke 12 sudah dikenal sebagai bandar yang

didatangi kapal-kapal mancanegara.4

Sejak dahulu kota Jakarta menjadi tempat pertemuan kelompok-kelompok

etnis dari berbagai kawasan nusantara yang ikut mewarnai dan mempengaruhi

pertumbuhan kota baik pada zaman prakolonial, kolonial maupun sesudahnya.

Dengan demikian Jakarta berkembang dari interaksi antar berbagai ragam

kebudayaan etnis di kawasan Nusantara dengan hampir seluruh kebudayaan

dunia, yaitu India, Cina, Islam dan Eropa. Bukti dari proses tersebut tercemin

3 Andy Ramses & La Bakry, Pemerintahan Daerah DI Indonesia, (Jakarta: Masyarakat

Ilmu Pemerintahan Indonesia(MIPI), 2009), h., 100-101. 4 Alwi Shahab, Betawi Queen Of The East, (Jakarta:Republika, 2004), h., 30

Page 11: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

3

pada sisa kebudayaan baik fisik maupun non fisik.5 Akan tetapi, kota Jakarta

memiliki kebudayaan yang khas kental dimasyarakat kota Jakarta yaitu budaya

Betawi.

Dikutip dari bukunya Abdul Chaer berjudul Betawi Tempo Doeloe yaitu:

“Pada penghujung 2011, Pemerintah Provinsi DKI

menyelenggarakan kongres kebudayaan Betawi dengan tujuan untuk

melestarikan kebudayaan betawi. Dalam kongres itu terungkap bahwa

grup-grup seni budaya Betawi itu ada yang masih eksis, ada yang

diambang kepunahan dan ada juga yang sudah punah. Kesenian yang

merupakan salah satu unsur kebudayaan universal ini memang dapat

dilestarikan apabila pemerintah melakukan pembinaan dan

menyediakan dana yang cukup”6

Kebudayaan Betawi didukung oleh masyarakat Betawi, karena tidak

mungkin ada kebudayaan tanpa masyarakat, juga tidak mungkin ada masyarakat

tanpa kebudayaan. Hubungan keduanya juga seperti sekeping mata uang; di mana

sisi satu adalah kebudayan dan sisi lain adalah masyarkat. Setelah bercampur

selama beberapa abad entah melalui proses akulturasi, enkulturasi atau asimilasi

akhirnya melahirkan satu kebudayaan Betawi yang diwarnai oleh kebudayaan

para pendatang. 7

Perkembangan itu disebabkan oleh faktor-faktor sosial, budaya yang saling

menjalin satu sama lain. Bermula dari sebuah permukiman kecil dan kehidupan

terbatas dan berkembang menjadi pemukiman mega politan dengan berbagai

kegiatan yang amat kompleks.

Maka dari itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Peraturan Daerah

(Perda) Nomor 4 Tahun 2015 dan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 229 Tahun

5 Tawalinuddin Haris, Kota dan Masyarakat Jakarta, (Jakarta: Wedatama Widya Sastra,

2007), h., 1

6Tuti Tarwiyah, Pelestarian Kesenian Betawi, Dalam Prosiding Kongres Kebudayaan

Betawi, 2011, Jakarta:Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. 7 Abdul Chaer, Betawi Tempo Doeloe Menulusuri Sejarah Kebudyaan Betawi, (Depok: Masup

Jakarta, 2015), h., 71

Page 12: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

4

2016 Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi sudah sangat peduli terhadap

pelestarian kebudayaan yang sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Dasar

(UUD) 1945.

Pelestarian kebudayaan merupakan bagian bentuk menjaga dan merawat

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui jalur inilah setiap

masyarakat bisa turut andil dalam proses pembangunan Sumber Daya Manusia

(SDM).

Kecamatan Duren sawit menjadi object penelitian penulis karena letak

geografisnya diujung timur DKI Jakarta berbatasan dengan wilayah Kota Bekasi

dan multikultural suku yang terjadi, oleh karena itu ketertarikan penulis untuk

mengkaji kebudayaan asli DKI Jakarta yaitu Betawi di wilayah Kecamatan Duren

Sawit.

Maka dengan ini penulis membut sebuah karya ilmiah terhadap proses

perjalanan pelestarian kebudayaan Betawi di DKI Jakarta terkhusus di wilayah

Kecamatan Duren Sawit dengan berjudul “Implementasi Perda DKI Jakarta

Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi Perspektif

Siyasah (Studi Kasus: Kecamatan Duren Sawit, Kota Administrasi Jakarta

Timur)”

B. Identifikasi, Rumusan dan Pembatasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Pada tahun 2015 Provinsi DKI Jakarta mendatangani Perda No. 4 Tentang

Pelestarian Kebudayaan Betawi hal ini menunjukan sifat konsisten Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta dalam memerhatikan nilai-nilai kebudyaan asli Provinsi

DKI Jakarta yaitu Betawi.

Seiring berjalannya waktu perda tersebut belum menemukan dampak

implementasinya diseluruh Provinsi DKI Jakarta terkhusus diwilayah Kecamatan

Duren Sawit, maka dengan ini penulis mengindentifikasi masalah yang terjadi

pada kajian ini diantaranya:

Page 13: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

5

a. Kurangnya sosialisasi dari pihak Pemerintah Kecamatan Duren

Sawit.

b. Banyaknya budaya yang masuk ke wilayah masyarakat di

Kecamatan Duren Sawit.

c. Tidak adanya penokohan terhadap tokoh budaya Betawi di

Kecamatan Duren Sawit.

d. Tidak adanya pusat pelatihan budaya Betawi.

e. Kurangnya penyelenggaraan kegiatan kebetawian.

2. Rumusan Masalah

Masalah Penelitian yang diangkat penulis dalam penyusunan skripsi ini

ialah:

a. Bagaimana Pemerintah Kecamatan Duren Sawit Kota Administrasi

Jakarta Timur menjalankan Perda DKI Jakarta Nomor 4 Tahun

2015 Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi?

b. Bagaimana respon masyarakat tentang pelestarian kebudayaan

Betawi terhadap Perda DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2015 di

lingkungan Kecmatan Duren Sawit ?

3. Pembatasan Masalah

Begitu luasnya penelitian ini maka agar tidak terjadinya pelebaran kajian

ini, maka penulis membatasi penelitian ini hanya seputar point kesenian yaitu

Pasal 12 sampai Pasal 16 Perda Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian

Kebudayaan Betawi. Adapun yang dimaksud ialah untuk memfokuskan kajian

penelitian implementasi Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian Kebudayaan

Betawi terhadap nilai-nilai kebudayaan Betawi di wilayah Kecmatan Duren Sawit

Kota Administrasi Jakarta Timur.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penyususnan

skripsi ini adalah sebagai berikut:

Page 14: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

6

1. Untuk mengetahui apakah Pemerintah Kecamatan Duren Sawit Kota

Administrasi Jakarta Timur dalam menjalankan Perda DKI Jakarta

Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi?

2. Untuk mengetahui respon masyarakat tentang pelestarian kebudayaan

Betawi terhadap Perda DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2015 di

lingkungan Kecmatan Duren Sawit.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai masukan (Input)

bagi kegiatan akademik yang berkenaan dengan yaitu: kebetawian, peraturan

daerah atau kedaerahan di Indonesia. Selain itu juga penelitian ini sangatlah

penting untuk sumbangsih pemikiran kepada masyarakat DKI Jakarta umumnya

dan masyarakat Betawi pada khususnya tentang kebetawian dan Perda DKI

Jakarta, guna menjadi khazanah keilmuan tentang kebetawian.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini jenis penelitian kualitatif, Penelitian kualitatif ialah

suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam

kontekas social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi

komunikasi dengan mendalam antara peneliti dan fenomena yang di teliti8

2. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini menggungakan pendekatan sosiologi politik yang

dilakukan dengan mengaitkan sosiologi politik guna menganalisa dan

mengungkap data-data yang terdapat di peraturan DKI Jakarta.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Pada penelitian ini data primer yang di dapatkan sumber data

yang diperoleh langsung dari sumber asli dengan menggunakan teknik

8 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2010), h., 9

Page 15: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

7

wawancara dan observasi kepada Pemerintah Kecamatan Duren Sawit

dan Tokoh kebudayaan Betawi dilingkungan kecamatan Duren Sawit

dengan mengamati secara langsung di lapangan.

Teknik observasi dalam hal ini peneliti mendeskripsikan setting,

kegiatan yang terjadi, orang yang terlibat dalam kegiatan, waktu

kegiatan dan makna yang diberikan oleh para pelaku yang diamati

tentang peristiwa Implementasi Perda No. 4 Tahun 2015 Tentang

Pelestarian Kebudayaan Betawi di Kecamatan Duren Sawit.

Selanjutnya ialah teknik atau metode wawancara. Hal ini

digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tidak

dapat diperoleh lewat pengamatan menggunakan percakapan informal

dan formal. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara terhadap

orang-orang yan terlibat dalam objek penelitian ini yakni Pemerintah

Kecamatan Duren Sawit dan Tokoh kebudayaan Betawi dilingkungan

kecamatan Duren Sawit.

b. Data Sekunder

Pada penelitian ini data sekunder didapatkan dengan melakukan

penelitian yang diperoleh dari penelusuran buku-buku, literature, jurnal

serta peraturan perundang-undangan yang memberikan penjelasan

mendalam mengenai data primer.

c. Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan adalah metode penelitian

yang bersifat deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan hasil

pengamatan dan wawancara yang diperoleh serta membahasnya, lalu

dilakukan penganalisaan, kemudian dideskripsikan serta membuat

sebuah kesimpulan dan saran-saran berdasarkan hasil pembahasann.

F. Teknik Penulisan

Pada penulisan penelitian ini penulis mengikuti teknik penulisan yang

diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul buku “Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum 2017” sebagai rujukan utama pada penelitian ini.

Page 16: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

8

G. Sistematika Penelitian

Dalam penelitian hukum terdapat sistematika penelitian yang berguna

untuk memudahkan penelitian menelaah dan mengkaji penelitian. Pada penelitian

ini yang berjudul “Implementasi Perda DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2015

Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi (Studi Kasus: Kecamatan Duren

Sawit, Kota Administrasi Jakarta Timur)”penulis merasa perlu untuk

menguraikan terlebih dahulu sistematika penulisan sebagai gambaran singkat.

Penulis menyusun sistematika yang terbagi dalam lima bab yang masing-masing

bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun rinciannya yaitu sebagai berikut:

BAB Pertama, PENDAHULUANyang berisi tentang uraian latar

belakang, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kajian (review) studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika

penelitian.

BAB Kedua, TEORI TENTANG OTONOMI DAERAH DAN TEORI

KEBUDAYAAN SERTA KAJIAN STUDI TERDAHULU, yang berisi tentang

teori otonomi daerah, pengertian otonomi khusus Ibukota di Indonesia, teori

kebudayaan dan kajian studi terdahulu.

BAB Ketiga, TINJAUAN UMUM PELESTARIAN KEBUDAYAAN

BETAWI, yang berisi tentang profil Kecamatan Duren Sawit, Kebudayaan

Betawi, Masyarakat Betawi di DKI Jakarta, Pelaksanaan pelestarian kebudayaan

Betawi di DKI Jakarta.

BAB Keempat, ANALISA IMPLEMENTASI PERDA DKI JAKARTA

NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN BETAWI

DI KECAMATAN DUREN SAWIT, yang berisi tentang implementasi

pelestarian kebudayaan Betawi dalam Perda No. 4 Tahun 2015 di Kecamatan

Duren Sawit, dan terakhir penulis akan mencoba mengkaji hasil dari pelakasanaan

Perda No. 4 Tahun 2015 di Kecamatan Duren Sawit.

BAB Kelima, PENUTUP, yang berisi tentang kesimpulan dari hasil

Page 17: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

9

BAB II

TEORI TENTANG OTONOMI DAERAH DAN

TEORI KEBUDAYAAN SERTA KAJIAN STUDI TERDAHULU

A. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti sendiri

dan nomous yang berarti hukum atau peraturan.1 Dalam Kamus Bahasa Besar

Indonesia (KBBI), otonomi diartikan sebagai berdiri sendiri dengan pemerintah

sendiri; kelompok sosial yang dimiliki hak dan kekuasaan menentukanarah

tindakannya sendiri.2

Secara etimologis, otonomi berarti pemerintahan sendiri yang merupakan

kesatuan dari dua kata yaitu auto yang berarti sendiri dan nomes berarti

pemerintahan. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari autos yang berarti sendiri

dan nemein yang berarti kekuatan mengatur sendiri. Dengan demikian, secara

maknawi (begrif) otonomi mengandung makna kemandirian dan kebebasan daerah

dalam menentukan langkah-langkah sendiri.3

Dalam terminologi ilmu pemerintahan dan hukum administrasi negara, kata

otonomi ini sering dihubungkan dengan otonomi daerah dan daerah otonom. Otonomi

daerah sendiri memiliki beberapa pengertian menurut UU No. 5 Tahun 1974 yaitu:

1 S.H. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah¸ (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

2012, Cet. Keenam), h. 33. 2 Tim Redaksi KBBI Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h., 992.

3 Hendra karianga, Politik Hukum Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, (Jakarta: Kencana,

2003), h., 75

Page 18: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

10

1. Kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan khusus daerah

dengan keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri dan pemerintahan

sendiri.

2. Pendewasaan politik rakyat lokal dan proses mensejahterakan rakyat.

3. Adanya pemerintahan lebih atas memberikan atau menyerahkan sebagian

rumah tangganya kepada pemerintahan bawahannya.

4. Pemberian hak, wewenang dan kewajiban kepada kepala daerah.

Sedangkan daerah otonom juga memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut:

1. Daerah yang mempunyai kehidupan sendiri yang tidak bergantung pada

satuan organisasi lain.

2. Daerah mengemban misi tertentu yaitu dalam rangka meningkatkan

keefektifan dan efesiensi penyelenggaraan pemerintah di daerah.4

Pasal 18 UUD 1945 yang kemudian dijabarkan dalam UU Nomor 5 Tahun

1974 ternyata menerapkan konsepsi desentralisasi sebagai dekonsentrasi tugas-tugas

Pemerintah Pusat kepada instansi Pusat di Daerah dan kepada Pemerintah Daerah.

Desentralisasi kewenangan dalam arti luas kepada kabupaten dan kota, menimbulkan

ekslusivitas dalam pemerintahan dengan penolakan terhadap legitimasi gubernur dan

ekslusivitas kepegawaian yang menyulitkan terjadinya mobilitas pegawai.5

Indonesia sedang berada ditengah masa transformasi dalam hubungan antara

Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota yang menurut Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1974 hanya merupakan kepanjangan tangan pusat di Daerah. Dalam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah dibuka

saluran (kran) bagi Pemerintah Propinsi dan Kabupaten untuk mengambil tanggung

4 Dharma Setyawan Salam, Dr., Ir., M.Ed., Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan,

Nilai dan Sumber Daya, (Jakarta: Djambatan, 2001), h., 81-82. 5 H.M Sjaiful Rachman, Pembangunan dan Otonomi Daerah Realisasi Program Kabinet

Gotong Royong, (Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, 2004), h., 80-81.

Page 19: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

11

jawab yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada masyarakat setempat, untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Percepatan pelaksaanaan Otonomi Daerah sebagai implementasi Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1999 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

yang telah bergulir di Daerah. Banyak harapan yang dimungkinkan dari penerapan

Otonomi Daerah, seiring dengan itu tidak sedikit pula masalah, tantangan dan kendala

yang dihadapi oleh Daerah.6

Sementara itu, untuk mengaktualisasi kewenangan mengurus, tentu akan

terkait langsung dengan urusan yang benar-benar dibutuhkan oleh daerah dan tidak

termasuk kedalam urusan propinsi atau pusat berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 25 Tahun 2000. Dengan paradigma baru urusan daerah merupakan sesuatu

yang harus lahir dari bawah “bottom-up”, maka daerah akan menata ulang

kelembagaan maupun SDM-nya sesuai dengan berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 25 Tahun 2000 tersebut.

Dalam berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 telah

ditetapkan yang masih kewenangan pusat dan propinsi seperti yang dimaksud

otonomi luas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Diluar kewenangan pusat

sebagaimana diterapkan dalam Pasal 7 ayat (1) maupun kewenangan propinsi

sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 9 ayat (1) adalah merupakan kewenangan-

kewenangan kabupaten/kota sebagai daerah otonom yang mengatur (legislasi) dan

kewenangan untuk mengurus (eksekusi).7

Adanya satuan pemerintah daerah yang otonom bagi negara menurut

Mohammad Hatta dinyatakan dalam pandangannya bahwa pembentukan pemerintah

6HAW Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,

2002), h. 1 dan 6. 7 HAW. Widjaja, Penyelenggara Otonomi Di Indonesia, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,

2005), h., 27-28

Page 20: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

12

daerah (pemerintah yang berotonomi), merupakan salah satu aspek pelaksanaan

paham kedaulatan rakyat (demokrasi). Menurut dasar kedaulatan rakyat itu, hak

rakyat untuk menentukn nasibnya tidak hanya ada pada pucuk pimpinan negeri,

melainkan juga pada setiap tempat di kota, desa dan daerah.8

Apabila pemahaman Pasal 1 ayat (1) tentang (Negara Indonesia adalah

Negara Kesatuan yang berbentuk Republik) digabungkan dengan Pasal 18 beserta

penjelasannya, maka dapat dikatakan bahwa Republik Indonesia adalah negara

kesatuan yang didesentralisasikan. Dalam negara kesatuan yang didesentralisasikan,

pemerintah pusat tetap mempunyai hak untuk mengawasi daerah otonom. Menurut

Lubis yang pememegang kekuasaan tertinggi atas segenap urusan negara lain ialah

pemerintah pusat (central government) tanpa adanya gangguan atau pelimpahan

kekuasaan kepada pemerintah daerah.9

Kebijaksanaan yang tertuang dalam UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33

Tahun 2004 merupakan strategi baru dalam pelaksanaan pemerintahan di Indonesia

yang menjadikan pemberdayaan sebagai misi utama pemerintahan dan mendudukan

tugas pemerintahan itu atas landasan nilai pelayanan.10

Penerapan otonomi daerah sebagaimana dijelaskan dalam Pasal (1) ayat (5)

dan Pasal 2 ayat (3) UU. No 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan daerah

dilaksanakan menurut asa penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam penyelenggaraan

otonomi daerah dikenal adanya tiga prosedur atau asa penting dalam rangka

pembagian kekuasaan yang bersifat teritorial yang diistilahkan oleh hutington dengan

8 Hendra karianga, Politik Hukum Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, h., 83

9 Dharma Setyawan Salam, Dr., Ir., M.Ed., Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan,

Nilai dan Sumber Daya, h., 87. 10

Ermaya Suradinata, Prof., Dr., Otonomi Daerah dan Paradigma Baru Kepemimpinan Pemerintahan Dalam Politik dan Bisnis, (Jakarta: Suara Bebas, 2005), h., 11

Page 21: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

13

Areal Division of Power, yaitu Desentralisasi, Dekonsentralisasi dan Tugas

Pembantuan11

Prinsip otonomi di Indonesia bukanlah sistem tersendiri, otonomi merupakan

subsistem dari sistem pemerintahan nasional dengan asas desentralisasi dilaksanakan

secara bersama dengan dua asas lainya, yaitu dekonsentrasi dan pembantuan.12

Tujuan pemberian otonomi daerah dapat tercapai manakal didasarkan pada prinsip-

prinsip yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

dilaksanakan secara optimal oleh penyelenggara negara, baik itu ditingkat pusat,

propinsi, maupun kabupaten/kota. Karena dalam penyelenggaraan otonomi daerah

harus memerhatikan prinsip-prinsip otonomi daerah.

Hubungan Pemerintah Pusat dengan Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga

dan keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Alinea ketiga memuat pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sedangkan

alinea keempat memuat pernyataan bahwa setelah menyatakan kemerdekaan, yang

pertama kali dibentuk adalah Pemerintah Negara Indonesia yaitu Pemerintah

Nasional yang bertanggung jawab mengatur dan mengurus bangsa Indonesia. Lebih

lanjut dinyatakan bahwa tugas Pemerintah Negara Indonesia adalah melindungi

seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut memelihara ketertiban dunia berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Selanjutnya Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

republik. Konsekuensi logis sebagai Negara kesatuan adalah dibentuknya pemerintah

11

Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2008, Cet. Kedua), h., 423.

12

Ermaya Suradinata, Prof., Dr., Otonomi Daerah dan Paradigma Baru Kepemimpinan Pemerintahan Dalam Politik dan Bisnis, h., 29

Page 22: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

14

Negara Indonesia sebagai pemerintah nasional untuk pertama kalinya dan kemudian

pemerintah nasional tersebutlah yang kemudian membentuk Daerah sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan. Kemudian Pasal 18 ayat (2) dan ayat (5) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa

Pemerintahan Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan

Pemerintahan menurut Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan dan diberikan otonomi

yang seluas-luasnya.

Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas,

dalam lingkungan strategis globalisasi, Daerah diharapkan mampu meningkatkan

daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,

keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman Daerah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya kepada Daerah dilaksanakan

berdasarkan prinsip negara kesatuan. Dalam negara kesatuan kedaulatan hanya ada

pada pemerintahan negara atau pemerintahan nasional dan tidak ada kedaulatan pada

Daerah. Oleh karena itu, seluas apa pun otonomi yang diberikan kepada Daerah,

tanggung jawab akhir penyelenggaraan Pemerintahan Daerah akan tetap ada ditangan

Pemerintah Pusat. Untuk itu Pemerintahan Daerah pada negara kesatuan merupakan

satu kesatuan dengan Pemerintahan Nasional. Sejalan dengan itu, kebijakan yang

dibuat dan dilaksanakan oleh Daerah merupakan bagian integral dari kebijakan

nasional. Pembedanya adalah terletak pada bagaimana memanfaatkan kearifan,

potensi, inovasi, daya saing, dan kreativitas Daerah untuk mencapai tujuan nasional

tersebut di tingkat lokal yang pada gilirannya akan mendukung pencapaian tujuan

nasional secara keseluruhan.

Page 23: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

15

Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai otonomi

berwenang mengatur dan mengurus Daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan

masyarakatnya sepanjang tidak bertentangan dengan tatanan hukum nasional dan

kepentingan umum. Dalam rangka memberikan ruang yang lebih luas kepada Daerah

untuk mengatur dan mengurus kehidupan warganya maka Pemerintah Pusat dalam

membentuk kebijakan harus memperhatikan kearifan lokal dan sebaliknya Daerah

ketika membentuk kebijakan Daerah baik dalam bentuk Perda maupun kebijakan

lainnya hendaknya juga memperhatikan kepentingan nasional. Dengan demikian akan

tercipta keseimbangan antara kepentingan nasional yang sinergis dan tetap

memperhatikan kondisi, kekhasan, dan kearifan lokal dalam penyelenggaraan

pemerintahan secara keseluruhan.

Pada hakikatnya Otonomi Daerah diberikan kepada rakyat sebagai satu

kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus

sendiri Urusan Pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah

dan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh kepala daerah dan DPRD dengan dibantu

oleh Perangkat Daerah. Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah berasal dari

kekuasaan pemerintahan yang ada ditangan Presiden. Konsekuensi dari negara

kesatuan adalah tanggung jawab akhir pemerintahan ada ditangan Presiden. Agar

pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah berjalan sesuai dengan

kebijakan nasional maka Presiden berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, terdapat Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat yang dikenal dengan istilah urusan pemerintahan

absolut dan ada urusan pemerintahan konkuren. Urusan pemerintahan konkuren

terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan yang dibagi

antara Pemerintah Pusat, Daerah provinsi, dan Daerah kabupaten/kota. Urusan

Pemerintahan Wajib dibagi dalam Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait

Page 24: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

16

Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak terkait Pelayanan Dasar.

Untuk Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait Pelayanan Dasar ditentukan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) untuk menjamin hak-hak konstitusional masyarakat.

Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Daerah provinsi dengan

Daerah kabupaten/kota walaupun Urusan Pemerintahan sama, perbedaannya akan

nampak dari skala atau ruang lingkup Urusan Pemerintahan tersebut. Walaupun

Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota mempunyai Urusan Pemerintahan

masing-masing yang sifatnya tidak hierarki, namun tetap akan terdapat hubungan

antara Pemerintah Pusat, Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota dalam

pelaksanaannya dengan mengacu pada NSPK yang dibuat oleh Pemerintah Pusat.13

Dampak positif otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi daerah

makapemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas

lokal yang ada di masyarakat. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat

mendapatkan respon tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang

berada di daerahnya sendiri. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang

didapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Dana tersebut

memungkinkan pemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta membangun

program promosi kebudayaan dan juga pariwisata.

Dampak negatif dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan bagioknum-

oknum di pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugika negara

dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu terkadang ada kebijakan-

kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi negara yang dapat

menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan daerah tetangganya, atau bahkan

daerah dengan negara, seperti contoh pelaksanaan Undang-undang Anti Pornografi

ditingkat daerah. Hal tersebut dikarenakan dengan system otonomi daerah maka

pemerintah pusat akan lebih susah mengawasi jalannya pemerintahan di daerah,

13

Lampiran penjelasan UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Page 25: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

17

selain itu karena memang dengan sistem.o tonomi daerah membuat peranan

pemeritah pusat tidak begitu berarti. 14

Mengacu pada terminologi yuridis tersebut, maka otonomi dan desentralisasi

bukan hanya ketentuan dari sebuah produk legislasi ataupun amanat konstitusi

semata. Keduanya tidak juga hanya sekedar pelimpahan kekuasaan dari Pemerintah

Pusat kepada Pemerintah Daerah, melainkan sejatinya dapat menjadi jembatan utama

bagi percepatan pembangunan dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat di daerah.

Asumsi sederhananya, karena Pemerintah Daerah yang sehari-hari melaksanakan

tugas kepemerintahan di daerah tertentu dianggap paling tahu permasalahan dan

kebutuhan masyarakat daerahnya.

Otonomi daerah telah memberikan andil bagi peningkatan kehidupan

berbangsa dan bernegara di Republik ini. Atas nama otonomi daerah, terjadi

transformasi politik dan penyebaran kekuasaan yang tidak hanya terpusat seperti

dikala Orde Baru, melainkan merambah kedaerah-daerah dengan kewenangan yang

dimiliki Bupati / Walikota di wilayah kabupaten dan kota. Melalui otonomi daerah,

para kepala daerah dapat leluasa menentukan kebijakan publiknya dalam mendorong

perekonomian dan menggairahkan geliat investasi di daerah.15

B. Teori Otonomi Khusus Ibu Kota

Secara historis kota Jakarta dalam perjalanannya telah diatur dalam berbagai

peraturan perundang-undangan serta dengan nomenklatur yang berbeda. Pertama,

Undang-Undang Darurat No. 20 Tahun 1950 Tentang Pemerintahan Jakarta Raya.

Kedua, Undang-Undang No. 10 Tahun 1964 Tentang Pernyataan Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dengan nama

14

Dharma Setyawan Salam, Dr., Ir., M.Ed., Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan, Nilai dan Sumber Daya, h., 85.

15

D. Andhi Nirwanto, Otonomi Daerah Versus Desentralisasi Korupsi, (Semarang : Aneka Ilmu, 2013), h., 3.

Page 26: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

18

Jakarta. Ketiga, Undang-Undang No. 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan

Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Keempat, Undang-

Undang No. 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota

Negara Republik Indonesia Jakarta. Kelima, Undang-Undang No. 29 Tahun 2007

tentang Pemerintahan DKI Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik

Indonesia.16

Penyelenggaraan pemerintah daerah ketika itu diatur dalam UU No. 22 Tahun

1948 tentang Pemerintahan Daerah. Menurut UU No. 22 Tahun 1948, propinsi

merupakan daerah tingkat teratas dan langsung berada dibawah pengawasan

pemerintah pusat (Menteri Dalam Negeri). Dalam prakteknya, Pemerintah Pusat

NKRI merupakan Kotapraja Jakarta Raya sebagai daerah otonom yang sejajar dengan

propinsi. Demikian pula, Walikota Jakarta Raya sebagai pejabat pamongpraja pusat

mempunyai kedudukan yang setingkat dengan para gubernur dari segenap propinsi di

seluruh Indonesia. 17

Kotapraja Jakarta Raya selain mempunyai derajat yang setingkat

lebih atas dari pada kota besar (dan bahkan 2 tingkat lebih atas dari pada kota kecil)

juga memiliki suatu kelainan tersendiri, yaitu satu-satunya kota otonom yang

memakai sebutan “Kotapraja”18

Perkembangan selanjutnya berhubungan dengan keistimewaan yang terdapat

pada Kota Jakarta, pada tanggal 28 Agustus 1961 Kota Jakarta diberi kedudukan

khusus dengan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1961 tentang Pemerintah Daerah

Khusus Ibukota Jakarta Raya (LN 1961 No. 274, TLN 2316), yang kemudian

16

The Liang Gie, Pertumbuhan Pemerintah Daerah di Negara Republik Indonesia, (Yogyakarta:Liberty, 1995), h., 23

17

Ni’matul Huda, Desentralisasi Asimetris Dalam NKRI: Kajian Terhadap Daerah Istimewa Daerah Khusus dan Otonomi Khusus, (Bandung: Nusa Indah, 2014), h., 167

18

The Liang Gie, Pertumbuhan Pemerintah Daerah di Negara Republik Indonesia, h., 15

Page 27: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

19

dikuatkan menjadi UU No. 2 PNPS Tahun 1961, dan kemudian diubah dengan

Penetapan Presiden No. 15 Tahun 1963 (LN 1963 No. 117).19

Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1961 tentang Pemerintah Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Raya dalam konsiderannya; Pertama, bahwa Jakarta sebagai Ibukota

negara patut dijadikan indoktrinisasi kota teladan dan kota cita-cita bagi seluruh

bangsa Indonesia. Kedua, bahwa sebagai Ibukota negara, daerah Jakarta Raya perlu

memenuhi syarat-syarat minimum dari kota internasional dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya. Ketiga, bahwa untuk menciptakan tujuan tersebut diatas, maka

Jakarta Raya harus diberikan kedudukan yang khusus sebagai daerah yang langsung

dikuasai oleh Presiden/Pemimpin Besar Revolusi.

Berbagai alasan itulah yang membuat Jakarta ditetapkan sebagai “Kota

Khusus” diantara kota-kota lainnya. Jakarta sebagai pusat pemerintahan bagi ibukota

negara diperlukan pengaturan yang berbeda dalam struktur pemerintahan. Adapun

kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaannya berhubungan dengan hal-hal sebagai

berikut:

1. Adanya kesimpangsiuran pembagian tugas antara Pemerintah Pusat

(departemen-departemen) dengan pemerintah daerah Jakarta Raya sehingga

menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaan pemerintahan;

2. Bahwa di daerah Jakarta Raya, Pemerintahan Pusat dalam berbagai hal

menjadi pelaksana sedang, Pemerintah Daerah seolah-seolah menjadi

pemegang kebijakan yang menjalankan tugas pengawasan;

3. Adanya kemacetan dan kesulitan penyampaian dan pelaksanaan anggaran

belanja;

4. Adanya ketidaksinambungan antara hasil pendapatan pemerintah daera

Jakarta Raya dan kegiatan masyarakat Jakarta Raya;

19

Ni’matul Huda, Desentralisasi Asimetris Dalam NKRI: Kajian Terhadap Daerah Istimewa Daerah Khusus dan Otonomi Khusus, h., 168

Page 28: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

20

5. Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pembangunan yang

dalam waktu singkat harus dilaksanakan;

6. Tidak adanya kemanfaatan langsung yang dapat dirasakan oleh masyarakat

daerah mengenai adanya perusahaan-perusahaan yang ada di daerah Jakarta

Raya;

7. Tidak adanya persediaan khusus alat-alat pembayaran luar negeri (diviseri)

bagi pemerintah daerah Jakarta. 20

Provinsi DKI Jakarta sebagai satuan pemerintahan yang bersifat khusus dalam

kedudukannya sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sebagai

daerah otonom memiliki fungsi dan peran yang penting dalam mendukung

penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu,

perlu diberikan kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Bahwa Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik

Indonesia, sebagai pusat pemerintahan, dan sebagai daerah otonom berhadapan

dengan karakteristik permasalahan yang sangat kompleks dan berbeda dengan

provinsi lain. Provinsi DKI Jakarta selalu berhadapan dengan masalah urbanisasi,

keamanan, transportasi, lingkungan, pengelolaan kawasan khusus, dan masalah sosial

kemasyarakatan lain yang memerlukan pemecahan masalah secara sinergis melalui

berbagai instrumen.

Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menjadi dasar konstitusional kehadiran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah. Kehadiran undang-undang dimaksud dalam

penyelenggaraan pemerintahan menggunakan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan

tugas pembantuan. Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan

pemerintahan antara Pemerintah dan pemerintah daerah otonom. Pembagian urusan

20

Penjelasan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1961.

Page 29: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

21

pemerintahan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai

urusan pemerintahan yang sepenuhnya atau yang tetap menjadi kewenangan

Pemerintah. Urusan pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya kelangsungan

hidup bangsa dan negara secara keseluruhan.

Kehadiran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah membawa konsekuensi yuridis terhadap berbagai ketentuan dalam Undang-

Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta. Konsekuensi tersebut bukan hanya dari

segi penyelenggaraan pemerintahan Provinsi DKI Jakarta sebagai daerah otonom,

kedudukan Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik

Indonesia, kedudukan perwakilan negara asing, dan kedudukan lembaga internasional

lainnya, melainkan juga karakteristik permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta.21

C. Teori Kebudayaan

Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqofah

(bahasa Arab), berasal dari perkataan latin: “Colere” yang artinya mengolah,

mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan. Dari segi arti ini berkembanglah

arti culture atau kebudayaan sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk

mengolah dan mengubah alam”.

Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa

Sansakerta “Buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi dan akal.

Pendapat lain mengatakan bahwa kata budaya adalah sebagai suatu perkembangan

dari kata majemuk budidaya yang berarti daya dan budi. Karena itu mereka

21

Penjelasan UU No 29 Tahun 200 7 Tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 30: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

22

membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi berupa

cipta, karsa dan rasa; dan kebudayaan hasil dari cipta, karsa dan rasa.22

Pada pengertian lain yang dikemukakan oleh Krech dan Moeljono, budaya

adalah semua suasana pola baik materiel atau semua perilaku yang sudah diadposi

masyarakat secara tradisional sebagai pemecahan masalah anggotanya budaya

didalamnya juga termasuk semua cara yang telah terorganisasi, kepercayaan, norma

nilai-nilai budaya yang implisit serta premis yang mendasar dan mengandung suatu

perintah.23

E.B. tayor dalam bukunya “Primitive Culture” merumuskan definisi secara

sistematis dan ilmiah tentang kebudayaan sebagai berikut: “Kebudayaan adalah

komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain-lain kenyataan dan

kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. Pada

umumnya orang mengartikan kebudayaan kesenian seperti seni tari, seni suara dan

sebagainya.24

Kebudayaan merupakan sistem gagasan atau sistem kognitif yang berupa

berfungsi sebagai “pedoman kehidupan”, referensi pola-pola kelakuan sosial, serta

sebagai sarana untuk menginterprertasi dan memaknai berbagai peristiwa yang terjadi

dilingkungan. Setiap praktik dan gagasan kebudayaan harus bersifat fungsional dalam

kehidupan masyarakat. Jika tidak, kebudayaan itu akan hilang dalam waktu yang

tidak lama.

Kebudayaan haruslah membantu kemampuan survival masyarakat atau

penyesuaian diri individu terhadap lingkungan kehidupannya. Sebagai pedoman

untuk bertindak bagi warga masyarakat, isi kebudayaan adalah rumusan dari tujuan-

22

Joko Tri Prasetya, Drs. dkk, Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, Cet. Ketiga), h., 28. 23

Ismail Nawawi Uha, Prof., Dr., H., MPA., M.Si., Budaya Organisasi Kepemimpinan dan Kinerja, (Jakarta: Kencana, 2013, Cet. Pertama), h., 1-2. 24

Abu Ahmadi, Drs., Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003, Cet. Keempat), h., 50

Page 31: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

23

tujuan dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan itu, yang

disepakati secara sosial.25

Unsur-unsur kebudayan adalah hal-hal apa saja yang dibahas jika kita

membicarakan suatu kebudayaan dari suatu bangsa, suku bangsa, atau suatu etnis.

Sejalan dengan Kluckhon dan Koentjaraningrat berpendapat adanya tujuh buah unsur

kebudayaan universal. Artinya ketujuh unsur itu dapat ditemukan pada semua bangsa

di dunia ialah bahasa, kelengkapan hidup, sistem mata pencaharian, sistem

kemasyarakatan, pendidikan dan pengajaran, religi/kepercayaan dan kesenian. Setiap

unsur kebudayaan universal tersebut tentu hadir atau menjelma dalam ketiga wujud

kebudayaan yaitu ide gagasan/nilai/norma/peraturan, tindakan/aktivitas, benda fisik.26

Adanya kebudayaan di dalam masyarakat itu merupakan bantuan yang besar

sekali pada individu-individu, baik sejak permulaan adanya masyarakat sampai kini.

Di dalam melatih dirinya memperoleh dunianya yang baru dari setiap generasi

manusia tidak lagi memulai dan menggali yang baru tetapi menyempurnakan bahan-

bahan lama menjadi yang baru dengan pelbagai macam cara.Setiap kebudayaan

adalah sebagai jalan atau arah di dalam bertindak dan berfikir, sehubungan dengan

pengalaman-pengalaman yang fudamental , dari sebab itulah kebudayaan itu tidak

dapat dilepaskan dengan individu dan masyarakat.27

Setiap kebudayaan yang hidup dalam masyarakat dapat berwujud berbagai

komunitas atau kelompok yang menampilkan suatu corak khas. Wujud tersebut tidak

terjadi begitu saja tetapi melalui suatu proses perkembangan yang terjadi dalam

dinamika kehidupan sehari-hari. Proses tersebut disebut proses evolusi sosial budaya

yang berulang dalam jangka waktu pendek atau panjang. Dalam tiap masyarakat yang

25

Suwardi Endraswara, Prof., Dr., M.Hum., Etnologi Jawa, (Jakarta: CAPS (Center For Academic Publishing Service), 2015, Cet. Pertama), h., 18.

26

Abdul Chaer, Betawi Tempo Doeloe Menulusuri Sejarah Kebudyaan Betawi, h., 5 27

Joko Tri Prasetya, Drs. dkk, Ilmu Budaya Dasar, h., 37

Page 32: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

24

kehidupannya diatur oleh adat istiadat atau aturan dan norma yang berlaku dalam

lingkungannya. Kesatuan sosial yang paling dekat adalah satuan kekerabatan, yaitu

satu keluarga dan kekerabatan yang lain. Pada akhirnya mempunyai identitas sosial

yang terikat oleh suatu sistem nilai, norma dan adat istiadat tertentu. Untuk

memenuhi kebutuhan khusus dalam kehidupan, masyarakat berinteraksi menurut pola

tindakan melalui sistem norma khusus atau disebut pranata.28

Proses penempaan pandangan dunia tampaknya berjalan melalui mekanisme

ijtihad-ijma. Diawali dengan pertimbangan personal bentuk kesepakatan informal

(ijma), upaya perumusan pandangan dunia tradisional bergulir secara gradual.

Sekalipun selalu ditegaskan bahwa islam tidak mengenal semacam lembaga kepuasan

yang memiliki otortitas merumuskan kepercayaan resmi masyarakat, sebagaimana

didalam kristen, tetapi rumusan-rumusan resmi islam tradisional berhasil dimapankan

lewat mekanisme ijtihad-ijma.

Pemapaman pandangan dunia tradisional mengalami momentum menentukan

ketika gerbang ijtihad ditutup - sekali lagi lewat kesepakatan informal – disekitar

abad ke 10. Tidak terdapat rekaman apapun mengenai pernyataan resmi penutupan

pintu ijtihad, tetapi mayoritas ulama pada masa itu mulai memandang bahwa seluruh

permasalahan keagamaan yang esensial telah dibahas tuntas dan karena itu

pelaksanaan ijtihad absolut tidak lagi diizinkan. Hal ini berarti bahwa seluruh

aktivitas dimasa selanjutnya hanya terbatas pada penjelasan aplikasi dan penafsiran

hal-hal yang dirumuskan.29

Jaih mubarok berpendapat definisi kebudayaan diantara yang terbaik

sebagaimana dibuat oleh E.B. Taylor bahwa budaya adalah keseluruhan yang

kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, serta

kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai bagian dari

28

Nanang Rizali, Nafas Islam Dalam Batik Nusantara, (Surakarta: UPT UNS Press, 2014), h., 39. 29

Ulil Abshar Abdalla (ed), Pembaharuan Pemikiran Islam Indonesia:, Jakarta:KEMI, 2011, Cet. Pertama), h., 33.

Page 33: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

25

masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan

(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya,

agar kekuatan serta hasilnya dapat digunakan untuk keperluan masyarakat. Agama,

ideologi, kebatinan dan kesenian yang merupakan hasil ekspil jiwa manusia yang

hidup sebagai anggota masyarakat, termasuk di dalamnya.30

Islam adalah agama fitrah. Segala yang bertentangan dengan fitrah ditolaknya

dan yang mendukung kesuciannya ditopangnya. Karena itu pula Imam Gazaly

menulis dalam Ihya-nya : “Siapa yang tidak berkesan hatinya dimusim bunga dengan

kembang-kembangnya, atau oleh musik dan getaran nadanya maka fitrahnya telat

mengidap penyakit parah yang sulit diobati”. Seni adalah fitrah; kemampuan berseni

merupakan salah satu perbedaan manusia dengan makhluk lain.

Muhammad Quthub menafikannya bahwa kesenian islam tidak harus

berbicara tentang islam, dia tidak harus berupa nasihat langsung atau anjuran berbuat

kebajikan, bukan juga penampilan abstrak tentang aqidah tetapi seni yang islami

adalah seni yang mengambarkan wujud dengan bahasa yang indah serta sesuai

dengan ucapa fitrah.31

Taufik Abdullah membagi kebudayaan-kebudayaan masyarakat Asia

Tenggara menjadi dua, yaitu tradisi yang bercorak integratif dan tradisi yang bercorak

dialog. Dalam tradisi yang bercorak integratif, Islam mengalami proses

pempribumian. Islam menjadi bagian intrinsik dari sistem kebudayaan secara

keseluruhan. Islam dipandang sebagai landasan masyarakat budaya kehidupan

pribadi. Islam merupakan unsur dominan dan sebagai pengukuran apa yang bisa

dianggap wajar dan bukan. Dengan meminjam kerangka berfikir Taufik Abdullah itu,

30

Dedi Supriyadi, M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. Kesepuluh, 2008), h., 17.

31

M. Quraish Shihab (ed), Islam dan Kesenian, (Yogyakarta: Majelis Kebudayaan Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan, 1995)., h., 3&7.

Page 34: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

26

budaya Betawi bagaiamanapun dapat dimasukan dalam kategori yang bercorak

integratif.32

D. Kajian (Review) Studi Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, penulis melihat kajian atau riview terdahulu

sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan dalam penelitian ini. Adapun kajian

atau review terdahulu yang menjadi acuan antara lain:

1. Ika Yanuarizki, Darsiharjo dan Wahyu Eridiana dalam Jurnal Antologi

Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 berjudul

“Partisipasi Masyarakat Pendatang Dalam Pelestarian Budaya Betawi di

Perkampungan Setu Babakan Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan

Jagakarsa Kota Jakarta” dalam penelitian ini menemukan bahwa keberadaan

budaya Betawi sebagai budaya lokal yang ada di Jakarta pada saat ini dirasakan

mengalami kemunduran dan sudah mulai tidak terlihat lagi, hal tersebut

disebabkan oleh urbanisasi yang menyebabkan masuknya suku dan budaya lain

ke Jakarta. Maka dari itu partisipasi yang dilakukan untuk pelestarian

kebudayaan Betawi oleh masyarakat heterogen yang ada di Jakarta ialah dalam

bentuk partisipasi untuk pelestarian rumah adat Betawi. Yang menjadi berbeda

dari tulisan tersebut ialah penulis membuat kajian kebetawian pada pelestarian

kebudayaan Betawi sesuai Perda DKI Perda No 4 Tahun 2015 Tentang

Pelestarian Kebudayaan Betawi

2. Bagas Mulyanto dalam skripsinya berjudul “Peran Pemerintah DKI Jakarta

Dalam Implementasi Perda No 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian

Kebudayaan Betawi Perspektif Teori Al a’dalah” dalam penelitian

menemukan bahwa teori Al a’adalah sudah berjalan dengan baik dalam

pelaksanaan implementasi Perda No. 4 Tentang Pelestarian Kebudayaan

Betawi, hal ini menunjukan bahwa pihak Pemerintah Kelurahan Rorotan sering

32

Ridwan Saidi, Ruh Islam Dalam Budaya Bangsa: Islam da Betawi, ( Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1996), h., 15

Page 35: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

27

memberikan izin dan memfasilitasi kegiatan kebetawian. Penelitian ini dibuat

pada tahun 2017 Pada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Yang menjadi berbeda dari tulisan tersebut ialah penulis membuat kajian

kebetawian pada pelestarian kebudayaan Betawi sesuai Perda DKI Perda No 4

Tahun 2015 Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi pada studi kasus di

Kecamatan Duren Sawit.

3. Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul “Betawi Tempo Doeloe” yang

diterbitkan dari Masup Jakarta pada tahun 2015. Dalam buku ini mengupas

tentang mengenai kebudayaan Betawi mencakup tujuh unsur kebudayaan

universal. Ketujuh unsur tersebut itu adalah bahasa, kelengkapan hidup, mata

pencaharian, organisasi sosial, pendidikan dan pengajaran, kepercayaan dan

kesenian. Kebudayaan masyarakat Betawi dari awal terbentuknya sampai era

1950-an. Setelah 1950-an kebudayaan Betawi menjadi tidak utuh lagi karena

pendukung kebudayaan itu yaitu masyarakat Betawi, sudah mulai tercerai-berai

sebagai akibat dari pembogkaran kampung-kampung tempat tinggal orang

Betawi untuk keperluan perluasan kota Jakarta dan penyediaan pemukiman baru

seiring penduduk Jakarta yang semakin melimpah oleh pendatang baru ke

Jakarta. Yang mejadi fokus dan perbedaan pada karya ini ialah peran terhadap

Pemerintah Kecamatan Duren Sawit dan masyarakat dilingkungan Kecamatan

Duren Sawit dalam merespon serta melaksanakan amanat Perda DKI Jakarta

No. 4 Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi.

4. Drs. Ridwan Saidi dalam bukunya yang berjudul “Babad Tanah Betawi” yang

diterbitkan dari PT. Gria Media Prima pada tahun 2002. Dalam buku ini

mengupas tentang asal mula terjadinya kebudayaan Betawi dan masyarakat

Betawi sebelum tahun 1619 bahwa daerah yang kemudian hari ini dinamakan

Jakarta itu sesungguhnya oleh leluhur Betawi dulu dinamakan Nusa Kelapa.

Yang menjadi berbeda memfokuskan kajian terhadap alur masyarakat Betawi di

DKI Jakarta terhadap Perda DKI Jakarta No. 4 Tentang Pelestarian Kebudayaan

Betawi

Page 36: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

28

BAB III

TINJAUAN UMUM PELESTARIAN KEBUDAYAAN BETAWI

A. Kebudayaan Betawi

Nama Betawi menurut Chaer berasal dari nama tumbuhan perdu

Gulingging Betawi adalah semacam tanaman perdu, kayunya bulat dan kokoh.

Dulu banyak di Nusa Kelapa (Jakarta) dan di Kalimantan Barat dengan nama

Bakawi. Maka dari itu, lebih rasional jika nama Betawi berasal dari nama

tumbuhan dan hal ini di perkuat dengan banyaknya nama daerah di Jakarta

memakai nama tumbuhan seperti Menteng, Karet, Duku, Gandaria, Kemang,

Malaka dan Bintaro1.

Betawi adalah sebuah etnik dengan jumlah penduduk yang mendominasi

Jakarta. Orang Betawi telah ada jauh sebelum Jan Pieterzoon Coen membakar

Jayakarta pada tahun 1619 dan mendirikan di atas reruntuhan tersebut sebuah kota

bernama Batavia. Artinya, jauh sebelum menjadi ibu kota negara, sekelompok

besar orang telah mendiami kota Jakarta. Bahkan, menurut sejarahwan Sagiman

MD, penduduk Betawi telah mendiami Jakarta sekitar sejak zaman batu baru atau

Neoliticum, yaitu 1500 SM. Dari masa ke masa, masyarakat Betawi terus

berkembang dengan cirri budaya yang makin lama semakin mantap sehingga

mudah dibedakan dengan kelompok etnis lain. 2

Pada abad ke-17 dan ke-18 di kalangan penduduk Jakarta yang majemuk

itu terjadi proses asimilasi dan kemudian melahirkan sebuah kebudayaan Betawi.

Umar Kayam menyebutkan kebudayaan Betawi itu pada abad ke-19 sosoknya

sudah mulai jelas. Menurutnya, terbentuknya kebudayaan Betawi itu berlangsung

dalam proses yang tidak singkat yaitu sejak masa jayakarta dengan melibatkan

banyak faktor seperti pengaruh banten, lalu lintas perdagangan dan kolonialisme

Belanda.3

1 Abdul Chaer, Betawi Tempo doeloe Menulusuri Sejarah Kebudyaan Betawi, h., 10.

2 Mita Purbasari, Indahnya Betawi, (Jurnal Humaniora Volume 1 No. 1 April 2010,

Universitas Bina Nusantara), H., 2 3 Ridwan Saidi, Ruh Islam Dalam Budaya Bangsa: Islam da Betawi, ( Jakarta: Yayasan

Festival Istiqlal, 1996), h., 14

Page 37: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

29

Betawi merupakan etnis yang kaya akan keragaman budaya, bahasa, dan

kultur. Warna-warni ini membawa aneka persepsi, tafsiran, dan pemahaman

tentang Betawi, baik dari segi penduduk asli, kultur, maupun kebudayaan.

Bahkan, ada yang berpendapat bahwa penduduk Betawi itu majemuk. Artinya,

mereka berasal dari percampuran darah berbagai suku bangsa dan bangsa asing.

Beberapa penelitian tentang masyarakat Betawi mengatakan bahwa kebudayaan

Betawi sarat akan pengaruh dari Belanda, Cina, Arab, India, Portugis, dan Sunda.

Dikatakan pula bahwa baju pengantin Betawi yang berwarna merah mengadopsi

budaya Cina, sedangkan yang hijau mendapat pengaruh Islam (Arab). Sepintas,

kata-kata dalam dialek Betawi berkesan dialek Tionghoa, tapi bila diteliti lebih

lanjut, maka banyak terdapat bahasa Belanda dan Arab yang diIndonesiakan.4

Diantara yang dapat disaksikan berkenaan dengan budaya Betawi itu

adalah bahasa logat Melayu Betawi, teater (Topeng Betawi, Wayang Kulit

Betawi, musik (gambang kromong, tanjidor, rebana, dan lain-lain), baju, upacara

perkawinan dan arsitektur perumahan. Namun, di balik itu, agama islam

mendasari semuanya. Seluruh masyarakat Betawi secara kultural merasa dirinya

seorang muslim, sama dengan Melayu, Minangkabau, Aceh dan sebagainya, tanpa

islam orang tidak dapat di sebut sebagai orang Betawi. Setiap aktivitas selalu

dikaitkan dengan Islam. 5

Sejalan dengan terbentuknya kaum Betawi dengan proses asimilasi

genealogis dari suku-suku yang beragam, begitu pula terjadi proses pembentukan

bahasa baru dan akulturasi budaya yang lazim di kenal sebagai bahasa dan budaya

Betawi. Hasil proses itu bisa dilihat pada bahasa Betawi yang bentuknya

merupakan bahasa Melayu dengan dialeknya yang khas dan sedikit banyak di

campuri atau menyerap bahasa-bahasa lain seperti Sunda, Arab, Cina dan Eropa.6

B. Masyarakat Betawi di DKI Jakarta

Menurut para ahli, Kaum Betawi merupakan hasil sejarah dimana terjadi

perpaduan biologis dan unsur amtar suku dan antar bangsa yang kemudian

4 Mita Purbasari, Indahnya Betawi, … H., 2

5 Ridwan Saidi, Ruh Islam Dalam Budaya Bangsa: Islam da Betawi, … h., 14

6 Muntaha Azhari, Dari Jakarta Untuk Indonesia, (Jakarta : LPTQ Provinsi DKI Jakarta,

2008), h., 10

Page 38: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

30

merupakan masyarakat khusus dengan ciri-ciri khusus pula. Tetapi Ridwan Saidi

membantah teori ini dan mengatakan bahwa kedatangan beberapa suku bahkan

sebelum kerajaan Pajajaran mendirikan Pelabuhan Sunda Kelapa, di wiliayah

yang kemudian di sebut Jakarta ini suda ada penduduk aslo yang berjumlah ribuan

orang. Setelah Sunda Kelapa menjadi pelabuhan memang kemudian berdatangan

orang dari berbagai penjuru.

Penulusuran sejarah menunjukan bahwa pada tahun 1673 penduduk

Batavia sebanyak 32.068 jiwa. Penduduk tersebut terdiri dari beberapa suku

bangsa yaitu bangsa Eropa, Cina, Mardijkers, Moor (Arab), Jawa, Sunda, Bali

Melayu dan budak belian. Sementara itu Lance Castles menyatakan “yang disebut

kaum Betawi atau Anak Betawi itu terbentuk sejak abad ke-17 sebagai

percampuran berbagai suku bangsa yang mendiami kota Batavia, baik dari

berbagai pelosok Indonesia maupun luar negeri, identitias kelompok itu boleh

dikata terbentuk pada abad ke-19”.

Dalam analisisnya Lance Castles dia mengemukakan bahwa pada sensus

tahun 1930 dinyatakan adanya penduduk (etnis) Betawi yang berjumlah 778.953

dan merupakan 54% penduduk Jakarta, di samping suku bangsa pribumi lain dan

bangsa asing.7

Sejak tahun 1966 Ali Sadikin diangkat menjadi Gubernur Jakarta Raya. Ia

diangkat oleh Presiden Soekarno pada tahun tersebut. Ali Sadikin yang

sebenarnya dalam profesinya merupakan anggota Angkatan Laut dari Korps

Marinir ia tanggap melihat masalah-masalah ibukota yang perlu ia atasi. Ketika ia

memulai menjadi Gubernur jumlah penduduk Jakarta sekitar 3.639.465 jiwa.

Sementara data terakhir yang dikeluarkan Pemda DKI Jakarta pada tahun

2005 menunjukan jumlah penduduk di DKI Jakarta mencapai 12 juta jiwa. Jika

7 Muntaha Azhari., dkk., Dari Jakarta Untuk Indonesia, (Jakarta : LPTQ Provinsi DKI

Jakarta, 2008), h., 8.

Page 39: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

31

ditambah penduduk Bodetabek yang bekerja di Jakarta, maka jumlah penduduk

Jakarta pada siang hari bisa mencapai 15 juta jiwa.8

Bagi warga Jakarta yang mempunyai sejuta wajah, tidaklah mengherankan

bila ia juga mempunyai sejuta masalah. Tetapi semuanya ini sudah dapat diatasi

karena terjadi pembauran di antara penduduknya. Ibukota Jakarta benar-benar

melambangkan kebhinekaan dalam kesatuan wadah, dimana dari seluruh penjuru

suku bangsa di seluruh Indonesia diperkenalkan satu sama lain, termasuk dengan

masyarakat Betawi sendiri. Kawin mawin dan keakraban pergaulan anatara

penduduk telah melahirkan toleransi antar suku dan agama.9

Sejalan dengan terbentuknya Kaum Betawi dengan proses asimilasi

genealogis dari suku-suku yang beragam, begitu pula terjadi pembentukan bahasa

baru dan akulturasi budaya yang lazim dikenal sebagai budaya Betawi. Dalam

waktu yang panjang itu terjadi pembaruan yakni interaksi tawar-menawar dan

tarik-menarik antar unsur-unsur budaya dari beberapa individu dan masyarakat

yang beraneka ragam. Dalam rumusan SM Ardan, Budayawan Betawi, bahwa

masyarakat Betawu adalah golongan penduduk yang membentuk kesatuan sosial

dan secara moral terkait pada sistem budaya sebagai identitas kebudayaan

betawi.10

Penduduk Jakarta pendatang dan separuh sisanya adalah penduduk asli

(Betawi). Komunitas Betawi merupakan komunitas yang multi etnik, bahkan

keanekaragaman itu telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. mengkategorisasikan

komunitas Betawi menjadi tiga hal berdasarkan variasi dialek Bahasa Betawi,

yaitu Betawi Tengah, Betawi Udik, dan Betawi Pinggir. Dalam konteks yang

kebih luas untuk melacak siapa yang disebut sebagai komunitas Betawi dapat

menggunakan aspek lainnya misalnya warisan budaya, sejarah dan bahasa.

8 Effans, M.Si dkk, Jakarta Megapolitan, Kreasi dan Inovasi Sutiyoso, (Jakarta: Pustaka

Cerdasindo, 2005), h., 64. 9 Lasmidjah Hardi, Jakartaku – Jakartamu - Jakarta Kita, (Jakarta: Yayasan Pencinta

Sejarah, 1987), h., 250-251. 10

Muntaha Azhari., dkk., Dari Jakarta Untuk Indonesia, h., 9.

Page 40: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

32

Yang dimaksud dengan orang Betawi adalah mereka yang memiliki darah

Betawi serta berbahasa dan berbudaya Betawi. Dilihat dari kesukubangsaan, orang

Betawi yang merupakan sebutan bagi penduduk asli dan berdiam di Jakarta

memiliki latar belakang sejarah yang telah melewati rentang waktu yang cukup

panjang. Lebih kurang 420 tahun yang lalu masyarakat Jakarta atau Betawi dan

sekitarnya banyak mengalami perubahan .Proses sosial ini adalah hasil pembauran

dari berbagai unsur budaya berbagai bangsa dan suku bangsa yang berasal dari

berbagai daerah di Indonesia.11

Masyarakat Betawi merupakan masyarakat yang menjadikan Islam sebagai

pedoman utama dalam kehidupan mereka. Di setiap kegiatan yang mereka

lakukan tidak lepas dari agama yang disebarkan oleh para pedagang Arab

tersebut. Penyebaran Islam berlangsung semakin pesat pada tahun 1491 yang

ditandai dengan berdirinya pesantren di Tanjung Pura, Karawang. Kepercayaan

religius akan Islam juga tidak menyurutkan kepercayaan akan adanya ruh-ruh

nenek moyang, jin, hantu dan kekuatan spiritual. Mereka mempercayai bahwa

dalam Islam pun diajarkan untuk mengakui adanya makhluk-makhluk gaib

tersebut. Masyarakat Betawi memiliki upacara keagamaan yang dilakukan

sepanjang lingkar kehidupan, seperti perkawinan, nuju bulanan, khitanan,

penguburan, dan masih banyak lagi.

Islam dan Betawi atau Betawi dan Islam merupakan satu kesatuan, bagai

dua sisi dari satu mata uang. Hampir-hampir tak ada orang Betawi yang memeluk

agama selain Islam. Ditinjau dari segi sejarah, kehadiran Islam dan

perkembangannya di Jakarta hampir bersamaan dengan proses terbentuknya

masyarakat Betawi. Keberhasilan Fatahillah menundukan Sunda Kelapa dari

kekuasaan Pajajaran dan Portugis tahun 1527, karena diwilayah itu sudah banyak

orang yang memeluk islam, sekurang-kurangnya bersimpati kepada Islam.

Sebagai kota pelabuhan, sunda kelapa sejak awal sudah dikunjungi oleh

pedagang yang beragama Islam dari Pasai, Palembang, Cirebon, Banten, Gresik

11

Rakmat Hidayat, Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Dari Conet Ke Srengseng Sawah, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 16 No. 5, September 2010), h., 563.

Page 41: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

33

dan Arab. Namun demikian penyebaran Islam di Jakarta tidak hanya diperankan

oleh pihak-pihak luar. Setelah Islam berkembang baik di Batavia sejak abad 16,

lahirlah putra-putra Betawi yang menekuni bidang ilmu keislaman baik di

kampung halaman sendiri maupun yang menekuni pengajaran di Tanah Suci

sambil menunaikan ibadah haji. Snouck C. Hurgronje mencatat pada awal abad ke

19 bahwa jumlah mukimin Jawi asal Betawi di Mekkah lebih banyak dibanding

daerah-daerah lain. Pada masa itu ulama nusantara yang berprestasi berasal dari

Bima, Sumbawa dan Betawi.

Dikisahkan pula bahwa tanah Betawi saat itu juga sudah banyak ulama

yang giat menyebarkan Islam serta mengajarkannya di lingkungan masyarakatnya.

Mereka mengajar anak-anak, remaja putra-putri maupun bapak-bapak dan ibu-ibu

yang menekuni pembelajaran tentang Al-Qur’an dan ilmu-ilmu keislaman kepada

para ulama yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru atau Mu’allim.12

Upacara perkawinan merupakan salah satu ritus dari lingkar kehidupan

yang bagi masyarakat Betawi dianggap penting. Upacara perkawinan atau adat

nikah diawali dengan adat melamar, dimana orang tua dari pihak laki-laki datang

kepada orang tua si gadis untuk dapat izin memperistrinya. Jika lamaran disetujui,

upacara perkawinan diadakan di rumah mempelai wanita beberapa hari setelah

acara lamaran. Di dalam tradisi perkawinan masyarakat keturunan Arab di Jakarta

tempo doeloe (sampai 1970-an) terdapat kebiasaan yang amant unik yakni acara

ngarak penganten atau “gandaran” yang mungkin tidak terdapat di etnis lain.

Acara gandaran meriah banget karena saat pengantin pria dilepas dari

kediamannya menuju rumah mertoku (mertua) ia diiringi para pengantar yang

menggunakan puluhan mobil.13

Terdapat kebiasaan masyarakat Betawi lainnya dalam menghormati dan

mendoakan seorang ibu yang sedang mengandung yaitu upacara nuju bulanan

yang biasanya dilakukan pada saat seorang ibu mengandung untuk pertama kali

12

Muntaha Azhari, Dari Jakarta Untuk Indonesia,… h., 11-12. 13

Alwi shahab, Saudagar Baghdad dari Betawi, (Jakarta: Republika, Cet. Pertama, 2004), h., 8.

Page 42: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

34

dan usia kandungan sudah berusia tujuh bulan, hal ini betujuan agar proses

persalinannya berjalan dengan lancar dan calon bayi dan sang ibu selamat tidak

terjadi hal yang tidak diinginkan serta mendoakan agar kelak calon menjadi anak

yang berbakti kepada kedua orang tuanya.

Upacara khitanan dilakukan pada saat seorang anak laki-laki menginjak

usia enam atau tujuh tahun. Upacara ini bagi masyarakat Betawi merupakan

pertanda bahwa si anak beranjak baligh dan biasanya si anak pun telah

menamatkan 30 juz Al-Qur’an atau yang biasa disebut dengan khatam Qur’an.

Pada upacara penguburan, terdapat ritual sedekahan, yaitu pada hari ketiga setelah

kematian, hari ketujuh, hari ke-40, hari ke-100, dan hari ke-1000 setelah

kematian. Sedekahan tersebut dimaksudkan untuk mendoakan si jenazah yang

telah dikuburkan agar dipermudah jalannya menghadap Tuhan.14

Bagi warga Betawi, main pencak silat adalah salah satu kemustian. Pada

tempo doeloe, hampir di setiap kampung terdapat pendekar silat. Mereka sangat

disegani karena tingkah lakunya yang terpuji. Mereka menggunakan ilmu bela

dirinya untuk amar ma’ruf nahi munkar, mengajar manusia kejalan kebaikan dan

mencegah kezaliman, jauh dari tingkah laku para preman sekarang yang main

palak dan peres dengan kejamnya. Hal itu disebabkan para ahli silat Betawu masa

lalu lebih mengutamakan isi dari gerakan silat tersebut dari pada

perkembangannya. Mereka berpendapat bahwa kemampuan silat bukan untuk

dipamerkan melainkan untuk membela diri. Pencak silat telah mewarnai

kehidupan masyarakat Betawi, karena belajar dan bisa silat bermain silat atau

main pukulan adalah hal yang wajib di pelajari dan dikuasai oleh anak laki-laki

Betawi.15

Perlu dicatat bahwa dari adat, budaya dan bahasa Betawi dapat dilihat

adanya ciri-ciri khas dari suku Betawi, antara lain:

14

Pririarti Megawanti, Persepsi Masyarakat Setu Babakan Terhadap Perkampungan Budaya Betawi Dalam Upaya Melestarikan Kebudayaan Betawi, (Jurnal Sosio E – Kons, Volume 7 No. 3, Desember 2015), h., 230.

15

Alwi Shahab, Batavia Kota Banjir, (Jakarta: Republika, Cet. Pertama, 2009), h., 31.

Page 43: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

35

1. Egaliter, rasa persamaan antar sesama, tak ada pembedaan secara primodial

dari segi kedudukan antara seorang dengan orang lain hingga tercipta

pergaulan yang sederajat antara semua sebagai saudara atau sahabat.

2. Terbuka, mudah menerima pihak luar sepanjang tidak merubah hal-hal

yang prinsip. Masyarakat Betawi menerima dan memberi suku-suku dengan

cara-cara yang rasional, misalnya dengan sistem perdagangan, sewa-

menyewa yang saling menguntungkan, mereka mudah menerima dan

memberi kepada para pendatang. Pemukiman masyarakat Betawi

kebanyakan berada di pinggiran kota yang menunjukan penerimaan mereka

secara terbuka untuk pembangunan Jakarta sebagai Ibukota negara yang

metropolitan yang memerlukan lahan-lahan strategis untuk pembangunan

jalan, perkantoran, hotel, gedung, lembaga pemerintahan, dll.

3. Agamis, segala sesuatu didasari motif keagamaan oleh masyarakat Betawi.

Bahkan demi agama (Islam) orang Betawi rela mengorbankan segalanya.

Maka tak heran bila banyak orang Betawi rela menjual tanah pekarangannya

demi melaksanakan ibadah haji. Mereka juga sangat menyukai berkumpul

dengan ulama, guru atau mu’allim untuk memperoleh ilmu dan berkah dari

mereka. Majelis-majelis ta’lim yang tersebar seantero wilayah Betawi tidak

pernah sepi dari jama’ah terutama kaum ibu-ibu. Begitu juga anak-anak

mereka lebih banyak disekolahkan di madrasah dari pada di sekolah umum.

4. Santai, menganggap semua persoalan mudah tak perlu dibikin berat. Sisi ini

yang sering dipandang sebagai sisi negatif budaya Betawi yang seolah-olah

tidak mempunyai etos kerja, sehingga menjadikan masyarakat Betawi

tertinggal, tergusur dan terpinggirkan.

Dengan ciri khas egaliter, terbuka, agamis dan santai itulah masyarakat

dan budaya Betawi hingga kini tetap hadir dengan segala kelebihan dan

kekurangannya. Secara ekonomi, politik dan pendidikan mungkin bisa dikatakan

masyarakat Betawi agak ketinggalan akan tetapi yang menarik dari segi budaya

justru sekarang sangat maju.16

16

Muntaha Azhari, Dari Jakarta Untuk Indonesia,… h., 10-11.

Page 44: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

36

C. Profil Masyarakat Betawi Kecamatan Duren Sawit

Profil / informasi Umum Kecamatan Duren Sawit terletak di Jakarta

Timur. Kecamatan Duren Sawit terletak antara 1060 49’ 35’’Bujur Timur dan 060

10’ 37’’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kecamatan Duren Sawit adalah 22,65

km2 atau 12,05% dari luas wilayah Kota Administratif Jakarta Timur. Dahulu

merupakan bagian dari Kecamatan Jatinegara. Baru pada tahun 1990-an dibentuk

Kecamatan Duren Sawit. Sebelumnya kecamatan ini berada di bawah yurisdiksi

kecamatan Jatinegara. Kecamatan Duren Sawit merupakan pemekaran dari

Kecamatan Jatinegara pada tahun 1993. Pada tahun 1993, Dibentuk Kecamatan

Duren Sawit, yang meliputi:

KELURAHAN KM2 POPULASI

Duren Sawit 4,55 70.012

Klender 3,05 81.267

Malaka Jaya 1,38 29.396

Malaka Sari 0,99 28.141

Pondok Bambu 4,90 69.368

Pondok Kelapa 5,72 78.446

Pondok Kopi 2,06 38.007

Jumlah 22,65 394.657

(Tabel 1)

Page 45: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

37

PETA WILKECAMATAN DUREN SAWIT

(Gambar 1)

Ditinjau dari segi georafis, Kecamatan Duren Sawit merupakan lokasi

yang sangat strategis. Ditinjau dari segi positif, kecamatan Duren Sawit

merupakan daerah perlintasan dengan transportasi yang ramai sehingga dari segi

usaha perekonomian dan bisnis sangat menguntungkan. Selain itu, wilayah

Kecamatan Duren Sawit seiring dengan telah selesainya pembangunan proyek

BKT, sejak tahun 2010 sebagian besar warga masyarakat di wilayah Jakarta

Timur khususnya di Kelurahan Duren Sawit, Kelurahan Pondok Kelapa dan

Kelurahan Pondok Kopi yang dilalui oleh jalur kanal banjir timur, saat ini telah

dapat merasakan manfaat yang sangat besar dari pembangunan infrastruktur

tersebut. 17

Menurut Camat Duren Sawit, nilai-nilai Betawi masih terus dijalankan

oleh masyarakat di lingkungan Kecamatan Duren Sawit walaupun sudah banyak

17

Data didapat dari Petugas TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) kecamatan Duren Sawit pada 11 April 2018.

Page 46: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

38

sekali penduduk yang berasal dari daerah lain untuk bertempat tinggal di wilayah

kecamatan Duren Sawit dan untuk kegiatan kesenian Betawi yang berada di

wilayah Kecamatan Duren Sawit terdapat pusat kesenian balai Betawi yang

berada di wilayah kelurahan Pondok Kelapa, hal ini menunjukan konsistensi

pemerintah dalam mendukung dan melestarikan nilai seni budaya Betawi untuk

tetap dilestarikan dan di kembangkan lebih baik lagi untuk tetap ada dan tidak

ketinggalan zaman yang nantinya hanya menjadi sebuah cerita, disana anak-anak

sekolah dilatih dan diberikan pembekalan tentang kesenian Betawi agar

mendalami untuk upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan

kebudayaan Betawi yang dinamis dan mereka bisa langsung diajarkan kesenian

Betawi seperti lenong, tari, silat, palang pintu dll.18

Menurut Abdul Qodir Jailani seorang penggiat seni budaya Betawi yang

berada di lingkungan kecamatan Duren Sawit bahwa ia menilai bahwa nilai-nilai

kebudayaan Betawi di lingkungan Kecamatan Duren Sawit masih aktif dan

berjalan dengan baik walaupun sudah banyak percampuran masyarakat yang

berasal dari budaya lain akan tetapi nilai tersebut tetap dipertahankan seperti

ngarak penganten, palang pintu, membawa roti buaya ketika besanan, rowahan,

nuju bulunan, nyorok, silat Betawi, dll.19

Adapun tradisi Betawi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Betawi di

lingkungan kecamatan Duren Sawit, antara lain:

1. Nuju Bulanan: jika usia kehamilannya mencapai tujuh bulan maka akan

diadakan prosesi upcara nuju bulan. Nuju bulanan ialah proses upacara

mendoakan si ibu dapat melahirkan dengan selamat dan juga agar si bayi

kelak lahir tanpa kekurangan sesuatu apapun.20

2. Palang Pintu: Tradisi Palang Pintu merupakan salah satu tradisi yang

menjadi identitas masyarakat Betawi Di Jakarta. Tradisi ini menjadi bagian

dalam prosesi upacara pernikahan adat Betawi sejak zaman nenek moyang.

18

Wawancara langsung dengan Camat Duren Sawit pada tanggal 18 Mei 2018. 19

Wawancara langsung dengan Abang Qodir Jailani seorang Penggiat Seni Budaya Betawi di lingkungan Kecamatan Duren Sawit pada tanggal 29 mei 2018.

20

Abdul Chaer, Betawi Tempo Doeloe, … h., 197

Page 47: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

39

Perpaduan silat dan seni pantun yang jenaka menjadi hal yang dominan

dalam tradisi Palang Pintu. Palang Pintu menyatakan bahwa “rombongan

Tuan Raja Muda tidak boleh masuk karena dihadang oleh dua orang jawara,

mereka beradu mulut dan pantun tetapi rombongan Tuan Raja Muda tidak

mau kalah, mereka juga membawa jawara yang pandai bicara dan

berpantun.21

3. Roti Buaya: Tradisi roti buaya merupakan sebuah kewajiban yang dijadikan

sebagai salah satu syarat bagi calon pengantin pria yang harus

menghidangkan di dalam seserahan pernikahan adat Betawi yang hingga

kini masih dilestarikan oleh masyarakat Betawi dan sudah berlangsung sejak

lama karena tidak tahu jelas kapan datangnya tradisi roti buaya ini.

Terjadinya roti buaya dalam seserahan pernikahan merupakan adat

kebiasaan masyarakat Betawi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Roti

buaya ini merupakan lambang setia yaitu yang menunjukan bahwa seumur

hidup itu hanya menikah sekali. 22

4. Rowahan: Ruwahan/roahan menurut hemat penulis ialah sebuah tradisi

masyarakat betawi yang kegiatan tradisi tersebut diadakan menjelang

Ramadan, Tujuan utamanya adalah mendoakan arwah leluhur. Biasanya

yang punya hajat ( yang mengadakan acara ruwahan / rowahan

dikediamannya ) mengundang warga sekitar, tetangga, saudara bahkan

kadang pihak luar diundang untuk datang khusus untuk menghadiri

kegiatan/acara tersebut, yang adakalanya dihadiri sejumlah ulama ( guru

Ngaji, Orang yang dituakan dilingkungan itu ) dan tokoh masyarakat. Ada

pula kegiatan yang diadakan oleh komunitas, yang juga terbuka untuk

umum.

5. Nyorok: Merupakan kebiasaan mengantar makanan atau panganan kepada

21

Ita Suryani & Asriyani Sagiyanto, “Strategi Komunitas Betawi Dalam Mempromosikan Tradisi Palang Pintu : Studi Kasus Pada Event Festival Palang Pintu ke XI”, Jurnal Komunikasi Volume VIII Nomor 2, (September 2007), h., 1&3.

22 Dian Rana Afrilia, “Hukum adat Betawi Yang Menggunakan Roti Buaya Dalam

Seserahan Pernikahan Perspektif Hukum Islam: Studi Kasus di Kampung Pisangan Kelurahan Ragunan Kecamatan Pasar Minggu Kotamadya Jakarta Selatan” (Repository UIN JKT: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h., 56&58.

Page 48: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

40

orang lain, baik tetangga maupun orang lain yang patut diberi makanan

ketika akan melakukan sebuah acara. 23

6. Ngarak penganten: Ngarak penganten adalah sebuah ritual dan prosesi

menghantarkan pengantin laki-laki menuju rumah pengantin perempuan

dengan diiringi rebana dan shalawatan. biasanya dilakukan dalam rangka

pertemuan pertama kalinya kedua mempelai sesudah pengantin pria pulang

bersama rombongannya sesudah akad nikah.24

7. Tidak menyandingkan mempelai wanita ketika akad nikah: mayoritas

masyarakat Betawi selalu menjunjung tinggi syariat Islam, maka kegiatan

tersbut terbilang sangat populer ketika zaman dahulu karena selama belum

sah maka tidak boleh disandingkan walaupun ketika akad nikah.

8. Pertunjukan lenong ketika resepsi: pertunjunkan seni lenong sangat

populer ketika masyarakat Betawi mengadakan resepsi pernikahan, selain

sifatnya untuk menghibur masyarakat dan memohon doa kepada tamu

undangan yang hadir.

9. Memegang petasan rentet: memegang petasan rentet dan melilitkannya

ditubuh merupakan pertunjukan yang sering dilakukan ketika itu, akan

tetapi sekarang sudah sangat jarang sekali ketika pengantin pria ingin

memasuki rumah mempelai wanita ketika resepsi karena terkikisnya oleh

arus global dan kurangnya regenerasi.

Kebudayaan Betawi yang bersifat multikultural dan sifat orang Betawi

yang terbuka dengan orang lain menunjukan bahwa masyarakat yang datang atau

masyarakat pendatang khususnya yang berada di wilayah kecamatan Duren Sawit

ikut serta dan berpartisipasi dalam segala bentuk kebiasaan ataupun kebudayaan

yang sudah menjadi turun menurun dilakukan oleh para orang tua dahulu yang

mendiami wilayah tersebut dengan waktu yang lama.

23

Abdul Chaer, Foklor Betawi, (Depok: Masup Jakarta, 2012), h., 210. 24

Mahmudah Nur, “Pertunjukan Seni Rebana Biang di Jakarta Sebagai Seni Bernuansa Keagamaan” Jurnla Penelitian Keagamaan dan Masyarakat (PENAMAS), Volume 28, Nomor 2, (September 2015), h., 301.

Page 49: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

41

BAB IV

ANALISA IMPLEMENTASI PERDA DKI JAKARTA NO. 4 TAHUN 2015

TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN BETAWI DI KECAMATAN

DUREN SAWIT

A. Implementasi Pelestarian Kebudayaan Betawi Sesuai Perda No. 4 Tahun

2015 di Kecamatan Duren Sawit.

Etnik Betawi tentu memiliki sistem budaya dengan sejumlah nilai dan

norma yang menjadi acuan dalam berbagai tindakannya. Arus urbanisasi ke

Jakarta dan hadirnya unsur-unsur kemajemukan masyarakat dan budaya di tengah

kehidupan orang Betawi ditanggapi dengan sikap toleransi yang tinggi. Toleransi

itu diwujudkan dengan sikap yang lebih konkret, dengan keramah tamahan itu

termasuk kepada siapa saja, termasuk kepada orang yang belum dikenal.

Hal tersebut sesuai dengan Pasal 2 Point b Perda No. 4 Tahun 2015

Tentang Pelestarian Kebudyaan Betawi yang berisi :

“memelihara dan mcngembangkan nilai-nilai tradisi Betawi

yang merupakan jatidiri dan sebagai perlambang

kebanggaan masyarakat Betawi dalam masyarakat yang

multikultural”

Kelompok masyarakat Betawi di Kecamatan Duren Sawit menunjukan

sifat yang multikultural bagi para pendatang, karenannya ingin menghormati

sesama guna terjalinnya hubungan bermasyarakat yang harmonis tidak

memandang asal latar belakang daerahnya.

Mereka juga mewujudkan gaya hidup sederhana, tidak berlebihan dan

dengan sabar menerima keadaan serta kemudahan yang diberikan lingkungan

sekitarnya. Solidaritas terhadap lingkungan sosialnya juga tinggi, baik dalam suka

maupun duka. Mereka mengamalkan asas mufakat untuk berbagai keputusan

dalam lingkungan kehidupan kerabat dan lingkungan sosial lebih luas. Semua itu

langsung atau tidak langsung

Page 50: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

42

dengan nilai ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan ajaran agama

Islam.1

Suatu bentuk kesenian yang beberapa puluh tahun yang lalu masih banyak

dilakukan, sering kali pada waktu kini sudah jarang bahkan sudah hampir

menghilang ditengah-tengah masyarakatnya. Kadang-kadang ia telah mengalami

perubahan, menyerupai atau mendekati bentuk-bentuk lain, sehingga sangat sukar

untuk memisah-misahkan dan mencari asal usulnya kadang harus berpegang pada

salah satu unsur bentuk kesenian tersebut.

Kota Jakarta yang peka akan pengaruh dan cenderung selalu mengalami

banyak perubahan, dalam mempertahankan bentuk kesenian tradisionalnya pun

cenderung kesulitan. Seandainya tidak didukung oleh keberadaan daerah-daerah

di sekitar Jakarta yang masih banyak masyarakat pendukung

kebudayaannya/kesenian Betawi, tentunya sudah lama kebudayaan Betawi

terlupakan orang. Bentuk saling mempengaruhi berbagai kelompok dalam

kebudayaan Betawi sangat terasa sekali dalam bahasa dan seni budayanya.

Khususnya dalam seni budaya kesenian, beberapa bentuk kesenian Betawi hungga

kini masih bisa ditemukan akar-akarnya pada berbagai daerah lain atau kelompok

lain, tetapi sudah mempunyai ciri-ciri tersendiri dan tidak bisa digolongkan lagi

pada kelompok budaya asalnya. 2

Suatu etnik mestinya ditandai juga oleh adanya suatu lokasi pemukiman

masyarakat Betawi, sebagai mayoritas dulu mempunyai lokasi pemukiman yang

disebut kampung Betawi. Akan tetapi, perubahan dan perkembangan yang pesat

menyebabkan pudarnya tanda kelokasian mereka. Banyak faktor yang bisa

menjadi penyebab pudarnya tanda kelokasian tersebut. Setelah kampung Betawi

di Condet tidak berhasil dipertahankan, kemudian dibuat kampung Betawi rekayas

yang berlokasi di Situ Babakan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Tujuannya adalah

untuk mempresentasikan Kampung Budaya Betawi masa lalu yang sudah tergerus

1 Yahya Andi Saputra, Upacara Daur Hidup Adat Betawi, (Jakarta:Wedatama Widya

Sastra, 2008), h., 3. 2 Lina Herlinawati, Profil Kebudayaan Betawi, (Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional Bandung Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2006), h., 4&5.

Page 51: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

43

pembangunan. Kalau dilihat dari sejarah dan lokasi pemukiman masyrakat Betawi

yang tersebar di Jakarta, rekayasa kampung seperti itu belum mampu untuk

mempresentasikan kampung Betawi yang berada ditengah kota.3

Berbagai pendapat lain juga menyatakan bahwa masyarakat Betawi

memiliki humor, terbuka, egaliter dan punya harga diri tinggi. Budaya Betawi

memiliki kelenturan dalam menanggapi berbagai pengaruh dari luar dan dari

dalam. Keadaan yang selalu berubah dan berkembang itu mereka alami sejak

zaman Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia sampai Jakarta. Kelenturan itu tampak

dalam adat istiadat, bahasa dan kesenian.

Pasal 28 ayat 3 Point a, b & c Perda No. 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian

Kebudayaan Betawi yang berbunyi:

Kegiatan pelestarian kebudayaan Betawi, Pemerintah

Daerah bersama-sama masyarakat untuk melestarikan nilai

tradisi Betawi dan adat istiadat yang berkembang dalam

kehidupan nilai tradisi dan adat istiadat, harus

memperhatikan:

a. nilai agama.

b. tradisi, nilai, norma, etika, dan hukum adat.

c. sifat kerahasiaan dan kesucian unsur-unsur budaya tertentu

yang dipertahankan oleh masyarakat.

Perjalanan dan proses sejarah yang panjang itu pada gilirannya

membentuk karakter tersendiri bagi seni budaya Betawi, sehingga menjadikannya

unik. Namun keunikan itu belum seluruh memasyarakat, sehingga masyarakat

khususnya masyarakat ibukota Jakarta memandang aneh manakala mereka

menjumpai atau menemui salah satu unsur budaya atau upacara adat Betawi

sedang dilaksanakan. Itulah sebabnya penyebarluasan informasi seni budaya

(adat-istiadat) Betawi menjadi keharusan dan tidak dapat ditunda-tunda. Dengan

upaya penyebarluasan ini, diharapkan unsur budaya Betawi yang hilang atau

3 Zefry Alkatiti, Jakarta Punya Cara, (Depok: Masup Jakarta, 2012), h., 116.

Page 52: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

44

nyaris hilang akan mendapat semangat baru dan kembali menghangatkan Jakarta

dengan aneka rupa adat istiadat dan seni budayanya yang meriah dan bersahabat4.

Kesenian yang mengandung unsur-unsur ajaran Islam pun tampak sangat

mewaranai kesenian yang ada di wilayah DKI Jakarta. Ajaran Islam yang dibawa

fatahillah setelah merebut Bandar Kalapa demikian melekatnya penduduk asli

Batavia. Banyak ragam kesenian Betawi dari seluruh disiplin seni (musik, seni

rupa, sastra, teater, tari) termasuk ragam hias yang pernah dan berkembang di DKI

Jakarta. Keanekaragaman musik tradisional Betawi berkaitan erat dengan

keanekaragaman cikal bakal masyarakatnya, dan pada dasarnya memiliki sifat dan

fungsi yang hampir sama dengan musik tradisional didaerah lainnya. Sifatnya ada

yang sebagai musik mandiri, sebagai musik pengiring tari dan fungsinya dapat

sebagai pengiring wayang atau teater tradisional.5

Nilai – nilai kebetawian yang berciri khas dengan ajaran syariat Islam

dijadikan rujukan atau pedoman hidup bermasyarakat bagi masyarakat Betawi.

Masyarakat Betawi yang bukan beragama Islam bukanlah Betawi. Karena ajaran

Islam dijadikan rujukan atau pedoman hidup bermasyarakat bagi masyarakat

Betawi dan melalui hal tersebut masyarakat Betawi dikenal masyarakat yang

mempunyai sifat terbuka dan menerima kepada siapapun itu walaupun belum

pernah kenal. Orang Betawi mengintegrasikan ajaran Islam dalam kehidupan

sehari-hari sehingga Islam menjadi jati diri orang Betawi. Ajaran itu dinyatakan

dalam kesenian, kesusateraan,kenaskahan dan adat istiadat.

Masyarakat Duren Sawit yang bernotabene masyarakat Betawi kini sudah

dicampuri atau dihiasi dengan nilai kemasyarakatan yang dibawa oleh para kaum

urban yang menetap di wilayah kecamatan Duren Sawit. Akan tetapi nilai-nilai

tersebut tidak mempengaruhi ajaran dan tradisi masyarakat Betawi yang ada

dilingkungan kecamatan Duren Sawit maka dari itu mereka pun ikut berkontribusi

dan membantu melaksanakan suatu kegiatan tradisi masyarakat Betawi yang ada

dilingkungan kecamatan Duren Sawit yang sudah lama dilaksanakan seperti:

4 Yahya Andi Saputra, Upacara Daur Hidup Adat Betawi, … h., 4&5.

5 Lina Herlinawati, Profil Kebudayaan Betawi, … h., 38&41.

Page 53: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

45

Nyorok ketika seseorang memiliki hajat acara dirumahnya, selametan, nuju

bulunan, ngarak penganten, rowahan, pengajian dari rumah ke rumah, dll.

Hal tersebut mempengaruhi faktor kesenian Betawi dilingkungan

kecamatan Duren Sawit dengan meningkatnya urbanisasi ke daerah kecamatan

Duren Sawit yang menyebabkan para penggiat budaya sulit membangun dan

mengembangkan sanggar atau tempat pusat pelatihan kebudayaan Betawi yang

disebabkan sudah banyaknya pembangunan, sebab dari itu keterkaitan untuk

pengembangan dan melestarikan kesenian Betawi sangat sulit dikembangkan.

Pada Pasal 12 Ayat 1 Point A yang berbunyi :

“Penerapan kesenian Betawi dalam kurikulum pendidikan

dasar dan menengah dengan memasukkan mata pelajaran

muatan lokal kesenian Betawi yang setara dengan mata

pelajaran lain”

Pada ayat A Pasal 12 tersebut bahwa terselenggaranya sebuah

pelestarian kebudayaan Betawi melalui jalur pendidikan ialah dengan

diberikannya materi-materi tentang kebetawian sejak sekolah guna menunjang

dan pemahaman tentang kebudayaan Betawi sejak dini.

Pembelajaran kesenian Betawi di lingkungan Kecamatan Duren Sawit pun

memberikan pembelajaran secara non-formal bagi anak-anak sekolah dasar dan

menengah yang terpusatkan di kelurahan Pondok Kelapa, hal tersebut sejalan

dengan Perda No.4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi yang

mengamanatkan demi terselenggaranya pelestarian kebudayaan Betawi

pemerintah diharuskan memberikan pelayanan pendidikan dan fasilitas yang

menunjang pelaksanaan pelestarian kebudayaan Betawi.

Pada Pasal 14 Dalam rangka meningkatkan apresiasi kegiatan

kesenian Betawi, Pemerintah Daerah dan atau masyarakat:

a. melaksanakan lomba kesenian Betawi yang

diselenggarakan secara periodik dan berjenjang.

b. pergelaran kesenian Betawi pada acara resmi tertentu.

Page 54: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

46

c. kegiatan lain yang berfungsi sebagai sarana dan media

apresiasi kesenian Betawi.

Dalam hal ini pemerintah dan masyarakat berkewajiban untuk saling

bersinergis dalam kegiatan kesenian Betawi untuk meningkatkan apresiasi dari

masyarakat dan syiar dalam mempromosikan kebudayaan Betawi di masyarakat

dan di setiap acara resmi pemerintahan ataupun penyambutan tamu-tamu daerah,

nasional dan internasional, oleh karena itu perlu dilaksanakannya setiap kegiatan

pelestarian kebudayaan Betawi seperti perlombaan, festival, dll secara berjenjang

guna terciptanya sebuah wadah dalam ruang penggiat seni budaya Betawi.

Bang Abdul Qodir Jailani mengatakan bahwa pelaksanaan pelestarian

kebudayaan Betawi di lingkungan Kecamatan Duren Sawit sudah sangat baik, hal

itu sudah banyaknya penggiat kesenian Betawi seperti palang pintu, marawis, dan

silat Betawi yang terus berkembang seiring perkembangannya zaman dan sudah

sering dilakukannya kegiatan event besar di lingkungan Kecamatan Duren Sawit

untuk mempromosikan kebudayaan Betawi. Akan tetapi kurangnya perhatian

pemerintah Kecamatan Duren Sawit dalam pendataan data base kepada penggiat

kesenian kebudayaan Betawi untuk lebih teroganisir serta dijadikan promosi

setiap kegiatan pemerintah atau non-pemerintah, hal ini menunjukan tidak

terdapat jumlah yang pasti pelaku penggiat budaya Betawi dan sanggar-sangar

yang dimiliki oleh masyarakat di lingkungan kecamatan Duren Sawit.

Festival yang selalu dihadirkan di lingkungan kecamatan Duren Sawit

selalu mendapat respon baik. Syiar kebudayaan Betawi harus tetap dilaksanakan

akan tetapi masih banyak yang perlu terus diperbaiki dalam setiap kegiatan

festival kebetawian supaya nilai-nilai yang terdapat dan terkandung dalam

masyarakat Betawi dapat dirasakan dengan baik oleh masyarakat. Setiap event

kebudayaan Betawi yang diselenggarakan di lingkungan Kecamatan Duren Sawit

selalu menghadirkan palang pintu, balas pantun dan kuliner Betawi yang selalu

mendapat antusias yang besar dan respon baik dari masyarakat untuk ikut

berpartisipasi dikegiatan tersebut.

Maka dari itu masyarakat dan pelaku penggiat kebudayaan Betawi

khususnya di lingkungan kecamatan Duren Sawit tidak hanya sekedar mengetahui

Page 55: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

47

dan bisa melakukan kesenian itu akan tetapi untuk saling mengerti, menghayati

dan memahami makna dari setiap kegiatan tersebut supaya menumbuhkan rasa

memiliki, melesarikan dan mewarisi terus menerus kepada siapapun terkhusus

masyarakat Betawi.6

B. Analisa Pelaksanaan Perda No. 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian

Kebudayaan Betawi di Kecamatan Duren Sawit

Kebudayaan suatu bangsa merupakan indikator dan mencirikan tinggi atau

rendahnya martabat dan peradaban suatu bangsa. Kebudayaan tersebut dibangun

oleh berbagai unsur, seperti bahasa, sastra dan aksara, kesenian, dan berbagai

sistem nilai yang tumbuh dan berkembang dari masa ke masa.

Kebudayaan Nasional dibangun atas berbagai kebudayaan daerah yang beragam

warna dan corak, sehingga satu rangkaian yang harmonis dan dinamis. Oleh karen

a itu, tidak disangkal bahwa bahasa, sastra, aksara, kesenian dan nilai tradisi

budaya Betawi merupakan un sur penting dari kebudayaan yang menjadi

rangkaian kebudayaan nasional. Nilai-nilai dan ciri budaya kepribadian bangsa

merupakan faktor strategis dalam upaya mengisi dan membangun jiwa, wawasan

dan semangat bangsa Indonesia sebagaimana tercermin dalam nilai-nilai luhur

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Kebudayaan Betawi merupakan bagian dari budaya nasional dan sekaligus

menjadi asset nasional memiliki nilai dan norma sosial budaya yarg melandasi

pemikiran dan prilaku warganya. Sikap dan filosofi hidup orang Betawi

diekspresikan dalam keyakinan, kesenian, kesusasteraan, kenaskahan, dan adat

istiadat. Orang Betawi mengintegrasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-

hari sehingga Islam menjadi jati diri orang Betawi. Ajaran itu dinyatakan dalam

kesenian, kesusateraan,kenaskahan dan adat istiadat. Sikap dan filosofi hidup

masyarakat Betawi yang memiliki nilai-nilai kehidupan bermasyarakat yang luhur

dan sangat penting untuk dipelihara, dilestarikan dan diwariskan kepada generasi

6 Wawancara langsung dengan Abang Qodir Jailani seorang Penggiat Seni Budaya Betawi

di lingkungan Kecamatan Duren Sawit pada tanggal 29 mei 2018.

Page 56: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

48

penerus, dan harus dipertahankan keberadaannya walaupun terjadi perubahan

global.

Berdasarkan hal-hal sebagaimana tersebut di atas, dan mengingat

kebudayaan Betawi termasuk di dalamnya kesejarahan, kepurbakalaan, kesenian,

kenaskahan, kebahasaan, adat istiadat, dan falsafah hidup serta benda-benda yang

bernilai budaya Betawi merupakan kebanggaan masyarakat Betawi yang

mencerminkan jati diri masyarakat Betawi, maka perlu dilakukan serangkaian

upaya dalam rangka rnelestarikan dengan kegiatan untuk melindungi,

mengembangkan kebudayaan Betawi yang pada akhirnya diharapkan dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan peranan nilai-nilai.7

Budaya masyarakat Betawi yang merupakan sistem nilai, adat istiadat

yang dianut oleh masyarakat Betawi, yang di dalamnya terdapat pengetahuan,

keyakinan, nilai-nilai, sikap, dan tata cara masyarakat yang diyakini dapat

memenuhi kehidupan warga masyarakatnya. Dalam rangka menjamin

terpeliharanya kebudayaan Betawi, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

Pelestarian Kebudayaan Betawi. Dalam ketentuan umum Perda tersebut, yang

dimaksud dengan Kebudayaan Daerah adalah Daerah Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta.

Tujuan pelestarian Kebudayaan Betawi adalah untuk melindungi,

mengamankan, dan melestarikan budaya Betawi; memelihara dan

mengembangkan nilai-nilai tradisi Betawi yang merupakan jatidiri dan sebagai

perlambang kebanggaan masyarakat Betawi dalam masyarakat yang multikultural;

meningkatkan pemahaman kesadaran masyarakat terhadap kebudayaan Betawi.

Kemudian, meningkatkan kepedulian, kesadaran, dan aspirasi masyarakat

terhadap peninggalan budaya Betawi, serta membangkitkan semangat cinta tanah

air, nasionalisme, dan patriotisme; membangkitkan motivasi, memperkaya

inspirasi, dan memperluas khasanah bagi masyarakat dalam berkarya dalam

bidang kebudayaan dan mengembangkan kebudayaan Betawi untuk memperkuat

jatidiri kebudayaan nasional.

7 Penjelasan Perda DKI Jakarta No. 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian Kebudayaan

Betawi.

Page 57: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

49

Hal itu tepat seperti apa yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr Ayat 4

untuk sama sama saling menjaga dan menghormati antar masyarakat yang

majemuk:

ر ج ا ه نإ م بون ي مإ ه ل بإ ق نإ م ن ا يم لإ وا ر ا د ل ا وا ء و ب ت ن ي لذ وا

ى ل ع رون ث ؤإ وي وا وت أ ما ة ج ا ح مإ وره د ص ف ون د ي ول مإ ه يإ ل إ

ه س فإ ن ح ش وق ي نإ وم ة ص ا ص خ بمإ ن ا وإ ك ول مإ ه س ف ن إ أ

ون ح ل فإ م لإ ا م ه ك ئ ول أ ف

Artinya : “Dan orang-orang yang telah menempati kota

Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum

(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor)

'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka

(Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh

keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang

diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka

mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka

sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa

yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah

orang orang yang beruntung ( Al-hasyr : 9 )”8

Menurut wali kota Jakarta Timur, Kebudayaan Betawi merupakan bagian

dari budaya nasional dan merupakan aset bangsa, maka keberadaannya perlu

dijaga, diberdayakan, dibina, dilestarikan, dan dikembangkan sehingga berperan

dalam upaya menciptakan masyarakat yang memiliki jatidiri, berakhlak mulia,

8 Terjemahan Al-Qur’an “Ummul Mukmin” (Cet. Kementrian Agama RI Tahun 2004)

( ٩الحشر: )

Page 58: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

50

berperadaban dan mempertinggi pemahaman terhadap nilai-nilai luhur budaya

bangsa berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam hal ini Pada Pasal 4 Point a,b dan c Perda No. 4 Tahun 2015 Tentang

Pelestarian Kebudayaan Betawi yang berisi:

a. Menumbuhkembangkan partisipasi dan kreativitas

masyarakat

b. Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran

masyarakat Jakarta terhadap pelestarian kebudayaan

Betawi

c. Melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah,

masyarakat dan dunia usaha dalam upaya pelestarian

kebudayaan Betawi

budaya Betawi menjadikan sebuah kewajiban yang harus dilestarikan dan

dipelihara sebagai budaya nusantara oleh masyarakat, ormas dan pemerintah

setempat dengan baik, hal ini terkait terkait tentang undang-undang mengenai

otonomi daerah UU No. 23 Pasal 1 Point 6 & 7 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah. Sebab dari itu pihak Pemerintah Walikota Administrasi

Jakarta Timur menjadikan hal tersebut prioritas dalam membangun kebudayaan

Betawi yang di fokuskan kepada satu SKPD terkait.

Kebudayaan luar yang bukan berasal dari nusantara saat ini menjadikan

budaya yang dominan yang lebih digemari akan tetapi budaya Betawi menjadi

harus lebih dominan di masyarakat Betawi dan Jakarta karena tampilan dan hasil

yang diberikan tidak kalah menarik justtru harus bangga dengan kebanggaan hasil

sendiri. Budaya masyarakat Betawi yang merupakan sistem nilai, adat istiadat

yang dianut oleh masyarakat Betawi, yang di dalamnya terdapat pengetahuan,

keyakinan, nilai-nilai, sikap, dan tata cara masyarakat yang diyakini dapat

memenuhi kehidupan warga masyarakatnya.

Kemudian, meningkatkan kepedulian, kesadaran, dan aspirasi masyarakat

terhadap peninggalan budaya Betawi; membangkitkan semangat cinta tanah air,

nasionalisme, dan patriotisme; membangkitkan motivasi, memperkaya inspirasi,

Page 59: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

51

dan memperluas khasanah bagi masyarakat dalam berkarya dalam bidang

kebudayaan; dan mengembangkan kebudayaan Betawi untuk memperkuat jatidiri

kebudayaan nasional.

Maka perlu dilakukan serangkaian upaya dalam rangka melestarikan

dengan kegiatan untuk melindungi, mengembangkan kebudayaan Betawi yang

pada akhirnya diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan peranan nilai-

nilai budaya tersebut dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan, nasional,

mendorong upaya mensejahterakan masyarakat, sekaligus menunjang dan

meningkatkan partisipasi masyarakat untuk turut serta dan bertanggungjawab

dalam menjaga serta memelihara kebudayaan Betawi.

Oleh karena itu seperti yang diamanatkan dalam UU. No 29 Tahun 2004

Pasal 26 Ayat 6 Tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjadikan sebuah

kewajiban untuk melestarikan dan mengembangkan budaya masyarakat Betawi

serta melindungi berbagai budaya masyarakat daerah lain yang ada didaerah

Provinsi DKI Jakarta.

Akan tetapi seiring perkembangnya zaman dan menuntut kita untuk

bersaing dalam masyarakat global, hal yang menjadi sebuah tradisi sebuah tempat

semakin lama menjadi terkikis disebabkannya keserakahan pembangunan, hal ini

menjadi hambatan pemerintah walikota administrasi Jakarta Timur, seperti yang

diungkapkan oleh walikota walikota administrasi Jakarta Timur bahwa lambatnya

arus perkembangan pelestarian kebudayaan Betawi ialah kurangnya lahan untuk

membangun sebuah bangunan yang nantinya dijadikan tempat pusat pelestarian

budaya Betawi.

Kebebasan yang terdapat dalam hak otonomi daerah dan prinsip otonomi

daerah menjadikan setiap daerah harus berkembang, mandiri dan mengurusi

rumah tangganya masing-masing yang diintegrasikan terhadap kebijakan nasional

atau pemerintah pusat guna terwujudnya provinsi atau daerah yang mampu

mensejahterakan masyarakatnya dan mengembangkan potensi yang ada

didalamnya.

Page 60: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

52

Maka dari itu Pemerintah walikota administrasi Jakarta Timur yang

mengikuti kebijakan Pemerintah Provinsi dan Kewenangan otonomi

memaksimalkan hal tersebut untuk dimanfaatkan dalam seluruh aspek

kesejahteraan masyarakat. Karenanya, kewenangan konstitusional Pemerintah

Daerah lalu di turunkan ke Pemerintah walikota terkait yang diberikan oleh UUD

1945 yang dapat menjadi objek sengketa kewenangan lembaga negara, adalah:

1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas

otonomi daerah dan tugas pembantuan (Pasal 18 Ayat 2 UUD 1945).

2. Menjalankan otonomi dengan seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan

yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat

(Pasal 18 Ayat 5 UUD 1945).

3. Menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk

melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan (Pasal 18 Ayat 6 UUD

1945).9

Sebuah hasil pelestarian yang berada di wilayah kota administrasi Jakarta

Timur menjadi sebuah prioritas utama diantaranya ialah pelestarian kampung

Betawi di daerah condet, artefak-artefak yang berada di wilayah kecamatan

Cakung, Meester Cornelis yang berada di Jatinegara untuk dijadikan cagar

budaya, dll. Maka dari itu kekhawatiran terkikisnya budaya Betawi harus

diyakinkan dengan adanya kepedulian penggiat budaya Betawi dan pemerintah

karena masih banyak para generasi penerus bangsa yang masih tetap mau

mempelajari kebudayaan Betawi pada khususnya dan budaya nusantara pada

umumnya.

Konsep otonomi daerah dan pola pemerintahan di daerah secara konsisten

mengikuti perkembangan teori, terutama pada hubungan antara pemerintah pusat

dan pemerintah daerah. Dalam konteks bentuk negara, ada yang disebut Negara

Kesatuan dan Negara Feodal. Dalam desain Negara Kesatuan, dibentuk dan dibagi

9 Marwan Mas, Hukum Konstitusi dan Kelembagaan Negara, (Depok : PT Raja Grafindo,

2018, Cetakan kesatu), h., 220

Page 61: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

53

ke dalam beberapa daerah, sehingga pola kekuasaan negara pada hakikatnya

berada pada pemerintah pusat , kemudian kekuasaan itu dibagi ke daerah.

Hakikat otonomi daerah bukan semata-mata pemberian wewenang yang

lebih luas kepada daerah/kota dalam mengatur dirinya sendiri, tetapi juga ada

komitmen untuk menggali potensi daerah. 10

Maka dari itu pihak Pemerintah

Walikota administrasi Jakarta Timur dan Pemerintah Kecamatan Duren Sawit

terus mempromosikan segala bentuk yang ada di wilayah tersebut, lalu pariwisata

dan kebudayaan menjadi sebuah prioritas utama yang harus di promosikan, serta

memberikan kesempatan kepada penggiat budaya Betawi untuk tetap eksis dan

berkembang melalui berbagai macam kegiatan kebetawian seperti festival, lomba,

dll.

Kecamatan Duren sawit merupakan sebuah wilayah kecamatan yang

berada di Kota Administrasi Jakarta Timur, keberadaan wilayah ini adalah

perlebaran wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dari Kecamatan Jatinegara

pada tahun 1993. Peranan pemerintah kecamatan Duren Sawit sangat diperlukan

untuk sinergitas berjalannya roda kepemerintahan hingga tingkat bawah salah

satunya dibidang pelestarian kebudayaan Betawi di wilayah kecamatan Duren

Sawit.

Peranan Pemerintah kecamatan Duren Sawit juga terus mengadakan

pengkajian terhadap kesenian Betawi untuk terus dikembangkan potensi yang ada

untuk dijadikan pelestarian kebudayaan Betawi, dan pemerintah kecamatan Duren

Sawit turut bekerjasama dengan dinas terkait dan masyarakat untuk pelestarian

kebudayaan Betawi. Program kegiatan untuk setiap tahunnya dalam menyambut

hut DKI Jakarta dan lebaran Betawi selalu disiapkan secara baik guna

memberikan edukasi terhadap masyarakat terkait kebudayaan Betawi karena

kebudayaan merupakan sebuah pergaulan masyarakat.

Sesuai dengan pasal 34 ayat 2 Perda DKI No. 4 Tahun 2015 Tentang

Pelestarian Kebudayaan Betawi yang berbunyi:

10

Marwan Mas, Hukum Konstitusi dan Kelembagaan Negara, … h., 184 & 185.

Page 62: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

54

Para pengelola hotel pada minggu keempat setiap bulan,

Hari Ulang Tahun Jakarta dan Lebaran Betawi wajib

menampilkan kesenian Betawi, serta menghidangkan

makanan khas Betawi pada Hari Ulang Tahun Jakarta dan

Lebaran Betawi.

Camat Duren Sawit sangat serius menjaga otoritas kebudayaan Betawi

dalam bingkai pelestarian kebudayaan Betawi seperti mengadakan sebuah

perlombaan, festival dan ikut serta mendukung mensukseskan kegiatan HUT DKI

Jakarta, hal tersebut sesuai dengan Pasal 4 Perda No. 4 Tahun 2015 Tentang

pelestarian Kebudayaan Betawi, seperti yang diungkapkan oleh camat Duren

Sawit bahwa

Untuk menjaga otoritas dalam rangka pelestarian kebudayaan betawi di

kecamatan Duren Sawit mengadakan sosialisasi terhadap masalah kebudayaan

Betawi termasuk berkoordinasi kepada sektoral terkait dengan masalah otoritas

tersebut dan juga mendukung untuk melaksanakan pelestarian-pelestarian ini,

misalnya lomba pentas dan dalam rangka HUT DKI Jakarta 491 yang sudah

disusun sedemikian rupa untuk menjaga pelestarian kebudayaan.

Sesuai dengan pasal 31 ayat 1 Point a Perda DKI No. 4 Tahun 2015

Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi yang berbunyi:

pemakaian ornamen khas budaya Betawi pada pada

bangunan publik, gedung yang sudah ada/berdiri dan yang

akan dibangun miIik Pemerintahan Daerah

Nuansa nilai kesenian Betawi pun tampak terasa indah di gedung

Kecamatan Duren Sawit, gedung Kelurahan, gedung balai warga rukun warga

(rw) yang menampakan kesenian Betawi seperti: meletakan ondel-ondel di depan

pintu masuk utama, gaya bangunan seperti rumah blandongan, terdapatnya gigi

Page 63: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

55

balang serta karyawannya pun turut memakai seragam dengan memakai pakaian

khas Betawi, dll 11

Sesuai dengan pasal 11 ayat 2 point a yang berisi tentang Dalam rangka

mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah

bersama-sama dengan masyarakat mempunyai kewajiban sebagai berikut:

“mewujudkan iklim kesenian tradisional Betawi dan

kontemporer yang sehat, bebas, dan dinamis”

Pemerintah Kecamatan Duren Sudah berusaha dalam mewujudkan suasana

kesenian yang baik dan mampu dapat diterima seluruh lapisan masyarakat, akan

tetapi terdapat terjadi permasalahan yang terhambatnya perkembangan kesenian

kebudayaan Betawi ialah kemajuan teknologi yang semakin merajai dunia

kehidupan bermasyarakat akan tetapi itu pun tidak menjadikan masalah yang

berlanjut untuk selalu dibahas maka dari itu perlu dikeluarkannya sebuah solusi

untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Pada diskusi “Betawi kita” ke 31 yang diselenggarakan di Taman Impian

Jaya Ancol dengan judul diskusi ialah Orang Betawi dan Hut DKI Jakarta, Sem

Haesy sebagai narasumber pada kegiatan tersebut menuturkan, ada 17 poin

penting yang mesti dilakukan kaum Betawi untuk menghadapi persaingan global.

Mengusai teknologi, menguasai nano teknologi, bekerja profesional agar pelaku

seni dapat dibayar mahal. Kita memerlukan orang-orang dengan kamera memakai

mata hati. Bukan sekadar meliput, tapi tahu lebih dalam tentang apa yang terjadi

sebenarnya. Peduli terhadap alam, menguasai biotekologi, dan lainnya. Intinya

semua bidang kehidupan mesti dikuasai oleh Betawi.12

11

Wawancara langsung dengan Camat Duren Sawit pada tanggal 18 Mei 2018.

12http://www.majalahbetawi.com/2018/06/diskusi-betawi-kita-ke-31-orang betawi.html

di unduh pada 2 Juni 2018 pada jam 20.52 WIB.

Page 64: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas mengenai permasalahan yang dikaji, maka

sebagai implikasi dari pokok-pokok bahsan, penulis mengemukakan beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemerintah Kecamatan Duren Sawit dalam melaksanakan pelestarian

kebudayaan Betawi berpedoman kepada PERDA No. 4 Tahun 2015

Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi dan intruksi pimpinan lebih

tinggi seperti Walikota dan Gubernur DKI Jakarta. Berbagai macam

kegiatan dalam pelestarian kebudayaan Betawi di wilayah kecamatan

Duren sawit sudah menunjukan peranannya sesuai yang tertera dalam

perda tersbut walaupun belum seluruhnya di implementasikan karena

terhambatnya dengan kemajuan teknologi dan infratruktur yang terus

meningkat kepada kebutuhan masyarakat.

2. Respon masyarakat Betawi di Duren Sawit terhadap PERDA No. 4 Tahun

2015 Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi Tentang Pelestarian

Kebudayaan Betawi sangat positif dan mendukung program Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta terkhusus Pemerintah Kecamatan Duren Sawit yang

terus menjaga dan mengawal kebudayaan Betawi bersama masyarakat

melalui perda tersebut. kesenian tradisional masyarakat Betawi berupa

nilai estetika hasil perwujudan kreatifitas daya cipta, rasa, karsa dan karya

yang hidup secara turun-temurun dalam mayarakat Betawi sangat di

pelihara sebagai pedoman hidup dalam bermasyarakat serta menjadikan

hal tersbut sebuah nilai yang tidak boleh dihentikan. Sikap dan filosofi

hidup masyarakat Betawi yang memiliki nilai-nilai kehidupan

bermasyarakat yang luhur dan sangat penting untuk dipelihara, dilestarikan

dan diwariskan kepada generasi penerus, dan harus dipertahankan

keberadaannya walaupun terjadi perubahan global.

Page 65: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

57

B. Saran

Perlu dilakukan serangkaian upaya dalam rangka melestarikan dan

mengembangkan kebudayaan Betawi di lingkungan Kecamatan Duren Sawit,

Diantaranya sebagai berikut:

1. Pemerintah kecamatan Duren Sawit harus membuat inovasi terbaru

menggunakan teknologi seperti media cetak, media online dan media

sosial untuk menunjang pelestarian dan perkembangan budaya Betawi.

2. Pemerintah kecamatan Duren Sawit harus lebih memerhatikan para

penggiat kebudayaan Betawi melalui pendataan, pembinaan serta

mempromosikan setiap event yang berada di wilayah kecamatan Duren

Sawit.

3. Para penggiat kebudayaan Betawi dilingkungan kecamatan Duren Sawit

harus lebih mampu bersaing dengan masyarakat luas ditingkat nasional

untuk tetap mempertahankan dan memajukan pelestarian kebudayaaan

Betawi dalam bingkai persatuan bangsa Indonesia.

Page 66: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

58

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdalla, U. A, Pembaharuan Pemikiran Islam Indonesia (Vol. Kesepuluh),

Jakarta: KEMI, 2011.

Afrilias, D. R, Hukum Adat Betawi Yang Menggunakan Roti Buaya Dalam

Seserahan Pernikahan Perspektif Hukum Islam: Studi Kasus di

Kampung Pisangan Kelurahan Ragunan Kecamatan Pasar Minggu

Kotamadya Jakarta Selatan, Repository UIN JKT:Skripsi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta , 56&58, 2015.

Alkatiri, Z, Jakarta Punya Cara. Depok: Masup Jakarta, 2012.

Asshiddiqie, J, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia (Vol. Kedua),

Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2008.

Azhari, M, Dari Jakarta Untuk Indonesia, Jakarta: LPTQ DKI Jakarta, 2008.

Blackburn, S, Jakarta: Sejarah 400 Tahu, Depok: Masup Jakarta, 2011.

Chaer. A, Betawi Tempo Doeloe Menelusuri Kebudayaan Betawi, Depok: Masup

Jakarta, 2015.

Effans, Jakarta Megapolitan, Kreasi dan Inovasi Sutiyoso, Jakarta: Pustaka

Cerdasindo, 2005.

Endraswara. S, Etnologi Jawa, Jakarta: Center For Academic Publishing Service

(CAPS), 2015.

Gie, T. L, Pertumbuhan Pemerintah Daerah di Negara Republik Indonesia,

Yogyakarta: Liberty, 1995.

Hardi. L, Jakartaku-Jakaratamu-Jakarta Kita, Jakarta: Yayasan Pecinta Sejarah,

1987.

Haris. T, Kota dan Masyarakat Jakarta, Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2007.

Herdiansyah, H. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika. 2010.

Herlinawati. L, Profil Kebudayaan Betawi, Bandung: Balai Kajian Sejarah dan

Nilai Tradisional Bandung Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,

2006

Page 67: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

59

Huda. N, Desentralisasi Asimetris Dalam NKRI: Kajian Terhadap Daerah

Istimewa Daerah Khusus dan Otonomi Khusus, Bandung: Nusa Indah,

2014.

Kariaga. H, Politik Hukum Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta:

Kencana, 2003.

Lampiran Penjelasan UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Lubis. F, Jakarta 1960-an Kenaga Semasa Mahasiswa, Depok: Masup Jakarta,

2008.

Mas. M, Hukum Konstitusi dan Kelembagaan Negara, Depok: PT. Raja

Grafindo, 2018.

Nirwanto. A, Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Semarang: Aneka

Ilmu, 2013.

Prasetya. J. T., & dkk, Ilmu Budaya Dasar (Vol. Ketiga), Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2004.

Rachman. S, Pembangunan dan Otonomi Daerah Realisasi Program Kabinet

Gotong Royong, Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, 2004.

Ramses. A., & Bakry, L, Pemerintahan Daerah Indonesia, Jakarta: Masyarakat

Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI), 2009

Rizali. N, Nafas Islam Dalam Batik Nusantara, Surakarta: UPT UNS Press, 2014.

Saidi. R, Ruh Islam Dalam Budaya Bangsa: Islam dan Betawi. Jakarta: Yayasan

Festival Istiqlal, 1996.

Salam. D. S, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan, Jakarta: Djambatan,

2001.

Saputra. Y. A, Upacara Daur Hidup Adat Betawi, Jakarta: Wedatama Widya

Sastra, 2008

Sarundujang, Arus Balik kekuasaan Pusat Ke Daerah (Vol. Keenam), Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 2012.

Shahab. A, Batavia Kota Banjir (Vol. Pertama), Jakarta: Republika, 2009.

Shahab. A, Betawi Queen Of The East, Jakarta: Republika, 2004.

Page 68: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

60

Shahab. A, Saudagar Baghdad dari Betawi (Vol. Pertama), Jakarta: Republika,

2011.

Shihab. M. Q, Islam dan Kesenian, Yogyakarta: Majelis Kebudayaan

Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan, 1995.

Supriyadi. D, Sejarah Peradaban Islam (Vol. Kesepuluh), Bandung: CV Pustaka

Setia, 2008.

Suradinata, E, Otonomi Daerah dan Paradigma Baru Kepemimpinan

Pemerintahan Dalam Politik dan Bisnis, Jakarta: Suara Bebas, 2005.

Tarwiyah, T, Pelestarian Kesenian Betawi, Kongres Kebudayaan Betawi, Jakarta:

Masup Jakarta, 2011.

Terjemahan Al-Qur’an Ummul Mukmini, Cet. Kementrian Agama RI Tahun,

2004.

Tim Redaksi KBBI Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Uha, I, N, Budaya Organisasi Kepemimpinan dan Kinerja, Jakarta: Kencana,

2013.

Widjaja. H, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002.

B. Jurnal

Hidayat. R, Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Dari Condet Ke

Srengseng Sawah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan , 16, 563, 2010.

Megawanti. P, Persepsi Masyarakat Setu Babakan Terhadap Perkampungan

Budaya Betawi Dalam Upaya Melestarikan Kebudayaan Betawi,

Jurnal Sosio E - Kons , 7, 230, 2015.

Nur. M, Pertunjukan Seni Rabana Biang di Jakarta Sebagai Seni Bernuansa

Keagamaan. Jurnal Penelitian Keagamaan dan Masyarakat (PENMAS)

, 28, 301, 2015.

Suryani. I., & Sagiyanto. A, Strategi Komunitas Betawi Dalam Mempromosikan

Tradisi Palang Pintu: Studi Kasus Event Festival Palang Pintu ke XI,

Jurnal Komunikasi , VIII, 1&3, 2007.

Page 69: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

61

C. Peraturan Perundang-undangan

Penjelasan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1961.

Penjelasan Perda DKI Jakarta No. 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian

Kebudayaan Betawi.

Penjelasan UU No. 29 Tahun 2007 Tentang Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. Website

http://www.majalahbetawi.com/2018/06/diskusi-betawi-kita-ke-31-orang-

betawi.html di unduh pada 2 Juni 2018 pada jam 20.52 WIB.

Page 70: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

62

Wawancara Dengan Abang Abdul Qodir Jailani (Tokoh Masyarakat Betawi)

Pada 29 Mei 2018 Jam 10:33 WIB

1. Apakah abang mengetahui tentang adanya Perda DKI Nomor 4 tahun

2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi ?

Jawaban

Saya sebagai penggiat budaya Betawi dibidang Palang Pintu, banyak

mendapatkan undangan baik masyarakat yang ada kepentingan

menyambut pengantin dan sunatan serta dari pemerintah juga terkadang

diundang. Belum lama ini kami diundang di Kecamatan Duren Sawit

untuk menyambut Gubernur Bapak Anis Sandi yang diwakili oleh bapak

walikota karena berhalangan hadir dalam acara Festival Budaya Betawi di

Kecamatan Duren Sawit. Adanya respon baik untuk mensyiarkan budaya

Betawi tersebut baik dari palang pintunya maupun kuliner dan kesenian

lainnya.

Mengenai Perda tersebut saya sedikit banyak mengetahui untuk kesenian

budaya Betawi yang diatur oleh Pemerintah sudah seharusnya dari

pemerintah untuk menjaga dan melestarikan serta membudayakan budaya

Betawi serta kita juga yang menjaganya.

2. Bagaimana pandangan abang tentang pelestarian budaya Betawi yang ada

dilingkungan Kecamatan Duren Sawit ?

Jawaban

Menurut saya harus saling membantu seperti Pemerintah juga sudah

menerapkan Perda maka pemerintah harus menjemput bola artinya harus

mencari para penggiat-penggiat budaya Betawi yang ada dilingkungan

Duren Sawit untuk segera mendaftar dalam bentuk-bentuk formulir yang

berhubungan dengan kebudayaan betawi untuk dijadikan database para

komunitas penggiat budaya Betawi tujuannya agar lebih terorganisir baik

itu promosinya dsb.

Page 71: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

63

3. Apakah abang pernah mengetahui dan mengikuti kegiatan sosialisasi

Perda Nomor 4 tahun 2015 yang diselenggarakan oleh pemerintah

kecamatan Duren Sawit ?

Jawaban

Kalau untuk acara seperti itu tidak pernah secara langsung, karena kita

belum terdaftar juga untuk masuk sebagai pengurus kebudayaan Betawi

yang ada dilingkungan pemerintah.

4. Bagaimana cara mengembangkan dan melestarikan kebudayaan Betawi

dilingkungan Kecamatan Duren Sawit ?

Jawaban

Untuk mengembangkan kebudayaan Betawi kita harus saling kerjasama

yang baik antara pengurus pimpinan budaya Betawi dan anggota-

anggotanya dan terus melestarikan, mengikuti latihan palang pintu

misalnya.

5. Apakah nilai-nilai kebudayaan Betawi sudah berjalan dengan baik

dilingkungan kecamatan Duren Sawit ?

Jawaban

Menurut saya nilai-nilai kebudayaan betawi itu alhamdulillah sudah baik,

karena marawis atau hadroh atau gambus didalamnya sudah banyak

bacaan-bacaan sholawat acara-acara kebaikan juga seperti syukuran dan

acara lainnya. Palang pintu juga ada seperti acara pengarakan nganten,

nyorok dan bawa roti buaya. Apalagi dalam acara pengantin pernikahan

itu salah satu budaya Betawi palang pintu itu cerminan budaya Betawi

ketika seorang laki-laki meminta anak perempuan dari calon mertua tidak

semena-mena langsung mengambil ada syaratnya seperti seiman karena

orang Betawi mengedepankan iman. Jadi, kebudayaan Betawi ada unsur-

unsur keagamaannya juga seperti pas mau masuk bulan ramadhan

biasanya orag betawi juga pada rowahan, terus kalau orang lagi hamil di

ngajiin nuju bulanan. Keagamaan dengan kebiasaan masyarakat betawi

disini tidak lepas dari hal hal seperti itu.

Page 72: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

64

6. Apa harapan abang untuk kedepannya budaya Betawi di lingkungan

Kecamatan Duren Sawit ?

Jawaban

Harapannya agar para penggiat seni budaya Betawi agar terus berlatih dan

terus tetap berlatih dan mempertahankan keseniannya yang udah ada agar

tampilan dimasyarakat lebih baik, dan harapan kami agar Pemprov DKI

lebih memperhatikan baik yang sudah terdaftar maupun yang belum untuk

segera ikut dalam administrasi.

7. Perlukah Pemerintah Kecamatan Duren Sawit mendukung kegiatan

kebudayaan Betawi dilingkungan Duren Sawit ?

Jawaban

Itu wajib dan kudu’ kalau masyarakat punya kelebihan budaya Betawi

kalau tidak didukung oleh pemerintah maka kebudayaan tersebut tidak

akan bisa maju dan dikenal oleh masyarakat luas.

8. Siapakah yang bertanggung jawab penuh atas kebudayaan Betawi di

lingkungan Kecamatan Duren Sawit ?

Jawaban

Untuk yang bertanggungjawab itu adalah semua, kita yang penggiat

budaya Betawi baik itu pengurus kebudayaan Betawi yang ada di

pemerintahan. Terutama masyarakat Betawi.

Page 73: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

65

Wawancara Dengan Drs. Bambang Musyawardana, M.Si.

(Walikota Administrasi Jakarta Timur)

Pada Tanggal 21 Mei 2018 Jam 11:30 WIB

1. Siapa saja yang bertanggung jawab dalam mengatasi pelestarian

kebudayaan Betawi di Kota Administrasi Jakarta Timur?

Jawaban

Yang bertanggungjawab masyarakat yang ada diwilayah Jakarta dari itu

tataran RT, RW dan aparatnya sampai jajaran keatas termasuk ormas itu

wajib. Karena dalam Undang-Undang tahun 2007 tentang Otonomi

pemerintah kota DKI Jakarta pasal sekian budaya Betawi harus

dilestarikan termasuk budaya nusantara.

2. Bagaimana otoritas Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur dalam

melaksanakan pelestarian kebudayaan Betawi?

Jawaban

Otoritas saya segaris dengan ketetapan kebijakan yang ditetapkan oleh

Provinsi, baik itu tataran kota, kecamatan, kelurahan itu harus satu garis.

3. Bagaimana respon Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur dalam

Perda DKI No. 4 Tahun 2015 tentang pelestarian kebudayaan Betawi?

Jawaban

Dalam Perda DKI tentang Kebudayaan Betawi sangat positif, khususnya

saya menganggap kebudayaan Betawi sangat positif karenasalah satu

budaya nasional nusantara yang dilestarikan, karena saat budaya luar lebih

dominan di medsos, tampilan musiknya tidak kalah. Bahkan salah satu

SKBD/UKBD kita ada yang ikut terlibat langsung dalam pelestarian

budaya Betawi antara lain melakukan festival budaya betawi.

4. Apakah Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur melakukan

sosialisasi Perda DKI No. 4 Tahun 2015 tentang pelestarian kebudayaan

Betawi

Page 74: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

66

Jawaban

Jelas, kita lakukan , dengan cara setiap ada kegiatan diadakan palang pintu,

tarian betawi, dll.

5. Apa saja yang sudah dijalankan Pemerintah Kota Administrasi Jakarta

Timur dalam melaksanakan pelestarian kebudayaan Betawi?

Jawaban

Banyak sekali, contoh kaya Festival Condet, setiap bulan puasa melakukan

festival marawis, master cornelis termasuk cagar budaya untuk

mengahadirkan berbagai macam budaya betawi.

6. Apakah Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur menjadikan

pelestarian kebudayaan Betawi sebagai program kerja unggulan?

Jawaban

Bukan program unggulan tapi termasuk medium, karena dalam Undang-

undang melestarikan budaya Betawi dan Nusantara, karena kita berada di

Jakarta maka harus balance.

7. Apa saja kendala / hambatan Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur

dalam melaksanakan pelestarian kebudayaan Betawi?

Jawaban

Khususnya terkait dengan tempat sarana, kita masih kurang lahan karena

sudah terdesaknya pembangunan rumah. Tadinya dilestarika untuk budaya

betawi kemudian terkikis contohnya condet yang sudah terkikis.

Pemerintah DKI tidak berhenti disitu masih ada situ babakan salah satu hal

yang positif.

8. Bagaimana respon masyarakat di Kota Administrasi Jakarta Timur dalam

pelaksanaan pelestarian kebudayaan Betawi?

Jawaban

Sangat positif, contohnya setiap ada hiburan betawi masyarakat banyak

yang mengunjungi kaya di festival Condet banyak menyedot masyarakat

untuk datang menjadi salah satu respon positif masyarakat. Jangan takut

akan masuknya budaya asing di Indonesia

Page 75: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

67

9. Apa hasil yang telah dicapai dalam pelestarian kebudayaan Betawi di

Kecamatan Kota Administrasi Jakarta Timur?

Jawaban

Banyak, makanan makanan khas . kalau diduren sawit ada yang jual bir

pletok. Untuk keseniannya perlu ada peningkatan karena sanggarnya

kurang.

10. Apakah nilai-nilai kebudayaan Betawi sudah berjalan dengan baik di

lingkungan Kota Administrasi Jakarta Timur?

Jawaban

Sudah baik, karena setiap ada kegiatan pasti ada kesenian budaya betawi

seperti makanan dsb. Budaya kita harus dilestarikan tidak boleh hilang

harus terus dilestarikan. Dan yang harus dikembangkan bagaimana cara

mengemas budaya tersebut

Page 76: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

68

Wawancara Dengan H. Abu Bakar, S.E., M.Si

(Camat Duren Sawit)

Pada Tanggal 18 Mei 2018 Jam 10:47 WIB

1. Siapa saja yang bertanggung jawab dalam mengatasi pelestarian

kebudayaan Betawi di Kecamatan Duren Sawit?

Jawaban

Terkait dengan yang bertanggung jawab selain unsur pemerintah

untuk menjaga pelestarian kebudayaan Betawi adalah unsur terkait

yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dinas pendidikan dan tokoh

masyarakat betawi dan masyarakat. Karena merupakan istilahnya

pergaulan yang diterakan sehari-hari oleh masyarakat Betawi yang

harus dilestarikan dan organisasi lainnya dan ormas yang ada

dikecamatan duren sawit ini.

2. Bagaimana otoritas Pemerintah Kecamatan Duren Sawit dalam

melaksanakan pelestarian kebudayaan Betawi?

Jawaban

Otoritas dalam rangka pelaksaaan pelestarian budaya Betawi kita

melaksanakan sosialisasi masalah kebudayaan betawi serta melakukan

koordinasi dengan sektral terkait dengan masalah otoritas tersebut dan

mendukung kelestarian budaya ini dengan mengadakan pentas –

pentas dan melakukan hut jakarta.

3. Bagaimana respon Pemerintah Kecamatan Duren Sawit dalam Perda

DKI No. 4 Tahun 2015 tentang pelestarian kebudayaan Betawi?

Jawaban

Respon pemerintah, dengan adanya Perda ini kita akan mendukung

tentang kelestarian budaya Betawi ini, memang Pemprov DKI sudah

menerbitkan Perda Nomor 4 Tahun 2015, ini kita dukung sekali untuk

mempertahankan nilai-nilai kebudayaan betawi yang ada di Jakarta,

Page 77: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

69

karena kita jangan sampai kalah dengan budaya lain maupun luar

negeri.

4. Apakah Pemerintah Kecamatan Duren Sawit melakukan sosialisasi

Perda DKI No. 4 Tahun 2015 tentang pelestarian kebudayaan Betawi?

Jawaban

Melakukan sosialisasi, sudah melakukan sosialisasi dengan

melakukan koordinasi dan berkontribusi dengan RT dan RW untuk

menjaga nilai-nilai tersebut jangan sampai punah tentunya dibantu

dengan dinas-dinas terkait yang ada ditingkat kecamatan. Dan sudah

melakukan sosialisasi secara forum misalnya adanya acara lebaran

betawi kita mengundang RT dan RW untuk bekerja sama.

5. Apa saja yang sudah dijalankan Pemerintah Kecamatan Duren Sawit

dalam melaksanakan pelestarian kebudayaan Betawi?

Jawaban

Dijalankan pemprov kec. Duren sawit. kita sudah meletakkan ondel-

ondel disemua kecamatan dan kelurahan, merupakan simbol

kebudayaan Betawi. Dan festival kembang kelapa di kelurahan

Pondok kelapa dan pentas seni di rawa domba untuk menjaga

ornamen – ornamen yang ada di Kecamatan duren sawit. Selain kita

sudah membuat pusat pelatihan kesenian Betawi yang berada di Jl. H.

Naman Pondok Kelapa guna menunjang pelestarian kebudayaan

Betawi untuk anak-anak sekolah.

6. Apakah Pemerintah Kecamatan Duren Sawit menjadikan pelestarian

kebudayaan Betawi sebagai program kerja unggulan?

Jawaban

Menjadikan budaya betawi sebagai program unggulan, kita sudah

melaksanakan program program kegiatan unggulan antara lain

mengangkat kuliner betawi diberbagai kesempatan, salah satunya

kerak telor. Disetiap kegiatan kita selalu tampilkan kerak telor dan

adalagi di kecamatan duren sawit namanya kincak duren sesuai

dengan namanya duren sawit kincak duren merupakan simbol yang

Page 78: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

70

harus kita lestarikan karena setiap kegiatan kita tampilkan kincak

duren ini.

7. Apa saja kendala / hambatan Pemerintah Kecamatan Duren Sawit

dalam melaksanakan pelestarian kebudayaan Betawi?

Jawaban

Pertama karena kemajuan teknologi yang harus kita antisipasi karena

ini akan mengikis budaya-budaya dan makanan yang ada di

kecamatan duren sawit kita berharap dari lembaga –lembaga

pendidikan juga harus sosialisasikan bahwa budaya betawi ini sudah

benar-benar mengakar dalam masyarakat.

8. Bagaimana respon masyarakat di Kecamatan Duren Sawit dalam

pelaksanaan pelestarian kebudayaan Betawi?

Jawaban

Respon masyarakat, masyarakat yang berada dikecamatan duren sawit

sangat heterogen sekali, karena kita sudah mencampur beberapa suku,

tapi dikecamatan duren sawit antusias masyarakat budaya betawi

disambut dengan baik salah satunya ada acara kegiatan kita tampilkan

yang namanya palang pintu dan antusias masyarakat sangat baik

karena adanya pantun, jawab menjawab antusias ingin melihat.

9. Apa hasil yang telah dicapai dalam pelestarian kebudayaan Betawi di

Kecamatan Duren Sawit?

Jawaban

Hasil yang dicapai, hasilnya banyak makanan-makanan yang menjadi

khas Betawi di wilayah kecamatan duren sawit, yang kedua

banyaknya anak-anak yang melakukan tarian-tarian topeng maupun

khas betawi. Disini ada namanya sanggar untuk tarian betawi berada

di H.Naman di Pondok Kelapa yang dibina untuk melestarikan tarian

topeng betawi maupun lenong. Yang ketiga masyarakat disini sangat

guyub sekali karena disini masyarakat betawi tidak ada istilah tidak

terima semua menerima untuk namanya silaturahmi.

Page 79: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

71

10. Apakah nilai-nilai kebudayaan Betawi sudah berjalan dengan baik di

lingkungan Kecamatan Duren Sawit?

Jawaban

Nilai budaya, nilai kebudayaan betawi sudah berjalan dengan cukup

baik namun masih perlu partisipasi dari berbagai pihak jangan sampai

kebudayaan betawi yang sudah ada dimasyarakat betawi ini terkikis

oleh kebudayaan yang berasal dari luar karena kemajuan teknologi

jangan sampai menghapus nilai luhur yang ada di kecamatan duren

sawit ini. Pemprov DKI akan mengadakan HUT Jakarta pada 22 Juni

yang akan datang tentu akan meriah karena akan dilaksanakan bukan

hanya tingkat Provinsi sampai ke tingkat RT, RW yang ke 491 ini

Page 80: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

72

(Foto dengan Bapak walikota Jakarta Timur)

(Gambar 2)

(Foto dengan Camat Duren Sawit)

(Gambar 3)

Page 81: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

73

(Foto dengan Penggiat Kesenian Budaya Betawi di lingkungan

Kecamatan Duren Sawit)

(Gambar 4)

Page 82: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …
ZIKRA06
Typewritten text
74
Page 83: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …
ZIKRA06
Typewritten text
75
Page 84: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …
ZIKRA06
Typewritten text
76
Page 85: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

Menimbang

Mengingat

I SALINA!'! I

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

NOMOR 4 TAHUN 2015

TENTANG

PELESTARIAN KEBUDAYAAN BETAWI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

a. bahwa kebudayaan Betawi merupakan bagian dari budayanasional dan merupakan aset bangsa, maka keberadaannya perludijaga, diberdayakan, dibina, dilestarikan, dan dikembangkansehingga berpernn dalam upaya menciptakan masyarakat yangmemiliki jatidiri, berakhlak mulia, berperadaban danmempertinggi pemahaman terhadap nilai-nilai luhur budayabangsa berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa budaya masyarakat Betawi yang merupakan sist<:m nilai,adat istiadat yang dianut oleh masyarakat Betawi, yang didalamnya terdapat pengetahuan, keyakinan, nilai-nilai, sikap, dantata cara masyarakat yang diyakini dapat memenuhi kehidupanwarga masyarakatnya;

c. bahwa dalam rangka menjamin terpeliharanya kebudayaan Betawidan untuk mewujudkan maksud sebagaimana dimaksud padahuruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang PelestarianKebudFlyFlan Betawi;

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah SimpanKarya Cetak dan Karya Rekam (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1990 Nomor 48, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomar 3418);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman(Lembaran Negara Rcpublik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3473);

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 85,TnmbRh'1n l,emhnrF\l1 Npf~nrn Rr:pvhljk fnrIOll13:ij" Nnmor 4??O):

Page 86: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

2

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor,130] );

6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang PemerintahanProvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota NegaraKesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4744);

7. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 129,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4774);

8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang KeterbukaanInformasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4846);

9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

10. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 ten tang PembentukanPeraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5188);

12. Unclang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang OrganisasiKemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2013 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 54(0);

13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganUndang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran NegaraRepllblik lndonesiq Nomor 5679);

14. Peraturan Pemerintah NomorPenyelenggaraan Usaha Perfilmanlnclonesia Tahun 1994 Nomor 11,Nnffior :'3fi'1 J );

6 Tahun 1994 tentang(Lembaran Negara RepublikTambahan Lembaran NegarA.

IS. Peraturan Pemerimah Nomor 19 Tahun 1995 tentangPemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum(LembafAn Negar8 Republik Indonesia TRhun 1995 NOffior 35,T~lnlh.:,h~~!'l LI"n-lhnr~II' Nt·;lJllt'll Nnrr1111' 'lnqrJ );

Page 87: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

1.'

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2007 tentangPedoman Fasilitasi Organisasi Kemasyarakatan BidangKebudayaan, Keraton, dan Lembaga Adat Dalam Pelestarian danPengembangan Budaya Daerah;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 ten tangPedoman Bagi Kepala Daerah Dalam Pelestarian danPengembangan Bahasa Negara dan Bahasa Daerah;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2007 tentangPedoman Pelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat dan NilaiSosial Budaya Masyarakat;

19. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan MenteriKebudayaan dan Pariwisata Nomor 42 Tahun 2009 dan Nomor 40Tahun 2009 tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan;

20. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PMAOjUM. 001 j MKP j 2009 ten tang Pedoman Pelestarian Benda CagarBudaya dan Situs;

21. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPMA5jUM.00ljMKPj2009 tentang Pedoman Permuseuman;

22. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorPMA7 jUM.00ljMKPj2009 tentang Pedoman Pemetaan Sejarah;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentangPembentukan Produk Hukum Daerah;

24. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pelestarian danPemanfaatan Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya (LembaranDaerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1999Nomor 26);

25. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2004 ten tang Kepariwisataan(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota JakartaTahun 2004 Nomor 65);

26. Peraturan Daerah Nomor 8Pendidikan (Lembaran DaerahJakarta Tahun 2006 Nomor 8);

Tahun 2006 tentang SistemProvinsi Daerah Khusus Ibukota

27. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang PembentukanPeraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta Tahun 2010 Nomor 2, Tambahan LembaranDaerah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta Nomor 1) sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2013(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota JakartaTahun 2013 Nomor , Tambahan Lembaran Daerah Provinsi DaerahIhllkntH ,Jfilm.rrtl !'J"lI'j'lfll' ',Jon:;»;

Page 88: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

4

28. Peraruran Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang OrganisasiPerangkat Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta Tahun 2014 Nomor 201, Tambahan LembaranDaerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 204);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PELESTARIANBETAWI.

BAB I

KETENTUAN lJMUM

Bagia n Kc~a tuPengert i~1n

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

KEBUDAYAAN

1. Daerah adalah Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagaiunsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus IbukotaJRkarta.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRDadalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta.

5. Dinas adalah Dinas yang tugas dan fungsinya di bidang kebudayaan.

6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat denganSKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah ProvinsiDaerah Khusus Ibukota Jakarta.

7. Unit Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat UKPD adalahunit kerja atau subordinat SKPD.

8. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karyamanusia danl atau kelompok manusia baik bersifat fisik maupun nonfi~ik yang diperoleh melalui proses belajar dan adaptasi terhadaplingkungannya.

9. Pelestarian adalah upaya perlindungan, pengembangan, danpemanfaatan kebudayaan yang dinamis.

10. Perlindungan adalah upaya pencegahan dan penanggulanganterhadap tindakan yang dapat menimbulkan kerusakan, kerugian,atau kepunahan kebudayaan dan adat istiadat, yang berupa gagasan,perilaku, dan karya budaya termasuk harkat dan martabat serta hakbudaya yang diakibatkan aleh perbuatan manusia ataupun proReRAlam.

----- -

Page 89: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

5

11. Pengembangan adalah upaya dalam berkarya, memungkinkanterjadinya penyempurnaan gagasan, perilaku, dan karya budayabcrupa perubahan, penambahan, atau penggantian sesuai tata dannorma yang berlaku pada komunitas pemiliknya tanpa mengorbankankeasliannya.

12. Pemanfaatan adalah upaya penggunaan karya budaya untukkcpentingan pendidikan, agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan,teknologi, dan kebudayaan it'll sendiri.

13. Jatidiri bangsa adalah karakter budaya dan karakter sosial yangmenjadi eiri pengenal bangsa tertentu.

14. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan pemahaman sertatata laku seseorang atau kelompok orang dalam usahamendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihanbudaya Betawi.

15. Kcsenian adalah kesenian tradisional masyarakat Betawi berupa nilaiestetika hasil perwujudan kreatifitas daya eipta, rasa, karsa dan karyayang hidup seeara turun-temurun dalam mayarakat Betawi.

16. Kepurbakctlaan adalah semua peninggalan budaya masyarakatBetawi masa lalu yang bereorak Prasejarah, Hindu-Budha, Islammaupun kolonial.

17. Kesejarahan adalah dinamika peristiwa budaya Betawi yang tejadi dimasa lalu dalam berbagai aspek kehidupan dan hasil rekonstruksiperistiwa-peristiwa tersebut, serta peninggalan masa lalu dalambentuk pemikiran ataupun teks tertulis, tidak tertulis dan tradisilisan.

18. Permuseuman adalah segala seluk beluk atau hal yang menyangkutmuseum budaya Betawi.

19. Nilai tradisi atau adat istiadat adalah konsep abstrak mengenaimasalah dasar kemanusiaan yang amat penting dan berguna dalamhidup dan kehidupan manusia yang tereermin dalam sikap danperilaku yang selalu berpegang teguh pada adat istiadat masyarakatBetawi.

20. Bahasa Betawi adalah bahasa yang digunakan sebagai saranakomunikasi dan interaksi antar masyarakat Betawi.

21. Perpustakaan adalah institusi kepustakaan pengelola koleksi karyatulis, karya eetak, danl atau karya rekam seeara profesional dengansistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

22. Perfilman adalah seluruh kegiatan yang berhubungan denganpembuatan, jasa teknik, pengeksporan, pengimporan, pengedaran,pertunjukan, danl atau penayangan film.

23. Pakaian BetawikelengkapannyaI3etnwi.

adalah pakaian adat Betawi dan seluruhatau aksesoris yang; digunakan parla aeara. rcsmi

Page 90: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

(J

24. Souvenir atau cinderamata adalah benda yang bercirikan kebetawiansebagai oleh-oleh, tanda mata, danl atau kenang-kenangan.

25. Ornamen atau arsitektur adalah bangunan atau bagianbangunan atau lambang-lambang atau simbol-simbolmencirikan kebctawian.

dariyang

26. Kuliner adalah segala jenis makanan yang bercirikan kebetawian.

27. Badan Musyawarah Masyarakat Betawi yang selanjutnya disebutdengan Bamus Betawi adalah selaku organisasi induk masyarakatBetawi yang merupakan representatif untuk ditunjuk sebagai mitraPemerintah Daerah dalam pelaksanaan seluruh kegiatan PelestarianKcbudayRal1 Betawi.

Bagian KeduaT1.~juan dan Prinsip

Pasal 2

Tujuan Pelestarian Kebudayaan Betawi untuk :

a. melindungi, mcngamankan, dan melestarikan budaya Betawi;b. mcmelihara dan mcngembangkan nilai-nilai tradisi Betawi yang

merupakan jatidiri dan sebagai perlambang kebanggaan masyarakatBetawi dalam masyarakat yang multikultural;

c. meningkatkan pemahaman kesadaran masyarakat terhadapkebudayaan Betawi;

d. meningkatkan kepedulian, kesadaran, dan aspirasi masyarakatterhadap peninggalan budaya Betawi;

e. membangkitkan semangat cinta tanah air, nasionalisme, danpatriotisme;

f. mcmbangkitkan motivasi, memperkaya inspirasi, dan memperluaskhasanah bagi masyarakat dalam berkarya dalam bidangkebudayaan; dan

g. mengembangkan kebudayaan Betaw! untuk memperkuat jatidirikebudayRRn nasional.

P:1fln1 3

Pi')1f'At8rian KebudayRan BetRwi diAeJen.~gr).rRkan berdasarkan prinsir:

a. kcterbukann;b. akuntabilitas;c. kepastian hukum;d. keberpihakan; danc. kc!.1crlanjuIHn.

Page 91: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

7

BAB II

TUGAS DAN WEWENANG

Pasal4

(1) Tugas Pemcrintah Dacrah dalam Pelestarian Kebudayaan Betawisebagai bcrikut:

a. menumbuhkembangkan partisipasi dan kreativitas masyarakat;b. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran

masyarakat Jakarta tcrhadap Pelestarian Kebudayaan Betawi;c. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat,

dan dunia usaha dalam upaya Pelestarian Kebudayaan Betawi;dan

d. mengoordinasikan pelaksanaan Pelestarian Kebudayaan Betawidengan daerah sekitarnya.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Pemerintah Daerah mempunyai wewenang:

a. merumuskan dan menetapkan kebijakan serta strategi PelestarianKebudayaan Betawi berpedoman pada kebijakan nasional;

b. mcnyclenggarakan Pclestarian Kebudayaan Betawi sesuai norma,standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan Pemerintah;

c. melakukan kerja sama antar daerah, kemitraan, dan jejaringdalam Pclestarian Kebudayaan Betawi;

d. melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kegiatanPelestarian Kebudayaan Betawi;

e. menetapkan kawasan kebudayaan Betawi;danf. memfasilitasi penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi

yflllg disclenggarakan masyarakat Betawi.

Pasal5

(1) Untuk mcncapai tujuan pelestarian kebudayaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2, Pemerintah Daerah menyusun RencanaInduk Pelestarian Kebudayaan Betawi dalam kurun waktu 20 (duapuluh) tahun.

(2) Rcncana induk Pelcstarian Kebudayaan Betawi sebagaimanadimFlksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya memuat:

a. arah, kebijakan, dan strategi dalam mencapai targetpenyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi;

b. target yang ingin dicapai dalam Pelestarian Kebudayaan Betawi;c. pengembangan kerjasama, kemitraan, dan partisipasi aktif

masyarakat dalam penyelenggaraan Pelestarian KebudayaanBetawi; dan

d. kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung olehPemerintah Daerah dan masyarakat.

(3) Rencana induk Pelestarian Kebudayaan Betawi sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dengan memperhatikan perkembangankrb\.ldnynnl1 dnernh Inin yon£,; ndH eli dE\')mh.

Page 92: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

8

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Induk PelestarianKebudayaan Setawi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),dan ayat (3), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal6

(1) Rencana induk Pelestarian Kebudayaan Betawl sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5, dituangkan dalam:

a. Rencana Aksi Daerah (RAD) Pelestarian Kebudayaan Betawi; danb. Rencana Strategis Dinas dan SKPD /UKPD terkait.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Aksi Daerah (RADlPelestarian Kebudayaan Betawi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a, diatur dengan Peraturan Gubernur.

(3) Rencana Strategis Dinas dan SKPD/UKPD terkait dalam PelestarianKebudayaan Betawi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undan~an.

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Pasal 7

Masyarakat bnhak:

a. mcnggunakan seluruh aspek kebudayaan Betawi sesuai fungsinya;b. memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam

penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi;c. turut serta dalam menetapkan kebijakan kebudayaan Betawi; dand. memilih aspek kebudayaan Setawi untuk kepentingan pengungkapan

pengalaman dan estetisnya.

Pasa) 8

Masyarakat berkewajiban menjaga kelestarian budaya Betawi dan dapatturut serta dalam upaya Pelestarian Kebudayaan Betawi terutama pada:

a. inventarisasi nilai-nilai tradisi budaya Betawi;b. inventarisasi aset kekayaan budaya dan penggalian sejarah Betawi;c. peningkatan kegiatan Pelestarian Kebudayaan Betawi;d. sosialisasi dan publikasi nilai-nilai tradisi budaya Betawi; dane. fasilitasi pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam

Pclcstarian Kebudayaan SetawL

Page 93: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

9

BABIV

PENYELENGGARAAN PELESTARIAN

BARi8n K0Rf.ltU

Um \Hn

Pasal9

Pelestarian Keb1..1dayaan Setawi diselenggarakan melal1..1i:

a. pendidikan;b. perlind1..1ngan;c. pengembangan;d. pemanfaatan;c, pemeliharaan; danf. pembinaan, pemanta1..1an clan eval1..1asi.

Pasal 10

Penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Setawi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 9, dit1..1j1..1kan pada 1..1ns1..1r:

a. kesenian;b. kep1..1rbakalaan;c. perm1..1se1..1man;d. kesejarahan;e. kebahasaan dan kes1..1sastraan;f. adat istiadat;g. kcpustakaan dan kcnaskahan;h. perfilman;i. pakaian aclat;j. k1..1liner;k. ornamen / arsi tektur; danl. !\l)l,.lvrnir! cinrlerarnAt.fl.

BagiR.n Kedua

Kcseninn

Pasal 11

(1) Pelestarian kesenian Setawi sebagaimana dalam Pasal 10 hur1..1f a,bcrtujuan unt1..1k :

a. meningkatkan kesinambungan usaha pengelolaan, penelitian,peningkatan mutu, penyebarl1..1asan kesenian, peningkatan dayacipta dan daya penampilan, serta peningkatan apresiasi kesenianSetawi;

b. meningkatkan kreativitas dan produktivitas seniman 1..1nt1..1kberkarvH bagi kC'H"niroln B<>.tnwi; dAn

Page 94: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

10

c. meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap kesenian Betawimelalui pendidikan dan apresiasi seni di sekolah dan di luarsckoJah.

(2) Dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), Pemerintah Daerah bersama-sama dengan masyarakatmempunyai kewajiban sebagai berikut:

a. mewujudkan iklim kesenian tradisional Betawi dan kontemporeryang sehat, bebas, dan dinamis;

b. meningkatkan kesejahteraan dan terlindunginya hak cipta danhak kekayaan dan intelektual seniman Betawi;

c. menata lembaga kesenian yang kreatif, responsif, proaktif dandinamis terhadap kebutuhan dan pertumbuhan kesenian Betawi;

d. meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian Betawi;e. meningkatkan profcsionalisme penyelenggaraan kesenian Betawi;f. mendorong dan memfasilitasi perkumpulan seni dan organisasi

atau lembaga kemasyarakatan dalam pelestarian kesenian Betawi;g. mengembangkan sistem pemberian penghargaan;h. memanfaatkan ruang publik, hotel, tempat perbelanjaan, kantor

pemerintahan, gedung kesenian, gedung sekolah dan mediamassa sebagai upaya pelestarian kesenian Betawi;

i. mendorong tumbuhnya industri alat kesenian Betawi;j. merefieksi dan mengevaluasi kegiatan penyelenggaraan

pelestarian kesenian Betawi; dank. membina dan memfasilitasi perkumpulan atau paguyuban

kesenian Betawi.

Pasal 12

(1) Dalam pC'nyelenggaraan pelestarian kesenian Betawi, PemerintahDncrnh meJakukan :

a. penerapan kesenian Betawi dalam kurikulum pendidikan dasardan menengah dengan memasukkan mata pelajaran muatan lokalkesenian Betawi yang setara dengan mata pelajaran lain;

b. meningkatkan kualitas pendidik dan bahan ajar kesenian Betawiserta pamong seni; dan

c. memenuhi fasilitas yang diperlukan dalam peJaksanaanpendidikan keseninn Betawi.

(2) Penyelenggaraan pelestarian kesenian Betawi sebagaimana dimaksudpada ayat (1), menjadi tugas KepaJa SKPD yang membidangipendidikan berkoordinasi dengan Kepala SKPD yang membidangikebudayaan dengan mengikutsertakan masyarakat di bidangpcnrlidilmn.

[1, 1: if': I 1:.~

Pemerintah Daerah melakukan pengembangan program dan kegiatanpelestarian kesenian Betawi dengan melibatkan masyarakat, seniman,pflrn nhli, dnn pih .. k Jilin YH1:"1~ br;rk"l'!pentil1(!FlI1.

Page 95: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

J J

Pasal 14

Dalam rangka meningkatkan apresiasi kegiatan kesenian Betawi,Pemerintah Daerah danl atau masyarakat melaksanakan:

a. lomba kesenian Betawi yang diselenggarakan secara periodik danberjenjang;

b. perge!aran kesenian Betawi pada acara resmi tertentu;c. kegiatan Jain yang berfungsi sebagai sarana dan media apresiasi

kesenian Betawi; dand. memberikan penghargaan dan jaminan sosia! kepada seniman.

Pi1s£ll 15

Gubernur memfasilitasi karya seni tradisional danl atau karya seni Betawiyang be!um diketahui penciptanya dan wajib di!indungi sesuai denganketentuRn peraturan perundang-undangan.

Pasal 16

(1) Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam melestarikan kesenianBetawi harus melakukan pelestarian:

a. kesenian yang dianggap hampir punah atau !angka yang memi!ikiciri khas Betawi; dan

b. kesenian kontemporer dan kreasi baru yang selaras dengan nilaibudaya Betawi.

(2) Pelestarian kcscnian Bctawi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),diarahkan pada norma dan nilai kemajuan yang bermanfaat bagiterwujudnya pembangunan manusia yang beriman dan bertaqwase'rtn herakhlAk mulio..

Pasal 17

Ketentuan !ebih lanjut mengenai penyelenggaraan pelestarian kesenianBetawi sebagaimana diatur dalam Pasal 11 sampai dengan Pasa! 16diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Ketiga

K""purhi' kl1lnnn

Pa~.ial 1K

Pelestarian kepurbakalaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 hurufb, diselenggarakan Pemerintah Daerah danl atau Masyarakat melalui1{f\~iH.rlo1n:

Page 96: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

12

a. pendataan, pencatatan, dan pendokumentasian terhadap tinggalanbudaya Setawi yang tersebar di daerah danl atau di luar daerahdanl atau yang telah dikuasai masyarakat;

b. penyelamatan penemuan tinggalan budaya Setawi yang berada di atasdan masih terpendam/terkubur di dalam tanah;

c. pengkajian ulang penemuan tinggalan budaya Setawi;d. pengaturan pemanfaatan kcpurbakalaan bagi kepentingan sosial,

pendidikan, pariwisata; dane. mensosialisasikan penemuan tinggalan budaya Setawi kepada

masyarakat secara berkala.

Pasal 19

(1) Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi kepurbakalaan sesuaistandar teknis arkeologi secara Juas, sistematis, dan terarah.

(2) Pelaksanaan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),melibatkan masyarakat, para ahli, danl atau pihak lain yangberkepcntingan.

Pasal20

(1) Hasil penemuan tinggalan budaya Setawi dalam bentuk bendabergerak danl atau tidak bergerak disimpan di museum.

(2) Hasil temuan tinggalan budaya Betawi dalam bentuk benda tidakbergerak berada di atas tanah milik perorangan diberi penggantiansesuai ketentuan perRturan penmdang-undangan.

Pasal 21

(1) Sagi masyarakat yang menemukan danl atau menyimpan bendatinggalan budaya wajib didaftarkan kepada Gubernur melalui KepalaDinas.

(2) Kepala Dinas mendokumentasikan hal ikhwal benda tinggalanbudaya yang disimpan oleh masyarakat.

(3) Tinggalan budaya Setawi dapat dimanfaatkan untuk kepentinganpendidikan, kepariwisataan, kegiatan ilmiah dan permuseuman.

Pasal '22

Ketentuan lebih lanjut mengenai peJestarian kepurbakalaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20 dan Pasal 21 diatur denganPeraturan Gubernur.

Page 97: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

13

Bagian Keempat

Permuseumnn

Pasal 23

(1) Penyelenggaraan permuseuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal10 humf c, melalui kegiatan pengumpulan, pengkajian, perawatan,pengamanan, dan pemanfaatan benda dan situs bernilai budaya danilmu pengetahuan sejarah dan lingkungan.

(2) Penyelenggaraan permuseuman sebagaimana dimaksud pada ayat(1), dapat diselenggarakan oleh masyarakat dan badan hukumsetelah mendapatkan izin dari Gubernur.

(3) Pemerintah Daerah wajib memiliki museum Betawi.

Pasa124

(1) Setiap benda yang menjadi koleksi di museum hams memperhatikankriteria sebagai berikut:

a. memiliki nilai budaya, sejarah dan ilmiah;b. memiliki identitas menurut bentuk dan wujudnya, tipe dan

gayanya, fungsi dan asalnya secara historis, geografis, genusdalam orde biologi atau periodisasi dalam geologi; dan

c. dapat menjadi monumen dalam sejarah dan budaya Betawi.

(2) Koleksi museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hamsdidokumentasikan secara verbal dan visual sesuai ketentuan teknispcrmuseuman melalui kegiatan pengkajian dan penyajian pameran.

Pasal25

(1) Pemanfaatan koleksi museum dapat dilakukan untuk kepentinganantara lain pendidikan, penelitian, rekreasi atau pariwisata,sepanjang tidak menimbulkan kerusakan terhadap koleksi museum.

(2) Penyelenggara museum harus menetapkan kebijakan pemanfaatankolekRi ml.lSeUm sc,nJai kctentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal26

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan permuseumansebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25, diaturdcngan Peraturan Gubernur.

Page 98: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

III

Br,lgil'111 I<climn

Kcsejnrahnn

Pasa1 27

(1) Pemerintah Daerah bcrkewajiban menyelenggarakan pelestariankesejarahan Betawi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d,mclalui :

a. pemeliharaan, perlindungan dan pengkajian sumber sejarahsebagai bahan penulisan sejarah Betawi;

b. penelitian dan penulisan sejarah daerah secara obyektif danilmiah serta ilmiah populer, dan sastra sejarah Betawi;

c. pemilahan dan pemeliharaan hasil penulisan sejarah Betawi; dand. pemanfaatan hasil penulisan sejarah Betawi harus

disosialisasikan melalui pendidikan dasar dan menengah, mediamassa penerbitan berkala dan sarana publikasi lain yang dapatdiakses oleh semua lapisan masyarakat.

(2) Pemerintah Daerah berkewajiban memfasilitasikesejarahan Betawi yang dilakukan oleh masyarakat,

penulisan

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pelestariankesejarahan dan penulisan kesejarahan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Keenam

Nilai Tradisi dan Adat lstiadat

Pflsal 28

(1) Pemerintah Daerah bersama-sama masyarakat melestarikan nilaitradisi Betawi dan adat istiadat yang berkembang dalam kehidupanl1111syarakat Betawi.

(2) Pelestarian nilai tradisi dan adat istiadat sebagaimana dimaksudpada ayat (1), melall.li kegifltan:

a, pengkajian, pemeliharaan dan pengembangan nilai tradisi danadat istiadat Betawi yang dipedomani oleh masyarakat dalamberperilaku dan bcrtindak, yang meliputi aspek ungkapan,peribahasa, upacara, cerita dan permainan rakyat, naskah kuno,pcngetahuan, sistern kemasyarakatan, masyarakat kampungbudaya Betawi, dan nilai tradisi lainnya yang tumbuh danberkembang pada masyarakat Betawi;

b. pemilahan dan pemeliharaan terhadap nilai tradisi dan adatistiadat yang disesuaikan dengan perkembangan zaman;

c. perlindungan terhadap masyarakat yang menggunakan danmengembangkan nilai tradisi serta adat istiadat dalamkehidupannya; dan

d. m<enRoRin1isflsikfln hnsil kajinn nilni tradisi RctAwi kepadn!)'\11i'lj'f-lt'p[nH II!!"',.

Page 99: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

15

(3) Kegiatan pelestarian nilai tradisi dan adat istiadat sebagaimanadimaksud pada ayat (2), hams memperhatikan:

a. nilai agama;b. tradisi, nilai, norma, etika, dan hukum adat;c. sifat kerahasiaan dan kesucian unsur-unsur budaya tertentu yang

dipertahankan oleh masyarakat;d. kepentingan umum, kcpentingan komunitas, dan kepentingan

kelompok dalam masyarakat;e. jatidiri daerah dan bangsa;f. kemanfaatan bagi masyarakat; dang. peraturan perundang-undangan.

Pasal29

Pemerintah Daerah bersama-sama dengan tokoh masyarakat Betawimenetapkan antara lain:

a. pakaian adat Betawi dan kelengkapannya;b. ornamen/arsitektur khas Betawi pada bangunan;c. upacara perkawinan adat Betawi;d. bahasa Betawi;e. souvenirI cinderamata; danf. kuliner.

Pasal30

(1) Penggunaan pakaian adat Betawi, dipakai pada :

a. peringatan Ulang Tahun Kota Jakarta;b. lebaran Betawi; danc. hari kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu minggu

bagi Aparatur Pemerintah D8erah.

(2) Dalam rangka pelestarian dan pengembangan pakaian adat Betawi,Pemerintah Daerah bersama-sama tokoh masyarakat Betawimenetapkan jenis pakaian adat Betawi yang dapat digunakan dalamantra tertcntu oleh warga masyarakA.t.

Pasal :) 1

(1) Ornamen bercirikan khas budayapemakaiannya harus dipelihara danPemerintah Daerah melalui car" :

Betawi keberadaandikembangkan atas

danizin

a. pemakaian ornamen khas budaya Betawi pada bangunan publik,gedung yang sudah ada/berdiri dan yang akan dibangun miIikPemerintahan Daerah; dan

b. mcnempatkan ornamen khas Budaya Betawi pada bagian dindinggapura danI atau tugu yang berfungsi sebagai batas wilayahl~.oh-Jl·nhF\l1, l~pc[.J.mn.r.nn, kotn/knhnpntlm i'lc;lminif'trl;il'i, c.!fln d."o[llth,

Page 100: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

16

(2) Ketemuan lebih lanjut mengenai pemakaian dan penempatanornamen bereirikan khas budaya Betawi sebagaimana dimaksudpada ayat (1), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal32

Upaeara perkawinan adat Betawi keberadaannya harus dijaga, dipeliharadan dikembangkan oleh Pemerintah Daerah dan Masyarakat Betawi.

Pasa! 33

Bahasa Betawi sclain digunakan bagi masyarakat Betawi danl ataumasyarakat Jakarta, dapat digunakan pada aeara resmi bereiri khasbudaya Betawi dan aeara resmi lain.

Pasal 34

(1 ) Pengelola danl atau penyelenggara tempat hiburan,biro perjalanan wajib menyediakan,souvenirI einderamata Betawi kepada pengunjung.

hotel, restoran,memberikan

(2) Para pengelola hotel pada minggu keempat setiap bulan, Hari UlangTahun Jakarta dan Lebaran Betawi wajib menampilkan kesenianBetawi, serta menghidangkan makanan khas Betawi pada Hari UlangTnhun Jakarta dan Lebaran SetawL

Pasal35

(1 ) Pemerintah Daerah dan masyarakatmeningkatkan industri keeil kerajinan dansebagai oleh-oleh Betawi danl atau Jakarta.

mengembangkan danmakanan khas Betawi

(2) Pemerintah Daerah wajib menghidangkan makanan khas Betawipada peringatan Ulang Tahun KotH ,h,kRrta. dan lebRran BetawL

Pasal 36

Ketentuan lebih !anjut mengenai pelestarian nilai tradisi dan adat istiadatBetawi sebagaimana dimaksud dalam Pasa! 30 sampai dengan Pasal 35diatur dengan Peraturan Gubernur.

Ragian Kctujuh

Pr>rf.ilrnnn

.) 1 ",,,,~

1 d~)tl .. ) (

(1) Dalam rangka Pelcstarian Kebudayaan Betawi, Pemerintah daerahbcrkewajiban memfasilitasi pembuatan film dokumenter tentangwl'lrisf\I\ h1.1dnyn Bemwi.

Page 101: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

17

(2) Untuk melaksanakan kcwajiban scbagaimana dimaksud pada ayat(I), Pemerintah Dacrah menetapkan serta melaksanakan kebijakandan rencana perfil man daerah, serta menyediakan prasarana dansarana untuk pengembangan dan kemajuan perfilman dokumenterbudaya SetawL

Pasal38

Gubernur dapat memberikan insentif berupa keringanan pajak daerahdan retribusi daerah tertentu untuk film dokumenter budaya Betawi.

Pasal39

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelestarian perfilman dokumenterbudaya Betawi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dan Pasal 38,diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB V

DATA DAN INFORMASI

Pasal 40

(1) Pcmerintah Daerah mengcmbangkan data dan informasi PelestarianKebudayaan Betawi sekurang-kurangnya memuat :

a. jenis kesenian Betawi;b. kesejarahan Betawi;c. permuseuman Bctawi;d. kebahasaan dan kesusastraan Betawi;e. nilai tradisi dan adat istiadat Betawi;f. kepustakaan dan kenaskahan Betawi;g. perfilman Betawi;h. pakaian adat Betawi;i. kuliner khas Betawi;j. arsitektur Betawi; dank. data dan informasi lain yang diperlukan dalam Pelestarian

Kebudayaan Betawi.

(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),terhubung dalam satu jejaring secara nasional.

(3) Penyediaan data dan informasi Pelestarian Kebudayaan Betawisebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan bagian tugasKepala Dinas yang membidangi urusan kebudayaan berkoordinasidengan Kepala SKPD yang tugas dan fungsinya di bidangknmllni\<:nt'li dnn i.nformn~1i.

P~"tSJ! 41

Ketentuan lebih lanjut mengenai data dan informasi kebudayaan Betawisebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, diatur dengan PeraturanGl!lwrnur.

Page 102: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

18

BAB VI

PEMBINAAN

Bagirl!l Kesl'ltu

PembinL18.n

Pnsa142

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan penyelenggaraanPelestarian Kebudayaan Betawi.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meIaIui kegiatansebagai berikut:

a. sosialisasi;b. bimbingan teknis, supervisi, dan konsuItasi;c. pendidikan dan pelatihan;d. penelitian dan pengembangan;e. pengembangan sistem informasi dan komunikasi;f. penyebarluasan informasi kepada masyarakat; dang. pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.

PasaI43

Pembinaan Pelestarian Kebudayaan Betawi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 42 dapat dilakukan oleh masyarakat.

Bagian Kedua

Pcmentauan dnl'l Evaluflsi

Pailill'iA

(1) Pemerintah Daerah melakukan pemantauan penyelenggaraanPelestarian Kebudayaan Betawi.

(2) Pemerintah Daerah melakukan evaluasipekstarian huciaya BetAwi SCCAm herkalA.

PA14 VII

PIT; IVI. III IIY1\1'-. f\j

r~'i:-\l\l ",,:!

penyeIenggaraan

PembiayaanPemerintahD"wcn 11.

Pelestarian Kebudayaan Betawi yang diIakukan olehDaerah berasal dad Anggaran PendapFttan dan BeJanjft

Page 103: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

19

Pf.\1ml 413

(1) Pembiayaan kegiatan Pelestarian Kebudayaan Betawi yangdilaksanakan masyarakat menjadi tanggung jawab masyarakat.

(2) Pemerintah Oaerah dapat memberikan bantuan untuk kegiatanPelestarian Kebudayaan Betawi yang dilakukan oleh masyarakat.

BAB VIII

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

PasaI47

(1) Perselisihan dalam Pelestarian Kebudayaan Betawi antar perorangan,antar organisasi kemasyarakatan bidang kebudayaan, dan/ atauforum komunikasi masyarakat kebudayaan diselesaikan secaramusyawarah para pihak.

(2) Musyawarah para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdilakukan melalui mediasi dan rekonsiliasi.

(3) Oalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) tidak tercapai, Gubernur dapat memfasilitasi prosespenyelesaian perselisihan.

(4) Oalam hal musyawarah dan fasilitasi sebagaimana dimaksud padaayat (1), ayat (2), dan ayat (3), tidak tercapai, penyelesaianperselisihan dapat dilakukan melalui proses hukum.

BAB IX

SANKS! AOMINISTRASI

PasaI48

(1) Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan Pasal 21,Pasal 23 ayat (2) dan Pasal 34 dikenakan sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapathf'rurn :

a. teguran lisan;b. peringatan tertulis; danc. penundaan pemberian layanan publik.

(3) Sanksi administratif diberikan oleh Gubernur berdasarkan usulanKepala Oinas.

(4) Pelaksanaan pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksudpada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undan15an.

Page 104: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

20

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal49

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran DaerahProvinsi Oaerah Khusus Ibukot.a Jakarta.

Ditetapkan eli Jakartapada tanggal 9 September 2015

GUBERNUR PROVINSI OAERAH KHUSUSIAUKOTA ,JAKARTA,

tte!.

BASUKI T. PURNAMA

Diundangkan di Jakartapada tanggal 11 September 2015

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA,

tte!.

SAEFULLAH

LEMBARAN OAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTATAHUN 2015 NOMOR 104

NOREG PERATURAN OAERAH PROVINsr OKI ,JAKARTA: (4/2015)

Page 105: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

2.1

PEN,JELASAN

I\TAS

PERATURAN DAERAHPROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 4 TAHUN 2015

TENTANG

PELESTARIAN KEBUDAYAAN BETAWI

I. UMUM

Kebudayaan suatu bangsa merupakan indikator dan mencirikan tinggiatau rendahnya martabat dan peradaban suatu bangsa. Kebudayaan tersebutdibangun oleh berbagai unsur, seperti bahasa, sastra dan aksara, kesenian, danberbagai sistem nilai yang tumbuh dan berkembang dari masa ke masa.

Kebudayaan Nasional dibangun atas berbagai kebudayaan daerah yangberagam warna dan corak, sehingga satu rangkaian yang harmonis dandinamis. Oleh karena itu, tidak disangkal bahwa bahasa, sastra, aksara,kesenian dan nilai tradisi budaya Betawi merupakan unsur penting darikebudayaan yang menjadi rangkaian kebudayaan nasiona!.

Nilai-nilai dan ciri budaya kepribadian bangsa merupakan faktor strategisdalam upaya mengisi dan membangun jiwa, wawasan dan semangat bangsaIndonesia sebagaimana tercermin dalam nilai-nilai luhur Pancasila dan Undang­Undang Dasar 1945.

Kebudayaan Betawi merupakan bagian dari budaya nasional dansekaligus menjadi asset nasional memiliki nilai dan norma sosial budaya yargmelandasi pemikiran dan prilaku warganya. Sikap dan filosofi hidup orangBetawi diekspresikan dalam keyakinan, kesenian, kesusasteraan, kenaskahan,dan adat istiadat. Orang Betawi mengintegrasikan ajaran Islam dalamkehidupan sehari-hari sehingga Islam menjadi jati diri orang Betawi. Ajaran itudinyatakan dalam kesenian, kesusateraan,kenaskahan dan adat istiadat.

Sikap dan filosofi hidup masyarakat Betawi yang memiliki nilai-nilaikehidupan bermasyarakat yang luhur dan sangat penting untuk dipelihara,dilestarikan dan diwariskan kepada generasi penerus, dan harus dipertahankankeberadaannya walaupun terjadi perubahan globa!.

Berdasarkan hal-hal sebagaimana tersebut di atas, dan mengingatkebudayaan Betawi termasuk di dalamnya kesejarahan, kepurbakalaan,kesenian, kenaskahan, kebahasaan, adat istiadat, dan falsafah hidup sertabenda-benda yang bernilai budaya Betawi merupakan kebanggaan masyarakatBetawi yang mencerminkan jati diri masyarakat Betawi, maka perlu dilakukanserangkaian upaya dalam rangka rnelestarikan dengan kegiatan untukmelindungi, mengembangkan kebudayaan Betawi yang pada akhirnyadiharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan peranan nilai-nilaibudaya tersebut dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan,k",langRun~lltl p'>mpangllpnn cl"n p!'nit'1~KAtlln ketill"lPnilfl rl.l'll"filh ~"'rtl'1

Page 106: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

7~",

nasional, mendorong upaya mensejahterakan masyarakat, sekaligus menunjangdan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk turut serta danbertanggungjawab dalam menjaga serta memelihara kebudayaan Betawi.

Agar Pelestarian Kebudayaan Betawi dapat dilaksanakan dan berjalansebagaimana diharapkan, perlu diatur dengan Peraturan Daerah.

II. PASAI. DEMI PASAL

PnBnl 1.Culmp jelr.\s.

Pasa] 2Cu1<up jcJOR.

Pasal3Cukup jelas.

Pnsf\14CllkllP jelas.

Pasal5Cukup jelas.

Pnnnl r;

Cl.lkup jclas.

Pasa] 7CUkup jelas.

Pasal 8Huruf a

Yang dimaksud dengan inventarisasi adalah kegiatan pencatatankeseluruhan unsur kebudayaan yang ada di suatu wilayah, baikyang dimiliki oleh masyarakat maupun yang sudah tercatatbersifat fisik maupun non fisiko

HUl'uf bCl.1ltup jt'lil'l.

Hurur celJkup jdflli.

Huruf dCukup jclas.

Hl.1ruf' (,r'j i1fllrl jr·I;.:t',.

}')jlNt=lj ~)

r ·tl/q.q-l .1"1'1".

Page 107: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

23

Pasa! 10Cukup je!as.

Pasal 11Cukup jelas.

Pasa! 12Cukup je1as.

PFtsal I 3Cukup jclas.

Pasa! 14Huruf a

Yang dimaksud dengan secara periodik ada!ah sekurang­kurangnya setiap tahun sekali.

Yang dimaksud dengan berjenjang ada!ah lomba kesenian tingkatkelurahan, kecamatan, kotal kabupaten administrasi, dan daerahatau provinsi.

Huruf bYang dimaksud acara resmi tertentu antara lain HUT Proklamasi,Hari Kartini, HUT Kota Jakarta.

Huruf cCukup je!as.

Huruf dCukup jelas.

Pasal 15Cukup jelafL

Pf\sRI 16i\ynt.(l)

Huruf aCukup jelas.

HurufbYang dimaksud dengan kesenian kontemporer ada!ah kesenianyang merupakan kreasi baru dari para penggarap kesenian masakini yang te!ah memperoleh pengaruh budaya lain baik daridaerah lain maupun luar negeri.

Ayat (2)CUk\-IP jelAI'<.

PFl ~rd 1'!('1 i10IP ,it;!I'HL

Pr1SF.I.I 18r; l1)q IP jr·lIH'.

Page 108: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

24

Pasal 19Cukup jelas.

Pasal20Cukup jelas.

Pasal21Ayat(l)

Cukup jelas.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan mendokumentasikan adalah upayamenghimpun, mengolah, dan menata informasi dalam bentukrekaman berupa tulisan, gambar, foto, film, suara, atau gabunganunsur-unsur tersebut (multimedia).

Ayat (3)Cukup jclas

PaSil] 22Cukup jelas.

Pasal23Ayat (1)

Yang dimaksud dengan situs adalah lokasi yang mengandungatau diduga mengandung benda eagar budaya termasuklingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasnl 2'1'ukup jelas.

Pased 25Cukup jclFlR.

Pasal26Cukup jelas.

Pasn] 27Ayat (I)

HurufaYang dimaksud dengan sumber sejarah adalah bahan-bahan yangdiperlukan untuk melakukan penulisan sejarah daerah yangterdiri atas sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalahsumber sejarah dari saksi sejarah yang memiliki tingkatkebenaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumbersekunder. Sedangkan sumber sekunder adalah sumber sejarahyang bukan berasal dari saksi sejarah, tetapi berasal dari buku­buku sejarah, artikel sejarah, film sejara.h, dan sebagainya.

Page 109: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

25

Huruf bC\.lkup jclns.

Hurur cCukup jclas,

Huruf dCukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasol2RCukup jclas.

Pasal29Yang dimaksud dengan tokoh masyarakat Betawi adalah tokoh yangtergabung dalam Badan Musyawnrah Masyarakat Betawi.

Pasal30Cukup jelas.

Pasal 31Cukup jclas.

Pasnl32Cukup jelas.

Pasal33Cukup jclas.

Pasn! 34Cukup jclAS

Pasa135Cukup jelas.

Pasa! 36Cukup jclnfl.

Pn·'nl :37C'lll'l If"> jrl;lh.

PAf'fl! :lEICllkllp .i"'I"h,

Pasnl 39Cl1kup j(;ln',.

Pas'.d 1\0CI.I!<up .if,JH~,.

Page 110: IMPLEMENTSI PERDA NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG …

26

Pasal41CUkup jdes.

Pasal42Cukup jelas.

Pasal43Cukup .ie1es.

Pnsal44Culcup jelas.

Pasal 45Culmp .i"'lns.

PasEl! 46Cl1!mp j ~~1m\.

Pasal47Cukup jelas.

Pasal48Cukup jelas.

Pasfll49Cukup .iclas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTANOMOR 1021